BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) adalah salah satu unit kerja di lingkungan
Deputi Bidang Tenaga Energi Nuklir BATAN yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian
dan pengembangan teknologi pengelolaan limbah radioaktif sesuai dengan Perka BATAN
Nomor 123 Tahun 2007. Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan berdasarkan Peraturan
Pemerintah no. 101/2014 yang mencakup kegiatan reduksi, penyimpanan, pengumpulan, dan
pengangkutan.
Dalam hal pengembangan riset dan teknologi yang dilakukan oleh BATAN, tidak dapat
dihindarkan penggunaan berbagai bahan/senyawa kimia terutama yang mengandung B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Penggunaan bahan B3 ini menghasilkan sejumlah limbah selama
proses tersebut dan menjadi limbah B3. Limbah B3 ini memerlukan pengelolaan khusus agar
tidak mencemari lingkungan sekitar.
Limbah B3 yang dihasilkan oleh internal BATAN selanjutnya dikoordinir dan dikelola
oleh Bagian Pengolahan Limbah (BPL) dan selanjutnya dikirim ke PPLI untuk pengelolaan
lebih lanjut. Dalam hal ini, limbah B3 yang ditangani khusus internal BATAN Kawasan Nuklir
Serpong saja.
Pada laporan ini dijelaskan lebih rinci tentang pengelolaan limbah B3 yang dilakukan
oleh internal BATAN Kawasan Nuklir Serpong.
1.2 TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya kerja praktik di PTLR- BATAN, Serpong adalah untuk melaksanakan
salah satu kuliah pada kurikulum program S1 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Adapun secara rinci tujuan
kerja praktik adalah sebagai berikut
1. Memperoleh gambaran nyata tentang penerapan atau implementasi dari ilmu atau teori
pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) yang selama ini diperoleh di
bangku kuliah dan membandingkannya dengan sistem pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun di PTLR- BATAN, Serpong.
1
3312100015
3312100055
2. Menganalisis sumber-sumber, timbulan, serta klasifikasi atau jenis limbah B3 yang ada di
PTLR- BATAN, Serpong.
3. Mempelajari sistem pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) di PTLRBATAN, Serpong.
4. Mengevaluasi sistem pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) di PTLRBATAN, Serpong berdasarkan undang-undang atau peraturan-peraturan terbaru yang
terkait dengan pengelolaanLimbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3).
3312100015
3312100055
BAB II
GAMBARAN UMUM INSTANSI
2.1 Profil PTLR BATAN
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) adalah unit organisasi di bawah BADAN
TENAGA NUKLIR NASIONAL (BATAN) yang bertugas melaksanakan penelitian dan
pengembangan
teknologi
pengelolaan
limbah
radioaktif
dalam
rangka
mendukung
pengembangan industri nuklir dan aplikasi IPTEK nuklir dalam berbagai bidang pembangunan.
PTLR juga merupakan pelaksana pengelolaan limbah radioaktif dari seluruh wilayah Indonesia.
Terletak di kawsan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang, Propinsi Banten. PTLR memiliki fasilitas
dengan luas bangunan keseluruhan 4.440 m2 yang diresmikan presiden RI tahun 1989.
PTLR terdiri dari Gedung Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif (Gedung 50), Gedung
Penyedia Media dan Energi (Gedung 51), Gedung Penyimpanan Sementara Limbah Radioaktif I
dan II (Gedung 52 dan 56), Gedung Proses Dekontaminasi (Gedung 53), Gedung Penyimpanan
Bahan Pendukung Pengolahan Limbah (Gedung 54), Gedung Penyimpanan Sementara Limbah
Aktivitas Tinggi (Gedung 55), Gedung Penampungan Buangan Terpadu, dan perencanaan
fasilitas Demoplant serta gedung penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
(Gedung H).Gedung Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif terdiri dari instalasi Evaporasi,
Sementasi, Kompaksi dan Insenerasi, proses dirancang untuk insulasi panas dan dibagi menjadi 4
interconnected sub struktur :
1. Fasilitas penampungan limbah cair dan truck air lock. Luas sub struktur 375 m2.
2. Fasilitas evaporasi, ruang laboratorium, fasilitas binatu nuklir, peralatan VAC, ruang proteksi
radiasi dan ruang ganti pakaian. Sub struktur ini terdiri dari dua ruang lantai satu (Ground
floor) dengan luas 725 m2 dan lantai 2 (first floor) dengan luas 725 m2.
3. Fasilitas Sementasi, Kompaksi, Penyimpanan Shell dan Drum, Insenerator, dan Ruck Air
Lock untuk limbah padat dengan total luas 7300 m2.
4. Ruang administrasi dan perkantoran terdiri dari 2 lantai, masing-masing mempunyai luas 380
m2.
3312100015
3312100055
Di bagian bawah gedung proses sub struktur kedua dan ketiga (basement) terdapat ruang sistem
pemipaan (crew space). Bagian ini dilengkapi satu pintu akses dan satu pintu darurat. Maksimum
penurunan permukaan gedung yang diizinkan 3 cm. Gedung proses secara keseluruhan dirancang
kedap air dan dengan kategori bangunan kelas II. Dinding penahan dan lantai di zona 3 dan 4
dirancang tahan api selama 2 jam. Sedangkan untuk lantai tangga dirancang tahan api selama 7
jam.
2.2 Dasar-Dasar Hukum
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1997 tentang ketenaganukliran, Bab
IV Pengelolaan Limbah Radioaktif, Pasal 23 menyebutkan bahwa pengelolaan limbah radioaktif
dilaksanakan Badan Pelaksana. Sesuai dengan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Pasal 5 dan
penjelasannya ditentukan bahwa Badan Tenaga Atom Nasional adalah instansipengelola limbah
radioaktif. Selain itu, limbah radioaktif juga diatur dalam peraturan pemerintah No. 27 tahun
2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif.
penelitian,
pengembangan,
dan
penerapan(litbangrap)
teknologi
3312100015
3312100055
: Ir. Untara
: Zulfiyandi
Pengamanan Nuklir
Unit
2.6 Fasilitas
Untuk mendukung aktivitas instansi dan memebeikan pelayanan, PTLR memiliki berbagai
fasiitas, yaitu :
1. Evaporator (kapasitas 0,75 m3/jam)
2. Chemical Treatment (kapasitas 0,5 m3/hari)
3. Insinerator (kapasitas 50 kg/jam)
4. Kompaktor (600 kN)
5. Immobilisasi/Sementasi
6. Penyimpanan sementara
7. Penyimpanan sementara Limbah Aktivitas Tinggi
8. Vaqua Blast Abrasive System (Sistem Dekontaminasi/Pengikis Permukaan Logam)
9. Mobil Pengangkut Limbah Cair dan Padat
10. Sistem Pemantau Radioaktivitas Lingkungan
11. Alat-alat analisis laboratorium.
3312100015
3312100055
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Limbah Berbahaya dan Beracun(B3)
Berdasarkan PP No. 101 tahun 2014 pengertian limbah B3 adalah zat, energi, dan/ atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/ atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain .Sedangkan pengertian
limbah B3 oleh Resource Conservation and Recovery Act (RCRA) adalah limbah (padat) atau
gabungan berbagai limbah yang karena jumlahnya dan konsentrasinya, atau karena karakteristik
fisik-kimia dan daya infeksiusnya bersifat:
a. Dapat mengakibatkan timbulnya atau menyebabkan semakin parahnya penyakit yang tidak
dapat disembuhkan atau penyakit yang melumpuhkan.
b. Menyebabkan timbulnya gangguan atau berpotensi menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan manusia atau lingkungan, apabila tidak diolah, disimpan, diangkut, dibuang atau
dikelola dengan baik.
3.2 Klasifikasi Limbah B3
Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 101 tahun 2014 Mengenai Pengelolaan Limbah B3,
disebutkan bahwa limbah B3 dapat diidentifikasi menurut:
1. Kategori,
2. Sumber,
3. Uji karakteristik.
a. Identifikasi Limbah B3 menurut kategori meliputi :
Limbah B3 kategori 1
Limbah B3 kategori 2
3312100015
3312100055
Limbah B3 dari sumber spesifik, yaitu ada dari sumber spesifik umum dan dari sumber
spesifik khusus.
Daftar semua limbah telah tercantum dalam lampiran I PP No. 101 Tahun 2014.
c. Identifikasi Limbah B3 Menurut Uji Karakteristik
Uji karakteristik dialkukan untuk mengidentifikasi limbah yang diindikasikan sebagi limbah
B3 dimana tidak tercantum dalam lampiran I PP No. 101 Tahun 2014. Untyk jemudian akan
diindikasikan sebagai limbah B3 kategori 1, limbah B3 kategori 2, dan limbah non B3.
Identifikasi limbah sebagaimana dimaksud, terlampir pada lampiran II PP No. 101 Tahun 2014
sebagai berikut
sebagai berikut :
a. Limbah yang berupa cairan mengandung alcohol <24% volume dana tau pada titik nyala
tidak lebih dari titik nyala 60C atau 140F akan menyala bila terjadi kontak dengan api,
percikan api, atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg. Pengujiannya
dilakukan dengan metode seta closed tester, pensky martens closed up, atau metode lain
yang setara dan termutakhir.
b. Limbah yang bukan berupa cairan yang pada temperatur dan tekanan standard (25C, 760
mmHg) mudah menyala melalui gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan kimia
secara spontan dan jika menyala dapat menyebabkan nyala terus menrus. Sifat ini dapat
diketahui secara langsung tanpa harus melalui pengujian di laboratorium.
sebagai berikut:
3312100015
3312100055
a. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa
peledakan. Limbah ini secara visual menunjukkan adanya antara lain gelembung gas,
asap, dan perubahan warna.
b. Limbah yang bila bercampur dengan air (termasuk uap air) berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun . sifat ini dapat diketahui secara
langsung tanpa melalui pengujian di laboratorium; dan/atau
c. Merupakan Limbah sianida, sulfida yang pada pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan
gas, uap, atau asap beracun. Sifat ini dapat diketahui melalui pengujian Limbah yang
dilakukan secara kualitatif.
penentuan karakteristik beracunmelalui TCLP, Uji toksikologi LD50, dan uji sub kronis.
a. Penentuan karakteristik beracun melalui TCLP
Limbah diidentifikasikan sebagai limbah B3 kategori 1 jika limbah memiliki
konsentrasi zat pencemar lebih besar dari TCLP-A sebagaimana tercantum dalam
lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Limbah diidentifikasikan sebagai limbah B3 kategori 2 jika limbah memiliki
konsentrasi zat pencemar sama dengan atau lebih kecil dari TCLP-A dan lebih besar
dari TCLP B sebagaimana tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
b. Uji Toksikologi LD50
Limbah diidentifikasikan sebagai limbah B3 kategori 1 jika limbah memiliki nilai
sama dengan atau lebih kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 hari dengan nilai lebih
kecil atau sama dengan 50 mg/kg berat badan hewan uji mencit.
Limbah diidentifikasikan sebagai limbah B3 kategori 2 jika limbah memiliki nilai
lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 hari dengan nilai lebih kecil atau sama
dengan 50 mg/kg berat badan hewan uji mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji
Toksikologi LD50 oral 7 hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 5000mg/kg
berat badan hewan uji mencit.
3312100015
3312100055
Nilai uji toksikologi LD50 dihasilkan dari uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut
limbah melalui uji hayati untuk mengukur hubungan dosis respon antara limbah
dengan kematian hewan uji. Nilai uji toksikologi LD50 diperoleh dari analisa probitterhadap hewan uji.
c. Sub-kronis
Limbah diidentifikasikan sebagai limbah B3 kategori 2 jika uji toksikologi subkronis pada hewan uji mencit selama 90 hari menunjukkan sifat racun sub kronis,
berdasarkan
hasil
pengamatan
terhadap
pertumbuhan,
akumulasi
atau
biokonsentrasi, stusi perilaku respon antar individu hewan uji, dan/atau hispatologis.
di lingkungan , dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk
menularkan penyakit pada manusia rentan. Yang termasuk ke dalam limbah infeksius antara lain
a. Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular
atau perawatan intensif dan limbah laboratorium;
b. Limba yng berupa benda tajam seprti jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet Pasteur,
dan pecahan gelas;
c. Limbah patologi yang merupakan limbah jaringan tubuh yang terbuang dari proses bedah
atau otopsi;
d. Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius, organ binatang
percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi, dan terinfeksi atau kontak dengan bahan
yang sangat infeksius; dan/atau
e. Limbah sitotoksik yaitu limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan
membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
3312100015
3312100055
b. Limbah yang menyebabkan tingkat iritasi yang ditandai dengan adanya kemerahan atau
eritema dan pembengkakan atau edema. Sifat ini dapat diketahui dengan melakukan
pengujian pada hewan uji mencit dengan menggunakan metode yang berlaku.
3.3
Identifikasi Limbah B3
Menurut PP No 101 Thun 2014, Identifikasi limbah B3 yang dilakukan melalui uji
karakteristik dapat dilakukan terhadap limbah B3 yang terdapat dalam Kategori I dan kategori II.
Untuk kategori I, meliputi uji:
a. Karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, dan/atau korosif sesuai
dengan parameter uji sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini;
b. Karakteristik beracun melalui TCLP untuk menentukan limbah yang diuji memiliki
konsentrasi zat pencemar lebih besar dari konsentrasi zat pencemar pada kolom TCLP A
sebagaimana tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini; dan
c. Karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD50 untuk menentukan limbah yang diuji
memiliki nilai uji toksikologi LD50 lebih kecil dari atau sama dengan 50 mg/kg berat
badan hewan uji.
Sedangkan untuk kategori 2, meliputi uji :
a. Karakteristik beracun melalui TCLP untuk menentukan limbah yang diuji memiliki
konsentrasi zat pencemar lebih kecil atau sama dengan konsentrasi zat pencemar pada
kolom TCLP A dan memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari konsentrasi
sebagaimana tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini;
b. Karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LD50 untuk menentukan limbah yang diuji
memiliki nilai uji toksikologi LD50 lebih besar dari 50 mg/kg berat badan hewan uji dan
lebih kecil dari atau sama dengan 5000 mg/kg berat badan hewan uji; dan
c. Karakteristik beracun melalui uji sebagaimana tercantum dalam lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
10
3312100015
3312100055
Penanganan limbah B-3 bersifat spesifik sesuai dengan jenis senyawaan yang terkandung di
dalamnya. Untuk memasuki tahap pengolahan, perlakuan pertama terhadap limbah B-3 yang
tidak diketahui jenis senyawaannya adalah karakterisasi terbatas untuk mengetahui sifat-sifat
kimia-fisik terpenting berkaitan dengan proses pengolahan.
Karakterisasi ini meliputi;
sifat kelarutan dalam air (water solubility),
senyawa organik/anorganik,
pH (korosifitas),
potensi oksidator/reduktor,
sifat dapat bakar dan reaktifitas.
Untuk menentukan sifat-sifat tersebut dapat dilakukan uji sederhana sebagai berikut:
1. Kelarutan Dalam Air
Ambil sejumlah volume / berat tertentu sample (5 mL / 1 g), tempatkan dalam beakerglass berisi
100 mL akuades, diaduk seksama. Perhatikan apakah sample dapat melarut sempurna.
Simpulkan sifat kelarutan sample berdasarkan pengamatan yang dilakukan.
2. Organik/anorganik
11
3312100015
3312100055
Untuk senyawa yang dapat larut dalam air, lakukan pengukuran konduktivita menggunakan
konduktivitimeter; celupkan electrode ke dalam larutan, amati pembacaan konduktivita pada
display, atur tombol satuan (mS/cm atau mS/cm) agar pembacaan oleh instrument berlangsung
baik.
3. pH dan Sifat Korosif
Ukur pH Larutan pada point 1 di atas, bila mempunyai nilai pH 2 atau 12,5 maka limbah
tersebut digolongkan bersifat korosif.
4. Sifat Dapat Terbakar
Ambil sample cair menggunakan penyulut api, dekatkan perlahan-lahan kearah api lampu
spiritus. Amati apakah dapat menyala.
5. Potensi Oksidator/Reduktor
a. Uji sifat reduktor
Sampel cair dapat langsung dikenakan uji berikut ini, untuk sample padat dilarutkan
terlebih dulu sebanyak 1 g dalam 100 mL akuades. Tambahkan 5 mL H2SO4 2N dan
panaskan sampai 80 C kemudian teteskan KMnO4 0,1 N. Perhatikan apakah terjadi
perubahan warna lembayung menjadi bening. Hal tersebut menunjukkan sifat potensi
reduktor.
b. Uji Sifat Oksidator
Sampel cair dapat langsung dikenakan uji berikut ini untuk sampel padat dilarutkan
terlebih dulu sebanyak 1 gram dalam 100 mL akuades. Tambahkan 5 mL H2SO4 2n DAN
5Ml ki 5% . Perhatikan Apakah timbul warna coklat dari iod. Hal ini menunjukkan sifat
potensi oksidator.
PRINSIP
TCLP digunakan untuk menentukan mobilitas bahan pencemar organic atau anorganik yang
terdapat dalam larutan, padatan, atau limbah campuran, Untuk limbah yang mengandung padatan
kurang dari 0.5 % langsung disaring dan filtratnya disebut ekstrak TCLP. Sedangkan untuk
12
3312100015
3312100055
limbah padat yang tidak mengandung cairan, diekstrak dengan menggunakan Rotary Agitator
kemudian disaring dan filtratnya disebut ekstrak TCLP, dan untuk limbah berbentuk
multifasa(setengah padat-setengah cair) maka disaring dahulu dan filtratnya ditampung,
sedangkan padatannya diekstrak dengan menggunakan Rotary Agitator seperti diatas, maka
kedua filtrat tadi disebut ekstrak TCLP.
B.
pH meter
Pompa Vakum
Erlenmeyer isap
Tumbukan
13
3312100015
3312100055
C.
Timbangan analitis
Mat pipet 5, 10 ml
Botol semprot
CARA KERJA
PENANGANAN CONTOH
Jika contoh terbentuk batuan yang besar- besar maka harus digerus dahulu kemudian
disaring dengan menggunakan saringan berukuran 9.5 mm
PENENTUAN PROSEN PADATAN
1. Panaskan cawan alumunium pada oven 105oC selama 2 jam
2. Angkat lalu masukkan ke dalam desikator selama 15 menit kemudian ditimbang
3. Ulangi pengerjaan ini sampai beratnya kosntan
4. Setelah konstan, timbanh dengan teliti 5 gram contoh ke dalam awan tadi
5. Kemudian dipanaskan di dalam oven 105oC selama 2 jam
6. Kemudian angkat dan masukkan ke dalam desikator dan timbang
7. Ulangi pengerjaan ini sampai didapat berat yang konstan
8. Hitung prosen padatannya
Prosen padatan =
12
3
100 %
Dimana:
W1
W2
W3
: berat contoh
3312100015
3312100055
15
3312100015
3312100055
3. Kemudian filtratnya ditampung (V1) dan endapannya digunakan untuk ekstraksi dengan
Rotary Agitator
4. Lakukan ekstraksi endapan dengan Rotary Agitator seperti melakukan ekstraksi untuk
padatan yang tidak mengandung cairan (kering)
5. Kemudian tamping filtratnya (V2)
6. Ukur konsentrasi masing-masing filtrate untuk senyawa non volatile
7. Hitung konsentrasi akhir dari kedua filtrate tersebut dengan memakai rumus
C akhir =
1.1+2.2
1+2
Dimana,
V1
: Volume filtrate 1 ( L)
V2
C1
C2
D. PERHITUNGAN
Setelah filtratnya diukur dengan AAS (untuk logam-logam) maka hasil yang diperoleh
menunjukkan konsentrasi limbah yang terleaching (terlarut).
16
3312100015
3312100055
3312100015
3312100055
3.4
Pengelolaan Limbah B3
Teknologi bersih.
18
3312100015
3312100055
Transporter selanjutnya menyimpan kopi-4, dan menyerahkan copy yang lain pada
perusahaan TSD (Treatment, Storage & Disposal)
TSD kemudian mengirimkan kopi-1 kembali ke generator, kopi-2 ke USEPA dan TSD
menyimpan kopi-3.
3312100015
3312100055
3312100015
3312100055
kontruksi yang mampu melindungi limbah B3 dari hujan dan sinar matahari, memiliki
penerangan dan ventilasi, memiliki saluran drainase dan bak penampung (pasal 16).
Dalam fasilitas penyimpanan juga harus tersedia peralatan penanggulangan kedaan darurat
(pasal 17). Yang paling sedikit meliputi alat pemadam api dan alat penanggukangan keadaan
darurat lain yang sesuai.
Persyaratan Penyimpanan Limbah B3 menurut PP No. 101 Tahun 2014 pada pasal 28:
90 (Sembilan puluh) hari sejak limbah B3 dihasilkan untuk limbah B3 yang dihasilkan
sebesar 50 kg ( lima puluh kilogram) per hari atau lebih,
180 (Seratus delapan puluh) hari sejak limbah B3 dihasilkan untuk limbah B3 yang
dihasilkan kurang dari 50 kg ( lima puluh kilogram) per hari untuk limbah B3 kategori 1
365 (Tiga ratus enam puluh lima) hari sejak limbah B3 dihasilkan untuk limbah B3 yang
dihasilkan kurang dari 50 kg ( lima puluh kilogram) per hari untuk limbah kategori 2 dari
sumber tidak spesifik dan sumber spesifik umum atau kategori 2 dari sumber spesifik
khusus.
3.8
Teknik Pengemasan dan Pewadahan, Simbol dan Label, dan Penyimpanan Limbah
B3
Peraturan persyaratan mengenai pengemasan, diatur dalam PP No. 101 Tahun 2014 pada
pasal 19. Dalam pasal ini menjelaskan bahwa syarat kemasan adalah :
Terbuat dari bahan yang dapat mengemas limbah B3 yang akan disimpan
Mampu mengungkung limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan
Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
penyimpanan, pemindahan, atau pengangkutan dan berada dalam kondisi baik , tidak
bocor, tidak berkarat atau tidak rusak.
Kemasan juga harus memuat simbol dan label. Label limbah B3 paling sedikit memuat nama
limbah B3, identitas penghasil limbah B3, tanggal dihasilkannya limbah B3, dan tanggal
pengemasan limbah B3. Sedangkan symbol disesuaikan dengan karakteristik limbah B3.
a. Teknik Pengemasan dan Pewadahan Limbah B3
Landasan hukum tentang pengemasan dan pewadahan limbah B3 di Indonesia diatur
dalam Kep. No.01/Bapedal/09/1995. Landasan hukum dalam bagian ini berlaku bagi kegiatan
pengemasan dan pewadahan limbah B3 di fasilitas:
21
3312100015
3312100055
22
3312100015
3312100055
Limbah yang disimpan dalam satu kemasan adalah limbah yang sama, atau dapat pula
disimpan bersama-sama dengan limbah lain yang memiliki karakteristik yang sama atau
saling cocok
Untuk mempermudah pengisian limbah ke dalam kemasan, serta agar lebih aman, limbah
dapat terlebih dahulu dikemas dalam kantong kemasan yang tahan terhadap sifat limbah
sebelum kemudian dikemas dalam kemasan tersebut.
Pengisian limbah dalam satu kemasan harus mempertimbangkan karakteristik dan jenis
limbah, pengaruh pemuaian, pembentukan gas dan kenaikan tekanan selama
penyimpanan.
1. Limbah yang bereaksi sendiri sebaiknya tidak menyisakan ruang kosong
dalam kemasan.
2. Kemasan perlu dirancang tahan akan kenaikan tekanan untuk limbah yang
mudah meledak.
Limbah B3 yang telah diisikan ke dalam drum/tong dan disimpan di tempat penyimpanan
harus dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu satu
kali.
Jika diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat atau bocor), maka isi
limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam drum/tong yang baru, dan
tumpahan limbah tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan
dalam kemasan limbah B3 terpisah. Kemasan bekas mengemas limbah B3 yang rusak
diperlakukan sebagai limbah B3.
Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk mengemas limbah
B3 yang mempunyai karakteristik sama (Compatibel) dengan limbah B3 sebelumnya.
Jika akan digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak saling cocok, maka kemasan
tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai kemasan
limbah B3. Kemasan yang akan dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk
mengemas limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan di tempat
penyimpanan limbah B3. Jika akan digunakan untuk menyimpan limbah B3 dengan
karakteristik yang tidak saling sesuai dengan sebelumnya, maka kemasan tersebut harus
23
3312100015
3312100055
dicuci bersih terlebih dahulu dan disimpan dengan memasang label KOSONG sesuai
dengan ketentuan penandaan kemasan limbah B3.
Bentuk wadah berupa tangki biasa digunakan dalam pengemasan limbah B3. Sebelum
melakukan pemasangan tangki penyimpanan limbah B3, pemilik atau operator harus
mengajukan permohonan rekomendasi kepada Kepala Bapedal dengan melampirkan laporan
hasil evaluasi terhadap rancang bangun dan sistem tangki yang akan dipasang untuk dijadikan
sebagai bahan pertimbangan. Laporan tersebut sekurang-kurangnya meliputi:
Ada tanggul
Ada saluran
Anorganik
Organik
24
3312100015
3312100055
Oxidizer
b. Liquid
-
Anorganik
Asam anorganik
Organik
Oxidizer
No,or WPS yaitu memuat komposisi nama kimia ( jika campuran, tambahkan
komposisi utama bahan kimia) dan nama dari grup dan sub grup bahan kimia (
sebagaimana pengelompokkan yang telah dilakukan PPLi)
6. Setiap limbah harus dilengkapi dengan symbol dan label sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c.
Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
a. Simbol Limbah B3
25
3312100015
3312100055
26
3312100015
3312100055
27
3312100015
3312100055
3312100015
3312100055
29
3312100015
3312100055
b. Label Limbah B3
Label merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan informasi dasar tentang
kondisi kuantitatif dan kualitatif suatu limbah B3 yang dikemas. Ada 3 jenis label terkait dengan
pengemasan limbah B3, yaitu:
a. Label identitas limbah, yang berfungsi memberikan identitas tentang asal-usul limbah
dan jenis beserta sifat limbah itu sendiri.Penjelasan tersebut dapat dilihat pada Gambar
3.16:
Alamat
Telp
Fax
Nomor Penghasil
melaporkan.
Tgl pengemasan
Jenis limbah : keterangan limbah B3 berkaitan dengan fasa atau kelompok jenisnya (
cair/padat/sludge, anorganik/organic, asam/basa, dll)
30
3312100015
3312100055
Nomor
b. Label untuk kemasan kosong, dipasang pada kemasan bekas limbah B3 yang telah
dikosongkan dan atau akan digunakan kembali untuk mengemas limbah B3. .Penjelasan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.17 :
31
3312100015
3312100055
Bila bahan berbahaya dikemas dalam kemasan kecil atau besar, maka plakat peringatan perlu
dicantumkan di setiap sisi kendaraan.Ada kalanya, transportasi yang mengangkut bahan
berbahaya mengangkut lebih dari satu jenis bahan berbahaya yang berbeda sehingga dibutuhkan
lebih dari satu plakat.
d. Penyimpanan Limbah B3
1.
Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2
(dua) kemasan sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan
sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani.
Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang untuk lalu
lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut (forklift)
disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya. .Penjelasan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3.19
Gambar 3.19 Pola penyimpanan kemasan drum di atas palet antar blok
(Sumber: Keputusan Kepala Bapedal 01/Bapedal/09/1995)
Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan.
Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum adalah 3 (tiga)
lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap palet mengalasi 4 drum). Jika tumpukan lebih dan
3 (tiga) lapis atau kemasan terbuatdari plastik, maka harus dipergunakan rak.
32
3312100015
3312100055
3312100015
3312100055
maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa
sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan penyimpanan. .Penjelasan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.21
34
3312100015
3312100055
lain dengan menggunakan sarana angkutan. Ruang lingkup pengaturan pengangkutan B3 adalah :
Persyaratan kendaraan pengangkut B3
Persyaratan umum pengangkut limbah B3 adalah harus memenuhi persyaratan teknis dan
laik jalan serta dilengkapi dengan plakat yang diletakkan pada sisi kiri, kanan, depan, dan
belakang kendaraan, dicantumkannya nama perusahaan pada sisi kiri, kanan, dan
belakang kendaraan, terdapat identitas pengemudi pada dashboard, terdapat kotak obat
lengkap dengan isinya, terdapat alat pemantau kerja pengemudi yang sekurang
kurangnya dapat merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi saat
pengoperasian, terdapat alat pemadam kebakaran, terdapat nomor telepon pusat
pengendali operasi yang dapat dihubungi jika terjadi keadaan darurat, serta dilengkapi
perlengkapan darurat ( alat komunikasi, lampu tanda bahaya, rambu portable, kerucut
pengaman, dongkrak, pita pembatas, serbuk gergaji, lampu senter, sekop yang tidak
menimbulkan api, warna kendaraan khusus, ganjal roda dan pedoman pengoperasian
kendaraan yang baik .
35
3312100015
3312100055
3312100015
3312100055
Hal ini untuk melindungi mata dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan
bahan kimia, uap kimia, dan radiasi. Pelindung mata dan wajah secara umum terdiri dari
kacamata pelindung, goggle, pelindung wajah, pelindung mata special ( goggle yang
menyatu dengan masker khusus untuk melindungi mata dan wajah dari radiasi dan
bahaya laser).
3312100015
3312100055
bisa terbuat dari karet, kulit, asbestos/pengisolasi untuk temperature tinggi). Sarung
tangan atau safety gloves ada beberapa jenis, yaitu sarung tangan Metal Mesh (tahan
terhadap ujung yang lancip dan menjaga terpotong) , sarung tangan kulit ( melindungi
dari permukaan yang kasar) , sarung tangan Vinyl dan Neoprene ( melindungi tangan
terhadap bahan kimia beracun) , sarung tangan Padded Cloth ( melindungi tangan dari
ujung yang tajam, pecahan gelas, kotoran, dan vibrasi), sarung tangan Heat Resistant
(mencegah listrik karena karet merupakan isolator), sarung tangan Latex disposable (
melindungi tangan dari bakteri, dan hanya sekali pakai), sarung lead lined ( melindungi
tangan dari radiasi).
Pemanfaatan Limbah B3
Dalam Bab VII PP No 101 Tahun 2014, mengatur tentang pemanfaatan limbah B3.
Dalam pasal 53 ayat 1 disebutkan bahwa pemanfaatan limbah B3 wajib dilaksanakan oleh setiap
orang yang menghasilkan limbah B3. Pemanfaatan limbah B3 yang dapat dilakukan adalah
dengan:
38
3312100015
3312100055
Aktivitas Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat menyimpan alat alat yang mahal harganya demikian
3312100015
3312100055
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan
Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2013 tentang symbol dan
label limbah bahan berbahaya dan beracun.
Regulasi Pengelolaan Limbah B3 :
Permen LH No. 33 tahun 2009 tentang Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi
Limbah B3.
Permen LH No. 02/2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3.
Kep 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah B3.
Kep 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3
Kep 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3.
Kep 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil
Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan Lokasi Penimbunan Limbah B3.
Kep 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
40
3312100015
3312100055
BAB IV
METODE KERJA PRAKTEK
4.1 Umum
Dalam bab metodologi ini membahas tentang jalannya pelaksanaan kerja praktek di
PTLR- BATAN Kawasan Nuklir Serpong yang dimulai dari ide studi hingga tahap pembahasan
dan penarikan kesimpulan. Rangkaian pelaksanaan kerja praktek yang akan dilaksanakan
sebagaimana dalam gambar 4.1 adalah sebagai berikut:
Ide Studi
Kesimpulan
Penyusunan laporan
41
3312100015
3312100055
42
3312100015
3312100055
Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisa dan pengolahan data terhadap segala
prosedur pengelolaan limbah B3 PTLR-BATAN Kawasan Nuklir Serpong.
8. Penyususnan Laporan
Penyusunan laporan merupakan tahap pembuatan laporan kerja praktek yang berikutnya
akan dibukukan. Penyusunan laporan dilakukan selama + 4 minggu terhitung sejak minggu
pertama sampai minggu terakhir kerja praktek, karena setiap program kerja yang telah dilakukan
harus dituangkan dalam bentuk laporan.
Pada laporan ini terdapat 6 (enam), yaitu pendahuluan, gambaran umum, tinjauan
pustaka, metode kerja praktek, pembahasan sistem pengelolaan limbah B3 BATAN, dan
penutup. Bab I yang merupakan pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, ruang lingkup serta
penjelasan waktu pelaksanaan kerja praktek. Bab II merupakan gambaran umum, dimana berisi
mengenai penjelasan profil Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ( PTLR) beserta organisasinya
dan pengolahan yang ada di dalamnya. Bab III berisi tinjauan pustaka, dimana menjelaskan teori
yang mendasari kerja praktek. Dalam hal ini, dasar teori berisi mengenai materi system
pengelolaan limbah B3. Bab IV merupakan metode kerja praktek, yang menjelaskan mengenai
urutan kronologis alur kerja yang kami kerjakan. Bab V adalah Pembahasan, dimana
menjelaskan dan melaporkan apa yang didapat selama kerja praktek berlangsung utamanya
mengenai system pengelolaan limbah Berbahaya dan Beracun di BATAN Kawasan Nuklir
Serpong. Bab VII adalah bagian penutup, dimana terdapat penjelasan mengenai kesimpulan dan
saran maupun rekomendasi.
43
3312100015
3312100055