Anda di halaman 1dari 27

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

BAB IV
DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS
4.1 Dasar Teori
4.1.1 Definisi Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada batang yang ditinjau dari 1 dimensi.
Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah
pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan
transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi.

Gambar 4.1 Defleksi


Sumber: Anonymous 25,2013
Defleksi ada 2 yaitu :
a) Deflkesi Vertikal (w)
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal (tarik, tekan)
hingga menyebabkan batang tertekan (terjadi pemanjangan) pada arah sumbu y hingga
membentuk sudut defleksi, kemudian kembali ke posisi semula.

Gambar 4.2 Defleksi vertikal


Sumber: Anonymous 9,2013

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


98

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


b) Defleksi Horizontal (p)
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal (bending
hingga menyebabkan batang tertekan (terjadi pemendekan) pada arah sumbu x dan
membentuk sudut defleksi, kemudian kembali ke posisi semula.

Gambar 4.3 Defleksi horizontal


Sumber: Anonymous 17,2013
Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi yaitu :
a) Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada batang
akan semakin kecil.
b) Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan besarnya
defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami batang maka
defleksi yang terjadi pun semakin kecil.
c) Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena itu
besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama.
Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi
yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang
terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit. Macam-macam tumpuan,
antara lain:
1. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal dan gaya
reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak ini mampu melawan gaya yang bekerja
dalam setiap arah dari bidang.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


99

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 4.4 Tumpuan engsel


Sumber: Anonymous 17,2013
2. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi vertikal. Jenis
tumpuan ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.

Gambar 4.5 Tumpuan rol


Sumber: Anonymous 17,2013
3. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya reaksi
horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini mampu
melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu kopel atau momen.

Gambar 4.6 Tumpuan jepit


Sumber: Anonymous 17,2013
d)

Jenis beban yang terjadi pada batang


Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya memiliki kurva defleksi

yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi pada bagian
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015
100

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik.Ini karena sepanjang batang
mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada beban titik tertentu
saja. Jenis-jenis pembebanan, antara lain:

1. Beban terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya kecil.

Gambar 4.7 Pembebanan terpusat


Sumber : Beer et. Al, 2012 : 566
2. Beban merata
Disebut beban merata karena terdistribusi merata di sepanjang batang dan
dinyatakan dalam qm (kg/m atau kN/m).

Gambar 4.8 Pembebanan terbagi merata


Sumber: Anonymous 17,2013
3. Beban bervariasi uniform
Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya tidak
merata.

Gambar 4.9 Pembebanan bervariasi uniform


Sumber: Anonymous 17,2013

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


101

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


4.1.2 Perbedaan Defleksi dan Deformasi
Seperti disebutkan diatas defleksi terjadi karena adanya pembebanan vertikal
dan horizontal pada balok atau batang. Sedangkan deformasi tidak hanya terjadi karena
pembebanan saja, tetapi karena adanya berbagai macam perlakuan yang dialami balok
atau batang. Selain itu defleksi yang terjadi pada balok hanya merubah bentuk
(lendutan) pada balok tersebut, sedangkan deformasi dapat merubah bentuk dan ukuran
serta volum balok tersebut.
4.1.3 Macam-macam Deformasi
Deformasi adalah perubahan bentuk, dimensi, dan posisi dari suatu material
yang dikarenakan adanya gaya luar yang dikenakan pada material tersebut.
Secara garis besar, deformasi dapat diklasifikasikan kedalam 2 jenis, antara lain :
a) Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya pembebanan yang
jika beban tersebut ditiadakan maka material akan kembali ke ukuran dan bentuk
semula.
b) Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya pembebanan yang
jika beban tersebut ditiadakan maka ukuran dan bentuk material tidak dapat kembali ke
keadaan semula.

Gambar 4.10 Grafik tegangan-regangan


Sumber: Anonymous 18,2013
Pada diagram atau kurva regangan-tegangan di atas, memperlihatkan bahwa
antara 0 ke y disebut daerah elastis, sedangkan titik y adalah batas luluh (yield). Titik
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015
102

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


u merupakan tegangan maksimal dimana bila beban dilepas maka bahan tersebut tidak
akan kembali ke bentuk semula. Bila di beri beban sampai melebihi titik patah, maka
bahan akan putus. Dari titik y ke u bahan tersebut mengalami deformasi plastis
sempurna.Sedangkan u sampai patah terjadi deformasi tak sempurna dimana batang
mulai mengecil dan akhirnya putus.
4.1.4 Teori Castigliano
Metode Castigliano adalah metode untuk menentukan perpindahan dari sebuah
sistem linier-elastis dari prinsip persamaan energi. Konsep dasar teorinya yaitu
perubahan energi adalah gaya dikalikan dengan perpindahan yang dihasilkan, sehingga
gaya dirumuskan sebagai perubahan energi dibagi dengan perpindahan yang dihasilkan.
Ada dua teorema Castigliano yang dikenal, antara lain:
a) Teorema Castigliano I
Teori ini digunakan untuk menghitung gaya yang bereaksi dalam struktur elastis,
bunyi teorema Castiliano I adalah Jika energi dari suatu struktur elastis dinyatakan
sebagai fungsi persamaan perpindahan, qi, maka turunan parsial dari energi regangan
terhadap perpindahan memberikan persamaan gaya Qi.
Secara matematis, dirumuskas sebagai :
Qi=

U
qi

Dimana:
Qi = Gaya (N)
U = Energi regangan (Nm)
qi = Perpindahan (m)
b) Teorema Castigliano II
Teori ini digunakan untuk menghitung perpindahan dari suatu struktur elastis
sebagai persamaan gaya, Qi, maka turunan parsial dari energi regangan terhadap
persamaan gaya memberikan persamaan perpindahan, qi, searah Qi.
Secara matematis, dirumuskan sebagai :
qi =

U
Qi

Sebagai contoh, untuk beam kantilever lurus dan tipis dengan beban P di ujung, dan
perpindahan pada ujungnya dapat ditemukan dengan teori kedua Castigliano:
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015
103

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


=

U
P
L

M L2

P L2
=
dL=
dL

P 0 2 EI
P 0 2 EI
Dimana, E adalah Modulus Young dan I adalah momen inersia penampang dan
M(L) = PL adalah pernyataan untuk momen pada titik berjarak L dari ujung, maka:
L

=
0

P L2
P L3
dL=
EI
3 EI

4.1.5 Momen
Momen adalah kecenderungan sebuah gaya untuk memutar sebuah benda
disekitar sumbu tertentu dari benda tersebut. Bila didefinisikan dari persamaannya
adalah hasil perkalian dari besar gaya (F) dengan jarak tegak lururs (d).
M =F . d
Dimana:
M = Momen (N.m)
F = Gaya (N)
d = Jarak tegak lurus (m)
Arah momen gaya tergantung dari perjanjian, misalnya searah jarum jam
(CW/ClockWise) atau berlawanan arah jarum jam (CCW/Counter ClockWise) begitu
pula dengan perjanjian tanda positive dan negative dari CW dan CCW. Macam-macam
momen:
a) Momen Gaya (Torsi)
Perubahan gaya translasi pada sebuah benda dapat terjadi jika resultan gaya yang
mempengaruhi benda tidak sama dengan nol. Jika resultan gaya adalah nol maka benda
mungkin akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan. Untuk mengubah kecepatan
dibutuhkan gaya. Hal ini sesuai dengan Hukum II Newton. Peristiwa yang sama juga
berlaku pada gerak rotasi jika benda tersebut diberi momen gaya. Dengan adanya
momen gaya maka benda akan mengalami perubahan kecepatan sudut. Momen gaya
merupakan besaran vektor dan secara matematis dituliskan:
=F . r

Dimana:

= Momen Gaya (Nm)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


104

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


F = Gaya (N)
r = Jarak tegak lurus (m)
b) Momen Inersia
Momen inersia merupakan ukuran kelebaman suatu benda untuk berotasi terhadap
porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa. Momen inersia berperan
dalam rotasi seperti massa dalam dinamika dasar, menentukan hubungan antara
momentum sudut dan kecepatan sudut, serta momen gaya dan percepatan sudut.
I =k . m. r 2
Dimana:
I = Momen inersia (kg.m2)
k = Konstanta inersia
m = Massa (kg)
r = Jari-jari objek dari pusat massa (m2)

Gambar 4.11 Macam-macam konstanta inersia


Sumber: Anonymous 19,2013
c) Momen Bending
Momen bending adalah jumlah dari semua komponen momen gaya luar yang
bekerja pada segmen yang terisolasi, yaitu beban luar yang bekerja tegak lurus
sepanjang sumbu axis. Sebagai contoh momen bending adalah terjadi pada jemuran
baju.
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015
105

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


M
=
I
y
Dimana:
M = Momen Bending (kNm)
I = Momen Inersia (kg.m2)
Y = Jarak dari sumbu netral ke permukaan luar benda (m)
= Tegangan Bending (Mpa)
4.2 Tujuan Pengujian
1. Untuk mengetahui defleksi vertikal dari bermacam macam batang lengkung
ketika mendapatkan sebuah pembebanan.
2. Untuk mengetahui defleksi horizontal dari bermacam-macam batang lengkung
ketika mendapat sebuah pembebanan.
3. Untuk mengetahui pengaruh penambahan beban terhadap defleksi yang terjadi.
4.3 Spesifikasi Alat

Gambar 4.12 Deflection of Curved Bars Apparatus


Sumber: Laboraturium Fenomena Dasar Mesin Fakultas Teknik UB

Spesimen
Bahan : Baja

25,4 x 3,2 mm
E = 2 107 gr/mm

Spesimen 1 : a = 75 mm

R = 75 mm

b = 75 mm

Spesimen 2 : a = 0

R = 150 mm

b=0

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


106

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


Spesimen 3 : a = 0

R = 75 mm

b = 75 mm

Spesimen 4 : a = 150 mm

R=0

b = 150 mm

4.4 Cara Pengambilan Data

Gambar 4.13 Sketsa Curved Bars Apparatus


Sumber: Anonymous 20, 2013
1. Spesimen (2) dipasang pada klem (1).
2. Blok (3) dikendorkan dan ditempatkan ulang jika perlu untuk menempatkan
specimen. Kunci pada posisi yang tersedia.
3. Beban (4) dipasang pada specimen. Dial indicator (5) dan (6) ditempatkan
berhubungan dengan beban (4)
4. Indikator di set terlebih dahulu sehingga menunjukkan angka nol. Pembebanan
dilakukan dengan memberikan beban pada beban tergantung (4).
5. Kemudian perubahan yang terjadi dicatat. Beban ditambahkan sambil mencatat
perubahan yang terjadi.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


107

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


4.5 Hasil Pengujian
4.5.1 Data Hasil Pengujian
A. Data Kelompok
a. Spesimen 1
Hubungan antara Beban dengan Defleksi Horizontal (p) dan Defleksi Vertikal
Spesimen 1 (a = 75, R = 75 mm, b = 75 mm)
Tabel 4.1 Hubungan antara pembebanan terhadap defleksi horizontal dan defleksi
vertikal spesimen 1
NO

BEBA
N

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
2750

defleksi vertikal
W
Actual
Teoritis
0.15
0.12712
0.31
0.25423
0.455 0.38135
0.615 0.50846
0.785 0.63558
0.915 0.76269
1.075 0.88981
1.25
1.01692
1.415 1.14404
1.63
1.27116
8.6
6.99136

defleksi horizontal
P
aktual
teoritis
0.105
0.06189
0.23
0.12378
0.28
0.18567
0.39
0.24756
0.49
0.30945
0.565
0.37134
0.635
0.43323
0.725
0.49511
0.795
0.55700
0.905
0.61889
5.12
3.40391

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


108

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


b. Spesimen 3
Hubungan antara Beban dengan Defleksi Horizontal (p) dan Defleksi Vertikal
Spesimen 3 (a = 0 , R = 75 mm, b = 75 mm)
Tabel 4.2 Hubungan antara pembebanan terhadap defleksi horizontal dan defleksi
vertikal spesimen 3
NO

BEBA
N

defleksi vertikal
W
Actual
Teoritis

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
2750

0.04
0.08
0.13
0.15
0.19
0.22
0.26
0.29
0.32
0.365
2.045

0.03041
0.06082
0.09124
0.12165
0.15206
0.18247
0.21289
0.24330
0.27371
0.30412
1.67268

defleksi horizontal
P
aktual
teoritis
0.04
0.02714
0.08
0.05429
0.145
0.08143
0.17
0.10857
0.215
0.13572
0.255
0.16286
0.3
0.19000
0.335
0.21714
0.375
0.24429
0.42
0.27143
2.335
1.49287

B. Data Antar Kelompok


a.

Hubungan antara beban dengan defleksi teoritis horizontal (p) berbagai


spesimen.

Tabel 4.3 Hubungan antara beban dengan defleksi teoritis horizontal (p) berbagai
spesimen
No

Beban

spesimen 1

spesimen 2

spesimen 3

spesimen 4

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

50
100
150
200
250
300
350
400
450
500

0.06189
0.12378
0.18567
0.24756
0.30945
0.37134
0.43323
0.49511
0.55700
0.61889

0.00760
0.01521
0.02281
0.03041
0.03802
0.04562
0.05322
0.06082
0.06843
0.07603

0.03041
0.06082
0.09124
0.12165
0.15206
0.18247
0.21289
0.24330
0.27371
0.30412

0.06082
0.12165
0.18247
0.24330
0.30412
0.36495
0.42577
0.48660
0.54742
0.60825

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


109

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


b. Hubungan antara beban dengan defleksi teoritis vertikal (w) berbagai
spesimen.
Tabel 4.4 Hubungan antara beban dengan defleksi teoritis vertikal (w) berbagai
spesimen
No

Beban

spesimen 1

spesimen 2

spesimen 3

spesimen 4

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

50
100
150
200
250
300
350
400
450
500

0.12712
0.25423
0.38135
0.50846
0.63558
0.76269
0.88981
1.01692
1.14404
1.27116

0.01194
0.02387
0.03581
0.04775
0.05968
0.07162
0.08356
0.09550
0.10743
0.11937

0.02714
0.05429
0.08143
0.10857
0.13572
0.16286
0.19000
0.21714
0.24429
0.27143

0.16220
0.32440
0.48660
0.64880
0.81100
0.97320
1.13540
1.29760
1.45980
1.62200

4.5.2 Contoh perhitungan


Spesimen 1
Defleksi Vertikal

= 0,12712 mm

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


110

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


Defleksi Horizontal

= 0,6189 mm
Spesimen 2
Defleksi Vertikal

= 0.01194 mm

Defleksi Horizontal

= 0.00760 mm

Spesimen 3
Defleksi Vertikal

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


111

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


w=

3.14 x 50 x 753
50 x 75 x 753
+
25.4 x 3.23
25.4 x 3.23
4 x 2.107 x
2.107 x
12
12
= 0.02714 mm

Defleksi Horizontal

= 0.03041 mm
Spesimen 4
Defleksi Vertikal

= 0,1622 mm

Defleksi Horizontal

= 0,06082 mm

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


112

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


4.5.3 Grafik dan Pembahasan
4.5.3.1 Grafik Hubungan antara Pembebanan terhadap Defleksi Horizontal dan Defleksi vertical Spesiment 1
1.8
1.6
1.4
1.2

defleksi aktual vertikal


Polynomial (defleksi aktual vertikal)

Defleksi (mm)

defleksi teoritis vertikal


Polynomial (defleksi teoritis vertikal)

0.8

Polynomial (defleksi teoritis vertikal)


defleksi aktual horizontal

0.6

Polynomial (defleksi aktual horizontal)


0.4

defleksi teoritis horizontal


Polynomial (defleksi teoritis horizontal)

0.2
0
0

100

200

300

400

500

600

Beban (gram)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


113

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 4.14 Grafik Hubungan antara Pembebanan terhadap Defleksi Horizontal dan Defleksi vertical Spesiment 1

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


114

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


Analisa Grafik:
Secara umum grafik hubungan antara defleksi horizontal dan vertikal , aktual
dan teoritis spesimen 1 cenderung mengalami peningkatan hal ini disebabkan karena
adanya penambahan beban sehingga defleksi horizontal semakin meningkat dan struktur
bahan sepanjang batang dianggap sejenis , sehingga deformasi yang terjadi akibat beban
selalu kontinyu.
Karena bentuk spesimen 1 memiliki nilai a = 75, b = 75, dan R = 75,
maka :

W 2
Wa 2 WR a 2 R 2

2aR
a b 2ab 2 bR 2

3EI EI 2
4
EI

W 2
Wa 2 WR a 2 R 2

2aR
a b 2ab 2 bR 2

3EI EI 2
4
EI

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya defleksi:


1. Kekakuan batang. Semakin kaku batang maka defleksi akan semakin kecil.
2. Besar kecilnya gaya yang diberikan.
3. Bentuk spesimen yang diuji.
Pada grafik vertikal aktual lebih tinggi dari pada teoritis hal ini dikarenakan nilai
tegangan dan regangan yang semakin besar. Nilai tegangan dan regangan ini
dipengaruhi oleh pembebanan terus menerus, dari nilai tegangan dan regangan yang
tinggi ini mengakibatkan modulus elastisitas dari baja menurun sehingga defleksi
spesimen aktual lebih tinggi dari teoritis. Sedangkan pada defleksi horizontal teorotis
modulus elastisitas dan momen inersianya dianggap konstan sehingga defleksi yang
terjadi membentuk grafik linier.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


114

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


4.5.3.2 Grafik Hubungan antara Pembebanan terhadap Defleksi Horizontal dan Defleksi vertical Spesiment 3
0.45
0.4
0.35
0.3
defleksi aktual vertikal
Polynomial (defleksi aktual vertikal)

0.25

Defleksi (mm)

defleksi teoritis vertikal


Polynomial (defleksi teoritis vertikal)

0.2

defleksi aktual horizontal


Polynomial (defleksi aktual horizontal)

0.15

defleksi teoritis horizontal


Polynomial (defleksi teoritis horizontal)

0.1
0.05
0
0

100

200

300

400

500

600

Beban (gram)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


115

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS

Gambar 4.15 Grafik Hubungan antara Pembebanan terhadap Defleksi Horizontal dan Defleksi vertical Spesiment 1

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


116

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


Analisa Grafik:
Secara umum grafik hubungan antara defleksi horizontal dan vertikal, aktual dan
teoritis spesimen 3 cenderung mengalami peningkatan hal ini disebabkan karena adanya
penambahan beban sehingga defleksi horizontal semakin meningkat dan Struktur bahan
sepanjang batang dianggap sejenis , sehingga deformasi yang terjadi akibat beban selalu
kontinyu.
Karena bentuk specimen 3 memiliki nilai a =0 , b = 75, dan R = 75,
maka :

P=

W ab
2 EI

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya defleksi:


1. Kekakuan batang. Semakin kaku batang maka defleksi akan semakin kecil.
2. Besar kecilnya gaya yang diberikan.
3. Bentuk specimen yang diuji.
Berdasarkan pada kedua rumus diatas dan pada grafik hubungan antara defleksi vertikal
dan horizontal akibat pembebanan yang diberikan, menunjukkan bahwa:
1

Modulus elastis dan momen inersia batang pada defleksi teoritis adalah konstan
sehingga membentuk garis linier.

Defleksi yang terjadi akibat pembebanan arah vertikal adalah defleksi horizontal
dan vertikal, yang mana defleksi vertikal lebih besar dari horizontal karena batang
cenderung mempertahankan kedudukannya searah horizontal akibat pembebanan
arah vertikal.
Defleksi aktual (horizontal dan vertikal) berada diatas defleksi teoritis

(horizontal dan vertikal). Karena besarnya modulus elastis (E) dimana pada spesimen
sudah tidak lagi sejenis penyusun molekulnya dan momen inersia (I) pada saat
percobaan tidak konstan , berubah-ubah akibat pemberian beban dan juga pemberian
beban tidak tepat tegak lurus pada titik berat spesimen

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


116

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


4.5.3.3 Hubungan Antar Beban terhadap Defleksi Horizontal Teoritis semua Spesimen

Spesimen 1

Defleksi (mm)

Spesimen 2
Spesimen 3
Spesimen 4

Beban (gr)

Gambar 4.16 Grafik Hubungan Antar Beban terhadap Defleksi Horizontal Teoritis semua Spesimen

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


117

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


Analisa Grafik:
Pada grafik yang menunjukkan hubungan defleksi teoritis dan aktual dari hasil
pembebanan spesimen 1 , spesimen 2 , spesimen 3 , dan spesimen 4. Pada grafik
defleksi horizontal antara spesimen dapat dilihat keseragaman yaitu defleksi horizontal
senantiasa bertambah besarnya seiring penambahan beban,atau berbanding lurus dengan
pembebanan. Urutan defleksi horizontal dari yang terbesar adalah spesimen 1, 4, 2, dan
3.

Spesimen 1 :

Spesimen 2 :

Spesimen 3 :

Spesimen 4 :

a = 75 mm

a=0

a =0

a = 150

R = 75 mm

R = 150

R = 75

R=0

b = 75 mm

b=0

b = 75

b = 150

Defleksi horizontal antar spesimen dipengruhi oleh faktor bentuk dari masingmasing spesimen, yaitu :
1. Panjang lengan, semakin besar panjang lengan maka momen gaya yang
dihasilkan semakin besar sehingga defleksi yang terjadi lebih besar.
2. Jari-jari kelengkungan (radius) pada spesimen menimbulkan distribusi
tegangan sehingga defleksi horizontal yang terjdi lebih besar.
3. Sudut atau tanpa adanya radius menimbulkan pemusatan tegangan sehingga
defleksi horizontal yang terjadi lebih kecil dibanding tanpa sudut.
Pada grafik diatas , spesimen mengalami pertambahan defleksi horizontal seiring
dengan bertambahnya beban yang diberikan . namun disini terdapat perbedaan antar
spesimen . untuk spesimen 1 mengalami defleksi horizontal yang lebih tinggi dari
spesimen lainnya . namun selisih antara grafik spesimen 1,2 dan 4 tidak terlalu tinggi ,
ini dikarenakan beban horizontal berhubungan dengan momen , dan momen
berhubungan dengan jarak beban terhadap tumpuan . pada spesimen 1,2 dan 4 jarak
beban terhadap titik tumpuan sama yaitu 150 mm . karena jarak terhadap titik tumpuan
sama , maka besarnya defleksi horizontal pada ketiga spesimen hampir sama.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


118

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


Pada spesiemen 3 , defleksi horizontal yang terjadi paling kecil. Hal ini
dikarenakan jarak antara beban dengan tumpuan tidak terlalu jauh , yaitu 75 mm. ini
mengakibatkan momen yg diterima oleh spesimen 3 tidak terlalu besar sehingga
defleksi horizontal yang terjadi tidak terlalu besar.
Pada spesimen 4 juga mengalami defleksi yang besar karena terjadinya beban
terputus.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


119

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


4.5.3.4 Hubungan Antara Beban terhadap Defleksi Vertikal Teoritis Semua Spesimen

Spesimen 1

Defleksi (mm)

Spesimen 2
Spesimen 3
Spesimen 4

Beban (gr)

Grafik 4.17 Grafik Hubungan Antara Beban terhadap Defleksi Vertikal Teoritis Semua Spesimen

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


120

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


Analisa Grafik:
Pada grafik perbandingan defleksi vertikal teoritis pada spesimen 1, 2, 3 dan 4
semua grafik cenderung mengalami peningkatan akibat adanya penambahan beban.
Adapun urutan paling atas adalah grafik spesimen 4, 1, 2 dan 3.

Spesimen 1 :

Spesimen 2 :

Spesimen 3 :

Spesimen 4 :

a = 75 mm

a=0

a =0

a = 150

R = 75 mm

R = 150

R = 75

R=0

b = 75 mm

b=0

b = 75

b = 150

Besarnya defleksi tersebut dipengaruhi oleh bentuk dari masing-masing


spesimen. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Panjang lengan, semakin besar panjang lengan maka momen gaya yang
dihasilkan semakin besar sehingga defleksi yang terjadi lebih besar.
2. Jari-jari kelengkungan (radius) pada spesimen menimbulkan distribusi
tegangan sehingga defleksi horizontal yang terjdi lebih besar.
3. Sudut atau tanpa adanya radius menimbulakan pemusatan tegangan sehingga
defleksi horizontal yang terjadi lebih kecil dibanding tanpa sudut.
Dari grafik yang menunjukkan bahwa urutan dari defleksi yang paling tinggi
4,1,2 dan 3 yaitu spesimen 4 karena memiliki lengan yang panjangnya a = 150
ditambah dengan adanya sudut sehingga adanya pemutusan lengan , dilanjutkan
dengan spesimen 1 dikarenakan dengan lengan yang lebih kecil yaitu sebesar 75 .
kemudian spesimen 2 yang memiliki radius yang berfungsi untuk
mendistribusikan beban dan tidak mempunyai lengan sehingga semakin besar R ,
maka defleksi juga semakin besar . dilanjutkan dengan spesimen 3 dimana tidak
mempunyai lengan dan radius kecil sehingga defleksi juga kecil .

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


121

DEFLECTION OF CURVED BARS APPARATUS


4.5.4 Kesimpulan dan Saran
4.5.4.1 Kesimpulan
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Defleksi Vertikal adalah
defleksi yang terjadi karena pembebanan yang menyebabkan perubahan jarak antara
sumbu utama normal spesimen dengan kelengkungan setelah pembebanan pada arah
vertikal pada sumbu Y. Sedangkan defleksi horizontal adalah defleksi yang terjadi
karena pembebanan yang menyebabkan perubahan jarak antara sumbu utama normal
spesimen dengan kelengkungan setelah pembebanan pada arah horizontal / pada sumbu
X.
Pembebanan mempengaruhi defleksi, semakin besar pembebanan yang
diberikan maka semakin besar pula defleksi yang terjadi. Ini sesuai dengan hukum
hooke yang menjelaskan bahwa tegangan akan sebanding dengan regangan. Defleksi
juga dipengaruhi oleh modulus elastisitas bahan (E).Modulus Elastisitas adalah
kemampuan material untuk menahan beban yang diberikan tanpa mengalami deformasi
plastis (perubahan bentuk permanen).
Dari percobaan ini didapat pula kesimpulan bahwa bentuk dari spesimen
berpengaruh pada defleksi yang terjadi.
4.5.4.2 Saran
1. Praktikan diharapkan mempelajari alat-alat praktikum sebelum memulai
percobaan sehingga meminimalisir kesalahan pada saat praktikum.
2. Spesimen yang digunakan sebaiknya diperbarui untuk meminimalisir
perbedaan defleksi antara aktual dan teoritis
3. Praktikan diharapkan mempelajari modul praktikum sebelum memulai
percobaan sehingga mengetahui prosedur pengujian yang benar

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/2015


122

Anda mungkin juga menyukai

  • Despro Hoq
    Despro Hoq
    Dokumen3 halaman
    Despro Hoq
    HaikalRastinggi
    Belum ada peringkat
  • Despro Hoq
    Despro Hoq
    Dokumen3 halaman
    Despro Hoq
    HaikalRastinggi
    Belum ada peringkat
  • Despro Hoq
    Despro Hoq
    Dokumen3 halaman
    Despro Hoq
    HaikalRastinggi
    Belum ada peringkat
  • BAB I Mesin Bor
    BAB I Mesin Bor
    Dokumen3 halaman
    BAB I Mesin Bor
    HaikalRastinggi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi PL
    Daftar Isi PL
    Dokumen7 halaman
    Daftar Isi PL
    HaikalRastinggi
    Belum ada peringkat
  • Aerodinamika Pembakaran 2 PDF
    Aerodinamika Pembakaran 2 PDF
    Dokumen13 halaman
    Aerodinamika Pembakaran 2 PDF
    HaikalRastinggi
    Belum ada peringkat
  • Am and Ement
    Am and Ement
    Dokumen9 halaman
    Am and Ement
    HaikalRastinggi
    Belum ada peringkat
  • Am and Ement
    Am and Ement
    Dokumen9 halaman
    Am and Ement
    HaikalRastinggi
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen32 halaman
    Bab 2
    HaikalRastinggi
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 FDM Paling Fix
    Bab 3 FDM Paling Fix
    Dokumen20 halaman
    Bab 3 FDM Paling Fix
    HaikalRastinggi
    Belum ada peringkat