BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme, yang disebebkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein
yang kuat yang dihasilkan oleh clostridum tetani.1
Tetanus terjadi secara sporadic dan hampir selalu menimpa individu
nonimun, individu dengan imunitas parsial dan individu dengan imunitas penuh
yang kemudian gagal mempertahankan imunitas secara adekuat dengan vaksinasi
ulangan. Walaupun tetanus dapat dicegah dengan imunisasi, tetanus masih
merupakan penyakit yang membebani diseluruh dunia terutama Negara yang
beriklim tropis dan Negara- Negara sedang berkembang, penyakit ini sering
terjadi didaerah perdesaan, pada daerah dengan iklim hangat, selama musim panas
dan pada Negara- Negara tanpa program imunisasi yang komprehensif, tetanus
terjadi terutama pada neonates dan anak- anak. Di amerika serikat sebagian kasus
tetanus terjadi akibat trauma akut, seperti luka tusuk, laserasi atau abrasi. Tetanus
didapatkan akibat trauma di dalam rumah atau selama bertani, beraktivitas atau
diluar ruangan, tetanus juga dapat merupakan komplikasi penyakit kronis, seperti
ulkus abses, ganggren, dapat pula berkaitan dengan luka bakar, infeksi telinga
tengah, pembedahan, aborsi dan persalinan.1
Etiologi batu empedu masih belum diketahui sepenuhnya, akan tetapi
faktor risiko yang berkaitan dengan timbulnya batu empedu adalah obesitas,
multiparitas, pertambahan usia, jenis kelamin perempuan.2
Gejala pada pasien dengan batu empedu asimtomatik. Pasien dengan batu
empedu simtomatik ditandai oleh nyeri hebat mendadak pada epigastrium atau
abdomen kuadran kanan atas, nyeri dapat menyebar ke punggung dan bahu kanan,
berjalan mondar mandir atau berguling ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur.
Mual dan muntah sering terjadi, nyeri dapat berlangsung selama berjam-jam atau
dapat kambuh kembali.2
Hasil pemeriksaan fisik dijumpai murphy positif. Hasil pemeriksaan
laboraturium pada pederita batu empedu biasanya dalam batas normal. Pada 1020% kasus, dapat terjadi peningkatan ringan dari bilirubin serum, fosfatase alkali,
enzim aminotransferase (Aspartate transminase [AST] dan Alanine transminase
[ALT]) atau -glutamyl transferase(GGT). Diagnosis batu empedu ditegakkan
secara
radiologis
(X-ray
abdomen
polos,
USG,
Magnetic
resonance
kolelitiasis
asimtomatis
biasanya
tidak
membutuhkan
(endoscopic
retrograde
cholangiopancreatography,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
Kandung empedu berbentuk bulat lonjong seperti buah alpukat dengan
panjang 4-6cm dan berisi 30-60mL empedu. Bagian fundus umumnya menonjol
sedikit keluar tepi hati, di bawah lengkung iga kanan,di tepu lateral otot rektus
abdominis. Sebagian besar korpus menempel dan tertanam di dalam jaringan hati.
Kandung
empedu
tertutup
seluruhnya
oleh
peritoneum
visceral,tetapi
2.2. Fisiologi
Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-1500mL per
hari.Garam empedu,lesitindan kolesterol merupakan komponen terbesar (90%)
cairan empedu. Sisanya adalah bilirubin,asam lemak, dan garam anorganik.7
Garam empedu adalah molekul steroid yang dibuat oleh hepatosit dan
berasal dari kolestrol.Pengaturan produksinya dipengaruhi oleh mekanisme
umpan balik yang dapat ditingkatkan sampai 20 kali produksi normal kalau
diperlukan. Diluar waktu makan, empedu disimpan untuk sementara didalam
kandung empedu, dan disini mengalami pemekatan sekitar 50%.7
Pengaliran cairan empedu diatur oleh 3 faktor, yaitu sekresi empedu oleh
hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan sfingter koledokus. Dalam keadaan
puasa, empedu yang di produksi akan dialih-alirkan ke dalam kandung empedu.
Setelah makan, kandung empedu berkontraksi, sfingter berelaksasi, dan empedu
mengalir
ke
dalam
duodenum.
Aliran
tersebut
sewaktu-waktu
seperti
disemprotkan karena secara intermiten tekanan saluran empedu akan lebih tinggi
daripada sfingter.8
2.3. Definisi
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam
kandung empedu atau didalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya.
Sebagian besar batu empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk didalam kandung
empedu.1
2.4. Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum diketahui sepenuhnya, akan tetapi
tampaknya faktor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, stasis empedu, dan infeksi
kandung empedu.2
Faktor risiko yang berkaitan dengan timbulnya batu empedu adalah
obesitas, multiparitas, pertambahan usia, jenis kelamin perempuan, dan ingesti
segera makanan yang mengandung kalori rendah atau lemak rendah (puasa).2
Peubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting
dalam pembentukan batu empedu. Sejumlah penyelidikan menunjukkan bahwa
hati penderita batu empedu kolesterol mensekresi empedu yang sangat jenuh
dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung
empedu (dengan cara yang belum dimengerti sepenuhnya) untuk membentuk batu
empedu.2
Faktor hormonal (terutama selama kehamilan) dapat dikaitkan dengan
perlambatan pengosongan kandung empedu dan menyebabkan tingginya insidensi
dalam kelompok ini. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam
pembentukan batu.2
2.5. Epidemiologi
Insidensi kolelitiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang
orang dewasa dan usia lanjut. Angka kejadian di Indonesia di duga tidak berbeda
jauh dengan angka di negara lain di Asia Tenggara dan berkaitan erat dengan cara
diagnosis dengan ultrasonografi.1
2.6. Patogenesis
Tetanus sering terjadi kontaminasi luka oleh spora C. tetani. C. tetani
sendiri tidak menyebabkan inflamasi dan port dentrane tetap tampak tenang tanpa
tanda inflamasi, kecuali apabila ada infeksi oleh mikroorganisme yang lain.
Dalam kondisi anaerobic yang dijumpai pada jaringan nekrotik dan terinfeksi,
basil tetanus mensekresi dua macam tooksin: tetanospasmin dan tetanolisin,
tetanolisin mampu secara local merusak jarungan yang masih hidup yang
mengelilingi sumber infeksi dan mengoptimalkan kondisi yang memungkinkan
multiplikasi bakteri. Tetanospasmin menghasilkan sindroma klinis tetanus. Toksin
ini mungkin mencakup lebuh dari 5% dari berat organism. Tetanoplasmin yang
dilepaskan akan menyaber pada jaringan di bawahnya dan terikat pada GD1b dan
GT1b pada membran ujung saraf local. Jika toksin yang dihasilkan banyak, ia
dapat memasuki aliran darah yang kemudian berdifusi untuk terikat pada ujungujung saraf di seluruh tubuh. Toksin kemudian akan menyebar dan
ditransfortasikan dalam axon dan secara retrogard ke dalam badan sel di batang
otak dan saraf spinal.
Transpor terjadi pertama kali pada saraf motorik, lalu ke saraf sensorik dan
saraf otonom. Jika toxin telah masuk kedalam sel, ia akan berdifusi keluar dan
akan masuk dan mempengaruhi ke neuron di dekatnya .9
Etiologi batu empedu masih belum diketahui sempurna.Sejumlah
penyelidikan menunjukkan bahwa hati penderita batu kolesterol mensekresi
empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol.Batu empedu kolesterol dapat terjadi
karena tingginya kalori dan pemasukan lemak. Konsumsi lemak yang berlebihan
akan menyebabkan penumpukan di dalam tubuh sehingga sel-sel hati dipaksa
bekerja keras untuk menghasilkan cairan empedu.9
Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu dengan
cara yang belum dimengerti sepenuhnya.Patogenesis batu berpigmen didasarkan
pada adanya bilirubin tak terkonjugasi di saluran empedu (yang sukar larut dalam
berkurangnya
kemampuan
dinding
kandung
empedu
untuk
memekatkannya.5
2.7. Gejala Klinis
Pasien dengan batu empedu dapat dibagi menjadi tiga kelompok:
kambuh kembali.
Pasien dengan komplikasi batu empedu. Jika terjadi komplikasi kolangitis
akut maka gambaran klinis yang klasik adalah trias Charcot yang meliputi
nyeri abdomen kuadran kanan atas, ikterus, dan demam yang didapatkan
pada 50% kasus. Kolangitis akut supuratif adalah trias Charcot yang
disertai hipotensi, oliguria dan gangguan kesadaran.2
Anamnesis
Setengah sampai dua pertiga kolelitiasis adalah asimtomatis. Keluhan
yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap
makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri didaerah
epigastrium kuadran kanan atas atau perikondrium. Rasa nyeri lainnya adalah
kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru
menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan
tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba.4
Penyerapan nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak
bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan
bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiais,
keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.4
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan palpasi dilakukan dibawah arkus costa kanan antara
prosesus sifoideus dan pinggang kanan, dan dilakukan dengan jati-jari yang
menekan ringan pada dinding perut. Pada keadaan peradangan kandung empedu,
dengan palpasi kandung empedu ini dapat diraba adanya nyeri tekan dan bila
penderita disuruh tarik nafas dalam/panjang, sehingga kandung empedu akan
terdorong kebawah oleh diafragma dan menyentuh jari tangan pemeriksa maka
pasien akan menahan nafas secara tiba-tiba, ini disebut tanda murphy positif.3
Pemeriksaan laboraturium
Leukositosis
Bilirubinemia ringan
Peningkatan alkali posfate
Pemeriksaan penunjang
USG merupakan suatu prosedur non-invasif yang cukup aman, cepat, dan
tidak memerlukan persiapan khusus, relatif tidak mahal dan tidak melibatkan
paparan radiasi, sehingga menjadi pemeriksaan terpilih untuk pasien dengan
dugaan kolik biliaris. Ultrasonography mempunyai spesifitas 90% dan sensivitas
95% dalam mendeteksi adanya batu kandung empedu. Pada pemeriksaan USG
ditunjukkan dengan adanya batu, penebalan dindng kandung empedu.4
Computed tomography (CT) Scan: deteksi batu empedu dapat dilakukan
juga dengan CT Scan tetapi tidak seakurat USG dalam mendeteksi batu empedu.
Pada kasus akut pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya penebalan dinding
kandung empedu atau adanya cairan perikolesistikus akibat kolesistitis akut.4
Magnetic
Resonance
Imaging
dan
Magnetic
Resonance
10
2.10. Komplikasi
Kolesistisis
Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu
tersumbat oleh batu empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan
kandung empedu.
Kolangitis
Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi
yang menyebar melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah saluran-
empiema, kandung
empedu berisi
11
12
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PRIBADI
Nama
Umur
: Siti Aminah
: 42 Tahun
Berat Badan
: 60 kg
Tinggi Badan
: 156 cm
No MR
: 23.42.16
Tanggal Masuk
: 14-05-2015
Alamat
ANAMNESA PENYAKIT
KeluhanUtama
Telaah
13
: Gastritis
RPO
: Ranitidin
Asam mefenamat
RPK
:-
Anamnesa Umum
- Badan kurang enak
- Merasa capek/lemas
- Merasa kurang sehat
- Menggigil
- Nafsu makan
- Tidur
- Berat badan
- Malas
- Demam
- Pening
Anamnesa Organ
1.Cor
- Dyspneu deffort
- Dyspneu drepost
- Oedema
- Nycturia
: tidak
: tidak
: tidak
: tidak
: ya
: ya
: ya
: tidak
: menurun
: terganggu
: normal (tetap)
: tidak
: ya
: ya
- Cyanosis
- Angina pectoris
- palpitasi cordis
- Asma cardial
: tidak
: tidak
: tidak
: tidak
2. Sirkulasi perifer
- Claudicatio intermitten : tidak
- Gangguan tropis
: tidak
- Sakit waktu istirahat : tidak
- kebas-kebas
: tidak
- Rasa mati ujung jari : tidak
3. Tractus respiratorius
- Batuk
: tidak
- Stridor
: tidak
- Berdahak
: Tidak
- sesak nafas
: tidak
- Hemaptoe : tidak
- suara parau
: tidak
- Sakit dada waktu bernafas : tidak-pernafasan cuping hidung: tidak
4. Tractus Digestivus
14
A. Lambung
- Sakit di epigastrium sebelum / sesudah makan : ya
- Rasa panas di epigastrium : tidak
- Muntah (freq, warna, isi, dll) : ya, 5x, isi: makanan dan cairan berwarna kuning
- Hematemesis : tidak
- ructus: tidak
- sendawa: tidak
- anorexia: ya
- Mual-mual : ya
- Dysphagia : tidak
- Foetor es ore : tidak
- Pyrosis : tidak
B. Usus
- Sakit di abdomen
: tidak
- Borborygmi
: tidak
- Defekasi (freq, warna, konsistensi)
: normal
-Flatulensi
:ya
- Obstipasi
: tidak
- Diare (freq, warna, konsistensi)
:tidak
- Melena
: tidak
- Tenesmi
: tidak
- Haemorrhoid
: tidak
C. Hati dan saluran empedu
- Sakit perut kanan memancar ke : ya, punggung belakang kanan
- Kolik
: ya
- Ikterus
: tidak
- Gatal-gatal di kulit
: tidak
- Asites
: tidak
- Oedema
: tidak
- Berak dempul
: tidak
5. Ginjal dan saluran kencing
- Muka sembab
: tidak
- Kolik
: tidak
- Miksi (freq, warna, sebelum
/sesudah miksi, mengedan) :normal
- Polyuria
: tidak
- Oliguria
: tidak
- Anuria
: tidak
- Polakisuria : tidak
6. Sendi
- Sakit
: tidak
- Sakit digerakkan : tidak
- Sendi kaku : tidak
- Bengkak
: tidak
- Merah
: tidak
- Stand abnormal : tidak
7. Tulang
15
- Sakit : tidak
- Bengkak : tidak
8. Otot
- Sakit
: tidak
- Kebas-kebas : tidak
9. Darah
- Sakit di mulut dan lidah : tidak
-Muka pucat
: tidak
- Mata berkunang-kunang : tidak- Bengkak
: tidak
- Pembengkakan kelenjar : tidak
Penyakit
darah
: tidak
- Merah di kulit
: tidak - Perdarahan Sub kutan : tidak
10.Endokrin
A. Pankreas
- Polidipsi : tidak
- Pruritus : tidak
- Polifagi : tidak
- Pyorrhea : tidak
- Poliuri : tidak
B. Tiroid
-Nervositas : tidak
- Struma : tidak
- Exoftalmus : tidak
- Miksodem : tidak
C. Hipofisis
-Akromegali : tidak
- Distrofi adipos kongenital : tidak
11. Fungsi genital
Menarche
: 12 tahun
- Ereksi
: Tidak ditanya
Siklus
:teratur
- Libido
: Tidak ditanya
Menopause
: tidak
- Koitus
: Tidak ditanya
G/P/AB
: 2/2/0
12. Susunan syaraf
- Hipoastesia : tidak
- Sakit kepala : tidak
- Parastesia : tidak
- Gerakan tics : tidak
- Paralisis : tidak
13. Panca indera
- Penglihatan :normal
- Pengecapan : normal
- Pendengaran : normal
- Perasaan : normal
- Penciuman : normal
14. Psikis
- Mudah tersinggung : tidak
- Takut : tidak
- Lekas marah : tidak
- Gelisah : tidak
15. Keadaan sosial
- Pekerjaan :IRT
- Hygiene : baik
- Pelupa : tidak
16
- Pyuria : TDT
- Bisul bisul : TDT
- Sayur : ya
- Daging : ya
Status Praesens
Keadaan Umum :
Sensorium
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Temperatur
: 38 C
Pernafasan
: 20 x/menit, reg, tipe pernafasan thorako abdominal
Nadi
: 88 x/menit, equal,tegangan sedang, volume sedang
Keadaan Penyakit
- Anemi
: tidak
- Eritema
:tidak
- Ikterik
: tidak
- Turgor
:baik
- Sianose
: tidak
- Gerakan aktif
: ya, 2cm
- Dispnoe
: tidak
- Sikap tidur paksa :tidak
- Edem
: tidak
Keadaan Gizi
BB =60 kg
TB = 156 cm
RBW = BB/(TB-100) x 100%
= 60/ (156-100) x 100% = 107%
Kesan :normoweight
Pemeriksaan Fisik
1 Kepala
- Pertumbuhan rambut : normal
17
e
f
Lidah
- Kering : tidak
- Pucat : tidak
h Tonsil
- Merah : tidak
- Bengkak : tidak
- Beslag : tidak
2
3
- Beslag : tidak
- Tremor : tidak
- Membran : tidak
- Angina lacunaris : tidak
Leher
Inspeksi
Struma : tidak
- Torticolis : tidak
Kelenjar bengkak : tidak
- Venektasi : tidak
Pulsasi vena : tidak
Palpasi
Posisi trachea : medial
- Tekana vena jugularis: R2 cmH2O
Sakit/nyeri tekan : tidak
- Kosta servikalis: tidak
Thorax depan
Inspeksi
18
4
-
Bentuk : Fusiformis
- venektasi : tidak
Simetris/asimetris : simetris ka=ki - Pembengkakan : tidak
Bendungan vena : tidak
- Pulsasi verbal : tidak
Ketinggalan bernafas : tidak
- Mammae : normal
Palpasi
Nyeri tekan : tidak
Fremitus suara : SF ka = ki
Fremissement : tidak
Iktus kordis : tidak teraba
Perkusi
Suara perkusi paru : sonor dikedua lapangan paru
Batas paru hati :
o Relatif : ICR V
o Absolut : ICR VI
o Gerakan bebas : 2 cm
o Batas jantung :
Atas : ICR II sinistra
Kanan : Linea sternal dextra
Kiri 2cm medial midclavicula sinistra
Auskultasi
Paru-paru
o Suara pernafasan: vesikuler
o Suara tambahan:
- Ronkhi basah:(-)
- Ronkhi keing:(-)
o Heart rate : 88 x/menit, reguler, intensitas sedang
o Suara katup :
M1 > M2
A2 > A1
P2 > P1
A2 > P2
o Suara tambahan :
Desah jantung fungsionil/organis
: Gesek pericardial/pleurocardial
:Thorax belakang
Inspeksi
Bentuk : Fusiformis
- venektasi : tidak
Simetris/asimetris : simetris ka=ki - Benjolan benjolan : tidak
Ketinggalan bernafas : tidak
Palpasi
Nyeri tekan : tidak
Fremitus suara : Stem fremitus ka = ki
Fremissement : tidak
Penonjolan penonjolan : tidak
Perkusi
Suara perkusi paru : sonor dikedua lapangan paru
Batas bawah paru :
19
5
-
Abdomen
Inspeksi
o Bengkak : tidak
o Venektasi/pembentukan vena : tidak
o Gembung : tidak
o Sirkulasi kolateral : tidak
o Pulsasi : tidak
Palpasi
Defens muskular : tidak
Nyeri tekan : ya, regio hipocondrium kanan dan nyeri tekan epigastrium
Lien : tidak teraba
6
7
-
20
Biceps : +
Triceps : +
b Bawah
Bengkak : tidak
Merah : tidak
Oedem : tidak
Pucat : tidak
Ganguuan fungsi : tidak
Varises : tidak
Reflex :
o KPR : +
o APR : +
o Struple : +
13,9 g/Dl
4,5x106 /L
12.500 /L
38,9 %
289.000 /L
Index eritrosit
-MCV
-MCH
-MCHC
87.1 fl
31.0 pg
35.7 %
2%
21
-Basofil
-N.Stab
-N.Seg
-Limfosit
-Monosit
LED
0%
0%
78%
16%
4%
15 mm/jam
Fungsi Hati
-Bilirubin total
-Bilirubin direk
-Alkali phosfat
-SGOT
-SGPT
Fungsi ginjal
-Ureum
-kreatinin
0.93 mg / dL
1.17 mg / dL
157 /L
19 /L
22 /L
13 mg / dL
0.51 mg / Dl
8 Resume
Anamnese
Keluhan utama: nyeri hipocondrium dekstra sampai epigastrium
Telaah
belakang
- febris
-nausea
- vomitus ( 5x dalam sehari berisi makanan)
- malaise
- nafsu makan menurun
RPT : Gastritis
RPO : ranitidin dan asam mefenamat
RPK : -
22
9 Status Present:
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum
Sensorium : Compos
Mentis
Tekanan Darah : 120/80
Nadi : 88 x/menit
Nafas : 22x/menit
Suhu : 38C
Keadaan Penyakit
Anemia : tidak
Ikterus : tidak
Sianosis : tidak
Dyspnoe : tidak
Edema : tidak
Eritema : tidak
Turgor : baik
Gerakan aktif : ya, 2 cm
Sikap paksa : tidak
Keadaan Gizi
TB = 156 cm
BB = 60 kg
BBW =
BB/(TB-100) x 100%
= 60/ (156-100) x 100%
=107%
Kesan : normoweight
Pemeriksaan Fisik
Kepala
: Dalam batas normal
Leher
: Dalam batas normal
Thoraks
: Dalam batas normal
Abdomen
: Murphy sign (+), nyeri tekan epigastrium (+)
Ekstremitas : Dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin :
Leukosit
Index eritrosit
- MCHC
Trombosit
Hitung Jenis leukosit :
N. Stab
N. Seg
Limfosit
Fungsi hati
Bilirubin direk
Alkali phosfat
12500 /L
35,7 %
237.000 /L
0%
78%
16 %
1.17 mg / dL
157 U/l
23
Fungsi ginjal
Ureum
Kreatinin
13 mg/dL
0.51 mg/dL
Diagnosa Banding :
1
2
3
4
5
Kolelitiasis
Kolesistitis
Hepatitis
Abses hati
Pancreatitis
Diagnosa Sementara
Kolelitiasis
Terapi :
1
2
3
Pemeriksaan Usul :
Darah rutin
Fungsi hati
Fungsi ginjal
Usg abdomen
ERCP (Endoskopi Retrograt Colangio Plancroatografi)
24
BAB IV
DISKUSI KASUS
Anamnesis
Teori
Gejala asimtomatis
Kolelitiasis
gejalanya
sering
menyerupai
kolesistitis.
Nyeri hebat
pada
epigastrium
atau
dan
Demam
Mual
atas
nyeri dapat menjalar ke punggung
mendadak
Kasus
Nyeri peryt kanan atas yang
Muntah
RPT : dyspepsia
bahu
kanan.
Nausea dan vomiting.
Nyeri dapat berlangsung
selama berjam-jam atau
dapat
kambuh
kembali
dyspepsia,
berlangsung lama.
- ikterus dijumpai pada 20% kasus, - nyeri tekan epigastrium
umumnya derajat ringan
- Pada pemeriksaan kandung
empedu tidak selalu dapat
diraba tetapi tanda Murphy
positif .
- Murphy sign(+)
25
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Penunjang
meliputi :
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan faal hati
- Pemeriksaan faal ginjal
- Pemeriksaan ultrasonografi
Trombosit = 289.000/L
Leukosit = 12.500/L
Pemeriksaan faal hati :
-Bilirubin total : 0.93 mg/dl
-Bilirubin Direk : 1.17 mg/dl
-Alkali Phosfat: 157 U/l
-AST/SGOT : 19 U/l
-SGPT
: 22 U/l
Fungsi ginjal:
-Ureum: 13 mg/dL
-Kreatinin: 0.51 mg/dL
Pemeriksaan ultrasonografi
- Hepar : besar dan bentuk
normal, permukaan rata, eco
parenkim normal. Tak terlihat
SOL, CBD, dan vaskuler
baik.
- Ginjal : Besar dan bentuk kedua
ginjal normal. Tidak tampak
batu
- Lien : Besar dan bentuk
normal
- Getah Bening : terlihat batu
26
Penatalaksanaa
n
Non Farmakologis
- Bed rest
- diet mII
serangan.
12jam
Farmakologis
Simptomatis :
-Obat
penghilang
seperti
rasa
petidin
nyeri
-Antibiotik
Penggunaan antibiotik pada fase
sangat
penting
antispasmodik.
awal
- IVFD RL 20 tetes/menit
untuk
27
dan
septisimia.
ampisilin,
Golongan
sefalosporin
metronidazol
cukup
dan
memadai
umum
terdapat
pada
obat
oral
asam
kenodeoksikolat
atau
empedu.Kolesistektomi
untuk
mengangkat
empedu
yang
kandung
mengalami
Koledokostomi untuk
membuat lubang lewat
pembedahan pada duktus
transhepatik perkutaneus.
Endoskopic retrograd
kolangiopankreatografi
(endoscopic retrograde
cholangiopancreatograph
y, ERCP) untuk
28
menghilangkan obstruksi.
Komplikasi
Kolesistitis
Perforasi dan pembentukan
abses
Pembentukan fistula
Kolangitis
Hepatitis
Pancreatitis
BAB V
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Publishing FKUI.
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Snell Richard S. 2006. Anatomi Klinik ed 6. Jakarta: EGC.
Sloane Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC.
Sherwood Lauralee.2011. Fisiologi Manusia ed 6. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, De Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 3. Jakarta: EGC.