Anda di halaman 1dari 9

Resume Bab 3

Inovasi Organisasi Sektor Publik

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam tugas mata kuliah


Knowledge Management
Program Studi S1 Sistem Informasi
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer - UNIKOM

Disusun Oleh :
Jefri Barutu

10513711

Andre Oliver T

10513801

SI- 7

Program Studi S1 Sistem Informasi


Universitas Komputer Indonesia
Bandung
2015

Inovasi Organisasi Sektor Publik


Kajian inovasi dikembangkan seiring dengan upaya menjaga dan bahkan mengembangkan
kemampuan bersaing sebuah organisasi. Kemampuan ini dianggap penting untuk menjaga
kelangsungan hidup suatu organisasi. Banyak organisasi sektor publik yang kurang tertantang
karena berada dalam iklim nonkompetitif dan bahkan tidak merasa bermasalah dalam hal
kelangsungan hidupnya. Dalam situasi seperti ini maka wajar apabila konsep inovasi kurang
berkembang di organisasi sektor publik.

Basis Keunggulan Bersaing

Inovasi
Adaptasi
Kualitas

Produktivitas
Efisiensi

1. Efisiensi
Konsep efisiensi yang semula dipahami di sektor public adalah upaya untuk mencapai
tujuan (efektivitas) dengan memanfaatkan sumber daya yang terbatas. Di sektor bisnis,
efisiensi justru dijadikan nilai strategis untuk memenangkan persaingan agar perusahaan
yang satu lebih unggul daripada perusahaan yang lain. Namun demikian, perjalan waktu
menunjukkan bahwa perlombaan memajukan efisiensi semata tidak menjamin
keunggulan bersaing karena masa selanjutnya persaingan dimenangkan oleh perusahaan
yang mampu menampilkan produktivitas yang lebih baik.
2. Produktivitas
Konsep produktivitas muncul setelah konsep efisiensi dianggap sudah tidak menjamin
keunggulan dalam bersaing. Konsep produktivitas merupakan konsep yang tidak hanya

berpusat pada efisiensi saja tetapi upaya untuk mampu memproduksi suatu produk
dengan baik dan cepat. Pada tahun 60-an merupakan masa keemasan studi-studi tentang
produktivitas dimana penggabungan konsep produktivitas dan konsep efisiensi dianggap
dapat memenangkan persaingan.
3. Kualitas
Konsep kualitas muncul setelah konsep produktivitas sudah dianggap tidak dapat
menjamin keunggulan dalam bersaing. Konsep kualitas merupakan konsep yang lebih
memperhatikan kualitas daripada produk yang telah di produksi. Pada tahun 1970-1980an
perhatian terhadap kualitas prima dari produk dan jasa sangat besar karena produksi
dalam skala besar belum tentu menjamin kualitas yang terkendali.
4. Adaptasi
Konsep adaptasi adalah suatu konsep kemampuan suatu organisasi beradaptasi dengan
lingkungan sebagai basis keunggulan bersaing. Adaptasi terhadap perubahan lingkungan
organisasi dianggap sebagai kunci kelangsungan hidup organisasi sekaligus basis
keunggulan bersaing. Seorang tokoh bernama Geert Hoftsede dengan kuat berusaha
menyadarkan para pihak yang terlibat dalam organisasi internasional untuk melakukan
adaptasi terhadap budaya yang hidup dalam sebuah Negara. Hanya dengan cara ini,
organisasi akan mampu beradaptasi dengan perubahan, kebutuhan, dan kecendrungan di
tempat tersebut sehingga akan memenangkan persaingan. Pada saat yang sama Edgar M,
Schein juga mengatakan bahwa kemampuan adaptasi internal organisasi juga sangat
penting karena kemampuan tersebut berasal dari budaya organisasi itu sendiri dan harus
diperkuat sehingga memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
mampu memunculkan sinergi kekuatan internal dalam berinteraksi dengan lingkungan
luarnya.
5. Inovasi
Konsep adaptasi dianggap tidak dapat memadai dalam mengembangkan keunggulan
bersaing karena menempatkan posisi suatu organisasi untuk sekedar menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan tidak mengambil langkah proaktif membentuk lingkungan.
Kemampuan yang terakhir inilah yang dikembangkan oleh banyak organisasi untuk

memenangkan persaingan. Kemampuan membentuk lingkungan didasarkan pada


kemampuan organisasi dalam melakukan inovasi sehingga produk dan jasa yang
dihasilkan sebuah organisasi dapat diterima oleh lingkungan. Untuk memenuhi dinamika
kebutuhan manusia pada era 1990-2000an berkembang suatu kajian knowledge
management (manajemen pengetahuan) yang mengedepankan pengelolaan pengetahuan
sebagai dasar pembentukan core competence (kompetisi inti) sehingga organisasi dapat
mengembangkan daya inovasinya yang sulit ditiru oleh organisasi lainnya. Jika hal ini
dimiliki maka dapat dipastikan bahwa organisasi tersebut memiliki keunggulan untuk
bersaing.

Tipologi Inovasi Organisasi

Interaksi
Produk
Layanan
Inovasi
Proses
Pelayanan

Inovasi
Sistem

Inovasi
Sektor
Publik

Inovasi
Kebijakan

Inovasi
Metode
Pelayanan

Tipologi Inovasi Sektor Publik

Inovasi produk dan layanan : berasal dari perubahan bentuk dan desain produk atau
layanan.

Inovasi proses pelayanan : berasal dari gerakan pembaruan kualitas yang berkelanjutan
dan mengacu pada kombinasi perubahan organisasi, prosedur, dan kebijakan yang
dibutuhkan untuk berinovasi.

Inovasi metode pelayanan : adalah perubahan baru dalam hal berinteraksi dengan
pelanggan atau cara baru dalam memberikan pelayanan.

Inovasi dalam strategi atau kebijakan: inovasi ini mengacu pada visi,misi, tujuan dan
strategi baru beserta alasannya yang berangkat dari realitas yang ada.

Inovasi interaksi sistem : inovasi ini mencakup cara baru atau yang diperbarui dalam
berinteraksi dengan actor-aktor lain atau dengan kata lain adanya perubahan dalam tata
kelola pemerintahan.

Inovasi
Inkremental
Inovasi
Radikal

Inovasi Transformatif/sistemik

Level Inovasi

Inovasi Inkremental : merupakan inovasi yang terjadi membawa perubahan-perubahan


kecil terhadap proses atau layanan yang ada. Umumnya sebagian besar inovasi berada
dalam level ini dan jarang sekali membawa perubahan terhadap struktur organisasi dan
hubungan keorganisasian. Namun, inovasi inkremental memainkan peran penting dalam
pembaharuan sektor public karena dapat melakukan perubahan kecil yang dapat
diterapkan secara terus menerus, dan mendukung rajutan pelayanan yang responsive
terhadap kebutuhan local dan perorangan, serta mendukung nilai tambah uang.

Inovasi Radikal : merupakan perubahan mendasar dalam pelayanan produk atau


pengenalan cara-cara yang sama sekali baru dalam proses keorganisasian atau pelayanan.
Inovasi ini jarang sekali dilakukan karena memiliki resiko yang besar. Inovasi radikal
diperlukan untuk membawa perbaikan yang nyata dalam kinerja pelayanan public dan
memenuhi harapan pengguna layanan yang lama terabaikan.

Inovasi Transformatif / Sistemik : merupakan inovasi yang membawa perubahan dalam


struktur angkatan kerja dan keorganisasian dengan mentransformasi semua sektor dan
secara dramatis mengubah hubungan keorganisasian. Inovasi jenis ini membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk memperoleh hasil yang diinginkan dan membutuhkan
perubahan mendasar dalam susunan social, budaya, dan organisasi. Inovasi ini tentu
bersifat lebih mendalam karena mencakup struktur sistemis keorganisasian.

Dalam konsep yang berbeda, inovasi dibedakan menjadi dua kategori yaitu :

Sustaining innovation (inovasi terusan) merupakan proses inovasi yang membawa


perubahan baru namun dengan tetap mendasarkan diri pada kondisi pelayanan dan sistem
yang sedang berjalan atau produk yang sudah ada.

Discontinues innovation (inovasi terputus) merupakan proses inovasi yang membawa


perubahan yang sama sekali baru dan tidak lagi berdasar pada kondisi yang sudah ada
sebelumnya.

FAKTOR KRISIS DALAM MENGEMBANGAN INOVASI SEKTOR PUBLIK

Inovasi sektor publik merupakan sebuah kondisi yang dapat dengan sukses dijalankan
dengan adanya niat dan didukung dengan beberapa faktor yaitu diantaranya adalah:

1. Kepemimpinan yang mendukung inovasi


Hal ini merupakan syarat utama untuk terjadinya inovasi pemerintahan. Tanpa
kepemimpinan yang efektif maka sulit sekali mengarahkan program pemerintahan yang
mendukung proses inovasi. Pemimpin yang dibutuhkan dalam proses inovasi adalah sebagai
berikut :
a. Pemimpin yang mampu melakukan perubahan
b. Mampu menyadarkan banyak pihak akan arti penting inovasi
c. Mampu menggerakkan serta memberi teladan dalam mendukung proses inovasi
Pemimpin sektor publik sudah dapat dipastikan memiliki masa bakti yang terbatas dan
secara periodik akan mengalami suksesi. Umumnya top leader organisasi sektor publik
dijabat oleh pejabat politik dan dipilih secara politik juga. Kondisi ini memungkinkan
terjadinya terputusnya proses inovasi karena pergantiaan kepempinan dikarenakan mungkin
saja pemimpin baru tidak mendukung proses inovasi.
Kebutuhan inovasi sistemis terletak pada arahan strategis organisasi sektor publik yang
merupakan blue print kebijakan pengembangan inovasi yang lebih berupa kehendak bersama
yang dijalankan bersama sehingga pemimpin akan menjadi terikat padanya untuk dijalankan
Kekuatan dari arahan strategis adalah tidak melekat pada diri pemimpin sehingga tanpa
kehadiran pemimpin maka seluruh elemen organisasi tetap akan menjalankan inovasi.
Untuk itu, keberlangsungan sistem inovasi sektor puublik tidak leas dari faktor krusial
kemauan politik terutama para pemegang kekuasaan politik yang menjadi konstituen strategis
organisasi sektor publik.
2. Budaya organisasi
Menurut Edgar H.Schein dalam bukunya yang sangat terkenal Organizational Culture and
Leadership (1985) menyakini bahwa arti penting budaya menjadi sangat besar bagi
kelangsungan hidup terutama bila dikaitkan dengan upaya organisasi untuk mengatasi
berbagai masalah dalam adaptasi atas berbagai perkembangan dan perubahan eksternal dan

internal. Budaya memiliki pengaruh yang bermakna pada sikap dan perilaku pegawai,
terutama karena budaya melakukan sejumlah fungsi dalam sebuah organisasi
Fungsi yang dimainkan budaya dalam organisasi ialah :
a. Mempunyai suatu peran untuk menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan
pembedaan yang jelas antara suatu organisasi dengan organisasi lainnya.
b. Membawa identitas bagi anggota-anggota organisasi
c. Mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yag lebih luas daripada kepentingan
perorangan.
Jika suatu organisasi publik mampu membangun budaya inovasi maka bisa dipastikan
keberlanjutan system inovasi akan lebih terjamin dan telah mendarah-daging dalam
kemampuan

setiap

anggota

organisasi.

Budaya

inovasi

perlu

dibangun

melalui

pengembangan pegawai, tim inovasi, dan kinerja inovasi, termasuk peningkatan jaringan
inovasi.

3. Pegawai yang terdidik dan terlatih


Keberhasilan implementasi dari sistem pemerintahan yang inovatif tak lepas dari kondisi
pegawai yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang memungkinkannya untuk berinovasi.
Jika tanpa pengembangan pegawai diperoleh suatu kondisi inovatif maka dapatlah disebut
bahwa kondisi tersebut hanyalah bersifat sporadic, temporer dan tentu tak akan
berkelanjutan. Kemampuan berinovasi pegawai akan berkeanjutan jika disediakan akses
terhadap teknologi dan pengetahuan mutakhir. Akses ini merupkan sarana adopsi
pengetahuan yang senantiasa dibutuhkan untuk berinovasi. Tanpa akses yang memadai maka
pengetahuan dan keahlian pegawai akan cepat usang karena tertinggal dengan kemajuan
pengetauhan yang berkembang secara dinamis.
Dengan demikian, pengetahuan dan keahlian yang usang bukannya akan menjadi bagian
dari solusi (part of the solution) bahkan akan menjadi bagian dari masalah sektor publik itu
sendiri (part of the problem). Knowledge Sharing merupakan proses yang dibutuhkan untuk
pengembangan pegawai beserta penyediaan aksesnya.
4. Pengembangan tim dan kemitraan
Pengembangan inovasi membutuhkan kerja tim karena sistem inovasi pada dasarnya
bukanlah pekerjaan individual. Keberadaan tim dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai

hal yang tak dapat diselesaikan secara perorangan. Pembelajaran tim dibutuhkan untuk
membangun tim yang selaras, yakni sebuah tim sinergis yang memadukan seluruh potensi
anggota tim pada tujuan yang sama dengan komitmen yang sama. Pembelajaran tim
merupakan proses penyelarasan dan pengembangan kapasitas anggota tim untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Adapun beberapa sudut untuk menilai keberhasilan pekerjaan tim :
a. Jika tim menghasilkan gagasan dan produk inovasi
b. Kemampuan tim tersebut untuk terus bekerja dan berkara
c. Kepuasan anggota tim bergabung dalam tim tersebut.

5. Orientasi pada kinerja yang terukur


Mengukur kinerja inovasi sangat dibutuhkan agar semua pihak juga dengan jelas dapat
membedakan antara keberhasilan dan kegagalan. Hal ini penting ssekali karena bila kita tak
dapat menghargai keberhasilan maka justru kita dapat terjerumus dengan menghargai
kegagalan.
Berikut tahap-tahap membuat kinerja yang terukur ;
1. Indikator kinerja inovasi untuk pengembangan kinerja inovasi dapat dibedakan menjadi
dua yaitu;
a. Kinerja Individual ; dibutuhkan untuk melihat peran orang-perorangan dalam
kontribusinya dalam program inovasi
b. Kinerja Institusional ; kinerja secara keseluruhan sebuah program atau kebijakan
inovasi.
2. Dibutuhkan instrument pengukuran kinerja yang tepat untuk memudahkan proses kinerja
selanjutnya yakni cara memberikan imbalan terhadap baik keberhasilan maupun
kegagalan. Yaitu dengan memberikan apresiasi kepada keberhasilan dan memberikan
hukuman untuk kegagalan.
3. Pengembangan jaringan inovasi yang dibutuhkan karena inovasi sektor publik akan lebih
lestari dan membawa dampak lebuh luas jika inovasi melibatkan para pihak yang lebih
luas. Salah satunya adalah pihak luar yang dapat dilibatkan dalam jaringan inovasi yang
bermanfaat dalam mengembangkan pengetahuan yang dibutuhan untuk berinovasi.

Anda mungkin juga menyukai