Anda di halaman 1dari 3

Muslim: Batasan Isbal

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillaah, hijab sudah mulai menjadi tren bagi kaum hawa di Indonesia. Walau masih banyak
yang jauh dari syariat Islam, sekiranya masih ada harapan untuk memperbaiki diri. Pelan-pelan insyaa
Allah hidayah ada untuk muslimah yang senantiasa belajar dan bersabar, sekiranya jika kita masih beramar makruf nahi munkar.
Perintah menutup aurat ada sebagai batasan yang memuliakan manusia dan melindunginya dari bahaya
dan fitnah dunia. Namun perlu diingatkan, perintah itu ditujukan bukan hanya untuk perempuan tetapi
juga untuk laki-laki. Maka kaum adam pun harus memperhatikan adab berpakaiannya dan berhati-hati
dengan tren fashion celana jins ketat misalnya.
Terdapat beberapa pertanyaan yang umumnya masih menjadi misteri bagi sebagian orang awam.
Misalnya perkara hukum menurunkan kain sarung atau celana lebih rendah dari pertengahan betis dan
melebihkan ujung lengan baju lebih dari pergelangan tangan.
1. Benarkah menurunkan kain sarung atau celana lebih rendah dari pertengahan betis hukumnya
makruh atau bahkan haram?
2. Benarkah melebihkan ujung lengan baju lebih dari pergelangan tangan termasuk makruh atau
bahkan haram?
Berkaitan dengan hukum isbal melabuhkan atau menurunkan pakaian yang melampaui mata kaki,
maka banyak hadits yang menjelaskan keharamannya, diantaranya adalah sabda Nabi saw.

Kain sarung orang beriman adalah sampai setengah betis, tidak ada dosa atasnya (menurunkan kain
sarung) antara pertengahan betis dan kedua mata kaki, apa saja yang lebih rendah dari mata kaki
maka (ia diadzab) di neraka, dan barang siapa melabuhkan kainnya dengan kesombongan, maka
Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat kelak. (HR Abu Dawud: 4093, dishohihkan oleh alAbani dalam Shohih at-Targhib wat-Tarhib: 2031)
Hadits di atas menunjukkan empat macam hukum tentang melabuhkan pakaian bagi laki-laki:
Pertama, jika ujung kainnya sampai setengah betis, maka inilah yang paling afdhal (utama), karena
yang demikian adalah pakaian orang beriman. Kedua, jika menurunkan atau melabuhkannya lebih
rendah dari pertengahan betis, tetapi tidak sampai menutup mata kaki, maka hukumnya mubah boleh
dan tidak berdosa. Ketiga, jika menurunkan atau melabuhkannya sampai menutup mata kaki tanpa
disertai kesombongan, maka hukumnya haram karena dia diadzab di neraka. Keempat, jika
menurunkan atau melabuhkannya sampai menutup mata kaki disertai kesombongan, maka hukumnya
haram dan Allah menghukumnya dengan tidak melihat kepadanya pada hari kiamat.
Dari keterangan di atas, kita ketahui bahwa menurunkan kain lebih rendah dari pertengahan betis
hukumnya mubah dan bukan makruh, lantaran hal itu diizinkan oleh Rasulullah saw.

Adapun isbal yang berkaitan dengan lengan baju, maka terdapat hadits dari Ibnu Umar, Nabi saw.
bersabda:

.
Isbal itu berlaku pada kain sarung, gamis, dan serban; siapa saja yang menjulurkannya dengan
kesombongan, niscaya Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat nanti. (HR Abu Dawud: 4094,
dengan sanad shohih, dan dishohihkan oleh al-Abani dalam Shohihul Jami: 2770)
Ibnu Umar ra. pernah berkata:

.
Apa yang Rasulullah saw. sabdakan berkenaan dengan kain sarung, maka juga berlaku pada gamis.
(HR Abu Dawud: 4095, dishohihkan oleh al-Abani dalam Shohih wa Dhoif Sunan Abu Dawud: 4095)
Dari hadits-hadits di atas kita mengetahui bahwa isbal juga bisa terjadi pada selain kain sarung, bahkan
berlaku pada lengan baju dan serban. Adapun batasan lengan baju, maka ada sebuah ucapan Asma
binti Yazid, beliau berkata:

.
Adalah lengan baju Nabi saw. hanya sampai pergelangan tangan. (HR Abu Dawud: 4027, atTirmidzi: 1861, an-NasaI dalam as-Sunan al-Kubro: 9666)
Akan tetapi, hadits tersebut dhoif atau lemah, sebab salah satu rowi periwayatnya bernama Syahr
bin Hausyab, seorang rowi yang lemah sehingga tidak bisa dijadikan hujjah, sebagaimana dinyatakan
dhoif oleh al-Abani dalam Dhoif Sunan Abu Dawud: 3507.
Karena batasan isbal yang diharamkan tentang lengan baju tidak diketahui, kita tidak bisa
mengharamkan seseorang yang mengenakan baju dengan lengan melebihi pergelangan tangan. Hanya,
kita perlu lebih berhati-hati dalam memanjangkan lengan baju sebagaimana perkataan para ulama, di
antaranya:
1. Ibnu Bathol rahimahullah mengatakan, Memanjangkan lengan gamis jika melebihi ukuran yang
wajar termasuk isbal. (Aunul Mabud: 6/103)
2. Al-Imam ash-Shonani rahimahullah berkata, Begitu juga memanjangkan lengan baju melebihi
ukuran kebiasaan yang berlaku sebagaimana dilakukan oleh sebagian penduduk Hijaz, itu
merupakan isbal yang diharamkan. (Subulus Salam: 4/159)
Dari keterangan di atas kita dapat mengatakan bahwa selayaknya lengan baju seorang muslim hanya
sampai pergelangan tangan saja karena itulah yang wajar dan biasa dikenakan kaum muslimin. Oleh
karena itu, Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata, Lengan baju sunnahnya tidak melampaui
pergelangan tangan yaitu tulang sendi yang memisahkan antara lengan dengan telapak tangan.
(Fatawa Islamiyyah: 4/243)
Adapun memanjangkan lengan baju melampaui pergelangan tangan, maka hukumnya boleh-boleh
saja. Tetapi lebih utama hanya sampai pergelangan tangan, sebab begitulah yang wajar, kecuali jika

disertai kesombongan maka hukumnya menjadi haram sebab kesombongannya. Asal perkataan ini
dinukil dari perkataan Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Liqo al-Bab al-Maftuh 21/211.
Kesimpulan jawaban:
1. Menurunkan kain lebih rendah dari pertengahan betis asalkan tidak sampai menutup mata kaki,
hukumnya mubah bukan makruh, lantaran hal itu diizinkan oleh Rasulullah saw.
2. Memanjangkan lengan baju melampaui pergelangan tangan hukumnya mubah boleh, kecuali
jika disertai dengan sifat sombong maka hukumnya haram. Akan tetapi, lebih utama lengan baju
hanya sampai pergelangan tangan karena begitulah yang wajar. Wallahu Alam.

Sumber
Penulis

Majalah Al Furqon Edisi 11/Th.10 Nomor 114, hal. 6-7


Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Ali A.M

Anda mungkin juga menyukai