Askep Binaan Damar
Askep Binaan Damar
D DENGAN
HIPERTENSI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners
Departemen Gerontologi di Kelurahan Jatimulyo
Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang
Oleh:
Damar Dewangga
105070200111036
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi petunjukNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Lansia Binaan Ny. S
dengan Hipertensi, RT 5 RW 1 Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru sebagai
bukti telah melewati Departemen Gerontik Program Profesi yang dilaksanakan tanggal
8 27 Juni 2015. Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh fakta masih tingginya
prevalensi lansia yang mengalami hipertensi di wilayah sasaran dengan rendahnya
tingkat pengetahuan mereka tentang penyebab, perjalanan penyakit, tanda dan gejala
penyakit, komplikasi atau bahaya keparahan penyakit, dan penatalaksanaan yang
tepat untuk kondisi kesehatannya.
Dengan selesainya Laporan Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada :
1. Ns. Annissa W, S.Kep, M. Kep. selaku pembimbing akademik Departemen
Gerontik Program Profesi yang telah dengan sabar mengoreksi, memberi
masukan dan membimbing selama proses pelaksanaan perofesi di desa
sasaran.
2. dr. Lisna selaku kepala Puskesmas Kendalsari yang telah memberikan
kesempatan untuk melaksanakan kegiatan profesi di lingkupan wilayah kerja
PKM Kendalsari.
3. Ns. S.Kep selaku pembimbing klinis Departemen Gerontik yang telah dengan
sabar membimbing untuk bisa melaksanakan program yang berguna untuk
masyarakat sekitar wilayah sasaran.
4. Teman-temanku kelompok 8 Reguler Program Profesi A atas ketekunan, kerja
keras dan kekompakkan sehingga program lansia di desa sasaran dapat
berjalan dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun. Akhirnya,
semoga Laporan Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Malang, 25 Juni 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan atau
kejadian yang pasti akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan
terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapupun, namun manusia dapat berupaya
untuk menghambat kejadiannya. Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia
meningkat dinegara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi
dinegara maju.
Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan
yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia
(lansia). Jumlah lansia di Indonesia berjumlah 19,3 juta (8,37 persen dari total
keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 2009 (Komnas Lansia 2010).
Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan
hidup sebagai dampak dari peningkatan kualitas kesehatan. UHH (Usia Harapan
Hidup) indonesia pada tahun 2007 UHH 70,5 tahun, dan pada tahun 2008 menjadi
70,7 tahun, target untuk UHH pada tahun 2014 adalah 72 tahun (Kementerian
Kooridinator Bidang Kesejahteraan Rakyat 2010).
Masalah kesehatan lansia sangat bervariasi, selain erat kaitannya dengan
degenaratif (menua) juga secara progresif. Menurut Darmojo (2006) Menua adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolic dan
struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif (seperti hipertensi,
aterosklorosis, diabetes meletus dan kanker) yang akan menyebabkan manusia
menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatic seperti stroke,
infark miokard, koma asidotik, metasis kanker dan sebagainya).
Menurut Bustan (2006), Penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelomok
lansia adalah: gangguan pembuluh darah (dari hipertensi sampai stroke),
gangguan metabolik (Diabetes Meletus), gangguan Persendian (arthritis, encok
dan terjatuh) dan gangguan psikososial (kurang penyesuaian diri dan merasa tidak
efektif lagi).
Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang
dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit
terbanyak yang diderita Lansia adalah penyakit sendi (52,3%), dan hipertensi
(38,8%),
anemia
(30,7%)
dan
katarak
(23%).
Penyakit-penyakit
tersebut
merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (komnas lansia 2010). Angka
kejadian gangguan hipertensi menunjukkan suatu angka yang tinggi menjadi suatu
pertanyaan yang berujung pada gaya hidup lansia itu sendiri (Darmojo 2006).
Pada study penelitian usia lanjut tentang gaya hidup lansia dapat
mempengaruhi kesehatan terutama lansia dengan Hipertensi. Faktor gaya hidup
seperti kurang beraktivitas karena telah lanjut usia dan tidak bekerja lagi,
kebiasaan merokok terutama lansia laki-laki, kebiasaan minum kopi, pengaturan
diet yang tidak sesuai, manejemen terapi obat yang kurang efektif dan stress,
merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi yang tidak terkontrol pada lansia
(Erda Fitriani, 2005).
Pola-pola perilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam situasi atau
lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang menetap
(fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola prilaku individu, akan
memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang
lain.
Studi prevalensi menunjukkan tingginya insidensi dari faktor resiko untuk
penyakit
kardiovaskuler
diantara
lansia.
Peningkatan
kerangka
penelitian
akan meningkat dari 26,4% tahun 2000 menjadi 29,2% tahun 2025 (Kearney et al.,
2005).
Peningkatan tekanan darah diperkirakan bertanggungjawab atas 7,5 juta
kematian yang merupakan 12,8% dari total kematian seluruh dunia. Hipertensi juga
mengakibatkan 57 juta orang atau 3,7% dari total morbiditas menderita kecacatan
dikarenakan komplikasi yang berkembang menjadi stroke (54%), penyakit jantung
koroner (47%), iskemia, gagal jantung, gagal ginjal, perdarahan retina, dan
gangguan penglihatan (WHO, 2013). Hipertensi merupakan penyakit yang paling
banyak diderita oleh masyarakat Indonesia yang dapat terjadi akibat dari salah satu
masalah yang sering muncul dari perubahan gaya hidup, seperti mengkonsumsi
makanan yang kadar garamnya tinggi, obesitas, dan stress (Wihastuti TA et al.,
2012). Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007
menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 31.7%. Prevalensi penyakit hipertensi
di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar sebanyak 12.510 kasus pada tahun 2010
sedangkan pada tahun 2012, hipertensi merupakan penyakit terbesar kedua yang
ada di Poliklinik Jantung RSSA Malang (Profil Rumah Sakit Saiful Anwar Malang
tahun 2010 dan 2012).
Diet dan modifikasi gaya hidup sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi
hipertensi. Selain itu, tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu
menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal.
Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat
badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah
(Harie dkk.,2010). Sehingga perlu diberikan pengetahuan yang lebih kepada lansia
dengan hipertensi untuk menjaga kualitas kesehatan para lansia di kelurahan
Gadingkasri.
1.2 Tujuan
a. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi secara
komprehensif.
b. Mampu meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian lansia untuk mematuhi
anjuran diet yang tepat untuk pasien hipertensi, melakukan aktivitas sesuai
toleransi, dan mencegah komplikasi hipertensi.
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Lansia
2.1.1 Definisi
Pengertian lanjut usia (lansia) ialah manusia yang berumur di atas usia 60
tahun dan masih hidup. Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang
berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999 dalam Wijayanti,
2008). Menurut WHO, batas usia untuk kategori lanjut usia berdasarkan tingkat
usia yaitu:
1.
2.
3.
4.
Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia.
Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik,
pancaindera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap
tertentu (Prasetyo,1998 dalam Wijayanti 2008). Dengan demikian orang lanjut
usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran
fisik ditandai dengan beberapa serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi
darah, persendian, sistem pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan
mental. Sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa,
gangguan saluran pencernaan, saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya
konsentrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph J. Gallo (1998) dalam
Wijayanti (2008) mengatakan untuk mengkaji fisik pada orang lanjut usia harus
dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya pendengaran, penglihatan,
gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban.
Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang
menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi
psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak
seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang
cekatan.
Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan
akibat penurunan fungsi sistem tubuh. Salah satu perubahan tersebut adalah
perubahan kejiwaan dan fisik. Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul
adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan
curiga, dan gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak
acuh, tersinggung, sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi gangguan pola
tidur, gangguan makan dan minum, gangguan perilaku yang ditandai dengan
enggan berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri
sendiri.
Badan manusia menua kurang lebih 1% setiap tahun. Meskipun orang yang
segar jasmaninya,akan menua pula. Untungnya orang-orang yang kesegaran
jasmaninya baik, proses menuanya lebih lambat. Bila seseorang menjadi lebih
segar jasmaninya,maka fungsi badannya akan lebih baik.(Sadoso S,1993 dalam
Sriwahyuniati, 2008). Proses menua adalah masalah yang akan selalu dihadapi
oleh semua manusia. Dalam tubuh terjadi perubahan- perubahan structural yang
merupakan proses degeneratif. Misalnya sel-sel mengecil atau menciut, jumlah sel
berkurang, terjadi perubahan isi atau komposisi sel, pembentukan jaringan ikat
baru meggantikan sel-sel yang menghilang atau mengecil dengan akibat timbulya
kemunduran fungsi organ tubuh
Menurut (Hardianto Wibowo, 2003 dalam Sriwahyuniati, 2008) secara
ringkas dapat dikatakan:
1. Kulit tubuh dapat menjadi lebih tipis, kering dan tidak elastis lagi.
2. Rambut rontok warnanya berubah menjadi putih, kering dantidak mengkilat.
3. Jumlah otot berkurang, ukuran juga mengecil, volume otot secara keseluruhan
menyusut dan fungsinya menurun.
4. Otot-otot jantung mengalami perubahan degeneratif, ukuran jantung mengecil,
kekuatan memompa darah berkurang.
5. Pembuluh darah mengalami kekakuan (Arteriosklerosis).
6. Terjadinya degenerasi selaput lendir dan bulu getar saluran pemapasan,
alveolus menjadi kurang elastis.
7. Tulang-tulang menjadi keropos (osteoporosis).
8. Akibat degenerasi di persendian, permukaan tulang rawan menjadi kasar.
9. Karena proses degenerasi maka jumlah nefron (satuan fungsional di ginjal
yang bertugas membersihkan darah) menurun. Yang berakibat kemampuan
mengeluarkan sisa metabolisme melalui urin berkurang pula.
10. Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologik yang memang harus
dialami oleh semua makluk hidup.
Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena
diartikan dengan proses kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas
fisik seseorang. Akibatnya kaum lansia menjadi kurang produktif, rentan terhadap
penyakit dan banyak bergantung pada orang lain. Dengan tetap bekerja dan
melakukan olahraga secara teratur dapat memperlambat proses kemunduran
dan penurunan kapasitas tersebut di atas. Karena bekerja maupun olahraga
pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas sistem musculoskeletal (otot dan
tulang) serta sistem kardiopulmonal (jantung dan paru-paru) (Sriwahyuniati,
2008).
Kemunduran fungsi organ-organ akibat terjadinya proses penuaan terlihat pada:
1. Kardiovaskuler (Jantung dan pembuluh darah)
a. Volume sekuncup menurun hingga menyebabkan terjadinya penurunan
isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output).
sehingga
ginjal
atau
penyebab
yang
Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi
dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus
ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan
hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benarbenar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi
pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas
50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah
menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan
dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari
arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya
kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin
kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
iii.
Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio
antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan
hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
ii.
Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan
melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus
melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif
cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering
jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak
arteri (Rohaendi, 2008).
iii.
Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam
volume
cairan
ekstraseluler
tersebut
menyebabkan
Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung
dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum
alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani,
2007).
vi.
Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut
berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
vii.
Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten
(tidak
menentu).
Stress
yang
berkepanjangan
dapat
Menurut : Darmojo (2008), Pemakaian obat pada lanjut usia perlu dipikirkan
kemungkinan adanya :
i.
Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan
ii.
iii.
iv.
Interaksi obat
Efek samping obat.
Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui
ginjal.
Pengobatan hipertensi menurut : Kowalski (2010) tiga hal evaluasi menyeluruh
terhadap kondisi penderita adalah :
i.
Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko kardiovaskuler
ii.
Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer
iii.
Organ yang rusak karena hipertensi.
Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin harian minum
obat, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke dan serangan
jantung. Mencatat obat-obatan yang diminum dan keefektifan mendiskusikan
informasi ini untuk tindak lanjut (Stoskslager, 2008). Pengendalian tekanan
darah dan efek samping minimal diperlukan terapi obat-obatan sesuai, disertai
perubahan pola hidup.
b. Non Farmakologi
i.
Diet untuk Pasien Hipertensi
1) Diet Rendah Garam
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau
asites serta hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk
menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit
jantung (lemah jantung) (Gunawan, 2001).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue,
baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan
atau natrium benzoat (Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai,
jelly), makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang mengandung
natrium (obat sakit kepala). Bagi penderita hipertensi, biasakan
penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
(Hayens, 2003).
2) Diet Rendah Kolesterol dan Lemak
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat
tiga bagian lemak yaitu: kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh
memperoleh kolestrol dari makanan sehari hari dan dari hasil sintesis
dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari
pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi
karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 50 % dari
setiap makanan (Amir, 2002).
3) Diet Tinggi Serat
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri
dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude fiber) dan serat kasar banyak
terdapat pada sayuran dan buah buahan, sedangkan serat makanan
terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong
dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit
tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol
maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran.
Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung
serat kasar yang cukup tinggi (Mayo, 2005).
4) Diet Rendah Kalori
Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat
badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena
hipertensi. Demikian juga dengan orang yang berusia 40 tahun mudah
terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu diperhatikan hal hal
berikut :
a. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500
kalori untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per
minggu.
b. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
ii.
Aktivitas
iii.
sebuah pompa, sebuah pengukur tekanan, dan sebuah manset dari karet. Alat ini
mengukur tekanan darah dalam unit yang disebut milimeter air raksa (mm Hg).
Pemeriksaan tekanan darah idealnya dilaksanakan oleh dokter atau
minimal paramedis yang memahami standar pengukuran tekanan darah yang
ideal.
iv.
Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Tehnik Biofeedback. Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai
untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti
nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
v.
Follow Up
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter)
Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
b.2.5 Pathway
Usia Lanjut
Rokok
Kopi
Kafein
Tembakau
Nikotin
Penyempitan
pembuluh darah
Meningkatkan
adrenalin
Tekanan
darah
meningkat
Meningkatkan
tekanan
darah, Nadi, dan tekanan
kontraksi jantung
Hipertensi Primer
Hilangnya elastisitas
jaringan ikat
ateroskeloris
Menurunnya
relaksasi otot polos
pembuluh darah
Mual, muntah
Kurang informasi
Intake inadekuat
Vasokontriksi pembuluh darah
Kurang pengetahuan
Kelemaha
Mekanisme
koping,
harapan tidak terpenuhi,
persepsi tidak realistik
Iskemik ginjal
Intoleransi aktivitas
Renin
Deficit motorik
Koping
efektif
individu
tidak
Angiotensin
Angiotensin I
ACE
Gangguan
rasa nyaman
Angiotensin II
(vasokontriksi)
Sekresi aldosteron
Ion exchange
tubulus ginjal
Reabsorbsi Na
dan air Sekresi
K dan H
Tekanan intravascular
meningkat
Tekanan intraocular
meningkat
Gangguan
penglihatan
di
Tekanan darah meningkat
Peningkatan
volume
cairan ekstrasel
Deficit lapang
pandang
Resiko cedera
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Nama wisma :
1.
IDENTITAS KLIEN
Nama
Umur
Agama
Alamat asal
Tanggal datang
2. DATA
KELUARGA
Nama
:
Hubungan
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
3. STATUS KESEHATAN
Keluhan utama:
Nn. N
Cucu Ny.D
Mahasiswi
Jl. Kalpataru 65
SEKARANG :
Kondisi Umum
Kelelahan
Perubahan BB
:
:
Ya
Tidak
Perubahan
nafsu :
makan
Masalah tidur
Kemampuan ADL
KETERANGAN
:
:
:
2.
Integumen
Ya
Lesi / luka
Pruritus
Perubahan pigmen
Memar
Pola penyembuhan lesi
KETERANGAN
:
:
:
:
:
:
Tidak
3.
Hematopoetic
Ya
Tidak
Perdarahan abnormal
:
Pembengkakan
kel. :
Limfe
Anemia
KETERANGAN
:
:
:
:
kulit :
Tidak
5. Mata
Perubahan
Ya
:
penglihatan
Pakai kacamata
Kekeringan
:
:
mata
Nyeri
Gatal
Photobobia
Diplopia
Riwayat infeksi
KETERANGAN
:
:
:
:
:
: Perubahan
Tidak
penglihatan
yang
dialami
oleh
klien
6.
Telinga
Ya
Tidak
Penurunan pendengaran
Discharge
Tinitus
Vertigo
Alat bantu dengar
Riwayat infeksi
Kebiasaan
membersihkan
:
:
:
:
:
:
:
telinga
Dampak pada ADL
KETERANGAN
:
:
Tidak berdampak
Tidak ada masalah yang berarti pada telinga klien,
klien tidak mengalami penurunan pendengaran,
tidak ada riwayat infeksi, tidak menggunakan alat
bantu dengar, klien juga rajin membersihkan
telinga 1x seminngu menggunakan cottonbad.
7. Hidung sinus
Rhinorrhea
Discharge
Epistaksis
Obstruksi
Snoring
Alergi
Riwayat infeksi
KETERANGAN
Ya
Tidak
:
Mulut,
tenggorokan
Ya
Nyeri telan
Kesulitan
menelan
Lesi
Perdarahan gusi
Caries
Perubahan rasa
Gigi palsu
Riwayat Infeksi
Pola sikat gigi
KETERANGAN
Tidak
:
:
:
:
9. Leher
Kekakuan
Nyeri tekan
Massa
KETERANGAN
Ya
Tidak
:
:
: Terdapat massa pada leher sebelah kanan 5cm, tidak merasakan
nyeri ataupun kaku
10. Pernafasan
Batuk
Nafas pendek
Hemoptisis
Wheezing
Asma
KETERANGAN
11.
Ya
Tidak
:
Kardiovaskuler
Ya
Chest pain
Palpitasi
:
:
Tidak
Dipsnoe
Paroximal nocturnal
Orthopnea
Murmur
Edema
KETERANGAN
:
:
:
:
:
:
12. Gastrointestinal
Ya
Tidak
Disphagia
Nausea / vomiting
Hemateemesis
Perubahan
nafsu
:
:
:
:
makan
Massa
Jaundice
Perubahan pola BAB
Melena
Hemorrhoid
Pola BAB
KETERANGAN
13. Perkemihan
Dysuria
Frekuensi
Hesitancy
Urgency
Hematuria
Poliuria
Oliguria
Nocturia
Inkontinensia
Nyeri berkemih
Pola BAK
KETERANGAN
Ya
Tidak
:
: 4-5 x sehari
:
:
:
:
:
:
Tidak
Impotensi
Reproduksi
(perempuan)
Lesi
Discharge
Postcoital bleeding
Nyeri pelvis
Prolap
:
:
:
:
:
Riwayat menstruasi
Aktifitas seksual
Pap smear
KETERANGAN
menstruasi normal
pernah
Ya
Tidak
:
:
:
: Masih mampu sholat 5 waktu, masih bisa berjalan agak jauh
Dampak ADL
KETERANGAN
16. Persyarafan
Headache
Seizures
Syncope
Tic/tremor
Ya
:
:
:
:
Tidak
Paralysis
Paresis
Masalah memori
KETERANGAN
Depresi
:
Ketakutan
:
Insomnia
:
Kesulitan dalam mengambil :
keputusan
Kesulitan konsentrasi
Mekanisme koping
:
:
Adaptif
Ny. D
bercerita
tentang
dirinya
dan
keluarganya.
Persepsi tentang kematian :
Klien mengatakan bahwa kematian adalah suatu takdir yang pasti akan
dialami oleh setiap orang dan klien siap jika suatu saat harus menghadapi
kematian
Dampak pada ADL : tidak ada dampak
Spiritual
Aktivitas ibadah : Ny. D masih menjalani sholat 5 waktu, tahajjud dan
mengaji
Hambatan
6.
LINGKUNGAN :
Kamar : terdapat 3 kamar tidur dalam rumah yang ditinggali oleh klien
Dalam rumah
wisma :..........................................................................................................
.........
Luar
rumah :..........................................................................................................
............
7.
Kriteria
Dengan
Mandiri
Bantuan
Skor
Yang
1
2
Makan
5
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau 5-10
10
15
Didapat
10
15
sebaliknya
Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok
gigi)
Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka 5
10
10
5
6
tubuh, menyiram)
Mandi
Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan
0
0
5
5
5
5
7
8
9
10
kursi roda )
Naik turun tangga
Mengenakan pakaian
Kontrol bowel (BAB)
Kontrol Bladder (BAK)
5
5
5
5
10
10
10
10
10
10
10
10
2. Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
No
1
Aspek
Kognitif
Orientasi
Nilai
Nilai
maksimal Klien
5
5
Orientasi
Registrasi
Kriteria
Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2015 Hari : selasa
Musim : dingin Bulan : juni
Tanggal : 16
Dimana sekarang kita berada ?
Negara :indonesia Propinsi: jawa
timur Wisma :
Kabupaten/kota : Malang
Sebutkan 3 nama obyek (misal :
kursi,
meja,
ditanyakan
kertas),
kepada
menjawab :
1) Kursi
4
Perhatiandankalkulasi 5
kemudian
klien,
2). Meja
3). Kertas
Meminta klien berhitung mulai dari
100 kemudia kurangi 7 sampai 5
tingkat.
Jawaban :
1). 93
2). 86
Mengingat
3). 79
4).
72
5). 65
Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai
Bahasa
1)
Menanyakan
pada klien
tentang
Total nilai
30
28
Interpretasi hasil :
24 30
18 23
Tanggal Pemeriksaan
16 Juni 2015
2
18 Juni 2015
3
Rata-rata Waktu TUG
17 detik
16 detik
Interpretasi hasil
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik
>24 detik
>30 detik
waktu 6 bulan
Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam
kurun
Pengkajian Depresi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jawaban
Ya Tdk
Anda puas dengan kehidupan anda saat ini
0
1
Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1
0
Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong
1
0
Anda sering merasa bosan
1
0
Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu
0
1
Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda
1
0
Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu
0
1
Anda sering merasakan butuh bantuan
1
0
Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1
0
Hasil
0
0
0
0
0
0
0
1
0
10
sesuatu hal
Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda
.
11.
12
0
1
1
0
0
0
.
13
.
14
.
15
Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda
No
Pertanyaan
.
Jumlah
1
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
No Indikators
1.
score
Pemeriksaan
3.
4.
setiap harinya
5.
7.
8.
Jenis
pemeriksaan Tanggal
1
2
Diagnostik
Kadar asam urat
Tekanan darah
Pemeriksaan
17/6/2015
16/6/2015
Hasil
5,5 mg/dl
180/100 mmHg
FUNGSI
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- ADAPTATION
teman)
saya
untuk
membantu
pada
waktu
sesuatu
SKORE
2
menyusahkan saya
2.
Saya
puas
dengan
cara
keluarga
(teman-teman)saya PARTNERSHIP
Saya
puas dengan
cara keluarga
Saya
puas dengan
cara keluarga
TOTAL
10
Etiologi
DS :
- Klien tidak tahu
bahan makanan
apa saja yang
mengandung tinggi
-
natrium
Klien jarang
memeriksakan
kondisi
kesehatannya
Klien mengatakn
langsung ke
puskesmas jika
merasa tidak enak
badan dan jika
obatnya habis
Klien mengatakan
mudah lelah
DO :
- TD = 180/100
-
mmHg
Makan makanan
Usia lanjut
Masalah
keperawatan
Ketidakefektifan
manajemen
Elastisitas
dinding
aorta kesehatan Diri
menurun
Katup jantung menebal
Kemampuan memompa darah
menurun
Hilangnya elastisitas pembuluh
darah
Meningkatnya
resistensi
pembuluh darah perifer
yang
mengandung
-
garam
Banyak
bertanya
tentang kondisi
kesehatannya
DS :
- Klien mengatakan
sendi kaki terasa nyeri
- Klien mengatakan
nyeri bertambah
Nyeri akut
apabila dibuat
Meningkatkan TD sistemik
Hipertensi
beraktivitas yang
-
berlebih
Klien mengatakan :
Skala nyeri 2-3
Sendi kaki (lutut)
Kualitas tumpul
TD 180/100 mmHg
nyeri sendi
Nyeri akut
DO :
- TD = 180/100 mmHg
- Wajah grimace
- Skala nyeri 3
- Nyeri sendi di kaki
sebelah kiri dan di
punggung
- Cara berjalan yang
terbata-bata
a. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
2. Nyeri akut
b. Rencana Keperawatan
Nama Klien
Usia
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
: Ny. D
: 73 tahun
No Reg
:Tanggal Pengkajian : 16 Juni 2015
Tujuan dan
Kriteria hasil
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 5 kali
pertemuan,
masalah
ketidakefektifan
pemeliharaan
teratasi
NOC
:
kesehatan
Knowledge
Intervensi
1. Kaji mengenai manajemen HT
selama ini
2. Kaji hambatan/kesulitan klien
dalam menjalani manajemen HT
3. Kaji TTV klien, terutama TD dan
Nadi
4. Kaji pengetahuan klien mengenai
managemen farmakologi HT
5. Kaji pengetahuan klien mengenai
Hypertension Management
Indikator
Target
tekanan
darah sistolik
Target
tekanan
darah
diastolik
Tanda gejala
hipertensi
Management
HT
Nyeri akut
yang
benar
Manfaat
modifikasi
antihipertensi
diet
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan dalam 2 kali
pertemuan, gangguan rasa
nyaman teratasi
NOC : Pain Level
Indikator
Melaporkan
nyeri
(tidak
ada)
Skala
nyeri
otot (normal)
Ekspresi
(tenang)
komunikasi terapeutik.
2. Kaji dampak nyeri pada aktivitas
sehari-hari.
3. Sarankan klien untuk
meningkatkan istirahat.
4. Sarankan klien untuk memodifikasi
lingkungan agar meningkatkan
rasa nyaman klien (seperti : tidur
menggunakan bantal yang lebih
(skala 0)
Ketegangan
wajah
1 2 3 4 5
rendah)
5. Edukasi klien tentang penggunaan
teknik relaksasi dalam
meningkatkan rasa nyaman
6. Edukasi klien menggunakan teknik
masase dalam meningkatkan rasa
nyaman
7. Berkolaborasi dengan tim medis
dalam memberikan obat sesuai
indikasi, seperti obat analgesik.
c. Implementasi
Tgl
No. Dx Kep
Jam
16 Juni
1,2
10.00
Tindakan Keperawatan
EVALUASI
Tanda
tangan
Memperkenalkan
sopan
Membuat kontrak waktu dengan
agak berat
Klien mengatakan mengerti tentang informasi
pasien
Menjelaskan tujuan pertemuan
Mengukur tekanan darah pasien
Mengkaji keluhan yang dirasakan
yang disampaikan
Klien mengatakan akan memperbanyak
klien
Mengkaji dampak gangguan rasa
istirahatnya
Klien mengatakan senang telah diberi
meningkatkan istirahat
Menyarankan pasien untuk
2015
diri
dengan S:
klien tentang HT
Memberikan KIE tentang HT dan
tanda gejala.
18 Juni
1,2
11.00
2015
pasien
Mengukur tekanan darah pasien
Mengkaji keluhan yang dirasakan
klien
Menanyakan
kembali
tentang
pengetahuan
klien
tentang
hipertensi
Mengkaji
pengetahuan
hipertensi
Klien mengatakan selama jarang makan
makanan yang digoreng, bersantan, dan
klien
farmakologi (makanan)
Memberikan
KIE
pentingnya
tentang
managemen
diet
hipertensi
Berdiskusi tentang menu makanan
yang
baik
untuk
hipertensi
Menganjurkan
klien
sering dihangatkan
Klien mengatakan mengerti pentingnya
09.30
pasien
Mengukur tekanan darah pasien
Menanyakan diet rendah garam
2015
untuk hipertensi
telah dimakan
Memberikan
pentingnya
mengontrol
tentang
sebagai
tekanan
KIE
terapi
untuk
BAB VI
PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Alasan
Berdasarkan hasil intervensi selama 3 minggu dengan dilakukan
tiga kali
kunjungan rumah menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan berhasil tetapi untuk
penggunaan buah semangka dan pisang masih belum diketahui keberhasilannya
karena klien tidak ada di rumah saat pengecekan tekanan darah. Hal ini tampak
dengan outcome masalah yang ditemukan pada saat pengkajian dapat teratasi setelah
intervensi dijalankan. Tekanan darah klien menunjukkan penurunan dibandingkan
sejak awal pengkajian. Selain itu klien juga tidak mengeluhkan lagi tekait
ketidaknyaman yang dialaminya akibat penyakit yang dirasakannya.
Hipertensi yang dialami lansia merupakan hipertensi primer yang dikarenakan
usia lansia. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan klien terjadi karena kurangnya
pengetahuan tentang penatalaksanaan penyakit yang dialaminya.
Berdasarkan hasil pengkajian, Ny. D cenderung mengalami peningkatan
tekanan darah dikarenakan usia dan penurunan degeneratif. Selain itu, kondisi Ny. D
juga diperparah oleh konsumsi makanan yang tidak sehat dan ketidakteraturannya
meminum obat antihipertensi. Dalam hal ini perawat pengelola memberikan KIE yang
tepat
kepada
klien
diantaranya
KIE
hipertensi
dan
tanda
gejalanya,
KIE
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Ny. D mengalami hipertensi yang kurang terkontrol. Pengetahuan klien tentang
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC.
Buku Pedoman Sehat Bersama Askes, Sehat Bersama Hipertensi. 2007. Jakarta :
Depkes RI.
Chobanian AV. 2003. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressue : Hypertension
(JNC 7). Journal of the American Heart Association, 2003, 42, 1206 1252.
Darmojo, B. 2006. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Jakarta : Balai
Pustaka FKUI
Doengoes, et.al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Herdman, T.H (ed). 2012. Nanda Internasional : Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :EGC.
Kearney, P. M., Whelton, M., Reynolds, K., Muntner, P., Whelton, P. K, HE, J. 2005.
Global burden of hypertension: analysis of worldwide data. The Lancet, 365,
217-223.
Muttaqin, A. 2009.
Asuhan
Keperawatan
Klien
dengan
Gangguan
Sistem
(Online),
(http>//www.who.int./gho/ncd/riskfactors/bloodpressureprevalencetext/en/,
diakses tanggal 20 September 2013).
Wihastuti TA, Ika Setyo R, Luh Putu AA. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Tingkat Kepatuhan Diet Rendah Garam pada Penderita
Hipertensi di
Poliklinik Jantung Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
Wilkinson, Judith. 2005. Nursing Diagnoses Handbook With NIC Interventions Dan
NOC Outcomes. New Jersey: Pearson Prentica Hall.
Wolff, Hans Peter. 2009. Hipertensi cara mendeteksi dan Mencegah Tekanan darah
Tinggi Sejak Dini. Jakarta: Buana Ilmu Populer.