Anda di halaman 1dari 110

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA


REMAJA (BKR) PADA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN MEDAN DELI

IRA PUSPITA SARI


1103100079
Program Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan program yang
dicanangkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) melalui Direktorat Bina Ketahanan Remaja (Dithanrem) yang tugas
dan fungsinya dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana di Kota Medan. Program ini dikembangkan oleh Petugas Lapangan KB
dan dibantu Stakeholder yang ada di setiap Kelurahan. Sasaran program ini
ditujukan bagi remaja dan keluarga yang memiliki remaja sebagai wadah dan
sumber informasi bagi orang tua untuk memperoleh pengetahuan tentang
pembinaan remaja agar terwujudnya remaja yang berakhlak mulia dan terciptanya
keluarga sejahtera.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program
bina keluarga remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan dan Keluarga Berencana
di Kecamatan Medan Deli. Manfaat penelitian ini adalah untuk membantu para
orang tua membina anak remaja mereka melalui sosialisasi dengan memberikan
pemahaman tentang kesehatan reproduksi, fungsi keluarga dan tumbuh kembang
remaja sehingga tercapai kualitas kesehatan bagi remaja.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan studi analisis kualitatif. Narasumber penelitian
adalah 8 orang yang terdiri dari 3 orang pengelola BKR dan 5 orang kader di
Kecamatan Medan Deli.
Hasil akhir penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan program BKR
di Kecamatan Medan Deli sudah berjalan namun belum dapat dikatakan efektif.
Hal ini terlihat dari kegiatan penyuluhan tidak rutin dilakukan setiap bulan,
sosialisasi yang diberikan belum merata dan tidak adanya penyediaan sarana dan
prasarana kegiatan. Sehingga belum dapat memberikan pemahaman kepada orang
tua tentang materi substansi BKR. Oleh karena itu, dari hasil yang diperoleh
melalui penelitian ini dapat dijadikan referensi dan rekomendasi untuk
mendukung kelancaran pengembangan program BKR di Kecamatan Medan Deli
pada khususnya.

KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skipsi ini dengan tepat waktu. Tak lupa shalawat berangkaikan
salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
mempunyai suri tauladan dan membawa ummat manusia keluar dari zaman
kebodohan menuju zaman yang terang-benderang dengan ilmu pengetahuan.
Syukur Alhamdulilah akhirnya skripsi dengan judul Efektivitas
Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) Pada Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli dapat
terselesaikan. Skripsi ini juga merupakan syarat untuk menempuh ujian tingkat
Sarjana pendidikan S-1 dan memperoleh gelar sarjana sosial pada Jurusan Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
tak terhingga untuk keluarga penulis yang teristimewa dan tersayang, khususnya
kepada Ibunda Penulis Fatimah dan Ayahanda Tri Yasin Hanato serta Adinda
Yaqub Fadel Fadly yang tak pernah berhenti memberikan kasih sayang, nasehat
dan dukungan dari awal sampai akhir kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu

memberikan kesehatan, keselamatan, lindungan dan membalas semua kebaikan


Ibunda, Ayahanda dan Adinda saya tercinta. Aamiin.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan batas dan
segala kemampuan yang dimiliki.
Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Agussani, M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
2. Bapak Rudianto, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Tasrif Syam, M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan Dosen Penasehat
Akademik penulis.
4. Ibu Nalil Khairiah, S.IP, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
5. Ibu Ida Martinelly, S.H, MM, selaku dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara sekaligus Pembimbing I
yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Nalil Khairiah, S.IP, M.Pd, selaku dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara sekaligus Pembimbing
II penulis yang telah banyak meluangkan waktunya disela kesibukan untuk
memberikan bimbingan, masukan, dan perbaikan-perbaikan dalam penulisan
skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
7. Dosen-dosen dan seluruh Staf Pegawai di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
8. Bapak Drs. Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, Ibu
Rormawarni S.E, selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga, Ibu Nurjannah
selaku Koordinator PLKB Kecamatan Medan Deli dan seluruh pegawai di
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan yang
telah banyak memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
9.

Bapak Camat Medan Deli yang telah memberikan izin penulis untuk
melakukan penelitian di Kecamatan Medan Deli.

10. Para narasumber yang disertakan dalam penelitian ini, yang telah memberikan
bantuan berupa informasi yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.
11. Untuk Alm. Kakek dan Nenek saya yaitu Nenek Sadinam dan Alm. Kakek
Gito terima kasih atas kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.
12. Untuk Uwak, Ibuk dan Paman Saya, terima kasih atas dukungan dan semangat
serta perhatian yang diberikan dari saya kecil hingga dewasa seperti saat ini.
13. Untuk Sepupu-sepupu tersayang yang tak bisa disebutkan satu per satu, terima
kasih atas semangat, bantuan dan dukungan yang kalian berikan. Khususnya

Kakak Sunita Effiani, Abang Afrizal, Abang Satrio dan Abang Mhd. Prasetyo,
Abang Andriansyah.
14. Untuk sahabat penulis, Sri Wahyuni Siregar (Bebeh), Indra Sukmana (Indro),
Aji Kusuma Nur (Ajo), Solihin (Pak Lihin) dan M.Gusti (Mamang), terima
kasih telah menjadi sahabat yang baik dikala sedih maupun senang. Semoga
persahabatan kita tak lekang oleh waktu.
15. Untuk teman-teman sepengkaderan IMM FISIP UMSU Tahun 2011 Husna,
Ikhsan (Intan Bayo), Mulkan, Buya, Ade, Anto (bule), Himne Harma (Ifni
Ocik), Mardiani Tanjung (Wak Njung), bang Siddiq, dan Yugi.
16. Teman-teman dekat khususnya Unnie Saidah, Rama Ayunita, Rika Rumida,
Hardiyani dan Rekan-rekan seangkatan IAN 2011 khususnya IAN A2 Sore dan
IAN B2 Adm. Pembangunan. Semoga Allah selalu merahmati dan memberikan
kesuksesan kepada kita semua. Aamiin.
17. Untuk teman-teman SMA penulis, khususnya Hendra Mora Harahap, Fatwa
Rizky, Intan Fauzi Ramadhani, Wahyu Rizka A, Zaida Adlina Lubis.
18. Untuk Senior penulis di PK IMM FISIP UMSU Dwi ramadhana, Jehan Ridho,
Dyo Saqib Arsalan, Agung Purnomo, Rodliyatan N., Sigit Hardianto, Nusul
Ramadhan, Ria Agustina, Astri Dewi, Jilawati, Ima Zahara, Khuriah, Alvino.
19. Untuk adinda di PK IMM FISIP UMSU Indah, Ayu, Hamdy, Wendy, Arif, Ina,
Bryan, Adhan, Wahyu gemot, Fadil, Nanda, Dira, Gangga, Faisal, Laila, Jefry,
Ilham, Yona, Aji, Juliandi, Susi, Nurmalia, Kiki, Yopie, Fikri, Arif Ghazali,
Wahyu, Yuca, Amel dan adek-adek di PK IMM FISIP UMSU lainnya yang tak

tersebutkan satu per satu terima kasih atas bantuan dan dukungan yang adikadik berikan. IMM JAYA!!!
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak semoga mendapat balasan yang berlipat ganda oleh Allah
Swt. Penulis juga meminta maaf atas semua kekurangan dan kesalahan yang ada
selama penulisan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Aamiin Ya Rabbalalamiin
Billahifisabililhaq Fastabiqul khairat,
Wassalaamualaikum Wr. Wb.

Medan,

Februari 2015
Penulis

IRA PUSPITA SARI

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan ............................................................... 7

BAB II

URAIAN TEORITIS
A. Konsep Efektivitas ................................................................... 8
1. Pengertian Efektivitas .......................................................... 8
2. Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas ............................... 11
3. Ukuran Efektivitas ............................................................... 12
B. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) .................................... 16
1. Konsep Program .................................................................. 16
2. Pengertian Program Bina Keluarga Remaja (BKR) .............. 17
3. Tujuan dan Sasaran BKR ..................................................... 19
4. Kebijakan dan Strategi BKR ................................................ 21

5. Substansi Program BKR ...................................................... 22


6. Kegiatan-kegiatan dalam Pengelolaan BKR ......................... 23
C. Konsep Keluarga ...................................................................... 26
1. Pengertian Keluarga............................................................. 26
2. Fungsi Keluarga .................................................................. 27
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian......................................................................... 34
B. Narasumber .............................................................................. 35
C. Definisi Konsep ....................................................................... 36
D. Kerangka Konsep ..................................................................... 36
E. Kategorisasi ............................................................................. 37
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 39
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 40
H. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 41
I. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Penyajian Data ......................................................................... 65
B. Analisis Data Wawancara......................................................... 70
C. Pembahasan Hasil Wawancara ................................................. 86

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 95
B. Saran ........................................................................................ 96

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel IV.1

Distribusi Narasumber Menurut Jenis Kelamin .................... 66

Tabel IV.2

Distribusi Narasumber Menurut Umur ................................. 67

Tabel IV.3

Distribusi Narasumber Menurut Tingkat Pendidikan ............ 68

Tabel IV.4

Distribusi Narasumber Menurut Pekerjaan ........................... 68

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 3.1

Kerangka Konsep ................................................................ 37

Gambar 3.2

Bagan Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan


Keluarga Berencana Kota Medan......................................... 45

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

: Daftar Pedoman Wawancara

Lampiran II

: Wawancara Penelitian

Lampiran III

: SK-1 Permohonan Persetujuan Judul Skripsi

Lampiran IV

: SK-2 Surat Penetapan Judul Skripsi dan Pembimbing

Lampiran V

: SK-3 Permohonan Seminar Proposal Skripsi

Lampiran VI

: SK-4 Undangan Seminar Proposal Skripsi

Lampiran VII

: Sk-5 Berita Acara Bimbingan Skripsi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan salah satu program
yang dikembangkan oleh Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dalam upaya menciptakan ketahanan keluarga dan mewujudkan
peningkatan kualitas remaja sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 52 Tahun
2009, tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dimana
dalam pengelolaan programnya didasarkan pada Peraturan Kepala BKKBN Nomor
109/PER/F2/2012. Program Bina Keluarga Remaja (BKR) ini merupakan salah satu
kegiatan yang sangat strategis dalam mengupayakan terwujudnya Sumber Daya
Manusia potensial melalui upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
keluarga dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang remaja melalui peran
orang tua dalam keluraga. Selain itu, dengan adanya program BKR ini diharapkan
dapat mengatasi meningkatnya kecenderungan perilaku seks bebas di kalangan
remaja.

Agar program Bina Keluarga Remaja (BKR) terlaksana dengan efektif


diperlukan kecakapan dari para pelaksana dan pengelola program dengan
meningkatkan kompetensi petugas penyuluh sehingga dapat memberikan
penyuluhan materi tentang remaja kepada orang tua terutama pada anggota BKR.
Hal ini dilakukan agar program BKR dapat terlaksana secara tepat sasaran
berdasarkan pada kebijakan dan strategi program BKR dengan memfasilitasi
tersedianya sarana dan prasarana pendukung kelompok BKR, mengintegrasikan

kegiatan PIK Remaja dengan kegiatan kelompok BKR, dan menyediakan


dukungan anggaran bagi pengembangan kegiatan BKR yang bertujuan untuk
membangun keluarga berwawasan kependudukan dan pembinaan moral serta
sikap remaja melalui peran orang tua dalam keluarga.
Jumlah remaja yang banyak yaitu sekitar 27,6 % atau 64 juta jiwa dari total
penduduk Indonesia sangat memerlukan perhatian khusus dari semua pihak, apalagi
usia remaja adalah masa pancaroba, masa pencarian jati diri, di tambah lagi dengan
arus globalisasi dan informasi (paparan media audio-visual) yang kian tak terkendali
menyebabkan perilaku remaja menjadi tidak sehat (unhealthy) dan berdampak pada
resiko Triad KRR seperti seks pranikah, narkoba, HIV dan AIDS, meningkatnya
pernikahan usia dini, dan tingginya angka kematian ibu dan anak.

Berdasarkan Survey Kesehatan Repoduksi Remaja Indonesia (SKRRI,


2002-2003) didapatkan bahwa remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah
berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun (perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%),
sedangkan usia 20-24 tahun (perempuan 48,6%, laki-laki 46,5%), dan 21,2%
remaja mengaku pernah aborsi. Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun
2008, menunjukkan bahwa terdapat 115.404 kasus pengguna NAPZA (Narkotika,
Psikotropika, dan Zat adiktif) serta data dari Kemenkes RI, tahun 2011
menunjukkan bahwa penderita AIDS adalah sekitar 49,5% diantaranya adalah
kelompok

usia

20-29

tahun.

(www.kulonprogokab.go.id/v21/Membangun-

Kesadaran-Remaja-Berprilaku-Sehat-1655 di akses pada pukul 21.35 WIB, 8


November 2014).

Permasalahan remaja seperti yang terjadi di atas. seringkali berakar dari


rendahnya informasi dan pengetahuan remaja yang mengakibatkan remaja
cenderung mempraktekkan prilaku menyimpang. Selain itu, faktor sosial ekonomi
dan demografi, faktor budaya dan lingkungan serta faktor psikologi juga turut
menyumbang dampak buruk terhadap kesehatan remaja. Tentu saja, hal ini dapat
mengganggu perencanaan kehidupan remaja di masa yang akan datang.
Orang tua sebagai pendidik pertama dalam keluarga mempunyai peran
yang sangat penting dalam mencegah dan menanggulangi perilaku menyimpang
pada remaja (Juvenile delinquency) karena remaja sebagai generasi penerus
merupakan aset bangsa yang diharapkan mempunyai kualitas yang tinggi terutama
dalam mencapai cita-cita pembangunan bangsa sehingga perlu diberikan
pembinaan terhadap tumbuh kembang anak remaja yang optimal dengan
menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda dalam Hadist Riwayat al-Turmudzi
Tidak ada pemberian orang tua yang paling berharga terhadap anaknya selain
budi pekerti yang baik.
Dalam

rangka

merespon

permasalahan

remaja

tersebut,

Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) sebagai Satuan Kerja


Perangkat Daerah Keluarga Berencana (SKPD KB) Kota Medan bertugas
mengembangkan dan melaksanakan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) di
Kota Medan melalui Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2010 tentang Tupoksi
dan Tata Kerja Badan PPKB Kota Medan yang tugasnya diselenggarakan oleh
Seksi Advokasi dan Pengembangan Institusi. Badan PPKB terus berupaya

mengembangkan dan melaksanakan program BKR pada keluarga atau anggota


keluarga di Kota Medan khususnya di Kecamatan Medan Deli agar semakin
banyak remaja dan keluarga yang mengetahui pentingnya membentuk kelompok
BKR sebagai wadah dan sumber informasi bagi orang tua dengan maksud agar
Program Bina Keluarga Remaja (BKR) semakin dikenal luas oleh remaja dan
orang tua sehingga permasalahan di atas dapat teratasi.
Penelitian ini akan dilakukan di kantor Badan PPKB Kota Medan untuk
melihat pelaksanan program BKR dan Sejauh mana keberhasilan program ini
dilakukan di Kecamatan Medan Deli sebagai wilayah kajiannya. Dalam rangka
mengimplementasikan program BKR di tingkat kecamatan maka ditempatkan
petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang tugas dan
fungsinya antara lain adalah melakukan pembinaan dan mengkoordinasikan
pelaksanaan program BKR terhadap institusi masyarakat yang terkait. Sehingga
para Orang tua di Kecamatan Medan Deli dapat menerima manfaat dari hasil
pelaksanaan program BKR dan remaja juga mampu secara mandiri menata
kehidupannya di masa depan dan berkreativitas dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti bahwa kegiatan BKR yang
dilakukan di Kecamatan Medan Deli hingga saat ini masih sebatas pembentukan
kelompok saja. Oleh karena itu, Pengembangan kegiatan kelompok BKR masih
pada stratifikasi dasar dan kegiatannya belum dilaksanakan secara merata
diberbagai tingkatan. Untuk itu, diperlukan orientasi dan pembinaan secara
optimal dan upaya pemantapan dari Badan PPKB dan lembaga pelaksananya
untuk mengembangkan pengelolaan BKR khususnya di Kecamatan Medan Deli.

Hal ini dilakukan demi tercapainya harapan dan tujuan program secara efektif
dalam menyiapkan keluarga sejahtera. Atas dasar pemikiran dan asumsi
sebagaimana di uraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Efektivitas Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR)
Pada Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Di
Kecamatan Medan Deli.

B. Perumusan Masalah
Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan
perkembangan. Oleh karena itu, perumusan masalah merupakan hal yang sangat
penting dilakukan sehingga peneliti dapat terarah dalam membahas masalah yang
akan diteliti, mengetahui arah batasan penelitian, serta meletakan pokok yang
akan dikaji atau dibahas dalam suatu penelitian.
Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2012 : 93), masalah adalah
lebih dari sekedar pertanyaan, dan jelas berbeda dengan tujuan. Masalah adalah
suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang
menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya
memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah
Efektivitas Pelaksanaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan
Deli?

C. Tujuan Penelitian
Usman dalam Sumartono (2000:29), berpendapat bahwa tujuan penelitian
sangat penting dilakukan agar peneliti lebih terarah dalam melaksanakan
penelitiannya, setiap penelitian yang dilakukan harus mempunyai tujuan,
demikian pula halnya dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja
(BKR) pada badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana di
Kecamatan Medan Deli.
2) Untuk mengetahui pemahaman orang tua di Kecamatan Medan Deli tentang
materi Substansi Bina Keluarga Remaja (BKR) dalam rangka menciptakan
keluarga yang berwawasan kependudukan.

D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi


pemikiran yang positif dan membangun bagi pemecahan masalah praktis
yang berkaitan dengan judul penelitian.

b.

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu


pengetahuan serta memperluas wawasan penulis dalam menghadapi masalah
yang ada.

c.

Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai


sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan so

E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN : Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah
mengenai konteks penelitian, Perumusan masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II URAIAN TEORITIS : Bab ini berisikan dan menguraikan teori tentang
konsep efektivitas, ukuran efektivitas, menjelaskan tentang program Bina
Keluarga Remaja yang diuraikan mulai dari pengertian, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup, kebijakan dan strategi pengelolaan BKR, kegiatan dalam pengelola BKR
dan pengelola kelompok, konsep menganai keluarga, pengertian keluarga dan
fungsi keluarga.
BAB III METODE PENELITIAN : Berisikan persiapan dan pelaksanaan
penelitian yang menguraikan tentang jenis penelitian, narasumber, defenisi
konsep, kerangka konsep, kategorisasi, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data, lokasi waktu penelitian, dan deskripsi lokasi penelitian.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN : Bab ini berisikan

tentang analisa data penelitian yang menguraikan penyajian data, analisis data
hasil wawancara dan pembahasan analisis data tentang efektivitas pelaksanaan
program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli.
BAB V PENUTUP : Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil
penelitian dan rekomendasi yang dianggap relevan dengan penelitian yang
dilakukan.

BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Konsep Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas adalah suatu kosa
kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, ditaati,
mengesankan, mujarab, dan mujur. Dari sederatan arti di atas, maka kata yang
paling tepat untuk memahami efektivitas adalah sesuatu yang dilakukan berhasil
dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketetapan
penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas selalu terkait dengan
hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai.
Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (view point) dan dapat
dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi.
Efektivitas dapat digunakan untuk mengukur suatu kerja organisasi karena
efektivitas merupakan kemampuan untuk dapat memilih tujuan yang tepat atau
peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain, pelaksanaan pekerjaan atau program di dalam organisasi dikatakan efektif
apabila dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan dengan metoda (cara) yang
tepat untuk mencapai tujuan.
Menurut Drucke yang dikutip Handoko (2003:07), efektivitas adalah
melakukan pekerjaan yang benar (doing the rigth things). Maksudnya bukan
bagaimana melakukan pekerjaan dengan benar, tetapi bagaimana menemukan

pekerjaan yang benar untuk dilakukan dan memusatkan sumber daya dan usaha
pada pekerjaan tersebut.
Denison dalam Pabundu (2010:135), mengemukakan bahwa ada empat
prinsip integratif mengenai efektivitas yang berhubungan dengan budaya
organisasi dan kinerja organisasi. Keempat prinsip ini diberi nama empat sifat
utama (main cultural traits) yang mencakup keterlibatan (involvement),
konsistensi (consistency), adaptabilitas (adaptability), dan misi (mission).
Georgopolous dan Tannembaum (1999:50), melakukan penilaian terhadap
efektivitas. Mereka meninjau efektivitas dari sudut pencapaian tujuan, dan
berpendapat bahwa rumusan keberhasilan organisasi harus mempertimbangkan
bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanismenya mempertahankan diri dan
mengejar sasarannya. Dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan
dengan masalah sarana maupun tujuan-tujuan organisasi.
Lebih lanjut, Agung Kurniawan (2005:109) dalam bukunya Transformasi
Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas adalah kemampuan melaksanakan
tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau
sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.
Sedangkan menurut Streers (1985:87) Efektivitas adalah jangkauan usaha
suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sasaran tertentu
untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber
daya itu serta tanpa memberi tekanan yang wajar terhadap pelaksanaannya.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan
bahwa efektivitas adalah merupakan suatu konsep yang sangat penting karena

mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam


mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan. Memperhatikan beberapa
pendapat para ahli di atas, bahwa konsep efektivitas merupakan suatu konsep
yang bersifat multidimensional, artinya dalam mendefinisikan efektivitas berbedabeda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari
efektivitas adalah pencapaian tujuan yang dilaksanakan dengan tepat sesuai
dengan yang telah direncanakan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Emerson
dalam Handayaningrat (1996:16), bahwa Efektivitas adalah pengukuran dalam
arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan. Jadi apabila tujuan
tersebut telah dicapai, baru dapat dikatakan efektif.
Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui
konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah
perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen
organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan
organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau
dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang
dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta
metode dn model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila
dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan dikatakan efektif
bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang
bermanfaat.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas


Menurut Sutrisno (2011:125) ada empat kelompok variabel yang
berpengaruh terhadap efektivitas, ialah :
a. Karakteristik organisasi, termasuk struktur dan organisasi
b. Karakteristik lingkungan interen dan lingkungan eksteren
c. Karakteristik karyawan
d. Kebijakan praktik manajemen
Sedangkan menurut Gibson et. Al (1992:28), bahwa terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas antara lain :
a. Kemampuan
Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan seseorang dalam
dirinya, baik kemamuan teknik maupun kemampuan umum.
b. Keahlian
Keahlian adalah kemampuan spesifik yang dimiliki seseorang untuk
menangani masalah teknis tertentu dalam pekerjaan terutama dalam
pelaksanaan program-program kegiatan dalam suatu organisasi.
c. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan suatu kemampuan yang diperoleh dari
pengembangan diri melalui penelusuran keilmuan.
d. Sikap
Sikap adalah kepribadian yang tercermin dari wujud perilaku seseorang
dengan sikap yang baik maka efektivitas pelaksanaan suatu kegiatan
atau program dapat dilakukan dengan baik pula.

e. Motivasi
Motivasi marupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.
f. Stress
Stress adalah tekanan yang timbul akibat tekanan lingkunga di luar diri
manusia seperti pekerjaan yang dilakukan.

3. Ukuran Efektivitas
Mengukur efektivitas suatu organisasi bukanlah suatu hal yang sangat
mudah dan sederhana. Keluaran (output) yang dihasilkan lebih banyak bersifat
keluaran (output) tidak berwujud (intangible) yang tidak mudah untuk
dikuantifikasi, maka pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan.
Kesulitan dalam pengukuran efektivitas tersebut karena pencapaian hasil
(outcome) seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek, akan tetapi
dalam jangka panjang setelah program berhasil, sehingga ukuran efektivitas
biasanya dinyatakan secara kualitatif (berdasarkan pada mutu) dalam bentuk
pernyataan saja (judgement), artinya apabila mutu yang dihasilkan baik, maka
efektivitasnya baik pula.
Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi
tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Cambell yang dikutip
oleh Richard M. Steers (1985:46-48) dalam bukunya Efektivitas Organisasi
menyebutkan beberapa ukuran dari pada efektivitas, yaitu:
1) Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi;

2) Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan;


3) Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap
biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut;
4) Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua
biaya dan kewajiban dipenuhi;
5) Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang
dan masa lalunya;
6) Pemanfaatan

lingkungan

yaitu

batas

keberhasilan

organisasi

berinteraksi dengan lingkungannya, memperoleh sumber daya yang


langka dan berharga yang diperlukannya untuk operasi yang efektif;
7) Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya
sepanjang waktu;
8) Semangat Kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian
tujuan, yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan
perasaan memiliki;
9) Motivasi artinya adanya kekuatan yang mucul dari setiap individu
untuk mencapai tujuan;
10) Kepuasan yaitu adanya tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang
atas pekerjaanya dalam organisasi;
11) Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai
satu sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan
mengkoordinasikan;

12) Keluwesan Adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk


mengubah prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk
mencegah keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan.
Sehubungan dengan hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran
efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya sasaran dan tujuan yang
akan dicapai. Selain itu, terdapat indikator ukuran efektivitas program sebagai
suatu sistem yang menunjukan tingkat sejauh mana organisasi melaksanakan
fungsi-fungsinya secara optimal berdasarkan pada indikator : 1) kejelasan dan
efektivitas tujuan program; 2) kejelasan strategi pencapaian; 3) perumusan
kebijakan program yang mantab; 4) penyusunan program yang tepat; 5)
penyediaan sarana dan prasarana; 6) efektivitas operasional dan fungsional
program; 7) efektivitas sasaran program; 8) efektivitas individu dan unit kerja
dalam pelaksanaan kebijakan. Disamping itu adanya evaluasi apabila terjadi
kesalahan pengertian pada tingkat produktivitas yang dicapai, sehingga akan
tercapai suatu kesinambungan (sustainabillity).
Streers dalam Tangkilas (2007:140), mengemukakan 5 (lima) kriteria
dalam pengukuran efektivitas, yaitu :
1) Produktivitas
2) Kemampuan adaptasi kerja
3) Kepuasan kerja
4) Kemampuan berlaba
5) Pencarian sumber daya

Pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan, bahwa efektivitas merupakan


usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang
ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran yaitu
masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Duncan dikutip M. Steers (1985:53)
dalam

bukunya

Efektivitas

Organisasi

mengatakan

mengenai

ukuran

efektivitas, sebagai berikut :


1) Pencapaian Tujuan
Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang
sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin
terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagianbagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan
terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (a) Kurun waktu pencapaiannya ditentukan, (b)
sasaran merupakan target yang kongktit.
2) Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi
untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan
berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi terdiri dari beberapa faktor, yaitu :
(a) prosedur, (b) proses sosialisasi.
3) Adaptasi
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri yang dilakukan untuk
meyelaraskan suatu individu terhadap perubahanperubahan yang terjadi di
lingkungannya. Adaptasi terdiri dari beberapa faktor, yaitu : (a) peningkatan
kemampuan (b) sarana dan prasarana.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengukuran merupakan


penilaian dalam arti tercapainya sasaran yang telah ditentukan sebelumnya dengan
menggunakan sasaran yang tersedia. Oleh karena itu, dalam rencana penelitian ini
peneliti

menggunakan

teori

pengukuran

efektivitas

sebagaimana

yang

dikemukakan oleh Duncan dalam Steers (1985:53), yaitu : pencapaian tujuan,


integrasi, dan adaptasi. Dengan teori ini diharapkan dapat mengetahui efektivitas
pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) yang dilakukan oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) di Kecamatan Medan
Deli yang bertujuan untuk meningkatkan peran serta orang tua dalam membina
anak remaja sehingga remaja dapat tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan
mampu merencanakan kehidupannya di masa yang akan datang.

B. Program Bina Keluarga Remaja (BKR)


1. Konsep Program
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu
kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek yaitu mengenai tujuan
kegiatan yang akan dicapai, kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan, aturan
yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui, perkiraan anggaran yang
dibutuhkan serta diperlukannya strategi pelaksanaan.
Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan
lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program
yang diuraikan oleh Jones (1996:295) adalah cara yang disahkan untuk mencapai

tujuan. Beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk


mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:
a) Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan
atau sebagai pelaku program.
b) Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang
biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.
c) Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif
dapat diakui oleh publik.
Oleh karena itu, program terbaik di dunia adalah program yang didasarkan
pada model teoritis yang jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang
ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada
pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan
apa yang menjadi solusi terbaik, sehingga pelaksanaan program Bina Keluarga
Remaja (BKR) yang telah dibentuk dapat berjalan secara efektif sesuai dengan
harapan dari lembaga BKKBN melalui Badan PPKB yang pelaksanaan
lapangannya dilakukan oleh PLKB dan Kader BKR Kecamatan Medan Deli.

2. Program Bina Keluarga Remaja (BKR)


Program Bina Keluarga Remaja merupakan aplikasi dari program Generasi
Berencana (GenRe) yang dilakukan melalui pendekatan kepada keluarga yang
mempunyai remaja. Bina Keluarga Remaja merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh keluarga (orang tua) khususnya untuk meningkatkan bimbingan dan
pembinaan tumbuh kembang anak dan remaja secara baik dan terarah dalam

rangka pembangunan Sumber Daya Manusia yang bermutu, tangguh, maju dan
mandiri. BKR dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari orang tua dan anak
remaja yang dibimbing dan dibantu oleh fasilitator/motivator/kader dari tenaga
masyarakat

secara

sukarela

dengan

pembinaan

oleh

pemerintah.

(www.http://badankbppakukerr.blogspot.nl/2012/10/bina-keluarga-remaja-binakeluarga.html?m=1 , diakses pada tanggal 8 November 2014)


Program Bina Keluarga Remaja merupakan suatu wadah yang berupaya
untuk mendapatkan pemahaman orang tua dalam mendidik anak remaja yang
benar yang dilakukan dalam bentuk kelompok kelompok kegiatan, dimana
orang tua mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang bagaimana
meningkatkan dan membina tumbuh kembang anak remaja.
Pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) dapat membantu
orangtua dalam memahami remaja, permasalahan remaja, dan cara berkomunikasi
dengan remaja. Melalui kelompok BKR setiap keluarga yang memiliki remaja
dapat saling bertukar informasi dan berdiskusi bersama tentang hal-hal yang
berkaitan dengan remaja, meliputi Kebijakan Program GenRe, Penanaman NilaiNilai Moral Melalui 8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia Perkawinan,
Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS, Keterampilan Hidup, Ketahanan Keluarga
Berwawasan Gender, Komunikasi Efektif Orangtua terhadap Remaja, Peran
Orangtua Dalam Pembinaan Tumbuh Kembang Remaja, Kebersihan dan
Kesehatan Diri Remaja, dan Pemenuhan Gizi Remaja.

Dengan demikian dapat disimpulan bahwa program BKR adalah program


yang dibuat bertujuan untuk membentuk karakter remaja melalui keluarga dan
pola asuh orang tua, yang telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang sangat
penting dalam pembentukan karakter remaja. Proses pola asuh orang tua meliputi
kedekatan orang tua dengan remaja, pengawasan orang tua, dan komunikasi orang
tua dengan remaja. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengembangan
kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) dapat membantu orang tua dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan anggota keluarga
lainnya dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang remaja.
3. Tujuan dan Sasaran BKR
a. Tujuan Bina Keluarga Remaja
Setiap instansi, lembaga maupun organisasi pasti memiliki tujuan
organisasi. Dengan adanya tujuan tersebut maka apa yang diinginkan setiap
organisasi akan tercapai, dengan tercapainya tujuan organisasi maka apa yang
menjadi sasaran sasaran setiap organisasi akan tercapai pula.
BKKBN (2012:05) tujuan BKR adalah meningkatkan pengetahuan
anggota keluarga terhadap kelangsungan perkembangan anak remaja, di antaranya
yaitu tentang pentingnya hubungan yang setara dan harmonis pada satu keluarga
dalam rangka pembinaan kepribadian anak dari remaja. Menumbuhkan rasa cinta
dan kasih sayang antara orang tua dan anak dan remajanya, atau sebaliknya dalam
memecahkan berbagai masalah yang di hadapi oleh masing-masing pihak
sehingga timbul rasa hormat dan saling menghargai satu sama lain. Terlaksananya
diteksi dini terhadap setiap gejala yang memungkinkan timbulnya kesenjangan

hubungan antara orang tua dan anak remaja di daam kehidupan rumah tangga.
Serta tercipta sarana hubungan yang sesuai yang di dukung sikap dan perilaku
yang rasional dalam bertanggung jawab terhadap pembinaan proses tumbuh
kembang anak dan remaja. Meningkatkan kepedulian, kesadaran dan tanggung
jawab orang tua terhadap kewajiban membimbing, meningkatkan pengetahuan,
kesadaran anak dan remaja dalam rangka meningkatkan ketahanan fisik dan non
fisik melalui interaksi, komunikasi yang sehat dan harmonis dalam suasana rumah
tangga yang bahagia dan sejahtera.
Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan program bina keluarga remaja
adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pembina dan pengelola
BKR, dalam menumbuhkembangkan program Bina Keluarga Remaja (dasar,
berkembang, paripurna).
2) Meningkatkan kualitas pelayanan kelompok BKR.
3) Mewujudkan kelompok BKR Paripurna.
4) Meningkatkan jumlah keluarga yang memiliki remaja yang aktif dalam
kegiatan kelompok BKR.
5) Memperluas jejaring kerja didalam pengelolaan BKR.
Dengan adanya tujuan dari Program BKR di atas diharapkan setiap
masyarakat khususnya di Kecamatan Medan Deli dapat memahami arti penting
dari kegiatan dalam BKR dan apa yang diinginkan serta menjadi target dari
BKKBN dalam mewujudkan pembangunan bangsa dan keluarga yang berkualitas
yang dilakukan melalui pembinaan kepada keluarga yang mempunyai remaja

sehingga remaja dapat tumbuh sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki
tanggung jawab, berakhlak, dan berprilaku sehat.

b. Sasaran Bina Keluarga Remaja


Sasaran program Bina Keluarga Remaja adalah setiap keluarga yang
memiliki anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah atau setara dalam
keluarga dan remaja yang sudah berusia 10-24 tahun. Sedangkan sasaran tidak
langsung yaitu guru, pemuka agama, pemuka adat, pimpinan organisasi
profesi/organisasi sosial kemasyarakatan, pemuda/wanita, para ahli dan lembaga
bidang ilmu yang terkait, serta institusi/lembaga pemerintah dan non pemerintah.
Oleh karena itu, setiap program memiliki tujuan dan sasaran begitu pula
dalam program BKR yang telah dikembangkan oleh lembaga BKKBN juga
memliki sasaran seperti yang tertera di atas, dengan adanya sasaran tersebut maka
apa yang menjadi visi dan misi lembaga BKKBN dapat tercapai dengan baik.

4. Kebijakan dan strategi


Setelah adanya tujuan dan sasaran dari organisasi ataupun lembaga di atas
selanjutnya setiap organisasi ataupun lembaga tersebut harus membuat kebijakan
dan strategi dalam menjalankan kebijakan tersebut. Di bawah ini merupakan
kebijakan dan strategi yang dimiliki oleh BKKBN dalam menjalankan program
Bina Keluarga Remaja (BKR) yaitu :
a. Kebijakan
a) Pembentukan dan pengembangan BKR

b) Peningkatan kualitas pengelola BKR


c) Peningkatan komitmen dengan stakeholder dan mitra kerja dalam
pengelolaan BKR
d) Peningkatan pelayanan BKR yang berintegrasi dengan kegiatan PIK
R/M
e) Penyediaan dan peningkatan kompetensi SDM pengelola BKR
b. Strategi
a) Melakukan advokasi tentang penumbuhan dan pengembangan BKR
b) Malakukan promosi dan sosialisasi tentang BKR
c) Menyediakan dukungan anggaran bagi kegatan BKR
d) Melaksanakan pelatihan dan orientasi bagi SDM Pengelola BKR
e) Mengembangkan materi substansi BKR sesuai dengan kebutuhan
keluarga remaja.

5. Substansi Program Bina Keluarga Remaja (BKR)


Substansi Program Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan pokokpokok materi yang dijadikan acuan untuk memberikan informasi dalam
penyuluhan dan konseling kepada Orang tua/keluarga. Substansi Program tersebut
diantaranya ialah sebagai berikut :
1) Penanaman nilai-nilai moral melalui 8 Fungsi Keluarga
2) Kesehatan reproduksi
3) Triad KRR (Seksualitas, Napza, dan HIV/AIDS)
4) Keterampilan hidup

5) Komunikasi efektif orang tua terhadap remaja


6) Peran orang tua dalam pembinaan tumbuh kembang remaja
7) Kebersihan dan kesehatan diri remaja
8) Pemenuhan gizi remaja.

6. Kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan Bina Keluarga Remaja


Pengelolaan kegiatan Bina Keluarga Remaja yang dilaksanakan mengacu
pada Pedoman Operasional Program Ketahanan keluarga. Pengembangan
kegiatan, materi, dan media dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan muatan
lokal di setiap wilayah.
Pokok-pokok kegiatan dalam Pengelolaan Kegiatan Bina Keluarga Remaja
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Penyelenggaraan Kegiatan Bina Keluarga Remaja
Kegiatan BKR bertjuan untuk meningkatkan pengetahuan orangtua dalam
melakukan pembinaan termaja. Di samping itu, kegiatan ini diarahkan pula untuk
dapat meningkatkan kesertaan, pembinaan dan kemandirian ber-KB bagi
pasangan usia subur (PUS) anggota BKR. Agar penyelenggaraan kegiatan
tersebut berlangsung secara efektif, maka perlu diperhatikan pokok-pokok
kegiatan dalam penyelenggaraan kegiatan kelompok BKR yang meliputi
pembentukan kelompok, peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana serta
pelayanan kegiatan BKR seperti berikut ini :
a. Pembentukan kelompok BKR

Pelaksanaan kegiatan pembentukan kelompok BKR dilakukan langkahlangkah sebagai berikut :


a) Identifikasi potensi dan masalah
b) Penggalangan kesepakatan
c) Pelaksanaan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
d) Menyiapkan sumber daya
b. Peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana
Untuk meningkatkan kapasitas pengelola dan pelaksana perlu dilakukan
kegiatan sebagai berikut :
a) Training of trainer (TOT)
b) Workshop / Orientasi
c. Pelayanan kegiatan kelompok BKR
Rangkaian pelayanan kegiatan kelompok Bina Keluarga Remaja adalah
seperti berikut ini :
a) Pertemuan penyuluhan
b) Tata cara penyuluhan
c) Kunjungan rumah
d) Rujukan
2) Pengembangan Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR)
Pengembangan

kegiatan

kelompok

strafisikasi kelompok sebagai berikut :


a. Stratifikasi Dasar
b. Stratifikasi Berkembang

BKR

dilakukan

berdasarkan

c. Strafikasi Paripurna
3) Pendekatan dalam pengembangan kegiatan Bina Keluarga Remaja
Pengembangan kegiatan kelompok BKR dapat dilakukan dengan
pendekatan sebagai berikut :
a. Promosi kegiatan kelompok Bina Keluarga Remaja
Pemahaman tentang pentingnya kegiatan BKR perlu dimiliki oleh
setiap pengelola dan pelaksana program KB, lintas sektor terkait, kader serta
seluruh

keluarga

yang

memiliki

anak

remaja.

Mengingat

pentingnya

penyebarluasan pemahaman tentang kegiatan BKR, maka perlu dilakukan


kegiatan promosi.
b. Pengembangan model keterpaduan kegiatan Bina Keluarga Remaja
Penyelenggaraan kegiatan BKR yang telah berjalan selama ini dapat
dikembangkan dengan berbagai model penyelenggaraan. Bentuk pengembangan
yang dilakukan antara lain dapat berupa penambahan/pengembangan materi,
pelayanan terpadu dengan institusi yang menangani remaja, baik program maupun
kegiatan serta integrasi dengan kegiatan yang ada pada berbagai organisasi.

4) Pemantapan kegiatan Bina Keluarga Remaja


Kegiatan kelompok BKR yang belum dilaksanakan secara merata di
berbagai tingkatan dapat memberikan kontribusi terhadap uapaya pencapaian
kualitas pembinaan anak remaja yang belum optimal dalam bentuk kegiatan
sebagai berikut :

a. Pemantapan jejaring kerja


b. Pembinaan kelompok BKR
c. Peningkatan kualitas kegiatan kelompok BKR.

C. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah lembaga sosial satu-satunya yang terdiri dari beberapa
orang (dua atau lebih) yang terlibat dalam emosi (memandang satu sama lain
sebagai kewajiban, perasaan biasa, berbagai kewajiban tertentu berjodoh dengan
kasih sayang) satu sama lain dan hidup dekat dalam poksimitas geografis unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak yang mempunyai
ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal dalam satu rumah. Menurut
Horton (1999), suatu keluarga mungkin merupakan suatu kelompok yang
mempunyai nenek moyang yang sama, suatu kelompok kekerabatan yang
disatukan oleh darah atau perkawinan dan sebagainya.
Sedangkan Friedman (1998), menjelaskan bahwa keluarga adalah dua atau
lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi
pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri
mereka sebagai bagian dari keluarga.
Dari pengertian yang dijelaskan oleh ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa keluarga adalah unsur sosial terkecil yang memiliki peran utama dalam
membentuk karakter seseorang dalam keluarga melalui rangkaian pendekatan baik
fisik maupun emosional.

2. Fungsi Keluarga
Untuk menjadikan remaja sebagai sumber daya manusia yang potensial
diperlukan peran orang tua dalam keluarga untuk menyiapkan remaja menjadi
pribadi yang matang serta mampu mempersiapkan perencanaan mereka di masa
yang akan datang, mendukung remaja melangsungkan jenjang-jenjang pendidikan
secara terencana, dan mampu menjadikan remaja untuk dapat berkarir dalam
pekerjaan.
Menurut Soekanto (2007:212) peran adalah aspek dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Dengan kata lain, seseorang
menjalankan perannya sesuai hak dan kewajibannya. Peran merupakan pola
perilaku yang ditetapkan saat anggota keluarga berinteraksi dengan anggota
lainnya.
Oleh karena itu, Peran Orangtua dalam keluarga mempunyai kedudukan
yang sangat fundamental dalam membentuk karakter anak karena lingkungan
pertama yang berhubungan dengan anak adalah orangtuanya. Sehingga di dalam
keluarga orang tua perlu menanamkan nilai-nilai moral kepada remaja dengan
melaksanakan 8 fungsi keluarga. BKKBN (2012:07) menyebutkan ada 8 fungsi
yang harus diterapkan dalam keluarga yaitu :
1) Fungsi agama
Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam
kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal agama.

Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai


agama, sehingga anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa.
Dalam fungsi agama, terdapat 12 nilai dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga. 12 nilai tersebut diantaranya :
a. Iman, yang dimaksud dengan Iman yaitu mempercayai akan adanya
Allah SWT, Tuhan YME, dan mengamalkan segala ajaran-Nya.
b. Taqwa, yang dimaksud dengan taqwa adalah mengamalkan segala
sesuatu yang diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang Allah
SWT.
c. Kejujuran, yaitu menyampaikan apa adanya.
d. Tenggang rasa ditandai dengan adanya kesadaran bahwa setiap orang
berbeda dalam sifat dan karakternya.
e. Rajin, maksudnya menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan
tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
f. Kesalehan, adalah memiliki nilai moral yang tinggi dengan melakukan
sesuatu yang benar secara konsisten.
g. Ketaatan, maksudnya dengan segera dan senang hati melaksanakan apa
yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
h. Suka membantu, memiliki kebiasaan menolong dan membantu orang
lain tanpa mengharapkan imbalan.
i. Disiplin, yaitu menepati waktu, mematuhi aturan yang telah disepakati.
j. Sopan santun, adalah seseorang yang berprilaku sesuai dengan normanorma dan nilai-nilai agama.

k. Sabar dan ikhlas, maksudnya kemampuan seseorang untuk menahan


diri dalam menginginkan sesuatu serta dalam menghadapi suatu
kesulitan.
l. Kasih sayang, merupakan ungkapan perasaan dengan penuh perhatian,
kesadaran dan kecintaan terhadap seseorang.
2) Fungsi sosial budaya
Manusia adalah makhluk sosial, ia bukan hanya membutuhkan orang lain
tetapi juga ia membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keluarga sebagai bagian
dari masyarakat diharapkan mampu mempertahankan dan mengembangkan sosial
budaya setempat. Dalam fungsi sosial budaya, terdapat 7 nilai dasar yang mesti
dipahami dan ditanamkan dalam keluarga diantaranya :
a. Gotong royong, melakukan pekerjaan secara bersama-sama yang
dilandasi oleh sukarela dan kekeluargaan.
b. Sopan santun, prilaku seseorang yang sesuai dengan norma-norma
sosial budaya setempat.
c. Kerukunan, hidup berdampingan dalam keberagaman secara damai dan
harmonis.
d. Peduli, mendalami perasaan dan pengalaman orang lain.
e. Kebersamaan, adanya perasaan bersatu, sependapat, dan sekepentingan.
f. Toleransi, bersikap menghargai pendirian yang berbeda bertentangan
dengan pendirian sendiri.
g. Kebangsaan, kesadaran diri sebagai warga negara Indonesia harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.

3) Fungsi cinta dan kasih sayang


Mendapatkan cinta kasih adalah hak dan kewajiban orang tua untuk
memenuhinya. Dengan kasih sayang orangtuanya, anak belajar bukan hanya
menyayangi tetapi juga belajar menghargai orang lain. Dalam fungsi cinta dan
kasih sayang terdapat 8 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam
keluarga, diantaranya adalah :
a. Empati, adalah memahami dan mengerti akan perasaan orang lain.
b. Akrab, hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaan dan kedekatan
perasaan.
c. Adil, memperlakukan orang lain dengan sikap tidak memihak.
d. Pemaaf, dapat menerima kesalahan orang lain tanpa perasaan dendam.
e. Setia, maksudnya adalah setia terhadap kesepakatan.
f. Suka menolong, ditandai dengan tindakan suka menolong dan suka
membantu orang lain.
g. Pengorbanan, kerelaan memberikan sebagian haknya untuk membantu
orang lan.
h. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang menjadi
tugasnya.
4) Fungsi perlindungan
Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi anggota
keluarga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga harus memberikan rasa
aman, tenang dan tentram bagi anggota keluarganya. Dalam fungsi perlindungan
terdapat 5 nilai dasar diantaranya :

a. Aman, suatu perasaan yang terbatas dari ketakutan dan kekhawatiran.


b. Pemaaf, memberitahukan atau menunjukkan kesalahan seseorang dan
memberi kesempatan untuk memperbaikinya.
c. Tanggap, mengetahui dan menyadari sesuatu yang akan membahayakan
d. Tabah, mampu menahan diri ketika megahdapi situasi yang tidak
diharapkan.
e. Peduli, suatu upaya untuk memelihara, melindungi lingkungan dari
kerusakan.
5) Fungsi reproduksi
Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan sebagai
pengembangan dari tuntutan fitrah manusia. Dalam fungsi reproduksi terdapat 3
nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga, diantaranya :
a. Tanggung jawab, dimaksudkan untuk mengetahui apa yang menjadi
tugasnya.
b. Sehat, dimaksudkan untuk keadaan sehat secara fisik, fungsi dan sistem
reproduksi serta rohani/emosional, orang yang sehat dalam fungsi
reproduksinya dicirikan dengan kemampuan seseorang menjaga
kebersihan dan kesehatan reproduksinya.
c. Teguh, adalah kemampuan untuk menjaga fungsi reproduksi yaitu
menjaga kesucian organ reproduksinya sebelum menikah.
6) Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia dalam
kehidupannya saling membutuhkan bantuan satu sama lain, hidup secara

berkelompok dan bermasyarakat. Ada 7 nilai dasar yang ditanamkan dalam


keluarga, diantaranya :
a. Percaya diri yaitu kebebasan berbuat secara mandiri dengan
mempertimbangkan serta memutuskan sendiri tanpa bergantung pada
orang lain.
b. Luwes, mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi misalnya
dengan mudah menerima pendapat orang lain serta dapat bergaul
dengan siapa saja.
c. Bangga, perasaan senang yang dimiliki, ketika selesai melaksanakn
tugas/pekerjaan yang menantang atau berhasil meraih sesuatu yang
diinginkan.
d. Rajin, yaitu menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan
tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal
tanpa mengenal menyerah serta mempunyai cita-cita.
e. Kreatif, yaitu mendapatkan banyak cara untuk melakukan sesuatu yang
dicirikan dengan selalu banyak ide/gagasan dalam melakukan sesuatu.
f. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang menjadi
tugasnya.
g. Kerjasama, yaitu melakukan sesuatu pekerjaan secara bersama-sama.
7) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat
dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari

sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ada 3 nilai


dasar dalam fungsi ekonomi, diantaranya :
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang.
8) Fungsi lingkungan
Upaya pengembangan fungsi lingkungan ini dimaksud sebagai wahana
bagi keluarga agar dapat mengaktualisasikan diri dalam membangun dirinya
menjadi keluarga sejahtera. Ada 2 nilai dasar dari fungsi lingkungan yang harus
ditanamkan dalam keluarga, yaitu :
a. Bersih, maksudnya suatu keadaan lingkungan yang bebas dari kotoran,
sampah dan polusi.
b. Disiplin, maksudnya mematuhi aturan dan kesepakatan yang berlaku.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat
mendukung terlaksanya 8 fungsi keluarga yang harus ditanamkan sejak dini dalam
keluarga. Maka dari itu program Bina Keluarga Remaja (BKR) dibentuk untuk
membatu meningkatkan peranan orang tua dalam menerapkan dan menanamkan
fungsi keluarga. Selain itu program BKR sebagai wadah informasi orang tua
untuk mengetahui tumbuh kembang remaja dan mengetahui apa solusi yang
diberikan untuk mengatasi permasalahan yang mungkin atau sedang dialami.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Dalam melakukan metode penelitian, terlebih dahulu perlu diketahui jenis
penelitian yang digunakan untuk mengetahui gambaran yang jelas dalam
penelitian serta memahami makna sebenarnya dari jenis penelitian tersebut
sehingga memudahkan untuk melakukan langkah selanjutnya dalam proses
analisis data.
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.
Menurut Arikunto (2010:03), penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah
disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Selain itu,
untuk menganalisisnya digunakan analisis data kualitatif yaitu prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan pengamatan, wawancara, dan
menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana mestinya.
Menurut

Moleong

(2012:05),

penelitian

kualitatif

memafaatkan

wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan,


dan perilaku individu atau sekelompok orang. Pendekatan ini diarahkan kepada
latar belakang individu secara kualistik menggunakan metode deskriptif sehingga
dapat memberikan gambaran mengenai realita sosial yang kompleks dalam
melihat pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) tersebut.

B. Narasumber
Narasumber adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan
oleh peneliti dan berkompeten atau menguasai informasi yang diberikan, yakni
tentang efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarag Berencana di Kecamatan Medan
Deli.
Untuk menentukan narasumber yang menjadi key informan dalam
penelitian ini dipilih sejumlah narasumber dengan pertimbangan tertentu yang
dipandang dapat memberikan data secara maksimal. Adapun yang menjadi
narasumber peneliti berjumlah 8 orang yaitu :
1) Kepala Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga : Bapak Drs. Azhar
2) Kepala Sub Bidang Pemberdayaan Keluarga : Ibu Rosmawarni S.E
3) Petugas Lapangan KB Kecamatan Medan Deli : Ibu Nurjannah
4) Kader BKR di Kecamatan Medan Deli :
a. Ibu Nani Siregar, Ketua Kelompok Mawar di Kelurahan Mabar Hilir.
b. Ibu Jamilah, Ketua Kelompok Arimbi di Kelurahan Kota Bangun.
c. Ibu Halimah, Sekertaris Kelompok Anggrek di Kelurahan Titi Papan.
d. Ibu Murni, Ketua Kelompok Arimbi di Kelurahan Tanjung Mulia
e. Ibu Suratdih, Ketua Kelompok Kamboja di Kelurahan Mabar.

C. Definisi Konsep
Menurut Singarimbun (1995 : 31), konsep adalah istilah atau definisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau
individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
Dari uraian diatas digunakan konsep pemikiran untuk mempersempit
penelitian yang akan diteliti :
1) Efektivitas adalah usaha atau proses dalam mencapai suatu tujuan dan target
sasaran yang hasilya diharapkan dapat memenuhi dan memperhatikan
kepentingan orang banyak dan dapat dirasakan manfaatnya bagi orang banyak.
2) Program Bina Keluarga Remaja adalah suatu program yang dilakakukan untuk
memberikan pengetahuan kepada orangtua ataupun anggota keluarga lain yang
memiliki anak remaja dalam mendidik dan membina tumbuh kembang anak
remaja yang berkaitan dengan tumbuh kembang fisik dan psikologisnya.
3) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)
merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan, menyusun dan pelaksanaan kebijakan
urusan

Pemerintahan

daerah

di

bidang

Pemberdayaan

Perempuan,

perlindungan anak dan Keluarga Berencana.

D. Kerangka Konsep
Sapto Haryoko dalam Sugiyono (2010:66), menyebutkan bahwa kerangka
berpikir dalam surat penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian
tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas

sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti
disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga
argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti.

Gambar 3.1 kerangka konsep efektivitas program Bina Keluarga Remaja Pada
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Peraturan Kepala BKKBN No :

Pelaksanaan dilakukan oleh Badan

109/PER/F2/2012 Tentang

PPKB melalui Praturan Walikota No.

Pedoman Pengelola Bina

4/2010 tentang Tupoksi dan Tata Kerja

Keluarga Remaja

Organisasi Badan PPKB

Tercapainya

tujuan

dalam

meningkatkan pengetahuan orangtua


dalam membina tumbuh remaja dan
meningkatkan
kelompok

BKR

Medan Deli.

terbentuknya
di

Kecamatan

Efektivitas Pelaksanaan Program Bina Keluarga


Remaja dapat dilihat dari:
a) Tercapainya tujuan program sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan dan tercapainya sasaran dalam
pelaksanaan program.
b) Adanya integrasi kegiatan program BKR kepada
masyarakat yang dilakukan melalui prosedur
pelaksanaan dan sosialisasi program.
c) Adanya adaptasi
yang dilakukan oleh petugas
penyuluh kepada kelompok BKR yang disampaikan
berdasarkan pada kemampuan petugas dan sarana dan
prasarana pelaksanaan kegiatan.

E. Kategorisasi
Kategorisasi menunjukkan bagaimana cara mengukur suatu variabel
penelitian sehingga diketahui dengan jelas apa yang menjadi kategorisasi

penelitian pendukung untuk analisis dari variabel tersebut. Kategorisasi dalam


penelitian ini antara lain yaitu :
1) Tercapainya tujuan
Yaitu tercapainya hasil dalam pelaksanaan program Bina Keluarga remaja
untuk memberi pemahaman kepada orangtua dalam membina dan mendidik anak
remaja. Tercapainya tujuan program dapat dilihat dari : tercapainya tujuan
program sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan tercapainya target sasaran
dalam kegiatan Program Bina Keluarga Remaja.
2) Integrasi
Merupakan aspek penyeragaman dan penyatuan dalam suatu sistem.
Integrasi dalam hal ini adalah kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan
pendekatan kepada masyarakat. Agar kegiatan program Bina Keluarga Remaja
dapat terintegrasi dengan masyarakat sebagai sasaran dapat dilakukan melalui :
a. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan yaitu tata cara pelaksanaan pelayanan
kegiatan BKR yang dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b. Sosialisasi Program yaitu adanya penyuluhan dan promosi kegiatan
kelompok BKR yang dapat memberikan manfaat dan bisa dirasakan
oleh anggota kelompok maupun masyarakat.
3) Adaptasi
Yaitu suatu proses penyesuaian diri petugas penyuluh kepada para
kelompok atau masyarakat, sehingga kelompok BKR dapat memahami maksud
dan tujuan dari program BKR, melalui :

a. kemampuan petugas pelaksana kegiatan yaitu kompetensi atau keahlian


petugas dalam pemberi pelayanan sehingga pemahaman kelompok
BKR dapat berkembang ke dalam stratifikasi paripurna.
b. Sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan yaitu adanya fasilitas
pendukung yang digunakan dalam kegiatan BKR sehingga memberi
kenyamanan pada masyarakat maupun anggota kelompok BKR.

F. Teknik Pengumpulan Data


Mengumpulkan data merupakan pekerjaan yang penting dalam satu
penelitian agar diproses hasil yang sesuai dengan kegunaan (harapan) melakukan
kesalahan dalam mengumpulkan data yang diperoleh atau yang didapat dari
responden. Oleh karena itu, untuk mengumpulkan data atau informasi dan faktafakta yang diperlukan dalam penelitian, digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah :
1) Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya dokumen-dokumen maupun catatan-catatan
tertulis, buku atau referensi serta naskah lainnya yang berkenaan dengan masalah
yang diteliti dan digunakan sebagai pendukung analisis data.
2) Data Primer
Data primer adalah data yang berdasarkan pada pemilihan langsung
terhadap objek yang diteliti. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber
penelitian dalam hal ini data primer adalah hasil wawancara dari para key

informan yang sudah ditentukan sebelumnya. Jadi kesimpulan dari definisi data
primer didapat dari narasumber yang kita jadikan objek penelitian. Untuk
memperoleh data primer dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan tanya jawab dan
berhadapan langsung dengan informan/narasumber dan menggunakan
pedoman wawancara (guide interview).

G. Teknik Analisis Data


Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moloeng (2012:248) menjelaskan
bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan
kepada orang lain. Penggunaan metode tersebut dengan pertimbangan bahwa
penelitian ini berusaha untuk menggambarkan efektivitas pelaksanaan program
Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana di kecamatan Medan Deli.
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis kualitatif yaitu data yang diperoleh melalui pengumpulan data kemudian
akan diinterprestasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan diuraikan secara deskriptif dengan
analisa kualitatif.

Analisa data keseluruhan dilakukan dengan peringkasan data yaitu


menyeleksi lalu disederhanakan dan diambil makna utamanya (intinya) kemudian
disajikan berdasarkan fakta-fakta yang saling berkaitan sehingga mampu
memberikan gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti.

H. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan Jalan Ibus Raya No. 131 tepatnya di belakang
Petisah. Sedangkan studi penelitian ini berlokasi di Kecamatan Medan Deli.
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai dengan bulan Februari
2015.

I. Deskripsi Lokasi Penelitian


1.

Sejarah

Perkembangan

Biro

Pemberdayaan

Perempuan

dan

Keluarga Berencana
Pemberdayaan Perempuan adalah upaya kemampuan perempuan untuk
memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya, ekonomi, politik, sosial,
budaya, agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri
untuk mampu berperan dan berpatisipasi aktif dalam memecahkan masalah,
sehingga mampu membangun kemampuan dan konsep diri. Kantor BKKBN Kota
Medan yang berganti nama menjadi Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana (PPKB) Kota Medan, diresmikan pada tanggal 5 januari
1985 oleh Kepala BKKBN Pusat yaitu Dr. Haryono Suyono. Seiring dengan

adanya undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 dan ditambah


adanya peraturan daerah Kota Medan nomor 36 Tahun 2002 tentang perubahan
atas peraturan Daerah Kota Medan Nomor 05 Tahun 2001 tentang pembentukan
organisasi dan tata kerja lembaga tekhnis daerah di lingkungan pemerintah kota
medan. Hal ini diperjelas dengan adanya peraturan Walikota Medan Nomor 4
Tahun 2010 tentang rincian tugas pokok dan fungsi badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana. Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana (PPKB) beralamat di Jalan Ibus Raya Nomor 131
(Petisah) Medan.
2.

Visi dan Misi Lembaga


Adapun Visi Lembaga atau Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Kota Medan yaitu :


Terwujudnya kesetaraan gender dan perlindungan anak dua anak
lebih baik menuju keluarga sejahtera.
Sedangkan Misi Lembaga atau Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan adalah :
a) Meningkatkan kesejahteraan gender dan kualitas hidup Perempuan
dan Anak.
b) Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan Keluarga Berencana,
Kesehatan Reproduksi dalam membangun keluarga sejahtera.
c) Meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan keluarga.

3.

Strategi dan Kebijakan


Strategi

a) Meningkatkan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan.


b) Meningkatkan perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan.
c) Meningkatkan perspektif gender dalam proses pembangunan kota.
d) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan keluarga berencana.
e) Meningkatkan jaminan ketersediaan kontrasepsi terutama bagi
keluarga yang kurang mampu.

f) Mewujudkan visi misi dibidang pemberdayaan perempuan, keluarga


berencana dan keluarga berencana.

g) Meningkatkan pelayanan keluarga berencana.


h) Meningkatkan keluarga sejahtera.
i) Meningkatkan koordinasi antar lintas sektoral.
j) Peningkatan kinerja SKPD.
Kebijakan
Kebijakan yang akan dilaksanakan Badan PPKB pada rencana strategi 5
tahun mendatang :
a) Peningkatan penyusunan kebijakan kualitas hidup perempuan dan
anak.
b) Peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan untuk mempertinggi
kualitas hidup perempuan.
c) Peningkatan pengetahuan masyarakat.

d) Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak.


e) Meningkatkan ketahanan keluarga melalui pelayanan KB.
f)

Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam program KB.

g) Meningkatkan pembiayaan program KB.

4.

Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas


Struktur organisasi merupakan susunan pembagian kerja, wewenang dan

sistem komunikasi dalam mewujudkan tujuan kantor atau organisasi. Dengan


demikian kegiatan yang beraneka ragam dalam suatu kantor disusun secara teratur
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik. Pada organisasi
di Badan PPKB Kota Medan dipakai struktur organisasi lini dan staf dimana
secara vertikal jenjang wewenang dan tanggung jawab mengalir dari atas ke
bawah yang berupa perintah dan dari bawah ke atas berupa laporan, sedangkan
secara horizontal terdapat koordinasi diantara pegawai setingkat. Untuk lebih jelas
struktur dapat dilihat sebagai berikut :

1) Struktur Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga


Berencana (PPKB) Kota Medan dapat dilihat pada Gambar 3.2

2) Rincian Tugas Pokok dan Fungsi


a. Badan
Tugas dan fungsi :
a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan perempuan,
perlindungan anak, dan keluarga berencana;
b) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan keluarga berencana;
c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan perempuan,
perlindungan anak, dan keluarga berencana; dan
d) Pelaksanan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
b. Sekretariat
Tugas dan fungsi :
a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan;
b) Pengkoordinasin penyusunan perencanaan program Badan;
c) Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan
Badan yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan
kerumahtanggaan Badan;
d) Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan
organisasi, dan ketatalaksanaan;
e) Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Badan;
f) Pelaksanaan

pembinaan,

kesekretariatan;

pengawasan

dan

pengendalian

bidang

g) Pelaksanaan monitoring, evaluais, dan pelaporan kesekretariatan;


h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Sub Bagian Umum
Tugas dan fungsi :
a) Penyusunan rencana, program, dn kegiatan sub bagin umum;
b) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;
c) Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah
dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan Badan;
d) Pengelolaan administasi kepegawaian;
e) Penyiapan

bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,

ketatalaksanaan, dan kepegawaian;


f) Pelaksanaan hubungan masyarakat;
g) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;
h) Pelaksanaan monotoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
i) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Sub Bagian Keuangan
Tugas dan fungsi :
a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan sub bagian keuangan;
b) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keunagan;

c) Pelaksanaan pengeloaan administrasi keuangan meliputi kegiatan


penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan, dan
verifikasi;
d) Penyiapan bahan/pelaksanan koordinasi pengelolaan administrasi
keungaan;
e) Penyusunan laporan keuangan Badan;
f) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;
g) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Sub Bagian Penyusunan Program
Tugas dan fungsi :
a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan
Program;
b) Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan
program Badan;
c) Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Badan;
d) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
e) Pelaksanaan monotoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretariat sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
c. Bidang Pemberdayaan Perempuan
Tugas dan fungsi :

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidnag Pemberdayaan


Perempuan;
b) Pelaksanaan kebijakan pengarustamaan gender;
c) Penyiapan kelembagaan pengarustamaan gender;
d) Penyiapan kebijakan kualitas hidup perempuan;
e) Pengintegrasian kebijakan hidup perempuan;
f) Pengoordinasian pelaksanaan kebijkan kualitas hidup perempuan;
g) Penyiapan kebijakan perlindungan perempuan;
h) Pengintegrasian kebijakan perlindungan perempuan;
i) Pengoordinasian pelaksanaan kebijkan perlindungan perempuan;
j) Penyiapan kebijakan kesejahteraan dan perlindungan anak;
k) Pengintegrasian

hak-hak

anak

dalam

kebijakn

dan

program

pembangunan;
l) Pengoordinasian pelaksanaan kesejahteraan dan perlindungan anak;
m) Penguatan lembaga/organisasi msyarakat dan dunia usaha untuk
melaksanakan pengarustamaan gender, kesejahteraan dan perlindungan
anak;
n) Pengembangan dan peguatan jaringan kerja lembaga masyrakat dan
dunia usaha untuk pelaksanan pengarustamaan gender, kesejahteraan
dan perlindungan anak;
o) Penyiapan data terpilih menurut jenis kelamin dari setia bidang terkait;
p) Penyiapan data dan informasi gender dan anak;
q) Pelaksanaan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE);

r) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang


pemberdayaan perempuan;
s) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
dengan tugas dan fungsi-fungsinya.
Sub Bidang Pengarustamaan Gender
Tugas dan fungsi :
a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan Sub Bidang Pengarustamaan
Gender;
b) Penetapan kebijakan daerah pelaksanaan pengarustamaan gender;
c) Penyiapan bahan koordinasi, fasilitasi, dan mediasi pelaksanaan
penagrustamaan gender,
d) Pelaksanaan fasilitasi penguatan kelembagaan dan pengembangan
mekanisme pengarustamaan gender pada lembaga pemerintahan, PSW,
lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga non pemerintah;
e) Penyiapan bahan koordinasi dan fasilitasi kebijakan, program, dan
kegiatan yang responsif gender;
f) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengarustamaan gender;
g) Pelaksanaan analisis gender perencanaan anggaran yang responsif
gender, dan pengembangan materi KIE pengarustamaan gender;
h) Pelaksanaan pengarustamaan gender yang terkait dengan bidang
pembangunan terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi,
hukum, HAM, dan politik;
i) Pelaksanaan faslitasi penyediaan data terpilih menurut jenis kelamin;

j) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan


tugas;
k) Pelaksanaan tugas lain yang diberikn oleh Kepala Bidang sesui dengan
tugas dan fungsinya.
Sub Bidang Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak
Tugas dan fungsi :
a) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Kualitas Hidup dan
Perlindungan Perempuan dan Anak;
b) Penyelenggaraan kebijakan peningkatan Kualitas Hidup perempuan
yang terkait dengan bidang pembangunan terutama di bidsng
pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan HAM, politik, lingkungan
dan sosial budaya;
c) Pengintegrasian upaya peningkatan kualitas hidup perempuan dalam
kebijakan bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan HAM,
politik, lingkungan dan sosial budaya;
d) Penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan kebijakan kualitas hidup
perempuan dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan
HAM, politik, lingkungan dan sosial budaya;
e) penyelenggaraan

kebijakan

perlindungan

perempuan

terutama

perlindungan terhadap kekerasan, tenaga perempuan, perempuan lanjut


usia dan penyandang cacat, dan perempuan di daerah konflik dan
daerah yang terkena bencana;

f) pelaksanaan fasilitasi pengintegrasian kebijakan kota perlindungan


perempuan terutama perlindungan perlindungan terhadap kekerasan,
tenaga perempuan, perempuan lanjut usia dan penyandang cacat, dan
perempuan di daerah konflik dan daerah yang terkena bencana;
g) penyiapan
perempuan

bahan

koordinasi

terutama

pelaksana

perlindungan

kebijakan

terhadap

perlindungan

kekerasan,

tenaga

perempuan, perempuan lanjut usia dan perempuan di daerah konflik


dan daerah yang terkena bencana;
h) pelaksanaan kebijakan dalam rangka kesejahteraan dan perlindungan
anak;
i) Penetapan kebijakan daerah untuk kesejahteraan dan perlindungan
anak;
j) Pengintegrasian

hak-hak

anak

dalam

kebijakan

dan

program

pembangunan;
k) Penyiapan

bahan

koordinasi

pelaksanaan

kesejahteraan

dan

perlindungan anak;
l) Pelaksanaan fasilitasi penguatan lembaga/organisasi masyarakat dan
dunia usaha untuk pelaksanaan dan peningkatan kesejahteraan dan
perlindungan anak;
m) Pelaksanaan fasilitasi pengembangan dan penguatan jaringan kerja
lembaga

masyarakat

dan

dunia

usaha

untuk

pelaksanaan

pengarustamaan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak;

n) Pelaksanaan
melaksanakan

fasilitasi
rekayasa

lembaga
sosial

lembaga
untuk

masyarakat

mewujudkan

KKG

untuk
dan

perlindungan anak;
o) Penjabaran dan penetapan kebijakan system informasi gender dan anak
dengan merujuk pada kebijakan nasional;
p) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan analisis, pemanfaatan dan
penyeberluasan sistem informasi gender dan anak;
q) Pelaksanaan

analisis,

pemanfaatan,

penyebarluasan

dan

pendokumentasian data terpilih menurut jenis kelamin, khusus


perempuan dan anak skala kota;
r) Pemantauan dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan pendataan dan
system informasi gender dan anak;
s) Penyusunan model informasi data (mediasi dan advokasi);
t) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
tugas;
u) Ppelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
d. Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Tugas dan fungsi :
a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi;

b) Penetapan kebijakan dan pelaksanaan jaminan dan pelayanan keluarga


berencana, peningkatn partisipasi pria, penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi serta kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak;
c) Penetapan kebijkan dan pelaksanaan kesehatan reproduksi remaja dan
perlindungan hak-hak reproduksi;
d) Pelaksanaan monitoring, evluasi, dn pelaporan lingkup bidang keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi;
e) Pelaksanaan tugas lain yyang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Sub Bidang pengembangan Pelayanan Keluarga Berencana
Tugas dan Fungsi :
a) Penetapan kebijakan jaminan pelayanan keluarga berencana;
b) Penyelenggaraan dukungan pelayanan rujukan keluarga berencana dan
operasionalisasi jaminan pelayanan keluarga berencana;
c) Penetapan dan pengembangan jaringan pelayanan keluarga berencana
termasuk pelayanan keluarga berencana di rumah sakit;
d) Penyerasian dan penetapan kriteria serta kelayakan tempat pelayanan
keluarga berencana;
e) Pelaksanaan jaminan dan pelayanan keluarga berencana.;
f) Pemantauan tingkat drop out peserta keluarga berencana;
g) Pengembangan materi penyelenggaraan jaminan dan pelayanan;
h) keluarga berencana dan pembinaan penyuluh keluarga berencan;
i) Perluasan jaringan dan pembinaan pelayanan keluarga berencana;

j) Penyelenggaraan dukungan pelayanan rujukan keluarga berencana dan


kesehatan reproduksi;
k) Peningkatan kesetaraan dan keadilan gender terutama partisipasi
keluarga berencana pria dalam pelaksanaan program pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi;
l) Pembinaan terhadap petugas keluarga berencana;
m) Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kontrasepsi mantap dan
kontrasepsi jangka panjang yang lebih terjangkau, aman, berkualitas
dan merata;
n) Pelaksanaan distribusi pengadaan sarana, alat, obat dan cara
kontrasepsi, dan pelayanan dengan prioritas keluarga miskin dan
kelompok rentan.;
o) Penjaminan ketersediaan sarana, alat,obat dan cara kontrasepsi bagi
peserta mandiri;
p) Pelaksanaan informed choice dan informed concent dalam program
keluarga berencana;
q) Pelaksanaan pelayanan keluarga berencana pada moment khusus pada
HUT IBI, HUT Kota Medan, Harganas, HUT TNI dan HUT PKK;
r) Pelaksanaan tim keluarga berencana keliling;
s) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
tugas;
t) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

Sub bidang kesehatan reproduksi


Tugas dan Fungsi :
a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan sub bidang kesehatan
reproduksi;
b) Penetapan kebijakan KRR, Pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya
NAPZA;
c) Penyelenggaraan dukungan operasional KRR, Pencegahan HIV/AIDS,
IMS dan bahaya NAPZA;
d) Penetapan perkiraan sarana pelayanan KRR, Pencegahan HIV/AIDS,
IMS dan bahaya NAPZA;
e) Penyerasian dan penetapan kriteria serta kelayakan tempat pelayanan
KRR termasuk Pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA;
f) Penyelenggaraan pelayanan KRR termasuk Pencegahan HIV/AIDS,
IMS dan bahaya NAPZA;
g) Penyelenggaraan kemitraan pelaksanaan KRR termasuk Pencegahan
HIV/AIDS, IMS dan bahaya NAPZA baik antara sektor pemerintah
dengan sektor lembaga swadaya organisasi masyrakat;
h) Penetapan fasilitas pelaksanaan KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS,
IMS dan bahaya NAPZA baik antara sektor pemerintah dengan sektor
LSOM;
i) Pelaksanaan KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS dan bahaya
NAPZA baik antara sektor pemerintah dengan sektor LSOM;

j) Penetapan sasaran KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS dan


bahaya NAPZA;
k) Penetapan prioritas kegiatan KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS,
IMS dan bahaya NAPZA;
l) Pemanfaatan tenaga SDM pengelola, pendidikan sebaya dan konselor
sebaya KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS, dan bahaya
NAPZA baik antara sektor pemerintah dengan sektor LSOM;
m) Penyelenggaraan dan fasilitasi upaya peningkatan kesadaran keluarga
berkehidupan seksual yang aman dan memuaskan, terbebas dari
HIV/AIDS dan infeksi menular dan seksual (IMS);
n) Pelaksanaan peningkatan partisipasi pria dalam program keluarga
berencana, penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, serta
kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak;
o) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
tugas;
p) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya;
e Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga
Tugas dan fungsi :
a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan bidang ketahanan dan
pemberdayaan keluarga;
b) Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan pengembangan ketahanan dan
pemberdayaan keluarga;

c) Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan penguatan kelembagaan keluarga


kecil berkualitas dan jejaring program;
d) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
ketahanan dan pemberdayaan keluarga;
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya;
Sub bidang pengembangan dan ketahanan keluarga
Tugas dan fungsi :
a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan sub bidang pengembangan
dan ketahanan keluarga;
b) Penetapan kebijakan dan pengembangan penguatan kelembagaan
keluarga kecil berkualitas dan jejaringan program;
c) Penyelenggaraan

dukungan

operasional

penguatan

kelembagaan

keluarga kecil berkualitas dan jejaringan program;


d) Penetapan

perkiraan

sasaran

pengembangan

dan

pengetahuan

kelembagaan keluarga kecil berkualitas dan jejaringan program;


e) Penetapan petunjuk teknis pengembangan peran Institusi Masyarakat
Perkotaan (IMP) dalam program KB;
f) Pendayagunaan pedoman pemberdayaan dan pergerakan institusi
masyarakat perkotaan program KB nasional dalam rangka kemandirian.
g) Pelaksanaan pembinaan teknis IMP dalam mendukung program KB
nasional;

h) Pelaksanaan peningkatan kerja sama dengan mitra kerja program KB


nasional dalam rangka kemandirian, mengkoordinir IBI-KB-KES, TNI
Manunggal-KB-KES, PKK-KB-KES, dan lain-lain;
i) Penyiapan pelaksanaan pengkajian dan pengembangan program KBN;
j) Pemanfaatan hasil kajian dan penelitian pengembangan ketahanan
keluarga;
k) Pendayagunaan kerja sama jejaring pelatih terutama pelatihan klinis
kota;
l) Pendayagunaan SDM program terlatih, serta perencanaan dan
penyiapan kompetensi SDM program yang dibutuhkan;
m) Pendayagunaan bahan pelatihan sesuai dengan kebutuhan program
peningkatan kinerja SDM;
n) Pelaksanaan penilaian dan lomba peningkatan kwalitas kegiatan IMP;
o) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
tugas;
p) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Sub bidang Pemberdayaan Keluarga
Tugas dan fungsi :
a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan sub bidang pemberdayaan
keluarga;
b) Penetapan kebijakan dan pengembangan ketahanan pemberdayaan
keluarga;

c) Penyelenggaraan dukungan pelayanan ketahanan dan pemberdayaan


keluarga;
d) Penyerasian

penetapan

kriteria

pengembangan

ketahanan

dan

pemberdayaan keluarga;
e) Penetapan sasaran Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja
(BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Bina Lingkungan Keluarga
(BLK);
f) Pelaksanaan penilaian dan lomba peningkatan kualitas ketahanan dan
pemberdayaan keluarga;
g) Penyelenggaraan BKB,BKR,BKL termasuk bidang pendidikan pra
melahirkan;
h) Pelaksanaan ketahanan dan pemberdayaan keluarga;
i) Pelaksanaan model-model kegiatan ketahanan dan pemberdayaan
keluarga;
j) Pembinaan

teknis

peningkatan

pengetahuan,

keterampilan,

kewirausahaan dan managemen usaha bagi keluarga pra sejahtera dan


keluarga sejahtera I dalam kelompok usaha peningkatan pendapatan
keluarga sejahtera (UPPKS);
k) Pelaksanaan pendampingan/magang bagi para kader/anggota kelompok
UPPKS;
l) Pelaksanaan kemitraan untuk aksesbilitas permodalan, teknologi dan
manajemen serta pemasaran guna peningkatan UPPKS;
m) Peningkatan kualitas lingkungan keluarga;

n) Pelaksanaan promosi dan gelanggang dagang produk unggulan


kelompok UPPKS;
o) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
tugas;
p) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
f Bidang Data dan Informasi
Tugas dan fungsi :
a) Penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang data dan informasi;
b) Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan data mikro kependudukan dan
keluarga;
c) Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan advokasi dan KIE;
d) Pelaksanaan monitoring, evaluasi,dan pelaporan lingkup bidang data
dan informasi;
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala badan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Sub Bidang Data
Tugas dan fungsi :
a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan sub bidang data;
b) Penetapan kebijakan dan pengembangan data mikro kependudukan dan
keluarga;
c) Penyelenggaraan data mikro kependudukan dan keluarga;

d) Penetapan perkiraan sasaran pengembangan data mikro kependudukan


dan keluarga;
e) Pelaksanaan data mikro kependudukan dan keluarga;
f) Pelaksanaan operasional sistem data manajemen program keluarga
berencana nasional;
g) Pemuktahiran, pengolahan, dan penyediaan data mikro kependudukan
dan keluarga;
h) Pengelolaan data program keluarga berencana nasional serta penyiapan
sarana dan prasarana;
i) Pemanfaatan data program keluarga berencana nasional untuk
mendukung pembangunan daerah;
j) Pemanfaatan operasional jaringan komunikasi data dalam pelaksanaan
pemerintahan dan melakukan diseminasi informasi;
k) Penetapan perkiraan sasaran pelayanan keluarga berencana, sasaran
peningkatan perencanaan kehamilan , sasaran peningkatan partisipasi
pria, sasaran UMNED NEED, sasaran penanggulangan masalah
reproduksi serta sasaran kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak;
l) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
tugas;
m) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Sub Bidang Informasi
Tugas dan fungsi :

a) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan sub bidang informasi;


b) Penetapan kebijakan dan pengembangan advokasi dan KIE;
c) Penyelenggaraan operasional advokasi KIE;
d) Penetapan perkiraan sasaran advokasi dan KIE;
e) Penyeserasian dan penetapan kriteria advokasi dan KIE;
f) Pengembangan dan pengadaan sarana media KIE antara lain MOPEN,
MPC dan sarana komunikasi lainnya;
g) Penetapan dan pengembangan materi/isi pesan, design KIE, KB/KKR
meliputi media luar ruang, media ekeltronik dan media cetak;
h) Pelaksanaan advokasi, KIE serta konseling program keluarga berencana
dan KRR;
i) Pelaksanaan KIE ketahanan dan pemberdayaan keluarga, penguatan
kelembagaan dan jaringan institusi program keluarga berencana;
j) Pemanfaatan

prototipe

program keluarga

berencana/

kesehatan

reproduksi (KR), KRR, Ketahanan dan pemberdayaan keluarga,


penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas;
k) Pelaksanaan promosi KRR termasuk pencegahan HIV/AIDS, IMS, dan
bahaya NAPZA dan perlindungan hak-hak reproduksi;
l) Penyebarluasan hasil materi KIE dalam penyelenggaraan pelaksanaan
program keluarga berencana dan KRR;
m) Pelaksanaan publikasi dan dokumentasi kegiatan-kegiatan program
pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;
n) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

o) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
g Unit Pelaksanaan Teknis
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi unit pelaksana teknis
ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan walikota.
h Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas badan sesuai dengan
keahlian dan kebutuhan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data
Bab ini membahas dan menyajikan data yang telah diperoleh dari hasil
penelitian di lapangan atau dikenal dengan pendekatan kualitatif yaitu data yang
diperoleh dengan cara tanya jawab atau wawancara dengan narasumber sehingga
memberikan gambaran yang jelas dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan.
Untuk mendukung perolehan data, selain data primer yang diperoleh di
lapangan melalui wawancara secara langsung oleh beberapa key informan di
kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota
Medan, Koordinator Petugas Lapangan KB yang bertugas di Kecamatan Medan
Deli dan beberapa orang Kader BKR di Kecamatan Medan Deli. Maka
selanjutnya juga diperlukan data sekunder dalam membantu menjelaskan hasil
wawancara terutama yang terkait dengan tingkat karakteristik jawaban para
narasumber seperti data-data berupa dokumen, arsip dan referensi lainnya yang
diperoleh dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana serta
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatera
Utara.
Data-data yang diperoleh tersebut akan dideskripsikan sehingga masalah
penelitian tentang efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR)
pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan

Medan Deli dapat terjawab dan dianalisa. Selanjutnya hasil wawancara akan
diuraikan secara sistematis sesuai dengan sifat metode penelitian deskriptif
kualitatif. Adapun penyajian data selanjutnya dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Distribusi Narasumber Menurut Jenis Kelamin
Distribusi narasumber berdasarkan jenis kelamin, akan dikelompokan
menjadi dua kelompok yaitu narasumber dengan jenis kelamin laki-laki dan
narasumber dengan jenis kelamin perempuan. Pada tabel IV.1 berikut akan
dijelaskan frekuensi untuk masing-masing kategori.
Tabel IV.1
Distribusi Narasumber Berdasarkan Jenis Kelamin
No

Jenis Kelamin

Frekuensi

Persentase

Laki-laki

12,5 %

Perempuan

87,5 %

100 %

Jumlah
Sumber : Data Angket 2015

Berdasarkan tabel IV.1 di atas maka dapat dilihat bahwa narasumber dari
jenis kelamin laki-laki dengan frekuensi hanya 1 orang dan persentase sebesar
12,5 %, sedangkan untuk narasumber perempuan sebanyak 7 orang dengan
persentase 87,5 %. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengelola
dan pelaksana program Bina Keluarga Remaja (BKR) baik pada Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana maupun kader-kader BKR
didominasi oleh perempuan.

2. Distribusi Narasumber Menurut Umur


Distribusi narasumber menurut umur, maka narasumber dikelompokan
menjadi empat kelompok umur yaitu narasumber dengan umur 45-48 tahun, umur
49-52 tahun, umur 53-56 tahun dan narasumber dengan umur 57-60 tahun. Pada
tabel IV.2 akan dijelaskan frekuensi untuk masing-masing kategori umur sebagai
berikut.
Tabel IV.2
Distribusi Narasumber Menurut Umur
No

Umur

Frekuensi

Persentase

1.

45-48 tahun

50 %

2.

49-52 tahun

12,5 %

3.

53-56 tahun

25 %

4.

57-60 tahun

12,5 %

Jumlah

100 %

Sumber : Data Angket 2015


Berdasarkan tabel IV.2 di atas dapat dilihat bahwa narasumber
dikelompokan menjadi empat kelompok umur dengan umur 45-48 tahun ada
sebanyak 4 orang dan persetasenya adalah sebesar 50%, umur 49-52 tahun
sebanyak 1 orang dengan persentase 12,5 %, umur 53-56 tahun sebanyak 2 orang
yang persentasenya sebesar 25 %, dan kelompok umur 57-60 tahun hanya ada 1
orang dengan pesesentase 12,5 %. Jadi dapat dilihat bahwa narasumber banyak
yang berumur 45-48 tahun yang didominasi oleh kader-kader BKR. Usia tersebut
sudah pantas jika mengayomi para orang tua dan remaja dalam memberikan
motivasi dan dorongan untuk ikut dalam kegiatan BKR.

3. Distribusi Narasumber Menurut Tingkat Pendidikan


Berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh narasumber, maka
distribusinya dapat dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu S1, D1, SMA,
dan SMP. Pada tabel IV.3 di bawah ini akan dijelaskan frekuensi untuk masingmasing kategori sebagai berikut.
Tabel IV.3
Distribusi Narasumber Menurut Tingkat Pendidikan
No

Tingkat Pendidikan

Frekuensi

Persentase

1.

S1

25 %

2.

D1

12,5 %

3.

SMA

37,5%

4.

SMP

25 %

100 %

Jumlah
Sumber : Data Angket 2015

Berdasarkan tabel IV.3 di atas, maka dapat dilihat bahwa narasumber


penelitian mempunyai latar pendidikan yang berbeda-beda yaitu S1 ada sebanyak
2 orang dengan persentase 25 %, D1 hanya ada 1 orang dengan persentase 12,5
%, yang berpendidikan di tingkat SMA ada 3 orang dengan persentase sebesar
37,5 % sedangkan yang berpendidikan di tingkat SMP sebanyak 2 orang dengan
persentase 25 %. Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman seseorang.

4. Distribusi Narasumber Menurut Pekerjaan


Setiap orang memiliki pekerjaan yang berbeda dan tak terkecuali pada
pekerjaan narasumber. Maka dari itu, berdasarkan distribusi pekerjaan narasumber

maka akan dikelompokan menjadi tiga ketegori yaitu PNS, Ibu Rumah Tangga,
dan Karywan swasta. Pada tabel IV.4 akan dijelaskan frekuensi untuk masingmasing kategori sebagai berikut.
Tabel IV.4
Distribusi Narasumber Menurut Pekerjaan
No

Pekerjaan

Frekuensi

Persentase

1.

PNS

37,5%

2.

Ibu Rumah Tagga

37,5%

3.

Karywan Swasta

25%

100%

Jumlah
Sumber : Data Angket 2015

Berdasarkan data yang telah didistribusikan ke dalam tabel IV.4 di atas


dapat dilihat bahwa narasumber yang mempunyai pekerjaan sebagai PNS dan Ibu
Rumah Tangga masing-masing ada sebanyak 3 orang dengan persentase sebasar
37,5%, dan yang memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta ada 2 orang
dengan persentasinya sebesar 25%. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa
narasumber mempunyai profesi yang berbeda-beda. Hal inilah yang menjadi
tantangan apakah dengan pekerjaan ataupun profesi yang mereka miliki mampu
dalam mengembangkan program BKR yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

B. Analisis Data Wawancara


Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti di Kantor Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Medan pada
Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, Kasubbid Pemberdayaan
Keluarga, UPT PPKB di Kecamatan Medan Deli yaitu Ketua Koordinator Petugas
Lapangan KB dan beberapa orang kader di setiap Kelurahan di Kecamatan Medan
Deli maka akan diuraikan hasil wawancara dengan narasumber terkait tentang
efektivitas pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli
yang dikategorisasikan ke dalam ukuran efektivitas program yaitu tercapainya
tujuan, integrasi dan adaptasi.
1. Tercapainya tujuan
Tujuan merupakan hasil akhir dari perencanaan yang telah dirancang
sedemikian rupa dalam rangka mencapai misi sasaran yang diinginkan oleh suatu
organisasi. Tujuan juga merupakan kunci untuk menentukan atau merumuskan
apa yang akan dikerjakan, ketika pekerjaan itu harus dilaksanakan, dan disertai
pula dengan penentuan program kegiatan. Tercapainya tujuan dari suatu kegiatan
atau program dalam organisasi merupakan keberhasilan yang diidamkan oleh
suatu organisasi. Oleh karena itu, agar tercapainya tujuan akhir secara optimal dan
semakin terjamin, maka diperlukan pentahapan baik dalam proses pencapaiannya,
pelaksanaannya, maupun periodisasinya. Seperti adanya ketepatan waktu
pelaksanaan dan kesesuaian sasaran program yang diinginkan oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PPKB) pada program BKR

di Kecamatan Medan Deli. Tercapai atau tidaknya tujuan program tersebut dapat
dilihat dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada narasumber sebagai
berikut.
Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti kepada Bapak Drs. Azhar
selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga di Badan PPKB Kota
Medan pada tanggal 2 Februari 2015, mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan
BKR memang rutin dilakukan setiap bulannya, dan setiap bulan juga dilaporkan
kegiatannya. Tetapi untuk jumlah kelompok yang ada saat ini juga masih belum
memadai, belum maksimal. Untuk saat ini hanya menargetkan satu Kelurahan
hanya satu kelompok sebagai kelompok percontohan. Dan harapannya ke depan,
juga harus dibuat kelompok konseling BKR di setiap lingkungan. Sedangkan
pengembangan kegiatan kelompok BKR di Kecamatan Medan Deli saat ini sudah
berkembang, karena diluar kelompok BKR sudah ada PIK-R/M ada yang di
Kelurahan, Sekolah dan Perguruan tinggi. Maka dari itu, menurut Bapak Azhar
ada upaya untuk lebih mengembangkan program BKR pada orang tua maupun
remaja yaitu dengan mengintegrasikan BKR dengan kegiatan PIK-R/M, supaya
remaja juga mau bergabung dan tidak malu jika ingin bertanya, karena di BKR
juga harus ada kader remaja jadi mereka lebih kepada pendidik sebaya.
Begitu pula hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Ibu
Rosmawarni, S.E selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2
Februari 2015. Beliau mengatakan bahwa pelaporan pelaksanaanya rutin setiap
bulan, tapi kegiatannya lebih teknis oleh petugas lapangannya. Tetap ada
kunjungan kami ke Kelurahan untuk melihat kegiatannya dan memberi

penyuluhan. Sedangkan untuk jumlah kelompok BKR saat ini sudah memadai,
karena sementara ini memang dibuat setiap kelurahan hanya ada satu kelompok.
Semestinya, disetiap keluruhan maupun lingkungan dibentuk kelompok. Untuk
pengembangan kegiatan kelompok BKR sendiri kurang berjalan sesuai apa yang
diinginkan. Seharusnya untuk lebih mengembangkan kegiatan ada dibentuk Pusat
Konseling Keluarga di setiap lingkungan. Upaya yang dilakukan agar kelompok
dan kegiatan BKR berkembang maka diadakanlah pertemuan dan pelatihan untuk
kader dan petugas penyuluh. Kemudian pendekatan juga kepada orang tua untuk
mau bergabung dalam kegiatan.
Hasil wawancara

yang telah dilakukan kepada Ibu Nurjannah selaku

Koordinator PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015,


menuturkan

bahwa

penyuluhan

kegiatan

tidak

rutin

setiap

bulan.

Namun,pelaporannya harus setiap bulan dikirim ke PPKB Kota Medan. Untuk


jumlah kelompok yang ada saat ini sudah memadai karena setiap keluruhan sudah
terbentuk kelompok tetapi untuk lebih optimal pembentukan BKR seharusnya di
setiap lingkungan juga harus dibuat. Sementara itu, pengembangan kegiatan
kelompok BKR kurang berkembang, karena susah mengumpulkan orang, kurang
mau kalau diajak mengikuti penyuluhan BKR. kendala yang juga dihadapi adalah
kuranganya kader dan petugas penyuluh. Upaya yang dilakukan agar
pengembangan kelompok dan kegiatan BKR berjalan maka diintegrasikan dengan
kegiatan lain misalnya waktu kegiatan posyandu atau arisan PKK disitu
dilaksanakan penyuluhan sekaligus merekrut kader BKR.

Hasil wawancara dari Kader-Kader BKR yaitu Ibu Nani Siregar, Ibu
Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah pada tanggal 29 Januari 2015, mengatakan
bahwa Kegiatan terlaksana tapi tidak contineu (jarang), kadang ada kegiatan
kadang tidak. Rutin kalau ada kunjungan saja. Namun, hal berbeda disampaikan
oleh Ibu Jamilah selaku Ketua Kader BKR di Kelurahan Kota Bangun bahwa
kegiatan BKR yang diadakan oleh petugas penyuluhrutin dilakukan setiap bulan.
Mereka juga mengatakan untuk jumlah kelompok BKR di masing-masing
Kelurahan sudah memadai namun pengembangan kegiatan kelompoknya belum
maksimal dan merata di setiap kelurahan. Sedangkan, Ibu Jamilah mengatakan
bahwa untuk pengembangan kegiatan di Kelurahan Kota Bangun sudah
berkembang dan sudah banyak materi kegiatan yang diberikan sehingga terus ada
upaya untuk mengembangkannya dengan penyuluhan dan ada pelatihan untuk
kader. Namun, hal berbeda disampaikan oleh Ibu Nani Siregar, Ibu Halimah, Ibu
Murni dan Ibu Suratdiah, mengatakan bahwa upaya yang dilakukan selama ini
hanya melakukan pendekatan, mengajak, memotivasi dan mengumpulkan orang
tua dan remaja untuk ikut kegiatan BKR.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan program BKR yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana (PPKB) di Kecamatan Medan Deli saat ini sudah
berjalan, karena sudah terbentuk kelompok BKR namun pelaksanaan kegiatan
dalam kelompok BKR tidak rutin dilakukan setiap bulan. Tentu saja, hasil
laporannya tidak sesuai dengan harapan. Jumlah kelompok juga belum
berkembang dan merata bila dibandingkan dengan jumlah keluarga yang

mempunyai remaja di Kelurahan tersebut. Selain itu, Pembentukan kelompok juga


harus dilakukan di setiap lingkungan agar tercipta suatu konseling keluarga yang
dijadikan sebagai wadah untuk mendapatkan pemahaman dan sumber informasi
bagi orang tua dalam mendidik anak remaja mereka dengan benar yang dilakukan
dalam bentuk kelompok-kelompok kegiatan.

2. Integrasi
Integrasi merupakan proses yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat
agar program yang telah dirancang dapat diterima oleh masyarakat. Untuk
menyatukan keserasian antara pengelola program dengan masyarakat sebagai
sasaran, maka di dalam mengintegrasikan program diperlukan pengadaan
prosedur pelaksanaan dan sosialisasi program. Sehingga pengembangan Program
Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli dapat berjalan secara efektif dan
terstruktur.
Sebagaimana hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Drs.
Azhar selaku Kabid Ketahanan Dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2
Februari 2015, beliau mengatakan bahwa prosedur pelaksanaan pembentukan
kelompok dibentuk berdasarkan SK Lurah. Lalu ditentukan siapa yang jadi ketua,
sekertaris, bendahara, dan siapa-siapa anggota. Pembentukan kelompok tersebut
setelah dilakukan pendataan di lingkungan setempat, berapa jumlah remaja dan
keluarga yang punya anak remaja kemudian dibuat apa program yang mau

dilaksanakan. Misalnya penyuluhan tentang remaja, HIV/AIDS, dan lainnya.


Pembentukan kelompok BKR yang sudah dilakukan saat ini juga membuat orang
tua aktif dan ada yang kurang aktif dalam kegiatan. Jika orang tuanya aktif dan
mendukung maka anaknya juga akan aktif. Untuk menyiasatinya maka
pengembangan kegiatan BKR juga dipadukan dengan kegiatan lain dan
berkoordinasi dengan Dinas pendidikan dan Dinas Pemuda dan Olahraga.
Hal yang sama juga disampaikan Ibu Rosmawarni S.E selaku Kasubbid
Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015, beliau mengatakan bahwa
prosedur pelaksanaan pembentukan kelompok BKR dibentuk berdasarkan hasil
pendataan keluarga per tahunnya. Hasilnya nanti dapat diketahui berapa keluarga
yang punya remaja di suatu lingkungan atau kelurahan. Kemudian diundanglah
untuk hadir ke Kelurahan bersama ibu-ibu PKK. Setelah ada kesepakatan maka
selanjutnya ditentukanlah siapa pengurusnya dan di sahkan lewat SK yang
dikeluarkan oleh lurah setempat. Namun, dengan dibentuknya kelompok ini orang
tua juga kurang aktif, karena banyak yang disibukkan dengan pekerjaannya. Maka
untuk lebih mengembangan kegiatan BKR dipadukan dengan kegiatan lain
biasanya pengajian, partamiangan untuk non muslim,dan kegiatan remaja mesjid
serta karang taruna untuk kader remaja jadimereka bisa lebih aktif.
Hasil wawancara yang dilakukan kepada Ibu Nurjannah selaku
Koordinator PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015,
mengatakan bahwa prosedur pelaksanaan pembentukan kelompok BKR dilakukan
dengan mengundang para Orang tua di lingkungan untuk datang ke kelurahan
setelah ada persetujuan maka dibentuk kelompok. Selanjutnya kelompok yang

terbentuk ditetapkan dersasarkan SK Kelurahan dari Lurah setempat. Hal yang


sama juga disampaikan oleh Ibu Nurjannah bahwa setelah adanya kelompok juga
belum membuat para orang tua aktif dalam kegiatan BKR. Hanya sebagian kecil
aktif dan selalu bertanya kalau ada pertemuan. Agar para orang tua ikut dan hadir
dalam kegiatan BKR maka kegiatan ini juga dipadukan dengan kegiatan lain
seperti wirid-wirid atau pengajian, kegiatan penyuluhan narkoba yang diadakan
oleh PKK, dan pemerikasaan kesehatan.
Hasil wawancara yang juga telah dilakukan kepada para Kader BKR yaitu
Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah pada
tanggal 29 Januari 2015, mereka mengatakan bahwa prosedur pelaksanaan
pembentukan kelompok BKR yang dilakukan oleh petugas penyuluh adalah
mendata nama-nama yang mau ikut dalam kelompok BKR dengan mengundang
para orang tua dan remaja ke kantor Lurah. Setelah terbentuk maka diberi blangko
pengisian kelompok. Walaupun sudah menjadi anggota kelompok kadang orang
tua atau kader aktif kadang tidak. Namun, berbeda dengan yang disampaikan Ibu
Jamilah selaku Ketua Kader di Kelurahan Kota Bangun, ia mengatakan bahwa
orang tua dan kader di Kelurahan Kota Bangun aktif dan respon karena rata-rata
punya anak remaja, jadi mereka ingin tahu tahu bagaimana cara mendidik remaja
yang benar, agar tidak salah bergaul. Mereka juga mengatakan, agar orang tua
mau hadir kegiatan BKR ini juga dipadukan dengan kegiatan PIK-Remaja,
posyandu lansia, arisan ibu-ibu PKK dan kegiatan pemeriksaan kesehatan.
Dengan adanya prosedur pelaksanaan kegiatan BKR berupa data potensi
kelompok kegiatan BKR maka secara administrasi pelaksanaan program BKR

berjalan dengan baik. Pendataan untuk anggota kelompok BKR yang dilakukan
juga berguna untuk mengetahui jumlah sasaran keluarga yang mempunyai remaja,
jumlah keluarga yang menjadi anggota BKR, jumlah keluarga anggota BKR
berstatus PUS (Pasangan Usia Subur) dan keluarga anggota BKR yang menjadi
peserta Keluarga Berencana (KB).
Selain adanya prosedur pelaksanaan diperlukan juga sosialisasi program
dalam mendukung proses integrasi. Sosialisasi program merupakan penyebaran
informasi kegiatan BKR melalui Komunikasi, Edukasi, dan Informasi (KIE) yang
diselenggarakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
serta Petugas Lapangan KB Kecamatan Medan Deli secara langsung bertatap
muka kepada orang tua.
Namun pelaksanaan pembentukan kelompok BKR yang telah dilakukan
saat ini juga belum membuat para orang tua di Kelurahan Medan Deli aktif untuk
mengikuti kegiatan. Hal ini dikarenakan kesibukan dari para orang tua yang harus
bekerja. Hal ini juga didukung pada proses sosialisasi yang belum optimal dan
menyebabkan para orang tua dan remaja kurang tertarik mengikuti kegiatan BKR.
Tetapi, hanya satu kelompok dari lima kelompok di Kecamatan Medan Deli yang
pengembangan kegiatan BKR sudah berjalan baik yaitu di Kelurahan Kota
Bangun. Hal ini didukung karena para orang tua di Kelurahan Kota Bangun
memiliki antusias yang tinggi untuk mengikuti kegiatan BKR. Selain itu, kegiatan
Pusat

Informasi

Konseling

Remaja

(PIK-R)

juga

diaktifkan

mengintegrasikan kegiatan BKR di kelurahan Kota Bangun tersebut.

untuk

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak
Drs. Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2
Februari 2015, beliau mengatakan bahwa sosialisasi yang diberikan untuk
mengembangkan kegiatan BKR pada orang tua dilakukan melalui kader-kader
untuk mensosialisasikan dan melakukan pendekatan kepada para orang tua atau
remaja di lingkungan sekitarnya, namun proses penyuluhan yang dilakukan
kurang dapat menarik orang tua dikarenakan banyak yang kerja. KIE yang
diberikan juga mudah dipahami oleh orang tua mengenai tumbuh kembang remaja
termasuk memantau kegiatan anaknya maupun perubahan fisik maupun emosional
yang terjadi pada anaknya. Agar kegiatan ini lebih dikenal maka ada mitra
kerja/stakeholders yang juga membantu mempromosikan kegiatan BKR seperti
Lurah, Camat dan juga Tim PKK.
Hasil wawancara yang sama juga disampaikan oleh Ibu Rosmawarni S.E
selaku Kasubbid Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015,
mengatakan bahwa dalam melakukan pendekatan kepada orang tua diperlukan
Sosalisasi yang dilakukan oleh petugas lapangan yang ditempatkan di Kelurahan.
Namun proses penyuluhan yang dilakukan belum dapat menarik para orang tua
untuk ikut dalam kegiatan BKR. Oleh karena itu, untuk menyebarkan pemahaman
orang tua maka petugas juga harus berkompeten dalam memberikan KIE kepada
para orang tua atau kader. Diperlukan juga mitra kerja sama dalam
mempromosikan kegiatan BKR ini di tingkat kelurahan seperti Tim penggerak
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Tokoh masyarakat (Toma) dan
Tokoh agama (Toga).

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Nurjannah selaku Koordinator
PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015. Beliau mengatakan
bahwa untuk melakukan sosialisasi pada orang tua atau remaja dilakukan melalui
kader untuk menarik para orang tua dan remaja juga PLKB yang memberikan
sosialisasi dan promosi melalui brosur atau booklet. Akan tetapi, tetap saja proses
penyuluhan tersebut belum dapat menarik para orang tua untuk ikut dalam
kegiatan BKR. Sehingga diperlukan mitra atau kelompok lain untuk membantu
mempromosikan kegiatan BKR seperti PPKBD yang beranggotakan Tim PKK
dan Sub PPKBD yang beranggotakan Ibu kepling (kepala lingkungan).
Berdasarkan hasil wawancara yang juga dilakukan kepada para Kader
BKR di masing-masing Kelurahan yaitu Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu
Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah, mereka mengatakan bahwa untuk
melakukan pendekatan pada orang tua dalam mengembangkan kelompok BKR
para petugas melakukan sosialisasi dan penyuluhan. Namun tidak semua orang
tua dan remaja di lingkungan sekitar yang masuk dalam kelompok, dan
kebanyakan orang tua kurang paham tentang KIE yang diberikan oleh petugas.
Selain petugas, ada juga kelompok lain yang membantu mensosialisasikan
Program BKR seperti Ibu PKK, Remaja mesjid, Dinas Kesehatan dan Kader lain
seperti Kader BKB.
Dalam proses sosialisasi ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan sosialisasi
dalam program BKR tidak hanya dilakukan melalui pendekatan dan penyuluhan
saja untuk lebih optimal maka proses sosialisasi juga perlu dibuat banner,
spanduk, gambar maupun brosur. Sehingga penyebaran informasi ini dapat merata

di setiap kalangan masyarakat. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat lebih


mengetahui tentang Program BKR yang telah dicanangkan oleh Pemerintah
melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang
penyebarannya dilakukan di seluruh Indonesia. Untuk itu, diperlukan mitra kerja
sama dan institusi masyarakat terkait dalam melakukan promosi dan
pengembangan Bina Keluarga Remaja (BKR).

3. Adaptasi
Adaptasi dalam hal ini merupakan kemampuan petugas penyuluh untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kondisi masyarakat khususnya di
Kecamatan Medan Deli. Proses adaptasi ini meliputi kemampuan petugas
penyuluh melalui pengadaan dan pengisian sumber daya manusia yang
berkompeten serta pelaksanaan kegiatan program yang dilengkapi sarana dan
prasarana yang memadai. Sehingga pengembangan Program BKR oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli
dapat terlaksana dengan baik.
Seperti hasil wawancara yang disampaikan Bapak Drs. Azhar selaku
Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2 Februari 2015,
mengatakan bahwa cara yang dilakukan dalam mengembangkan materi substansi
BKR kepada orang tua adalah dengan mengadakan sosialisasi, penyuluhan,
pertemuan lewat acara pengajian atau wirid dan yang non muslim lewat acaraacara gereja. Untuk saat ini, kompetensi SDM pelaksana kegiatan BKR sudah
memadai karena PLKB sudah lama bertugas jadi sudah banyak pengalaman dan

latar belakang pendidikannya minimal SLTA, dan ada juga yang bidan. Oleh
karena itu, ada upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pengelola
dengan mengadakan pelatihan, orientasi tri bina, dan diberikan buku-buku
pegangan untuk penyampaian materi.
Hal ini dibenarkan oleh Ibu Rosmawarni S.E, selaku Kasubbid
Pemberdayaan

Perempuan.

Beliau

mengatakan

bahwa

cara

dalam

mengembangkan materi substansi BKR kepada orang tua dengan sosialisasi,


kemudian mengadakan pertemuan dalam bentuk diskusi kelompok. Untuk saat
ini, kompetensi SDM pelaksana penyuluhan dalam kegiatan BKR sudah memadai
namun, tetap perlu diadakan pelatihan setiap 6 bulan sekali seperti workshop dan
orientasi pengembangan kelompok.
Hasil wawancara kepada Ibu Nurjannah, selaku Koordinator PLKB
Kecamatan Medan Deli yang dilakukan pada tanggal 29 Januari 2015,
mengatakan bahwa dalam mengembangkan materi substansi BKR kepada orang
tua caranya dengan sosialisasi, penyuluhan dan penyampaian informasi tentng
remaja kemudian ada diskusi dan tanya jawab. Kompetensi SDM pelaksana
penyuluhan dalam kegiatan BKR sudah memadaikarena petugas juga harus
menguasai materi. Oleh karena itu, ada upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kapasitas pengelola dan pelaksana kegiatan BKR melalui pelatihan,
workshop dan buku-buku pegangan untuk penyampaian materi.
Berdasarkan hasil wawancara yang juga dilakukan kepada para Kader
BKR di Kecamatan Medan Deli yaitu Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu Halimah,
Ibu Murni dan Ibu Suratdiah. Mereka mengatakan bahwa dalam memberikan

penyuluhan petugas sudah menunjukan sikap baik tetapi belum mampu


menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan kepada orang tua atau kelompok untuk
mengikuti kegiatan BKR. Selain itu, materi substansi BKR tidak merata diberikan
oleh petugas di setiap Kelurahan dan kurang cermat dalam menghadapi para orang
tua. Namun, Ibu Jamilah mengatakan hal yang berbeda di Kelurahan Kota Bangun
petugas penyuluh dengan cermat menyampaikan materi kegiatan BKR dan sudah
banyak materi yang telah diberikan oleh petugas seperti HIV/AIDS, tumbuh
kembang remaja, peran orang tua dalam keluarga, Kesehatan Reproduksi Remaja,
bahaya narkoba dan pembinaan remaja.
Petugas penyuluh adalah aparat pemerintah (PNS/Non PNS) yang
mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab melakukan kegiatan
penyuluhan, penggerakkan, pelayanan, evaluasi dan pengembangan program BKR
serta kegiatan dalam program BKR tersebut. Petugas Lapangan yang ada di
Kecamatan Medan Deli sudah menunjukan respon dan sikap yang baik dalam
melakukan tugasnya untuk mengembangkan kegiatan BKR. Adanya pelatihan
yang diberikan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
juga mendukung untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas
penyuluh sehingga mereka dapat memberikan pemahaman kepada orang tua
tentang pentingnya kegiatan BKR.
Berdasarkan hasil paparan yang telah disampaikan oleh narasumber bahwa
kemampuan petugas penyuluh sebagian besar saat ini sudah memadai, hal ini
dilihat dari pengalaman selama bertugas, tingkat pendidikan yang menjadikan
pemahaman mereka dapat lebih berkembang ditambah lagi pemberian pelatihan

dan orientasi tentang Program BKR. Namun, hingga saat ini petugas penyuluh
belum dapat memberikan materi kepada orang tua maupun kader di setiap
kelurahan dengan baik sesuai dengan kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.
Hal ini disebabkan Sumber Daya Pelaksana yang terbatas dan tingkat kemampuan
petugas yang berbeda-beda dalam menyesuaikan diri dengan kondisi dan
karakteristik masyarakat sehingga menjadikan program BKR belum optimal
dilakukan. Hal inilah yang menyebabkan pengetahuan kader dan anggota BKR
belum meningkat dan Kader BKR juga merasa kurang puas dengan kegiatan BKR
ini sehingga menyebabkan mereka menjadi kurang aktif.
Selain kemampuan atau kompetensi petugas penyuluh dalam proses
adaptasi ini, terdapat juga kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan
untuk mendukung kelancaran dan pengembangan program sehingga dapat
membantu kelancaran kegiatan dan kenyamanan orang tua atau remaja sebagai
sasaran Program BKR untuk mengikuti kegiatan. Sarana dan prasarana adalah
segala sesuatu yang dapat dipakai dalam mencapai maksud atau tujuan program
sebagai unsur penunjang utama terselenggaranya suatu proses kegiatan yang
dilakukan.
Sebagaimana hasil wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Drs.
Azhar selaku Kabid Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga pada tanggal 2
Februari 2015, beliau mengatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang
digunakan dalam kegiatan BKR baru diberikan oleh BKKBN Pusat seperti Genre
KIT yaitu alat bantu penyuluhan seperti monopoli GENRE, bahas kasus dan
lembar balik. Jadi penyuluhan yang diberikan seperti permainan tujuannya agar

para orang tua tidak bosan. Tetapi alat ini baru diberikan dan pembagiannya
belum merata di setiap Kecamatan di Kota Medan. Sehingga pelaksanaan kegiatan
belum berjalan optimal. Sedangkan untuk penyediaan dukungan anggaran untuk
kegaiatan BKR ini ditampung dari APBD Kota Medan tetapi hanya untuk
kegiatan Pelatihan para petugas penyuluh dan kader.
Hasil wawancara kepada Ibu Rosmawarni S.E selaku Kasubbid
Pemberdayaan Keluarga juga membenarkan bahwa kelengkapan sarana dan
prasarana yang digunakan dalam kegiatan BKR masih kurang dan untuk saat ini
belum memadai. Sehingga belum mendukung kelancaran pelaksanan program
BKR. Sedangkan penyediaan dukungan anggaran dari APBD kota Medan
dialokasikan untuk pelaksaan pelatihan petugas dan kader saja. Kalau anggaran
untuk kelompok BKR sendiri tidak ada.
Hal ini yang menyebabkan pengembangan kegiatan kelompok BKR
menjadi terhambat dan kurang direspon oleh orang tua di lingkungan sekitar.
Untuk itu diperlukan perhatian dari para tokoh masyarakat maupun agama untuk
memberikan kontribusi agar pelaksanaan Program BKR dapat berjalan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Nurjannah selaku Koordinator
PLKB Kecamatan Medan Deli pada tanggal 29 Januari 2015, beliau mengatakan
bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan BKR
untuk kelompok tidak ada sehingga belum dapat mendukung kelancaran kegiatan.
Untuk mengadakan penyuluhan dilakukan di kantor Lurah. Sementara dukungan
anggaran juga tidak ada. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kegiatan BKR untuk

membantu membeli makanan dan minuman anggarannya dari uang kas arisan dari
semua kader dan ibu-ibu PKK.
Hal ini juga dibenarkan oleh para Kader di Kecamatan Medan Deli yaitu
Ibu Nani Siregar, Ibu Jamilah, Ibu Halimah, Ibu Murni dan Ibu Suratdiah. Mereka
mengatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang digunakan dalam
kegiatan program BKR tidak ada, sejauh ini hanya dilakukan di kantor Kelurahan.
Tetapi di Kelurahan Kota Bangun sudah diberi buku-buku materi BKR sementara
di Kelurahan Titi Papan ada kontibusi yang diberikan masyarakat berupa tempat
untuk melaksanakan kegiatan. Untuk membeli konsumsi pada saat kegiatan,
anggarannya dari uang kas kader-kader dan kontribusi PKK.
Berdasarkan hasil paparan yang disampaikan oleh narasumber di atas maka
dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjung
kelancaran kegiatan BKR di Kecamatan Medan Deli belum memadai dan tidak
ada dukungan penyediaan anggaran bagi pengembangan kegiatan BKR. Dalam
hal ini, sarana dan prasarana yang dimaksud adalah ketersediaan tempat, peralatan
dan anggaran yang dapat mendukung kelancaran kegiatan dalam Program BKR.
Dengan demikian proses adaptasi dalam program Bina Keluarga remaja
(BKR) belum berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan kemampuan petugas
penyuluh yang sudah memadai juga belum dapat membuat pengetahuan orang tua
maupun kader meningkat dan didukung tidak adanya sarana dan prasara untuk
kelancaran kegiatan BKR.

C. Pembahasan Hasil Wawancara


1. Tercapainya tujuan program Bina Keluarga Remaja (BKR)
Berdasarkan hasil wawancara dan didukung dengan data sekunder yang
diperoleh berupa dokumen database Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR)
bahwa Kelompok BKR telah relatif lama dibentuk di Kecamatan Medan Deli
sebagai upaya dalam mengantisipasi meningkatnya kenakalan remaja yang
berujung pada penurunan kualitas hidup anak remaja. Namun, pelaksanaan
kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) ini belum berkembang. Hingga saat ini
sebagian besar kegiatan BKR di masing-masing Kelurahan telah dilakukan
pembentukan kelompok dan telah melaksanakan pemilihan Kader. Berarti
kegiatan BKR ini masih pada tahap awal dan belum ada perkembangan yang
signifikan.
Hal inilah yang menjadikan pengelolaan kegiatan BKR masih pada
stratifikasi dasar, belum memiliki pengembangan buku pedoman BKR dan tidak
memiliki media penyuluhan. Ini berarti tidak ada pemberian advokasi untuk
penumbuhan dan pengembangan BKR. Sehingga pencapaian tujuan dari program
BKR belum dapat dikatakan efektif. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan materi
yang telah dilakukan tidak rutin dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan bahkan sebagian besar kelompok tidak ada melakukan diskusi kegiatan
di masing-masing kelurahan dan anggota kelompok yang terbentuk juga tidak
sebanding dengan jumlah keluarga yang memiliki remaja di Kelurahan tersebut.
Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kecamatan Medan Deli ini sama
seperti kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kelurahan Kebun Roos,

Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu berdasarkan pada penelitian yang


dihasilkan oleh Ella Lubis dkk (2013). Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa
pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada BKR Kelurahan Kebun
Roos, Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu tersebut belum dilaksanakan
dengan baik karena pembentukan kelompok BKR belum efektif, hal ini
disebabkan pada sosialisasi dan sumber dana masih sangat minim serta
peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana kegiatan BKR yang dilakukan
dengan orientasi juga belum berhasil membuat pengetahuan kader dan anggota
BKR juga meningkat.
Sehingga kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) ini belum dapat
mewujudkan kualitas pelayanan kelompok BKR menuju kelompok BKR
Paripurna dan belum ada prestasi yang diraih oleh kelompok BKR di Kecamatan
Medan Deli baik tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi.

2. Integrasi program Bina Keluarga Remaja (BKR)


Belum tercapainya tujuan BKR yang optimal juga disebabkan karena
pengelola dan pelaksana kurang meleburkan diri kepada masyarakat untuk
melakukan pendekatan. Hal ini berarti proses integrasi program kepada
masyarakat melalui sosialisasi yang telah dilakukan Petugas Penyuluh KB di
Kecamatan Medan Deli belum dapat menarik para orang tua untuk bergabung dan
ikut menjadi anggota maupun Kader Bina Keluarga Remaja (BKR) walaupun
sudah dilakukan dengan cara pendekatan dan penyuluhan. Hal ini juga disebabkan
karena para orang tua memiliki akivitas masing-masing untuk mencari nafkah dan

bekerja. Selain itu, juga masih rendahnya sebagian besar kesedian dan
keikutsertaan para orang tua untuk mengembangkan Bina Keluarga Remaja
(BKR) di Kecamatan Medan Deli.
Adanya Upaya untuk mengembangkan Program BKR juga telah dilakukan
dengan bekerjasama pada organisasi pemerintah seperti Dinas Kesehatan, Dinas
Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olahraga maupun organisasi lainnya seperti Tim
Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) dan Ikatan Remaja
Masjid (IRMA).
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang
Pemberdayaan Keluarga juga selaku Pengelola Program Bina Keluarga Remaja
(BKR) mengatakan bahwa dalam melakukan pendekatan kepada orang tua
diperlukan Sosialisasi yang dilakukan oleh petugas lapangan yang ditempatkan di
Kelurahan. Namun proses penyuluhan yang dilakukan belum juga dapat menarik
para orang tua untuk ikut dalam kegiatan BKR. Selain itu, juga diperlukan mitra
kerja sama dalam mempromosikan kegiatan BKR ini.
Sehingga diperlukan strategi operasional dalam mengembangkan program
Bina Keluarga Remaja (BKR), diantaranya adalah :
a. Strategi pendekatan, yaitu dengan melakukan pendekatan-pendekatan
sasaran yang terdiri dari orang tua, remaja, kelompok sebaya, tokoh
agama dan tokoh masyarakat.
b. Strategi pelembagaan, yaitu mempromosikan melalui kegiatan-kegiatan
lain di lingkungan setempat.

c. Strategi pencapaian, yaitu mengintegrasikan kegiatan Bina Keluarga


Remaja (BKR) di lingkungan mitra yang bekerja sama dengan BKKBN.

3. Adaptasi program Bina Keluarga Remaja (BKR)


Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) sendiri telah cukup lama berdiri di
Kecamatan Medan Deli. Hal ini terlihat dari Surat Keputusan Lurah di masingmasing Kelurahan diantaranya yaitu kelompok BKR Anggrek di Kelurahan Titi
Papan terbentuk pada tanggal 11 Mei 2011 (SK Lurah : 476/SK/962/2011),
kelompok BKR Arimbi di Kelurahan Tanjung Mulia terbentuk pada tanggal 16
November 2011 (SK Lurah : 449/SK/TM/V/2011), kelompok BKR Arimbi di
Kelurahan Kota Bangun terbentuk pada tanggal 1 Juni 2008 (SK Lurah :
476/08/KB/VI/2008), kelompok BKR Kamboja di Kelurahan Mabar terbentuk
pada tanggal 10 Januari 2012 (SK Lurah : 411/704/SK/III/2012) dan kelompok
BKR Mawar di Kelurahan Mabar Hilir terbentuk pada tanggal 15 Oktober 2012
(SK Lurah : 476/SK.303/2012).
Hal ini berarti kelompok BKR di masing-masing Kelurahan telah ada
selama tiga tahun, empat tahun dan bahkan tujuh tahun kelompok Bina Keluarga
Remaja (BKR) ini dibentuk. Seharusnya dalam kurun waktu yang relatif lama
seperti ini, pelaksanaan kegiatan juga dapat lebih dikembangkan dengan
memperbanyak materi maupun kegiatan diskusi. Namun, kenyataannya belum ada
satu pun kegiatan yang aktif hingga saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
berfungsinya Program Bina Keluarga Remaja (BKR) sebagai salah satu wadah
dalam mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua maupun remaja

tentang tumbuh kembang anak remaja. Keadaan ini juga disebabkan karena
kurangnya perhatian dan pengawasan Pengelola Program Bina Keluarga Remaja
(BKR) terhadap pengembangan Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kecamatan
Medan Deli.
Minimnya

pemahaman

kelompok

BKR

ini

dikarenakan

belum

terlaksanannya penyuluhan materi bahkan sama sekali tidak ada materi yang
diberikan Petugas Lapangan tentang substansi BKR mengenai peran orang tua
dalam pembinaan anak remaja, kesehatan reproduksi remaja, penanaman nilainilai moral pada remaja, HIV/AIDS dan keterampilan/kecakapan hidup anak
remaja. Sementara Pelatihan dan orientasi telah dilaksanakan oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana kepada pelaksana program
BKR yaitu Petugas Penyuluh Lapangan. Hal ini berarti Petugas Lapangan belum
menjalankan tugasnya dengan optimal walaupun ada upaya yang mereka lakukan
dalam pengembangan BKR. Sedangkan bagi Kader BKR di Kecamatan Medan
Deli belum ada yang diberikan pelatihan.
Keterbatasan

anggaran

juga

menjadi

kendala

dalam

melakukan

pengembangan program BKR di Kecamatan Medan Deli. Dana untuk pelatihan


bagi kader sama sekali tidak ada sehingga pengetahuan kader masih sebatas
pengetahuan dasar. Hal ini menyebabkan tidak ada pihak yang dapat membantu
Petugas Lapangan dalam memberikan penyuluhan pada orang tua di lingkungan
sekitar. Karena kader BKR juga belum dibina dan diberi pelatihan. Sedangkan
dana bagi kegiatan pengembangan BKR dihasilkan dari uang swadaya dan
kontribusi para pihak terkait. Tidak ada bantuan dana maupun sarana dan

prasarana dalam mendukung kelancaran kegiatan BKR. Selain itu, kurangnya


Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksana kegiatan BKR juga menyebabkan
program ini tidak berjalan lancar. Terbatasnya jumlah kader BKR yang ada harus
menjadikan kader Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Kader Bina Keluarga Balita
(BKB) juga merangkap menjadi kader BKR. Tentu ini akan menyulitkan Kader
tersebut untuk fokus dalam menjalankan kegiatan BKR. Terlebih lagi Kader BKR
merupakan ibu rumah tangga yang juga memiliki kesibukan lain di luar kegiatan
BKR.
Terbatasnya sarana ruang kegiatan juga menjadi penghambat dalam
pengembangan kegiatan BKR sehingga pertemuan kegiatan BKR sering diadakan
di Kantor Kelurahan. Prasarana lain seperti buku-buku tentang materi BKR juga
tidak ada disediakan untuk kader sehingga program BKR yang dijadikan wadah
pusat informasi orang tua menjadi kurang maksimal.
Oleh karena itu, program BKR yang ada saat ini belum dapat menanamkan
pemahaman orang tua tentang substansi materi BKR yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman orang tua di
Kecamatan Medan Deli tentang pentingnya membina tumbuh kembang anak
remaja. Bagi remaja, pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan penyiapan
kehidupan berkeluarga juga belum ada diberikan. Padahal ini sangat penting
dalam menyiapkan generasi muda yang berkualitas. Selain itu, perlunya
mengintegrasikan kegiatan BKR pada anak remaja yang tergabung dalam kegiatan
remaja mesjid dan karang taruna juga dapat menjadikan kegiatan yang positif bagi
anak-anak remaja sehingga waktu yang mereka gunakan untuk berdiskusi dan

mengikuti kegiatan dapat bermafaat dan sebagai salah satu upaya untuk terhindar
dari perilaku menyimpang seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba,
pernikahan dini dan kejahatan kriminalitas lainnya.
Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa Program Bina Keluarga Remaja (BKR) di Kecamatan Medan
Deli sudah berjalan ini dibuktikan dari adanya kelompok BKR yang terbentuk,
prosedur pelaksanaan pembentukan kelompok yang telah dibuat didasarkan aspek
legalitas, dan petugas pelaksana kegiatan program yang telah memiliki
kemampuan dan berkompeten.
Namun, untuk pelaksanaan kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) tersebut
belum dapat dikatakan efektif. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang dilakukan
tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, ini dibuktikan dari hasil
wawancara oleh kader-kader BKR bahwa kegiatan BKR ini tidak rutin dilakukan
setiap bulan, misalnya bulan ini dilaksanakan dan bulan depan tidak ada
kegiatan. Kemudian sasaran yang dijadikan target BKR juga belum memadai, hal
ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Kepala Bidang Ketahan dan Pemberdayaan
Keluarga selaku pengawas dan sekaligus pengelola program BKR di Kota Medan
bahwa jumlah kelompok yang ada saat ini juga masih belum memadai, dan
harapan ke depannya juga harus dibuat kelompok konseling BKR di setiap
lingkungan.
Selain itu, belum berhasilnya proses sosialisasi yang dilakukan, belum
terlaksananya penyuluhan materi, terbatasnya SDM pelaksana dan terbatasnya
dukungan anggaran bagi pengembangan kegiatan BKR juga menjadi faktor

kurang efektifnya pelaksanaan program Bina Keluarga Remaja (BKR) ini di


Kecamatan Medan Deli. Hal ini seperti yang disampaikan oleh para Kader BKR
di Kecamatan Medan Deli bahwa pendekatan dalam sosialisasi hanya berupa
penyuluhan, tidak semua orang tua dan remaja paham, petugas juga belum
memberikan materi substansi kegiatan BKR. Pemberian materi tidak merata
dilakukan karena tenaga pengelola terbatas jadi harus bergiliran untuk membuat
kegiatan. Selain itu, tidak ada bantuan dana untuk membantu kegiatan ini, dana
berasal dari swadaya Kader dan pihak terkait.
Oleh karena itu, pelaksanaan program BKR yang ada saat ini belum dapat
menghasilkan mutu yang baik sehingga efektivitasnya juga belum baik pula.
Untuk menghasilkan suatu program yang efektif maka diperlukan waktu
pencapaian program dan ketepatan sasaran yang diinginkan sehingga tercapainya
tujuan yang diinginkan, kejelasan dalam integrasi melalui prosedur pelaksana dan
sosialisasi program serta adaptasi melalui kemampuan petugas dan kelengkapan
sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan Duncan (dikutip M. Streers, 1985:53) yaitu untuk mengukur
efektivitas pelaksanaan program ada beberapa kriteria ukuran efektivitas yang
digunakan diantaranya yaitu tercapainya tujuan, integrasi dan adaptasi program.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka ada suatu harapan yang diinginkan
oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam
mengembangkan program Bina Keluarga Remaja (BKR) yaitu adanya komitmen
Pemerintah Kota dalam membantu menyediakan sumber dana dan sarana
prasarana untuk mengembangkan program-program kependudukan dan kepada

masyarakat untuk berpastisipasi bersama-sama membangun keluarga berwawasan


kependudukan, menanamkan dan menerapkan 8 (delapan) fungsi keluarga,
tercapainya keluarga sejahtera dan membangun moral serta sikap remaja melalui
keluarga dalam rangka mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang 2015.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penelitian dilakukan oleh peneliti tentang efektivitas pelaksanaan
program Bina Keluarga Remaja (BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana di Kecamatan Medan Deli, maka penulis membuat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Program BKR yang dilakukan di Kecamatan Medan Deli tidak
rutin dilakukan setiap bulan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya, kemudian sasaran program yang terbentuk dalam kelompok juga
belum memadai di setiap kelurahan bila dibandingkan dengan jumlah keluarga
yang mempunyai remaja di lingkungan sekitar. Hal ini membuat pencapaian
tujuan tidak tercapai secara efektif.
2. Prosedur pelaksanaan kegiatan dalam pembentukan kelompok sudah baik
sesuai dengan administrasi pelaksanaanya, hanya saja orang tua dan remaja
kurang aktif sementara sosialisasi yang diberikan juga sudah berjalan dengan
bentuk penyuluhan dan pendekatan kepada orang tua. Oleh karena itu,
diperlukan upaya mengembangkan kegiatan kelompok BKR ini dengan
memadukan kegiatan lain agar lebih efisien dan juga dibantu oleh stakeholder
maupun mitra kerja sama di lingkungan setempat.
3. Sebagian besar petugas penyuluh yang bertugas di setiap kelurahan di
Kecamatan Medan Deli sudah memadai, namun pemberian materi substansi
BKR belum dilakukan oleh petugas secara merata. Hal ini dikarenakan

terbatasnya jumlah SDM pengelola yang bertugas di kecamatan Medan Deli


dan tidak didukung oleh penyediaan anggaran dalam kegiatan BKR. Sehingga
pelaksanaan Program BKR belum berkembang dan belum berjalan lancar.
4. Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) belum dapat meningkatkan
pemahaman orang tua mengenai materi substansi Bina Keluarga Remaja
(BKR) termasuk pemahaman tentang tumbuh kembang remaja, reproduksi
remaja, dan penanaman nilai-nilai moral pada remaja. Sehingga belum dapat
menciptakan keluarga berwawasan kependudukan dan peningkatan keluarga
sejahtera. Sehingga efektivitas pelaksanaan proram Bina Keluarga Remaja
(BKR) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di
Kecamatan Medan Deli dapat dikatakan kurang efektif, sehingga belum dapat
terlihat tingkat keberhasilan program BKR kepada orang tua atau remaja di
Kecamatan Medan Deli.

B. Saran
Saran adalah suatu masukan atau rekomendasi yang dibuat untuk
menyempurnakan hasil dari sebuah penelitian. Dimana saran sebagai maukan bagi
pihak terkait yang menjadi objek penelitian yang dilakukan peneliti pada waktu
yang akan datang.
1. Diharapkan petugas penyuluh dan mitra kerja berkoordinasi dengan kelompok
BKR untuk membuat kesepakatan tentang jadwal kegiatan BKR di masingmasing Kelurahan. Sehingga para petugas maupun orang tua dapat mengatur
waktunya untuk hadir dalam pelaksanaan kegiatan BKR. Oleh karena itu,

kegiatan ini dapat terlaksana rutin setiap bulannya. Dan diharapkan pula
keterlibatan serta partisipasi orang tua untuk mengembangkan kegiatan BKR
yang telah dicanangkan oleh BKKBN dengan maksud dan tujuan agar para
orang tua dapat mendidik dan membina anak remaja dengan benar,
meningkatkan keharmonisan keluarga dan membentuk keluarga yang
berwawasan kependudukan.
2. Diharapkan pelaksanaan sosialisasi yang dilakukan dapat lebih menarik minat
orang tua untuk mengetahui lebih jauh tentang Program BKR ini dengan
membuat spanduk, brosur dan gambar-gambar. Selain itu, pendekatan yang
yang dilakukan oleh pengelola dan pelaksana sebaiknya ditunjukkan dengan
sikap peduli, ramah dan terbuka sehingga para orang tua pun tertarik untuk
mengikuti kegiatan BKR dan jumlah Kader yang ada dapat bertambah dengan
diberikan pelatihan agar

dapat

membantu Petugas Penyuluh dalam

mengembangkan BKR.
3. Kompetensi petugas juga diharapkan dapat lebih ditingkatkan lagi dengan
pelatihan dan orientasi yang sebaiknya juga rutin dilakukan oleh Badan
Pemberdayaan

Perempuan

dan

Keluarga

Berencana

(PPKB)

untuk

mengembangkan program tersebut di Kecamatan Medan Deli. Bagi Pemerintah


Kota Medan diharapkan komitmen dan perhatiannya untuk menyediakan
dukungan anggaran dan mengupayakan tersedianya ruang kegiatan bagi
kelompok BKR agar kegiatan dalam Program ini dapat berjalan dengan lancar.
4. Dengan adanya tujuan Bina Keluarga Remaja (BKR) diharapkan setiap
kalangan dapat memahami apa yang diinginkan dan menjadi target dari

lembaga BKKBN dan Badan PPKB sebagai institusi pelaksananya. Sehingga


program ini dapat berjalan efektif dan diterima di kalangan masyarakat dengan
tujuan membangun moral, sikap dan perilaku remaja melalui 8 fungsi keluarga
yang patut diterapkan orang tua dalam keluarga.

Anda mungkin juga menyukai