Anda di halaman 1dari 9

2.2.

Pengertian perawatan Luka


Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh,

yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat


mengganggu aktivitas sehari-hari.
Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berguna dalam
melindungi diri dari trauma luar serta masuknya benda asing.Trauma
dapat menyebabkan luka pada kulit.
2.3. Jenis luka
luka dibagi menjadi dua jenis yaitu

luka disengaja dan luka tidak

disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah.


sedangkan luka tidak disengaja misalnya adalah luka terkena trauma.
Luka yang tidak disengaja juga dibagi menjadi luka tertutup dan luka
terbuka. Luka disebut tertutup jika tidak terjadi robekan, sedangkan luka
terbuka jika terjadi robekan dan kelihatan
- Luka terbuka seperti luka abrasi (yakni luka akibat gesekan),
- Luka puncture (luka akibat tusukan),
- Luka hautration (luka akibat alat-alat yang digunakan dalam perawatan
luka).

luka dibagi menjadi dua, yaitu luka mekanik dan luka nonmekanik.
- Luka mekanik terdiri atas :
1. Vulnus scissum, luka sayat akibat benda tajam. Pinggir lukanya rapi.
2. Vulnus contusum, luka memar karena cedera pada jaringan bawah
kulit akibat benturan benda tumpul.
3. Vulnus laceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya
yang menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.
4. Vulnus puncture, luka tusuk yang kecil dibagian luar (dibagian mulut
lukanya), tetapi besar dibagian dalam luka.
5. Vulnus sclopetoru, luka tembak akibat tembakan peluru.
6. Vulnus morsum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian
luka.

7. Vulnus abrasion, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak
sampai ke pembuluh darah.
Sedangkan luka nonmekanik terdiri atas luka akibat zat kimia, termik,
radiasi, atau serangan listrik.
2.4. Proses penyembuhan luka
1. Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera. Tahap ini dimulai saat
terjadinya luka. Pada tahap ini, terjadi proses hemostasis yang ditandai
dengan pelepasan histamine dan mediator lain lebih dari sel-sel yang
rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel darah putih ke
daerah yang rusak.
2. Tahap destruktif. Pada tahp ini, terjadi pembersihan jaringan yang mati
oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.
3. Tahap poliferatif. Pada tahap ini, pembuluh darah baru diperkuat oleh
jaringan ikat dan menginfiltrasi luka.
4. Tahap maturasi. Pada tahap ini, terjadi reepitel Proses penyembuhan
luka
2.5. Faktor yang mempengaruhi penyembuhanluka
Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh berbagai factor, yaitu:
1. Vaskularisasi, memengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan
peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
2. Anemia, memperlambat proses penyambuhan luka mengingat
perbaikan sel membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu,
orang yang mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam darah
akan mengalami proses penyembuhan lama.
3. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung

sejalan

dengan

pertumbuhan atau kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya,


proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga
dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
4. Penyakit lain, memengaruhi proses penyembuhan luka. Adanya
penyakit, seperti diabetes mellitus dan ginjal, dapat memperlambat
proses penyembuhan luka.
5. Nutrisi, merupakan unsure utama dalam membantu perbaikan sel,
terutama karena kendungan zat gizi yang terdapat di dalamnya.

Sebagai contoh, vitamin A diperlukan untuk membantu proses


epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis kolagen; vitamin B
kompleks

sebagai kofaktor pada

sistem enzim yang mengatur

metabolism protein, karbohidrat, dan lemak; vitamin C dapat berfungsi


sebagai fibroblas, dan mencegah adanya infeksi, serta membentuk
kapiler-kapiler darah; dan vitamin K membantu sintesis protombin dan
berfungsi sebagai zat pembekuan darah.
6. Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stress, memengaruhi proses
penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk, banyak mengonsumsi
obat-obatan,

merokok,

atau

stress

akan

mengalami

proses

penyembuhan luka yang lebih lama.


2.6.
a.
b.
c.
d.

Indikasi perawatan luka


Balutan kotor dan basah akibat eksternal
Ada rembesan eksudat
Ingin mengkaji keadaan luka
Dengan frekuensi tertentu untuk mempercepat debridement jaringan
nekrotik

2.7. Bagian dari merawat luka


a. Mengganti balutan kering. Balutan kering melindungi luka dengan
draenase minimal terhadap kontaminasi mikroorganisme.
b. Mengganti balutan basah kering. Tindakan pilihan untuk luka yang
memerlukan debridement.
c. Irigasi luka. Tindakan pembersihan secara mekanis dengan larutan
isotonic atau pengankatan fisik terhadap jaringan debris, benda asing
atau eksudat dengan kasa atau dengan spuit.
d. Perawatan dekubitus. Perawatan luka yang terjadi karena tekanan
terus menerus pada bagian-bagisn tubuh sehingga sirkulasi darah ke
daerah tersebut terganggu dan mengakibatkan nekrose jaringan
tubuh.
3.1. Pengertian Aseptik & Antiseptik
1. Aseptik
adalah prinsip bedah untuk mempertahankan keadaan bebas kuman.
Keadaan asepsis merupakan syarat mutlak dalam tindak bedah

2. Antiseptik
adalah cara dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan
bebas kuman patogen. Tindakan ini bertujuaan mencegah terjadinya
infeksi dengan membunuh kuman patogen.Obat-obat antiseptik,
misalnya lisol atau kreolin, adalah zat kimia yang dapat membunuh
kuman penyakit.
A. Sumber Infeksi Pembedaha
Kuman-kuman penyebab sepsis adalah bakteri, dan bakteri yang
paling banyak dijumpai dalam pembedahan adalah berbagai jenis
stafilokokus.Yang paling terkenal ialah S.aureus, yang hidup komensal
dikulit, dan dapat bertahan hidup lama di lingkungan kering.Selain itu
juga ada bakteri yang berasal dari usus, salah satu adalah E.coli yang
hidup di usus besar dan mudah keluar, tinggal komensal di daerah
perineum.
B. Sumber Infeksi
1. Udara
Udara merupakan sumber kuman, karena debu yang halus di
udara mengandung sejumlah mikroba yang dapat menempel pada
alat bedah, permukaan kulit, maupun alat lain di ruang pembedahan.
Umumnya bakteri tumbuh subur pada suhu yang sama dengan
suhu tubuh manusia. Bakteri akan berbiak cepat pada suhu antara 20
sampai 37 C. Suasana yang lembab merupakan kondisi yang baik
buat pertumbuhan dan reproduksi bakteri tetapi bakteri tertentu dapat
pula tumbuh pada nanah yang mengering, ludah, atau darah setelah
waktu lama
Bakteri anaerob

umumnya berasal dari usus dan dapat hidup

tanpa oksigen, tetapi bakteri aerob memerlukan oksigen, dan bakteri


yang disebut fakultatif aerobanaerob dapat hidup dalam keadaan
tanpa atau ada oksigen.
2. Alat dan pembedah

Mikroba atau bakteri dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain
melalui perantara. Pembawa kuman ini dapat berupa hewan misalnya
serangga, manusia, atau benda yang terkontaminasi seperti alat atau
instrumen bedah.Jadi dalam hal ini, alat bedah, personil, dan dokter
pembedah merupakan pembawa yang potensial untuk memindahkan
bakteri.
3. Kulit penderita
Ada dua macam mikroorganisme yang tinggal pada kulit manusia.
Flora komensal misalnya Staphylococcus epidermis yang pada keadaan
normal terdapat di kulit dan tidak patogen sampai kulit terluka.Flora
transien

yang

dipindahkan

ke

kulit

penderita

melalui

sumber

pencemaran, misalnya S.aureus yang bersifat patogen dan dapat


menyebabkan infeksi yang mengancam hidup bila masuk lewat luka
operasi.Kulit

penderita

merupakan

salah

satu

sumber

bakteri,

terutama karena penderita dibawa masuk ke tempat pembedahan dari


luar kadang tanpa persiapan terlebih dahulu.
4. Visera
Usus, terutama usus besar, merupakan sumber bakteria yang dapat
muncul ke luka operasi melalui hubungan langsung yaitu melalui
lubang anus atau melalui pembedahan pada usus.Bakteria yang
berada di usus dalam keadaan fisiologik umumnya adalah bakteria
komensal, tetapi dapat menjadi patogen melalui luka pembedahan.
5. Darah
Darah penderita infeksi atau sepsis mengandung virus atau bakteria
patogen sehingga penyakit mudah ditularkan bila alat bedah yang
digunakan pada penderita demikian digunakan untuk penderita lain
tanpa di sucihamakan terlebih dahulu.

C. Pengendalian Infeksi
1. Lingkungan pembedahan

Lingkungan sekitar tempat pembedahan merupakan daerah


aseptik. Karena itu kamar bedah tidak dapat dipakai untuk macammacam tindakan lain agar keadaan aseptik tersebut tetap terjaga. Halhal yang perlu diperhatikan untuk menjaga suasana lingkungan
tersebut adalah mengurangi jumlah kuman dalam udara dan lamanya
luka terbuka. Bekerja dengan rencana yang baik, teratur, dan tenang
tanpa terburu-buru akan menunjang usaha tersebut.
Jumlah kuman di udara dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu
udara, dan dapat dikurangi dengan penggantian udara. Udara kamar
bedah harus diganti sekitar 18-25 kali setiap jam dan ini baru dapat
dilaksanakan

bila

tekanan

dalam

kamar

bedah

lebih

positif.

Kelembaban udara yang rendah akan mengurangi kelistrikan statik


dalam udara sehingga transmisi bakteria lebih sedikit. Kelembaban
udara kamar bedah ini sebaiknya dijaga sekitar 50% (udara luar
normal

70-90%).Kamar

bedah

seyogyanya

bersuhu

sejuk

agar

pembedah dan personil kamar bedah lainnya dapat bekerja tanpa


berkeringat. Standar suhu yang dianjurkan adalah antara 20 sampai
24 C.

2. Personil kamar bedah


Untuk mempertahankan keadaan asepsis dalam kamar bedah
sewaktu pembedahan, setiap orang yang bekerja dalam kamar bedah
harus

tunduk

pada

peraturan

dan

teknik

asepsis

yang

berlaku.Walaupun peraturan yang berlaku untuk setiap kamar bedah


dapat berbeda tergantung kondisi setempat, disiplin dasar dalam
teknik asepsis menuntut beberapa hal pokok yang harus dipatuhi oleh
setiap personil kamar bedah maupun orang yang masuk ke dalam
kamar bedah.
Personil medik dan perawat merupakan pembawa kuman melalui
kontak langsung atau udara, karena S.aureus dari hidung, ketiak, dan
daerah anus, perineum dan genitalia mudah disebarkan.Maka disiplin

dasar ini menyangkut higiene pribadi, kebersihan kulit, pakaian dalam


termasuk kebersihan daerah perineum. Disiplin kerja yang baik dalam
pembedahan

adalah

berbicara

seperlunya

selama

pembedahan,

membatasi berjalan-jalan dalam kamar bedah, dan membatasi kontak


dengan orang lain.
Juga diperlukan

pengertian

dasar

tentang

teknik

asepsis,

pemakaian gaun bedah, masker, serta tutup kepala.Gaun steril


penutup badan mengurangi kontaminasi dari penderita maupun pada
penderita.Batas antara zona sucihama dan daerah non-asepsis harus
senantiasa disadari.
Tutup kepala

melindungi

rambut

agar

tidak

menyebarkan

kuman.Masker mencegah kontaminasi dari hidung, mulut, cambang,


dan kumis.Selain itu perlu diingat bahwa setiap luka, biarpun kecil
harus dianggap sebagai luka terinfeksi dan merupakan sumber
terinfeksi. Setiap pekerja di kamar bedah yang mempunyai bisul
misalnya, atau borok biarpun kecil di salah satu bagian kulitnya harus
dinyatakan sebagai sakit clan tidak diperkenankan memasuki ruang
pembedahan.
3. Pakaian dasar dan gaun bedah
Setiap orang yang masuk ke kamar bedah harus menggunakan
pakaian penutup permukaan kulit yang dapat berhubungan dengan
daerah pembedahan.Pakaian ini termasuk sarung tangan, masker, dan
tutup kepala. Pakaian dalam harus menutup cukup rapat.Pakaian dasar
tidak boleh dipakai di luar ruang bedah
Pakaian bedah dibagi dalam dua macam yaitu yang dipakai oleh setiap
orang yang masuk kamar bedah yang merupakan pakaian dasar, dan
yang

dipakai

pembedahan

oleh
yang

pembedah
disebut

serta

gaun

para

bedah.

assistennya
Pakaian

sewaktu

dasar

harus

memenuhi syarat bersih, ringan, berbahan tipis dan tembus udara.


Pakaian dasar tidak perlu steril, tetapi dicuci dan disetrika setiap akan
dipakai. Pakaian dasar harus menutupi tungkai bawah, berlengan

pendek, dan seragam untuk setiap unit bedah.Sedangkan tutup kepala


dan masker juga bersih dan tidak dipakai berkali-kali. Tutup kepala
harus menutupi semua bagian rambut, masker menutupi kumis,
cambang, jenggot, lubang hidung, dan mulut. Alas atau sarung kaki
harus bersih dan jangan sekali-kali dipakai di luar unit bedah tersebut.
Pakaian dasar harus dipakai oleh setiap orang yang masuk ke kamar
bedah, termasuk mereka itu yang masuk sebentar saja.
Gaun bedah harus memenuhi syarat steril, disediakan di atas meja
instrumen, menutupi tubuh secara melingkar, berlengan panjang,
menutup leher, panjangnya sampai di bawah lutut, dan terbuat dari
bahan yang tipis tetapi kuat.
F. Cuci tangan
Mencuci tangan dilakukan dengan air mengalir dan dianjurkan teknik
Fuerbringer m Handuk harus dilepaskan jatuh segera setelah menyentuh
siku.

1. Teknik tanpa singgung


Dalam teknik asepsis digunakan teknik tanpa singgung yang
bertujuan mengusahakan agar benda steril yang akan dipakai sewaktu
pembedahan tidak langsung bersinggungan dengan kulit tangan
pemakai. Terlebih dahulu dikenakan masker dan tutup kepala. Teknik
tanpa singgung ini harus diterapkan dalam tindakan mengeringkan
tangan dan lengan, memasang gaun bedah, mengambil dan memakai
sarung

tangan,

memasangkan

gaun

bedah

untuk

orang

lain,

memasang dan melepas sarung tangan, membuka bungkusan kain dan


instrumen, menyerahkan set instrumen, melakukan desinfeksi kulit
penderita.

a.
b.
c.
d.

Cara memegang sikat dan sabun,


Sikat tangan secara sistematik; satu per satu jari dicuci,
Sikat kuku
Tutup kran dengan siku; tangan dikeringkan dengan kain handuk steril,

yang dijatuhkan segera setelah menyentuh siku


e. Tangan harus selalu lebih tinggi daripada siku.
Teknik tanpa singgung untuk mengeringkan tangan dan lengan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Mengambil handuk,
Keringkan tangan,
Keringkan pergelangan tangan,
Siku,
Handuk langsung dijatuhkan, sebab dikontaminasi oleh siku.
Memakai Jas Operasi Steril & Sarung Tangan

Teknik tanpa singgung untuk memakai gaun bedah untuk diri sendiri
a. Ambil pun dengan menyingkirkan bungkusnya,
b. Memegang gaun di sebelah dalamnya dan usahakan jarak dengan
gaun; badan tidak menyentuh tepi pun.
c. Masukkan kedua lengan,
d. Mengibaskan baju dibantu orang lain yang tidak usah aseptik
tangannya, untuk mengikatkan pita pun di belakang.

Anda mungkin juga menyukai