BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah yang pasti dilewati oleh wanita normal
dalam kehidupannya, masalah utama yang seringkali dihadapi dalam maternal care adalah masih
tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. AKI dan AKB merupakan salah satu
indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI dan AKB juga mengindikasikan
kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas
pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta
hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan. (Depkes,2012).
Data pada WHO data AKI di Dunia pada tahun 2012 mencapai 220/100.000 KH sedangkan
AKB mencapai 34,9/1.000 KH . SDKI 2012 AKI melonjak drastis 359/100.000 KH, AKB juga
masih tinggi, 32/1.000 KH. Di Provinsi Jawa Barat tahun 2012 masih mencapai 259/100.000 KH
dan AKB 35/1000 KH , sedangkan target MDGs tahun 2015 penurunan AKI mencapai
102/100.000 KH dan AKB menjadi 23/1000 KH. Menurut Kepala Dinas Kabupaten Bekasi pada
tahun 2012 untuk kematian ibu melahirkan menurun menjadi 36 orang dan untuk kematian bayi
sebanyak 100 bayi. Sedangkan data AKI dan AKB di Puskesmas Cikarang pada tahun 2013 AKI
4 orang dan AKB 6 bayi.(SDKI, 2012).
Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi
oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian
ibu karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang terkait dengan faktor akses,
sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. Kasus 3 Terlambat meliputi: 1). Terlambat mengenali
tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan, 2). Terlambat dirujuk, 3) Terlambat
ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Masih cukup banyak ibu hamil dengan
faktor risiko 4 Terlalu, yaitu: 1). Terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%.
terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%, 2) Terlalu banyak
(jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%, 4). Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2
tahun). (Depkes,2011).
Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru lahir,
bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan
masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit.
Upaya terobosan yang paling mutakhir adalah program Jampersal (Jaminan Persalinan) yang
digulirkan sejak 2011. Program Jampersal ini diperuntukan bagi seluruh ibu hamil, bersalin dan
nifas serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan.
Keberhasilan Jampersal tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun
juga kemudahan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian
pertolongan kesehatan dari masyarakat, sehingga dukungan dari lintas sektor dalam hal
kemudahan transportasi serta pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting.Melalui
program ini, pada tahun 2012 Pemerintah menjamin pembiayaan persalinan sekitar 2,5 juta ibu
hamil agar mereka mendapatkan layanan persalinan oleh tenaga kesehatan dan bayi yang
dilahirkan sampai dengan masa neonatal di fasilitas kesehatan. Program yang punya slogan Ibu
Selamat, Bayi Lahir Sehat ini diharapkan memberikan kontribusi besar dalam upaya percepatan
penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir
Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program EMAS (Expanding
Maternal and Neonatal Survival), bekerja sama dengan USAID dengan kurun waktu 2012
2016, yang diluncurkan 26 Januari 2012 sebagai salah satu bentuk kerjasama Pemerintah
Indonesia dengan USAID dalam rangka percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir
di 6 provinsi terpilih yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah
dan JawaTimur yang menyumbangkan kurang lebih 50 persen dari kematian ibu dan bayi di
Indonesia. Dalam program ini Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan JHPIEGO, serta
mitra-mitra lainnya seperti Save the Children, Research Triangle Internasional, Muhammadiyah
dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan.
Upaya yang akan dilaksanakan adalah dengan peningkatan kualitas pelayanan emergensi
obstetri dan neonatal dengan cara memastikan intervensi medis prioritas yang mempunyai
dampak besar pada penurunan kematian dan tata kelola klinis (clinical governance) diterapkan di
RS dan Puskesmas. Upaya lain dalam program EMAS ini dengan memperkuat sistem rujukan
yang efisien dan efektif mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas sampai ke
RS rujukan di tingkat kabupaten/kota. Masyarakat pun dilibatkan dalam menjamin kualitas
fasilitas kesehatan ini. Untuk itu, program ini juga akan mengembangkan mekanisme umpan
balik dari masyarakat ke pemerintah daerah menggunakan teknologi informasi seperti media
sosial dan SMS gateway, dan memperkuat forum masyarakat agar dapat menuntut pelayanan
yang lebih efektif dan efisien melalui maklumat pelayanan (service charter) dan Citizen Report
Card. (Depkes,2012).
Dari data bulan Desember pasien di Puskesmas Cikarang sangat tinggi oleh karena itu,
pengawasan kehamilan, pertolongan persalinan, pengawasan masa nifas dan bayi baru lahir
sangatlah penting sebagai salah satu upaya menurunkan AKI dan AKB di Indonesia khususnya di
wilayah Cikarang-Bekasi. Oleh karena itu, penulis akan mencoba menerapkan asuhan kebidanan
komprehansif dan pendokumentasian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas melalui
studi kasus pada Ny.N usia 20 tahun G1P0A0 di Puskesmas Cikarang 2014.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas bahwa Data SDKI 2012 AKI melonjak drastis 359/100.000
KH, AKB juga masih tinggi, 32/1.000 KH, sedangkan target MDGs tahun 2015 penurunan AKI
mencapai 102/100.000 KH dan AKB menjadi 23/1000 KH, masih tingginya AKI dan AKB di
Indonesia Oleh karena itu rumusan masalah pada studi kasus ini adalah Bagaimana Cara
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP di Puskesmas Cikarang 25 November 2013 - 03 Februari 2014
2.
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kehamilan pada Ny.N dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP di Puskesmas Cikarang 25 November 2013 - 03 Februari 2014.
b.
Mahasiswa mampu memberikan asuhan persalinan pada Ny.N dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP di Puskesmas Cikarang 25 November 2013 - 03 Februari 2014.
c.
Mahasiswa mampu memberikan asuhan Nifas pada Ny.N dan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP di Puskesmas Cikarang 25 November 2013 - 03 Februari 2014.
d.
Mahasiswa mampu memberikan asuhan bayi baru lahir pada Ny.N dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP di Puskesmas Cikarang 25 November 2013 - 03 Februari 2014.
D. Manfaat Penulisan
a) Manfaat Teoritis
1) Manfaat Bagi Penulis
b) Manfaat Praktis
1) Manfaat Bagi Lahan Praktek
Dapat memberikan pelayanan yang komprehensif sehingga komplikasi kehamilan, persalinan,
nifas, dan bayi baru lahir, dapat terdeteksi sedini mungkin.
2) Manfaat bagi Klien
Dapat memberikan pengetahuan dan asuhan kebidanan kepada klien tentang pentingnya
pemantauan pada saat kehamilan, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan melakukan
pemeriksaan oleh tenaga kesehatan terutama bidan.
E.
Waktu
09 Desember 2013
16 Desember 2013
26 Desember 2013
28Desember 2013
28 Desember 2013
28 Desember 2013
Kegiatan
ANC 1
ANC 2
ANC 3
INC
BBL 1 Jam
BBL,PNC 6 jam
Tempat
Puskesmas Cikarang
Puskesmas Cikarang
Rumah Ny. N
Puskesmas Cikarang
Puskesmas Cikarang
Puskesmas Cikarang
8
9
10
03 Januari 2014
11 Januari 2014
03 Februari 2014
BBL,PNC 6 hari
BBL, PNC 2 Minggu
BBL,PNC 6 Minggu
Puskesmas Cikarang
Rumah Ny.N
Rumah Ny.N
B. Tempat
a. Alamat Puskesmas Cikarang
Puskesmas Cikarang yang beralamat di Jalan kihajar Dewantara No.24 Cikarang Utara Telp.
(021) 89105705.
b. Klien
Kp kali ulu RT 001/01, Karang Raharja, Cikarang Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
1)
Asuhan Kebidanan adalah penerapan dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan terhadap klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang
kesehatan ibu pada saat hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir serta KB (IBI, 2006).
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan.
2)
1.
Ibu dan bayi sehat, selamat, keluarga bahagia, terjaminnya kehormatan martabat manusia
2.
3.
4.
5.
6.
B.
perkembangan dan pertumbuhan pada janin dalam rahim. Setiap wanita hamil mengahadapi
resiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap kehamilan memerlukan sedikitnya
4 kali selama periode antenatal yaitu: (Prawirohardjo, 2009)
1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (0 - 12 minggu)
2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (13 - 28 minggu)
3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (29 - aterm dan sesudah 36 minggu)
1)
1)
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan dan tumbuh kembang bayi.
2)
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
3)
Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4)
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
5)
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
6)
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang
secara normal.
2)
1)
Kegiatan fisik yang dapat dilakukan dalam batas normal. Boleh beraktivitas seperti biasa tetapi
harus diperhatikan pola istirahatnya agar ibu tidak mengalami kelelahan.
2)
Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia karena selama kehamilan terjadi peningkatan
sekret vagina.
3)
4)
Pemakaian obat harus dikonsultasikan terlebih dahulu pada petugas kesehatan karena ada
sebagian obat yang bisa membahayakan kehamilan dan menimbulkan kecacatan pada janin yang
dikandungnya.
5)
Pola istirahat sebaiknya diatur agar tercapai kebutuhan istirahat yaitu 6-8 jam tidur malam dan
1-2 jam tidur siang atau cukup dengan beristirahat biasa saja (duduk atau berbaring).
6)
Memberitahukan tentang perawatan payudara untuk persiapan laktasi. Sebaiknya ibu dibiasakan
untuk membersihkan puting dengan baby oil atau minyak sayur dan dilakukan secara teratur.
7)
Memberikan informasi tentang body mekanik yaitu dalam beraktivitas sebaiknya ibu
memperhatikan bagian abdomen.
8)
Memberitahukan tentang seksualitas yang aman dalam masa kehamilan yaitu pada trimester II.
Selain itu, aktivitas seksual masih bisa dilakukan pada waktu yang diinginkan selama tidak ada
keluhan.
9)
Memberitahukan tentang senam hamil yang berfungsi untuk melatih otot-otot dasar panggul
demi kelancaran persalinan.
3)
1.
2.
3.
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur
kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari
pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus
sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.
Tabel 2.1
Tinggi Fundus Uteri
Usia Kehamilan sesuai Jarak dari simfisis
minggu
22 28 Minggu
24-25 cm
28 Minggu
26,7 cm
30 Minggu
29,5 30 cm
32 Minggu
31 cm
34 Minggu
32 cm
36 Minggu
33 cm
40 Minggu
37,7 cm
4. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan ( T4 )
5. Pemberian Imunisasi TT ( T5 )
Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat seorang wanita hamil melakukan
kunjungan yang pertama dan dilakukan pada minggu ke-4.
Tabel 2.2
Imunisasi Tetanus Toksoi
Imunisasi
TT
TT1
Lama Perlindungan
Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
3 Tahun
6 Tahun
10 Tahun
25 Tahun
TT2
1 bulan setelah TT1
TT3
6 bulan setelah TT2
TT4
12 Bulan setelah TT3
TT5
12 Bulan setelah TT4
6. Pemeriksaan HB ( T6 )
Pemeriksaan HB pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila
kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg
7.
Pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali di ambil spesimen darah vena
8.
kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan.
Pemeriksaan Protein urine ( T8 )
Dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein atau tidak untuk
9.
10.
11.
12.
13.
malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif.
Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)
Diberikanpada kasus gangguan Akibat kekurangan yodium didaerah endemis yang dapat
berefek buruk terhadap perkembanan manusia.
Temu wicara / Konseling ( T14)
14.
C. KEHAMILAN
1.
Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. (Prawirohardjo,2009).
Masa kehamilan adalah Pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2010).
Periode antepartum adalah periode kahamilan yang dihitung sejak Hari Pertama Haid
terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati (Varney,2007)
2.
Umur Kehamilan
Lamanya kehamilan dihitung dari mulai ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari
(40 minggu) dan tidak lebih lanjut dari 300 hari (43 Minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut
kehamilanmatur (cukup bulan) bila kehamilan lebih 43 minggu disebut kehamilan postmatur.
Kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan prematur. Kehamilan yang terakhir ini
mempengaruhi viabilitas (kelangsungan hidup)bayi yang dilahirkan, karena bayi yang terlalu
muda mempunyai prognosis buruk.
Di tinjau dari tuanya kehamilan, dibagi dalam 3 bagian yaitu:, (Manuaba,2010):
3.
Trimester III adalah persiapan aktif untuk menyambut kelahiran bayi dan menjadi orang tua.
Keluarga menduga-duga tentang jenis kelamin bayinya dan akan mirip siapa bila telah lahir,
bahkan mungkin mereka juga sudah memilih sebuah nama untuk bayinya.
Terjadinya penurunan libido dibandingkan trimster sebelumnya. Hal ini dikarenakanukuran
perutnya semakin membesar sehingga membuat wanita hamil merasa tidak nyaman mencari
posisi alternatif dalam berhubungan seksul (Varney,2007).
4.
Uterus
Uterus yang semula beratnya 30 gram akan mengalami hipertropi dan hiperplasia,
sehingga beratnya 1000 gram, dengan panjang 20 cm dan tebal dinding 2,5 cm saat akhir
kehamilan.
Pada kehamilan 16 minggu tingginya rahim (uterus) setengah dari jarak simfisis dan pusat.
Plasenta telah terbentuk seluruhnya.
Pada kehamilan 20 minggu, fundus rahim terletak 2 jari dibawah pusat sedangkan pada umur 24
minggu tepat ditepi atas pusat.
Pada kehamilan 28 minggu tingginya fundus uteri sekitar 3 jari diatas pusat atau sepertiga antara
pusat dan prosesus xifoideus.
Pada kehamilan 32 minggu tingginya fundus uteri setengah jarak prosesus xifoideus dan pusat.
Pada kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar 1 jari dibawah prosesus xifoideus. kepala
bayi belum masuk pintu atas panggul.
Pada kehamilan 40 minggu fundus uteri turun setinggi 3 jari dibawah prosesus xifoideus, karena
kepala janin sudah masuk pintu atas panggul.
4)
Ovarium
Pada kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan
meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur kehamilan 16
minggu.
5)
Payudara/Mamae
Mamae akan membesar dan tegang akibat hormone somatomamotropin, estrogen dan
progesterone, akan tetapi belum mengeluarkan ASI dan baru mempersiapkan payudara untuk
6)
pengeluaran ASI.
Sistem Endokrin
Perubahan besar pada system endokrin yang penting terjadi untuk mempertahankan
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada ibu hamil tua terjadi
gangguan miksi dalam bentuk sering buang air kecil. Desakan tersebut dapat menyebabkan
kandung kemih cepat terasa penuh.
9) Traktus digestivus/pencernaan
Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat
menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivia), lambung terasa panas, mual/muntah
10) Sirkulasi darah/cardiovaskuler
Dipengaruhi adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluhpembuluh darah yang membesar pula, mammae, dan alat lainnya yang berfungsi berlebihan dan
kehamilan.
11) Integumen/Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh
melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
Hiperpigmentasi ini terjadi pada strie gravidarum livide atau alba, areola mammae, papilla
mammae, linea nigra, chloasma gravidarum. Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan hilang.
12) Metabolisme
-
Kebutuhan protein meningkat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, perkembangan organ
kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar gr/kg BB
atau sebutir telur ayam sehari.
Kebutuhan kalori di dapat dari karbohidrat, lemakdan protein. Berdasarkan angka kecukupan
gizi yang diannjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 1983, tambahan kalori untuk
wanita hamil 285 kalori. Untuk meyakinkan agar penggunaan kalori selama kehamilan
berlangsung adekuat, masukan energi harus diatas 36 kalori/kg/hari. Kecukupan yang dianjurkan,
sebanyak 40 kalori/kg/hari dalam distribusi yang seimbang, yaitu protein 15%, lemak 30%,
dan karbohidrat 55%.
Kebutuhan zat mineral diantaranya kalsium 1,5 gr setiap hari, 30-40 gr untuk pertumbuhan
tulang dan janin, fosfor 8 gram dalam sehari, Zat besi 800 mg atau 30-50 mg sehari dan Air ibu
hamil memerlukan cairan cukup banyak.
Berat badan ibu bertambah. Kenaikan berat badan antara 6,5-16,5 kg selama hamil atau sekitar
Kg per minggu.
(Manuaba, 2010)
1) Sulit Tidur
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan ibu hamil sulit tidur jika telah memasuki trimester
III :
1) Karena perut yang semakin membesar sehingga ibu kesulitan dalam mencari posisi tidur yang
nyaman.
2) Gerakan bayi yang semakin sering sehingga ibu hamil sering terjaga dimalam hari.
2) Sering Berkemih
Hal ini dikarenakan kandung kemih tertekan oleh kepala janin yang mulai memasuki pintu
atas panggul dan rahim yang terus membesar.
3) Kaki Kram
Kaki kram sering menimbulkan rasa nyeri dan sering terjadi pada malam hari karena
rahim membesar mengakibatkan tekanan yang menggangu sirkulasi darah pada kaki dan
menyebabkan tekanan pada saraf.
4) Gatal-gatal
1)
Oksigen
Meningkatnya jumlah progesteron selama kehamilan mempengaruhi pusat pernafasan, CO 2
menurun dan O2 yang meningkat akan bermanfaat bagi janin. (Kusmiyati dkk, 2009 )
2)
Nutrisi
Pada trimester I (0-12 minggu) umumnya nafsu makan ibu akan berkurang, sering
timbul rasa mual dan muntah. Pada kondisi ini harus tetap berusaha untuk makan agar janin
tumbuh dengan baik.
Pada trimester II (15-28 minggu), nafsu makan sudah kembali pulih. Pada trimester III (2940 minggu) nafsu makan sangat baik tetapi jangan kelebihan kurangi karbohidrat, tingkatkan
protein, sayur-sayuran, buah-buahan. Selain itu kurangi makan yang mengandung manis (seperti
gula) dan terlalu asin karena makanan tersebut akan memberikan kecenderungan janin tumbuh
besar dan merangsang timbulnya keracunan saat kehamilan.
Personal hygiene
Bagian tubuh yang sangat membutuhkan perawatan kebersihan adalah daerah genital,
karena saat hamil biasanya terjadi pengeluaran sekret vagina yang berlebih. Selain mandi,
mengganti celana dalam secara rutin minimal dua kali. (Kusmiyati dkk, 2009)
4)
Pakaian
Pakaian ibu hamil harus longgor, mudah menyerap keringat, pakai bra yang menyokong,
tidak memakai hak tinggi, dan pakaian selalu kering. payudara perlu ditopang dengan BH yang
memadai untuk mengurangi rasa tidak enak karena pembesaran dan kecenderungan menjadi
pendulans. (Kusmiyati dkk, 2009)
5)
Eliminasi
Keluhan yang dialami adalah konstipasi. Tindakan pencegahan ini adalah harus
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat dan banyak minum air putih. Walaupun ibu hamil
sering mengatakan keluhan sering buang air kecil, tindakan untuk mengurangi asupan cairan
tidak dianjurkan karena akan mengakibatkan dehidrasi.
6)
Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir kehamilan,
meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari
menjelang kelahiran.
7)
Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan/aktifitas fisik biasa selama tidak terlalu melelahkan.
seperti menyapu, mengepel, masak dan mengajar.
8)
Senam hamil
Manfaat untuk melakukan senam hamil dapat membantu proses persalinan, antara lain
melatih pernafasan, relaksasi, menguatkan otot panggul dan perut, serta melatih cara meneran
yang benar. Dapat dilakukan pada usia kehamilan setelah 22 minggu dan sedikitnya seminggu
sekali.
9)
Istirahat
Ibu hamil dianjurkan pada saat tidur khususnya pada waktu hamil itu harus posisi
berbaring miring karena untuk meningkatkan oksigenasi fetoplasental. Tidur malam hari selama
kurang dari 8 jam dan istirahat dalam keadaan rileks pada siang hari selama 1 jam. (Kusmiyati
dkk, 2009).
7.
1.
Perdarahan pervaginam
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Demam tinggi
D. PERSALINAN
1.
Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan (37-42 minggu) atau hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 2010)
Persalinan adalah Proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir.
(Sumarah dkk, 2010)
Persalinan dan kelahiran normal adalah suatu proses pengeluaran yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) , lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung tidak lebih dari 18-24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin.
2.
Agar tercipta asuhan atau pertolongan yang maksimal dan memenuhi standar kualitas
pelayanan dan harapan pasien, maka dibutuhkan:
a) Pengetahuan
b)
Keterampilan
c) Perilaku terpuji
Dalam membuat keputusan klinik, terdapat 7 langkah Varney yang berurutan, yaitu :
1)
Pengumpulan data
2)
3)
4)
5)
6)
7)
yang
paling
mudah
membayangkan
mengenai
asuhan
sayang
ibu adalah menanyakan pada diri kita sendiri. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah
dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
Asuhan
sayang
ibu
dan
bayi
perlu
diterapkan
terutama
saat
proses
2) Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut
3) Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarga
4)
Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir
5)
6) Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan perasaan ibu beserta anggota keluarganya
7)
Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan
kelahiran bayinya
8) Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara cara bagaimana mereka dapat
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya
9) Secara konsisten lakukan praktik praktik pencegahan infeksi yang baik
10) Hargai privasi ibu
11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi
12) Anjurkan ibu untuk minum dan makan ringan sepanjang ia menginginkannya
13) Hargai dan perbolehkan praktik praktik tradisional yang tidak merugikan kesehatan ibu
14) Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi, pencukuran dan
klisma
15) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin
16) Membantu memulai pemberian ASI dalalm satu jam pertama setelah kelahiran bayi
17) Siapkan rencana rujukan ( bila perlu )
18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan bahan, perlengkapan dan
obat obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap
kelahiran bayi.
Asuhan sayang ibu dan bayi dalam pascapersalinan, antara lain :
Tindakan tindakan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing
misalnya debu, kotoran dari kulit atau instrumen atau peralatan.
e) Desinfeksi
Tindakan untuk menghilangkan hampir semua atau sebagian besar mikroorganisme dari benda
f)
mati.
Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )
Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme ( kecuali beberapa bakteri endospora )
Cuci dan bilas : Gunakan detergen dan sikat pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak
kering
(dry
heat) Rebus
Jenis-Jenis Persalinan
1.
a) Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b) Persalinan Buatan, bila proses Persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c) Persalinan Anjuran (partus presipitatus)
2.
a) Abortus
Yaitu terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan,
umur kehamilan sebelum 28 minggu dan berat janin kurang dari 1000 gram.
b) Persalinan prematurus
Yaitu persalinan sebelum usia kehamilan 28 sampai 36 minggu dengan berat janin kurang dari
2499 gram.
c) Persalinan Aterm
Yaitu persalinan antara usia kehamilan 37 sampai 42 minggu dan berat janin di atas 2500 gram.
d) Persalinan Serotinus
Yaitu persalinan yang melampaui umur hamil 42 minggu dan pada janin terdapat tanda
postmaturitas.
e) Persalinan Presipitatus
Yaitu persalinan yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam.
4.
1.
Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregangkan dalam batas tertentu. Setelah melewati
batas terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
2.
3.
4.
5.
5.
a) Power (Tenaga)
- His (kontraksi otot rahim).
- Kontraksi otot dinding perut.
- Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
- Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum
- Kekuatan mengedan ibu
b) Passanger ( Pengeluaran bayi dan uri )
Faktor lain yang berpengaruh terthadap persalinan adalah faktor janin, yang meliputi sikap
janin, letak janin, prtesentasi janin, bagian terbawah, dan posisi janin.
c) Passage ( jalan lahir )
Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang. Ketiga faktor utama ini sangat menentukan jalannya
persalinan sehingga akan terjadi :
1) Spontan belakang kepala (Verteks)
2) Persalinan buatan dengan tambahan tenaga dari luar
a) Induksi persalinan
b) Persalinan operatif
d) Psikis Ibu
Ternyata dalam fase persalinan juiga terjadi peningkatan kecemasan, dengan makin
meningkatnya kecemasan akan semakin meningkatkan intensitas nyeri. Fenomena hubungan
antara cemas dan nyeri merupakan suatu hubungan yang berkolerasi positif, yang menurut
Caceres dan Burns ( 1997 ) mempunyai pola hiubungan seperti spiral yang ujungnya membesar.
Dengan makin majunya proses persalinan, menyebabkan perasaan ibu hamil semakin cemas
dan rasa cemas tersebut menyebabkan rasa nyeri semakin intens demikian pula sebaliknya.
Sensasi nyeri yang diderita ibu bersalin tersebut berasal dari sinyal nyeri yang timbul saat otot
rahim berkontraksi dengan tujuan untuk mendorong bayi yang ada didalam rahim keluar.
Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang menyertai kehidupan hampir
setiap wanita. Walaupun prosesnya fisiologi tetapi pada umumnya menakutkan karena disertai
nyeri yang hebat bahkan terkadang menimbulkan kondisi fisdik dan mental yang mengancam
jiwa.
e) Penolong Persalinan
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu adalah kemampuan
dan keterampilan penolong persalinan. Tahun 2006 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Indonesia masih sekitar 76 % artinya masih banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh
dukun bayi dengan cara tradisional yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.
6.
a.
1)
2)
3)
4)
b.
1)
2)
3)
c.
7.
harus sejajar dengan diameter terbesar pelvis ibu agar janin yang cukup bulan dapat melewati
pelvis dan dapat dilahirkan. Adapun mekanisme persalinan normal sebagai berikut :
a. Engagement
Engagement terjadi ketika diameter biparietal kepala janin telah melalui pintu atas
panggul. Pada primigravida terjadi pada minggu
terjadi saat dimulainya inpartu. Proses engagement ini dapat disebabkan karena adanya :
1) Kontraksi Braxton Hicks
2) Ketegangan dinding abdomen
3) Ketegangan ligamentum rotundum
b. Penurunan (Desensus)
Bentuk penurunan kepala janin berupa :
1) Sinkllitismus, yaitu sutura sagitalis berhimpitan dengan sumbu jalan lahir.
2) Asinklitismus
a) Asinklitismus Anterior, yaitu kepala janin masuk mengarah ke promontorium. Kepala masuk
secara asinklitismus menurut Naegle lebih menguntungkan karena dapat masuk lebih dalam
sebelum terjadi putar paksi dalam.
b) Asnklitismus Posterior, yaitu kepala janin masuk mengarah ke simfisis sehingga kepala akan
lebih cepat tersentuh dan tertahan oleh simfisis pubis. Akibatnya, kepala akan miring ke arah
simfisis dan mengalami kegagalan untuk turun dan putar paksi dalam, sehingga menimbulkan
keadaan deep transverse arrest.
c. Fleksi
Desensus kepala dengan kekuatan his, akan menimbulkan fleksi kepala, sehingga dagu akan
lebih menempel pada tulang dada janin.
d. Rotasi Interna (Putar Paksi Dalam)
Setelah mencapai dasar panggul, kepala janin berputar sehingga suboksiput (yang akan bertindak
sebagai hipomoklion) berada di bawah simfisis.
e. Ekstensi
Setelah janin melakukan rotasi interna dan suboksiput sebagai hipomoklion, maka perputaran
kepala dengan suboksiput sebagai hipomoklion menyebabkan terjadinya ekstensi. Maka lahirlah
berturut-turut oksiput, UUB (ubun-ubun besar), dahi, hidung, muka dan dagu.
f.
Rotasi Eksterna (Putar Paksi Luar)
Putar paksi luar merupakan keadaan dimana perputaran kepala janin menuju posisinya sehingga
oksiput berada sesuai dengan tulang belakangnya.
g. Ekspulsi
Ekspulsi merupakan kelahiran janin dan seluruh tubuhnya (Manuaba, 2010).
1) Kala I (Kala pembukaan)
Kala I adalah kala pembukaan lengkap yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap.
Tabel 2.4
Lamanya Persalinan Pada Primigravida Dan Multigravida
Kala
Primigravida
Multigravida
Kala I
10-12 jam
6-8 jam
Kala II
1-1,5 jam
0,5-1 jam
Kala III
10 menit
10 menit
Kala IV
2 jam
Jumlah (tanpa memasukkan
Kala IV yang bersifat 10-12Jam
observasi)
a)
2 jam
8-10 Jam
Fase laten : Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan <4 cm
berlangsung 7 8 jam.
b) Fase aktif : Berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam tiga fase lagi yakni :
Fase Akselerasi, berlangsung 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
Periode Dilatasi Maksimal : Selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat 4 cm menjadi 9 cm.
Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kebali dalam waktu 2 jam dari 9 cm menjadi
lengkap (10 cm).
2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin).
Pada kala ini his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira kira 2 3 menit sekali
kepala janin telah masuk keruangan panggul sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul
yang menimbulkan rasa dorongan ingin mengedan (doran), tekanan pada anus (teknus),
perineum menonjol (perjol) dan vulva membuka (vulka). Pada persalinan kala II dilakukan
I.
a.
b.
c.
d.
II.
2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
a. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai didalam partus set.
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai. Cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang menggunakan sarung tangan
III.
DTT dan steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik.
7. Membersihkan Vulva dan perineum, menyekanya dengan hati hati dari depan kebelakang
a.
b.
c.
a.
b.
dalam, DJJ dan semua hasil hasil penilaian serta asuhanlainnya pada partograf.
IV.
Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran.
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam
a.
b.
dan janin (ikuti pedoman Fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan
sesuai.
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang
d.
e.
f.
g.
h.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 6 cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernafas capat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi,
dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong diantara dua
klem tersebut.
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan
dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai
dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing
masing mata kaki dengan ibu jari dan jari jari lainnya).
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas)
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan.
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
lakukan langkah resusitasi (lanjut kelangkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir).
26. Keringkan tubuh bayi
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
b.
c.
membersihkan verniks.
Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Biarkan bayi diatas perut ibu.
27. Dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap Periksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
b.
benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
33. Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada/perut
ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting
34.
VIII.
35.
36.
payudara ibu
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
Pentalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga.
Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 10 cm dari vulva.
Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan
b.
c.
d.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva
payudara.
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
45. Setelah 1 jam lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis dan
vitamin K1 1mg IM dipaha kiri anterolateral.
46. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B dipaha kanan
a.
b.
anterolateral.
Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu waktu bisa disusukan.
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu didalam 1 jam pertama
Perasat Kustner : Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri menekan daerah di atas
simfisis. Bila tali pusat tidak masuk lagi ke dalam vagina, berarti plasenta telah lepas.
2) Perasat Strassman : Tangan kanan mengangkat tali pusat, tangan kiri mengetuk fundus uterus.
3)
Bila terasa getaran pada tangan kanan, berarti plasenta belum lepas.
Perasat Klein : Ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun. Bila berhenti mengejan, tali pusat
masuk lagi, bararti plasenta belum lepas dari dinding uterus Terjadinya perdarahan kala III
normal kurang lebih 100 200 cc.
2)
3)
Memberikan oksitosin 10 unit IM, dapat merangsang uterus berkontraksi juga mempercepat
pelepasan plasenta. Oksitosin 10 unit IM dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta masih
belum lahir jika oksitosin tidak tersedia, rangsangan puting susu ibu atau berikan ASI pada bayi
untuk menghasilkan oksitosin alamiah.
4)
Melakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT) yang dilakukan hanya selama uterus
berkontraksi. Hasil ini dapat diulangi sampai plasenta terlepas.
5)
Massage fundus segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan agar menimbulkan kontraksi.
Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan post partum.
8.
Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk
setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan persalinan itu normal atau dengan komplikasi.
Patograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan apakah persalinan berlangsung
lama, adanya gawat ibu dan janin, serta apakah ibu perlu dirujuk.
Petugas kesehatan harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut:
1. Kondisi Janin
a.
mekonium
: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah
: Selaput ketuban sudah pecah dan tidak ada air
ketuban/kering
adalah
indikator
penting
tentang
seberapajauh
kepala
bayi
dapat
Tulang-tulang kepala
0 : janin terpisah, sutara dengan mudah
dapat dipalpasi.
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi
masih dapat dipisahkan.
3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan.
2. Kemajuan persalinan
a.
Pembukaan serviks
Catat pembukaan serviks setiap 4 jam, tanda X harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan
lajur besarnya pembukaan serviks. Hubungan tanda X dari setiap pemeriksaan dengan garis
utuh (tidak terputus).
b.
c.
Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b. Waktu aktual saat pemeriksaaan dilakukan
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat
waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan
dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi
dibawahnya.
4. Kontraksi uterus
Nyata.akan kontraksi dengan :
Berikan titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20
detik.
Berikan garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20 40
detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
5. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
a.
Oksitosin
b.
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan. Beri tanda panah
pada partograf pada kolom waktu yang sesuai :
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi.
Setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
b.
E.
MASA NIFAS
1.
kembali menjadi normal secara anatomis dan fungsional, yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba,
2007).
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan
akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak
hamil (Varney, 2008).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil, lama masa nifas ini yaitu 6 minggu (Saifuddin, 2006).
Masa Nifas atau Puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya sampai dengan 6
minggu ( 42 hari ). Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
komplikasi serta penyakit yang mungkin terjadi dan penyediaan pelayanan ASI, cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu. (Prawirohardjo.2009)
Masa nifas atau puerperium adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai
sampai alat alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas sekitar 6 8
1)
minggu.
Nifas dibagi dalam 3 periode :
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan.
2)
3)
Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
Perperium intermedial yatu kepulihan menyeluruh alat alat genitalia.
Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
bisa berminggu minggu, bulanan, bahkan tahunan.
2. Fisiologi Nifas
Dalam masa nifas, alat alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat alat genital ini dalam
keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan perubahan
penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh
laktogenic hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar kelenjar mamma.
3. Involusi Uteri
Setelah janin dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi
akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas
implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot yang membentuk anyaman sehingga
pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan
postpartum. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik,
berangsur angsur akan mengecil sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan
berat 30 gram. Proses proteolitik adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine.
Dengan penimbunan air saat hamil akan terjadi pengeluaran urin setelah persalinan, sehingga
hasil pemecahan protein dapat dikeluarkan.(Sitti Saleha.2010).
Involusi
Bayi lahir
Tabel 2.4
Proses involusi uteri
Tinggi fundus uteri
Sepusat
Berat uterus
1000 gram
Plasenta lahir
750 gram
7 hari (1 minggu)
Pertengahan pusat-simfisis
500 gram
14 hari (2 minggu)
Tak teraba
350 gram
42 hari (6 minggu)
50 gram
56 hari (8 minggu)
Normal
30 gram
Segera setelah persalinan Serviks sangat lunak, kadang-kadang terdapat perlukaanperlukaan kecil, seperti memar dan oedema. Serviks kembali ke bentuk semula pada hari pertama
dan kelunakan menjadi berkurang. Serviks dapat dimasukan 2 jari sekitar seminggu, tetapi
setelahnya hanya dapat masuk 1 jari dan itu pun agak sulit. Os eksternal mulai kembali ke
bentuk semula pada minggu ke-4 pascapartum.
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang merenggang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang
uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor
(Varney, 2008).
4. Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi. (Sitti
Saleha.2010)
a. Kunjungan I
6-8 jam setelah persalinan bertujuan untuk :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan terajdi secara terus
menerus.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan dengan baik antar ibu dan bayi baru.
6) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
b. Kunjungan II
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini
5.Bentuk Perawatan Masa Nifas
1. Rawat gabung ( Rooming In )
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama sama sehingga ibu banyak
memperlihatkan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaranpengeluaran ASI
lebih banyak dan kesehatan ibu dan bayi terjamin.
2. Mobilisasi
Setelah melahirkan ibu harus istirahat ibu dapat melakukan mobilisasi setelah 2 jam pasca
persalinan. Mobilisasi mempunyai variasi bergantung pada kmplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka.
3. Kebersihan diri
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air pastikan bahwa ibu mengerti untuk kebersihan daerah vulva
terlebih dahulu, dari depan kebelakang baru kemudian membersihkan daerah anus. Sarankan ibu
untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin.
4. Perawatan luka perineum
Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air hangat. Banyak beraktifitas agar luka
cepat sembuh. Banyak makan yang mengandung vitamin.
5. Perawatan payudara
Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu. Menggunakan BH yang
menyokong payudara dan tidak ketat. Susui bayi setiap 2-3 jam sekali. Jika tidak dapat
menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan untuk mencegah pembendungan ASI.
Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum yang keluar pada sekitar puting susu setiap
habis menyusui. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam.
6. Nutrisi dan Cairan
Ibu hendaknya mengkonsumsi makanan tambahan 500 kalori setiap harinya. Makan
dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. Minum
setidaknya 3 liter air setiap hari (dianjurkan ibu untuk minum setiap kali habis menyusui).
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin.
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASI.
7. Senggama
Secara fisik aman untuk hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukan satu jari kedalam vagina tanpa rasa perih ibu boleh melakukan hubungan seksual
kapan saja. (Saifuddin, 2004)
8. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan
tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya
dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi
haidnya selama menyusui (amenorea laktasi).
Oleh karena itu metode amenorea laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali
untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko ini adalah 2 % kehamilan.
Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut perlu dijelaskan dahulu kepada ibu :
-
a.
Lochea rubra (cruenta): berwarna merah karena mengandung darah jaringan desidua. Ini
adalah lochea pertama yang mulai segera setelah kelahiran dan terus berlanjut 2-3 hari pertama
pascapartum.
b. Lochea serosa : terjadi dari hari ke-3 sampai hari ke-9 pascapartum. Berwarna kuning karena
mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit.
c.
Lochea alba : mulai terjadi sekitar hari ke-10 sampai 2 hingga 4 minggu. Warna lochea ini putih
krem karena mengandung leukosit dan sel desidua.
Perubahan Patrun (pengeluaran lokhea) menunjukkan keadaan yang abnormal seperti :
a. Perdarahan berkepanjangan
b. Pengeluaran lokhea tertahan (lokhea statika)
c. Lokhia purulenta, berbentuk nanah
masa
nifas
merupakan
waktu
di
mana
ibu
mengalami
stres
1.
berikut.
Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi oarng tua.
Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
Riwayat pengalama hamil dan melahirkan sebelumnya.
Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.
Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini :
Taking in period
Terjadi pada 1 2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain,
folus perhatian terhadap tubuhnya. Ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan
2.
3.
1.
2.
Melaksanakan skrinig yang komprehensife, mendeteksi adanya masalah, setra mengobati atau
3.
4.
berencana, menyusui, serta pemberian imunisasi, kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Depresi pospartum sering terjadi pada masa ini. Menurut para ahli mereka didiagnosis
menderita depresi potpartum. Depresi merupakan tekanan jiwa yang paling sering dijumpai pada
masa postpartum.
Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi pospartum adalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
sebagai berikut :
Perasaan sedih dan kecewa.
Sering menangis.
Merasa gelisah dan cemas.
Kehilangan ketertarikan terhadap hal hal yang menyenangkan.
Nafsu makan menurun.
Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu.
Tidak bisa tidur ( insomnia ).
Perasaan bersalah dan putus harapan ( hopeless ).
Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelasakan.
Memperlihatkan
penurunan
keinginan
untuk
mengurus
bayi.
a. Bayi dengan berat badan lahir amat sangat rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan <
1000 gr.
b. Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan < 1500 gr.
c. Bayi dengan berat badan lahir cukup rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan 1500
2500 gr.
Klasifikasi berdasarkan usia gestasi :
a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan < 37 minggu.
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38-42 minggu.
c. Bayi lebih bulan adalah bayi baru lahir dengan umur kehamilan > 42 minggu.
Klasifikasi berdasarkan usia gestasi dengan berat badan :
a. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK), yaitu bayi yang baru lahir dengan keterlambatan
pertumbuhan intrauterine.
b. Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK), yaitu bayi yang baru lahir dengan berat badan sesuai
dengan berat badan untuk masa kehamilan.
c. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK), yaitu bayi yang baru lahir dengan berat badan lebih
besar untuk usia kehamilan.
3. Penilaian Bayi Baru lahir
Segera setelah bayi lahir, letakan bayi di atas kain bersih dan kering yang disiapkan di atas
perut ibu. Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir, dengan menjawab 4 pertanyaan :
a.
Tabel 2.8
Nilai APGAR SCORE
Nilai APGAR
Apprearance
(Warna Kulit)
Pulse (heart rate)
(Denyut jantung)
Grimance
(reaksi terhadap
rangsangan)
Activity
(tonus otot)
Respiration
(Pernafasan)
Blue
(Seluruh
tubuh biru /
pucat)
Absent
(Tidak ada)
Absent
(Tidak ada)
Grimace (Sedikit
gerakan)
Cry (Reaksi
melawan/menangis)
Limb
(Lumpuh)
Some Flexion of
Limbs
(Ekstermitas
sedikit fleksi)
Absent
(Tidak ada)
Slow, Irregular
(lambat, tidak
teratur)
Aktive movement,
Limbs well flexion
(Gerakan aktif,
ekstremitas fleksi
dengan baik)
Good, Strong Cry
(Menangis kuat)
Nilai
>100
Klasifikasi klinik :
-
a. Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme, saat melakukan penanganan bayi
baru lahir, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
1)
Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
2)
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
3)
Pastikan bahwa semua peralatan termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah
didisinfeksikan tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang
bersih dan baru.
4)
Pastikan bahwa semua pakaian handuk selimut serta kain yang di gunakan untuk bayi telah
dalam keadaan steril atau bersih. Demikian pula dengan timbangan, pengukur, termometer,
stetoskop, dan benda-benda lainnya, yang akan tersentuh dengan bayi dalam keadaan bersih
(dekontaminasi, cuci dan keringkan setiap kali setelah digunakan).
Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah bayi lahir.
Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan IMD dan ibu dapat mengenali
bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.
3)
Menunda semua prosedur lainnya seperti menimbang, memberikan injeksi vitamin K, hingga
dilakukannya IMD.
2.
Jangan berikan makanan atau minuman lain pada bayi yang baru lahir kecuali ASI dan ada
indikasi yang jelas (atas alasan-alasan medis yang jelas), berikan ASI selama 6 bulan pertama
dalam kehidupannya.
3.
Berikan ASI pada bayi sesuai kebutuhannya baik siang maupun malam (delapan kali atau lebih
dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.
c.
d. Memberi vitamin K1
Semua bayi baru lahir normal harus diberikan vitamin K 1 injeksi 1 mg secara
intramuskular setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K 1
yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Depkes RI, 2008).
e.
dengan 12 bulan, Dosis yang diberikan sebanyak 0,05 ml disuntikan secara intracutan. DPT pada
bayi umur 2-11 bulan sebanyak 2-3 kali suntikan secara IM atau subcutan, dosis yang diberikan
sebanyak 0,5 ml secara IM. Polio sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari, sebanyak 4
kali pemberian dengan dosis 2 tetes dengan jarak pemberian 4 minggu (Muslihatun, 2010 : 219225)
4. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga
dan penolong persalinan serta tindak lanjut oleh petugas kesehatan yaitu:
a. Pada 2 jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang di nilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi:
1). kemampuan menghisap kuat atau lemah
2). bayi tampak aktif atau lunglai
3). bayi kemerahan atau biru
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan atau penilaian terhadap ada tidaknya masalah
kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti:
1). Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
2). Gangguan pernafasan
3). Hipotermia
4). Infeksi
5). Cacat bawaan dan trauma lahir
c. Hal-hal yang perlu di pantau pada bayi baru lahir yaitu:
1). Suhu badan dan lingkungan
Sulit minum
2. Sianosis sentral
3. Perut kembung
4. Periode apneu
5. Kejang atau periode kejang-kejang kecil
6. Merintih
7. Perdarahan
8. Kulit sangat kuning
9. Berat badan lahir < 1500gram (Saifuddin, 2006).
6. Refleks pada Bayi Baru Lahir
1. Refleks Menghisap
Bayi baru lahir menoleh kapala kearah stimulus, membuka mulut dan mulai menghisap bila pipi,
bibir atau sudut mulut disentuh dengan jari atau puting.
2. Refleks Menelan
Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan menghisap bila cairan ditaruh dibelakang lidah.
3. Refleks Ekstrusi
Bayi baru lahir menjulur lidah keluar bila lidah disentuh dengan jari atau puting.
4. Refleks Moro
Ekstensi simetris bilateral dan abdukasi seluruh ekstremitas, dengan ibu jari, dan jari telunjuk
membentuk huruf C, diikuti dengan abdukasi ekstermitas, dan kembali kepleksi relaks jika
posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakan telentang pada permukaan yang datar.
5. Refleks Melangkah
Bayi akan melangkah dengan satu kaki lainnya dengan gerakan berjalan bila satu kaki disentuh
pada permukaan.
6. Refleks Merangkak
Bayi akan berusaha untuk merangkap kedepan dengan kedua tangan dan kaki bila diletakan
telungkup pada permukaan datar.
7. Refleks Tonik Leher atau Fencing
Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala diletakan akan ekstensi dan ekstremitas yang
berlawanan akan fleksi bila ditolehkan kesatu sisi ketiak beristirahat.
8. Refleks Terkejut
Bayi melakukan edukasi dan fleksi seluruh ekstrimitas dan dapat mulai menangis bila mendapat
gerakan mendadak atau suara keras.
9. Refleks Ekstensi Silang
Kaki bayi yang berlawanan akan fleksi dan kemudian ekstensi dengan cepat seolah-olah
berusaha untuk memindahkan stimulus kekaki yang lain bila dietakan terlentang bayi akan
mengekstensikan satu kaki sebagai respon terhadap stimulus terhadap telapak kaki.
10. Refleks Palmar Graphs
Jari bayi akan melekuk disekitar benda dan mengenggamnya seketika bila jari bayi diletakan di
telapak tangan bayi.
11. Tanda Babinski
Jari-jari bayi akan melengkuk kebawah bila jari diletakan didasar jari-jari kakinya, jari-jari kaki
bayi akan hiperekstensi dan berpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki
digosok dari tumit keatas melintasi bantuan kaki.
7. Komplikasi Yang Terjadi Pada Bayi Baru Lahir
a. Asfiksia pada bayi baru lahir
Adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir, hispoksia yang progresif
(bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur) akibat adanya penimbuan CO 2.
Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.
Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ lainnya.
b. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
BBLR merupakan bayi yang lahir dengan berat < 2500 gram tanpa memandang masa
gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir)
c. Hipotermi
Adalah suhu tubuh bayi baru lahir < 36,5 C dan atau kedua kaki dan tangannya teraba
dingin. Hipotermi terjadi akibat kehilangan panas secara konveksi, konduksi, radiasi, evaporasi.
d. Hipertemi
Adalah apabila suhu bayi baru lahir > 37,5 C dan frekuensi nafas bayi > 60 kali/menit.
e. Ikterus
Adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Klinis ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam
serum 5 mg/dl. Disebut hiperbilirubin jika kadar bilirubin serum > 13 mg/dl.
f. Gangguan nafas pada bayi
Adalah kedaan bayi baru lahir dimana kedaan bayi yang sebelumnya normal atau bayi
dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi dan berhasil, tetapi beberapa saat kemudian
mengalami gangguan nafas, seperti:
1)
2)
3)
4)
g. Tetanus Neonatorum
Merupakan sindrom klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama 1 bulan pertama
kehidupan. Biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan protozoa. Faktor resiko terjadinya
tetanus neonatorum adalah ibu demam sebelum dan selama persalinan, riwayat KPD, persalinan
dengan
tindakan,
timbul
asfiksia
saat
lahir,
BBLR
(Depkes
RI,
2005
G. MANAJEMEN KEBIDANAN
Menurut Varney Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penmuanpenemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien. (Widan dan Hidayat, 2008)
5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengann tepat dan rasional berdasarkan keputusan
yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan mengulang kembali manajemen proses untuk
aspek-aspek asuhan yang tidak efektif. (Salmah, 2006)
1)
Tujuan
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
3.
Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
2)