KATA PENGANTAR
Assalaamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skipsi ini dengan tepat waktu. Tak lupa shalawat berangkaikan
salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
mempunyai suri tauladan dan membawa ummat manusia keluar dari zaman
kebodohan menuju zaman yang terang-benderang dengan ilmu pengetahuan.
Syukur Alhamdulilah akhirnya skripsi dengan judul Efektivitas
Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) Pada Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli dapat
terselesaikan. Skripsi ini juga merupakan syarat untuk menempuh ujian tingkat
Sarjana pendidikan S-1 dan memperoleh gelar sarjana sosial pada Jurusan Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
tak terhingga untuk keluarga penulis yang teristimewa dan tersayang, khususnya
kepada Ibunda Penulis Fatimah dan Ayahanda Tri Yasin Hanato serta Adinda
Yaqub Fadel Fadly yang tak pernah berhenti memberikan kasih sayang, nasehat
dan dukungan dari awal sampai akhir kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu
6. Ibu Nalil Khairiah, S.IP, M.Pd, selaku dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara sekaligus Pembimbing
II penulis yang telah banyak meluangkan waktunya disela kesibukan untuk
memberikan bimbingan, masukan, dan perbaikan-perbaikan dalam penulisan
skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
7. Dosen-dosen dan seluruh Staf Pegawai di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
8. Bapak Drs. Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, Ibu
Rormawarni S.E, selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga, Ibu Nurjannah
selaku Koordinator PLKB Kecamatan Medan Deli dan seluruh pegawai di
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan yang
telah banyak memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
9.
Bapak Camat Medan Deli yang telah memberikan izin penulis untuk
melakukan penelitian di Kecamatan Medan Deli.
10. Para narasumber yang disertakan dalam penelitian ini, yang telah memberikan
bantuan berupa informasi yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.
11. Untuk Alm. Kakek dan Nenek saya yaitu Nenek Sadinam dan Alm. Kakek
Gito terima kasih atas kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.
12. Untuk Uwak, Ibuk dan Paman Saya, terima kasih atas dukungan dan semangat
serta perhatian yang diberikan dari saya kecil hingga dewasa seperti saat ini.
13. Untuk Sepupu-sepupu tersayang yang tak bisa disebutkan satu per satu, terima
kasih atas semangat, bantuan dan dukungan yang kalian berikan. Khususnya
Kakak Sunita Effiani, Abang Afrizal, Abang Satrio dan Abang Mhd. Prasetyo,
Abang Andriansyah.
14. Untuk sahabat penulis, Sri Wahyuni Siregar (Bebeh), Indra Sukmana (Indro),
Aji Kusuma Nur (Ajo), Solihin (Pak Lihin) dan M.Gusti (Mamang), terima
kasih telah menjadi sahabat yang baik dikala sedih maupun senang. Semoga
persahabatan kita tak lekang oleh waktu.
15. Untuk teman-teman sepengkaderan IMM FISIP UMSU Tahun 2011 Husna,
Ikhsan (Intan Bayo), Mulkan, Buya, Ade, Anto (bule), Himne Harma (Ifni
Ocik), Mardiani Tanjung (Wak Njung), bang Siddiq, dan Yugi.
16. Teman-teman dekat khususnya Unnie Saidah, Rama Ayunita, Rika Rumida,
Hardiyani dan Rekan-rekan seangkatan IAN 2011 khususnya IAN A2 Sore dan
IAN B2 Adm. Pembangunan. Semoga Allah selalu merahmati dan memberikan
kesuksesan kepada kita semua. Aamiin.
17. Untuk teman-teman SMA penulis, khususnya Hendra Mora Harahap, Fatwa
Rizky, Intan Fauzi Ramadhani, Wahyu Rizka A, Zaida Adlina Lubis.
18. Untuk Senior penulis di PK IMM FISIP UMSU Dwi ramadhana, Jehan Ridho,
Dyo Saqib Arsalan, Agung Purnomo, Rodliyatan N., Sigit Hardianto, Nusul
Ramadhan, Ria Agustina, Astri Dewi, Jilawati, Ima Zahara, Khuriah, Alvino.
19. Untuk adinda di PK IMM FISIP UMSU Indah, Ayu, Hamdy, Wendy, Arif, Ina,
Bryan, Adhan, Wahyu gemot, Fadil, Nanda, Dira, Gangga, Faisal, Laila, Jefry,
Ilham, Yona, Aji, Juliandi, Susi, Nurmalia, Kiki, Yopie, Fikri, Arif Ghazali,
Wahyu, Yuca, Amel dan adek-adek di PK IMM FISIP UMSU lainnya yang tak
tersebutkan satu per satu terima kasih atas bantuan dan dukungan yang adikadik berikan. IMM JAYA!!!
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak semoga mendapat balasan yang berlipat ganda oleh Allah
Swt. Penulis juga meminta maaf atas semua kekurangan dan kesalahan yang ada
selama penulisan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Aamiin Ya Rabbalalamiin
Billahifisabililhaq Fastabiqul khairat,
Wassalaamualaikum Wr. Wb.
Medan,
Februari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan ............................................................... 7
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Konsep Efektivitas ................................................................... 8
1. Pengertian Efektivitas .......................................................... 8
2. Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas ............................... 11
3. Ukuran Efektivitas ............................................................... 12
B. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) .................................... 16
1. Konsep Program .................................................................. 16
2. Pengertian Program Bina Keluarga Remaja (BKR) .............. 17
3. Tujuan dan Sasaran BKR ..................................................... 19
4. Kebijakan dan Strategi BKR ................................................ 21
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian......................................................................... 34
B. Narasumber .............................................................................. 35
C. Definisi Konsep ....................................................................... 36
D. Kerangka Konsep ..................................................................... 36
E. Kategorisasi ............................................................................. 37
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 39
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 40
H. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 41
I. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 41
BAB IV
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 95
B. Saran ........................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel IV.1
Tabel IV.2
Tabel IV.3
Tabel IV.4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1
Gambar 3.2
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Lampiran II
: Wawancara Penelitian
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V
Lampiran VI
Lampiran VII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan salah satu program
yang dikembangkan oleh Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dalam upaya menciptakan ketahanan keluarga dan mewujudkan
peningkatan kualitas remaja sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 52 Tahun
2009, tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dimana
dalam pengelolaan programnya didasarkan pada Peraturan Kepala BKKBN Nomor
109/PER/F2/2012. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) ini merupakan salah satu
kegiatan yang sangat strategis dalam mengupayakan terwujudnya Sumber Daya
Manusia potensial melalui upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
keluarga dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang remaja melalui peran
orang tua dalam keluraga. Selain itu, dengan adanya program BKR ini diharapkan
dapat mengatasi meningkatnya kecenderungan perilaku seks bebas di kalangan
remaja.
usia
20-29
tahun.
(www.kulonprogokab.go.id/v21/Membangun-
rangka
merespon
permasalahan
remaja
tersebut,
Badan
Hal ini dilakukan demi tercapainya harapan dan tujuan program secara efektif
dalam menyiapkan keluarga sejahtera. Atas dasar pemikiran dan asumsi
sebagaimana di uraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Efektivitas Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR)
Pada Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Di
Kecamatan Medan Deli.
B. Perumusan Masalah
Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan
perkembangan. Oleh karena itu, perumusan masalah merupakan hal yang sangat
penting dilakukan sehingga peneliti dapat terarah dalam membahas masalah yang
akan diteliti, mengetahui arah batasan penelitian, serta meletakan pokok yang
akan dikaji atau dibahas dalam suatu penelitian.
Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2012 : 93), masalah adalah
lebih dari sekedar pertanyaan, dan jelas berbeda dengan tujuan. Masalah adalah
suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang
menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya
memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah
Efektivitas Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan
Deli?
C. Tujuan Penelitian
Usman dalam Sumartono (2000:29), berpendapat bahwa tujuan penelitian
sangat penting dilakukan agar peneliti lebih terarah dalam melaksanakan
penelitiannya, setiap penelitian yang dilakukan harus mempunyai tujuan,
demikian pula halnya dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja
(BKR) pada badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana di
Kecamatan Medan Deli.
2) Untuk mengetahui pemahaman orang tua di Kecamatan Medan Deli tentang
materi Substansi Bina Keluarga Remaja (BKR) dalam rangka menciptakan
keluarga yang berwawasan kependudukan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN : Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah
mengenai konteks penelitian, Perumusan masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II URAIAN TEORITIS : Bab ini berisikan dan menguraikan teori tentang
konsep efektivitas, ukuran efektivitas, menjelaskan tentang program Bina
Keluarga Remaja yang diuraikan mulai dari pengertian, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup, kebijakan dan strategi pengelolaan BKR, kegiatan dalam pengelola BKR
dan pengelola kelompok, konsep menganai keluarga, pengertian keluarga dan
fungsi keluarga.
BAB III METODE PENELITIAN : Berisikan persiapan dan pelaksanaan
penelitian yang menguraikan tentang jenis penelitian, narasumber, defenisi
konsep, kerangka konsep, kategorisasi, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data, lokasi waktu penelitian, dan deskripsi lokasi penelitian.
BAB IV
tentang analisa data penelitian yang menguraikan penyajian data, analisis data
hasil wawancara dan pembahasan analisis data tentang efektivitas pelaksanaan
program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli.
BAB V PENUTUP : Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil
penelitian dan rekomendasi yang dianggap relevan dengan penelitian yang
dilakukan.
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Konsep Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas adalah suatu kosa
kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, ditaati,
mengesankan, mujarab, dan mujur. Dari sederatan arti di atas, maka kata yang
paling tepat untuk memahami efektivitas adalah sesuatu yang dilakukan berhasil
dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketetapan
penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas selalu terkait dengan
hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai.
Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (view point) dan dapat
dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi.
Efektivitas dapat digunakan untuk mengukur suatu kerja organisasi karena
efektivitas merupakan kemampuan untuk dapat memilih tujuan yang tepat atau
peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain, pelaksanaan pekerjaan atau program di dalam organisasi dikatakan efektif
apabila dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan dengan metoda (cara) yang
tepat untuk mencapai tujuan.
Menurut Drucke yang dikutip Handoko (2003:07), efektivitas adalah
melakukan pekerjaan yang benar (doing the rigth things). Maksudnya bukan
bagaimana melakukan pekerjaan dengan benar, tetapi bagaimana menemukan
pekerjaan yang benar untuk dilakukan dan memusatkan sumber daya dan usaha
pada pekerjaan tersebut.
Denison dalam Pabundu (2010:135), mengemukakan bahwa ada empat
prinsip integratif mengenai efektivitas yang berhubungan dengan budaya
organisasi dan kinerja organisasi. Keempat prinsip ini diberi nama empat sifat
utama (main cultural traits) yang mencakup keterlibatan (involvement),
konsistensi (consistency), adaptabilitas (adaptability), dan misi (mission).
Georgopolous dan Tannembaum (1999:50), melakukan penilaian terhadap
efektivitas. Mereka meninjau efektivitas dari sudut pencapaian tujuan, dan
berpendapat bahwa rumusan keberhasilan organisasi harus mempertimbangkan
bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanismenya mempertahankan diri dan
mengejar sasarannya. Dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan
dengan masalah sarana maupun tujuan-tujuan organisasi.
Lebih lanjut, Agung Kurniawan (2005:109) dalam bukunya Transformasi
Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas adalah kemampuan melaksanakan
tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau
sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.
Sedangkan menurut Streers (1985:87) Efektivitas adalah jangkauan usaha
suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sasaran tertentu
untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber
daya itu serta tanpa memberi tekanan yang wajar terhadap pelaksanaannya.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan
bahwa efektivitas adalah merupakan suatu konsep yang sangat penting karena
e. Motivasi
Motivasi marupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.
f. Stress
Stress adalah tekanan yang timbul akibat tekanan lingkunga di luar diri
manusia seperti pekerjaan yang dilakukan.
3. Ukuran Efektivitas
Mengukur efektivitas suatu organisasi bukanlah suatu hal yang sangat
mudah dan sederhana. Keluaran (output) yang dihasilkan lebih banyak bersifat
keluaran (output) tidak berwujud (intangible) yang tidak mudah untuk
dikuantifikasi, maka pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan.
Kesulitan dalam pengukuran efektivitas tersebut karena pencapaian hasil
(outcome) seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek, akan tetapi
dalam jangka panjang setelah program berhasil, sehingga ukuran efektivitas
biasanya dinyatakan secara kualitatif (berdasarkan pada mutu) dalam bentuk
pernyataan saja (judgement), artinya apabila mutu yang dihasilkan baik, maka
efektivitasnya baik pula.
Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi
tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Cambell yang dikutip
oleh Richard M. Steers (1985:46-48) dalam bukunya Efektivitas Organisasi
menyebutkan beberapa ukuran dari pada efektivitas, yaitu:
1) Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi;
lingkungan
yaitu
batas
keberhasilan
organisasi
bukunya
Efektivitas
Organisasi
mengatakan
mengenai
ukuran
menggunakan
teori
pengukuran
efektivitas
sebagaimana
yang
rangka pembangunan Sumber Daya Manusia yang bermutu, tangguh, maju dan
mandiri. BKR dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari orang tua dan anak
remaja yang dibimbing dan dibantu oleh fasilitator/motivator/kader dari tenaga
masyarakat
secara
sukarela
dengan
pembinaan
oleh
pemerintah.
hubungan antara orang tua dan anak remaja di daam kehidupan rumah tangga.
Serta tercipta sarana hubungan yang sesuai yang di dukung sikap dan perilaku
yang rasional dalam bertanggung jawab terhadap pembinaan proses tumbuh
kembang anak dan remaja. Meningkatkan kepedulian, kesadaran dan tanggung
jawab orang tua terhadap kewajiban membimbing, meningkatkan pengetahuan,
kesadaran anak dan remaja dalam rangka meningkatkan ketahanan fisik dan non
fisik melalui interaksi, komunikasi yang sehat dan harmonis dalam suasana rumah
tangga yang bahagia dan sejahtera.
Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan program bina keluarga remaja
adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pembina dan pengelola
BKR, dalam menumbuhkembangkan program Bina Keluarga Remaja (dasar,
berkembang, paripurna).
2) Meningkatkan kualitas pelayanan kelompok BKR.
3) Mewujudkan kelompok BKR Paripurna.
4) Meningkatkan jumlah keluarga yang memiliki remaja yang aktif dalam
kegiatan kelompok BKR.
5) Memperluas jejaring kerja didalam pengelolaan BKR.
Dengan adanya tujuan dari Program BKR di atas diharapkan setiap
masyarakat khususnya di Kecamatan Medan Deli dapat memahami arti penting
dari kegiatan dalam BKR dan apa yang diinginkan serta menjadi target dari
BKKBN dalam mewujudkan pembangunan bangsa dan keluarga yang berkualitas
yang dilakukan melalui pembinaan kepada keluarga yang mempunyai remaja
sehingga remaja dapat tumbuh sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki
tanggung jawab, berakhlak, dan berprilaku sehat.
kegiatan
kelompok
BKR
dilakukan
berdasarkan
c. Strafikasi Paripurna
3) Pendekatan dalam pengembangan kegiatan Bina Keluarga Remaja
Pengembangan kegiatan kelompok BKR dapat dilakukan dengan
pendekatan sebagai berikut :
a. Promosi kegiatan kelompok Bina Keluarga Remaja
Pemahaman tentang pentingnya kegiatan BKR perlu dimiliki oleh
setiap pengelola dan pelaksana program KB, lintas sektor terkait, kader serta
seluruh
keluarga
yang
memiliki
anak
remaja.
Mengingat
pentingnya
C. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah lembaga sosial satu-satunya yang terdiri dari beberapa
orang (dua atau lebih) yang terlibat dalam emosi (memandang satu sama lain
sebagai kewajiban, perasaan biasa, berbagai kewajiban tertentu berjodoh dengan
kasih sayang) satu sama lain dan hidup dekat dalam poksimitas geografis unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak yang mempunyai
ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal dalam satu rumah. Menurut
Horton (1999), suatu keluarga mungkin merupakan suatu kelompok yang
mempunyai nenek moyang yang sama, suatu kelompok kekerabatan yang
disatukan oleh darah atau perkawinan dan sebagainya.
Sedangkan Friedman (1998), menjelaskan bahwa keluarga adalah dua atau
lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi
pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri
mereka sebagai bagian dari keluarga.
Dari pengertian yang dijelaskan oleh ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa keluarga adalah unsur sosial terkecil yang memiliki peran utama dalam
membentuk karakter seseorang dalam keluarga melalui rangkaian pendekatan baik
fisik maupun emosional.
2. Fungsi Keluarga
Untuk menjadikan remaja sebagai sumber daya manusia yang potensial
diperlukan peran orang tua dalam keluarga untuk menyiapkan remaja menjadi
pribadi yang matang serta mampu mempersiapkan perencanaan mereka di masa
yang akan datang, mendukung remaja melangsungkan jenjang-jenjang pendidikan
secara terencana, dan mampu menjadikan remaja untuk dapat berkarir dalam
pekerjaan.
Menurut Soekanto (2007:212) peran adalah aspek dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Dengan kata lain, seseorang
menjalankan perannya sesuai hak dan kewajibannya. Peran merupakan pola
perilaku yang ditetapkan saat anggota keluarga berinteraksi dengan anggota
lainnya.
Oleh karena itu, Peran Orangtua dalam keluarga mempunyai kedudukan
yang sangat fundamental dalam membentuk karakter anak karena lingkungan
pertama yang berhubungan dengan anak adalah orangtuanya. Sehingga di dalam
keluarga orang tua perlu menanamkan nilai-nilai moral kepada remaja dengan
melaksanakan 8 fungsi keluarga. BKKBN (2012:07) menyebutkan ada 8 fungsi
yang harus diterapkan dalam keluarga yaitu :
1) Fungsi agama
Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam
kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal agama.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam melakukan metode penelitian, terlebih dahulu perlu diketahui jenis
penelitian yang digunakan untuk mengetahui gambaran yang jelas dalam
penelitian serta memahami makna sebenarnya dari jenis penelitian tersebut
sehingga memudahkan untuk melakukan langkah selanjutnya dalam proses
analisis data.
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.
Menurut Arikunto (2010:03), penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah
disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Selain itu,
untuk menganalisisnya digunakan analisis data kualitatif yaitu prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan pengamatan, wawancara, dan
menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana mestinya.
Menurut
Moleong
(2012:05),
penelitian
kualitatif
memafaatkan
B. Narasumber
Narasumber adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan
oleh peneliti dan berkompeten atau menguasai informasi yang diberikan, yakni
tentang efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarag Berencana di Kecamatan Medan
Deli.
Untuk menentukan narasumber yang menjadi key informan dalam
penelitian ini dipilih sejumlah narasumber dengan pertimbangan tertentu yang
dipandang dapat memberikan data secara maksimal. Adapun yang menjadi
narasumber peneliti berjumlah 8 orang yaitu :
1) Kepala Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga : Bapak Drs. Azhar
2) Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Keluarga : Ibu Rosmawarni S.E
3) Petugas Lapangan KB Kecamatan Medan Deli : Ibu Nurjannah
4) Kader BKR di Kecamatan Medan Deli :
a. Ibu Nani Siregar, Ketua Kelompok Mawar di Kelurahan Mabar Hilir.
b. Ibu Jamilah, Ketua Kelompok Arimbi di Kelurahan Kota Bangun.
c. Ibu Halimah, Sekertaris Kelompok Anggrek di Kelurahan Titi Papan.
d. Ibu Murni, Ketua Kelompok Arimbi di Kelurahan Tanjung Mulia
e. Ibu Suratdih, Ketua Kelompok Kamboja di Kelurahan Mabar.
C. Definisi Konsep
Menurut Singarimbun (1995 : 31), konsep adalah istilah atau definisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau
individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
Dari uraian diatas digunakan konsep pemikiran untuk mempersempit
penelitian yang akan diteliti :
1) Efektivitas adalah usaha atau proses dalam mencapai suatu tujuan dan target
sasaran yang hasilya diharapkan dapat memenuhi dan memperhatikan
kepentingan orang banyak dan dapat dirasakan manfaatnya bagi orang banyak.
2) Program Bina Keluarga Remaja adalah suatu program yang dilakakukan untuk
memberikan pengetahuan kepada orangtua ataupun anggota keluarga lain yang
memiliki anak remaja dalam mendidik dan membina tumbuh kembang anak
remaja yang berkaitan dengan tumbuh kembang fisik dan psikologisnya.
3) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)
merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan, menyusun dan pelaksanaan kebijakan
urusan
Pemerintahan
daerah
di
bidang
Pemberdayaan
Perempuan,
D. Kerangka Konsep
Sapto Haryoko dalam Sugiyono (2010:66), menyebutkan bahwa kerangka
berpikir dalam surat penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian
tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas
sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti
disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga
argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti.
Gambar 3.1 kerangka konsep efektivitas program Bina Keluarga Remaja Pada
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
109/PER/F2/2012 Tentang
Keluarga Remaja
Tercapainya
tujuan
dalam
BKR
Medan Deli.
terbentuknya
di
Kecamatan
E. Kategorisasi
Kategorisasi menunjukkan bagaimana cara mengukur suatu variabel
penelitian sehingga diketahui dengan jelas apa yang menjadi kategorisasi
informan yang sudah ditentukan sebelumnya. Jadi kesimpulan dari definisi data
primer didapat dari narasumber yang kita jadikan objek penelitian. Untuk
memperoleh data primer dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan tanya jawab dan
berhadapan langsung dengan informan/narasumber dan menggunakan
pedoman wawancara (guide interview).
Sejarah
Perkembangan
Biro
Pemberdayaan
Perempuan
dan
Keluarga Berencana
Pemberdayaan Perempuan adalah upaya kemampuan perempuan untuk
memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya, ekonomi, politik, sosial,
budaya, agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri
untuk mampu berperan dan berpatisipasi aktif dalam memecahkan masalah,
sehingga mampu membangun kemampuan dan konsep diri. Kantor BKKBN Kota
Medan yang berganti nama menjadi Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana (PPKB) Kota Medan, diresmikan pada tanggal 5 januari
1985 oleh Kepala BKKBN Pusat yaitu Dr. Haryono Suyono. Seiring dengan
3.
4.
pembinaan,
kesekretariatan;
pengawasan
dan
pengendalian
bidang
hak-hak
anak
dalam
kebijakn
dan
program
pembangunan;
l) Pengoordinasian pelaksanaan kesejahteraan dan perlindungan anak;
m) Penguatan lembaga/organisasi msyarakat dan dunia usaha untuk
melaksanakan pengarustamaan gender, kesejahteraan dan perlindungan
anak;
n) Pengembangan dan peguatan jaringan kerja lembaga masyrakat dan
dunia usaha untuk pelaksanan pengarustamaan gender, kesejahteraan
dan perlindungan anak;
o) Penyiapan data terpilih menurut jenis kelamin dari setia bidang terkait;
p) Penyiapan data dan informasi gender dan anak;
q) Pelaksanaan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE);
kebijakan
perlindungan
perempuan
terutama
bahan
koordinasi
terutama
pelaksana
perlindungan
kebijakan
terhadap
perlindungan
kekerasan,
tenaga
hak-hak
anak
dalam
kebijakan
dan
program
pembangunan;
k) Penyiapan
bahan
koordinasi
pelaksanaan
kesejahteraan
dan
perlindungan anak;
l) Pelaksanaan fasilitasi penguatan lembaga/organisasi masyarakat dan
dunia usaha untuk pelaksanaan dan peningkatan kesejahteraan dan
perlindungan anak;
m) Pelaksanaan fasilitasi pengembangan dan penguatan jaringan kerja
lembaga
masyarakat
dan
dunia
usaha
untuk
pelaksanaan
n) Pelaksanaan
melaksanakan
fasilitasi
rekayasa
lembaga
sosial
lembaga
untuk
masyarakat
mewujudkan
KKG
untuk
dan
perlindungan anak;
o) Penjabaran dan penetapan kebijakan system informasi gender dan anak
dengan merujuk pada kebijakan nasional;
p) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan analisis, pemanfaatan dan
penyeberluasan sistem informasi gender dan anak;
q) Pelaksanaan
analisis,
pemanfaatan,
penyebarluasan
dan
dukungan
operasional
penguatan
kelembagaan
perkiraan
sasaran
pengembangan
dan
pengetahuan
penetapan
kriteria
pengembangan
ketahanan
dan
pemberdayaan keluarga;
e) Penetapan sasaran Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja
(BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Bina Lingkungan Keluarga
(BLK);
f) Pelaksanaan penilaian dan lomba peningkatan kualitas ketahanan dan
pemberdayaan keluarga;
g) Penyelenggaraan BKB,BKR,BKL termasuk bidang pendidikan pra
melahirkan;
h) Pelaksanaan ketahanan dan pemberdayaan keluarga;
i) Pelaksanaan model-model kegiatan ketahanan dan pemberdayaan
keluarga;
j) Pembinaan
teknis
peningkatan
pengetahuan,
keterampilan,
prototipe
program keluarga
berencana/
kesehatan
o) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
g Unit Pelaksanaan Teknis
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi unit pelaksana teknis
ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan walikota.
h Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas badan sesuai dengan
keahlian dan kebutuhan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data
Bab ini membahas dan menyajikan data yang telah diperoleh dari hasil
penelitian di lapangan atau dikenal dengan pendekatan kualitatif yaitu data yang
diperoleh dengan cara tanya jawab atau wawancara dengan narasumber sehingga
memberikan gambaran yang jelas dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan.
Untuk mendukung perolehan data, selain data primer yang diperoleh di
lapangan melalui wawancara secara langsung oleh beberapa key informan di
kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota
Medan, Koordinator Petugas Lapangan KB yang bertugas di Kecamatan Medan
Deli dan beberapa orang Kader BKR di Kecamatan Medan Deli. Maka
selanjutnya juga diperlukan data sekunder dalam membantu menjelaskan hasil
wawancara terutama yang terkait dengan tingkat karakteristik jawaban para
narasumber seperti data-data berupa dokumen, arsip dan referensi lainnya yang
diperoleh dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana serta
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatera
Utara.
Data-data yang diperoleh tersebut akan dideskripsikan sehingga masalah
penelitian tentang efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR)
pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan
Medan Deli dapat terjawab dan dianalisa. Selanjutnya hasil wawancara akan
diuraikan secara sistematis sesuai dengan sifat metode penelitian deskriptif
kualitatif. Adapun penyajian data selanjutnya dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Distribusi Narasumber Menurut Jenis Kelamin
Distribusi narasumber berdasarkan jenis kelamin, akan dikelompokan
menjadi dua kelompok yaitu narasumber dengan jenis kelamin laki-laki dan
narasumber dengan jenis kelamin perempuan. Pada tabel IV.1 berikut akan
dijelaskan frekuensi untuk masing-masing kategori.
Tabel IV.1
Distribusi Narasumber Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
Laki-laki
12,5 %
Perempuan
87,5 %
100 %
Jumlah
Sumber : Data Angket 2015
Berdasarkan tabel IV.1 di atas maka dapat dilihat bahwa narasumber dari
jenis kelamin laki-laki dengan frekuensi hanya 1 orang dan persentase sebesar
12,5 %, sedangkan untuk narasumber perempuan sebanyak 7 orang dengan
persentase 87,5 %. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengelola
dan pelaksana program Bina Keluarga Remaja (BKR) baik pada Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana maupun kader-kader BKR
didominasi oleh perempuan.
Umur
Frekuensi
Persentase
1.
45-48 tahun
50 %
2.
49-52 tahun
12,5 %
3.
53-56 tahun
25 %
4.
57-60 tahun
12,5 %
Jumlah
100 %
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persentase
1.
S1
25 %
2.
D1
12,5 %
3.
SMA
37,5%
4.
SMP
25 %
100 %
Jumlah
Sumber : Data Angket 2015
maka akan dikelompokan menjadi tiga ketegori yaitu PNS, Ibu Rumah Tangga,
dan Karywan swasta. Pada tabel IV.4 akan dijelaskan frekuensi untuk masingmasing kategori sebagai berikut.
Tabel IV.4
Distribusi Narasumber Menurut Pekerjaan
No
Pekerjaan
Frekuensi
Persentase
1.
PNS
37,5%
2.
37,5%
3.
Karywan Swasta
25%
100%
Jumlah
Sumber : Data Angket 2015
di Kecamatan Medan Deli. Tercapai atau tidaknya tujuan program tersebut dapat
dilihat dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada narasumber sebagai
berikut.
Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti kepada Bapak Drs. Azhar
selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga di Badan PPKB Kota
Medan pada tanggal 2 Februari 2015, mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan
BKR memang rutin dilakukan setiap bulannya, dan setiap bulan juga dilaporkan
kegiatannya. Tetapi untuk jumlah kelompok yang ada saat ini juga masih belum
memadai, belum maksimal. Untuk saat ini hanya menargetkan satu Kelurahan
hanya satu kelompok sebagai kelompok percontohan. Dan harapannya ke depan,
juga harus dibuat kelompok konseling BKR di setiap lingkungan. Sedangkan
pengembangan kegiatan kelompok BKR di Kecamatan Medan Deli saat ini sudah
berkembang, karena diluar kelompok BKR sudah ada PIK-R/M ada yang di
Kelurahan, Sekolah dan Perguruan tinggi. Maka dari itu, menurut Bapak Azhar
ada upaya untuk lebih mengembangkan program BKR pada orang tua maupun
remaja yaitu dengan mengintegrasikan BKR dengan kegiatan PIK-R/M, supaya
remaja juga mau bergabung dan tidak malu jika ingin bertanya, karena di BKR
juga harus ada kader remaja jadi mereka lebih kepada pendidik sebaya.
Begitu pula hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Ibu
Rosmawarni, S.E selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2
Februari 2015. Beliau mengatakan bahwa pelaporan pelaksanaanya rutin setiap
bulan, tapi kegiatannya lebih teknis oleh petugas lapangannya. Tetap ada
kunjungan kami ke Kelurahan untuk melihat kegiatannya dan memberi
penyuluhan. Sedangkan untuk jumlah kelompok BKR saat ini sudah memadai,
karena sementara ini memang dibuat setiap kelurahan hanya ada satu kelompok.
Semestinya, disetiap keluruhan maupun lingkungan dibentuk kelompok. Untuk
pengembangan kegiatan kelompok BKR sendiri kurang berjalan sesuai apa yang
diinginkan. Seharusnya untuk lebih mengembangkan kegiatan ada dibentuk Pusat
Konseling Keluarga di setiap lingkungan. Upaya yang dilakukan agar kelompok
dan kegiatan BKR berkembang maka diadakanlah pertemuan dan pelatihan untuk
kader dan petugas penyuluh. Kemudian pendekatan juga kepada orang tua untuk
mau bergabung dalam kegiatan.
Hasil wawancara
bahwa
penyuluhan
kegiatan
tidak
rutin
setiap
bulan.
Hasil wawancara dari Kader-Kader BKR yaitu Ibu Nani Siregar, Ibu
Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah pada tanggal 29 Januari 2015, mengatakan
bahwa Kegiatan terlaksana tapi tidak contineu (jarang), kadang ada kegiatan
kadang tidak. Rutin kalau ada kunjungan saja. Namun, hal berbeda disampaikan
oleh Ibu Jamilah selaku Ketua Kader BKR di Kelurahan Kota Bangun bahwa
kegiatan BKR yang diadakan oleh petugas penyuluhrutin dilakukan setiap bulan.
Mereka juga mengatakan untuk jumlah kelompok BKR di masing-masing
Kelurahan sudah memadai namun pengembangan kegiatan kelompoknya belum
maksimal dan merata di setiap kelurahan. Sedangkan, Ibu Jamilah mengatakan
bahwa untuk pengembangan kegiatan di Kelurahan Kota Bangun sudah
berkembang dan sudah banyak materi kegiatan yang diberikan sehingga terus ada
upaya untuk mengembangkannya dengan penyuluhan dan ada pelatihan untuk
kader. Namun, hal berbeda disampaikan oleh Ibu Nani Siregar, Ibu Halimah, Ibu
Murni dan Ibu Suratdiah, mengatakan bahwa upaya yang dilakukan selama ini
hanya melakukan pendekatan, mengajak, memotivasi dan mengumpulkan orang
tua dan remaja untuk ikut kegiatan BKR.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan program BKR yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana (PPKB) di Kecamatan Medan Deli saat ini sudah
berjalan, karena sudah terbentuk kelompok BKR namun pelaksanaan kegiatan
dalam kelompok BKR tidak rutin dilakukan setiap bulan. Tentu saja, hasil
laporannya tidak sesuai dengan harapan. Jumlah kelompok juga belum
berkembang dan merata bila dibandingkan dengan jumlah keluarga yang
2. Integrasi
Integrasi merupakan proses yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat
agar program yang telah dirancang dapat diterima oleh masyarakat. Untuk
menyatukan keserasian antara pengelola program dengan masyarakat sebagai
sasaran, maka di dalam mengintegrasikan program diperlukan pengadaan
prosedur pelaksanaan dan sosialisasi program. Sehingga pengembangan Program
Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli dapat berjalan secara efektif dan
terstruktur.
Sebagaimana hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Drs.
Azhar selaku Kabid Ketahanan Dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2
Februari 2015, beliau mengatakan bahwa prosedur pelaksanaan pembentukan
kelompok dibentuk berdasarkan SK Lurah. Lalu ditentukan siapa yang jadi ketua,
sekertaris, bendahara, dan siapa-siapa anggota. Pembentukan kelompok tersebut
setelah dilakukan pendataan di lingkungan setempat, berapa jumlah remaja dan
keluarga yang punya anak remaja kemudian dibuat apa program yang mau
berjalan dengan baik. Pendataan untuk anggota kelompok BKR yang dilakukan
juga berguna untuk mengetahui jumlah sasaran keluarga yang mempunyai remaja,
jumlah keluarga yang menjadi anggota BKR, jumlah keluarga anggota BKR
berstatus PUS (Pasangan Usia Subur) dan keluarga anggota BKR yang menjadi
peserta Keluarga Berencana (KB).
Selain adanya prosedur pelaksanaan diperlukan juga sosialisasi program
dalam mendukung proses integrasi. Sosialisasi program merupakan penyebaran
informasi kegiatan BKR melalui Komunikasi, Edukasi, dan Informasi (KIE) yang
diselenggarakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
serta Petugas Lapangan KB Kecamatan Medan Deli secara langsung bertatap
muka kepada orang tua.
Namun pelaksanaan pembentukan kelompok BKR yang telah dilakukan
saat ini juga belum membuat para orang tua di Kelurahan Medan Deli aktif untuk
mengikuti kegiatan. Hal ini dikarenakan kesibukan dari para orang tua yang harus
bekerja. Hal ini juga didukung pada proses sosialisasi yang belum optimal dan
menyebabkan para orang tua dan remaja kurang tertarik mengikuti kegiatan BKR.
Tetapi, hanya satu kelompok dari lima kelompok di Kecamatan Medan Deli yang
pengembangan kegiatan BKR sudah berjalan baik yaitu di Kelurahan Kota
Bangun. Hal ini didukung karena para orang tua di Kelurahan Kota Bangun
memiliki antusias yang tinggi untuk mengikuti kegiatan BKR. Selain itu, kegiatan
Pusat
Informasi
Konseling
Remaja
(PIK-R)
juga
diaktifkan
untuk
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak
Drs. Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2
Februari 2015, beliau mengatakan bahwa sosialisasi yang diberikan untuk
mengembangkan kegiatan BKR pada orang tua dilakukan melalui kader-kader
untuk mensosialisasikan dan melakukan pendekatan kepada para orang tua atau
remaja di lingkungan sekitarnya, namun proses penyuluhan yang dilakukan
kurang dapat menarik orang tua dikarenakan banyak yang kerja. KIE yang
diberikan juga mudah dipahami oleh orang tua mengenai tumbuh kembang remaja
termasuk memantau kegiatan anaknya maupun perubahan fisik maupun emosional
yang terjadi pada anaknya. Agar kegiatan ini lebih dikenal maka ada mitra
kerja/stakeholders yang juga membantu mempromosikan kegiatan BKR seperti
Lurah, Camat dan juga Tim PKK.
Hasil wawancara yang sama juga disampaikan oleh Ibu Rosmawarni S.E
selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015,
mengatakan bahwa dalam melakukan pendekatan kepada orang tua diperlukan
Sosalisasi yang dilakukan oleh petugas lapangan yang ditempatkan di Kelurahan.
Namun proses penyuluhan yang dilakukan belum dapat menarik para orang tua
untuk ikut dalam kegiatan BKR. Oleh karena itu, untuk menyebarkan pemahaman
orang tua maka petugas juga harus berkompeten dalam memberikan KIE kepada
para orang tua atau kader. Diperlukan juga mitra kerja sama dalam
mempromosikan kegiatan BKR ini di tingkat kelurahan seperti Tim penggerak
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Tokoh masyarakat (Toma) dan
Tokoh agama (Toga).
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Nurjannah selaku Koordinator
PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015. Beliau mengatakan
bahwa untuk melakukan sosialisasi pada orang tua atau remaja dilakukan melalui
kader untuk menarik para orang tua dan remaja juga PLKB yang memberikan
sosialisasi dan promosi melalui brosur atau booklet. Akan tetapi, tetap saja proses
penyuluhan tersebut belum dapat menarik para orang tua untuk ikut dalam
kegiatan BKR. Sehingga diperlukan mitra atau kelompok lain untuk membantu
mempromosikan kegiatan BKR seperti PPKBD yang beranggotakan Tim PKK
dan Sub PPKBD yang beranggotakan Ibu kepling (kepala lingkungan).
Berdasarkan hasil wawancara yang juga dilakukan kepada para Kader
BKR di masing-masing Kelurahan yaitu Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu
Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah, mereka mengatakan bahwa untuk
melakukan pendekatan pada orang tua dalam mengembangkan kelompok BKR
para petugas melakukan sosialisasi dan penyuluhan. Namun tidak semua orang
tua dan remaja di lingkungan sekitar yang masuk dalam kelompok, dan
kebanyakan orang tua kurang paham tentang KIE yang diberikan oleh petugas.
Selain petugas, ada juga kelompok lain yang membantu mensosialisasikan
Program BKR seperti Ibu PKK, Remaja mesjid, Dinas Kesehatan dan Kader lain
seperti Kader BKB.
Dalam proses sosialisasi ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan sosialisasi
dalam program BKR tidak hanya dilakukan melalui pendekatan dan penyuluhan
saja untuk lebih optimal maka proses sosialisasi juga perlu dibuat banner,
spanduk, gambar maupun brosur. Sehingga penyebaran informasi ini dapat merata
3. Adaptasi
Adaptasi dalam hal ini merupakan kemampuan petugas penyuluh untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kondisi masyarakat khususnya di
Kecamatan Medan Deli. Proses adaptasi ini meliputi kemampuan petugas
penyuluh melalui pengadaan dan pengisian sumber daya manusia yang
berkompeten serta pelaksanaan kegiatan program yang dilengkapi sarana dan
prasarana yang memadai. Sehingga pengembangan Program BKR oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli
dapat terlaksana dengan baik.
Seperti hasil wawancara yang disampaikan Bapak Drs. Azhar selaku
Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015,
mengatakan bahwa cara yang dilakukan dalam mengembangkan materi substansi
BKR kepada orang tua adalah dengan mengadakan sosialisasi, penyuluhan,
pertemuan lewat acara pengajian atau wirid dan yang non muslim lewat acaraacara gereja. Untuk saat ini, kompetensi SDM pelaksana kegiatan BKR sudah
memadai karena PLKB sudah lama bertugas jadi sudah banyak pengalaman dan
latar belakang pendidikannya minimal SLTA, dan ada juga yang bidan. Oleh
karena itu, ada upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pengelola
dengan mengadakan pelatihan, orientasi tri bina, dan diberikan buku-buku
pegangan untuk penyampaian materi.
Hal ini dibenarkan oleh Ibu Rosmawarni S.E, selaku Kasubbid
Pemberdayaan
Perempuan.
Beliau
mengatakan
bahwa
cara
dalam
dan orientasi tentang Program BKR. Namun, hingga saat ini petugas penyuluh
belum dapat memberikan materi kepada orang tua maupun kader di setiap
kelurahan dengan baik sesuai dengan kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.
Hal ini disebabkan Sumber Daya Pelaksana yang terbatas dan tingkat kemampuan
petugas yang berbeda-beda dalam menyesuaikan diri dengan kondisi dan
karakteristik masyarakat sehingga menjadikan program BKR belum optimal
dilakukan. Hal inilah yang menyebabkan pengetahuan kader dan anggota BKR
belum meningkat dan Kader BKR juga merasa kurang puas dengan kegiatan BKR
ini sehingga menyebabkan mereka menjadi kurang aktif.
Selain kemampuan atau kompetensi petugas penyuluh dalam proses
adaptasi ini, terdapat juga kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan
untuk mendukung kelancaran dan pengembangan program sehingga dapat
membantu kelancaran kegiatan dan kenyamanan orang tua atau remaja sebagai
sasaran Program BKR untuk mengikuti kegiatan. Sarana dan prasarana adalah
segala sesuatu yang dapat dipakai dalam mencapai maksud atau tujuan program
sebagai unsur penunjang utama terselenggaranya suatu proses kegiatan yang
dilakukan.
Sebagaimana hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Drs.
Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2
Februari 2015, beliau mengatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang
digunakan dalam kegiatan BKR baru diberikan oleh BKKBN Pusat seperti Genre
KIT yaitu alat bantu penyuluhan seperti monopoli GENRE, bahas kasus dan
lembar balik. Jadi penyuluhan yang diberikan seperti permainan tujuannya agar
para orang tua tidak bosan. Tetapi alat ini baru diberikan dan pembagiannya
belum merata di setiap Kecamatan di Kota Medan. Sehingga pelaksanaan kegiatan
belum berjalan optimal. Sedangkan untuk penyediaan dukungan anggaran untuk
kegaiatan BKR ini ditampung dari APBD Kota Medan tetapi hanya untuk
kegiatan Pelatihan para petugas penyuluh dan kader.
Hasil wawancara kepada Ibu Rosmawarni S.E selaku Kasubbid
Pemberdayaan Keluarga juga membenarkan bahwa kelengkapan sarana dan
prasarana yang digunakan dalam kegiatan BKR masih kurang dan untuk saat ini
belum memadai. Sehingga belum mendukung kelancaran pelaksanan program
BKR. Sedangkan penyediaan dukungan anggaran dari APBD kota Medan
dialokasikan untuk pelaksaan pelatihan petugas dan kader saja. Kalau anggaran
untuk kelompok BKR sendiri tidak ada.
Hal ini yang menyebabkan pengembangan kegiatan kelompok BKR
menjadi terhambat dan kurang direspon oleh orang tua di lingkungan sekitar.
Untuk itu diperlukan perhatian dari para tokoh masyarakat maupun agama untuk
memberikan kontribusi agar pelaksanaan Program BKR dapat berjalan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Nurjannah selaku Koordinator
PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015, beliau mengatakan
bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan BKR
untuk kelompok tidak ada sehingga belum dapat mendukung kelancaran kegiatan.
Untuk mengadakan penyuluhan dilakukan di kantor Lurah. Sementara dukungan
anggaran juga tidak ada. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kegiatan BKR untuk
membantu membeli makanan dan minuman anggarannya dari uang kas arisan dari
semua kader dan ibu-ibu PKK.
Hal ini juga dibenarkan oleh para Kader di Kecamatan Medan Deli yaitu
Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah. Mereka
mengatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan dalam
kegiatan program BKR tidak ada, sejauh ini hanya dilakukan di kantor Kelurahan.
Tetapi di Kelurahan Kota Bangun sudah diberi buku-buku materi BKR sementara
di Kelurahan Titi Papan ada kontibusi yang diberikan masyarakat berupa tempat
untuk melaksanakan kegiatan. Untuk membeli konsumsi pada saat kegiatan,
anggarannya dari uang kas kader-kader dan kontribusi PKK.
Berdasarkan hasil paparan yang disampaikan oleh narasumber di atas maka
dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjung
kelancaran kegiatan BKR di Kecamatan Medan Deli belum memadai dan tidak
ada dukungan penyediaan anggaran bagi pengembangan kegiatan BKR. Dalam
hal ini, sarana dan prasarana yang dimaksud adalah ketersediaan tempat, peralatan
dan anggaran yang dapat mendukung kelancaran kegiatan dalam Program BKR.
Dengan demikian proses adaptasi dalam program Bina Keluarga remaja
(BKR) belum berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan kemampuan petugas
penyuluh yang sudah memadai juga belum dapat membuat pengetahuan orang tua
maupun kader meningkat dan didukung tidak adanya sarana dan prasara untuk
kelancaran kegiatan BKR.
bekerja. Selain itu, juga masih rendahnya sebagian besar kesedian dan
keikutsertaan para orang tua untuk mengembangkan Bina Keluarga Remaja
(BKR) di Kecamatan Medan Deli.
Adanya Upaya untuk mengembangkan Program BKR juga telah dilakukan
dengan bekerjasama pada organisasi pemerintah seperti Dinas Kesehatan, Dinas
Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olahraga maupun organisasi lainnya seperti Tim
Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) dan Ikatan Remaja
Masjid (IRMA).
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang
Pemberdayaan Keluarga juga selaku Pengelola Program Bina Keluarga Remaja
(BKR) mengatakan bahwa dalam melakukan pendekatan kepada orang tua
diperlukan Sosialisasi yang dilakukan oleh petugas lapangan yang ditempatkan di
Kelurahan. Namun proses penyuluhan yang dilakukan belum juga dapat menarik
para orang tua untuk ikut dalam kegiatan BKR. Selain itu, juga diperlukan mitra
kerja sama dalam mempromosikan kegiatan BKR ini.
Sehingga diperlukan strategi operasional dalam mengembangkan program
Bina Keluarga Remaja (BKR), diantaranya adalah :
a. Strategi pendekatan, yaitu dengan melakukan pendekatan-pendekatan
sasaran yang terdiri dari orang tua, remaja, kelompok sebaya, tokoh
agama dan tokoh masyarakat.
b. Strategi pelembagaan, yaitu mempromosikan melalui kegiatan-kegiatan
lain di lingkungan setempat.
tentang tumbuh kembang anak remaja. Keadaan ini juga disebabkan karena
kurangnya perhatian dan pengawasan Pengelola Program Bina Keluarga Remaja
(BKR) terhadap pengembangan Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kecamatan
Medan Deli.
Minimnya
pemahaman
kelompok
BKR
ini
dikarenakan
belum
terlaksanannya penyuluhan materi bahkan sama sekali tidak ada materi yang
diberikan Petugas Lapangan tentang substansi BKR mengenai peran orang tua
dalam pembinaan anak remaja, kesehatan reproduksi remaja, penanaman nilainilai moral pada remaja, HIV/AIDS dan keterampilan/kecakapan hidup anak
remaja. Sementara Pelatihan dan orientasi telah dilaksanakan oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana kepada pelaksana program
BKR yaitu Petugas Penyuluh Lapangan. Hal ini berarti Petugas Lapangan belum
menjalankan tugasnya dengan optimal walaupun ada upaya yang mereka lakukan
dalam pengembangan BKR. Sedangkan bagi Kader BKR di Kecamatan Medan
Deli belum ada yang diberikan pelatihan.
Keterbatasan
anggaran
juga
menjadi
kendala
dalam
melakukan
mengikuti kegiatan dapat bermafaat dan sebagai salah satu upaya untuk terhindar
dari perilaku menyimpang seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba,
pernikahan dini dan kejahatan kriminalitas lainnya.
Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa Program Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kecamatan Medan
Deli sudah berjalan ini dibuktikan dari adanya kelompok BKR yang terbentuk,
prosedur pelaksanaan pembentukan kelompok yang telah dibuat didasarkan aspek
legalitas, dan petugas pelaksana kegiatan program yang telah memiliki
kemampuan dan berkompeten.
Namun, untuk pelaksanaan kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) tersebut
belum dapat dikatakan efektif. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang dilakukan
tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, ini dibuktikan dari hasil
wawancara oleh kader-kader BKR bahwa kegiatan BKR ini tidak rutin dilakukan
setiap bulan, misalnya bulan ini dilaksanakan dan bulan depan tidak ada
kegiatan. Kemudian sasaran yang dijadikan target BKR juga belum memadai, hal
ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Kepala Bidang Ketahan dan Pemberdayaan
Keluarga selaku pengawas dan sekaligus pengelola program BKR di Kota Medan
bahwa jumlah kelompok yang ada saat ini juga masih belum memadai, dan
harapan ke depannya juga harus dibuat kelompok konseling BKR di setiap
lingkungan.
Selain itu, belum berhasilnya proses sosialisasi yang dilakukan, belum
terlaksananya penyuluhan materi, terbatasnya SDM pelaksana dan terbatasnya
dukungan anggaran bagi pengembangan kegiatan BKR juga menjadi faktor
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penelitian dilakukan oleh peneliti tentang efektivitas pelaksanaan
program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli, maka penulis membuat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Program BKR yang dilakukan di Kecamatan Medan Deli tidak
rutin dilakukan setiap bulan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya, kemudian sasaran program yang terbentuk dalam kelompok juga
belum memadai di setiap kelurahan bila dibandingkan dengan jumlah keluarga
yang mempunyai remaja di lingkungan sekitar. Hal ini membuat pencapaian
tujuan tidak tercapai secara efektif.
2. Prosedur pelaksanaan kegiatan dalam pembentukan kelompok sudah baik
sesuai dengan administrasi pelaksanaanya, hanya saja orang tua dan remaja
kurang aktif sementara sosialisasi yang diberikan juga sudah berjalan dengan
bentuk penyuluhan dan pendekatan kepada orang tua. Oleh karena itu,
diperlukan upaya mengembangkan kegiatan kelompok BKR ini dengan
memadukan kegiatan lain agar lebih efisien dan juga dibantu oleh stakeholder
maupun mitra kerja sama di lingkungan setempat.
3. Sebagian besar petugas penyuluh yang bertugas di setiap kelurahan di
Kecamatan Medan Deli sudah memadai, namun pemberian materi substansi
BKR belum dilakukan oleh petugas secara merata. Hal ini dikarenakan
B. Saran
Saran adalah suatu masukan atau rekomendasi yang dibuat untuk
menyempurnakan hasil dari sebuah penelitian. Dimana saran sebagai maukan bagi
pihak terkait yang menjadi objek penelitian yang dilakukan peneliti pada waktu
yang akan datang.
1. Diharapkan petugas penyuluh dan mitra kerja berkoordinasi dengan kelompok
BKR untuk membuat kesepakatan tentang jadwal kegiatan BKR di masingmasing Kelurahan. Sehingga para petugas maupun orang tua dapat mengatur
waktunya untuk hadir dalam pelaksanaan kegiatan BKR. Oleh karena itu,
kegiatan ini dapat terlaksana rutin setiap bulannya. Dan diharapkan pula
keterlibatan serta partisipasi orang tua untuk mengembangkan kegiatan BKR
yang telah dicanangkan oleh BKKBN dengan maksud dan tujuan agar para
orang tua dapat mendidik dan membina anak remaja dengan benar,
meningkatkan keharmonisan keluarga dan membentuk keluarga yang
berwawasan kependudukan.
2. Diharapkan pelaksanaan sosialisasi yang dilakukan dapat lebih menarik minat
orang tua untuk mengetahui lebih jauh tentang Program BKR ini dengan
membuat spanduk, brosur dan gambar-gambar. Selain itu, pendekatan yang
yang dilakukan oleh pengelola dan pelaksana sebaiknya ditunjukkan dengan
sikap peduli, ramah dan terbuka sehingga para orang tua pun tertarik untuk
mengikuti kegiatan BKR dan jumlah Kader yang ada dapat bertambah dengan
diberikan pelatihan agar
dapat
mengembangkan BKR.
3. Kompetensi petugas juga diharapkan dapat lebih ditingkatkan lagi dengan
pelatihan dan orientasi yang sebaiknya juga rutin dilakukan oleh Badan
Pemberdayaan
Perempuan
dan
Keluarga
Berencana
(PPKB)
untuk