Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kasus korban tenggelam baik di sungai, danau, kolam atau laut sering terjadi dengan korban
yang mungkin hanya satu orang sampai yang ratusan orang. Apalagi ditinjau dari faktor
geografis indonesia yang terdiri dari kepulauan (dikelilingi laut) dan dialiri oleh banyak
sungai besar dan kecil.
Cukup banyak faktor yang menyebabkan seseorang tenggelam, bisa karena bencana seperti
diseret banjir, karena olahraga seperti arung jeram atau renang atau karena musibah seperti
tenggelam sebuah kapal serta banyak hal lain.
Nah bagi sobat yang menemukan kasus untuk korban tenggelam, ada satu hal penting yang
harus sobat ingat yaitu penolong bukanlah seorang superhero yang selalu bisa
menyelamatkan jiwa orang lain.
Namun jika memang sobat mempunyai keahlian dan dengan rasa kemanusiaan berkeinginan
keras untuk menolong itu adalah hal yang sangat mulia, tapi sebelum memberikan
Pertolongan Pertama terhadap korban tenggelam ada beberapa hal yang harus selalu diingat,
diketahui dan dilaksanakan oleh seorang penolong, yaitu:
Penolong tidak berusaha untuk memberikan Pertolongan Pertama di air, karena itu
sangat berbahaya tapi memberikannya setelah sampai ditempat yang aman di darat.
Nah ketika hal di atas telah menjadi panduan bagi penolong, maka penolong dapat melakukan
tindakan untuk melakukan pertolongan. Adapun bentuk pertolongan yang bisa diberikan
dibagi menjadi dua jenis, yaitu untuk korban sadar dan korban tidak sadar.
A. Korban Sadar
1. Penolong tidak boleh langsung terjun ke air untuk melakukan pertolongan. Ingat
bahwa korban dalam keadaan panik dan sangat berbahaya bagi penolong. Sedapat
mungkin, penolong untuk selalu memberikan respon suara kepada korban dan sambil
mencari kayu atau tali atau mungkin juga pelampung dan benda lain yang bisa
mengapung disekitar lokasi kejadian yang bisa digunakan untuk menarik korban ke
tepian atau setidaknya membuat korban bisa bertahan di atas permukaan air.
2. Aktifkan sistem penanganan gawat darurat terpadu (SPGDT). Bersamaan dengan
tindakan pertama di atas, penolong harus segera mengaktifkan SPGDT, untuk
memperoleh bantuan atau bisa juga dengan mengajak orang-orang yang ada disekitar
tempat kejadian untuk memberikan pertolongan.
3. Jika memang ditempat kejadian ada peralatan atau sesuatu yang bisa menarik korban
ketepian dengan korban yang dalam keadaan sadar, maka segera berikan kepada
korban, seperti kayu atau tali, dan usahakan menarik korban secepat mungkin
sebelum terjadi hal yang lebih tidak diinginkan. Setelah korban sampai ditepian
segeralah lakukan pemeriksaan fisik dengan terus memperhatikan ABC untuk
memeriksa apakah ada cedera atau hal lain yang dapat mengancam keselamatan jiwa
korban dan segera lakukan Pertolongan Pertama kemudian kirim ke pusat kesehatan
guna mendapat pertolongan lebih lanjut.
4. Jika tidak ada peralatan atau sesuatu yang bisa menarik korban, maka penolong bisa
segera terjun ke air untuk menghampiri korban. Tapi harus diingat, penolong memiliki
kemampuan berenang yang baik dan menghampiri korban dari posisi belakang
korban.
5. Jika korban masih dalam keadaan sadar dan bisa ditenangkan, maka segera tarik
(evakuasi) korban dengan cara melingkarkan salah satu tangan penolong pada tubuh
korban melewati kedua ketiak korban atau bisa juga dengan menarik krah baju korban
(tapi ingat, hal ini harus dilakukan hati-hati karena bisa membuat korban tercekik atau
mengalami gangguan pernafasan) dan segera berenang mencapai tepian. Barulah
lakukan Pertolongan Pertama seperti pada no. 3 di atas.
6. Jika Korban dalam keadaan tidak tenang dan terus berusaha menggapai atau
memegang penolong, maka segera lumpuhkan korban. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah evakuasi, kemudian lakukan tindakan seperti no 5 dan kemudian no. 3
di atas.
B. Korban tidak sadar
Seperti halnya dalam memberikan Pertolongan Pertama untuk korban tenggelam dalam
keadaan sadar, maka untuk korban tidak sadar sipenolong juga harus memiliki kemampuan
dan keahlian untuk melakukan evakuasi korban dari dalam air agar baik penolong maupun
korban dapat selamat.
Adapun tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Segera hampiri korban, namun tetap perhatikan keadaan sekitar untuk menghindari
hal yang tidak diingin terhadap diri penolong. Lakukan evakuasi dengan
melingkarkan tangan penolong ditubuh korban seperti yang dilakukan pada no. 3
untuk korban sadar.
2. Untuk korban yang dijumpai dengan kondisi wajah berada di bawah permukaan air
(tertelungkup), maka segera balikkan badan korban dan tahan tubuh korban dengan
salah satu tangan penolong. Jika penolong telah terlatih dan bisa melakukan
pemeriksaan nadi dan nafas saat menemukan korban, maka segera periksa nafas dan
nadi korban. Kalau nafas tidak ada maka segera buka jalan nafas dengan cara
menggerakkan rahang korban dengan tetap menopang tubuh korban dan berikan nafas
buatan dengan cara ini. Dan jika sudah ada nafas maka segera evakuasi korban ke
darat dengan tetap memperhatikan nafas korban.
3. Ketika penolong dan korban telah sampai ditempat yang aman (di darat), maka segera
lakukan penilaian dan pemeriksaan fisik yang selalu berpedoman pada ABC. Berikan
respon kepada korban untuk menyadarkannya.
4. Ketika respon ada dan korban mulai sadar, maka segera lakukan pemeriksaan fisik
lainnya untuk mengetahui apakah ada cedera lain yang dapat membahayakan nyawa
korban. Jika tidak ada cedera dan korban kemudian sadar, berikan pertolongan sesuai
dengan yang diperlukan korban, atau bisa juga dengan mengevakuasi korban ke
fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan secara medis.
5. Jika tidak ada respon dan tidak ada nafas, segera buka jalan nafas dengan cara ini atau
ini, periksa jalan nafas dengan cara Lihat, Dengar dan Rasakan (LDR) selama 3-5
detik. Jika tidak ada nafas maka segera berikan bantuan pernafasan (bantuan hidup
dasar) dengan cara ini lalu periksa nadi karotis. Apabila nadi ada, maka berikan
bantuan nafas buatan sesuai dengan kelompok umur korban hingga adanya nafas
spontan dari korban (biasanya nafas spontan ini disertai dengan keluarnya air yang
mungkin menyumbat saluran pernafasan korban ketika tenggelam), lalu posisikan
korban dengan posisi pemulihan. Terus awasi jalan nafas korban sambil penolong
berupaya untuk menyadarkan seperti tindakan no. 4 di atas atau mencari bantuan lain
untuk segera mengevakuasi korban.
6. Ketika tindakan no.5 tidak berhasil (tidak ada respon, tidak nafas dan tidak ada nadi),
makas segera lakukan Resusitasi Jantung Paru, dengan cara seperti ini.
Tindakan seperti di atas benar-benar akan berhasil dan terlaksana dengan baik, ketika
penolong mempunyai keahlian untuk melakukan Pertolongan Pertama. Jika penolong tidak
memiliki kemampuan dan keahlian tersebut sebaiknya segera menghubungi pihak berwenang
seperti pelaku Pertolongan Pertama, paramedik atau tim penyelamat dan mentransportasikan
korban (evakuasi) ke fasilitas kesehatan terdekat. Dan yang harus diingat, ketika proses
EVAKUASI, JALAN NAFAS korban harus selalu terbuka.
korban di air tidak perlu menjadi basah. Prinsip utamanya adalah menolong dengan teknik seaman mungkin bagi penolong.
Berikut di bawah ini beberapa teknik menolong orang di air dari mulai yang paling aman :
.
RAIH
Ini adalah teknik yang paling aman sehingga dapat dilakukan oleh yang tidak bisa renang
sekalipun. Dengan cara menggunakan tongkat sehingga dapat mencapai korban dan
menariknya ke tepi.
Kelemahan : Hanya dapat menggapai korban yang berada di dekat tepi air.
Perhatian : Jika tarikan korban/arus air terlalu kuat sehingga anda merasa tertarik ke arah air,
maka lepaskanlah tongkat tadi. INGAT keselamatan diri anda yang paling utama.
.
LEMPAR
Jika tidak dapat menemukan tongkat yang cukup panjang untuk mencapai korban, maka
carilah bahan yang bisa mengapung (ringbuoy, jerigen dll), bisa juga menggunakan tali.
Lemparkan bahan tadi ke arah korban. Jika anda berada di kolam renang umum, maka
gunakanlah ringbuoy (ban pelampung) yang ada di tepi kolam.
Teknik : Panggil korban terlebih dahulu sebelum melempar. Hal ini berfungsi supaya korban
melihat benda dan arah lemparan kita. mengkombinasikan pelampung dengan tali sangat
berfungsi saat lemparan kita tidak tepat.
Kelemahan : Kadang lemparan kita tidak pas pada korban, sehingga sering kali pelampung
yang kita lempar menjadi sia-sia.
Perhatian : Kadang lemparan terlalu dekat sehingga kita terpancing untuk mengambil
pelampung itu kembali. tindakan ini sangat membahayakan kita terutama bagi yang tidak bisa
renang. Lebih baik cari pelampung yang lain untuk dilempar. Tali lempar, tidak boleh
diikatkan di tubuh penolong, karena akan membahayakan bila arus sangat deras atau tarikan
korban terlalu kuat.
.
DAYUNG
Jika anda sedang di perahu (terutama jenis kano/kayak) berhati-hatilah saat mendekati
korban. Kekuatan korban saat panik sangat berbahaya dan dapat membalikkan perahu yang
anda tumpangi.
Teknik : Dekati korban dari ujung yang berlawanan dengan tempat kita duduk. Hal ini
dimaksudkan apabila perahu terbalik, posisi kita agak jauh dari korban sehingga mengurangi
resiko tertangkap korban.
Perhatian : Jika anda menggunakan perahu kecil, anda tidak bisa berenang dan tidak
menggunakan jaket pelampung, maka lebih baik tidak berusaha untuk mendekati korban.
.
RENANG
Berenang mendekati korban adalah pilihan terakhir jika cara lain tidak memungkinkan untuk
dilakukan.
Teknik : dibahas lebih lanjut
Kelemahan : sangat berbahaya bagi penolong
Perhatian : Pastikan kemampuan renang anda baik, Jangan renang jika kondisi air berarus
(sungai arus deras, banjir bandang).
Berikut di bawah ini beberapa teknik menolong orang di air dari mulai yang paling aman :
.
RAIH
Ini adalah teknik yang paling aman sehingga dapat dilakukan oleh yang tidak bisa renang
sekalipun. Dengan cara menggunakan tongkat sehingga dapat mencapai korban dan
menariknya ke tepi.
Kelemahan : Hanya dapat menggapai korban yang berada di dekat tepi air.
Perhatian : Jika tarikan korban/arus air terlalu kuat sehingga anda merasa tertarik ke arah air,
maka lepaskanlah tongkat tadi. INGAT keselamatan diri anda yang paling utama.
.
LEMPAR
Jika tidak dapat menemukan tongkat yang cukup panjang untuk mencapai korban, maka
carilah bahan yang bisa mengapung (ringbuoy, jerigen dll), bisa juga menggunakan tali.
Lemparkan bahan tadi ke arah korban. Jika anda berada di kolam renang umum, maka
gunakanlah ringbuoy (ban pelampung) yang ada di tepi kolam.
Teknik : Panggil korban terlebih dahulu sebelum melempar. Hal ini berfungsi supaya korban
melihat benda dan arah lemparan kita. mengkombinasikan pelampung dengan tali sangat
berfungsi saat lemparan kita tidak tepat.
Kelemahan : Kadang lemparan kita tidak pas pada korban, sehingga sering kali pelampung
yang kita lempar menjadi sia-sia.
Perhatian : Kadang lemparan terlalu dekat sehingga kita terpancing untuk mengambil
pelampung itu kembali. tindakan ini sangat membahayakan kita terutama bagi yang tidak bisa
renang. Lebih baik cari pelampung yang lain untuk dilempar. Tali lempar, tidak boleh
diikatkan di tubuh penolong, karena akan membahayakan bila arus sangat deras atau tarikan
korban terlalu kuat.
.
DAYUNG
Jika anda sedang di perahu (terutama jenis kano/kayak) berhati-hatilah saat mendekati
korban. Kekuatan korban saat panik sangat berbahaya dan dapat membalikkan perahu yang
anda tumpangi.
Teknik : Dekati korban dari ujung yang berlawanan dengan tempat kita duduk. Hal ini
dimaksudkan apabila perahu terbalik, posisi kita agak jauh dari korban sehingga mengurangi
resiko tertangkap korban.
Perhatian : Jika anda menggunakan perahu kecil, anda tidak bisa berenang dan tidak
menggunakan jaket pelampung, maka lebih baik tidak berusaha untuk mendekati korban.
.
RENANG
Berenang mendekati korban adalah pilihan terakhir jika cara lain tidak memungkinkan untuk
dilakukan.
Teknik : dibahas lebih lanjut
Kelemahan : sangat berbahaya bagi penolong
Perhatian : Pastikan kemampuan renang anda baik, Jangan renang jika kondisi air berarus
(sungai arus deras, banjir bandang).
Share this:
Twitter1
Facebook8
Google +1
Like this:
October 12, 2010 | Categories: Artikel Pertolongan di Air | Tags: pertolongan di air | Leave A
Comment
Karakteristik korban
Sering kita melihat di serial TV Baywatch, adegan seorang penjaga pantai menolong
korban yang hampir tenggelam, ketika didekati si korban langsung diam dan terlihat tenang
saat ditolong. Namun faktanya tidak demikian. Tidak semua korban akan tenang saat
ditolong, bahkan sebagian besar korban akan tetap panik saat ditolong. Kepanikan korban
tersebut dapat membahayakan penolong yang mencoba untuk mendekatinya.
Pengetahuan kita tentang karakteristik korban yang sedang tenggelam akan sangat
menentukan teknik yang dipilih saat melakukan pertolongan. Tentunya disesuaikan dengan
karakteristik korbannya.
Secara umum, korban yang sedang tenggelam di bagi menjadi 4 tipe :
1. Bukan seorang perenang (non swimmer)
Saat ditolong
Selalu ingin dalam posisi vertikal, sehingga cenderung panik jika ditolong
dalam keadaan horisontal
Posisi badan mungkin terlihat agak aneh tergantung dari bagian tubuh
yang cidera
Saat ditolong
Kemungkinan akan membawa korban dalam posisi yang agak aneh (sesuai
cideranya)
Saat ditolong
Saat ditolong
Tidak kooperatif
Kadang terjadi keadaan yang disebut pasif aktif, yaitu keadaan dimana
korban terlihat pasif (tidak bergerak) namun saat di sentuh berubah
menjadi aktif. Ini sangat membahayakan penolong. Oleh karena itu
lakukan teknik mendekati korban dengan benar.
.
Selain karakteristik korban tadi, juga diperlukan kemampuan untuk memperkirakan
buoyancy dari korban dengan melihat postur tubuh terutama saat melakukan contact
tow. Korban yang gemuk cenderung akan mudah mengapung, namun akan lebih berat saat
menariknya ke tepi. Sebaliknya korban yang kurus cenderung akan mudah tenggelam, namun
akan lebih ringan saat menariknya ke tepi.
Pertolongan di air
Ketrampilan pertolongan di air merupakan bagian dari keselamatan di air. Artinya jika anda
ingin mempelajari pertolongan di air, anda wajib memahami terlebih dahulu keselamatan di
air.
Seorang penolong harus dibekali dengan beberapa keahlian dasar
1. Keselamatan di air. Meliputi kemampuan mengenal potensi bahaya dan
bagaimana mengatasinya
2. Memahami teknik pertolongan. Mulai dari yang paling aman sampai
yang beresiko tinggi.
3. Renang. Kemampuan renang sangat dibutuhkan jika contact rescue
adalah pilihan satu-satunya
4. Resusitasi Jantung Paru (RJP / CPR). Keahlian ini akan sangat
dibutuhkan mengatasi kasus henti napas dan jantung yang sering terjadi
pada korban tenggelam
5. Pertolongan Pertama / First Aid. Terutama untuk cidera-cidera yang
sering terjadi di perairan
Jika tidak dapat menemukan tongkat yang cukup panjang untuk mencapai korban, maka
carilah bahan yang bisa mengapung (ringbuoy, jerigen dll), bisa juga menggunakan tali.
Lemparkan bahan tadi ke arah korban. Jika anda berada di kolam renang umum, maka
gunakanlah ringbuoy (ban pelampung) yang ada di tepi kolam.
Teknik : Panggil korban terlebih dahulu sebelum melempar. Hal ini berfungsi supaya korban
melihat benda dan arah lemparan kita. mengkombinasikan pelampung dengan tali sangat
berfungsi saat lemparan kita tidak tepat.
Kelemahan : Kadang lemparan kita tidak pas pada korban, sehingga sering kali pelampung
yang kita lempar menjadi sia-sia.
Perhatian : Kadang lemparan terlalu dekat sehingga kita terpancing untuk mengambil
pelampung itu kembali. tindakan ini sangat membahayakan kita terutama bagi yang tidak bisa
renang. Lebih baik cari pelampung yang lain untuk dilempar. Tali lempar, tidak boleh
diikatkan di tubuh penolong, karena akan membahayakan bila arus sangat deras atau tarikan
korban terlalu kuat.
.
DAYUNG
Jika anda sedang di perahu (terutama jenis kano/kayak) berhati-hatilah saat mendekati
korban. Kekuatan korban saat panik sangat berbahaya dan dapat membalikkan perahu yang
anda tumpangi.
Teknik : Dekati korban dari ujung yang berlawanan dengan tempat kita duduk. Hal ini
dimaksudkan apabila perahu terbalik, posisi kita agak jauh dari korban sehingga mengurangi
resiko tertangkap korban.
Perhatian : Jika anda menggunakan perahu kecil, anda tidak bisa berenang dan tidak
menggunakan jaket pelampung, maka lebih baik tidak berusaha untuk mendekati korban.
.
RENANG
Berenang mendekati korban adalah pilihan terakhir jika cara lain tidak memungkinkan untuk
dilakukan.
Teknik : dibahas lebih lanjut
Kelemahan : sangat berbahaya bagi penolong
Perhatian : Pastikan kemampuan renang anda baik, Jangan renang jika kondisi air berarus
(sungai arus deras, banjir bandang).
Share this:
Twitter1
Facebook8
Google +1
Like this:
October 12, 2010 | Categories: Artikel Pertolongan di Air | Tags: pertolongan di air | Leave A
Comment
Karakteristik korban
Sering kita melihat di serial TV Baywatch, adegan seorang penjaga pantai menolong
korban yang hampir tenggelam, ketika didekati si korban langsung diam dan terlihat tenang
saat ditolong. Namun faktanya tidak demikian. Tidak semua korban akan tenang saat
ditolong, bahkan sebagian besar korban akan tetap panik saat ditolong. Kepanikan korban
tersebut dapat membahayakan penolong yang mencoba untuk mendekatinya.
Pengetahuan kita tentang karakteristik korban yang sedang tenggelam akan sangat
menentukan teknik yang dipilih saat melakukan pertolongan. Tentunya disesuaikan dengan
karakteristik korbannya.
Secara umum, korban yang sedang tenggelam di bagi menjadi 4 tipe :
1. Bukan seorang perenang (non swimmer)
Saat ditolong
Selalu ingin dalam posisi vertikal, sehingga cenderung panik jika ditolong
dalam keadaan horisontal
Posisi badan mungkin terlihat agak aneh tergantung dari bagian tubuh
yang cidera
Saat ditolong
Kemungkinan akan membawa korban dalam posisi yang agak aneh (sesuai
cideranya)
Saat ditolong
Saat ditolong
Tidak kooperatif
Kadang terjadi keadaan yang disebut pasif aktif, yaitu keadaan dimana
korban terlihat pasif (tidak bergerak) namun saat di sentuh berubah
menjadi aktif. Ini sangat membahayakan penolong. Oleh karena itu
lakukan teknik mendekati korban dengan benar.
.
Selain karakteristik korban tadi, juga diperlukan kemampuan untuk memperkirakan
buoyancy dari korban dengan melihat postur tubuh terutama saat melakukan contact
tow. Korban yang gemuk cenderung akan mudah mengapung, namun akan lebih berat saat
menariknya ke tepi. Sebaliknya korban yang kurus cenderung akan mudah tenggelam, namun
akan lebih ringan saat menariknya ke tepi.
.
gambar : The Royal Life Saving Society Australia
Share this:
Twitter1
Facebook12
Google +1
Like this:
July 13, 2010 | Categories: Artikel Pertolongan di Air | Tags: pertolongan di air, tenggelam |
Leave A Comment
Pertolongan di air
Ketrampilan pertolongan di air merupakan bagian dari keselamatan di air. Artinya jika anda
ingin mempelajari pertolongan di air, anda wajib memahami terlebih dahulu keselamatan di
air.
Seorang penolong harus dibekali dengan beberapa keahlian dasar
1. Keselamatan di air. Meliputi kemampuan mengenal potensi bahaya dan
bagaimana mengatasinya
2. Memahami teknik pertolongan. Mulai dari yang paling aman sampai
yang beresiko tinggi.
3. Renang. Kemampuan renang sangat dibutuhkan jika contact rescue
adalah pilihan satu-satunya
4. Resusitasi Jantung Paru (RJP / CPR). Keahlian ini akan sangat
dibutuhkan mengatasi kasus henti napas dan jantung yang sering terjadi
pada korban tenggelam
Facebook11
Google +1
Like this:
June 20, 2010 | Categories: Artikel Pertolongan di Air | Tags: pertolongan di air | Leave A
Comment
Ada dua posisi utama untuk peregangan di air (untuk otot-otot di ekstremitas bawah), yaitu :
1. Posisi 1 : Tekuk lutut ke arah dada, dan tarik jari kaki dan telapak kaki ke
arah punggung kaki. Posisi ini untuk mengatasi kram pada otot betis dan
otot paha bagian belakang
2. Posisi 2 : Tekuk paha ke belakang, tekuk lutut, tarik jari kaki dan punggung
kaki ke arah telapak kaki. Posisi ini untuk mengatasi kram pada otot
punggung kaki dan otot paha bagian depan
Penanganan Kram
Dalam olah raga renang, sering kita mengalami kejang otot atau yang sering kita sebut kram
(cramp). Oleh sebab itu pengetahuan tentang prinsip penanganan kram adalah wajib bagi
seorang perenang, karena masih sering kita jumpai kesalahan dalam penanganannya.
Apakah itu kram ?
Kram adalah kejang (spasm) otot yang bersifat mendadak dan terasa sangat sakit. Kram dapat
disebabkan oleh banyak hal, antara lain :
Otot punggung kaki > biasanya terjadi karena gerakan yang tidak
sempurna saat renang menggunakan fin (sepatu katak)
Penanganan
Prinsip dasar penanganan kram adalah meregangkan otot berlawanan dengan arah kejang.
Ditambah dengan pijatan pada otot yang kram untuk membantu pelemasan otot sehingga
sirkulasi oksigen, elektrolit dan zat metabolik menjadi lancar.
Peregangan otot yang kram dilakukan secara perlahan, jika sakit jangan di kendurkan tapi
pertahankan posisi. Jika nyeri hilang tambah lagi peregangannya. Lakukan sampai nyeri
hilang.
Contoh posisi penanganan :
Otot betis : luruskan lutut , tekan telapak kaki ke arah punggung kaki.
Lakukan pemijatan pada otot betis
Otot punggung kaki : tekan punggung kaki dan jari kaki ke arah telapak
kaki (sehingga seperti penari balet). Lakukan pemijatan pada otot
punggung kaki
Otot Paha belakang : luruskan lutut, angkat tungkai bawah dan lakukan
pemijatan
Pencegahan
Tidur cukup
Cukup minum sebelum, saat dan setelah olah raga, jika perlu yang
mengandung elektrolit (mis. oralit)
.
.
Sumber Pustaka
1. Marsden A.K, Moffat C, Scot R. First Aid Manual 6th edition. London :
Dorling Kindersley
2. Kerwin A. First Aid Handbook . Parragon, 2004
3. Mayo clinic. Muscle Cramp. Retrieved from
http://www.mayoclinic.com/health/muscle-cramp/DS00311
4. Gornel D. Muscle Cramp of sceletal muscle. Retrieved from
http://www.medicinenet.com/muscle_cramps/article.htm
Musibah atau keadaan darurat adalah kejadian yang selalu tidak diharapkan oleh
siapapun tidak terkecuali oleh penolong (rescuer) / tim SAR. Dibutuhkan respon
atau penanganan sesegera mungkin dengan tidak melupakan factor keselamatan diri
sendiri (safety self), untuk itu kemampuan dan ketrampilan dasar pertolongan air
seharusnya tak hanya dimiliki oleh mereka yang bekerja sebagai tim SAR melainkan
semua orang sehingga bila terjadi keadaan darurat dapat meminimalisir jumlah
korban. Teknik penyelamatan yang baik dan benar tidak hanya mempermudah
penolong dalam melakukan penyelamatan namun juga dapat menjamin keselamatan
si penolong itu sendiri.
Banyak kasus yang terjadi dimana keselamatan si penolong terancam karena
keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, tak jarang si penolong harus kehilangan
nyawa karena nekat melakukan tindakan penyelamatan hanya dengan modal
kemampuan renang. Kemampuan renang merupakan modal utama dan terpenting
dalam tindakan pertolongan air, namun harus diperhatikan tak selamanya
pertolongan air mengharuskan si penolong berada di dalam air. Berdasarkan
prioritas penyelamatan, tindakan pertolongan yang mengharuskan si penolong harus
berada di dalam air berada diurutan terakhir. Oleh karena itu, utamakan
keselamatan si penolong terlebih dahulu kemudian selamatkan orang lain (korban).
PENYEBAB SESEORANG MENJADI KORBAN TENGGELAM :
1. Tidak bisa berenang.
2. Kelelahan karena berenang.
3. Kram/kejang otot saat berenang.
4. Sebab lain.
Jaket Pelampung
Ring Buoy
APA YANG KITA LAKUKAN?
1. Berteriak sekuat mungkin untuk menarik perhatian orang lain.
2. Hubungi nomor telepon gawat darurat sesegera mungkin.
3. Lakukan pertolongan seaman mungkin JANGAN LAKUKAN masuk kelokasi
tersebut tanpa pengaman, kecuali anda mengenal lokasi. Bila tidak yakin dengan
kemampuan diri sendiri sebaiknya carilah bantuan." Lebih baik kehilangan satu
orang daripada kehilangan dua orang", maksudnya " Jangan menambah korban
lebih banyak".
4. Cari kayu, tali, ring buoy yang dapat menjangkau korban, kalau tidak bisa baru
berenang menggunakan gaya bebas dengan kepala diangkat . Penolong saat
melakukan pertolongan terhadap korban harus tetap melihat kearah korban atau
tempat terakhir korban agar bisa mempelajari situasi dan kondisi disekitar korban.
5. Dekati korban, berhenti berenang dengan mengambil posisi sekitar dua meter
dari korban untuk memperkirakan bagaimana kondisi korban, lakukan komunikasi
dengan korban, dan sebutkan identitas penolong. untuk kasus korban yang masih
sadar, berikut ini adalah kutipan percakapan penolong dengan korban :
" Tenang, saya akan menolong anda, Nama saya Arizal Maulana, saya anggota
Ganespa Tangerang Selatan. Saya akan menolong anda, tolong ikuti perintah saya
dan jangan meronta".
Apabila korban meronta dan berusaha merangkul penolong, maka penolong harus
berusaha menjauhi korban, karena dalam kasus ini cukup sering ditemukan si
penolong ikut tenggelam juga akibat si korban panik dan meronta ketika berusaha
ditolong, baik tenggelam dalam air tawar maupun air laut.
6. Hindari kontak langsung bila korban panik dan lakukan teknik defends and
release sampai si korban terlihat kelelahan, baru kemudian lakukan teknik
penyelamatan. Teknik ini digunakan bila tindakan korban dapat mengancam nyawa
penolong dan dikhawatirkan dapat menambah korban baru. Catatan : Saat
menarik korban untuk korban yang tidak bernafas, diberi bantuan nafas mulut ke
hidung sebanyak 1 kali dengan hitungan pemberian nafas dengan jeda hitungan ke 9 hitungan (Ref : ADS International)
7. Membawa korban ke darat dan letakkan ditempat yang aman.
8. Mengecek kesadaran korban dengan cara mengoyang - goyangkan tubuh korban
sambil menegur korban.
9. Selanjutnya dilakukan pertolongan dengan suatu rumusan sederhana yang mudah
diingat yaitu ABC. Hal ini diartikan sebagai :
A = Airway ( Jalan nafas )
B = Breathing ( Bernafas )
C = Circulation ( Sirkulasi, Peredaran Darah yakni jantung dan pembuluh darah )
10. Selanjutnya korban dibawah ke klinik atau rumah sakit terdekat untuk
mendapatkan pertolongan yang intensif.
Untuk kasus korban yang sadar tapi mengalami kesulitan bernafas maka dilakukan
langkah - langkah sebagai berikut :
Bersihkan benda - benda yang menyumbat rongga mulut korban, contoh : gigi
palsu, makanan dll
Kembalikan posisi normal, tekan dahi dan naikkan dagu ( posisi ini bertujuan
untuk memperlancar jalan nafas
Bila diperlukan diberikan nafas buatan dua kali dari mulut ke mulut ( untuk
menghindari penularan penyakit, contoh Hepatitis, sebaiknya menggunakan
alat bantu pemberian nafas dari mulut ke mulut )
Untuk korban yang tidak sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum
bernafas, langkah - langkahnya sebagai berikut :
Pada posisi normal dengan dagu terangkat sambil mengecek nadi di leher
Jika nadinya cukup maka lakukan pertolongan A dengan / tanpa B Untuk korban
yang tidak sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum
Teknik defends
Wristow
Hip carry
Bila korban dapat diajak berkomunikasi dan tidak panik, maka penyelamat dapat
melakukan teknik pertolongan Sebagai penolong dalam melakukan pertolongan
selalu dianjurkan menggunakan alat bantu, namun demikian seorang penolong
harus siap untuk melakukan pertolongan dengan atau tanpa alat bantu.
Kalau korban sudah tenggelam, pertolongan harus dilakukan dengan menggunakan
alat pertolongan selam.
- See more at: http://okpganespa.blogspot.com/2011/04/pertolongan-air-waterrescue.html#sthash.hNKoGkA6.dpuf