Pengantar
Istilah STEM awal sekali bermula pada tahun 1990-an. Pada waktu itu,
kantor NSF (National Science Foundation) Amerika Serikat, menggunakan
istilah SMET sebagai singkatan untuk Science, Mathematics,
Engineering, & Technology. Namun seorang pegawai NSF tersebut
melaporkan bahwa SMET hampir berbunyi seperti smut dalam
pengucapannya, sehingga diganti dengan STEM (Science, Technology,
Engineering, and Mathematics[1]. Jadi dalam konteks Indonesia, STEM
105
106
Pemikiran Kewirausahaan
Pemikiran Sains
Kewirausahaan (PeSaK)
3. Memilih satu
4. memilih satu ide dan
3. Memilih beberapa ide yang
hipotesis mewujudkannya dalam
bisa diinovasikan dari
5. Membuat bentuk produk langkah sebelumnya serta eksperimen
menilai
ide-ide tersebut
6. Menilai hasil
5. menilai produk dengan
4.
Menetapkan
dan
eksperimen
keperluan lingkungan
memperbaiki
ide
terhadap
sekitar dari aspek biaya,
produk yang telah
hipotesis
pemasaran, dan
dipilih
manfaatnya
5. Memastikan ide atau
produk yang dihasilkan
bermanfaat untuk
masyarakat
energi, jenis-jenis energi, sumber-sumber yang menghasilkan energi, alatalat kehidupan yang menggunakan sumber energi, dan lain sebagainya.
Pengamatan ini dapat dilakukan dengan mengamati secara langsung
dalam kehidupan sehari-hari atau juga bisa menggunakan teknologi
seperti pencarian online melalui internet. Untuk memudahkan dalam
melakukan langkah pengamatan ini, pelajar dapat membaginya menjadi
dua tahap. Tahap pertama, pelajar mencari informasi sebanyak mungkin
dari berbagai sumber, seperti dari guru, keluarga, teman, atau internet.
Seterusnya pada tahap kedua, dilanjutkan dengan merumuskan dan
menguraikan semua informasi yang telah diperoleh serta disesuaikan
dengan konsep energi yang sedang dipelajari.
Langkah Ide Baru (New Idea). Setelah pelajar mengamati dan memperoleh
informasi mengenai berbagai fenomena atau produk yang berhubungan
dengan topik sains yang dibahas, seterusnya pelajar melaksanakan
langkah idea baru. Pada langkah ini, pelajar diminta untuk mencari
sesuatu yang baru atau unik dari berbagai fenomena yang telah diamati.
Sebagai contoh untuk topik energi tadi, dari berbagai informasi dan produk
yang berhubungan dengan energi, selanjutnya pelajar diminta mencari
dan memikirkan satu ide baru yang berbeda dari ide atau produk yang
sudah ada. Baik itu dari aspek fungsinya, teknologi, maupun cara
kerjanya. Untuk dapat menemukan suatu ide yang baru, pelajar pada
langkah ini memerlukan kemahiran dalam menganalisis dan berfikir kritis.
Langkah Inovasi (Innovation). Pada langkah inovasi ini, pelajar diminta
untuk menguraikan hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar ide yang
telah dihasilkan pada langkah ide baru sebelumnya dapat diaplikasikan.
Inovasi dalam modul ESciT ini merujuk kepada usaha untuk menambah
atau memperbaiki sesuatu ide atau produk menjadi lebih baik. Untuk
menghasilkan inovasi ini, sebaiknya pelajar melakukannya secara
berdiskusi dan memaparkan semua ide di dalam kelompok masingmasing. Agar inovasi yang dihasilkan lebih bermakna, sebaiknya beberapa
hal berikut harus diperhatikan dan didiskusikan bersama, seperti; apakah
ide yang dihasilkan merupakan sesuatu yang baru?, apakah ide tersebut
realistis untuk diaplikasikan?, apa kelebihan ide ini dengan idea atau
produk sebelumnya?, dan sebagainya. Untuk itu, diharapkan semua
anggota kelompok dapat aktif memberikan tanggapan yang kreatif.
Langkah Kreasi (Creativity). Seterusnya langkah keempat dalam modul
EScit adalah adalah langkah kreasi. Langkah ini merupakan pelaksanaan
semua saran dan pandangan hasil diskusi mengenai ide sesuatu produk
baru yang ingin di aplikasikan. Tentu pengaplikasian oleh pelajar ini tidak
dalam bentuk produk sebenarnya, melainkan dalam bentuk sketsa dan
gambar. Salah seorang dari anggota kelompok yang pandai dalam
menggambar dipilih untuk menterjemahkan semua ide-ide yang bernilai
inovasi yang telah didiskusikan sebelumnya menjadi sebuah gambar
produk sains. Pelajar dapat mengaplikasikannya dalam bentuk miniatur
atau sketsa dan gambar. Kreasi gambar atau sketsa yang dihasilkan
sebaiknya digambarkan secara keseluruhan dari berbagai posisi,
terutamanya pada bagian yang terdapat ide inovasinya, baik itu tampak
depan, samping, maupun atas.
Langkah Nilai (Society). Langkah terakhir yang harus dijalankan oleh
pelajar dalam modul ESciT adalah langkah nilai. Nilai yang dimaksud di sini
adalah nilai yang dimiliki oleh ide produk yang dihasilkan pelajar bagi
kehidupan sosial sebenarnya (society). Pada langkah ini, pelajar diminta
untuk menjalankan dua aktivitas, yaitu mengumpulkan pandangan
masyarakat mengenai ide produk melalui survey dan seterusnya
menganalisisnya. Langkah ini sebaiknya dijadikan sebagai perkejaan
rumah pelajar setelah pulang sekolah. Pelajar diminta untuk mencari
sekurangkurangnya lima orang tetangganya untuk menjawab beberapa
pertanyaan seperti; bagaimana pandangan mereka mengenai produknya,
apakah produk ini bisa dijual, apakah dapat berguna bagi masyarakat, dan
berapa harga paling sesuai untuk produk tersebut. Seluruh jawaban dari
koresponden untuk semua pertanyaan tersebut, seterusnya secara analisis
109
Kesimpulan
Perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat telah menuntut kita
untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapinya. Salah
satunya ialah dengan mempersiapkan generasi penerus yang berliterasi
dalam bidang-bidang STEM (Science, Technology, Engineering, &
Mathematics). Di beberapa negara maju telahpun mulai mengaplikasikan
pengintegrasian STEM ini dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah
mereka. Untuk itu, pendidikan sekolah dasar dan menengah di Aceh mulai
dari sekarang sudah dapat mempersiapkan diri dalam melaksanakan
pengaplikasian pendidikan STEM ini. Guru sebagai ujung tombak
pelaksana pengajaran dan pembelajaran di sekolah, dituntut harus mampu
mengembangkan
pendekatan
pengajaran
yang
sesuai
dalam
pengaplikasian metode ini. Oleh itu, melalui artikel ini kami ingin berbagi
pengalaman dengan guru, terutamanya guru sains mengenai
pengaplikasian pengintegrasian pendidikan STEM dalam pengajaran dan
pembelajaran sains di sekolah dasar dan sekolah menengah, yaitu dengan
menggunakan pendekatan modul ESciT. Dari hasil penelitian yang telah
kami lakukan pada beberapa sekolah dasar dan sekolah menengah di
Malaysia, menunjukkan bahwa pengajaran dan pembelajaran sains yang
menggunakan modul ESciT secara keseluruhan menunjukkan hasil positif
111
bagi pelajar. Selain prestasi dan minat terhadap sains lebih meningkat,
pelajar juga menunjukkan sikap positif terhadap dunia kewirausahaan.
Pelajar menjadi lebih menyadari dan memahami relevansi antara
pengetahuan sains yang mereka pelajari di kelas dengan kehidupan
sehari-harinya.
Referensi
[1] Sanders, Mark. 2009. STEM, STEM Education, STEMmania. The Technology
Teacher. 2 (2009), 20-26
[2] Sanders, M., Hyuksoo. K., Kyungsuk, P. & Hyonyong, L. Integrative STEM
(Science,
Technology,
Engineering,
and
Mathematics)
Education:
Contemporary Trends and Issues. Secondary Education 59 (2011), 729-762.
[4] Padilla, M. The science process skills. Research Matters-to the Science
Teacher, 1990.
[6] Buang, N.A., Halim, L., & Mohd Meerah, T.S. Understanding the Thinking of
112