klien seperti
laboratorium, CT scan dan tindakan seperti suntikan, infuse, observasi rutin sering
membuat klien merasa sebagai objek. Keluarga juga sering merasa khawatir dan
ketidakpastian keadaan klien ditambah dengan kurangnya waktu petugas kesehatan
seperti dokter dan perawat untuk membicarakan keadaan klien terutama pada ruangan
gawat darurat, tim kesehatan focus pada penyelamatan klien dengan segera. Klien dan
keluarga kurang diberi informasi yang dapat mengakibatkan perasaan sedih, ansietas,
takut marah, frustrasi dan tidak berdaya karena informasi yang kurang jelas disertai
ketidakpastian.
Dengan melakukan asuhan keperawatan pada konsep diri klien yang diintegrasikan
secara komprehensif, diharapkan klien dan keluarga sesegera mungkin dapat berperan
serta sehingga self care /perawatan diri dan family support (dukungan keluarga) dapat
terwujud.
Keadaan klien dan keluarga ini dapat diatasi dengan cara meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan. Salah satu aspek yang dapat dilakukan adalah asuhan
keperawatan psikososial.
Elemen prosedur tertentu dari proses komitmen merupakan hal yang umum. Tindakan
diawali dengan petisi oleh keluarga, teman atau petugas masyarakat, dokter, atau
warga lain yang berminat yang menyatakan bahwa orang tersebut mengalami
gangguan jiwa dan memerlukan pengobatan. Pemeriksaan status mental pasien
kemudian dilakukan oleh satu atau dua dokter.
Kemudian diputuskan apakah pasien harus dirawat inap atau tidak, dan tentunya
pembuat keputusan menetapkan sifat kmitmen dan siapa yang persisnya membuat
keputusan ini akan menentukan sifat dari komitmen. Sertifikasi medis menjelaskan
bahwa sejumlah dokter telah ditunjuk untuk membuat keputusan. Pengadilan atau
sidang komitmen diputuskan oleh hakim atau juri dalam suatu persidangan resmi.
Pasien boleh mempunyai pengacara legal untuk menyiapkan persidangan. Komitmen
administratif ditentukan oleh pengadilan khusus dari petugas sidang.
Jika individu ditetapkan sebagai (1) berbahaya bagi dirinya sendiri atau bagi orang
lain, (2) menderita sakit jiwa dan memerlukan perawatan, dan/atau (3) tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan dan tempat tinggal, maka ia dirawat
inap.
Pemulangan
Pasien berusia dewasa yang masuk secara sukarela dapat mengusulkan untuk keluar
dri rumah sakit dengan kemauannya sendiri. Kebanyakan negara bagian meminta
pasien untuk memberikan pemberitahuan tertulis tentang keinginannya untuk
dipulangkan. Bagi pasien yang pulang paksa tanpa mengindahkan saran medis,
kebanyakan rumah sakit mengharuskan mereka untuk menandatangani formulir yang
menyatakan hal tersebut. Apabila pasien yang masuk rumah sakit dengan suka rela
kemudian melarikan diri, ia hanya dapat dibawa kembali ke rumah sakit jika pasien
dengan sukarela menyetujuinya. Jika ia menolak untuk kembali ke rumah sakit, ia
harus dipulangkan atau prosedur komitmen paksaan harus dilakukan. Pasien paksaan
telah kehilangan haknya untuk meninggalkan rumah sakit ketika mereka
menginginkannya. Jika pasien ini melarikan diri dari rumah sakit, staf mempunyai
kewajiban legal untuk melaporkan kepada polisi dan pengadilan.
TABEL: KARAKTERISTIK DARI KETIGA JENIS CARA MASUK KE
RUMAH SAKIT JIWA
Masuk Informal
Masuk dengan
Sukarela
Masuk
Pemulangan
Pembenaran
Sukarela mencari
bantuan
masalah tunawisma tetapi individu yang sakit mental namun tidak membahayakan
yang membutuhkan perawatan psikiatri dan stabilisasi di dalam komunitas. Mungkin
akan
sangat
bermanfaat
untuk
menugaskan
pasien
yang
menghentikan
Tiga area advokasi berikut ini akan membantu untuk memaksimalkan pemenuhan
hak pasien:
1. untuk mendidik staf kesehatan mental dan mengimplementasikan kebijakan
dan prosedur yang mengakui dan melindungi hak-hak pasien
2. untuk menetapkan suatu prosedur tambahan sehingga memungkinkan untuk
mempercepat penyelesaian masalah, pertanyaan, atau ketidaksepakatan yang
terjadi berdasarkan hak legal
3. untuk memberikan kemudahan pelayanan legal ketika terjadi pengingkaran
terhadap hak pasien
PERAN LEGAL PERAWAT
Perawat psikiatri mempunyai hak dan tanggung jawab membantu 3 peran legal:
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai pegawai, dan perawat
sebagai warga negara. Perawat mungkin mengalami konflik antara ketiga hak dan
tanggung jawabnya. Penilaian keperawatan profesional memerlukan pemeriksaan
yang teliti dalam konteks asuhan keperawatan, konsekuensi yang mungkin terjadi
akibat tindakan seseorang, dan alternatif yang mungkin dilakukan.
Malpraktik
Malpraktik melibatkan kegagalan seseorang profesional untuk memberikan jenis
asuhan yang diberikan oleh anggota dari prosesi seseorang di dalam komunitas,
mengakibatkan sesuatu yang membahayakan. Kebanyakan pengaduan malpraktik
diarsipkan dalam kesalahan karena kelalaian. Kesalahan merupakan suatu kesalahan
sipil di mana pihak yang dirugikan mempunyai hak untuk mendapatkan kompensasi.
Dibawah hukum kesalahan karena kelalaian, penggugat harus membuktikan:
1. ada kewajiban legal untuk melakukan asuhan
2. perawat melakukan tugasnya dengan kelalaian
3. terdapat kerusakan yang dialami oleh pasien sebagai akibat
4. kerusakan bersifat substansial
RUJUKAN
Stuart G, Sundeen S. 1995. Principles and practice of psychiatric nursing, ed 5. St
Louis. Mosby
Stuart G, Sundeen S. 1998.Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed 3. EGC. Jakarta
Trudeu M. 1993. Informed Consent: the patienss right to decide. J Psychosoc Nurs
Ment Health Serv 31;9