Anda di halaman 1dari 32

TUGAS

IKM LANJUT
(Manajement organisasi dalam kepemimpinan)

OLEH :
NURLINDA S.kep.Ns
P2 Mk 14. 01.04.215
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam hidup manusia akan memperoleh kebahagiaan jika di dasarkan pada
keselarasan dan keseimbangan hidup pribadi, dalam hubungan dengan masyarakat,
bangsa, alam maupun dengan Tuhannya. Dengan demikian kekuatan manusia itu tidak
hanya terletak pada fisiknya semata, juga kemampuan untuk bekerjasama dengan
sesama manusia lainnya.
Nabi SAW pernah berkata : "Jika ada tiga orang diantara kamu wajib ditunjuk
satu orang sebagai pemimpin". Hadist diatas menerangkan bahwa betapa pentingnya
mengorganisir banyak orang yang lebih dari dua, yang tentunya pula dalam satu
pandangan dan tujuan untuk berbagi peran dan penghasilan. Misalnya pekerjaan itu
adalah membuat bangunan maka tidak semua orang sama-sama menggergaji kayu,
atau sama-sama mengaduk semen, namun harus ada yang bertugas sebagai arsitek,
tukang, kuli dan lain-lain.
Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut
setiap organisasi untuk bersikap lebih responsif agar sanggup bertahan dan terus
berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi tersebut, maka diperlukan
adanya perubahan individu. Proses menyelaraskan perubahan organisasi dengan
perubahan individu ini tidaklah mudah. Pemimpin sebagai panutan dalam organisasi,
sehingga perubahan harus dimulai dari tingkat yang paling atas yaitu pemimpin itu
sendiri. Maka dari itu, organisasi memerlukan pemimpin reformis yang mampu menjadi
motor penggerak yang mendorong perubahan organisasi.
Sampai saat ini, kepemimpinan masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji dan
diteliti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena yang sedikit
dipahami. Fenomena gaya kepemimpinan di Indonesia menjadi sebuah masalah
menarik dan berpengaruh besar dalam kehidupan politik dan bernegara. Dalam dunia
medis, gaya kepemimpinan berpengaruh kuat terhadap jalannya organisasi dan
kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan sangat strategis dan penting
dalam sebuah organisasi sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam pencapaian
misi, visi dan tujuan suatu organisasi. Maka dari itu, tantangan dalam mengembangkan

strategi organisasi yang jelas terutama terletak pada organisasi di satu sisi dan
tergantung pada kepemimpinan
Menarik untuk dicatat bahwa salah satu alasan mengapa munculnya
kepemimpinan itu menjadi sebuah topik yang cukup penting di sini karena didasarkan
pada tradisi politik suatu negara. Hampir semua negara barat yang mempraktikkan
proses politik yang demokratis memungkinkan setiap orang untuk mencapai posisiposisi yang memiliki tanggung jawab. Orang tersebut tidak memerlukan banyak
kekayan,

teman-teman

pribadi,

atau

tradisi

kekeluargaan

untuk

memperoleh

kekuasaan. Oleh karena itu, studi tentang bagaimana orang-orang ini memperoleh
posisi tersebut menjadi sangat penting. Ada dua isu yang sangat penting untuk
didiskusikan yaitu pertama, berpusat pada pertanyaan mengapa seseorang itu
menginginkan untuk menjadi pemimpin dan kedua, identifikasi apa saja yang harus
dilakukan seseorang untuk memperoleh posisi tersebut.
Kepemimpinan adalah proses yang sangat penting dalam setiap organisasi
karena kepemimpinan inilah yang akan menentukan sukses atau gagalnya sebuah
organisasi. Jika perusahaan, rumah sakit, universitas atau tim atletik mengalami
kesuksesan, maka direktur, rektor, atau pelatihlah yang memperoleh acungan jempol.
Akan tetapi, sebaliknya, jika terjadi kegagalan, mereka pulalah yang memperoleh
teguran, kritik, atau bahkan diganti. Jadi salah satu elemen pokok yang menjadi
perhatian setiap organisasi yaitu bagaimana caranya untuk menarik, melatih atau
mempertahankan orang orang yang akan menjadi pemimpin pemimpin yang efektif
Begitu pentingnya peran kepemimpinan dalam sebuah organisasi menjadi fokus
yang menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian. Bass (1990)
menyatakan bahwa kualitas dari pemimpin sering kali dianggap sebagai faktor
terpenting yang menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Schein (1992),
Nahavandi & Malekzadeh (1993) serta Kouzes & Posner (1987) juga menyatakan
bahwa pimpinan mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan organisasi. Porter
(1996) dalam Sunarsih (2001). Green Berg dan Baron (2000 : 444) dalam Sunarsih
(2001) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu unsur kunci dalam
keefektifan organisasi.

Organisasi membutuhkan seorang pemimpin, sebab pemimpin itulah sosok


penggerak dan inspirator dalam merancang dan mengerjakan kegiatan. Pemimpin tidak
hanya seorang
manajer, ia juga harus seorang pembangun mental, moral spirit, dan kolektivitas kepada
jajaran bawahannya. Seorang pemimpin seyogyanya tidak hanya menggunakan aturan
tertulis, tapi juga sikap perilaku, sepak terjang, dan keteladanan dalam melakukan
agenda transformasi kearah yang lebih baik.
Pemimpin atau kepemimpinan merupakan variabel yang erat kaitannya dengan
tugas manajer. Manajer diharapkan mampu memimpin organisasinya dengan baik.
Meskipun demikian pemimpin dengan manajer mempunyai pengertian yang berbeda.
Seorang manajer yang baik belum tentu merupakan pemimpin yang baik, dan
sebaliknya. Idealnya, manajer yang baik juga merupakan pemimpin yang baik.
Manajer adalah seorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah orang lain.
Seorang manajer dalam menjalankan pekerjaan dan tanggung jawabnya menngunakan
bantuan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, ia
perlu memimpin pegawai, karyawan, pekerja, atau apapun sebutannya. Tidak setiap
orang yang ditunjuk menjadi pemimpin bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik.
Selain itu, tidak setiap pemimpin dapat menjadi pemimpin yang baik.

Kata

manajemen berasal dari bahasa italia manegiare yang berarti mengendalikan, atau
dalam bahasa inggris yang berarti seni mengendalikan, bahasa prancis lalu
mengadopsi kata ini dari bahasa inggris menjadi management, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki defenisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Defenisi ini berarti bahwa
seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi. Ricky W Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sarana (goals) secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan sementara efisien berarti bahwa tugas yang
ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

James
manajemen

A.F.Stoner
adalah

dalam

proses

bukunya

management

perencanaan,

(!982)

pengorganisasian,

mengemukakan
pengarahan

dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber dayasumber daya organisasi lainnya agar mncapai tujuan yang telah ditetapkan.
Banyak pendapat yang berbeda beda tentang apa yang dimaksud dengan
pemimpin yang baik. Demikian juga tentang apa yang menjadi kewajiban setiap
pemimpin. Namun demikan, dapat diambil inti persamaanya, yaitu bahwa setiap
pemimpin mempunyai kewajiban untuk mencapai tujuan organisasi/institusi dan
memberi perhatian terhadap kebutuhan pegawai bawahannya.
Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen
organisasi.

Kepemimpinan

dibutuhkan

manusia

karena

adanya

keterbatasan-

keterbatasan tertentu pada diri manusia. Dari sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin
dan dipimpin. Kepemimpinan didefinisikan ke dalam ciri-ciri individual, kebiasan, cara
mempengaruhi orang lain, interaksi, kedudukan dalam oragnisasi dan persepsi
mengenai pengaruh yang sah.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai
tujuan dengan antusias (David, Keith, 1985). Menurut Veitzhal Rivai (2004),
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikutpengikutnya lewat proses komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Menurut Achmad Suyuti (2001) yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses
mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan
tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu.
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya
dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat
yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995) yang menyatakan bahwa pola
tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh
bawahan. Gaya kepemimpinan mewakili filsafat, ketrampilan, dan sikap pemimpin
dalam politik. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan

tertentu (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Sedangkan menurut Tjiptono


(2001:161), gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam
berinteraksi

dengan

bawahannya.

Pendapat

lain

menyebutkan

bahwa

gaya

kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang
pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29).
Dalam menjalankan kepemimpinan, antara pemimpin satu dan lainnya tidaklah selalu
sama bahkan berbeda. Sehingga para pemipin mempunyai gaya kepemimpinan yang
berbeda beda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu perlu kiranya bagi
seorang calon pemimpin mengetahui tipe-tipe kepemimpinan supaya ia dapat
mengetahui berbagai tipe dan[6]dapat menentukan tipe mana yang efektif dijalankan
dalam sebuah lembaga tertentu. Dan perlu kiranya mengetahui kepemimpinan yang
sesuai. Dalam paper ini kami akan membahas tentang tipe kepemimpinan otokratis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar kepemimpinan ?
2. Bagaimana Tipe Kepemimpinan Otokratis ?
3. Bagaimana ciri ciri kepemimpinan otokratis ?
4. Bagaimana gaya kepemimpinan otokratis menurut para ahli ?
5. Bagaimana perilaku tipe pemimpin otokratis ?
6. Bagaimana kekurangan dan kelebihan serta untung rugi tipe kepemimpinan
otokratis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar kepemimpinan.
2. Untuk mengetahui pengertian dari tipe kepemimpinan otokratis.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dari kepemimpinan otokratis.
4. Untuk mengetahui tipe kepemimpinan otokratis menurut para ahli.
5. Untuk mengetahui perilaku pemimpin otokratik.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan serta untung rugu tipe kepemimpinan
otokratik.

D. Manfaat
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak manajemen
kampus maupun rumah sakit dalam melakukan strategi yang tepat untuk dapat
meningkatkan

kinerja

dan

kepuasan

kerja

karyawannya

terutama

dengan

menggunakan gaya kepemimpinan dan menciptakan komitmen organisasi dengan


tepat.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi bahan penelitian selanjutnya dalam
rangka menambah khasanah akademik sehingga berguna untuk pengembangan ilmu,
khususnya bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kepemimpinan
Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin (lead) berarti
bimbing atau tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin
(rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan pe menjadi pemimpin
(leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan
kominikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu. Dan setelah ditambah akhiran an menjadi pimpinan artinya orang yang
mengepalai. Apabila dilengkapi dengan awalan ke menjadi kepemimpinan
(leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta
membujuk pihak lain agar melakuakan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga
dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok
(Inu Kencana, 2003). Jadi kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku
orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Miftah, 1997).
Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan menggerakkan atau memotivasi
sejumlah orang agar secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada
pencapaian tujuannya (Nawawi dan M. Martin, 1995).
Seiring dengan pengertian di atas, pemimpin adalah orang yang mempunyai
wewenang dan hak untuk memepengaruhi orang lain, sehingga mereka berprilaku
sebagaimana yang dikehendaki oleh pemimpin tersebut melalui kepemimpinannya.
Bass (2008),

Bass

dan

Stogdill

(1990) serta

Nonthouse

(2012)

dengan

kemampuannnya telah mencatat bahwa ada beragam defenisi kepemimpinan, mereka


hanya sebagian orang yang telah memberi arti defenisi dalam konsep.
Menurut sejarah, kepemimpinan telah dipertimbangkan untuk menjadi watak
kepribadian, pemimpin dilahirkan, dan tidak dibuat. Tindakan mempengaruhi orang lain,
mengajak, mengacu pada orang lain, dan orang yang fokus dalam proses kelompok
kemudian menjadi gaya yang bisa menjadi dasar dalam sebuah kepribadian, serta
dapat berpikir sosial.
Gulliani dan Kurson (2007) mencatat bahwa pemimpin tidak semudah yang dilihat,
mereka berfikir, belajar, dan menjadi pengemban. Hesselbein dan Cohen (1999)
menyatakan bahwa pemimpin harus menjadi penengah dan pemersatu, mereka harus
membangun jembatan dan sukses menampung usaha-usaha dari para pengikutnya.

Maka dari itu, mereka menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah persoalan
bagaimana menjadi bukan apa yang dilakukan. Secara jelas, defenisi dari
kepemimpinan merupakan gabungan dari beberapa karakteristik (Welford,2002).
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk
bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu tujuan umum.
Pengertian lain mengenai kepemimpinan adalah segala hal yang bersangkutan dengan
pemimpin dalam hal menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan orang lain agar
melaksanakan tugas dan mewujudkan sasaran yang ditetapkan (LAN RI : 1996).
Menurut Robbins (1993) kepemimpinan itu didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang untuk memengaruhi sebuah kelompok menuju kepada pencapaian tujuan
kelompok tersebut.
Kepemimpinan adalah penggunaan keterampilan seseorang dalam mempengaruhi
orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya (Sullivan & Decker, 1989).
Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat (motivasi)
orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab penuh terhadap usaha mencapai
atau melampaui tujuan organisasi (Goetsch & Davis).
Kepemimpinan

adalah

kemampuan

seseorang

untuk

mempengaruhi

dan

menggerakkan orang lain agar mereka mau berbuat dan berprilaku sebagaimana yang
diharapkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Pusdiklat Kesehatan Depkes RI,
1999).
Kepemimpinan merupakan interaksi antar kelompok dan proses mempengaruhi
kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah proses
interpersonal yang mempengaruhi kegiatan orang lain dalam memilih dan mencapai
tujuan.
Berdasarkan pandangan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan

kemampuan

dan

kesiapan

yang

dimiliki

seseorang

untuk dapat

mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu


memaksa orang lain agar dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan keterampilan
seorang

pemimpin

perawat

dalam

mempengaruhi

perawat

lain

dibawah

pengawasannya

untuk

melaksanakan

tugas

dan

tanggung

jawabnya

dalam

memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan


tercapai.
Kepemimpinan dalam pandangan Islam merupakan amanah dan tanggung jawab
yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinnya,
tetapi

juga

akan

dipertanggung

jawabkan

di

hadapan

Allah

SWT.

Jadi,

pertanggungjawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal


sesama manusia, tetapi bersifat vertikal-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah
SWT di akhirat.
Kata kuncinya adalah kepemimpinan melekat kepada masing-masing individu,
sesuai dengan tingkat kepemimpinannya. Setiap orang adalah pemimpin, minimal untuk
dirinya sendiri.
Kepemimpinan

sebenarnya

bukanlah

sesuatu

yang

menyenangkan,

tetapi

merupakan tanggung jawab sekaligus amanah yang amat berat dan harus diemban
sebaik-baiknya. Hal tersebut dijelaskan dalam Al Quran surat Al-Muminun yang
Artinya:
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji
mereka dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang-orang yang
akan mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya(Q.S.al-Mukminun 8-11).
Selain dalam Al Quran Rasulullah SAW juga mengingatkan dalam Haditsnya agar
dapat

menjaga

amanah

kepemimpinan,

sebab

hal

itu

akan

dimintai

pertanggungjawaban baik di dunia maupun dihadapan Allah SWT. Hal itu dijelaskan
dalam Hadits berikut:
Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggung jawaban
atas kepemimpinannya. Imam adalah pemimpin dalam keluarganya, bertanggung
jawab tentang kepemimpinanya. Laki-laki itu pemimpin, bertanggung jawab tentang
kepemimpinannya. Wanita itu pemimpin dalam rumah tangganya, dan bertanggung
jawab tentang kepemimpinannya. Khadam itu pemimpin bagi harta majikannya,
bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. (H. R. Bukhori).10

B. Fungsi Kepemimpinan Dan Tugas Pimpinan


Yaitu fungsi yang dilaksanakan oleh pemimpin di lingkungan kelompoknya agar
secara operasional berhasil guna. Seorang pemimpin mempunyai dua fungsi yaitu:
fungsi yang berkaitan dengan tugas dan fungsi sosial/pemeliharaan kelompok. Fungsi
yang berkaitan dengan tugas dapat meliputi pemberian perintah, pemberian saran
pemecahan

dan

menawarkan

informasi

serta

pendapat.

Sedangkan

fungsi

pemeliharaan kelompok/fungsi sosial meliputi semua hal yang membentuk kelompok


dalam melaksanakan tugas operasinya untuk mencapai tujuan dan sasaran. Sebagai
suatu misal persetujuan dengan kelompok lain, menengahi ketidaksepakatan kelompok
dan sebagainya. Pemimpin yang berhasil menjalankan kedua fungsi tersebut dengan
baik adalah pemimpin yang berhasil.
Dilihat dari sudut orientasi maka fungsi dan tugas pimpinan terbagi dalam orientasi
tugas dan hubungan antar manusia (HAM).
1.

2.

Orientasi Tugas
a.

Merencanakan dan mengorganisir kegiatan.

b.

Menyediakan informasi yang diperlukan oleh atasan maupun staf.

c.

Membuat pengawasan, memberi pengarahan dan bimbingan.

d.

Bertanggung jawab atas pekerjaanya dan pekerjaan orang lain.

e.

Mendukung kerjasama dan partisipasi staf.

f.

Mengevaluasi hasil dan menganalisa kekuatan dan kelemahan staf.

Orientasi HAM
a.

Memberi dorongan dengan sikap bersahabat.

b.

Mengungkapkan perasaan yang dialami.

c.

Mendamaikan / mempertemukan pendapat yang berbeda, menyelesaikan konflik.

d.

Memperlancar urusan dengan sebaik-baiknya.

e.

Menentukan aturan main.


Kemudian berdasarkan orientasi fungsi dan tugas pemimpin tersebut, maka aktifitas

kepemimpinan dapat digolongkan dalam empat aspek yaitu :


1.

Memberikan pengarahan.

2.

Melakukan supervisi.

3.

Melakukan koordinasi.

4.

Memberikan motivasi.[12]

C. Teori Dasar Dalam Kepemimpinan


Teori-teori yang membahas kepemimpinan dapat dirangkum dalam tiga macam yaitu :
a. Teori Bakat
Teori

bakat

berusaha

mengidentifikasi

karakteristik

pribadi

dari

seorang

pemimpin.Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin


dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu
yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. Teori ini disebut dengan Great Man
Theory. Banyak penelitian tentang riwayat kehidupan Great Man Theory. Tetapi
menurut teori kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan bukan
hanya dari pembawaan sejak lahir, dimana teori trait mengabaikan dampak atau
pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi dan lingkungan lainnya.
Teori ini mengidentifikasi karakteristik umum tentang intelegensi, personaliti, dan
kemampuan (perilaku). [13]
b. Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada perilaku apa yang dipunyai oleh
pemimpin, yang membedakan dirinya dari non-pemimpin.
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana
seorang manager menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang
dari sebuah perilaku otoriter ke demokratik atau fokus suatu produksi ke fokus pegawai.
Menurut Vestal (1994) teori perilaku ini dinamakan dengan gaya kepemimpinan
seorang manager dalam suatu organisasi.
c. Teori Situasi
Penelitian-penelitian terdahulu yang mencoba melihat karkteristik dan gaya
kepemimpinan tidak dapat menemukan karakteristik atau gaya yang berlaku untuk
semua situasi. Situasi dengan demikian memainkan peranan penting dalam efektifitas
kepemimpinan.
Teori lain dalam kepemimpinan yaitu : [14]
a. Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori ini menyatakan bahwa leader are born and not made (pemimpin itu
dilahirkan sebagai bakat dan bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini

berpendapat bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah


dilahirkan dengan bakat kepemimpinannya. Dalam keadaan yang bagaimanapun
seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia
akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan
ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
b. Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun
merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa leader are
made and not born (pemimpin itu dibuat atau dididik dan bukannya kodrati). Jadi teori
ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan
pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila
diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
c. Teori Ekologis
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka
sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang
disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil
menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman
yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segisegi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang
paling mendekati kebenaran.
Teori kepemimpinan menurut Ohio State Model (Bass,2008 ; Bass & Stogdill,1990;
Fleischman,1998), Situasional Leadership Chersey ( Blanchard dan Johnson, 2008),
The Leadership Grid (Blake & McConse,1991) dan Gaya Umum Perilaku Pemimpin : 7
D. Kriteria Pemimpin
Dalam mencari sifat/kriteria kepemimpinan yang dapat diukur, para peneliti
mengambil dua pendekatan yaitu :[15]
1. Membandingkan sifat orang yang tampil sebagai pemimpin dengan orang yang tidak
menjadi pemimpin.
2. Membandingkan sifat pemimpin efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.

Dari daftar kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin, paling sedikit ia
harus mampu untuk memimpin para pegawai/bawahan untuk mencapai tujuan institusi
dan harus mampu untuk menangani hubungan antarkaryawan (interpersonal relations).
Pemimpin yang berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab
2. Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif.
3. Mempunyai kemampuan untuk menentukan prioritas
4. Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi.
RL Khan mengemukakan bahwa seorang pemimpin menjalankan pekerjaanya
dengan baik jika :
1. Memberikan kepuasan terhadap kebutuhan langsung para bawahannya.
2. Menyusun jalur pencapaian tujuan.
3. Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian tujuan.
4. Mengubah tujuan karyawan sehuingga tujuan mereka bisa berguna secara
organisatoris.
E. Peranan Pemimpin
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M.
Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1. Sebagai pelaksana (executive).
2. Sebagai perencana (planner).
3. Sebagai seorangahli (expert).
4. Sebagai

mewakili

kelompok

dalam

tindakannya

ke

luar

(external

group

representative).
5. Sebagai pengawas hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of internal
relationship).
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and
punishments)
7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator).
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar).
9. Merupakan lambang dari pada kelompok (symbol of the group).

10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual
responsibility).
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist).
12. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure).
13. Sebagai kambing hitam (scape goat).
F.

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan

1. Karateristik pribadi
Karakter pimpinan keperawatan sangat berpengaruh terhadap proses kepemimpinan
yang dijalankannya. Berikut adalah beberapa karakter kepemimpinan keperawatan
yang efektif sebagai berikut :
a. Jujur
b. Terbuka
c. Terus Belajar
d. Enterpreuner (Wira Usaha)
e. Disiplin
f. Intelegen
2. Kelompok yang dipimpin
Keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan organisasinya dipengaruhi oleh
kelompok yang dipimpinnya. Semakin besar kelompok yang dipimpin semakin sulit
menjalankan

kepemimpinan.

Oleh

karena

itu,

agar

memudahkan

proeses

kepemimpinan maka perlu dilakukan pembagian tugas kepemimpinan kepada unit-unit


atau tim.
3. Situasi yang dihadapi
Beberapa

situasi

ruang

perawatn

berikut

ini

akan

mempengaruhi

proses

kepemimpinan dalam pelayanan asuhan keperawatn yaitu :


a. Kemampuan dan pengalaman aggota
b. Peraturan dan kebijakan rumah sakit.
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz
(1981), yaitu : [18]

1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini
mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan
akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya
kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.
G. Gaya Dan Tipe Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam
menghadapi bawahan. Ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan
yang berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada
karyawan.
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya
dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat
yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995) yang menyatakan bahwa pola
tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh
bawahan. Gaya kepemimpinan mewakili filsafat, ketrampilan, dan sikap pemimpin
dalam politik. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan
tertentu (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Sedangkan menurut Tjiptono
(2001:161), gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam
berinteraksi

dengan

bawahannya.

Pendapat

lain

menyebutkan

bahwa

gaya

kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang
pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29).
Gaya kepemimpinan cenderung sangat bervariasi dan berbeda-beda yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek, yaitu :
1. Aspek Prilaku :

a. Kepemimpinan positif
b. Kepemimpinan negaip
2. Aspek Kekuasan dan Wewenang :
a. Otoriter (otokratik)
b. Demokratis
c. Partisipatif
d. Bebas tindak (Laissez Faire).
Gaya kepemimpinan adalah pendekatan dan ragam seorang leader dalam
memberikan arahan, implementasi rencana dan bagaimana memotivasi anak buahnya.
Kurt Lewin (1939) yang memimpin sekelompok peneliti mengidentifikasi gaya
kepemimpinan yang berbeda-beda.
Studi awal ini sangat berpengaruh dan telah merumuskan tiga gaya kepemimpinan
utama. Menurut U. S Army Handbook, ada tiga gaya kepemimpinan utama yaitu :
1. Otoriter atau otokratis.
2. Partisipasi atau demokrat.
3. Delegatif atau pemerintahan bebas.
Di lain pihak, Gilles mengemukakan ada empat gaya kepemimpinan yaitu otokratis,
demokratis, partisipatif, dan laissez faire.
Selain beberapa gaya kepemimpinan di atas, ada pula beberapa gaya kepemipinan
yang lain yaitu :
1. Gaya / tipe militeristik.
2. Gaya / tipe paternalistik.
3. Gaya / tipe karismatik.
Selain itu, dalam buku Creative Edge, William C Miller menguraikan lima gaya
kepemimpinan, yaitu :
1. Memerintah (tell)
2. Membujuk (sell)
3. Berkonsultasi (consult)
4. Meminta partisipasi (participative)
5. Mendelegasikan (delegate).

Blake dan Moutin (1964,1978) mengembangkan managerial grid dan sering


menggunakannya dalam kepemimpinan keperawatan. Managerial grid memiliki lima
gaya dasar kepemimpinan dalam sebuah kombinasi untuk kepentingan produksi dan
kepentingan orang. Skala untuk setiap komponen berubah dari 1 (rendah) ke 9 (tinggi).
Lima gaya kepemimpinan di gambarkan sebagai berikut :

[20]

1. Authority-Obedience / kepatuhan
Pemimpin berasumsi bahwa sebuah kekuatan posisi didapatkan dengan mengatur
kondisi pekerjaan secara efektif dan mengurangi mengintervensi bagian manusia
secara minimal.
2. Tim
Orang di komisi untuk menyelesaikan sebuah tugas, anggota kelompok saling
berhubungan dan stiap orang mengambil andil umum. Hubungan kepercayaan,
menghormati dan persamaan adalah keadaan dalam bekerja.
3. Kelompok Rekreasi
Pemimpin membayar dengan penuh perhatian untuk mendapatkan anggota
kelompok dan menjaga kenyamanan, suasana persahabatan dan tempo pekerjaan.
4. Miskin dan Lemah
Pemimpin memberikan usaha minimal dalam menyelesaikan kewajiban bekerja.
5. Organisasi Manusia (jalan Tengah)
Pemimpin menyeimbangkan perilaku yang berhubungan dengan tugas dengan
cara mengatur moral dari anggota kelompok pada sebuah level yang menyenangkan /
kepuasan. [21]
Menurut Follet (1940), gaya didefinisikan sebagai hak istimewa yang tersendiri. Menurut
para ahli terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu
organisasi antara lain :
a. Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau Dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui titik ekstrim
yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan.
b.Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu :
Sistem

1, otoritatif dan eksploitif :

Manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan


memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan
juga secara kaku ditetapkan oleh manajer.
Sistem

2, otoritatif dan benevolent:


Manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan
untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Bawahan juga diberi
berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
Sistem

3, konsultatif:
Manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah halhal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusankeputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih
digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.
Sistem

4, partisipatif :
Adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi
seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat
oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka
melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota
kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan
penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada
bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting.
c. Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X Dan Teori Y
Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat yaitu: [22]
1. Gaya kepemimpinan dictator
2. Gaya kepemimpinan autokratis
3. Gaya kepemimpinan Demokratis
4. Gaya kepemimpinan santai.
d. Gaya Kepemimpinan Menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House mengemukakan empat gaya
kepemimpinan yaitu :
1. Directive

2. Supportive
3. Participative
4. Achievement oriented
e. Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey Dan Blanchard
Ciri ciri gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard meliputi :
1. Instruksi
2. Konsultasi
3. Partisipasi
4. Delegasi.
W.J. Redding dalam atikelnya What Kind of Manager menentukan watak dan tipe
pemimpin atas tiga pola dasar, yaitu :
berorientasi tugas (task orientation)
berorientasi hubungan kerja (relationship orientation)
berorientasi hasil yang efektif (effective orientation)
Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan delapan tipe
kepemimpinan, yaitu : [23]
1.Tipe deserter (pembelot)
2.Tipe borokrat
3.Tipe misionaris
4.Tipe developer (pembangun)
5. Tipe oktokrat
6. Tipe Benevolent autocrat (otokrat yang bijak)
7. Tipe copromis
8.Tipe eksekutif.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan Otokratik

Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian adalah gaya pemimpin yang


memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara
penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang
otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah
diberikan.
Otokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya dipegang
oleh satu orang. Istilah otokrasi berasal dari bahasa yunani. Istilah otokratis berasal dari
dua kata yaitu: autos dan kratos. Autos berarti sendiri atau diri pribadi, kratos adalah
kekuasaan atau kekuatan. Jadi otokratis berarti berkuasa sendiri secara mutlak (centre
of authority). Kepemimpinan otokratis merupakan kepemimpinan yang dilakukan oleh
seorang pemimpin dengan prilaku otoriter. [24]
Kepemimpinan secara otokratis adalah kepemimpinan yang cara memimpinnya
menganggap organisasi sebagai miliknya sendiri. Sehingga seorang pemimpin
bertindak sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap
mereka itu sebagai bawahannya dan merupakan alat atau mesin, tidak diperlakukan
sebagaimana manusia. Bawahan hanya menurut dan menjalankan perintah atasannya
serta tidak boleh membantah, karena pimpinan tidak mau menerima kritik, saran dan
masukan.
Tipe kepemimpinan otokratis ini dapat kita jumpai dalam pemerintahan feodal oleh
kerajaan-kerajaan pada zaman abad pertengahan. Kepemimpinan yang otokratis
biasanya dikendalikan oleh seorang pemimpin yang mempunyai perasaan harga diri
yang sangat tinggi. Bawahannya dianggap bodoh, tidak berpengalaman, dan
selayaknya diperintah sesuka mereka. Dengan egoisme yang sangat tinggi, seorang
pemimpin yang otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam
kehidupan organisasional seperti kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan orang lain
dalam organisasi, ketergantungan total para anggota organisasi mengenai nasib
masing-masing dan sebagainya.
Gaya kepemimpinan ini cenderung dapat menurunkan kinerja seseorang karena
pemimpin yang mengambil keputusan dan kebijakan berdasarkan wewenang dia
sendiri dan bawahannya harus menuruti atau mengerjakan sesuai dengan
perintahnya. Hal ini sering terjadi di berbagai tempat kerja. Kebanyakan karyawan yang

memiliki pimpinan yang seperti ini tidak mempunyai motivasi yang tinggi untuk
meningkatkan mutu kinerjanya, karena segala apa yang mereka lakukan tidak jarang
tidak memperoleh penghargaan, karena pemimpin mereka cenderung egois yang
hanya mengutamakan kepentingannya tanpa memperhatikan kondisi karyawannya.
Bagi seorang pemimpin yang seperti ini lebih menganggap karyawan-karyawannya
sebagai bawahan yang harus menuruti perintah dengan keputusan sepihak. Tetapi
tidak berarti gaya otoriter sepenuhnya dapat menurunkan kinerja, ada juga seorang
karyawan yang dapat termotivasi karena adanya otorisasi. Contohnya karyawan yang
cenderung menunda-nunda pekerjaan dan terlalu menyepelekan tugas, seorang yang
seperti ini tidak jarang perlu pemimpin yang otoriter agar tugas mereka cepat selesai.
Tipe Otoriter disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini,
pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya
memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari
pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang-undang. Bawahan hanya bersifat sebagai
pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak
boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada
pemimpin secara mutlak. Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau
musyawarah. Setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai
kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi
yang telah diberikan. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak
diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Pengawasan bagi pemimpin
yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan
ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya. Mereka melaksanakan inspeksi,
mencari kesalahan dan meneliti orangorang yang dianggap tidak taat kepada
pemimpin, kemudian orangorang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb.
Sebaliknya, orangorang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan
anak emas dan bahkan diberi penghargaan. Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan
sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas
jika tidak ada pengawasan langsung. Selain itu, dominasi yang berlebihan mudah
menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis. [26]

Gaya ini digunakan ketika pemimpin meminta karyawan melakukan apa yang
diinginkan dan memerintahkan bagaimana caranya tanpa meminta petunjuk dari para
pengikutnya.
Gaya ini sebaiknya diterapkan ketika seorang pemimpin memilki semua informasi
untuk memecahkan masalah, mengejar waktu, dan karyawan juga termotivasi.
Beberapa kalangan menerapkan gaya ini sebagai kendaraan untuk berteriak,
menggunakan

bahasa

menyalahgunakan

merendahkan,

kekuasaan.

Ini

dan

adalah

memimpin
gaya

dengan

profesional

ancaman

kasar.

dan

Pemimpin

memerintah orang-orang di sekitarnya dan pantang mengulang apa yang telah


diperintahkan. Sekali pemimpin berkata, yang lain wajib melaksanakannya tanpa
banyak bertanya.
B. Gaya Kepemimpinan Otokratik Menurut Para Ahli
1. Menurut Harris :
Seorang pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan otokratik menganggap
bahwa semua kewajiban untuk mengambil keputusan, menjalankan tindakan,
mengarahkan, memberikan motivasi, dan mengawasi bawahannya berpusat di
tangannya. Pemimpin seperti ini merasa bahwa hanya ia yang berkompeten untuk
memutuskan dan menganggap bahwa bawahannya tidak mampu untuk mengarahkan
diri mereka sendiri. Di lain pihak, ia mungkin mempunyai alasan-alasan untuk
mengambil posisi yang kuat untuk mengarahkan dan berinisiatif. Seorang otokrat juga
mengawasi

pelaksanaan

pekerjaan

dengan

maksud

untuk

meminimalkan

penyimpangan dari arahan yang ia berikan.


2. Menurut Teori X dan Teori Y
Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang
ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan dan lebih
suka dipimpin dari pada memimpin.
a. Diktator yaitu gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan
serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan teori
X.

b. Autokratis pada dasarnya hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun
bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari
bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari teori X.
3. Menurut Ronald Lippits Dan Rapiph K. White
Menurut Ronald Lippith dan Rapiph K white ciri-ciri gaya kepemimpinan otoriter
adalah sebagai berikut :
a). Wewenang mutlak berada pada pimpinan.
b). Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin.
c). Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pemimpin.
d). Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan.
e). Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan
dilakukan secara ketat.
f). Prakarsa harus selalu berasal dari pemimpin.
g).Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau
pendapat.
h). Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif.
i). Lebih banyak kritik daripada pujian.
j). Pemimpin menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat.
k). Pemimpin menuntut kesetiaan tanpa syarat.
l). Cenderung adanyan paksaan, ancaman dan hukuman.
m). Kasar dalam bersikap
n). Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pemimpin.
4. Menurut Gillies (1996)
Gaya kepemimpinan otokratis berdasarkan wewenang dan kekuasaan merupakan
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Menggunakan kekuasaan
posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan
dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada kepentingan
tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.
5. Menurut Likert :
a. sistem 1 : otoriter-eksploitatif, manajer tipe ini sangat otoriter, mempunyai
kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahannya melalui

ancaman atau hukuman, namun kadang-kadang melalui balsan (reward), komunikasi


yang dilakukan satu arah (kebawah atau to-down), dan membatasi pengambilan
keputusan hanya untuk manajer.
b. sistem 2 : benevolent-autoritative, manajer ini mempercayai bawahan sampai
tingkat tertentu, memotivasi bawahan melalui ancaman dan hukuman meskipun tidak
selalu, membolehkan komunikasi ke atas, memperhatikan ide atau pendapat dari
bawahan, dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan meskipun masih
melakukan pengawasan dengan ketat.

[28]

C. Ciri-Ciri Kepemimpinan Otokratis


Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri
sebagai berikut:
a. Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi.
b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, menganggap

bawahan

sebagai alat semata-mata.


c. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.
d. Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya.
e.

Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang

mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.


Ciri-ciri kepemimpinan otokratis yang lain:
1. Memegang kewenangan mutlak (bersikap adigang, adigung, dan adiguna).
2. Kuasa dipusatkan pada diri pemimpin ( aji mumpung).
3. Merumuskan ide sendiri, rencana dan tujuan.
4. Memilih kebijakan sendiri.
5. Menetapkan keputusan sendiri.
Ciri-ciri lain dari kepemimpinan otokratis antara lain :

[29]

1. Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
2. Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal.
3. Berambisi untuk merajai situasi.
4. Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri.
5. Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan
yang akan dilakukan.

6. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan
pribadi.
7. Adanya sikap eksklusivisme.
8. Selalu ingin berkuasa secara absolut.
9. Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku.
10. Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
D. Perilaku Pemimpin Otokratis
Seorang pemimpin otokratis tampak dari kegiatannya memimpin anak buah.
Perilaku itu akan menunjukkan tipe kepemimpinannya antara lain yaitu:
1.

Mempraktekkan komunikasi satu arah (one way traffic of communication).

2.

Pengawasan kepada anak buah ketat.

3.

Saran, pertimbangan, pendapat dari bawahan tertutup sama sekali.

Sikap tipe perilaku otokratis jika menghadapi bawahan:


1.

Mementingkan tugas dibandingkan pendekatan kemanusiaan.

2.

Memaksa bawahan untuk patuh dan menuntut kesetiaan mutlak.

3.

Memaksa, mengancam, menghukum atau mengintimidasi kepada anak buah.

4.

Serba intruksi dan perintah.

5.

Kasar dalam fikiran, perasaan dan perbuatan.

6.

Kaku dalam pergaulan terutama kepada anak buah.

7.

Mencari perhatian keatasan kalau ia memimpin tingkat Lini dan Menengah.

8.

Lebih banyak kritik dari pada memuji bawah.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain :


a.

Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.

Sebagaimana hadist yang berbunyi :


Hendaklah kamu mendengar, patuh dan taat ( kepada pemimpinmu ) dalam masa
kesenangan ( kemudahan dan kelapangan ), dalam kesulitan dan kesempitan, dalam
kegiatanmu dan di saat mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan sekalipun
keadaan itu merugikan kepentinganmu. (HR Imam Muslim dan An-Nasai).
b.

Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.

c.

Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.

d.

Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh

bawahan.
E. Kelebihan Dan Kekurangan Kepemimpinan Otokratis
Adapun kelebihan dan kekurangan dari kepemimpinan otokratis yaitu sebagai
berikut:
Kelebihan : [30]
a. Tujuan lebih mudah dicapai, karena hanya mengadopsi kepentingan satu orang.
b. Dengan alasan yang sama, tidak pernah terjadi konflik kepentingan dalam
organisasi.
c. Pengambilan keputusan mudah dilakukan.
Kekurangan :
a. Anggota organisasi tidak bisa berinovasi, minim kreasi.
b. Anggota organisasi tidak bisa menyampaikan pendapatnya dan tidak memiliki posisi
tawar dalam pengambilan keputusan.
c. Pemimpin terlalu berkuasa, sehingga biasanya sering terjadi abuse of power. [31]
Untung rugi gaya otoriter adalah :
1. Kecepatan dan ketegasan dalam membuat keputusan dan bertindak.
2. Produktivitas dapat meningkat.
3. Suasana kerja yang kaku, tegang, dan mencekam yang dapat berakibat
ketidakpuasan karyawan, permusuhan, pindah, dan mutu kerja berkurang.
4. Lebih cocok pada organisasi dalam keadaan darurat.
F. Contoh Sejarah Pemimpin Otokratis
Pemimpin Otoriter menganut paham bahwa dirinya adalah segalanya. Pemimpin
yang membuat aturan dan orang-orang didalam organisasinya harus mematuhi apapun
yang dikehendaki dan menjadi keputusannya.
Moammar Khadafi dari Libya dan Louis XIV dari Perancis adalah sedikit contoh
pemimpin yang memiliki tipe otoriter dalam memegang wewenang dan kekuasaannya.
Ucapan Louis XIV, Letat ces moi yang sangat terkenal itu menunjukkan betapa
arogannya penguasa yang satu ini. Yang menganggap bahwa negara adalah dirinya.
Bahwa apa yang menjadi keinginannya itulah yang berlaku sebagai hukum yang harus

dipatuhi dan dilaksanakan di negara Perancis saat itu. Demikian halnya dengan
Moammar Khadaffi yang menganggap Libya adalah keluarga miliknya, dan dia adalah
pemimpin keluarga tesebut.[32]
G. Tips Bagi Seorang Pemimpin Dalam Pelayanan Kesehatan
Batalden dan Vorlicky (1990) mengemukakan bahwa terdapat 14 tips yang harus
menjadi perhatian bagi seorang pemimpin yang mempunyai wawasan mutu dalam
pelayanan kesehatan, yaitu:

[33]

1.Bangun secara tetap tujuan pelayanan dalam organisasi.


2.Terima atau adopsi filosofi baru.
3. Gunakan metode saintifik untuk menentukan mutu sarana yang ada, lakukan
tindakan perbaikan yang dibutuhkan seluruh tugas dan cari bukti-bukti dari akibat yang
ditimbulkan sebagai hasil dari pembiayaan yang tidak benar atau registrasi yang tidak
lengkap.
4. Biaya yang dikeluarkan tidak akan ada artinya tanpa mutu pelayanan yang baik.
5. Tingkatkan sistem produksi dan pelayanan secara terus-menerus untuk jangka waktu
lama.
6. Jadwal ulang pelatihan.
7. Tingkatkan supervisi.
8. Hilangkan perbedaan (kastanisasi) yang ada dalam organisasi, hentikan gosip, dan
tidak menyalahkan staf/karyawan membabi buta.
9. Hilangkan hambatan di antara bagian yang ada dan tingkatkan kerja sama lintas
program.
10. Hilangkan slogan-slogan yang ada dan sejak staf/karyawan untuk bekerja lebih
baik.
11. Eliminasi standar kerja berdasarkan kuota.
12. program pelatihan (in-service-training) dalam menggunakan piranti statistik.
13. Rancang kembali program khusus pelatihan dalam hal keterampilan baru.
14. Timbulkan minat pada level manajemen puncak yang setiap harinya akan peduli 13
poin yang sudah dikemukakan di atas.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin (lead) berarti
bimbing atau tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin
(rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan pe menjadi pemimpin
(leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan
kominikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu. Dan setelah ditambah akhiran an menjadi pimpinan artinya orang yang
mengepalai. Apabila dilrengkapi dengan awalan ke menjadi kepemimpinan
(leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta
membujuk pihak lain agar melakuakan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga
dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok
(Inu Kencana, 2003). Jadi kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku
orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Miftah, 1997).
Kepemimpinan secara otokratis adalah kepemimpinan yang cara memimpinnya
menganggap organisasi sebagai miliknya sendiri. Sehingga seorang pemimpin
bertindak sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap
mereka itu sebagai bawahannya dan merupakan alat atau mesin, tidak diperlakukan
sebagaimana manusia. Bawahan hanya menurut dan menjalankan perintah atasannya
serta tidak boleh membantah, karena pimpinan tidak mau menerima kritik, saran dan
masukan. Tipe kepemimpinan otokratis adalah kepemimpinan yang sama dengan tipe
otoriter, yang mana dari kepemimpinan ini, bawahan tidak berhak menyampaikan
saran, pendapat, dan kritik. Dalam kepemimpinan ini seorang pemimpin menganggap
dirinya adalah segala-galanya yang memiliki kekuasaan dan kewenangan atas anak
buah sesuai dengan kehendaknya.
Kepemimpinan ini lebih identik dengan system satu orang yang berkuasa, yang
berhak menentukan kebijakan, berhak dalam mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan dalam organisasi. Kepemimpinan ini hanya dibatasi dengan undangundang saja.
B. Saran
Sebaiknya dalam memimpin suatu organisasi kita tidak menggunakan tipe
kepemimpinan otokrasi karena tipe ini hanya berpusat kepada satu orang sehingga
komunikasi antara bawahan dan atasan tidak berjalan lancar. Sehingga dalam

kepemimpinanpun jarang sekali tipe ini berhasil untuk memajukan suatu organisasi atau
perusahaan, karena pemimpin dalam tipe ini hanya memperhatikan keputusannya
sendiri, tanpa mendengarkan saran dan kritik dari bawah.

DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, Muhammad Fauzan. 2010. Skripsi : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
Kepuasan Kerja Dan Kinerja Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel
Intervening. Semarang : UNDIP

M. Fais Satrianegara & Sitti Saleha.. Buku Ajar:Organisasi Dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan Serta Kebidanan. (Jakarta : Salemba Medika, 2009), hal.33
Junita, Rita. 29 Mei 2012. http://www.kabarpendidikan.blogspot.com. Dasar-Dasar
Manajemen. Pekanbaru.
Mamduh M. Hanafi. Cetakan Pertama. Manajemen.. (Yogyakarta : Unit Penerbit dan
Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan, 1999), hal.362
S. Suarli dan Yayan Bahtiar. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis.
(Jakarta : Penerbit Erlangga.2012

Anda mungkin juga menyukai