Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu isu kesejahteraan anak yang terus berkembang menjadi perhatian
dunia adalah masalah anak jalanan. Laporan Dunia tentang Situasi Anak,
menyebutkan bahwa terdapat 30 Juta anak tinggal dan menjaga diri mereka
sendiri di jalan. Sedang di Asia, saat ini paling tidak terdapat sekitar 20 juta anak
jalanan. Jumlah tersebut diramalkan akan meningkat dua kali lipat pada 30 tahun
mendatang (Childhope,1991 dalam Tauran, 2008). Selain jumlah anak jalanan
yang terus bertambah, hal yang paling esensial yang perlu diperhatikan adalah
kondisi mereka yang harus dipaksa bekerja keras, hingga kasar dan eksploitatif
(de Beritez, 1996).
Indonesia merupakan salah satu dari banyak negara dengan jumlah anak
jalanan yang tinggi (UNICEF’s State of the World’s Children (SWOC), 2007).
Berdasarkan data dari Yayasan Anak Indonesia (1994), jumlah anak jalanan yang
ada semakin bertambah baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan
hasil penelitian, sebagian besar anak jalanan berasal dari keluarga yang tidak
mampu. Namun, hal ini tidak memberikan sebuah kesimpulan yang tegas bahwa
kemiskinan memberikan sumbangan yang paling utama dalam masalah
pertambahan anak jalanan ini. selain itu, ditemukan bahwa terdapat faktor-faktor
intermediet yang mempengaruhi hal tersebut, diantaranya harmoni keluarga, daya
dukung keluarga, kemampunan pengasuhan serta langkanya daya dukung
keluarga (familiy support) terhadap anak dalam keluarga (Tauran, 2008). Hal ini
diperparah dengan kurang mengenanya kebijakan-kebijakan pemerintah dalam
penuntasan masalah ini, seperti didapat dari hasil survei Yayasan Kesejahteraan
Anak Indonesia terhadap 100 anak, menunjukkan ternyata hanya 10% anak
jalanan yang terjangkau oleh program penanganan baik yang dilaksanakan oleh

1
pemerintah maupun oleh lembaga swadaya masyarakat (Publikasi YKAI,1994
dalam Tauran, 2008).
Masalah yang sangat besar lebih bersifat implisit dan akan berdampak
jangka panjang pada sebuah bangsa (komunitas) yang mempunyai permasalahan
dengan anak jalanan. Kehidupan anak jalanan yang lebih banyak di jalan akan
menghilangkan beberapa kesempatan untuk membentuk hubungan emosional
untuk saling menjaga atau kemampuan untuk bersosialisasi, pendidikan atau
kecakapan kerja yang diperlukan dalam komunitas kerja, kehidupan produktif
serta kehidupan yang bermakna. Diantara anak-anak muda tersebut, secara kronis,
sebagian besar menjalani kehidupan yang merugikan yang sangat sulit untuk
diperbaiki, bertahan dalam kondisi fisikal dan emosional yang sangat
menyedihkan dalam status masyarakat pinggiran (de Benitez, 1996). Kondisi
fisik dan psikis anak jalanan yang sangat menyedihkan seperti diatas, ternyata
diperparah dengan buruknya berbagai perlakuan masyarakat di lingkungannya.
Banyaknya kasus HIV/AIDS yang ditemukan merupakan sebuah indikasi masalah
tindak prostitusional yang dilakukan terhadap banyak anak jalanan, khususnya
anak perempuan. Berbagai kondisi yang menyedihkan ini, merupakan `bom
waktu` bagi bangsa Indonesia, dimana kehancuran generasi muda sudah terjadi
secara luas.
Dalam upaya pemecahan masalah anak janalan ini, diperlukan sebuah
langkah yang cepat dan tepat. Hal ini mengingat, masalah anak jalanan
merupakan masalah yang pelik dan sulit untuk dicari permasalahan yang
sesungguhnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang dibuat seharusnya tidak
hanya mencakup pada upaya rehabilitatif, tapi juga harus mencakup usaha
preventif dan mencakup pengembangan kedepan (Tauran, 2008). Selain itu,
pemerintah memerlukan sebuah usaha `perangkulan` terhadap pihak-pihak lain
yang bisa diajak untuk membantu meringankan serta memecahkan masalah ini.
Hal ini dikarenakan, masalah anak jalanan merupakan masalah kompleks yang
melibatkan banyak pihak. Salah satu pihak yang cukup potensial, adalah kaum
akademisi (civitas akademika), khususnya mahasiswa.
Mahasiswa di perguruan tinggi merupakan bagian dari civitas akademika
yang masih mempunyai peluang berkarya yang sangat luas. Secara psikologis,

2
mahasiswa dinggap sudah memiliki kedewasaan dalam berpikir maupun
bertindak. Selain itu, jika dilihat dari segi intelektualnya, mahasiswa sudah
memiliki taraf aplikatif yang tinggi dari semua pemahaman teori yang dipelajari.
Selain itu, sebagian besar organisasi-organisasi kemahasiswaan yang ada di
seluruh perguruan tinggi di Indonesia sudah cukup mapan dalam melakukan atau
merancang sebuah kegiatan yang bersifat eksternal (melibatkan pihak luar). Salah
satu jenis program yang sering banyak dilakukan oleh organisasi kemahasiswaan
di Indonesia adalah, Pengabdian pada Masyarakat (PPM). Program ini mengkin
memiliki kekhasan tersendiri di berbagai kampus di berbagai daerah, baik dilihat
dari segi nama, sasaran atau tema kegiatan yang diambilnya. Namun ada
kesamaan dari semua program PPM ini, yaitu, usaha untuk memberikan dampak
positif (manfaat) bagi masyarakat.
Melihat berbagai permasalahan anak jalanan yang dialami oleh Indonesia,
serta berbagai kesempatan yang dapat dilihat dari program kemahasiswaan, PPM,
terbuka peluang besar untuk mengarahkan, merapihkan gerak solutif masalah
anak jalanan di Indonesia melalui kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang
mempunyai keidentikan dengan program tersebut.

B. Rumusan Masalah

Bgaimana membangun kesinergisan antara kegiatan Pengabdian pada Masyarakat


(PPM) dengan upaya pemecahan masalah nasional-Anak Jalanan?

C. Tujuan Penulisan

1. Membentuk sebuah paradigma yang baru kegiatan kemahasiswaan, Pengabdian


pada Masyarakat (PPM) yang berbasis pemecahan masalah sosial nasional.
2. Membangun sebuah sistem yang sinergis antara Pemerintah, Masyarakat
umum, Mahasiswa (Civitas Akademika), dan NGO (Non-Government
Organization).

3
D. Sistematika Penulisan

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Urgensi Pembinaan Anak Jalanan
B.Peluang dan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai