Anda di halaman 1dari 144

TESIS

OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMENGARUHI: STUDI


PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA

A.A.AYU PUTRI WIDYANTARI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011

TESIS

OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMENGARUHI: STUDI


PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA

A.A.AYU PUTRI WIDYANTARI


NIM 0891662034

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011

OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTOR-FAKTOR


YANG MEMENGARUHI: STUDI PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister


pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana

A.A.AYU PUTRI WIDYANTARI


NIM 0891662034

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011

ii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS TELAH DISETUJUI


TANGGAL 11 JANUARI 2011

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak, CPA Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si
NIP. 19590510 199003 1 001
NIP. 19641225 199303 1 003

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Magister Akuntansi
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,

Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,

Dr. I Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak.


NIP 19591202 198702 1 001

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.s (K)


NIP 19590215 198510 2 001

iii

Tesis Ini Telah Diuji pada


Tanggal 11 Januari 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Keputusan Rektor
Universitas Udayana No.: 0050/H14.4/HK/2011 Tanggal 10 Januari 2011

Ketua:

Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak, CPA

Anggota:
1. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si.
2. I Ketut Sujana, SE., M.Si, Ak.
3. Drs. I Gede Suparta Wisadha, M.Si, Ak.
4. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si, Ak.

iv

PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
berarti gelar dan ijasah yang diberikan oleh universitas batal saya terima.

Denpasar, Januari 2011


Penulis

A.A.Ayu Putri Widyantari

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke


hadapan Id Sang Hyang Widhi Wa, karena atas karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul: Opini Audit Going Concern dan FaktorFaktor yang Memengaruhi: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia. Tesis ini merupakan hasil penelitian sebagai persyaratan akhir
studi jenjang Strata-2, di bidang Akuntansi, Program Studi Magister Akuntansi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.
Berbagai pihak telah berkontribusi besar dalam penyelesaian tesis ini
sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya, khususnya kepada Bapak Prof. Dr. I Wayan Ramantha,
SE., MM., Ak, CPA, sebagai pembimbing I dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman
Badera, SE., M.Si., sebagai pembimbing II, yang dengan tulus dan penuh
kesabaran membimbing, memberi nasihat, dan semangat kepada penulis selama
mengikuti seluruh rangkaian penulisan proposal sampai dengan tahap
penyelesaian tesis. Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih
kepada Bapak

I Ketut Sujana, SE., M.Si, Ak., Bapak Drs. I Gede Suparta

Wisadha, M.Si, Ak., dan Ibu Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si, Ak., sebagai tim
penilai yang telah berkenan memberi masukan konstruktif guna penyempurnaan
tesis ini.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Rektor Universitas
Udayana, Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) atas kesempatan dan
fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
Program Magister di Universitas Udayana. Terima kasih pula kepada Prof. Dr. dr.
A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku direktur Program Pascasarjana Universitas
Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa di Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para dosen
pengajar atas bimbingan, motivasi, dan arahannya selama penulis menjalankan
proses perkuliahan. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Ketut Budiartha, SE.,

vi

M.Si., Ak., Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ibu Ni Made Dwi
Ratnadi, SE., M.Si., Ak., dan Ibu Ni Luh Supadmi, SE., M.Si., Ak., selaku
pengelola Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
yang telah memberi perhatian dan bantuan yang tulus selama penulis mengikuti
pendidikan di Program ini.
Terima kasih pula kepada segenap rekan-rekan MAKSI angkatan II dan III
atas dukungan, semangat, dan bantuan dalam penyediaan data guna penyelesaian
tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis persembahkan kepada
kedua orang tua tercinta, Bapak A.A. Gde Adnyana Wijaya dan Ibu I Gusti Ayu
Tantri atas doa restu dan dukungannya selama ini sehingga penulis bisa
menyelesaikan tesis ini. Terima kasih juga kepada adikku A.A. Gede Widya
Mahantara, atas dukungan moral maupun material selama penulis mengikuti
pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.
Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan kontribusi
kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian
tesis ini. Penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
jika ada kekurangan yang pastinya tidak disengaja dalam tesis ini. Semoga tesis
ini bermanfaat.

Denpasar, Januari 2011

Penulis

vii

ABSTRAK
OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHI: STUDI PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Opini going concern yang diterima oleh sebuah perusahaan menunjukkan
adanya kondisi dan peristiwa yang menimbulkan keraguan auditor akan
kelangsungan hidup perusahaan. Opini audit going concern dapat digunakan
sebagai peringatan awal bagi para pengguna laporan keuangan guna menghindari
kesalahan dalam pembuatan keputusan. Beberapa penelitian mengenai faktorfaktor yang berpengaruh pada opini audit going concern telah dilakukan. Namun,
hasil penelitian tersebut masih menunjukkan ketidakkonsistenan. Penelitian ini
bertujuan menguji kembali faktor-faktor yang memengaruhi opini audit going
concern. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah likuiditas, leverage,
profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas
audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure.
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia perioda 2000-2009 sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil
purposive sampling diperoleh 30 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria
sampel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi logistik.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa leverage dan opini audit
tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern. Variabel
profitabilitas, arus kas, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini
audit going concern. Hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan bahwa variabel
likuiditas, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client
tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern.

Kata kunci: opini audit going concern, likuiditas, leverage, profitabilitas, arus
kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit,
audit lag, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure

viii

ABSTRACT
GOING CONCERN AUDIT OPINION AND FACTORS THAT
INFLUENCE IT: STUDY AT MANUFACTURING COMPANIES ON
INDONESIAN STOCK EXCHANGE
Going concern opinion accepted by a company represents the condition
and events which arises auditors hesitation of the companys going concern.
Going concern audit opinion can be used as early warning to the user of financial
statements in order to prevent mistakes on decision making. A number of research
has been conducted concerning factors that influence to going concern audit
opinion. Yet, its result keeps showing inconsistency. This study objective is to
reinvestigate factors that influence going concern audit opinion. The factors used
on this research are liquidity, leverage, profitability, cash flow, companys size,
companys growth, audit quality, audit lag, prior year audit opinion, and auditor
client tenure.
This research using sample of manucaturing companies listed on Indonesia
Stock Exchange during 2000-2009. Based on purposive sampling, there are 30
manufacturing companies which fulfilled the sample requirements. Hypotesis
testing on this research was done by the logistic regression analysis.
The hypotesis testing showed that leverage and prior year audit opinion
have positive relationship to going concern audit opinion. Variables of
profitability, cash flow, and companys size have negative relationship to going
concern audit opinion. Variables of liquidity, companys growth, audit quality,
audit lag, and auditor client tenure have no relationship to going concern audit
opinion.

Keywords: going concern audit opinion, liquidity, leverage, profitability, cash


flow, companys size, companys growth, audit quality, audit lag,
prior year audit opinion, and auditor client tenure.

ix

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DALAM ....................................................................... i
PERSYARATAN GELAR ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................10
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................11
1.4 Kegunaan Penelitian....................................................................11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori............................................................................13
2.1.1 Teori keagenan (Agency theory).......................................13
2.1.2 Auditing ..........................................................................15
2.1.3 Opini audit .......................................................................19
2.1.4 Kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidup (going concern)................................21
2.1.4.1 Tanggung jawab auditor .......................................22
2.1.4.2 Pertimbangan atas kondisi dan peristiwa ..............24
2.1.4.3 Pertimbangan dampak informasi kelangsungan
hidup entitas terhadap laporan auditor ..................25
2.1.5 Likuiditas.........................................................................27
2.1.6 Leverage ..........................................................................27
2.1.7 Profitabilitas ....................................................................28
2.1.8 Arus kas...........................................................................28
2.1.9 Ukuran perusahaan ..........................................................29
2.1.10 Pertumbuhan perusahaan .................................................30
2.1.11 Kualitas audit ...................................................................30
2.1.12 Audit lag ..........................................................................33
2.1.13 Opini audit tahun sebelumnya ..........................................34
2.1.14 Auditor client tenure ........................................................35
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ...................................36

BAB III RERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS


PENELITIAN
3.1 Rerangka Berpikir .......................................................................46
3.2 Konsep Penelitian .......................................................................51
3.3 Hipotesis Penelitian .....................................................................52
3.3.1 Pengaruh likuiditas pada opini audit going concern..........52
3.3.2 Pengaruh leverage pada opini audit going concern ...........53
3.3.3 Pengaruh profitabilitas pada opini audit going concern ....53
3.3.4 Pengaruh arus kas pada opini audit going concern ...........54
3.3.5 Pengaruh ukuran perusahaan pada opini audit going
concern ............................................................................55
3.3.6 Pengaruh pertumbuhan perusahaan pada opini audit
going concern ..................................................................55
3.3.7 Pengaruh kualitas audit pada opini audit going concern ...56
3.3.8 Pengaruh audit lag pada opini audit going concern ..........57
3.3.9 Pengaruh opini audit tahun sebelumnya pada opini audit
going concern ..................................................................57
3.3.10 Pengaruh auditor client tenure pada opini audit going
concern ............................................................................58
BAB IV METODA PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................60
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................62
4.3 Data Penelitian ............................................................................62
4.3.1 Jenis data.........................................................................62
4.3.2 Sumber data ....................................................................63
4.3.3 Metoda penentuan sampel ...............................................63
4.4 Variabel Penelitian ......................................................................66
4.4.1 Identifikasi variabel .........................................................66
4.4.2 Definisi operasional variabel ...........................................66
4.4.2.1 Likuiditas ...........................................................66
4.4.2.2 Leverage ............................................................67
4.4.2.3 Profitabilitas .......................................................67
4.4.2.4 Arus kas .............................................................68
4.4.2.5 Ukuran perusahaan .............................................68
4.4.2.6 Pertumbuhan perusahaan ....................................68
4.4.2.7 Kualitas audit .....................................................68
4.4.2.8 Audit lag ............................................................69
4.4.2.9 Opini audit tahun sebelumnya ............................69
4.4.2.10 Auditor client tenure ..........................................69
4.4.2.11 Opini audit going concern ..................................69
4.5 Analisis Data ...............................................................................70
BAB V

HASIL PENELITIAN
5.1 Statistik Deskriptif ......................................................................74
5.2 Analisis Regresi Logistik ............................................................78

xi

5.2.1
5.2.2
5.2.3
5.2.4
5.2.5
5.2.6

Menilai kelayakan model regresi .....................................79


Menilai keseluruhan model (overall model fit) .................79
Koefisien determinasi (Nagelkerke R square) ..................80
Tabel klasifikasi ..............................................................80
Uji multikolinearitas ........................................................81
Model regresi logistik yang terbentuk dan pengujian
hipotesis ..........................................................................82

BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Likuiditas pada Opini Audit going concern ..................87
6.2 Pengaruh Leverage pada Opini Audit going concern ...................88
6.3 Pengaruh Profitabilitas pada Opini Audit going concern .............89
6.4 Pengaruh Arus Kas pada Opini Audit going concern ...................89
6.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Opini Audit going concern ...90
6.6 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan pada Opini Audit going
concern .......................................................................................91
6.7 Pengaruh Kualitas Audit pada Opini Audit going concern ...........92
6.8 Pengaruh Audit Lag pada Opini Audit going concern ..................93
6.9 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya pada Opini Audit
going concern .............................................................................94
6.10Pengaruh Auditor Client Tenure pada Opini Audit going
concern .......................................................................................95
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan .....................................................................................97
7.2 Saran ........................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102
LAMPIRAN ................................................................................................... 109

xii

DAFTAR TABEL
No.

Judul

Halaman

Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya .............................................41


Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel ...................................................................64
Tabel 4.2 Distribusi Perusahaan Sampel per Kelompok Industri ........................65
Tabel 4.3 Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit .................................65
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif .............................................................................74
Tabel 5.2 Tabel Klasifikasi ................................................................................80
Tabel 5.3 Matriks Korelasi ................................................................................81
Tabel 5.4 Variables in The Equation ..................................................................82

xiii

DAFTAR GAMBAR
No.

Judul

Halaman

Gambar 3.1 Rerangka Berpikir ..........................................................................50


Gambar 3.2 Konsep Penelitian ...........................................................................51
Gambar 3.3 Model Teoretis Penelitian ...............................................................59
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ......................................................................61

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Judul

Halaman

Lampiran 1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern........................... 109


Lampiran 2 Daftar Perusahaan Sampel .......................................................... 110
Lampiran 3 Nilai Setiap Variabel .................................................................. 111
Lampiran 4 Statistik Deskriptif...................................................................... 121
Lampiran 5 Hasil Analisis Regresi Logistik................................................... 122

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Laporan

keuangan

merupakan

salah

satu

sarana

penting

untuk

mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.


Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 dijelaskan
bahwa tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi
yang berguna dalam pembuatan keputusan bisnis dan ekonomi. Agar dapat
memberikan informasi yang berguna, maka laporan keuangan harus berkualitas.
Menyediakan informasi yang berkualitas tinggi adalah penting karena hal tersebut
akan secara positif memengaruhi penyedia modal dan pemegang kepentingan
lainnya dalam membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan alokasi sumber
daya lainnya yang akan meningkatkan efisiensi pasar secara keseluruhan.
Pemisahan kepemilikan dan pengelolaan perusahaan menurut teori keagenan
berpotensi mengakibatkan konflik antara pihak-pihak yang terkait yaitu agen dan
prinsipal. Konflik ini terjadi karena prinsipal dan agen mempunyai kepentingan yang
saling bertentangan. Jika agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya
masing-masing, serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka ada
alasan untuk percaya bahwa agen (manajemen) tidak selalu bertindak sesuai
keinginan prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976). Pihak manajemen yang

mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan keuangan


yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi kepentingan prinsipal. Perilaku
manajemen ini tentu saja dapat memengaruhi kualitas dari laporan keuangan yang

disajikan. Oleh karena itu, diperlukan peran auditor independen untuk


memberikan opininya atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang terdiri
dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Dengan
demikian, diharapkan penyedia modal dan pemegang kepentingan lainnya dapat
membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan alokasi sumber daya lainnya
yang lebih tepat berdasarkan informasi yang telah diaudit oleh pihak independen.
Standar Auditing (SA) seksi 341 menyebutkan bahwa auditor juga
bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going
concern) dalam perioda waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan
audit (Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2001). Selain itu, Statement on Auditing
Standards (SAS) No. 59 juga menyatakan bahwa auditor harus mengungkapkan
secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan (Auditing
Standard Boards (ASB), 1988). Oleh karena itu, selain memperoleh informasi
mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen, laporan
auditor independen juga memberikan informasi kepada para pengguna laporan
keuangan tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya (going
concern). Laporan audit yang berhubungan dengan going concern dapat
memberikan peringatan awal bagi pemegang saham dan pengguna laporan
keuangan lainnya guna menghindari kesalahan dalam pembuatan keputusan
(Mutchler, 1984).

Clarkson dan Simunic (1994) melakukan studi yang mengidentifikasi reaksi


investor terhadap opini audit yang memuat informasi kelangsungan hidup
perusahaan berdasarkan pengungkapan hasil analisis laporan keuangan. Studi
tersebut menemukan bukti bahwa ketika investor akan melakukan investasi maka
mereka perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, dengan melihat
laporan auditor, terutama yang menyangkut kelangsungan hidup perusahaan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa investor sangat mengandalkan opini
audit yang diberikan auditor untuk melakukan keputusan investasi (Levitt, 1998
dalam Fanny dan Saputra, 2005).
Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini yang dibuat oleh auditor
menyangkut opini going concern (Mayangsari, 2003). Beberapa penyebabnya
antara lain (1) masalah self-fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa apabila
auditor memberikan opini going concern, maka perusahaan akan menjadi lebih
cepat bangkrut karena banyak investor yang membatalkan investasinya atau
kreditor yang menarik dananya (Venuti, 2007), dan (2) tidak terdapatnya prosedur
penetapan status going concern yang terstruktur (Ho, 1994) karena hampir tidak
ada suatu panduan yang jelas atau penelitian yang sudah ada yang dapat dijadikan
acuan pemilihan tipe opini going concern yang harus dipilih (LaSalle dan
Anandarajan, 1996) karena pemberian status going concern bukanlah suatu tugas
yang mudah (Koh dan Tan, 1999).
Kasus bangkrutnya perusahaan energi Enron merupakan salah satu contoh
terjadinya kegagalan auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya. Kebangkrutan perusahaan Enron terjadi

karena adanya skandal akuntansi yang melibatkan pihak manajemen dan auditor
eksternal perusahaan. Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen
dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya kebangkrutan Enron dan divonis pihak
pengadilan karena melakukan mark up pendapatan dan menyembunyikan hutang
lewat business partnership. Weiss (2002) menemukan bahwa dari 228 perusahaan
publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya
menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya
kebangkrutan (Tucker et al, 2003).
Opini going concern yang diterima oleh sebuah perusahaan menunjukkan
adanya kondisi dan peristiwa yang menimbulkan keraguan auditor akan
kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan
oleh auditor dalam memberikan opini going concern adalah meramalkan apakah
auditee akan mengalami kebangkrutan atau tidak. Ross et al. (2002) menyatakan
indikasi kebangkrutan dapat dilihat dari apakah perusahaan mengalami financial
distress, yaitu suatu kondisi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi
untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Financial distress akan menyebabkan
perusahaan mengalami arus kas yang negatif, rasio keuangan yang buruk, dan
kegagalan untuk membayar kewajiban. Pada akhirnya, financial distress ini akan
mengarah pada kebangkrutan perusahaan sehingga

kelangsungan usaha

perusahaan diragukan. Selain itu, beberapa peneliti di antaranya Mutchler et al.


(1997), Louwers (1998), Geiger dan Raghunandan (2002), Geiger dan Rama
(2006), Januarti (2009) menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti kualitas audit,
audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure juga

memengaruhi penerimaan opini audit going concern. Oleh karena itu, kajian atas
opini audit going concern dapat dilakukan dengan melihat faktor-faktor seperti
likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor
client tenure.
Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio yaitu
membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Makin rendah nilai
current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam
menutupi kewajiban jangka pendeknya. Beberapa peneliti (Mutchler, 1985; Chen
dan Church, 1992; LaSalle dan Anandarajan, 1996; Mutchler et al., 1997; Behn et
al., 2001; Bruynseels dan Willekens, 2006) telah menggunakan current ratio
dalam penelitian mereka dan menemukan bahwa current ratio berpengaruh
signifikan pada keputusan opini audit going concern. Namun penelitian yang
dilakukan oleh Rahayu (2007) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) menemukan
bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh signifikan pada penerbitan opini audit
going concern.
Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja, serta
ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh
tempo, mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah. Rasio
leverage dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas perusahaan dalam
memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio
leverage umumnya diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu membandingkan
total kewajiban dengan total aktiva. Jumlah utang yang melebihi total aktiva

menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bernilai


negatif. Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan kinerja keuangan perusahaan
yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai
kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih
kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan (Chen dan
Church, 1992). Namun penelitian Rudyawan dan Badera (2008) menyatakan
bahwa rasio leverage tidak berpengaruh signifikan pada kemungkinan penerimaan
opini audit going concern.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono,
2001:122). Profitabilitas dapat diukur dengan rasio laba bersih sebelum pajak
dibagi penjualan bersih (NIBTS). Semakin besar rasio ini menunjukkan kinerja
perusahaan yang semakin baik untuk menghasilkan laba sehingga tidak
menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan
usahanya dan dapat memperkecil kemungkinan penerimaan opini going concern.
Penelitian Mutchler (1985), Chen dan Church (1992), dan Behn et al. (2001)
menemukan bahwa rasio ini berpengaruh negatif signifikan untuk memprediksi
pembuatan keputusan opini going concern. Namun penelitian Hani dkk. (2003)
dan Rahayu (2007) menemukan bahwa rasio profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan pada penerbitan opini audit going concern.
Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara
keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor harus
memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan arus kas klien.

Salah satu rasio arus kas yang dapat digunakan oleh auditor untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya adalah cash flow to total
debt ratio. Penelitian yang dilakukan Mutchler (1985) menemukan bahwa cash
flow to total debt ratio mampu memprediksi opini audit going concern yang
diberikan auditor. Namun penelitian yang dilakukan oleh Masyitoh dan Adhariani
(2010) menemukan bahwa cash flow to total debt ratio tidak berpengaruh
signifikan pada opini audit going concern.
Untuk kondisi dengan risiko litigasi rendah seperti Hongkong dan negara di
Asia Tenggara pada umumnya, Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa perusahaan
besar

memiliki

kemampuan

yang

lebih

baik

dalam

mempertahankan

kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress.


Oleh karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going
concern dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk
pada tahun mendatang. Hasil penelitian McKeown et al. (1991) dan Mutchler et
al. (1997) membuktikan bahwa ukuran perusahaan memberikan pengaruh negatif
signifikan pada opini audit going concern. Namun penelitian Ramadhany (2005)
serta Januarti dan Fitrianasari (2008) membuktikan bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern.
Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan

kelangsungan

usahanya.

Perusahaan

yang

mengalami

pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan


semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan
kelangsungan hidupnya, sedangkan perusahaan dengan negative growth

mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan (Altman,


1968). Penelitian Fanny dan Saputra (2005) serta Setyarno dkk. (2006)
menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada
opini audit going concern.
DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
lebih besar dapat diartikan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik
dibandingkan kantor akuntan kecil. Selain itu, KAP skala besar memiliki insentif
yang lebih besar untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan
KAP skala kecil. KAP skala besar lebih cenderung untuk mengungkapkan
masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses
pengadilan. Mutchler et al. (1997) menemukan bukti univariat bahwa auditor Big
6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang
mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6. Namun penelitian
Setyarno dkk. (2006), serta Praptitorini dan Januarti (2007) menemukan bahwa
kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going concern.
Ashton et al. (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini
going concern membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan
perusahaan yang menerima opini tanpa kualifikasi. Louwers (1998), Lennox
(2002), dan Putra (2010) menemukan hubungan positif antara audit lag yang
panjang dengan opini audit going concern. McKeown et al. (1991) menyatakan
bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini
terlambat. Hal ini mungkin terjadi karena auditor lebih banyak melakukan
pengujian, manajer melakukan negosiasi yang panjang ketika terdapat

ketidakpastian kelangsungan usaha, dan auditor berharap bahwa perusahaan dapat


mengatasi masalah yang dihadapi untuk menghindari dikeluarkannya opini audit
going concern (Lennox, 2002). Namun penelitian yang dilakukan oleh Januarti
(2009) menemukan bahwa audit lag tidak berpengaruh signifikan pada
penerimaan opini audit going concern.
Mutchler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang
menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun
sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun
berjalan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Carcello dan Neal (2000), Lennox
(2002), Ramadhany (2004), Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan Januarti
(2007), Januarti (2009), serta Putra (2010) yang menemukan hubungan positif
antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan.
Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern,
maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk
menerima kembali opini audit going concern.
Auditor client tenure atau audit firm tenure merupakan jangka waktu perikatan
yang terjalin antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan auditee yang sama.
Kecemasan akan kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan menimbulkan
keraguan bagi auditor untuk menyatakan opini audit going concern. Dengan
demikian independensi auditor akan terpengaruh dengan lamanya hubungan
dengan auditee yang sama (Espahbodi, 1991 dalam Januarti, 2009). Penelitian
yang dilakukan oleh Januarti (2009) menemukan bahwa auditor client tenure
berpengaruh negatif pada penerimaan opini audit going concern. Namun

10

penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) menemukan bahwa auditor client


tenure tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti termotivasi melakukan penelitian
kembali mengenai faktor-faktor yang memengaruhi opini audit going concern
yaitu likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor
client tenure. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan
oleh Januarti (2009) yang meneliti pengaruh faktor perusahaan, kualitas auditor,
dan kepemilikan perusahaan pada penerimaan opini audit going concern.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Januarti (2009) adalah kondisi
keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio
leverage, rasio profitabilitas, dan rasio arus kas sedangkan dalam penelitian
Januarti (2009) dinilai dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan
Altman. Selain itu, penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009 sebagai sampel penelitian,
sedangkan penelitian Januarti (2009) menggunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 1997-2006.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah likuiditas, leverage,
profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas
audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure

11

berpengaruh pada opini audit going concern perusahaan manufaktur yang


terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda 2000-2009?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai
pengaruh likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya,
dan auditor client tenure pada opini audit going concern perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda 2000-2009.

1.4 Kegunaan Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan memberikan
manfaat sebagai berikut ini.
(1) Kegunaan teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
referensi penelitian pasar modal mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
pada opini audit going concern perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia sehingga hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan
sebagai acuan bagi penelitian berikutnya. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat mengonfirmasi hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai
opini audit going concern yang masih belum konsisten.

12

(2) Kegunaan praktis


Bagi praktisi kantor akuntan publik terutama bagi auditor, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan dalam memberikan penilaian
mengenai keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup
perusahaan di masa yang akan datang.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Teori keagenan (agency theory)
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai
suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya
(agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal yang
melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada
agen. Jika kedua pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut berusaha untuk
memaksimalkan utilitas mereka maka ada kemungkinan bahwa agen tidak akan
selalu bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal. Dengan tujuan memotivasi
agen maka prinsipal merancang kontrak sedemikan rupa sehingga mampu
mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan.
Kontrak yang efisien merupakan kontrak yang memenuhi dua asumsi, yaitu
sebagai berikut ini.
(1) Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen
maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga
tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan
dirinya sendiri.
(2) Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang
berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang
diterimanya.

13

14

Namun, pada kenyataannya agen sebagai pengelola perusahaan umumnya


memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kondisi perusahaan dibandingkan
dengan prinsipal sebagai pemilik perusahaan sehingga menimbulkan terjadinya
asimetri informasi.
Eisenhardt (1989) menyatakan ada tiga asumsi sifat manusia terkait teori
keagenan, yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self
interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk
averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer akan cenderung
bertindak oportunis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi dan hal ini memicu
terjadinya konflik keagenan sehingga diperlukan peran pihak ketiga yaitu auditor
independen untuk mengevaluasi pertanggungjawaban keuangan manajemen dan
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen.
Auditor sebagai pihak yang independen dibutuhkan untuk melakukan
pengawasan terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan
kepentingan prinsipal melalui laporan keuangan. Prinsipal mengharapkan auditor
memberikan peringatan awal mengenai kondisi keuangan perusahaan. Data-data
perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan
keuangan lainnya apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan
kondisi keuangan perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor
(Komalasari, 2007). Auditor bertugas untuk memberikan opini atas kewajaran
laporan keuangan perusahaan, dan mengungkapkan permasalahan going concern

15

yang dihadapi perusahaan apabila auditor meragukan kemampuan perusahaan


dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

2.1.2 Auditing
ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) dalam Halim (2008:1)
mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti audit secara objektif mengenai asersi-asersi tentang
berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Menurut Mulyadi (2002:9), secara umum auditing adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi. Tujuannya adalah
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan.
Menurut Jusup (2001:11) auditing atau pengauditan adalah suatu proses
sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan
asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif
untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Sedangkan Agoes (2000:1) mendefinisikan auditing sebagai suatu pemeriksaan
yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap

16

laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan


pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa auditing
adalah proses untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi sehingga dapat ditentukan
tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditentukan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran pernyataan tersebut.
Dalam setiap audit baik audit pada perusahaan besar maupun pada perusahaan
kecil selalu terdapat empat tahapan kegiatan (Jusup, 2001:169) berikut ini.
(1) Penerimaan penugasan audit
Tahap awal suatu audit adalah mengambil keputusan untuk menerima (atau
menolak) suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atau untuk
melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Mulyadi (2002:122)
menyebutkan bahwa perikatan adalah kesempatan dua pihak untuk
mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang
memerlukan jasa auditor menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan
kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit
tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya.
Langkah-langkah yang ditempuh oleh auditor di dalam mempertimbangkan
penerimaan perikatan audit dari calon kliennya adalah sebagai berikut:
(a) mengevaluasi integritas manajemen,
(b) mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa,

17

(c) menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit,


(d) menilai independensi,
(e) menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesional,
(f) membuat surat perikatan audit.
Tahap ini hanya melibatkan standar umum dari standar auditing yang perlu
diterapkan. Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah
dilakukan sejak enam bulan hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku
yang akan diperiksa (Jusup, 2001:169).
(2) Perencanaan Audit
Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penerapan strategi audit untuk
pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap
yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Pada tahap
ini perlu diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari
standar auditing. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga
enam bulan sebelum akhir tahun buku klien. Tahapan yang ditempuh oleh
auditor dalam merencanakan auditnya adalah sebagai berikut:
(a) memahami bisnis dan industri klien,
(b) melaksanakan prosedur audit,
(c) mempertimbangkan tingkat materialitas awal,
(d) mempertimbangkan risiko bawaan,
(e) mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo
awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama,
(f) mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan,

18

(g) memahami pengendalian intern klien.


(3) Pelaksanaan pengujian audit
Tahap ketiga dalam audit laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian
audit. Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan.
Tujuan utama tahap audit ini adalah mendapatkan bukti audit mengenai
efektivitas Struktur Pengendalian Intern (SPI) klien dan kewajaran laporan
keuangannya. Pada tahap ini harus diterapkan standar umum dan standar
pekerjaan lapangan dari standar auditing. Pengujian ini dilakukan tiga sampai
empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu sampai tiga bulan sesudah
akhir tahun buku klien.
(4) Pelaporan Temuan
Tahap keempat atau tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan.
Laporan audit bisa berupa laporan standar yaitu laporan audit dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian atau bisa juga menyimpang dari laporan
standar. Pada tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan standar
pelaporan dari standar auditing. Laporan audit biasanya diterbitkan antara
satu hingga tiga minggu setelah berakhirnya pekerjaan lapangan. Ada dua
langkah yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini (Mulyadi,
2002:122), yaitu:
(a) menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik
kesimpulan,
(b)menerbitkan laporan audit.

19

2.1.3 Opini audit


Dalam SA Seksi 110 paragraf 01 dijelaskan bahwa tujuan audit atas laporan
keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk
menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan
tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat
maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah
auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI, 2001). Pemberian opini audit dapat mengurangi asimetri
informasi

antara

manajemen

dengan

stakeholders

perusahaan

karena

memungkinkan pihak di luar perusahaan untuk memverifikasi validitas laporan


keuangan.
Menurut Halim (2008:75), terdapat lima jenis pendapat yang dapat diberikan
oleh auditor, yaitu sebagai berikut ini.
(1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah
dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa
penjelasan.

20

(2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan


Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan
sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi
tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang
memerlukan bahasa penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai
berikut:
(a) pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain,
(b)adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI,
(c) laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material,
(d)auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya,
(e) auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan
prinsip dan metode akuntansi.
(3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini
diberikan apabila:
(a) tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup
audit yang material tapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara
keseluruhan,
(b)auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak
memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan

21

tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun


perubahan dalam prinsip akuntansi. Auditor harus menjelaskan alasan
pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat.
(4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung
pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan
pendapat tidak wajar diberikan terhadap laporan keuangan.
(5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini diberikan apabila:
(a) ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun
karena kondisi tertentu,
(b)

auditor tidak independen terhadap klien.

2.1.4 Kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidup


(going concern)
Menurut Belkaoui (2006:271), going concern adalah dalil yang menyatakan
bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang
cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab, serta aktivitasaktivitasnya yang tiada henti. Dalil ini memberi gambaran bahwa entitas
diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak
diarahkan

menuju

arah

likuidasi.

Suatu

operasi

yang

berlanjut

dan

berkesinambungan diperlukan untuk menciptakan suatu konsekuensi bahwa

22

laporan keuangan yang terbit pada suatu perioda mempunyai sifat sementara,
sebab masih merupakan suatu rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan.
Rahayu

(2007)

menyatakan

bahwa

istilah

going

concern

dapat

diinterpretasikan dalam dua hal, yang pertama adalah going concern sebagai
konsep dan yang kedua adalah going concern sebagai opini audit. Sebagai konsep,
istilah going concern dapat diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan
mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka panjang. Sebagai opini
audit, istilah opini going concern menunjukkan auditor memiliki kesangsian
mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya di masa
mendatang.
Dalam SA Seksi 341 paragraf 01 dinyatakan bahwa kelangsungan hidup
entitas dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti
adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya, informasi
yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas
adalah

berhubungan

dengan

ketidakmampuan

entitas

dalam

memenuhi

kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar
aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan
operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang lain (IAI, 2001).
Kelangsungan hidup suatu entitas selalu dihubungkan dengan kemampuan
manajemen untuk membawa entitas tersebut untuk bertahan selama mungkin.

2.1.4.1 Tanggung jawab auditor


Dalam SA Seksi 341 paragraf 03 dinyatakan bahwa auditor bertanggung
jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan

23

entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam perioda waktu


pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang
diaudit dengan cara berikut ini (IAI, 2001).
(1) Auditor

mempertimbangkan

dilaksanakannya

menunjukkan

apakah
adanya

seluruh

hasil

kesangsian

prosedur
besar

yang

mengenai

kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam


jangka waktu yang pantas. Mungkin diperlukan informasi tambahan
mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung
informasi yang mengurangi kesangsian auditor.
(2) Jika auditor yakin terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas,
ia harus:
(a) memperoleh informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi
dampak kondisi dan peristiwa tersebut,
(b) mengevaluasi apakah rencana tersebut efektif dilaksanakan.
(3) Setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor mengambil kesimpulan
apakah masih terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.
SA Seksi 341 paragraf 04 menyatakan bahwa auditor tidak bertanggung jawab
untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas
kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan
dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu
satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya

24

menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak
dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan audit tidak seharusnya
dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya (IAI, 2001).

2.1.4.2 Pertimbangan atas kondisi dan peristiwa


SA Seksi 341 paragraf 06 menyatakan bahwa auditor dapat mengidentifikasi
informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang menunjukkan adanya
kesangsian

besar

tentang

kemampuan

entitas

dalam

mempertahankan

kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebih dari satu tahun
sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit). Contoh kondisi dan
peristiwa tersebut adalah sebagai berikut ini (IAI, 2001).
(1) Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi,
kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan
penting yang jelek.
(2) Petunjuk lain tentang kemungkinan financial distress, sebagai contoh,
kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa,
penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap
pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang,
kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau
penjualan sebagian besar aktiva.
(3) Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan
perburuhan yang lain, ketergantungan besar atau sukses proyek tertentu,

25

komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk


secara signifikan memperbaiki operasi.
(4) Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatan
pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang
kemungkinan

membahayakan

kemampuan

entitas

untuk

beroperasi,

kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau


pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir,
kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan
pertanggungan yang tidak memadai.
Arens

dan

Lobbecke

(1996:52)

menyatakan beberapa

faktor

yang

menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan adalah


(1) kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja,
(2) ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh
tempo dalam jangka pendek, (3) kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana
yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi dan banjir atau masalah perburuhan
yang tidak biasa, serta (4) perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah
serupa yang sering terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan
untuk beroperasi.

2.1.4.3 Pertimbangan dampak informasi


terhadap laporan auditor

kelangsungan

hidup

entitas

SA Seksi 341 paragraf 10-14 memberikan pedoman kepada auditor tentang


dampak informasi kelangsungan hidup entitas terhadap laporan auditor sebagai
berikut ini (IAI, 2001).

26

(1) Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa yang


terjadi, auditor tidak menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas
maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.
(2) Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa yang
terjadi,

auditor

menyangsikan

kemampuan

satuan

usaha

dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas


maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan
usaha tidak memiliki rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa
rencana manajemen entitas tidak dapat secara efektif mengurangi dampak
negatif kondisi atau peristiwa tersebut maka auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat.
(3) Apabila auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen dapat secara
efektif dilaksanakan maka auditor harus mempertimbangkan mengenai
kecukupan pengungkapan mengenai kelangsungan hidup satuan usaha,
mitigating factor, dan rencana manajemen. Apabila auditor berkesimpulan
bahwa pengungkapan tersebut memadai maka ia memberikan pendapat wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kemampuan satuan
usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
(4) Jika auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan tersebut tidak memadai
maka ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat
tidak wajar karena terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.

27

Secara ringkas panduan untuk mempertimbangkan pernyataan pendapat atau


pernyataan tidak memberikan pendapat dalam hal auditor menghadapi masalah
kesangsian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.1.5 Likuiditas
Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat
waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio yaitu
membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Menurut Husnan dan
Pudjiastuti (2006), aktiva lancar adalah aktiva yang diharapkan berubah menjadi
kas dalam jangka waktu yang singkat (biasanya kurang dari satu tahun),
sedangkan kewajiban lancar menunjukkan kewajiban yang harus dipenuhi dalam
waktu dekat (biasanya juga kurang dari satu tahun). Rasio ini dapat memberikan
sebuah ukuran likuiditas yang cepat, mudah digunakan dan mampu menjadi
indikator terbaik sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah
ditutupi oleh aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup
cepat (Brigham & Houston, 2009:95).

2.1.6 Leverage
Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai
investasinya (Sartono, 2001:120). Leverage dapat diproksikan dengan debt ratio
yaitu membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini
mengukur tingkat persentase utang perusahaan terhadap total aktiva yang dimiliki

28

atau seberapa besar tingkat persentase total aktiva dibiayai dengan utang. Semakin
besar tingkat rasio leverage menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya di masa depan karena
sebagian besar dana yang diperoleh oleh perusahaan akan digunakan untuk
membiayai utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor
pada umumnya lebih menyukai debt ratio yang rendah angka rasionya, maka
semakin besar peredaman dari kerugian yang dialami kreditor jika terjadi
likuidasi. Semakin besar debt ratio maka akan semakin besar kemungkinan
auditor untuk memberikan opini audit going concern.

2.1.7 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk
dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya.
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan rasio laba bersih sebelum pajak
dibagi penjualan bersih (NIBTS). Rasio ini merupakan variabel penting dalam
pengukuran kinerja operasi yang dapat mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan pendapatan dan efisiensi pengelolaan biaya guna
mempertahankan kelangsungan usahanya.

2.1.8 Arus kas


Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara
keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor harus
memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan arus kas klien.

29

Auditor perlu untuk memahami bagaimana menggunakan rasio arus kas dalam
melaksanakan audit karena ukuran tersebut akan semakin diperhatikan oleh
investor dan para pengguna laporan keuangan lainnya. Salah satu rasio arus kas
yang dapat digunakan oleh auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melanjutkan usahanya adalah cash flow to total debt ratio. Rasio ini diukur
dengan membandingkan antara arus kas operasi dengan total kewajiban.

2.1.9 Ukuran perusahaan


Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menyatakan bahwa
ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan
menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara, antara lain: total
aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan,
dan jumlah penjualan. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3
kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (mediumsize), dan perusahaan kecil (small firm).
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki. Perusahaan
dengan total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah
mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah
positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif
panjang. Selain itu, hal ini juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih
stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total
aktiva yang kecil (Indriani, 2005 dalam Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Oleh
karena itu, perusahaan besar diharapkan akan lebih mampu untuk menyelesaikan
masalah keuangan yang dihadapi dan mempertahankan kelangsungan usahanya.

30

2.1.10 Pertumbuhan perusahaan


Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat
diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa
baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya
maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992
dalam Setyarno dkk., 2006). Perusahaan yang mengalami pertumbuhan
menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya
sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan
hidupnya. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif
berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga manajemen perlu untuk
mengambil tindakan perbaikan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Penjualan merupakan kegiatan operasi utama perusahaan. Penjualan
perusahaan yang meningkat dari tahun ke tahun memberi peluang perusahaan
untuk memperoleh peningkatan laba. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio
pertumbuhan penjualan perusahaan akan semakin kecil kemungkinan auditor
untuk menerbitkan opini audit going concern (Setyarno dkk., 2006).

2.1.11 Kualitas audit


Pengukuran kualitas audit masih tetap merupakan sesuatu yang tidak jelas,
tetapi pemakai laporan keuangan biasa mengaitkannya dengan reputasi auditor
(Teoh dan Wong, 1993). Craswell et al. (1995) menyatakan klien biasanya
mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki

31

afiliasi dengan KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena
auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas,
seperti pelatihan, pengakuan internasional, dan adanya peer review. Auditor yang
memiliki reputasi yang baik akan cenderung untuk mempertahankan kualitas
auditnya agar reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien.
DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan
menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil.
Selain itu, KAP skala besar memiliki insentif yang lebih besar untuk menghindari
kritikan kerusakan reputasi dibandingkan KAP skala kecil. KAP skala besar lebih
cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih
kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Argumen ini menunjukkan bahwa
KAP besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan masalah
kelangsungan usaha kliennya. Palmrose (1988) membuktikan di dalam
penelitiannya bahwa kelompok auditor Big 8 memiliki tingkat litigasi yang rendah
dibandingkan non-Big 8, hal tersebut menunjukkan bahwa auditor Big 8
memberikan kualitas yang lebih tinggi karena memiliki motivasi untuk menjaga
reputasinya.
Sebelum tahun 2003, terdapat lima KAP besar di dunia yang disebut The Big
Five Auditors yaitu Arthur Andersen, Ernst & Young, Deloitte Touche Tohmatsu,
KPMG, dan PricewaterhouseCoopers. Lima KAP lokal yang berafiliasi dengan
The Big Five Auditors yaitu:
(1) KAP Prasetio Utomo & Co berafiliasi dengan Arthur Andersen,
(2) KAP Hanadi, Sarwoko, dan Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,

32

(3) KAP Hans Tuanakotta & Mustofa berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu,
(4) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG,
(5) KAP

Drs.

Hadi

Susanto

dan

Rekan

berafiliasi

dengan

PricewaterhouseCoopers.
Namun sejak tahun 2003 hingga sekarang, The Big Five Auditors tersebut
menjadi The Big Four Auditors. Keempat KAP tersebut adalah Ernst & Young,
Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, dan PricewaterhouseCoopers. Pada tahun
2003-2004 empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four Auditors
tersebut, adalah:
(1) KAP Prasetio, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,
(2) KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu,
(3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG,
(4) KAP

Drs.

Hadi

Susanto

dan

Rekan

berafiliasi

dengan

PricewaterhouseCoopers.
Pada tahun 2005, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four
Auditors adalah sebagai berikut:
(1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,
(2) KAP Osman Ramli Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu,
(3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG,

33

(4) KAP

Drs.

Hadi

Susanto

dan

Rekan

berafiliasi

dengan

PricewaterhouseCoopers.
Pada tahun 2006-2008, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big four
Auditors adalah sebagai berikut:
(1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,
(2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu,
(3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG,
(4) KAP Haryanto Sahari berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers.
Pada tahun 2009, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four
Auditors yaitu:
(1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,
(2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu,
(3) KAP Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG,
(4) KAP

Tanudireja

Wibisana

&

Rekan

berafiliasi

dengan

PricewaterhouseCoopers.

2.1.12 Audit lag


Audit lag atau dalam beberapa penelitian disebut sebagai audit delay
didefinisikan sebagai rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan
keuangan tahunan yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk
memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan
perusahaan sejak tanggal tahun tutup buku, yaitu per 31 Desember sampai tanggal

34

yang tertera di laporan auditor independen (Rachmawati, 2008). Subyekti dan


Widiyanti (2004) juga menyatakan audit lag sebagai perbedaan antara tanggal
laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan yang
mengindikasikan lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor.
Oleh karena itu, semakin panjang audit lag semakin lama auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan auditnya.
Ashton et al. (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini
going concern membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan
perusahaan yang menerima opini tanpa kualifikasi. Louwers (1998), Lennox
(2002), serta Januarti dan Fitrianasari (2008), menemukan hubungan positif antara
audit lag yang panjang dengan opini audit going concern. McKeown et al. (1991)
menyatakan bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemui ketika
pengeluaran opini terlambat. Hal ini mungkin terjadi karena auditor lebih banyak
melakukan pengujian, manajer melakukan negosiasi yang panjang ketika terdapat
ketidakpastian kelangsungan usaha, dan auditor berharap bahwa perusahaan dapat
mengatasi masalah yang dihadapi untuk menghindari dikeluarkannya opini audit
going concern (Lennox, 2002).

2.1.13 Opini audit tahun sebelumnya


Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima perusahaan
pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian. Mutchler (1984)
melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa
perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya
lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler

35

(1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini


audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan.
Hasilnya menunjukkan bahwa model analisis diskriminan yang memasukkan tipe
opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang
paling tinggi sebesar 89,9 persen dibandingkan model yang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler (1984), Carcello dan Neal (2000),
Lennox (2002), Ramadhany (2004), Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan
Januarti (2007), serta Januarti (2009) menemukan hubungan positif antara opini
audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada
tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada
tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima
kembali opini audit going concern.

2.1.14 Auditor client tenure


Auditor client tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara
kantor akuntan publik (KAP) dengan auditee yang sama. Kecemasan akan
kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan menimbulkan keraguan bagi
auditor untuk menyatakan opini audit going concern.
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Bagian Praktek Securities of
Exchange Commission (SEC) Komite Eksekutif (American Institute of Certified
Public Accountants (AICPA), 1992 dalam Sinason et al., 2001) dinyatakan
beberapa argumen yang dibuat tentang audit tenure. Argumen ini menyatakan
bahwa dalam jangka panjang hubungan antara auditor dan perusahaan klien akan
menyebabkan masalah sebagai berikut ini.

36

(1) Auditor mempunyai hubungan yang semakin dekat dengan manajemen


klien

yang

menyebabkan auditor

untuk

mengidentifikasi masalah

manajemen dan kehilangan skeptisisme profesional.


(2) Auditor

mungkin

menganggap

pengujian

yang dilakukan

sebagai

pengulangan dari perikatan sebelumnya sehingga auditor merasa sudah


mengetahui lebih dulu hasil dari pengujian tersebut. Hal ini menyebabkan
auditor kurang mampu untuk mengevaluasi perubahan penting dalam
kondisi klien.

(3) Auditor mungkin berkeinginan untuk menyelesaikan masalah perusahaan


klien dalam rangka mempertahankan hubungannya dengan klien. Memenuhi
keinginan

manajemen

klien

mungkin

menjadi

prioritas

auditor,

dibandingkan mengikuti standar profesional.

2.2

Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya


Penelitian empiris mengenai opini audit going concern sebelumnya pernah

dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya Mutchler (1985), Chen dan Church
(1992), Fanny dan Saputra (2005), Setyarno dkk. (2006), Januarti (2009), dan
Putra (2010). Namun hasil dari penelitian-penelitian tersebut tidak konsisten.
Mutchler (1985) melakukan analisis diskriminan dengan memasukkan enam rasio
keuangan (Cash Flow/Total Liabilities, Current Assets/Current Liabilities, Net
Worth/Total Liabilities, Total Long-term Liabilities/Total assets, dan Net Income
Before Tax/Net Sales), item contrary information, mitigating factors, tren dan tipe
opini tahun sebelumnya. Hasil temuannya menunjukkan bahwa model dengan
variabel rasio-rasio keuangan dan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai

37

akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9% dibanding model
yang lain. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai rasio keuangan
dan tipe opini audit tahun sebelumnya sangat berguna dalam memprediksi
keputusan opini going concern.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Mutchler (1985) adalah sama-sama
meneliti current ratio, dan cash flow/total liabilities. Perbedaannya adalah
penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik untuk menguji faktorfaktor yang memengaruhi opini audit going concern. Selain rasio keuangan dan
opini audit tahun sebelumnya, penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client tenure
sebagai variabel independen.
Chen dan Church (1992) menguji kegunaan status default dan variabel
keuangan dalam mengidentifikasi opini going concern yang diterima perusahaan.
Variabel keuangan yang digunakan adalah cash flows from current operations divided
by total liabilities (CFTL), current assets divided by current liabilities (CACL), longterm
debt divided by total assets (LDTA), net income before taxes divided by net sales
(NIBTS), perubahan current ratio (CCR), terjadinya rugi operasi 2 tahun berturut-turut
(LOS2), dan ukuran perusahaan (LTA). Hasil penelitiannya menemukan hubungan

yang kuat antara status default dan penerbitan opini audit going concern.
Pengujian tambahan yang dilakukan menemukan bahwa kekuatan penjelas dan
kemampuan prediktif tambahan dapat dicapai dengan mempertimbangkan status
default dalam menentukan penerbitan opini audit going concern.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Chen dan Church (1992) adalah
sama-sama meneliti pengaruh rasio keuangan, dan ukuran perusahaan pada opini

38

audit going concern. Perbedaannya adalah penelitian ini menambahkan variabel


pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client tenure.
Penelitian Fanny dan Saputra (2005) menguji pengaruh model prediksi
kebangkrutan (yang diukur dengan The Zmijewski Model, The Altman Model, dan
Revised Altman Model, dan The Springate Model), pertumbuhan perusahaan (yang
diukur dengan pertumbuhan aset) dan reputasi Kantor Akuntan Publik (yang
diukur berdasarkan penggolongan KAP Big 4 dan non-Big 4) pada opini audit
going concern. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan model
prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman memengaruhi ketepatan
pemberian opini audit going concern, pertumbuhan perusahaan dan reputasi
Kantor Akuntan Publik tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going
concern.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Fanny dan Saputra (2005) adalah
sama-sama meneliti pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kualitas audit pada
opini audit going concern. Perbedaannya adalah penelitian ini menambahkan
variabel likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, audit lag,
opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure sebagai variabel
independen.
Setyarno dkk. (2006) meneliti pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan
perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap
opini audit going concern. Sampel penelitiannya adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta perioda 2000-2004. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap opini audit going

39

concern, penggunaan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh


Altman berpengaruh terhadap opini audit going concern, opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going concern, dan pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Setyarno dkk. (2006) adalah samasama meneliti pengaruh pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, dan opini audit
tahun sebelumnya pada opini audit going concern dengan menggunakan teknik
analisis regresi logistik. Perbedaannya adalah penelitian ini menambahkan
variabel likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, audit lag,
dan auditor client tenure sebagai variabel independen. Selain itu, sampel dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia perioda 2000-2009.
Penelitian Januarti (2009) menganalisis pengaruh faktor perusahaan, kualitas
auditor, dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going
concern. Sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia perioda 1997-2006. Alat analisis yang digunakan adalah regresi
logistik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel kondisi keuangan tidak
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, variabel debt default
berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern, ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern,
opini tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern, kualitas auditor berpengaruh positif terhadap penerimaan opini
audit going concern, auditor client tenure berpengaruh negatif terhadap

40

penerimaan opini audit going concern, audit lag tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern, opinion shopping tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern, kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Januarti (2009) adalah sama-sama
meneliti pengaruh ukuran perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun
sebelumnya, dan auditor client tenure pada opini audit going concern dengan
menggunakan teknik analisis regresi logistik. Perbedaannya adalah penelitian ini
penelitian ini menambahkan variabel likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas,
dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen. Selain itu, sampel
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia perioda 2000-2009.
Putra (2010) meneliti pengaruh model prediksi kebangkrutan, reputasi auditor,
opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag pada opini audit going concern.
Sampel penelitian terdiri dari 154 perusahaan manufaktur yang mengalami
financial distress di Bursa Efek Indonesia perioda 2002-2008. Alat analisis yang
digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model
prediksi kebangkrutan berpengaruh negatif pada opini audit going concern,
reputasi auditor tidak berpengaruh pada opini audit going concern, opini audit
tahun sebelumnya dan audit lag berpengaruh positif pada opini audit going
concern.

41

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Putra (2010) adalah sama-sama


meneliti pengaruh kualitas audit, audit lag, dan opini audit tahun sebelumnya
pada opini audit going concern dengan menggunakan teknik analisis regresi
logistik. Perbedaannya adalah penelitian ini penelitian ini menambahkan variabel
likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan dan auditor client tenure sebagai variabel independen. Selain itu,
sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia perioda 2000-2009.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diringkas hasil-hasil penelitian
sebelumnya dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya
No
Peneliti
Judul
(1)
(2)
(3)
1. Jane F.
A Multivariate
Mutchler (1985) analysis of the
auditors going
concern
opinion
decision

Variabel Penelitian
(4)
Enam rasio
keuangan yaitu
CashCash
Flow/Total
Liabilities,
Current
Assets/Current
Liabilities, Net
Worth/Total
Liabilities, Total
Long-term
Liabilities/Total
assets, dan Net
Income Before
Tax/Net Sales),
item contrary
information,
mitigating factors,
tren dan tipe opini
tahun sebelumnya

Hasil Penelitian
(5)
Model dengan
variabel rasio-rasio
keuangan dan tipe
opini audit tahun
sebelumnya
mempunyai
akurasi prediksi
keseluruhan yang
paling tinggi
sebesar 89,9%
dibanding model
yang lain

42

(1)
(2)
2. Kevin C. W.
Chen and Bryan
K. Church
(1992)

(3)
(4)
Default on
Variabel
Debt
dependen: opini
Obligations
audit going
and the
concern.
Issuance of
Variabel
Going-Concern independen: cash
Opinions
flows from current
operations divided
by total liabilities
(CFTL), current
assets divided by
current liabilities
(CACL), longterm
debt divided by total
assets (LDTA), net
income before taxes
divided by net sales
(NIBTS), perubahan
current ratio (CCR),
terjadinya rugi
operasi 2 tahun
berturut-turut
(LOS2), ukuran
perusahaan (LTA),
dan status default

3.

Margaretta
Fanny dan
Sylvia Saputra
(2005)

(5)
Enam variabel
yaitu CFTL,
CACL, LDTA,
NIBTS, LTA,
CCR berguna
dalam
menjelaskan
penerbitan opini
audit going
concern.
Status default
lebih berguna
dalam
menjelaskan
penerbitan opini
audit going
concern
dibandingkan
variabel keuangan.

Opini Audit
Variabel
Penggunaan model
Going concern: dependen: opini
prediksi
Kajian
audit going
kebangkrutan yang
Berdasarkan
concern.
dikembangkan
Model Prediksi Variabel
oleh Altman
Kebangkrutan,
independen: model memengaruhi
Pertumbuhan
ketepatan
prediksi
Perusahaan,
pemberian opini
kebangkrutan,
dan Reputasi
audit going
pertumbuhan
Kantor
concern,
perusahaan, dan
Akuntan
reputasi Kantor
pertumbuhan
Publik (Studi
Akuntan Publik.
perusahaan dan
Pada Emiten
reputasi Kantor
Bursa Efek
Akuntan Publik
Jakarta)
tidak berpengaruh
terhadap
pemberian opini
audit going
concern.

43

(1)
(2)
4. Eko Budi
Setyarno, Indira
Januarti, dan
Faisal (2006)

(3)
(4)
Pengaruh
Variabel
Kualitas Audit,
dependen: opini
Kondisi
audit going
Keuangan
concern.
Perusahaan,
Variabel
Opini Audit
independen:
Tahun
kualitas audit,
Sebelumnya,
kondisi keuangan
Pertumbuhan
perusahaan, opini
Perusahaan
audit tahun
Terhadap
sebelumnya, dan
Opini Audit
pertumbuhan
Going concern
perusahaan

5.

Analisis
Variabel
Variabel kondisi
Pengaruh
dependen: opini
keuangan tidak
Faktor
audit going
berpengaruh
Perusahaan,
concern.
terhadap
Kualitas
penerimaan opini
Variabel
Auditor,
audit going
independen:
Kepemilikan
kondisi keuangan, concern,
Perusahaan
debt default,
variabel debt
Terhadap Opini ukuran
default
Audit Going
perusahaan,
berpengaruh
concern
opini audit tahun
positif terhadap
(Perusahaan
sebelumnya,
penerimaan opini
Manufaktur
audit lag, auditor
audit going
yang Terdaftar
client tenure,
concern,
di Bursa Efek
kualitas audit,
ukuran perusahaan
Indonesia)
opinion shopping,
berpengaruh
kepemilikan
negatif terhadap
manajerial dan

Indira Januarti
(2009)

(5)
Kualitas audit
tidak berpengaruh
terhadap opini
audit going
concern,
penggunaan model
prediksi
kebangkrutan yang
dikembangkan
oleh Altman
berpengaruh
negatif terhadap
opini audit going
concern,
opini audit tahun
sebelumnya
berpengaruh
positif terhadap
opini audit going
concern, dan
pertumbuhan
perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap opini
audit going
concern.

44

(1)

(2)

(3)

(4)
institusional.

(5)
penerimaan opini
audit going
concern,
opini tahun
sebelumnya
berpengaruh
positif terhadap
penerimaan opini
audit going
concern,
kualitas audit
berpengaruh
positif terhadap
penerimaan opini
audit going
concern,
auditor client
tenure
berpengaruh
negatif terhadap
penerimaan opini
audit going
concern,
audit lag tidak
berpengaruh
terhadap
penerimaan opini
audit going
concern,
opinion shopping
tidak berpengaruh
terhadap
penerimaan opini
audit going
concern,
kepemilikan
manajerial dan
kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
terhadap
penerimaan opini
audit going
concern.

45

(1)
(2)
6. I Gede Cahyadi
Putra (2010)

(3)
Opini Audit
Going
Concern:
Kajian
Berdasarkan
Prediksi
Kebangkrutan
dan Auditor
Independen

(4)
(5)
Variabel dependen: Model prediksi
opini audit going
kebangkrutan
concern.
berpengaruh
negatif pada opini
Variabel
independen: model audit going
concern,
prediksi
kebangkrutan,
reputasi auditor
reputasi auditor,
tidak berpengaruh
opini audit tahun
pada opini audit
sebelumnya, dan
going concern,
audit lag
opini audit tahun
sebelumnya
berpengaruh
positif pada opini
audit going
concern,
audit lag
berpengaruh
positif pada opini
audit going
concern.

BAB III
RERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Rerangka Berpikir


Dalam teori keagenan disebutkan bahwa prinsipal sebagai pemilik perusahaan
memberikan kewenangan kepada agen untuk melaksanakan pekerjaan atas nama
prinsipal. Ada dua asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam hubungan keagenan
agar menghasilkan suatu kontrak yang efisien yaitu simetri informasi dan agen
menerima imbalan yang pasti. Namun, pada kenyataannya agen sebagai pengelola
perusahaan umumnya memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kondisi
perusahaan dibandingkan dengan prinsipal sebagai pemilik perusahaan sehingga
menimbulkan terjadinya asimetri informasi. Oleh karena itu sebagai pengelola
perusahaan, manajer berkewajiban untuk memberikan informasi mengenai kondisi
perusahaan melalui pengungkapan akuntansi seperti laporan keuangan.
Laporan keuangan menjadi alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan
informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen (Schipper
dan Vincent, 2003). Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut
perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi pihak-pihak internal dan
eksternal perusahaan yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh
informasi secara langsung dari perusahaan. Namun pihak manajemen umumnya
memiliki kepentingan yang berbeda dengan prinsipal sehingga akan cenderung
menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi
kepentingan prinsipal. Oleh karena itu, diperlukan peran auditor independen untuk
memberikan opininya atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang disajikan

46

47

oleh pihak manajemen. Dengan demikian, diharapkan penyedia modal dan


pemegang kepentingan lainnya dapat membuat keputusan investasi, kredit, dan
keputusan alokasi sumber daya lainnya yang lebih tepat berdasarkan informasi
yang telah diaudit oleh pihak independen.
Dalam SA Seksi 341 disebutkan bahwa auditor juga bertanggung jawab untuk
menilai mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam perioda waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan
audit (IAI, 2001). Oleh karena itu berdasarkan laporan auditor independen,
pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya juga dapat memperoleh
informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya.
Laporan audit yang berhubungan dengan going concern dapat memberikan
peringatan awal bagi pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya
guna menghindari kesalahan dalam pembuatan keputusan (Mutchler, 1984).
Pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh dan
Tan, 1999). Beberapa peneliti telah menganalisis faktor yang memengaruhi opini
audit going concern di antaranya Mutchler (1985), Chen dan Church (2000),
Fanny dan Saputra (2005), Setyarno dkk. (2006), dan Januarti (2009). Namun
hasil dari penelitian-penelitian tersebut tidak konsisten. Berdasarkan hasil
penelitian terdahulu tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk
meneliti kembali pengaruh likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran
perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun
sebelumnya, dan auditor client tenure pada opini audit going concern.

48

Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan.


Carcello dan Neal (2000) menyatakan bahwa semakin buruk kondisi keuangan
perusahaan maka semakin besar probabilitas perusahaan menerima opini going
concern. Penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, leverage, profitabilitas,
dan arus kas.
Makin rendah tingkat likuiditas perusahaan yang diukur dengan current ratio
menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahan dalam menutupi kewajiban
jangka pendeknya. Penelitian Mutchler (1985) menemukan bahwa current ratio
berpengaruh signifikan pada keputusan opini audit going concern. Perusahaan
yang memiliki aktiva yang lebih kecil dibandingkan kewajibannya akan
menghadapi bahaya kebangkrutan (Chen dan Church, 1992). Oleh karena itu,
semakin besar nilai rasio total kewajiban dibagi dengan total aktiva menunjukkan
kinerja keuangan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian
mengenai

kelangsungan

hidup

perusahaan.

Perusahaan

dengan

tingkat

profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk


menghasilkan laba dengan baik sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor
akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Mills dan Yamamura
(1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara keseluruhan kemampuan
perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor juga harus memperhitungkan
rasio dari data laporan arus kas klien.
McKeown et al. (1991) dan Mutchler et al. (1997) menemukan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif pada penerimaan opini audit going concern.

49

Perusahaan besar umumnya memiliki kemampuan yang lebih baik untuk


mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami
financial distress. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan
aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan
dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya.
Mutchler et al. (1997) menemukan bukti univariat bahwa auditor Big 6 lebih
cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang
mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6. KAP skala besar
lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka
lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Ashton et al. (1987) menyatakan
bahwa perusahaan yang menerima opini going concern membutuhkan waktu audit
yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang menerima opini tanpa kualifikasi.
Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern,
maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk
menerima kembali opini audit going concern. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian Mutchler (1984), Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002),
Ramadhany (2004), Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan Januarti (2007),
Januarti (2009), dan Putra (2010). Auditor client tenure atau audit firm tenure
merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara kantor akuntan publik
(KAP) dengan auditee yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009)
menemukan bahwa auditor client tenure berpengaruh negatif pada penerimaan
opini audit going concern.

50

Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan teknik analisis


regresi logistik. Ghozali (2006:225) menyatakan bahwa regresi logistik digunakan
untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi
dengan variabel bebasnya. Adapun rerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
disajikan pada Gambar 3.1 berikut.
Teori
Keagenan

Manajemen

SA
Seksi 341

Laporan Keuangan

Pemilik
Perusahaan

Auditor
Independen
Kelangsungan
Usaha

Diragukan

Opini Audit
Going concern

(1) Likuiditas
(2) Leverage
(3) Profitabilitas
(4) Arus Kas
(5) Ukuran Perusahaan
(6) Pertumbuhan Perusahaan
(7) Kualitas Audit
(8) Audit lag
(9) Opini Audit Tahun Sebelumnya
(10) Auditor client tenure
Gambar 3.1 Rerangka Berpikir

51

3.2 Konsep Penelitian


Berdasarkan rerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian
disusun konsep yang menjelaskan hubungan antarvariabel dalam penelitian ini.
Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian
empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Konsep tersebut dapat
disajikan dalam Gambar 3.2 berikut.
Kajian Empiris
(1) Mutchler (1985),
(2) Chen dan Church
(1992),
(3) Fanny dan Saputra
(2005),
(4) Setyarno dkk.
(2006), dan
(5) Januarti (2009)

Kajian Teoritis
Teori Keagenan

Likuiditas

H1

Leverage

H2

Profitabilitas

H3

Arus Kas

H4

Ukuran Perusahaan

H5

Pertumbuhan
Perusahaan

H6

Kualitas Audit

H7

Audit lag

H8

Opini Audit Tahun


Sebelumnya

H9

Auditor client tenure

H10
Gambar 3.2 Konsep Penelitian

Opini Audit
Going concern

52

3.3 Hipotesis Penelitian


3.3.1 Pengaruh likuiditas pada opini audit going concern
Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat
waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio.
Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler (1985) dengan analisis diskriminan
menunjukkan bahwa current ratio sebagai salah satu dari enam rasio keuangan
yang hasilnya signifikan dalam membuat keputusan opini going concern. Chen
dan Church (1992;1996) melakukan penelitian dengan menggunakan empat rasio
keuangan, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa current ratio
signifikan dalam menjelaskan keputusan opini going concern. Konsisten dengan
penelitian sebelumnya Behn et al. (2001) membuktikan bahwa current ratio
menunjukkan hasil negatif signifikan untuk memprediksi dikeluarkannya opini
going concern. Makin rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah
kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila
perusahaan tidak mampu memenuhi klaim kreditor jangka pendek maka hal
tersebut dapat memengaruhi kredibilitas perusahaan dan dapat dianggap sebagai
suatu sinyal bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat
mengganggu kelangsungan usahanya.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H1 :

Likuiditas berpengaruh negatif pada opini audit going concern.

53

3.3.2 Pengaruh leverage pada opini audit going concern


Rasio leverage dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas perusahaan untuk
memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio
leverage umumnya diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu membandingkan
total kewajiban dengan total aktiva. Jumlah utang yang melebihi total aktiva
menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bernilai
negatif. Makin besar rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin
buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup
perusahaan. Chen dan Church (1992) menyatakan bahwa perusahaan yang
memiliki aktiva yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya
kebangkrutan. Penelitian Carcello dan Neal (2000) serta Masyitoh dan Adhariani
(2010) menemukan bahwa leverage berhubungan positif dengan pemberian opini
audit going concern.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H2 :

Leverage berpengaruh positif pada opini audit going concern.

3.3.3 Pengaruh profitabilitas pada opini audit going concern


Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono,
2001:122). Investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis
profitabilitas. Profitabilitas perusahaan dapat dilihat dari rasio laba bersih sebelum
pajak dibagi penjualan bersih. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin
besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sehingga tidak

54

menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan


usahanya. Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler (1985), Chen dan Church
(1992), Behn et al. (2001) menemukan bahwa rasio ini berpengaruh negatif
signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan opini going concern.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H3 :

Profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern.

3.3.4 Pengaruh arus kas pada opini audit going concern


Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara
keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor harus
memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan arus kas klien.
Salah satu rasio arus kas yang dapat digunakan oleh auditor untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya adalah cash flow to total
debt ratio. Ross, Westerfield dan Jafee (2001) dalam Masyitoh dan Adhariani
(2010) menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki kas yang memadai maka
perusahaan dapat menghindarkan diri dari kegagalan untuk memenuhi kewajiban
dan financial distress sehingga perusahaan diharapkan tidak menerima opini audit
going concern.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H4 :

Arus kas berpengaruh negatif pada opini audit going concern.

55

3.3.5 Pengaruh ukuran perusahaan pada opini audit going concern


Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki. Perusahaan
dengan total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah
mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah
positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif
panjang. Ballesta dan Garcia (2005) dalam Junaidi dan Hartono (2010)
berpendapat bahwa perusahaan besar mempunyai manajemen yang lebih baik
dalam mengelola perusahaan dan berkemampuan menghasilkan laporan keuangan
yang berkualitas jika dibandingkan perusahaan kecil. Untuk kondisi dengan risiko
litigasi rendah seperti Hongkong dan negara di Asia Tenggara pada umumnya,
Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki kemampuan
yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika
perusahaan mengalami financial distress. Oleh karena itu, auditor akan menunda
untuk mengeluarkan opini audit going concern dengan harapan bahwa perusahaan
akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun mendatang.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H5 :

Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern.

3.3.6 Pengaruh pertumbuhan perusahaan pada opini audit going concern


Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat
diproksikan dengan pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan digunakan
untuk

mengukur

efektivitas

perusahaan

dalam

mempertahankan

posisi

56

ekonominya, baik dalam industri maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan


(Weston dan Copeland, 1992 dalam Setyarno dkk., 2006). Perusahaan yang
mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan
dengan

semestinya

sehingga

perusahaan

dapat

mempertahankan

posisi

ekonominya dan kelangsungan hidupnya, sedangkan perusahaan dengan negative


growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan
(Altman, 1968).
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H6 :

Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going


concern.

3.3.7 Pengaruh kualitas audit pada opini audit going concern


Auditor bertanggung jawab untuk memberikan opini mengenai kewajaran
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen dan menilai mengenai
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
perioda waktu yang pantas. Auditor yang berkualitas tinggi cenderung akan
menerbitkan opini audit going concern jika klien terdapat masalah berkaitan going
concern perusahaan. DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih
besar dapat diartikan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan
KAP kecil. KAP skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah
yang dialami klien karena mereka lebih kuat untuk menghadapi proses
pengadilan. Mutchler et al. (1997) menemukan bukti univariat bahwa auditor Big

57

6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang
mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H7 :

Kualitas audit berpengaruh positif pada opini audit going concern.

3.3.8 Pengaruh audit lag pada opini audit going concern


Audit lag adalah jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai dengan
tanggal opini laporan auditor independen (Lennox, 2002). Ashton et al. (1987)
menyatakan

bahwa

perusahaan

yang

menerima

opini

going

concern

membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang


menerima opini tanpa kualifikasi. Louwers (1998), Lennox (2002), dan Putra
(2010) menemukan hubungan positif antara audit lag yang panjang dengan opini
audit going concern. McKeown et al. (1991) menyatakan bahwa opini audit going
concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini terlambat.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H8 :

Audit lag berpengaruh positif pada opini audit going concern.

3.3.9 Pengaruh opini audit tahun sebelumnya pada opini audit going
concern
Mutchler (1984), Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002), Ramadhany
(2004), Setyarno dkk (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009), dan
Putra (2010) menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun
sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya

58

perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada tahun berjalan akan
semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit
going concern.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H9 :

Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going
concern.

3.3.10 Pengaruh auditor client tenure pada opini audit going concern
Auditor client tenure adalah jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP
dengan auditee yang sama. Ketika hubungan klien suatu KAP telah berlangsung
bertahun-tahun, klien dapat dipandang sebagai sumber pendapatan yang
berlangsung terus, yang secara potensial dapat mengurangi independensi KAP.
Terdapat ancaman terhadap obyektivitas auditor dari familiaritasnya terhadap
klien, yang mengarahkan pada kritik yang menyatakan bahwa tidaklah mungkin
untuk mengharapkan auditor untuk melakukan penilaian yang bersifat obyektif
dan tidak bias (Bazerman et al., 2002). Perikatan audit yang lama akan
menjadikan auditor kehilangan independensinya sehingga lebih sulit untuk
memberikan opini going concern.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H10:

Auditor client tenure berpengaruh negatif pada opini audit going concern.

59

Berdasarkan pengembangan hipotesis di atas, kesepuluh hipotesis tersebut


dapat diringkas dalam model teoretis penelitian seperti yang disajikan dalam
Gambar 3.3 berikut ini.

Likuiditas
Leverage
Profitabilitas
+
Arus Kas

Ukuran Perusahaan
-

Pertumbuhan
Perusahaan

Kualitas Audit

Opini Audit Going


concern

+
Audit lag

Opini Audit Tahun


Sebelumnya
Auditor client tenure

Gambar 3.3 Model Teoretis Penelitian

BAB IV
METODA PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian menjelaskan rencana dari struktur riset yang
mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif,
efisien, dan efektif. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan latar belakang, masalah,
tujuan, manfaat, kajian pustaka, dan hipotesis penelitian. Tahapan selanjutnya
yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah mempersiapkan data penelitian
dan menguji hipotesis sehingga dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan hasil yang
diperoleh, masalah, dan hipotesis penelitian.
Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif berupa data sekunder yang
diperoleh dengan mengakses website www.idx.co.id dan Indonesian Capital
Market Directory (ICMD). Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini:
variabel independen yaitu likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran
perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun
sebelumnya, auditor client tenure, dan variabel dependen yaitu opini audit going
concern.
Pengujian mengenai pengaruh likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas,
ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit
tahun sebelumnya, auditor client tenure pada opini audit going concern dilakukan
dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil pengujian regresi logistik
kemudian dijadikan dasar dalam membuat kesimpulan. Kesimpulan juga disusun
sesuai dengan masalah penelitian dan hipotesis yang diajukan. Tahapan-tahapan

60

61

tersebut dapat disajikan dalam bentuk rancangan penelitian seperti pada Gambar
4.1 berikut ini.
LATAR
BELAKANG

MASALAH
PENELITIAN

TUJUAN
PENELITIAN

MANFAAT
PENELITIAN
Kuantitatif

KAJIAN
PUSTAKA

Data
Penelitian

Data Sekunder
ICMD & BEI
Purposive
Sampling

HIPOTESIS
PENELITIAN

Independen
Likuiditas
Leverage
Profitabilitas
Arus Kas
Ukuran
Perusahaan
6. Pertumbuhan
Perusahaan
7. Kualitas
audit
8. Audit lag
9. Opini Audit
Tahun
Sebelumnya
10.Auditor
Client Tenure
1.
2.
3.
4.
5.

Rancangan
Penelitian

Variabel
Penelitian

Dependen
Opini Audit
Going Concern
Kesimpulan
Penelitian

Hasil Pengujian
dan Pembahasan

Regresi
Logistik

Saran dan
Implikasi

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

62

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia yang menyediakan data
laporan keuangan auditan dengan mengakses dan mengunduh situs resmi Bursa
Efek Indonesia melalui website www.idx.co.id. Objek penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009. Perusahaan manufaktur tersebut dipilih
dari daftar perusahaan yang terbuka (go public) dan ada dalam ICMD. Beberapa
alasan sampel penelitian diambil dari ICMD adalah (1) daftar perusahaan telah
dikelompokkan dalam beberapa industri dan sub-sub kelompok industri, dan (2)
perusahaan yang bersifat terbuka akan berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan
reputasinya melalui berbagai informasi (Badera, 2008).
Perusahaan manufaktur dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini karena (1)
perusahaan manufaktur merupakan jenis perusahaan yang paling banyak terdaftar
di BEI, sehingga variasi data untuk sampel yang ada akan semakin banyak; dan
(2) untuk menghindari adanya industrial effect, yaitu risiko industri yang berbeda
antara sektor industri yang satu dengan yang lain (Behn et al, 2001; Blay dan
Geiger, 2001).

4.3 Data Penelitian


4.3.1 Jenis data
Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
(1) Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka atau data kualitatif
yang diangkakan (Sugiyono, 2007:13). Data kuantitatif dalam penelitian ini

63

adalah laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di


Bursa Efek Indonesia tahun 2000-2009.
(2) Data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar
(Sugiyono, 2007:13). Data kualitatif dalam penelitian ini adalah laporan
auditor independen.

4.3.2 Sumber data


Penelitian ini menggunakan data sekunder eksternal, yaitu data yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui perantara, seperti orang lain atau dokumen
(Sugiyono, 2007:129). Data sekunder eksternal dalam penelitian ini adalah data
laporan auditor independen, dan laporan keuangan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009. Data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id) dan ICMD.

4.3.3 Metoda penentuan sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009. Sampel adalah bagian dari
jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
2007:73). Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metoda purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria
tertentu (Sugiyono, 2007:78). Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan
sampel penelitian ini adalah sebagai berikut.

64

(1) Perusahaan yang terdaftar secara berturut-turut selama perioda pengamatan


yaitu 2000-2009.
(2) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah
untuk perioda yang berakhir pada 31 Desember dan telah diaudit oleh auditor
independen dari tahun 2000-2009.
(3) Perusahaan yang mengalami laba bersih negatif sekurangnya dua perioda
laporan keuangan berturut-turut selama perioda pengamatan tahun 20002009.
Proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak
dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel
No
1

Kriteria

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek


Indonesia selama perioda 2000-2009
2 Perusahaan yang tidak terdaftar secara berturut-turut
selama perioda 2000-2009
3 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan dalam mata uang rupiah
4 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan yang berakhir pada 31 Desember
5 Perusahaan yang data laporan keuangan yang telah
diaudit oleh auditor independen selama perioda
2000-2009 tidak tersedia
6 Perusahaan yang tidak mengalami laba bersih negatif
sekurangnya dua perioda laporan keuangan berturutturut selama perioda pengamatan tahun 2000-2009
Jumlah Sampel Akhir
Tahun Pengamatan
Jumlah Pengamatan
Sumber: BEI, data diolah

Jumlah
Perusahaan
174
(46)
(5)
(1)
(66)

(26)
30
10
300

65

Secara rinci distribusi data perusahaan yang terpilih sebagai sampel


berdasarkan kelompok industri dapat disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Perusahaan Sampel per Kelompok Industri
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kelompok Industri
Food and Beverages
Textile Mill Products
Apparel and Other Textile Products
Lumber and Wood Products
Paper and Allied Products
Chemical and Allied Products
Plastics and Glass Products
Cement
Metal and Allied Products
Fabricated Metal Products
Stone, Clay, Glass, and Concrete Products
Cables
Electronic and Office Equipment
Automotive and Allied Products
Photographic Equipment
Pharmaceuticals
Jumlah
Sumber: ICMD

Jumlah
5
1
5
2
2
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
3
30

Sampel dikategorikan ke dalam dua kelompok atau kategori berdasarkan atas


jenis opini audit yang diterimanya, yaitu kelompok perusahaan yang mendapatkan
opini audit going concern (GC) dan yang mendapatkan opini audit non going
concern (NGC). Distribusi perusahaan tersebut disajikan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit
Opini

2000 2001
GC
14
14
NGC
16
16
30
30
Total
Sumber: data diolah

Perusahaan
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
14
14
15
13
9
9
11
10
16
16
15
17
21
21
19
20
30
30
30
30
30
30
30
30
(Lampiran 3)

Total
123
177
300

66

4.4

Variabel Penelitian

4.4.1 Identifikasi variabel


Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka
variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:33). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern.
(2) Variabel bebas atau independen adalah variabel yang memengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat
(Sugiyono, 2007:33). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan
auditor client tenure.

4.4.2 Definisi operasional variabel


Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada
variabel dalam bentuk istilah yang diuji secara spesifik atau dengan pengukuran
kriteria (Ikhsan, 2008:62). Terminologi definisi operasional harus mempunyai
acuan empiris untuk mengukur variabel dengan cara mendapatkan informasi yang
dapat dimengerti.

4.4.2.1 Likuiditas
Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat

67

waktu. Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio yaitu aktiva
lancar dibagi kewajiban lancar (Mutchler, 1985). Rasio ini mengukur sejauh mana
perusahaan mampu untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
Current Ratio

Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar

.................................................................(1)

4.4.2.2 Leverage
Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai
investasinya. Leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt
ratio yaitu membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva (Sartono,
2001:121). Rasio ini mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibelanjai dengan
kewajiban yang berasal dari kreditor dan modal sendiri yang berasal dari
pemegang saham.
Debt Ratio

Total Kewajiban
Total Aktiva

........................................................................(2)

4.4.2.3 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan
dari aktivitas utama yang dilakukan. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur
menggunakan rasio laba bersih sebelum pajak dibagi dengan penjualan bersih
(Mutchler, 1985).
NIBTS

Laba bersih sebelum pajak


Penjualan bersih

..............................................................(3)

68

4.4.2.4 Arus kas


Arus kas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan cash flow to total
debt ratio (Mills dan Yamamura, 1998).
Cash Flow to Total Debt Ratio

Arus kas operasi


Total kewajiban

......................................(4)

4.4.2.5 Ukuran perusahaan


Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat mengklasifikasikan
perusahaan menjadi perusahaan besar, menengah dan kecil. Ukuran perusahaan
dalam penelitian ini diukur melalui logaritma total aktiva. Total aktiva dipilih
sebagai proksi atas ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai
aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan
penjualan (Wuryatiningsih, 2002 dalam Sudarmaji dan Sularto, 2007).

4.4.2.6 Pertumbuhan perusahaan


Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio
pertumbuhan penjualan (Setyarno dkk., 2006). Rasio pertumbuhan penjualan
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam pertumbuhan tingkat
penjualan dibandingkan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan Penjualan

Penjualant Penjualant 1
......................................(5)
Penjualant 1

4.4.2.7 Kualitas audit


Kualitas audit diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu diberikan
kode 1 jika KAP berafiliasi dengan KAP Big 4, dan diberikan kode 0 jika KAP
tidak berafiliasi dengan KAP Big 4 (Setyarno dkk., 2006).

69

4.4.2.8 Audit lag


Audit lag merupakan jumlah hari antara tanggal tutup buku laporan keuangan
sampai dengan tanggal opini laporan auditor independen (Lennox, 2002). Audit
lag mengindikasikan lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh
auditor (Subyekti dan Widiyanti, 2004).

4.4.2.9 Opini audit tahun sebelumnya


Opini audit tahun sebelumnya didefinisikan sebagai opini audit yang diterima
oleh auditee pada tahun sebelumnya, yang diukur dengan menggunakan variabel
dummy yaitu diberikan kode 1 apabila auditee menerima opini audit going
concern, sedangkan apabila auditee menerima opini audit non going concern
diberikan kode 0 (Ramadhany, 2004).

4.4.2.10 Auditor client tenure


Auditor client tenure diukur dengan menghitung tahun dimana KAP yang
sama telah melakukan perikatan dengan auditee (Januarti, 2009).

4.4.2.11 Opini audit going concern


Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam
pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan
atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya di masa
mendatang. Termasuk dalam opini going concern ini adalah opini wajar tanpa
pengecualian dengan bahasa penjelas, opini wajar dengan pengecualian, opini
tidak wajar dan tidak memberikan pendapat (Mutchler,1986; Ramadhany, 2004;
Rahayu, 2006). Opini audit going concern diukur dengan menggunakan variabel

70

dummy. Opini audit going concern diberi kode 1, opini audit non going concern
diberi kode 0.

4.5

Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi

logistik karena variabel terikatnya yaitu opini audit going concern merupakan data
kualitatif yang menggunakan variabel dummy (Sumodiningrat, 2007:334) dan
variabel bebasnya merupakan kombinasi antara variabel metrik dan non-metrik.
Ghozali (2006:225) menyatakan bahwa regresi logistik digunakan untuk menguji
apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel
bebasnya. Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas
data

pada

variabel

bebasnya

(Ghozali,

2006:225),

dan

mengabaikan

heteroskedastisitas (Gujarati, 2003:597). Analisis regresi logistik dilakukan


dengan menggunakan bantuan program Statistical Package for Social Science
(SPSS) 15.0 for Windows.
Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan dalam
persamaan berikut.
GC
1CACL 2 TDTA 3 NIBTS 4 CFOTD 5 SIZE 6 SG
1 GC
7 KA 8 AL 9 OTS 10 ACT ... ...........................................(6)
Keterangan:
GC
= probabilitas mendapatkan opini audit going concern
ln
1 GC
=
konstanta
i=
koefisien regresi
CACL=
likuiditas
TDTA=
leverage
NIBTS= profitabilitas
CFOTD= arus kas
ln

71

SIZE=
SG=
KA=
AL=
OTS=
ACT=
=

ukuran perusahaan
pertumbuhan perusahaan
kualitas audit
audit lag
opini audit tahun sebelumnya
auditor client tenure
variabel pengganggu

Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan regresi logistik dapat


dijelaskan sebagai berikut.
(1) Menilai kelayakan model regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshows Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshows Goodness of Fit
Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan
model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshows Goodness of Fit
Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang
berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya
sehingga Goodness of Fit model tidak baik karena model tidak dapat
memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshows
Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat
ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat
dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya
(Ghozali, 2006:233).
(2) Menilai keseluruhan model (overall model fit)
Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara 2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0), dimana model

72

hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada


akhir (Block Number = 1), dimana model memasukkan konstanta dan variabel
bebas. Apabila nilai -2LL Block Number = 0 > nilai -2LL Block Number = 1,
hal ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model
yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006: 233).
(3) Koefisien determinasi (Nagelkerke R square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan
dengan nilai Nagelkerke R square. Nilai Nagelkerke R square menunjukkan
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel
independen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar
model penelitian (Ghozali, 2006:233).
(4) Tabel klasifikasi
Tabel klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk
memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat. Kekuatan prediksi dari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat
dinyatakan dalan persen.
(5) Uji multikolinearitas
Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi
yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas dalam
regresi logistik menggunakan matriks korelasi antarvariabel bebas untuk
melihat besarnya korelasi antarvariabel bebas. Apabila nilai koefisien korelasi
antar variabel bebas lebih kecil dari 0,8 berarti tidak terdapat gejala

73

multikolinearitas yang serius antar variabel bebas tersebut (Kuncoro,


2004:240).
(6) Model regresi logistik yang terbentuk dan pengujian hipotesis
Estimasi parameter dari model dapat dilihat pada output Variable in the
Equation. Output Variable in the Equation menunjukkan nilai koefisien
regresi dan tingkat signifikansinya. Koefisien regresi dari tiap variabelvariabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antarvariabel. Pengujian
hipotesis dalam penelitian ini merupakan uji satu sisi yang dilakukan dengan
cara membandingkan antara tingkat signifikansi (sig) dengan tingkat
kesalahan () = 5%. Apabila sig < maka dapat dikatakan variabel bebas
berpengaruh signifikan pada variabel terikat.

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1

Statistik Deskriptif
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia sebagai sampel penelitian. Berdasarkan kriteria sampel dan


prosedur penyampelan yang telah dilakukan diperoleh 30 perusahaan dengan 300
sampel dalam tahun pengamatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini
diambil dari laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan. Hasil
tabulasi data untuk variabel dependen dan independen disajikan pada Lampiran 3.
Statistik deskriptif masing-masing variabel disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif
N
GC
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA
AL
OTS
ACT

300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300

Minimum
.00
.03594
.05084
-14.25360
-.58389
24.66128
-.90770
.00
9.00
.00
1.00

Maximum
1.00
557.46821
5.07253
1.77035
1.61405
30.47847
53.39483
1.00
235.00
1.00
10.00

Mean
.4100
8.7170966
.8603010
-.1132515
.0817395
27.15191
.2957215
.5600
76.3433
.4267
3.0633

Std. Deviation
.49266
54.94166710
.65648105
.91009104
.22822862
1.44449126
3.12541141
.49722
26.63061
.49542
2.22617

Sumber: data diolah (Lampiran 4)


Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dijelaskan hasil sebagai berikut ini.
(1) Nilai rata-rata opini audit (GC) sebesar 0,41 yang lebih kecil dari 0,50
menunjukkan bahwa opini audit dengan kode 1, yakni opini audit going
concern lebih sedikit muncul dari 300 perusahaan sampel yang diteliti. Dari
300 perusahaan sampel, 123 perusahaan sampel menerima opini audit going

74

75

concern, dan 177 perusahaan sampel menerima opini audit non going
concern.
(2) Nilai rata-rata current ratio (CACL) sampel yang diteliti sebesar 8,7170966.
Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan sampel secara rata-rata
baik. Hasil tersebut sesuai dengan ukuran yang digunakan oleh Hampton
(1980) dalam Setyowati (2009) bahwa ukuran likuiditas secara normal 2 : 1.
Angka rata-rata current ratio tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
sampel memiliki aktiva lancar di atas kewajiban lancar sehingga sampel
diharapkan akan mampu untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya
yang jatuh tempo. Dilihat dari besarnya standar deviasi menunjukkan terdapat
perusahaan sampel yang likuiditasnya sangat rendah tetapi ada yang sangat
tinggi. Hal ini berarti likuiditas dari perusahaan sampel memiliki variasi yang
tinggi.
(3) Nilai rata-rata debt ratio (TDTA) sampel yang diteliti sebesar 0,8603010
dengan minimum 0,05084 dan maksimum 5,07253. Rasio tersebut
memberikan gambaran ada perusahaan sampel yang memiliki jumlah
kewajiban yang kecil sehingga angka rasio menunjukkan 0,05084. Namun,
ada pula perusahaan sampel yang memiliki rasio melebihi 1, hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki ekuitas negatif atau
terdapat indikasi adanya risiko yang cukup besar bagi kreditor. Secara
keseluruhan, rata-rata perusahaan sampel memiliki nilai rasio yang kurang
dari 1, itu berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki ekuitas yang

76

positif dan diharapkan mampu untuk memenuhi semua kewajibannya pada


saat jatuh tempo.
(4) Profitabilitas diukur menggunakan rasio NIBTS yang menggambarkan
efisiensi perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
pendapatan guna menjamin kontinuitas usahanya (Setyowati, 2009). Nilai
rata-rata rasio NIBTS perusahaan sampel adalah sebesar -0,1132515 dengan
nilai minimum -14,25360 dan maksimum 1,77035. Nilai rata-rata rasio
NIBTS menunjukkan nilai negatif, hal ini menggambarkan bahwa banyak
perusahaan sampel yang mengalami rugi bersih sebelum pajak.
(5) Nilai rata-rata cash flow to total debt ratio (CFOTD) sampel yang diteliti
sebesar 0,0817395 dengan nilai minimum -0,58389 dan maksimum 1,61405.
Nilai rata-rata cash flow to total debt ratio menunjukkan nilai yang kurang
dari 1, hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki arus kas
operasi yang lebih kecil dari total kewajibannya sehingga kas yang dihasilkan
dari kegiatan operasi mereka mungkin tidak mencukupi untuk digunakan
membayar seluruh kewajiban.
(6) Nilai rata-rata ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 27,15191 dengan nilai
minimum 24,66128 dan maksimum 30,47847. Nilai rata-rata sebesar
27,15191 lebih cenderung pada nilai minimum 24,66128, hal ini
menunjukkan bahwa lebih banyak perusahaan sampel yang ukurannya
tergolong berskala kecil.
(7) Nilai

rata-rata

pertumbuhan

perusahaan

yang

diproksikan

dengan

pertumbuhan penjualan (SG) menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar

77

0,2957215 dengan nilai minimum -0,90770 dan maksimum 53,39483. Nilai


rata-rata yang positif menggambarkan bahwa rata-rata perusahaan sampel
mengalami pertumbuhan yang positif yang ditandai dengan peningkatan
penjualan bersihnya. Nilai minimum sebesar -0,90770 menunjukkan ada
perusahaan sampel yang mengalami pertumbuhan negatif, namun ada pula
perusahaan sampel yang mengalami pertumbuhan positif yang cukup besar
yang ditunjukkan dengan nilai maksimum 53,39483.
(8) Variabel kualitas audit (KA) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,5600 yang
lebih besar dari 0,50 menunjukkan bahwa kualitas audit dengan kode 1, yakni
KAP yang berafiliasi dengan Big 4 lebih banyak muncul dari 300 perusahaan
sampel. Dari 300 perusahaan sampel, 168 perusahaan sampel diaudit oleh
KAP yang berafiliasi dengan Big 4, dan 132 perusahaan sampel diaudit oleh
KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4.
(9) Nilai rata-rata audit lag (AL) adalah sebesar 76,3433 dengan nilai minimum 9
dan nilai maksimum 235. Nilai rata-rata audit lag sebesar 76,3433 hari
menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki rentang waktu
penyelesaian audit laporan keuangan selama 76,3433 hari dimana nilainya
masih di bawah 90 hari kalender yang merupakan batas yang ditetapkan oleh
Bapepam dalam penyampaian laporan keuangan seperti yang tertuang dalam
Kep-36/PM/2003 Peraturan Nomor X.K.2. Namun ada pula perusahaan
sampel yang memiliki audit lag 235 hari, hal ini menunjukkan sampel
tersebut melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam atau perusahaan
sampel tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan.

78

(10) Variabel opini audit tahun sebelumnya (OTS) memiliki nilai rata-rata sebesar
0,4267 yang lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa opini audit tahun
sebelumnya dengan kode 1, yakni menerima opini audit going concern lebih
sedikit muncul dari 300 perusahaan sampel. Dari 300 perusahaan sampel, 128
perusahaan sampel menerima opini audit going concern pada tahun
sebelumnya, dan 172 perusahaan sampel yang tidak menerima opini audit
going concern pada tahun sebelumnya.
(11) Nilai rata-rata auditor client tenure (ACT) adalah sebesar 3,0633 dengan nilai
minimum 1 dan maksimum 10. Nilai rata-rata sebesar 3,0633 menunjukkan
bahwa perusahaan sampel memiliki rata-rata perikatan dengan KAP selama
3,0633 tahun. Nilai maksimum sebesar 10 menunjukkan bahwa ada
perusahaan sampel yang diaudit oleh KAP yang sama selama 10 tahun. Hal
ini tentu saja melanggar Peraturan Menteri Keuangan 17/PMK.01/2008 yang
mengharuskan perusahaan mengganti KAP yang telah mendapat penugasan
audit enam tahun berturut-turut.

5.2

Analisis Regresi Logistik


Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi

logistik. Ghozali (2006:225) menyatakan bahwa regresi logistik digunakan untuk


menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan
variabel bebasnya. Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi
normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006:225), dan mengabaikan
heteroskedastisitas (Gujarati, 2003:597).

79

5.2.1 Menilai kelayakan model regresi


Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshows Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshows Goodness of Fit Test
menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak
ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit).
Nilai statistik Hosmer and Lemeshows Goodness of Fit Test adalah 4.398 dengan
probabilitas signifikansi 0,820 yang nilainya jauh di atas 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau
dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
Hasil Hosmer and Lemeshows Goodness of Fit Test dapat dilihat pada Lampiran
5.

5.2.2 Menilai keseluruhan model (overall model fit)


Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara
-2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0), dimana model hanya
memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block
Number = 1), dimana model memasukkan konstanta dan variabel bebas. Nilai
-2LL awal adalah sebesar 406,115 dan setelah dimasukkan kesepuluh variabel
independen, maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi sebesar 81,956.
Penurunan nilai -2LL ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata
lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Hasil penilaian keseluruhan model
dapat dilihat pada Lampiran 5.

80

5.2.3 Koefisien determinasi (Nagelkerke R square)


Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan
dengan nilai Nagelkerke R square. Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan
pada Lampiran 5, nilai Nagelkerke R square adalah sebesar 0,891 yang berarti
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
adalah sebesar 89,1 persen, sedangkan sisanya sebesar 10,9 persen dijelaskan oleh
variabel-variabel lain di luar model penelitian.

5.2.4 Tabel klasifikasi


Tabel klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk
memprediksi probabilitas penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan.
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
variabel terikat dinyatakan dalan persen. Hasil tabel klasifikasi ditampilkan dalam
Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Tabel Klasifikasi
Predicted
GC
Observed
Step 1 GC

0
1

Overall Percentage
Sumber: data diolah (Lampiran 5)

0
169
7

Percentage
Correct
8
95,5
116
94,3
95,0

Tampilan dalam Tabel 5.2 tersebut menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit going
concern adalah sebesar 94,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
menggunakan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 116 perusahaan (94,3%)
yang diprediksi akan menerima opini audit going concern dari total 123

81

perusahaan yang menerima opini audit going concern. Kekuatan prediksi dari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit
non going concern adalah 95,5 persen. Hal ini berarti bahwa dengan model regresi
tersebut, terdapat sebanyak 169 perusahaan (95,5%) yang diprediksi menerima
opini audit non going concern dari total 177 perusahaan yang menerima opini
audit non going concern.

5.2.5 Uji multikolinearitas


Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi
yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas dalam regresi
logistik menggunakan matriks korelasi antarvariabel bebas untuk melihat
besarnya korelasi antarvariabel bebas. Hasil pengujian ditampilkan dalam Tabel
5.3.
Tabel 5.3 Matriks Korelasi
Constant
Step 1

TDTA

NIBTS

SIZE

SG

KA

AL

OTS

ACT

1.000

.006

-.032

.023

-.012

-.959

.069

.015

.158

.340

-.335

CACL

.006

1.000

.443

.098

-.040

-.143

-.027

-.108

.085

.010

-.101

TDTA

-.032

.443

1.000

-.124

-.192

-.159

.014

-.245

-.056

.299

.060

NIBTS

.023

.098

-.124

1.000

.154

.025

.043

-.010

-.093

-.342

-.013

CFOTD

-.012

-.040

-.192

.154

1.000

.064

.018

.180

-.067

-.335

-.034

SIZE

-.959

-.143

-.159

.025

.064

1.000

-.072

-.046

-.310

-.427

.251

SG

.069

-.027

.014

.043

.018

-.072

1.000

-.019

.025

-.009

.010

KA

.015

-.108

-.245

-.010

.180

-.046

-.019

1.000

.117

-.182

.000

AL

.158

.085

-.056

-.093

-.067

-.310

.025

.117

1.000

.127

.025

OTS

.340

.010

.299

-.342

-.335

-.427

-.009

-.182

.127

1.000

-.236

ACT

-.335

-.101

.060

-.013

-.034

.251

.010

.000

.025

-.236

1.000

Constant

CACL

CFOTD

Sumber: data diolah (Lampiran 5)


Hasil pengujian menunjukkan tidak ada nilai koefisien korelasi antarvariabel
yang lebih besar dari 0,8. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat gejala multikolinearitas yang serius antarvariabel bebas tersebut.

82

5.2.6 Model regresi logistik yang terbentuk dan pengujian hipotesis


Model regresi logistik dapat dibentuk dengan melihat pada nilai estimasi
paramater dalam Variables in The Equation. Model regresi yang terbentuk
berdasarkan nilai estimasi parameter dalam Variables in The Equation adalah
sebagai berikut ini.
ln

GC
7 ,827 0,318CACL 3,537TDTA 2,042 NIBTS 4,866 CFOTD 0,487 SIZE
1 GC

0,060 SG 0, 231 KA 0,006 AL 5,897 OTS 0,202 ACT

Estimasi parameter dari model dan tingkat signifikansinya dapat dilihat pada
Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Variables in The Equation
B
S.E.
Wald
CACL
-.318
.302 1.112
TDTA
3.537 1.300 7.406
NIBTS
-2.042 1.012 4.071
CFOTD -4.866 2.286 4.532
SIZE
-.487
.226 4.622
SG
.060
.138
.189
KA
-.231
.676
.117
AL
.006
.012
.297
OTS
5.897
.803 53.889
ACT
-.202
.172 1.375
Constant 7.827 5.753 1.851
Sumber: data diolah (Lampiran 5)

Step 1(a)

Df
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Sig.
.292
.006
.044
.033
.032
.664
.732
.586
.000
.241
.174

Exp(B)
.727
34.352
.130
.008
.615
1.062
.793
1.006
363.843
.817
2507.998

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat


signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan () = 5%. Berdasarkan Tabel 5.4 dapat
diinterpretasikan hasil sebagai berikut ini.
(1) Pengujian hipotesis pertama (H1)
Hipotesis pertama menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif pada
opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel likuiditas

83

yang diproksikan dengan current ratio memiliki koefisien regresi negatif


sebesar -0,318 dengan tingkat signifikansi 0,292 yang lebih besar dari
(5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas
tidak berpengaruh pada opini audit going concern atau dengan kata lain H1
ditolak.
(2) Pengujian hipotesis kedua (H2)
Hipotesis kedua menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif pada opini
audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel leverage yang
diproksikan dengan debt ratio memiliki koefisien regresi positif sebesar 3,537
dengan tingkat signifikansi 0,006 yang lebih kecil dari (5%). Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel leverage berpengaruh positif
pada opini audit going concern atau dengan kata lain H2 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar debt ratio perusahaan maka akan semakin
besar kemungkinan perusahaan untuk menerima opini audit going concern.
(3) Pengujian hipotesis ketiga (H3)
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif pada
opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel
profitabilitas yang diproksikan dengan NIBTS memiliki koefisien regresi
negatif sebesar -2,042 dengan tingkat signifikansi 0,044 yang lebih kecil dari
(5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern atau dengan
kata lain H3 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar rasio

84

NIBTS perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk


menerima opini audit going concern.
(4) Pengujian hipotesis keempat (H4)
Hipotesis keempat menyatakan bahwa arus kas berpengaruh negatif pada
opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel arus kas
yang diproksikan dengan cash flow to total debt ratio memiliki koefisien
regresi negatif sebesar -4,866 dengan tingkat signifikansi 0,033 yang lebih
kecil dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
arus kas berpengaruh negatif pada opini audit going concern atau dengan kata
lain H4 diterima. Hal ini berarti bahwa semakin besar cash flow to total debt
ratio perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan
menerima opini audit going concern.
(5) Pengujian hipotesis kelima (H5)
Hipotesis kelima menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif
pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel
ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aktiva memiliki koefisien
regresi negatif sebesar -0,487 dengan tingkat signifikansi 0,032 yang lebih
kecil dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern atau
dengan kata lain H5 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
ukuran perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk
menerima opini audit going concern.

85

(6) Pengujian hipotesis keenam (H6)


Hipotesis keenam menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh
negatif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan
variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan
penjualan memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,060 dengan tingkat
signifikansi 0,664 yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan hal tersebut
dapat

disimpulkan

bahwa

variabel

pertumbuhan

perusahaan

tidak

berpengaruh pada opini audit going concern atau dengan kata lain H6 ditolak.
(7) Pengujian hipotesis ketujuh (H7)
Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh positif pada
opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel kualitas
audit yang diukur dari berafiliasi atau tidak dengan KAP Big 4 memiliki
koefisien regresi negatif sebesar -0,231 dengan tingkat signifikansi 0,732
yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel kualitas audit tidak berpengaruh pada opini audit going
concern atau dengan kata lain H7 ditolak.
(8) Pengujian hipotesis kedelapan (H8)
Hipotesis kedelapan menyatakan bahwa audit lag berpengaruh positif pada
opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel audit lag
memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,006 dengan tingkat signifikansi
0,586 yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel audit lag tidak berpengaruh pada opini audit
going concern atau dengan kata lain H8 ditolak.

86

(9) Pengujian hipotesis kesembilan (H9)


Hipotesis kesembilan menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil pengujian
menunjukkan variabel opini audit tahun sebelumnya memiliki koefisien
regresi positif sebesar 5,897 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang lebih
kecil dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going
concern atau dengan kata lain H9 diterima. Hal ini berarti bahwa perusahaan
yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya memiliki
kemungkinan yang semakin besar untuk menerima opini audit going concern
pada tahun berjalan.
(10) Pengujian hipotesis kesepuluh (H10)
Hipotesis kesepuluh menyatakan bahwa auditor client tenure berpengaruh
negatif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan
variabel auditor client tenure memiliki koefisien regresi negatif sebesar
-0,202 dengan tingkat signifikansi 0,241 yang lebih besar dari (5%).
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel auditor client
tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern atau dengan kata
lain H10 ditolak.

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1

Pengaruh Likuiditas pada Opini Audit Going Concern


Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan current ratio.

Makin rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan


perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan
tidak mampu memenuhi klaim kreditor jangka pendek maka hal tersebut dapat
memengaruhi kredibilitas perusahaan dan dapat dianggap sebagai suatu sinyal
bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat mengganggu
kelangsungan usahanya. Namun hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa
likuiditas tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern tidak
hanya mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya, tetapi lebih melihat pada kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya. Selain itu, standar deviasi untuk variabel
likuiditas menunjukkan nilai 54, 9416 yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
nilai rata-ratanya 8,7170. Supomo dan Indriantoro (2002) dalam Lestari dan
Chariri (2007) menegaskan apabila nilai standar deviasi lebih besar daripada nilai
rata-rata maka terjadi outlier (penyimpangan data). Hal ini mungkin saja
memengaruhi hasil penelitian sehingga menyebabkan variabel likuiditas tidak
berpengaruh pada opini audit going concern.
Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis pertama dalam penelitian ini. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahayu (2007) serta Masyitoh dan

87

88

Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh pada


pemberian opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini tidak
mendukung temuan penelitian Mutchler (1985), Chen dan Church (1992;1996),
serta Behn et al. (2001).

6.2

Pengaruh Leverage pada Opini Audit Going Concern


Leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu

membandingkan total kewajiban dengan total aktiva. Rasio leverage yang tinggi
akan menyebabkan perusahaan lebih memfokuskan penggunaan modalnya untuk
membayar kewajiban daripada untuk mendanai operasi perusahaannya. Hal ini
menyebabkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan berkurang
sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Rasio leverage yang
tinggi juga menunjukkan semakin kecil aktiva perusahaan yang didanai oleh
pemilik sehingga risiko perusahaan juga semakin besar. Hal ini dapat
menimbulkan kesangsian auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan
usahanya.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif
pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung hipotesis kedua dalam
penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Carcello dan
Neal (2000) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa
leverage berhubungan positif dengan pemberian opini audit going concern.

89

6.3

Pengaruh Profitabilitas pada Opini Audit Going Concern


Perusahaan yang beroperasi secara normal akan mendapatkan keuntungan

yang nantinya akan digunakan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.


Besarnya laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan penjualannya
merupakan salah satu ukuran profitabilitas (Hanafi, 2004:42). Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit
going concern. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai rasio profitabilitas
suatu perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk
menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan
kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya.
Hasil tersebut mendukung hipotesis ketiga dalam penelitian ini. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mutchler (1985), Chen dan Church
(1992), Behn et al. (2001) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh
negatif signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan opini going concern.
Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan penelitian Rahayu (2007)
serta Masyitoh dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa profitabilitas
tidak berpengaruh pada pemberian opini audit going concern.

6.4

Pengaruh Arus Kas pada Opini Audit Going Concern


Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 dinyatakan

bahwa informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pengguna
laporan keuangan sebagai dasar yang memadai untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas serta setara kas dan menilai kebutuhan
perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan

90

keputusan ekonomi, para pengguna perlu melakukan evaluasi terhadap


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian
perolehannya (IAI, 2007). Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk
memahami secara keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan
usahanya, auditor harus memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data
laporan arus kas klien. Ross, Westerfield dan Jafee (2001) dalam Masyitoh dan
Adhariani (2010) menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki kas yang memadai
maka perusahaan dapat menghindarkan diri dari kegagalan untuk memenuhi
kewajiban dan financial distress sehingga perusahaan diharapkan tidak menerima
opini audit going concern.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa arus kas berpengaruh negatif
pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung hipotesis keempat
dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan penelitian
Masyitoh dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa rasio arus kas tidak
berpengaruh pada penerbitan opini audit going concern.

6.5

Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Opini Audit Going Concern


Penelitian ini menggunakan logaritma total aktiva sebagai proksi dari ukuran

perusahaan. Penggunaan logaritma total aktiva dipandang dapat mewakili ukuran


perusahaan karena dapat menggambarkan

kemampuan perusahaan baik

kemampuan untuk menyelesaikan kewajibannya maupun kemampuan perusahaan


untuk menghasilkan laba dengan aktiva yang dimiliki. Dengan demikian
perusahaan besar yang mengalami financial distress akan lebih mudah mengatasi
kesulitannya karena memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingkan

91

perusahaan kecil (Setyowati, 2009). Perusahaan dengan total aktiva yang besar
juga menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan
karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki
prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang.
Hasil

pengujian

hipotesis

menunjukkan

bahwa

ukuran

perusahaan

berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung
hipotesis kelima dalam penelitian ini. Kevin et al. (2006) yang menyatakan bahwa
perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress.
Carcello dan Neal (2000) juga menemukan bahwa ukuran perusahaan
berhubungan negatif dengan pemberian opini audit going concern. Penelitian
McKeown et al. (1991) juga menemukan bahwa perusahaan besar memiliki
kemungkinan yang lebih kecil untuk gagal dalam mempertahankan kelangsungan
usahanya.

6.6

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan pada Opini Audit Going Concern


Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak

berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung
hipotesis keenam dalam penelitian ini. Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan
dengan pertumbuhan penjualan tidak selalu mengindikasikan bahwa laba yang
diperoleh perusahaan juga meningkat. Peningkatan beban operasional yang lebih
tinggi dibandingkan peningkatan penjualan akan mengakibatkan laba bersih yang
negatif dan berdampak pada saldo laba ditahan perusahaan.

92

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor tidak mempertimbangkan


pertumbuhan penjualan perusahaan dalam memberikan opini audit going concern
karena peningkatan penjualan tersebut belum tentu diikuti dengan peningkatan
laba. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan temuan penelitian Fanny dan
Saputra (2005) serta Setyarno dkk. (2006) yang menunjukkan bahwa
pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going
concern.

6.7

Pengaruh Kualitas Audit pada Opini Audit Going Concern


Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kualitas audit tidak

berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung
hipotesis ketujuh dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan
penelitian Setyarno dkk. (2006), serta Praptitorini dan Januarti (2007)
menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan
opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan
temuan penelitian Mutchler et al. (1997) yang menunjukkan bukti univariat bahwa
auditor Big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada
perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6.
Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa kualitas audit tidak dapat
dijadikan sebagai faktor yang dapat memengaruhi opini audit going concern. Hal
ini berarti bahwa KAP yang berafiliasi dengan KAP Big 4 ataupun yang tidak
berafiliasi dengan KAP Big 4 sama-sama memberikan kualitas audit yang baik
dan bersikap independen dalam mengeluarkan opini audit going concern. Hal
yang sama juga dinyatakan oleh Barnes dan Huan (1993), Barnes dan Huan

93

(1993) menyatakan bahwa ketika sebuah KAP sudah memiliki reputasi yang baik
maka ia akan berusaha mempertahankan reputasinya itu dan menghindarkan diri
dari hal-hal yang bisa merusak reputasinya tersebut sehingga mereka akan selalu
bersikap objektif terhadap pekerjaannya. Selain itu, KAP dan akuntan yang akan
melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal wajib terlebih dahulu terdaftar di
Bapepam dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Kep-34/PM/2003
Peraturan Nomor VIII.A.1. Oleh karena itu, apabila memang perusahaan tersebut
diragukan kelangsungan hidupnya maka opini yang akan diterimanya adalah opini
audit going concern, tanpa memandang apakah auditornya terafiliasi dengan Big 4
atau tidak.

6.8

Pengaruh Audit lag pada Opini Audit Going Concern


Audit lag adalah jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai dengan

tanggal opini laporan auditor independen (Lennox, 2002). Ashton et al. (1987)
menyatakan

bahwa

perusahaan

yang

menerima

opini

going

concern

membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang


menerima opini tanpa kualifikasi. Namun, hasil pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa audit lag tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa audit lag yang panjang belum tentu
mengindikasikan adanya masalah going concern pada auditee dan tidak menjamin
bahwa perusahaan yang memiliki audit lag yang panjang akan memperoleh opini
audit going concern.
Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis kedelapan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Januarti (2009) yang

94

menunjukkan bahwa audit lag tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan


opini audit going concern. Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
hasil penelitian Louwers (1998), Lennox (2002), dan Putra (2010) yang
menemukan hubungan positif antara audit lag yang panjang dengan opini audit
going concern.

6.9

Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya pada Opini Audit Going


Concern
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya

berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung
hipotesis kesembilan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan
temuan penelitian Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002), Ramadhany (2004),
Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009), dan Putra
(2010) yang menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun
sebelumnya dengan opini tahun berjalan.
Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa auditor sangat memperhatikan
opini going concern yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya. Walaupun
penerbitan kembali opini audit going concern tidak semata-mata didasarkan pada
opini audit going concern yang diterima pada tahun sebelumnya, namun
penerimaan

opini

audit

going

concern

pada

tahun sebelumnya

akan

mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik akan kemampuan perusahaan untuk


mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga hal ini akan semakin
mempersulit perusahaan untuk bangkit dari kesulitan yang dialami. Jones (1996)
menyebutkan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern dapat

95

mengalami penurunan harga saham. Selain itu, penerimaan opini audit going
concern dapat berdampak pada kesulitan perusahaan untuk mencari pinjaman
(Firth, 1980 dalam Setyowati, 2009). Nogler (1995) juga menemukan bukti bahwa
setelah auditor mengeluarkan opini going concern maka perusahaan harus
menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini
wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) pada tahun berikutnya, jika tidak
maka opini going concern dapat diberikan kembali.

6.10 Pengaruh Auditor Client Tenure pada Opini Audit Going concern
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa auditor client tenure tidak
berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung
hipotesis kesepuluh dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian Januarti (2009) yang menunjukkan bahwa auditor client tenure
berpengaruh negatif pada penerimaan opini audit going concern. Namun hasil
penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008)
yang menemukan bahwa auditor client tenure tidak berpengaruh signifikan pada
penerimaan opini audit going concern. Penelitian Lennox (2002) juga menemukan
bukti bahwa auditor client tenure kurang dipertimbangkan oleh auditor dalam
memberikan opini audit going concern.
Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa independensi auditor
tidak terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara auditor dengan
kliennya. Auditor akan tetap mengeluarkan opini audit going concern kepada
perusahaan yang diragukan kemampuannya untuk mempertahankan kelangsungan
usaha tanpa memedulikan kehilangan fee audit yang akan diterima di masa

96

mendatang karena kehilangan klien. Selain itu, Kep-20/PM/2002 Peraturan


Nomor VIII.A.2 juga menjelaskan tentang indepedensi akuntan yang memberikan
jasa audit di pasar modal sehingga akuntan yang memberikan jasa audit di pasar
modal akan berusaha untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh
Bapepam tersebut.

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, landasan teori, hipotesis, dan hasil
pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini.
(1) Likuiditas tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hal ini berarti
bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern tidak hanya
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya, tetapi lebih melihat pada kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Rahayu (2007) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) yang
menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh pada pemberian opini audit
going concern.
(2) Leverage berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian Carcello dan Neal (2000) serta Masyitoh
dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa leverage berhubungan
positif dengan pemberian opini audit going concern. Rasio leverage yang
tinggi menunjukkan semakin kecil aktiva perusahaan yang didanai oleh
pemilik sehingga risiko perusahaan semakin besar. Hal ini dapat
menimbulkan kesangsian auditor akan kemampuan perusahaan untuk
melanjutkan usahanya.
(3) Profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar nilai rasio profitabilitas suatu perusahaan

97

98

maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan


laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan
perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Hasil penelitian ini konsisten
dengan hasil penelitian Mutchler (1985), Chen dan Church (1992), Behn et
al. (2001) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif
signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan opini going concern.
(4) Arus kas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Ross,
Westerfield dan Jafee (2001) dalam Masyitoh dan Adhariani (2010)
menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki kas yang memadai maka
perusahaan dapat menghindarkan diri dari kegagalan untuk memenuhi
kewajiban dan financial distress sehingga perusahaan diharapkan tidak
menerima opini audit going concern.
(5) Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hal
ini berarti bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar
kemampuan perusahaan tersebut untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi
sehingga auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going
concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian McKeown et al.
(1991)

yang

juga

menemukan

bahwa

perusahaan

besar

memiliki

kemungkinan yang lebih kecil untuk gagal dalam mempertahankan


kelangsungan usahanya.
(6) Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh pada opini audit going concern.
Pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan pertumbuhan penjualan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor tidak mempertimbangkan

99

pertumbuhan penjualan perusahaan dalam memberikan opini audit going


concern karena peningkatan penjualan tersebut belum tentu diikuti dengan
peningkatan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Fanny dan
Saputra (2005) serta Setyarno dkk. (2006) yang menunjukkan bahwa
pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going
concern.
(7) Kualitas audit tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hal ini
berarti bahwa KAP yang berafiliasi dengan KAP Big 4 ataupun yang tidak
berafiliasi dengan KAP Big 4 sama-sama memberikan kualitas audit yang
baik dan bersikap independen dalam mengeluarkan opini audit going
concern. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Mirna dan
Praptitorini (2007) dan Setyarno dkk. (2006) yang menunjukkan bahwa
kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going
concern.
(8) Audit lag tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil ini
menunjukkan audit lag yang panjang belum tentu mengindikasikan adanya
masalah going concern pada auditee. Hasil penelitian ini konsisten dengan
temuan penelitian Januarti (2009) yang menunjukkan bahwa audit lag tidak
berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern.
(9) Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going
concern. Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa auditor sangat
memperhatikan opini going concern yang diterima perusahaan pada tahun
sebelumnya. Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada

100

tahun sebelumnya harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan


untuk memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) pada
tahun berikutnya, jika tidak maka opini going concern dapat diberikan
kembali (Nogler, 1995).
(10) Auditor client tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hal
ini berarti bahwa independensi auditor tidak terganggu dengan lamanya
perikatan yang terjadi antara auditor dengan kliennya sehingga auditor akan
selalu bersikap independen dalam memberikan opini atas laporan keuangan
yang disajikan manajemen. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan
penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menunjukkan bahwa auditor
client tenure tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going
concern.

7.2 Saran
Beberapa keterbatasan memengaruhi hasil penelitian dan perlu menjadi bahan
pengembangan pada penelitian selanjutnya. Saran-saran yang dapat disampaikan
berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Koefisien determinasi (Nagelkerke R square) adalah sebesar 0,891 yang
berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen adalah sebesar 89,1 persen, sedangkan sisanya sebesar 10,9
persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Hal ini
berarti masih ada variabel lain yang perlu diidentifikasi untuk menjelaskan
penerimaan opini audit going concern. Variabel lain yang secara teoritis
mungkin dapat memengaruhi opini audit going concern yaitu debt default,

101

mekanisme Corporate Governance, opinion shopping, dan penerapan strategi


manajemen. Oleh karena itu, penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan
variabel lain tersebut dan variabel tersebut dapat diuji dengan teknik analisis
yang berbeda.
(2) Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian
dengan objek yang berbeda misalnya perusahaan sektor keuangan untuk
memperoleh konsistensi hasil penelitian.
(3) Variabel kualitas audit yang diukur dengan menggunakan variabel dummy
yaitu terafiliasi atau tidak dengan KAP Big 4 tidak menunjukkan pengaruh
yang signifikan pada opini audit going concern. Penelitian berikutnya dapat
mempertimbangkan proksi lain yang dapat mengukur kualitas audit dengan
lebih tepat sehingga dapat menemukan pengaruh kualitas audit pada opini
audit going concern seperti spesialiasi industri auditor yang digunakan dalam
penelitian Craswell et al. (1995).

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2000. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan
Publik). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Altman, Edward I. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and the
Prediction of Corporate Bankruptcy. Journal of Finance. September: 589609.
Arens, Alvin A., dan James K. Lobbecke. 1996. Auditing: Pendekatan Terpadu
(Auditing An Integrated Approach), Jilid 1. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba
Empat.
Ashton, Robert H., John J. Willingham, and Robert K. Elliott. 1987. An Empirical
Analysis of Audit Delay. Journal of Accounting Research. Vol. 25, No. 2:
275-292.
Auditing Standards Board. 1988. Statement on Auditing Standards No.59: The
Auditors Consideration of an Entitys Ability to Continue as a Going
Concern. New York: AICPA.
Badera, I Dewa Nyoman. 2008. Pengaruh Kesesuaian Hubungan Corporate
Governance dengan Budaya Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan.
Disertasi: Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bazerman, Max H., George Loewenstein, and Don A. Moore. 2002. Why Good
Accountants
Do
Bad
Audits.
Available
at:
http://sds.hss.cmu.edu/media/pdfs/loewestein/WhyGoodAccountants.pdf.
(accessed 03 November 2010).
Behn, Bruce K., Steven E. Kaplan, and Kip R. Krumwiede. 2001. Further
Evidence on the Auditors Going-Concern Report: The Influence of
Management Plans. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 20,
No.1: 13-18.
Belkaoui, Ahmed R. 2006. Teori Akuntansi. Edisi Terjemahan. Jilid 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Blay, Allen D., and Marshall A. Geiger. 2001. Market Expectation for First Time
Going-Concern Recipients. Journal of Accounting, Auditing & Finance.
Vol. 16, No. 3: 209-226.
Brigham, Eugene F., and Joel F. Houston. 2009. Fundamentals of Financial
Management (Dasar-dasar Manajemen Keuangan). Edisi 10. Jakarta:
Salemba Empat.

102

103

Bruynseels, Liesbeth and M. Willekens. 2006. Strategic Viability and GoingConcern


Audit
Opinion.
Available
at:
http://www.placement.abs.aston.ac.uk/newweb/AcademicGroups/fal/ASIG/
Bruynseels_Willekens_BAA.pdf.
Carcello, Joseph V., and Terry L. Neal. 2000. Audit Committee Composition and
Auditor
Reporting.
Available
at
http://papers.ssrn.com/paper.taf?abstract_id=229835. (accessed 5 November
2010).
Chen, Kevin C. W., and Bryan K. Church. 1992. Default on Debt Obligations and
the Issuance of Opini Going-Concern Opinions. Auditing: A Journal of
Practice & Theory. Vol. 11, No. 2: 30-49.
Clarkson, Peter M., and Dan A. Simunic. 1994. The Association between Audit
Quality, Retained Ownership, and Firm-Specific Risk in U.S. vs. Canadian
IPO Markets. Journal of Accounting and Economics. Vol. 17: 207-228.
Craswell, Allen T., Jere R. Francis, and Stephen L. Taylor. 1995. Auditor Brand
Name Reputations and Industry Specialization. Journal of Accounting and
Economics. Vol. 20: 297-322.
DeAngelo, Linda Elizabeth. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of
Accounting and Economics. Vol. 3: 183-199.
Eisenhardt, K. M. 1998. Agency Theory: An Assessment and Review. Academy of
Management Review. Vol. 14, No. 1: 57-74.
Espahbodi, Reza. 1991. Second Opinion, Opinion Shopping and Independence.
The CPA Journal Online.
Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan
Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta).
Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo: 1516 September.
Financial Accounting Standard Board Statement of Financial Accounting
Concept No.1: Objective of Financial Reporting by Business Enterprises.
(Stamford Conn, 1978).
Geiger, Marshall A., and K. Raghunandan. 2002. Going-Concern Opinions in the
New Legal Environment. Accounting Horizons. Vol. 16, No. 1: 17-26.
Geiger, Marshall A., and Dasaratha V. Rama. 2006. Audit Firm Size and GoingConcern Reporting Accuracy. Accounting Horizons. Vol. 20, No.1: 1-17.

104

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics. 4th Ed. New York: McGraw-Hill, Inc.
Halim, Abdul. 2008. Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan) Jilid 1.
Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hanafi. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Hani, Clearly, dan Mukhlasin, 2003. Going-Concern dan Opini Audit: Suatu Studi
Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Makalah Disampaikan dalam
Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya: 16-17 Oktober.
Ho, Joanna L. 1994. The Effect of Experience on Consensus of Going-Concern
Judgments. Behavioral Research in Accounting. Vol. 6: 160-172.
Husnan, Suad, dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Iksan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta:
Graha Ilmu.
Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,
Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern
(Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Makalah
Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang: 4-6
November.
Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis Rasio Keuangan dan Rasio
Nonkeuangan yang Memengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit
Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEJ 2000-2005). Jurnal MAKSI. Vol. 8, No. 1: 43-58.
Jensen, M.C., and W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behaviour Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics. Vol. 3, No. 4: 305-360.

105

Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. Faktor Nonkeuangan pada Opini Going
concern. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Purwokerto: 13-15 Oktober.
Jusup, Al Haryono. 2001. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-20/PM/2002
Peraturan Nomor VIII.A.2 Tentang Independensi Akuntan yang
Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Available at: www.bapepam.go.id.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-34/PM/2003
Peraturan Nomor VIII.A.1 Tentang Pendaftaran Akuntan yang Melakukan
Kegiatan di Pasar Modal. Available at: www.bapepam.go.id.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-36/PM/2003
Peraturan Nomor X.K.2 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan
Keuangan Berkala. Available at: www.bapepam.go.id.
Kevin, C.K. Lam, and Yaw M. Mensah. 2006. Auditors Decision Making Under
Going-Concern Uncertainties in Low Litigation-Risk Environments:
Evidence
from
Hong
Kong.
Available
at:
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=899323. (accessed 03
November 2010).
Koh, Hian Chye, and Sen Suan Tan. 1999. A Neural Network Approach to
Prediction of Going concern Status. Accounting and Business Research.
Vol. 29, No. 3: 211-216.
Komalasari, Agrianti. 2004. Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxy Going
Concern terhadap Opini Auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 9,
No. 2: 1-15.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantitatif. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
LaSalle, Randal E., and Asokan Anandarajan. 1996. Auditor View on the Type of
Audit Report Issued to Entities with Going concern Uncertainties.
Accounting Horizons. Vol. 10, No. 2: 51-72.
Lennox, Clive S. 2002. Going-concern Opinions in Failing Companies: Auditor
Independence
and
Opinion
Shopping.
Available
at:
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=240468. (accessed 18
Oktober 2010).

106

Lestari dan Chariri. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaporan


Keuangan melalui Internet (Internet Financial Reporting) dalam Website
Perusahaan. Available at: http://eprints.undip.ac.id/2398/. (accessed 30
Desember 2010).
Louwers, Timothy J. 1998. The Relation between Going-Concern Opinions and
the Auditors Loss Function. Journal of Accounting Research. Vol. 36,
No.1: 143-156.
Masyitoh, Oni Currie and Desi Adhariani. 2010. The Analysis of Determinants of
Going concern Audit Report. Journal of Modern Accounting and Auditing.
Vol. 6, No.4: 26-37.
Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Kualitas Audit dan Independensi terhadap
Integritas Laporan Keuangan. Makalah Disampaikan dalam Simposium
Nasional Akuntansi VI. Surabaya: 16-17 Oktober.
McKeown, J.R., Jane F.Mutchler, and W. Hopwood. 1991. Toward an
Explanation of Auditor Failure to Modify the Audit Reports of Bankrupt
Companies. Auditing: A Journal of Practice and Theory. Supplement: 1-13.
Mills, John R., and Jeanne H. Yamamura. 1998. The Power of Cash Flow Ratio.
Journal of Accountancy. October: 53-61.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.
Mutchler, Jane F. 1984. Auditors Perception of the Going-Concern Opinion
Decision. Auditing: A Journal of Practice and Theory. Vol. 3, No.2: 17-30.
Mutchler, Jane F. 1985. A Multivariate Analysis of the Auditors Going concern
Decision. Journal of Accounting Research. Vol. 23, No.2: 668-682.
Mutchler, Jane F. 1986. Empirical Evidence Regarding the Auditors GoingConcern. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol.8, No.1: 148-164.
Mutchler, Jane F., W. Hopwood, and James M. McKeown. 1997. The Influence of
Contrary Information and Mitigating Factors on Audit Opinion Decisions on
Bankrupt Companies. Journal of Accounting Research. Vol. 35, No. 2: 295310.
Nogler, G.E. 1995. The Resolution of Auditor Going Concern Opinions. Auditing:
A Journal of Practice & Theory. Vol.14, No.2: 54-73.
Palmrose, Zoe-Vonna. 1988. An Analysis of Auditor Litigation and Audit Service
Quality. The Accounting Review. Vol. 63, No. 1: 55-73.

107

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan


Publik. Available at: http://www.google.co.id.
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas
Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini
Going Concern. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional
Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli.
Putra, I Gede Cahyadi. 2010. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan
Prediksi Kebangkrutan dan Auditor Independen. Tesis. (Tidak
Dipublikasikan). Universitas Udayana, Bali.
Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Makalah Disampaikan
dalam Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli.
Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Vol.10, No. 1: 1-10.
Rahayu, Puji. 2007. Assessing Going concern Opinion: A Study Based on
Financial and Non-Financial Information. Makalah Disampaikan dalam
Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli.
Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi
Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang
Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Ross, Stephen, R. W. Westerfield, and J. Jaffe. 2002. Corporate Finance.
McGraw-Hill: New York.
Rudyawan, Arry Pratama dan I Dewa Nyoman Badera. 2008. Opini Audit Going
Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan
Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor. Available at:
http://www.google.co.id.
Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4.
Yogyakarta: BPFE.
Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti, dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit,
Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Makalah
Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang: 23-26
Agustus.

108

Setyowati, Widhy. 2009. Strategi Manajemen sebagai Faktor Mitigasi Terhadap


Penerimaan Opini Going Concern Studi Empirik pada Perusahaan
Manufaktur di Indonesia. Disertasi. Universitas Diponegoro, Semarang.
Schipper, K., and L. Vincent. 2003. Earnings Quality. Accounting Horizons.
Vol.70. Supplement: 97-110.
Sinason, David H., Jefferson P. Jones, and Sandra Waller Shelton. 2001. An
Investigation of Auditors and Client Tenure. Available at:
http://www.bsu.edu/mcobwin/majb/?p=235. (accessed 15 November 2010).
Subekti, Imam, dan N.W. Widiyanti. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Audit Delay di Indonesia. Makalah Disampaikan dalam
Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar: 2-3 Desember.
Sudarmadji, Ardi Murdoko, dan Lana Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan
terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan.
Procedding PESAT. Vol. 2: 21-22 Agustus 2007.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-10. Bandung:Alfabeta.
Sumodiningrat, Gunawan. 2007. Ekonometrika Pengantar. Edisi Kedua.
Yogyakarta: BPFE.
Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakterisrik
Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalah Disampaikan
dalam Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII. Solo: 15-16 September.
Teoh, Siew Hong and T. J. Wong. 1993. Perceived Auditor Quality and the
Earnings Response Coefficient. The Accounting Review. Vol. 68, No. 2:
346-366.
Tucker, Robert R., Ella Mae Matsumura, dan K. R. Subramanyam. 2003. Going
Concern Judgements: An Experimental Test of The Self-fulfilling Prophecy
and Forecast Accuracy. Available at: http://www.ssrn.com. (accessed 1
Desember 2010).
Venuti, Elizabeth K. 2004. The Going concern Assumption Revisited: Assesing a
Companys Future Viability. The CPA Journal Online.

Lampiran 1
Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern

Apakah ada kondisi


dan/atau peristiwa
yang berdampak
terhadap kelangsungan
hidup entitas?

Tidak

SA Seksi 508
[PSA No.29)

Ya

Apakah auditor
sangsi atas
kelangsungan
hidup entitas?

Apakah ada
rencana
manajemen?

Ya

Ya

Apakah rencana
manajemen dapat
dilaksanakan?

Tidak

Ya

Apakah cukup
pengungkapan?

Tidak

Tidak
Memberikan
Pendapat

Tidak

Tidak
Memberikan
Pendapat
Tidak

Ya

Pendapat Wajar Tanpa


Pengecualian

Pendapat Wajar Tanpa


Pengecualian dengan Paragraf
Penjelasan Berkaitan dengan
Kelangsungan Hidup Entitas atau
Penekanan atas Suatu Hal
(Emphasis of a Matter)

Sumber: IAI, 2001

109

Pendapat Wajar dengan


Pengecualian atau
Pendapat Tidak Wajar

Lampiran 2
Daftar Perusahaan Sampel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Kode
DAVO
PTSP
PSDN
SMAR
PAFI
ESTI
KARW
BIMA
SRSN
SIMM
BRPT
SULI
SPMA
SAIP
BUDI
LMPI
INTP
JKSW
KICI
KDSI
MLIA
IKBI
MTDL
GJTL
LPIN
KONI
DVLA
INAF
SCPI
CEKA

Nama Perusahaan
Davomas Abadi
Pioneerindo Gourmet International
Prasidha Aneka Niaga
SMART
Panasia Filament Inti
Ever Shine Textile Industry
Karwell Indonesia
Primarindo Asia Infrastructure
Indo Acidatama
Surya Intrindo Makmur
Barito Pacific
Sumalindo Lestari Jaya
Suparma
Surabaya Agung Industry Pulp
Budi Acid Jaya
Langgeng Makmur Plastik Industry
Indocement Tunggal Prakarsa
Jakarta Kyoei Steel Works
Kedaung Indah Can
Kedawung Setia Industrial
Mulia Industrindo
Sumi Indo Kabel
Metrodata Electronics
Gajah Tunggal
Multi Prima Sejahtera
Perdana Bangun Pusaka
Darya-Varia Laboratoria
Indofarma
Schering Plough Indonesia
Cahaya Kalbar

110

Lampiran 3
Nilai Setiap Variabel
Tahun 2000
No OA CACL

TDTA

NIBTS

CFOTD

SIZE

SG

KA AL OTS ACT

0 476.012 1.11050 -0.32540 0.07207 27.11926 -0.08734

0 235

0 0.29787 1.00145 -0.07746 0.11599 25.71588 0.19749

0 108

1 0.14069 2.50945 -0.53506 -0.00420 27.00435 -0.08454

75

1 0.37624 0.99657 -0.22354 0.02183 28.99708 -0.18305

1 151

0 0.74952 0.90648 -0.20975 -0.01224 27.57945 0.03710

99

0 2.60615 0.54941

0.00561 0.28892 27.41151 0.07818

88

1 0.91209 0.76294 -0.03538 0.11692 27.31030 0.16992

67

1 113

0 3.73708 0.54444

0.00014 0.88507 25.89168 0.34747

66

10

0 1.93144 0.35315

0.16503 0.07975 26.03255 0.12224

89

11

1 0.11945 0.94209 -0.71402 -0.00748 29.53145 -0.11560

1 116

12

1 0.25551 0.88108

79

13

0 0.23791 0.66314 -0.51109 0.27853 27.60709 0.12404

0 107

14

1.77035 0.00554 28.68326 0.01890

1 110

15

0 3.00674 0.81403 -0.17942 0.00590 27.61638 -0.06024

1 107

16

1 1.61913 0.93290 -0.26242 0.02993 26.94668 0.39268

1 110

17

1 3.43145 0.90366 -0.51199 0.09103 30.08624 0.39171

82

18

1 0.13038 2.25518 -14.25360 -0.00045 26.46044 -0.65848

0 122

19

0 2.67961 0.41205

1 106

20

1 1.85034 0.65706 -0.04018 0.03921 26.76992 0.80125

71

21

1 0.36306 0.97498 -1.35369 0.07317 28.61949 -0.63519

1 135

22

0 2.37606 0.20320

0.00698 -0.02747 26.69493 0.81646

87

23

0 2.78643 0.42157

0.06258 0.16447 26.71266 0.28212

71

24

1 0.66073 1.05924 -0.59021 0.04232 30.33192 0.27925

1 163

25

1 0.73673 0.64809 -0.09677 -0.16957 25.05891 -0.58045

1 102

26

1 0.78362 0.50996 -0.07400 0.08696 24.92235 0.12582

95

27

0 1.22057 0.54774 -0.02772 0.15522 26.65359 0.21200

19

28

0 1.76213 0.45637

1 109

29

0 0.98528 0.72958 -0.05663 -0.03045 24.66128 0.08911

50

30

0 1.78843 0.25324 -0.04690 -0.12186 26.35159 -0.25076

0 118

0.5843 1.07361 -0.10307 0.04707 26.04518 0.20911

0.038 1.23192

0.52431 0.03234 28.24283 0.06347

0.19203 0.23853 26.07603 0.05053

0.33661 0.11012 27.01145 0.25852

111

Tahun 2001
No OA

CACL

TDTA

0 112.91461 0.39165

NIBTS

CFOTD

SIZE

SG

0.00746 0.37103 27.36265 0.10254

KA AL OTS ACT
91

0.65702 0.85227 -0.02552 0.14365 25.62699 0.12415

0 105

0.11270 3.21690 -0.79722 0.01706 26.88551 -0.69326

85

0.31471 1.14450 -0.25215 0.02197 28.99119 -0.04935

91

1.09254 0.89611 -0.07044 0.08469 27.54403 0.03412

0 102

2.77520 0.47168

0.07602 0.19892 27.33148 -0.01116

86

0.60404 0.84421 -0.08760 0.20719 26.93829 -0.07225

78

0.42478 1.25789 -0.09211 0.02787 25.92612 -0.21489

1 116

4.55687 0.84288

0.07163 0.19509 25.92342 -0.05553

1 102

10

1.87817 0.40689

0.03003 0.12849 26.27953 0.40495

87

11

0.10874 1.17087 -0.78215 -0.00795 29.50594 0.13474

1 105

12

0.19647 1.08331

0.43320 0.02920 28.10574 0.05904

81

13

0.25386 0.74151 -0.19010 0.20741 27.66705 -0.00774

71

14

0.04656 1.50730

0.91329 -0.00184 28.62037 0.00019

1 107

15

1.25157 0.84457 -0.03662 0.06035 27.63401 0.19360

1 119

16

0.23853 0.86523 -0.19685 0.01379 26.98841 0.14728

92

17

2.12123 0.76839 -0.03071 0.06746 30.11008 0.41072

49

18

0.19114 2.22501 -2.63427 0.00015 26.67173 0.74761

0 119

19

2.57896 0.37943

1 107

20

0.73143 0.69012 -0.05128 0.03060 26.74101 0.00998

87

21

3.29719 1.32394 -0.19275 0.00954 29.14893 3.25067

99

22

2.87021 0.16837

0.01937 0.29520 26.69718 0.26439

67

23

2.38610 0.37931

0.00411 -0.00994 27.01023 0.31291

73

24

0.32030 1.26566 -0.27931 0.04669 30.34776 0.13069

1 186

25

0.70411 0.79978 -0.34630 -0.07872 24.91821 0.05288

1 102

26

0.84556 0.51331

0.01757 0.09667 24.93229 -0.06242

98

27

0.96334 0.57009

0.02140 0.18160 26.66459 0.18323

25

28

2.37771 0.36247

0.28576 -0.27433 27.42230 0.24739

98

29

0.69959 0.93200 -0.09559 -0.21960 24.85491 0.14105

18

30

1.44838 0.27470 -0.02863 0.15653 26.44125 -0.12184

0 148

0.11753 0.13335 26.10290 -0.07925

112

Tahun 2002
No OA

CACL

TDTA

NIBTS

CFOTD

SIZE

SG

KA AL OTS ACT

0 334.24060 0.37025

0.07570 0.53599 27.39757 0.18250

78

1.38273 0.74994

0.12322 0.21357 25.55143 0.04262

59

0.10394 5.07253 -0.95264 -0.01711 26.59131 0.15801

77

0.61087 1.08690

0.10146 0.04524 28.90361 0.34200

46

1.64642 0.83823

0.05924 0.06509 27.38342 -0.15098

79

1.49594 0.41524

0.00370 0.22921 27.22296 -0.21124

71

0.63667 0.85891 -0.02133 -0.03082 26.92139 -0.36269

73

0.23434 2.28090 -0.40638 -0.38208 25.31093 -0.60308

1 113

2.77010 0.52791 -0.06340 -0.21678 25.83368 -0.15945

48

10

1.24549 0.47557 -0.08179 0.08981 26.16687 -0.36524

65

11

0.33773 0.77685 -0.22893 0.03456 29.43423 0.14965

90

12

0.20480 1.19231

0.18276 0.01591 27.99700 -0.09533

84

13

0.27096 0.79818 -0.19254 0.15637 27.67337 -0.09989

49

14

0.04731 1.53979

0.42897 0.00372 28.53976 -0.21322

64

15

2.93119 0.82392

0.02350 0.07110 27.56049 -0.06273

1 139

16

0.30458 0.89523 -0.14041 0.01705 26.94646 0.05105

59

17

2.82321 0.66782

0.36498 0.16424 30.07030 0.14330

23

18

0.29800 1.68534

0.16068 -0.01095 27.00556 5.21508

48

19

2.53381 0.36645 -0.01071 -0.34724 26.03625 -0.10107

84

20

0.79132 0.69814 -0.00203 0.07916 26.74131 0.17558

77

21

2.10379 1.24683

0.24137 0.01025 29.08667 0.01284

86

22

2.32057 0.21136

0.00047 0.25939 26.72606 -0.20076

71

23

2.47904 0.45351 -0.02671 -0.58389 26.83801 -0.12670

71

24

0.60674 0.98147

0.32630 0.04579 30.15227 -0.03156

1 148

25

0.92136 0.37070

0.58972 -0.16380 25.54645 -0.09023

1 100

26

0.77956 0.58170 -0.08731 -0.15222 24.87333 0.07208

66

27

2.20141 0.29678

31

28

1.73397 0.50867 -0.10441 -0.09556 27.42033 0.11790

1 160

29

0.61863 0.94797 -0.00418 0.06825 24.83833 0.08239

15

30

1.92406 0.23377

87

0.18113 0.64170 26.50068 0.07732

0.07856 0.21164 26.42852 0.16002

113

Tahun 2003
No OA

CACL

TDTA

NIBTS

CFOTD

SIZE

SG

KA AL OTS ACT

0 497.87213 0.33938

0.12522 0.43768 27.51905 0.42376

79

1.40754 0.77040

0.02612 0.20272 25.43568 -0.04699

58

0.59690 1.49670 -0.53485 -0.21651 25.88788 -0.76593

98

0.56131 1.06792

0.01698 0.04756 28.92025 0.08230

49

1.20683 0.88324 -0.14525 -0.02660 27.29933 -0.33622

63

2.82768 0.37341 -0.10984 0.20113 27.07606 -0.09857

72

0.56281 0.89615 -0.05642 -0.03925 26.74628 -0.02891

85

0.14797 2.98952 -2.59680 -0.08490 25.14315 -0.86879

78

2.14274 0.57907 -0.17094 0.08569 25.65676 -0.17808

47

10

1.11883 0.51518 -0.35594 -0.11921 25.88525 -0.21026

84

11

0.38791 1.12862

0.05601 -0.01751 28.83031 0.01683

83

12

0.15939 1.33553 -0.23579 0.00561 27.88641 -0.14120

91

13

3.38657 0.78506

0.04886 0.19176 27.66235 0.14864

64

14

0.03594 1.59951 -0.12697 0.01020 28.47438 -0.28755

90

15

3.14021 0.81950 -0.00277 0.07428 27.55549 -0.17859

77

16

0.31530 0.97470 -0.14141 0.04060 26.94044 0.09253

68

17

1.86903 0.55314

0.19705 0.24724 29.94801 0.05304

20

18

0.17137 1.86250

0.01087 -0.00465 26.65465 -0.44094

51

19

1.95346 0.36756 -0.12554 -0.08142 25.90199 -0.20334

80

20

0.87208 0.71823 -0.06875 -0.00390 26.64236 -0.02834

72

21

0.37483 1.29862 -0.07787 0.04086 29.05607 -0.01166

57

22

2.72671 0.16345 -0.02238 0.12160 26.63623 0.03913

44

23

2.29604 0.44073

0.02237 0.26254 26.83663 -0.05077

75

24

1.56199 0.89702

0.10723 0.05161 30.13026 0.03032

1 118

25

1.02765 0.37004 -0.02393 0.03547 25.53777 -0.16831

77

26

0.78993 0.57978 -0.00802 -0.06985 24.83062 0.07206

78

27

3.01595 0.26791

47

28

1.29285 0.57868 -0.33662 0.11060 27.17840 -0.27585

0 106

29

0.66988 0.90337

0.04516 0.16448 24.77944 0.06832

30

2.47304 0.21560

0.02564 0.26460 26.41108 0.04353

91

0.18178 0.67873 26.64634 -0.28901

114

Tahun 2004
No OA

CACL

TDTA

NIBTS

CFOTD

SIZE

SG

KA AL OTS ACT

0 557.46821 0.56297

0.13882 0.27293 28.08715 0.20727

69

1.30291 0.95863

0.02822 0.24103 25.16372 0.04370

85

0.91046 1.45806 -0.00597 0.06915 25.91424 1.99820

1 130

1.36439 1.08775 -0.01517 0.06531 29.01046 0.28276

49

1.36548 0.72408 -0.16417 0.08772 27.28822 0.08532

61

2.72222 0.36496 -0.03864 0.18873 27.02142 0.29449

76

0.64614 0.92361

0.00291 0.09298 26.96743 0.11111

81

0.37960 3.41572 -1.66472 -0.03209 25.11575 0.34145

89

0.42955 0.99776 -0.18596 -0.05253 25.22022 -0.18019

88

10

1.13732 0.45397 -0.11808 0.13239 25.62958 -0.13628

49

11

0.29038 1.17426 -0.12610 0.02236 28.83950 -0.31699

73

12

1.31640 0.96218 -0.00820 0.07325 27.78233 0.12174

87

13

5.54325 0.84346 -0.15264 -0.00194 27.71303 0.16228

66

14

0.03678 1.79851 -1.63201 0.00393 28.43099 -0.17538

82

15

1.12114 0.75540 -0.01426 0.05382 27.57007 0.46589

82

16

0.33921 0.99158 -0.25018 -0.00355 26.95592 -0.02920

82

17

1.41542 0.52351

0.03968 0.25492 29.91044 0.11877

28

18

0.17847 2.18478 -0.22296 0.00535 26.45721 -0.17528

74

19

1.58298 0.45815 -0.21763 -0.16778 25.85858 0.04327

69

20

1.08660 0.78328 -0.06588 -0.00204 26.66089 0.08866

60

21

0.34922 1.42767 -0.28100 0.07136 29.11532 0.19266

80

22

2.01254 0.28833

0.01314 0.10441 26.82167 0.67639

56

23

1.65547 0.54346

0.02768 0.00463 27.13843 0.33514

77

24

1.42496 0.73435

0.03874 0.12692 29.47808 0.18816

90

25

0.90455 0.42369 -0.06198 0.04916 25.58442 0.34289

90

26

0.91406 0.66030 -0.03722 -0.10185 24.92571 0.02532

67

27

3.86118 0.26010

0.17751 0.49639 26.78978 0.09338

53

28

1.53467 0.51205

0.03707 0.59363 26.98461 0.38401

89

29

0.67808 0.96748

0.01429 -0.03739 24.79236 -0.04624

27

30

1.47089 0.28616 -0.09261 0.34814 26.39431 -0.07139

54

115

Tahun 2005
No OA

CACL

TDTA

NIBTS

CFOTD

SIZE

SG

KA AL OTS ACT

0 24.40279 0.55368

0.10607 0.33347 28.18886 0.08595

87

2.03963 0.90883

0.04340 0.14265 25.05941 -0.05844

82

6.22132 0.64583

0.00634 0.04678 26.37342 0.43646

60

1.44606 0.58039

0.05104 0.05556 29.15647 0.08939

48

1.01481 0.76692 -0.09806 0.00064 27.26518 0.08788

86

2.39237 0.42717 -0.02525 -0.07575 27.10320 -0.01747

76

0.61029 0.92497 -0.00742 -0.04406 26.92187 0.23444

96

0.43550 3.39846 -0.48009 -0.01663 25.18546 0.48339

86

0.80256 0.59459

0.08965 0.02674 26.54733 0.60023

69

10

0.96774 0.55415 -0.20884 0.00882 25.59716 -0.18196

55

11

1.17507 0.53928

0.43417 -0.25002 28.45970 -0.35994

81

12

1.36195 0.83242

0.02970 0.03952 27.83828 0.07180

59

13

0.78515 0.69280

0.02057 0.01252 27.90882 0.06005

74

14

0.03782 2.12094 -0.97294 0.00111 28.38321 0.40731

80

15

1.11172 0.76166 -0.00214 0.08595 27.60939 0.10228

86

16

2.05938 0.25842

0.07214 0.00036 26.94817 0.10584

51

17

2.51887 0.46572

0.19273 0.27732 29.98586 0.20227

20

18

0.17564 2.24087 -0.01295 0.03208 26.39124 0.26167

74

19

1.41997 0.52087 -0.10991 0.01477 25.80748 0.05941

54

20

0.90233 0.79398 -0.01096 0.05979 26.67632 0.16273

83

21

0.27202 1.65107 -0.21868 0.02668 29.04590 0.05709

86

22

1.76735 0.38275

0.02599 0.07195 27.02999 0.45884

61

23

1.72428 0.53951

0.02834 0.20929 27.20897 0.19285

80

24

2.31075 0.72860

0.04010 0.04539 29.64317 -0.28991

79

25

0.78992 0.46705 -0.24599 -0.13297 25.48594 0.11782

90

26

0.89805 0.66814 -0.01385 0.09998 24.91642 0.04790

27

27

3.50227 0.29062

0.19623 0.46371 27.03433 0.26626

48

28

1.62275 0.48876

0.02345 -0.21639 26.97483 -0.00795

83

29

0.69490 0.98598

0.00680 -0.15948 25.02764 0.18503

55

30

1.65558 0.45619 -0.04764 0.00181 26.53383 0.43614

48

116

Tahun 2006
No OA

CACL

TDTA

NIBTS

CFOTD

SIZE

SG

KA AL OTS ACT

5.98468 0.63958

0.15086 0.03440 28.62716 0.47791

59

1.96513 0.93985 -0.01244 0.08248 25.05082 -0.04819

82

2.17341 0.59422

0.04530 0.02998 26.38652 0.34041

64

1.52126 0.51420

0.13397 0.13751 29.30098 0.01108

51

1.08120 0.73199 -0.13668 0.00750 27.22156 -0.19056

88

1.98796 0.46026 -0.14646 -0.00981 26.99736 -0.00224

73

0.49669 1.04461 -0.27222 0.08668 26.49532 -0.62071

87

0.56362 2.95211

0.05397 0.01106 25.36730 2.59321

87

1.33766 0.51414

0.13474 0.21311 26.52371 -0.07111

64

10

0.87875 0.68540 -0.10983 0.01940 25.70634 0.80636

74

11

1.05220 0.38944

0.03662 -0.36029 28.18441 -0.44864

59

12

1.19866 0.71001

0.00233 -0.06435 28.05013 -0.15090

82

13

3.77427 0.67517

0.05614 0.01063 27.95414 0.18836

87

14

0.04151 1.98193

0.12214 -0.00104 28.42053 0.06219

86

15

1.25290 0.71291

0.03887 0.25082 27.56018 0.04713

85

16

4.11363 0.25729

0.02194 0.04664 26.95545 0.03152

61

17

2.14448 0.37147

0.13631 0.33525 29.89261 0.13107

22

18

7.95835 2.34198

0.20018 0.02393 26.29729 0.14220

80

19

1.29400 0.58217 -0.24081 -0.04435 25.66644 -0.19381

61

20

0.98263 0.64542

0.01698 0.10142 26.80944 -0.72444

88

21

0.18714 1.84379 -0.20463 0.01649 28.96078 -0.09341

87

22

2.01679 0.36762

0.03452 0.23057 27.10389 0.34441

73

23

1.51709 0.61388

0.02705 0.02594 27.33100 0.08802

79

24

1.94293 0.70654

0.04264 0.05801 29.61561 0.13172

79

25

0.79687 0.43495 -0.01306 -0.05479 25.41228 -0.32530

88

26

0.93346 0.68115 -0.01398 -0.07244 24.91639 -0.05171

85

27

4.69284 0.26021

0.14458 0.40747 27.04644 0.06704

53

28

1.48460 0.59169

0.03902 0.17998 27.25551 0.50090

87

29

0.65855 1.01471 -0.00556 -0.13536 25.31711 -0.06759

68

30

3.47072 0.29997

24

0.04968 0.63322 26.36093 0.62460

117

Tahun 2007
No OA

CACL

TDTA

NIBTS

CFOTD

SIZE

SG

KA AL OTS ACT

9.26507 0.69384

0.10674 0.13125 28.98390 0.69028

24

1.45511 0.93427

0.00853 0.32737 25.02745 0.12476

84

2.22399 0.60700

0.01549 0.04937 26.39907 0.15430

66

1.72032 0.56242

0.18718 0.04048 29.71833 0.71608

37

1.14664 0.79898 -0.20656 -0.09498 27.13055 0.09406

86

1.39393 0.49863 -0.04170 0.02369 27.01617 0.06171

72

0.76873 1.07022

0.02868 -0.06590 26.43540 0.24505

78

0.62669 2.98232

0.06311 -0.01296 25.29980 0.77615

88

1.32908 0.44258

0.14218 0.31235 26.53479 -0.00483

85

10

0.96440 0.65508 -0.04414 -0.02400 25.49123 -0.03993

60

11

2.02303 0.31620

0.14265 -0.01025 30.45905 -0.25315

79

12

1.14922 0.67360

0.02949 -0.05227 28.27069 0.52543

77

13

4.03958 0.54981

0.04825 0.03902 28.03775 0.18444

67

14

0.37608 1.26741 -0.32499 0.15611 28.61003 0.53462

77

15

1.49196 0.55286

0.05374 0.00702 28.02687 0.25854

87

16

2.90017 0.26595

0.00845 0.10402 26.99945 0.12001

71

17

2.96018 0.30637

0.19358 0.45738 29.93521 0.15783

42

18

2.24513 2.11504 -0.24534 0.11225 26.39363 0.04316

74

19

6.27060 0.21708 -0.08139 -0.37460 25.10856 -0.14686

75

20

1.24038 0.58967

0.02364 0.05133 27.01864 4.30510

63

21

0.18270 2.09949 -0.37177 0.02075 28.97204 0.12631

77

22

3.10470 0.25330

0.06989 0.58138 27.10224 -0.16919

78

23

1.28009 0.70500

0.03670 -0.11394 27.78138 0.65802

73

24

2.20853 0.71781

0.02107 0.07407 29.76574 0.21736

72

25

1.70103 0.44102

0.42895 0.15663 25.65956 0.68136

60

26

0.93761 0.68836 -0.01691 0.31480 24.86520 -0.08428

25

27

5.36257 0.17596

0.15173 0.94722 27.05286 -0.11648

60

28

1.31038 0.71116

0.01734 0.11620 27.64041 0.24008

88

29

0.76816 0.98601

0.03699 -0.03882 25.57970 0.37649

59

30

1.35902 0.64308

0.04447 -0.23736 27.14274 1.07802

37

118

Tahun 2008
No OA

CACL

TDTA

NIBTS

CFOTD

SIZE

SG

KA AL OTS ACT

0 27.49628 0.81388 -0.13682 0.08999 28.91752 0.21169

0 114

1.08742 0.89913

0.03380 0.43106 25.12700 0.27471

75

2.78294 0.52552

0.05897 0.54930 26.38263 0.18840

65

1.72235 0.52339

0.09189 0.41594 29.93619 0.99195

40

0.87685 1.04125 -0.44494 0.00386 27.08946 -0.15632

89

1.29537 0.53026 -0.05214 0.15475 26.99661 0.12139

77

0.30065 1.53554 -0.19821 -0.17138 25.75000 -0.18332

89

0.53120 2.99471 -0.10865 -0.00923 25.40047 0.20165

84

1.37075 0.50872

0.04004 0.12034 26.69692 0.17100

73

10

0.14814 1.22658 -1.82359 -0.12107 25.11324 -0.65409

79

11

2.20615 0.48187 -0.24670 -0.10223 30.47847 53.39483

79

12

0.51585 0.82763 -0.29840 -0.00022 28.40572 0.02159

47

13

2.98379 0.57708 -0.00884 0.02511 28.07884 0.27242

33

14

0.95631 1.45434 -0.93241 0.00331 28.55664 -0.02982

69

15

1.04747 0.61814

0.02292 0.07618 28.16091 0.14937

84

16

2.35185 0.29847

0.01255 -0.05736 27.05134 0.07592

33

17

1.78574 0.24498

0.23851 0.58561 30.05465 0.33547

63

18

2.24052 2.39346 -0.22112 0.03609 26.42820 0.44766

85

19

6.45649 0.23571

0.07211 -0.04160 25.18015 0.45472

62

20

1.19569 0.53031

0.01197 -0.07106 26.90890 0.16852

76

21

0.19749 2.32923 -0.17351 0.03081 28.94824 0.20564

75

22

4.10260 0.20313

0.08618 0.52769 27.17911 0.03450

51

23

1.33565 0.67430

0.03863 -0.07888 27.88473 0.26141

84

24

1.47001 0.81071 -0.09722 0.08084 29.79590 0.19574

86

25

1.30124 0.54820

0.13456 -0.26234 25.93242 0.20538

89

26

0.89721 0.68689 -0.04260 0.09364 24.70403 -0.05427

89

27

4.13402 0.20357

0.18906 1.08617 27.18107 0.13366

49

28

1.33157 0.69291

0.00782 -0.27989 27.59623 0.16135

79

29

0.89085 0.95816

0.06511 -0.11212 26.01921 0.19760

59

30

7.35068 0.59165

0.02145 -0.11631 27.12790 1.41638

30

119

Tahun 2009
No OA

CACL

TDTA

NIBTS

CFOTD

SIZE

SG

KA AL OTS ACT

0 113.70787 0.84072 -2.27696 0.01243 28.66279 -0.88032

64

1.16887 0.76543

0.07675 0.27258 25.23046 0.09332

76

10

1.56268 0.05084

0.09888 -0.24654 28.89448 -0.16934

64

1.57974 0.51517

0.06990 0.02385 29.95445 -0.11763

40

0.66551 1.08123 -0.05527 -0.08690 26.86223 -0.24638

83

1.38375 0.50507

0.02779 0.18835 26.97489 -0.05150

76

0.18016 1.87017 -0.10075 -0.04608 25.34759 -0.74596

84

0.58453 3.12932

0.12937 0.02754 25.27589 -0.14716

85

1.70664 0.47212

0.10356 -0.13607 26.74859 0.12304

67

10

4.39735 1.45015 -1.10327 -0.31953 24.81825 -0.90770

78

11

2.16167 0.46253

0.07872 0.13655 30.42679 -0.21448

81

12

0.50609 0.86361 -0.12362 -0.03269 28.32893 -0.39175

69

13

1.38650 0.51923

0.07170 0.10665 27.99054 -0.01717

89

14

0.90586 1.33597

0.99784 0.00115 28.51218 -0.30692

71

15

1.04352 0.51014

0.10011 0.29354 28.10029 0.14829

82

16

2.78428 0.26200

0.02068 0.09116 27.01579 0.16849

46

17

3.00555 0.19373

0.35894 1.23807 30.21700 0.08138

62

18

5.55290 2.51974

0.00731 0.05970 26.32526 0.08207

90

19

5.53211 0.27998 -0.04742 0.04195 25.15737 -0.10927

62

20

1.19709 0.56664

0.01722 0.02417 27.03444 -0.10963

71

21

0.21663 2.08689

0.45387 0.08114 28.80616 -0.05439

74

10

22

7.18329 0.12429

0.04722 1.61405 27.05468 -0.47602

53

23

1.49325 0.61732

0.02643 0.42798 27.68840 -0.00739

85

24

2.53176 0.69915

0.16048 0.18326 29.81450 -0.00340

76

10

25

2.27008 0.32699

0.22705 0.02833 25.64986 -0.01959

89

26

1.05875 0.76137

0.13419 -0.48186 25.25712 0.02158

77

27

3.05023 0.29184

0.13127 0.02488 27.38718 0.50480

48

28

1.54206 0.58969

0.01126 0.09447 27.31361 -0.23910

84

29

0.93750 0.90464

0.06403 -0.00623 26.05239 0.39649

90

30

4.89447 0.46952

0.05867 0.39228 27.06603 -0.39167

64

120

Lampiran 4
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
GC
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA
AL
OTS
ACT
Valid N (listwise)

300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300

Minimum
Maximum
Mean
.00
1.00
.4100
.03594 557.46821 8.7170966
.05084
5.07253
.8603010
-14.25360
1.77035 -.1132515
-.58389
1.61405
.0817395
24.66128 30.47847
27.15191
-.90770 53.39483
.2957215
.00
1.00
.5600
9.00
235.00
76.3433
.00
1.00
.4267
1.00
10.00
3.0633

121

Std. Deviation
.49266
54.94166710
.65648105
.91009104
.22822862
1.44449126
3.12541141
.49722
26.63061
.49542
2.22617

Lampiran 5
Hasil analisis regresi logistik

Logistic Regression

Case Processing Summary


Unweighted Cases
Selected Cases

N
Included in Analysis
Missing Cases
Total

300
0
300
0
300

Unselected Cases
Total

Percent
100.0
.0
100.0
.0
100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total


number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value
.00
1.00

Internal Value
0
1

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration
Step
1
0
2
3

-2 Log
likelihood
406.116
406.115
406.115

Coefficients
Constant
-.360
-.364
-.364

a. Constant is included in the model.


b. Initial -2 Log Likelihood: 406.115
c. Estimation terminated at iteration number 3 because
parameter estimates changed by less than .001.

122

Classification Tablea,b
Predicted

Step 0

Observed
Opini Audit

Opini Audit
.00
1.00
177
0
123
0

.00
1.00

Overall Percentage

Percentage
Correct
100.0
.0
59.0

a. Constant is included in the model.


b. The cut value is .500

Variables in the Equation

Step 0

Constant

B
-.364

S.E.
.117

Wald
9.613

df
1

Sig.
.002

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10

Sig.
.040
.000
.005
.000
.245
.289
.791
.001
.000
.000
.000

Variables not in the Equation


Step
0

Variables

Score
4.212
86.219
7.789
31.591
1.353
1.123
.070
10.184
234.496
14.782
239.773

CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA
AL
OTS
ACT

Overall Statistics

123

df

Exp(B)
.695

Block 1: Method = Enter


Iteration Historya,b,c,d

Iteration
Step
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

-2 Log
likelihood
145.418
109.201
93.065
85.151
83.297
82.960
82.768
82.547
81.995
81.956
81.956
81.956

Constant
-.219
1.509
4.746
7.165
8.046
8.039
7.825
7.807
7.780
7.826
7.827
7.827

CACL
-.002
-.006
-.012
-.018
-.024
-.035
-.054
-.089
-.261
-.317
-.318
-.318

TDTA
.320
.928
2.009
3.092
3.869
4.115
4.111
4.027
3.624
3.536
3.537
3.537

NIBTS
-.019
-.052
-.231
-1.199
-1.668
-1.917
-2.042
-2.036
-2.018
-2.040
-2.042
-2.042

CFOTD
-.245
-.749
-1.899
-3.456
-4.571
-4.930
-4.968
-4.951
-4.877
-4.867
-4.866
-4.866

Coefficients
SIZE
-.060
-.164
-.328
-.457
-.520
-.528
-.518
-.512
-.489
-.487
-.487
-.487

a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 406.115
d. Estimation terminated at iteration number 12 because parameter estimates changed by less than .001.

124

SG
.012
.029
.049
.058
.060
.058
.056
.057
.059
.060
.060
.060

KA
.048
.122
.135
-.040
-.208
-.274
-.288
-.284
-.256
-.232
-.231
-.231

AL
-.001
.000
.004
.006
.008
.008
.007
.007
.007
.006
.006
.006

OTS
3.227
4.251
4.669
5.221
5.767
5.956
5.967
5.948
5.872
5.894
5.897
5.897

ACT
-.026
-.075
-.152
-.196
-.214
-.216
-.216
-.214
-.206
-.202
-.202
-.202

Omnibus Tests of Model Coefficients


Step 1

Step
Block
Model

Chi-square
324.159
324.159
324.159

df

Sig.
.000
.000
.000

10
10
10

Model Summary
Step
1

-2 Log
Cox & Snell
likelihood
R Square
81.956a
.661

Nagelkerke
R Square
.891

a. Estimation terminated at iteration number 12 because


parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test


Step
1

Chi-square
4.398

df

Sig.
.820

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Step
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Opini Audit = .00


Observed
Expected
30
29.996
30
29.950
30
29.849
29
29.605
29
28.891
22
22.779
7
4.492
0
1.126
0
.302
0
.008

Opini Audit = 1.00


Observed
Expected
0
.004
0
.050
0
.151
1
.395
1
1.109
8
7.221
23
25.508
30
28.874
30
29.698
30
29.992

Total
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30

Classification Tablea
Predicted

Step 1

Observed
Opini Audit

Opini Audit
.00
1.00
169
8
7
116

.00
1.00

Overall Percentage
a. The cut value is .500

125

Percentage
Correct
95.5
94.3
95.0

Variables in the Equation

Step
a
1

CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA
AL
OTS
ACT
Constant

B
-.318
3.537
-2.042
-4.866
-.487
.060
-.231
.006
5.897
-.202
7.827

S.E.
.302
1.300
1.012
2.286
.226
.138
.676
.012
.803
.172
5.753

Wald
1.112
7.406
4.071
4.532
4.622
.189
.117
.297
53.889
1.375
1.851

df
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Sig.
.292
.006
.044
.033
.032
.664
.732
.586
.000
.241
.174

Exp(B)
.727
34.352
.130
.008
.615
1.062
.793
1.006
363.843
.817
2507.998

a. Variable(s) entered on step 1: CACL, TDTA, NIBTS, CFOTD, SIZE, SG, KA, AL, OTS, ACT.

126

95.0% C.I.for EXP(B)


Lower
Upper
.403
1.314
2.690
438.647
.018
.943
.000
.680
.394
.958
.811
1.391
.211
2.987
.983
1.030
75.365
1756.547
.583
1.145

Correlation Matrix
Step
1

Constant
CACL
TDTA
NIBTS
CFOTD
SIZE
SG
KA
AL
OTS
ACT

Constant
1.000
.006
-.032
.023
-.012
-.959
.069
.015
.158
.340
-.335

CACL
.006
1.000
.443
.098
-.040
-.143
-.027
-.108
.085
.010
-.101

TDTA
-.032
.443
1.000
-.124
-.192
-.159
.014
-.245
-.056
.299
.060

NIBTS
.023
.098
-.124
1.000
.154
.025
.043
-.010
-.093
-.342
-.013

CFOTD
-.012
-.040
-.192
.154
1.000
.064
.018
.180
-.067
-.335
-.034

127

SIZE
-.959
-.143
-.159
.025
.064
1.000
-.072
-.046
-.310
-.427
.251

SG
.069
-.027
.014
.043
.018
-.072
1.000
-.019
.025
-.009
.010

KA
.015
-.108
-.245
-.010
.180
-.046
-.019
1.000
.117
-.182
.000

AL
.158
.085
-.056
-.093
-.067
-.310
.025
.117
1.000
.127
.025

OTS
.340
.010
.299
-.342
-.335
-.427
-.009
-.182
.127
1.000
-.236

ACT
-.335
-.101
.060
-.013
-.034
.251
.010
.000
.025
-.236
1.000

Anda mungkin juga menyukai