Anda di halaman 1dari 65

Peri Cantik Bidanku

Kamis, 20 Februari 2014


STUDI KASUS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah yang pasti dilewati oleh wanita normal
dalam kehidupannya, masalah utama yang seringkali dihadapi dalam maternal care adalah masih
tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. AKI dan AKB merupakan salah satu
indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI dan AKB juga mengindikasikan
kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas
pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta
hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan. (Depkes,2012).
Data pada WHO data AKI di Dunia pada tahun 2012 mencapai 220/100.000 KH sedangkan
AKB mencapai 34,9/1.000 KH . SDKI 2012 AKI melonjak drastis 359/100.000 KH, AKB juga
masih tinggi, 32/1.000 KH. Di Provinsi Jawa Barat tahun 2012 masih mencapai 259/100.000 KH

dan AKB 35/1000 KH , sedangkan target MDGs tahun 2015 penurunan AKI mencapai
102/100.000 KH dan AKB menjadi 23/1000 KH. Menurut Kepala Dinas Kabupaten Bekasi pada
tahun 2012 untuk kematian ibu melahirkan menurun menjadi 36 orang dan untuk kematian bayi
sebanyak 100 bayi. Sedangkan data AKI dan AKB di Puskesmas Cikarang pada tahun 2013 AKI
4 orang dan AKB 6 bayi.(SDKI, 2012).
Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi
oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian
ibu karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang terkait dengan faktor akses,
sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. Kasus 3 Terlambat meliputi: 1). Terlambat mengenali
tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan, 2). Terlambat dirujuk, 3) Terlambat
ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Masih cukup banyak ibu hamil dengan
faktor risiko 4 Terlalu, yaitu: 1). Terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%.
terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%, 2) Terlalu banyak
(jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%, 4). Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2
tahun). (Depkes,2011).
Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru lahir,
bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan
masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit.

Upaya terobosan yang paling mutakhir adalah program Jampersal (Jaminan Persalinan) yang
digulirkan sejak 2011. Program Jampersal ini diperuntukan bagi seluruh ibu hamil, bersalin dan
nifas serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan.
Keberhasilan Jampersal tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun
juga kemudahan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian
pertolongan kesehatan dari masyarakat, sehingga dukungan dari lintas sektor dalam hal
kemudahan transportasi serta pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting.Melalui
program ini, pada tahun 2012 Pemerintah menjamin pembiayaan persalinan sekitar 2,5 juta ibu
hamil agar mereka mendapatkan layanan persalinan oleh tenaga kesehatan dan bayi yang
dilahirkan sampai dengan masa neonatal di fasilitas kesehatan. Program yang punya slogan Ibu
Selamat, Bayi Lahir Sehat ini diharapkan memberikan kontribusi besar dalam upaya percepatan
penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir
Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program EMAS (Expanding
Maternal and Neonatal Survival), bekerja sama dengan USAID dengan kurun waktu 2012
2016, yang diluncurkan 26 Januari 2012 sebagai salah satu bentuk kerjasama Pemerintah
Indonesia dengan USAID dalam rangka percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir
di 6 provinsi terpilih yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah
dan JawaTimur yang menyumbangkan kurang lebih 50 persen dari kematian ibu dan bayi di
Indonesia. Dalam program ini Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan JHPIEGO, serta
mitra-mitra lainnya seperti Save the Children, Research Triangle Internasional, Muhammadiyah
dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan.
Upaya yang akan dilaksanakan adalah dengan peningkatan kualitas pelayanan emergensi
obstetri dan neonatal dengan cara memastikan intervensi medis prioritas yang mempunyai

dampak besar pada penurunan kematian dan tata kelola klinis (clinical governance) diterapkan di
RS dan Puskesmas. Upaya lain dalam program EMAS ini dengan memperkuat sistem rujukan
yang efisien dan efektif mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas sampai ke
RS rujukan di tingkat kabupaten/kota. Masyarakat pun dilibatkan dalam menjamin kualitas
fasilitas kesehatan ini. Untuk itu, program ini juga akan mengembangkan mekanisme umpan
balik dari masyarakat ke pemerintah daerah menggunakan teknologi informasi seperti media
sosial dan SMS gateway, dan memperkuat forum masyarakat agar dapat menuntut pelayanan
yang lebih efektif dan efisien melalui maklumat pelayanan (service charter) dan Citizen Report
Card. (Depkes,2012).
Dari data bulan Desember pasien di Puskesmas Cikarang sangat tinggi oleh karena itu,
pengawasan kehamilan, pertolongan persalinan, pengawasan masa nifas dan bayi baru lahir
sangatlah penting sebagai salah satu upaya menurunkan AKI dan AKB di Indonesia khususnya di
wilayah Cikarang-Bekasi. Oleh karena itu, penulis akan mencoba menerapkan asuhan kebidanan
komprehansif dan pendokumentasian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas melalui
studi kasus pada Ny.N usia 20 tahun G1P0A0 di Puskesmas Cikarang 2014.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas bahwa Data SDKI 2012 AKI melonjak drastis 359/100.000
KH, AKB juga masih tinggi, 32/1.000 KH, sedangkan target MDGs tahun 2015 penurunan AKI
mencapai 102/100.000 KH dan AKB menjadi 23/1000 KH, masih tingginya AKI dan AKB di
Indonesia Oleh karena itu rumusan masalah pada studi kasus ini adalah Bagaimana Cara

Memberikan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif dan pendokumentasian dalam bentuk


SOAP pada Ny. N agar dapat Menurunkan AKI dan AKB,?

C. Tujuan
1.

Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP di Puskesmas Cikarang 25 November 2013 - 03 Februari 2014

2.

Tujuan Khusus

a.

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kehamilan pada Ny.N dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP di Puskesmas Cikarang 25 November 2013 - 03 Februari 2014.

b.

Mahasiswa mampu memberikan asuhan persalinan pada Ny.N dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP di Puskesmas Cikarang 25 November 2013 - 03 Februari 2014.

c.

Mahasiswa mampu memberikan asuhan Nifas pada Ny.N dan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP di Puskesmas Cikarang 25 November 2013 - 03 Februari 2014.

d.

Mahasiswa mampu memberikan asuhan bayi baru lahir pada Ny.N dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP di Puskesmas Cikarang 25 November 2013 - 03 Februari 2014.

D. Manfaat Penulisan
a) Manfaat Teoritis
1) Manfaat Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan,


serta sebagai bahan evaluasi dalam menilai kemampuan menyiapkan materi untuk persiapan
praktik kebidanan secara langsung.
2) Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah bahan referensi di perpustakaan dan menambah masukan untuk mengevaluasi
kemampuan mahasiswa dalam menerapkan Asuhan Kebidanan.

b) Manfaat Praktis
1) Manfaat Bagi Lahan Praktek
Dapat memberikan pelayanan yang komprehensif sehingga komplikasi kehamilan, persalinan,
nifas, dan bayi baru lahir, dapat terdeteksi sedini mungkin.
2) Manfaat bagi Klien
Dapat memberikan pengetahuan dan asuhan kebidanan kepada klien tentang pentingnya
pemantauan pada saat kehamilan, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan melakukan
pemeriksaan oleh tenaga kesehatan terutama bidan.

E.

Waktu dan Tempat


Tabel 1.1
Jadwal kunjungan Ulang
No
1
2
3
5
6
7

Waktu
09 Desember 2013
16 Desember 2013
26 Desember 2013
28Desember 2013
28 Desember 2013
28 Desember 2013

Kegiatan
ANC 1
ANC 2
ANC 3
INC
BBL 1 Jam
BBL,PNC 6 jam

Tempat
Puskesmas Cikarang
Puskesmas Cikarang
Rumah Ny. N
Puskesmas Cikarang
Puskesmas Cikarang
Puskesmas Cikarang

8
9
10

03 Januari 2014
11 Januari 2014
03 Februari 2014

BBL,PNC 6 hari
BBL, PNC 2 Minggu
BBL,PNC 6 Minggu

Puskesmas Cikarang
Rumah Ny.N
Rumah Ny.N

B. Tempat
a. Alamat Puskesmas Cikarang
Puskesmas Cikarang yang beralamat di Jalan kihajar Dewantara No.24 Cikarang Utara Telp.
(021) 89105705.
b. Klien
Kp kali ulu RT 001/01, Karang Raharja, Cikarang Utara.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.
1)

Asuhan Kebidanan Komprehensif


Pengertian Asuhan Kebidanan Komprehensif
Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara
lengkap, dengan adanya pemeriksaan laboratorium sederhana dan konseling. (Varney, 2006)
Asuhan kebidanan komprehensif mencakup empat kegiatan berkesinambungan diantranya
yaitu memberikan asuhan kebidanan kehamilan (antenatal care), asuhan kebidanan persalinan
(intranatal care), asuhan kebidanan masa nifas (postnatal care),dan asuhan pada bayi baru lahir
(neonatal care).(Varney,2006).

Asuhan Kebidanan adalah penerapan dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan terhadap klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang
kesehatan ibu pada saat hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir serta KB (IBI, 2006).
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan.
2)

Tujuan Asuhan Kebidanan


Tujuan asuhan kebidanan adalah

1.

Ibu dan bayi sehat, selamat, keluarga bahagia, terjaminnya kehormatan martabat manusia

2.

Saling menghormati penerima asuhan dan pemberi asuhan

3.

Kepuasan ibu, keluarga dan bidan

4.

Adanya kekuatan diri dari wanita dalam menentukan dirinya sendiri

5.

Adanya rasa saling percaya dari wanita sebagai penerima asuhan

6.

Terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas

B.

Antenatal Care (ANC)


ANC adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetric untuk optimalisasi
luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
(Prawirohardjo, 2009)
Antenatal care adalah

pengawasan sebelum persalinan terutama ditunjukan pada

perkembangan dan pertumbuhan pada janin dalam rahim. Setiap wanita hamil mengahadapi
resiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap kehamilan memerlukan sedikitnya
4 kali selama periode antenatal yaitu: (Prawirohardjo, 2009)
1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (0 - 12 minggu)
2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (13 - 28 minggu)

3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (29 - aterm dan sesudah 36 minggu)
1)

Tujuan Antenatal Care

1)

Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan dan tumbuh kembang bayi.

2)

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.

3)

Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4)

Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.

5)

Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.

6)

Mempersiapkan peran ibu dan keluarga menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang
secara normal.

2)

Asuhan Antenatal Care


Kunjungan pertama ibu hamil adalah kesempatan mengenali faktor risiko ibu dan janin. Ibu
sebaiknya diberitahukan mengenai kehamilannya, perencanaan tempat bersalin dan perawatan
bayi serta proses menyusui. Informasi yang dapat diberikan dalam asuhan antenatal care

1)

Kegiatan fisik yang dapat dilakukan dalam batas normal. Boleh beraktivitas seperti biasa tetapi
harus diperhatikan pola istirahatnya agar ibu tidak mengalami kelelahan.

2)

Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia karena selama kehamilan terjadi peningkatan
sekret vagina.

3)

Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan berserat.

4)

Pemakaian obat harus dikonsultasikan terlebih dahulu pada petugas kesehatan karena ada
sebagian obat yang bisa membahayakan kehamilan dan menimbulkan kecacatan pada janin yang
dikandungnya.

5)

Pola istirahat sebaiknya diatur agar tercapai kebutuhan istirahat yaitu 6-8 jam tidur malam dan
1-2 jam tidur siang atau cukup dengan beristirahat biasa saja (duduk atau berbaring).

6)

Memberitahukan tentang perawatan payudara untuk persiapan laktasi. Sebaiknya ibu dibiasakan
untuk membersihkan puting dengan baby oil atau minyak sayur dan dilakukan secara teratur.

7)

Memberikan informasi tentang body mekanik yaitu dalam beraktivitas sebaiknya ibu
memperhatikan bagian abdomen.

8)

Memberitahukan tentang seksualitas yang aman dalam masa kehamilan yaitu pada trimester II.
Selain itu, aktivitas seksual masih bisa dilakukan pada waktu yang diinginkan selama tidak ada
keluhan.

9)

Memberitahukan tentang senam hamil yang berfungsi untuk melatih otot-otot dasar panggul
demi kelancaran persalinan.

3)

Pelayanan Asuhan Standar 14 T

1.

Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ).


Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelm hamil dihitung dari TM I sampai
TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong
normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil
dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan
keadaan rongga panggul.

2.

Ukur Tekanan Darah ( T2).


Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu
diwaspadai adanya Preeklampsi.

3.

Ukur Tinggi Fundus Uteri ( T3 )

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur
kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari
pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus
sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.
Tabel 2.1
Tinggi Fundus Uteri
Usia Kehamilan sesuai Jarak dari simfisis
minggu
22 28 Minggu
24-25 cm
28 Minggu
26,7 cm
30 Minggu
29,5 30 cm
32 Minggu
31 cm
34 Minggu
32 cm
36 Minggu
33 cm
40 Minggu
37,7 cm
4. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan ( T4 )
5. Pemberian Imunisasi TT ( T5 )
Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat seorang wanita hamil melakukan
kunjungan yang pertama dan dilakukan pada minggu ke-4.
Tabel 2.2
Imunisasi Tetanus Toksoi
Imunisasi
TT
TT1

Selang Waktu minimal


pemberian Imunisasi TT
-

Lama Perlindungan
Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
3 Tahun
6 Tahun
10 Tahun
25 Tahun

TT2
1 bulan setelah TT1
TT3
6 bulan setelah TT2
TT4
12 Bulan setelah TT3
TT5
12 Bulan setelah TT4
6. Pemeriksaan HB ( T6 )
Pemeriksaan HB pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila
kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg
7.

As. Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih.


Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab. ) ( T7 )

Pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali di ambil spesimen darah vena
8.

kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan.
Pemeriksaan Protein urine ( T8 )
Dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein atau tidak untuk

9.

mendeteksi gejala Preeklampsi.


Pemeriksaan Urine Reduksi ( T9 )
Untuk Bumil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah

10.

untuk memastikan adanya DMG


Perawatan Payudara ( T10 )
Senam payudara atau perawatan payudara untuk Bumil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi

11.
12.

dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu


Senam Hamil ( T11 )
Pemberian Obat Malaria ( T12 )
Diberikan kepada Bumil pendatang dari daerah malaria juga kepada bumil dengan gejala

13.

malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif.
Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)
Diberikanpada kasus gangguan Akibat kekurangan yodium didaerah endemis yang dapat
berefek buruk terhadap perkembanan manusia.
Temu wicara / Konseling ( T14)

14.

C. KEHAMILAN
1.

Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. (Prawirohardjo,2009).
Masa kehamilan adalah Pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2010).

Periode antepartum adalah periode kahamilan yang dihitung sejak Hari Pertama Haid
terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati (Varney,2007)
2.

Umur Kehamilan
Lamanya kehamilan dihitung dari mulai ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari
(40 minggu) dan tidak lebih lanjut dari 300 hari (43 Minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut
kehamilanmatur (cukup bulan) bila kehamilan lebih 43 minggu disebut kehamilan postmatur.
Kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan prematur. Kehamilan yang terakhir ini
mempengaruhi viabilitas (kelangsungan hidup)bayi yang dilahirkan, karena bayi yang terlalu
muda mempunyai prognosis buruk.
Di tinjau dari tuanya kehamilan, dibagi dalam 3 bagian yaitu:, (Manuaba,2010):

1) Kehamilan trimester pertama (antara 0-12 minggu)


2) Kehamilan trimeter kedua ( antara 13- 28 minggu)
3) Kehamilantrimester ketiga ( antara 29 -42 minggu)
Sehubungan dengan kasus yang penulis ambil adalah klien sengan masa gestasi Trimester III
maka untuk pembahasan lebih lanjut,penulis akan mendalami materi yang berkaitan dengan
kehamilan pada trimester III

3.

Perubahan Psikologi Trimester Ketiga


Pada Trimester III merupkan periode yang menunggu dan waspada pada saat ini ibu merasa
tidak sabar menungggu kelahiran bayinya. Seorang ibu mungkin merasa takut akan rasa sakit dan
bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Pada trimester inilah ibu memerlukan
ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.

Trimester III adalah persiapan aktif untuk menyambut kelahiran bayi dan menjadi orang tua.
Keluarga menduga-duga tentang jenis kelamin bayinya dan akan mirip siapa bila telah lahir,
bahkan mungkin mereka juga sudah memilih sebuah nama untuk bayinya.
Terjadinya penurunan libido dibandingkan trimster sebelumnya. Hal ini dikarenakanukuran
perutnya semakin membesar sehingga membuat wanita hamil merasa tidak nyaman mencari
posisi alternatif dalam berhubungan seksul (Varney,2007).
4.

Perubahan Fisiologi Dalam Kehamilan


Berikut ini akan dibahas mengenai perubahan-perubahan tersebut :

1) Vagina dan Vulva


Vagina dan vulva mengalami perubahan akibat peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan disebut Tanda Chadwicks.
2) Servik Uteri
Pada kehamilan Serviks uteri mengalami perubahan karena hormone estrogen meningkat
dan dengan adanya hipervaskularisasi serta meningkatnya suplai darah maka kontensitas menjadi
lunak yang disebut tanda Goodell.
3)

Uterus
Uterus yang semula beratnya 30 gram akan mengalami hipertropi dan hiperplasia,
sehingga beratnya 1000 gram, dengan panjang 20 cm dan tebal dinding 2,5 cm saat akhir
kehamilan.

Pada kehamilan 16 minggu tingginya rahim (uterus) setengah dari jarak simfisis dan pusat.
Plasenta telah terbentuk seluruhnya.

Pada kehamilan 20 minggu, fundus rahim terletak 2 jari dibawah pusat sedangkan pada umur 24
minggu tepat ditepi atas pusat.

Pada kehamilan 28 minggu tingginya fundus uteri sekitar 3 jari diatas pusat atau sepertiga antara
pusat dan prosesus xifoideus.

Pada kehamilan 32 minggu tingginya fundus uteri setengah jarak prosesus xifoideus dan pusat.

Pada kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar 1 jari dibawah prosesus xifoideus. kepala
bayi belum masuk pintu atas panggul.

Pada kehamilan 40 minggu fundus uteri turun setinggi 3 jari dibawah prosesus xifoideus, karena
kepala janin sudah masuk pintu atas panggul.

4)

Ovarium
Pada kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan
meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur kehamilan 16
minggu.

5)

Payudara/Mamae
Mamae akan membesar dan tegang akibat hormone somatomamotropin, estrogen dan
progesterone, akan tetapi belum mengeluarkan ASI dan baru mempersiapkan payudara untuk

6)

pengeluaran ASI.
Sistem Endokrin
Perubahan besar pada system endokrin yang penting terjadi untuk mempertahankan

kehamilan, pertumbuhan normal janin dan pemulihan pascapartum (nifas).


7) Sistem Kekebalan
Peningkatan PH sekresi vagina wanita hamil membuat wanita tersebut lebih rentan
terhadap infeksi vagina.
Sistem pertahanan tubuh ibu selama kehamilan akan tetap utuh, kadar Immunoglobulin
8)

dalam kehamilan tidak berubah.


Traktus urinarius/perkemihan

Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada ibu hamil tua terjadi
gangguan miksi dalam bentuk sering buang air kecil. Desakan tersebut dapat menyebabkan
kandung kemih cepat terasa penuh.
9) Traktus digestivus/pencernaan
Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat
menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivia), lambung terasa panas, mual/muntah
10) Sirkulasi darah/cardiovaskuler
Dipengaruhi adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluhpembuluh darah yang membesar pula, mammae, dan alat lainnya yang berfungsi berlebihan dan
kehamilan.
11) Integumen/Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh
melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
Hiperpigmentasi ini terjadi pada strie gravidarum livide atau alba, areola mammae, papilla
mammae, linea nigra, chloasma gravidarum. Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan hilang.
12) Metabolisme
-

Kebutuhan protein meningkat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, perkembangan organ
kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar gr/kg BB
atau sebutir telur ayam sehari.

Kebutuhan kalori di dapat dari karbohidrat, lemakdan protein. Berdasarkan angka kecukupan
gizi yang diannjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 1983, tambahan kalori untuk
wanita hamil 285 kalori. Untuk meyakinkan agar penggunaan kalori selama kehamilan
berlangsung adekuat, masukan energi harus diatas 36 kalori/kg/hari. Kecukupan yang dianjurkan,
sebanyak 40 kalori/kg/hari dalam distribusi yang seimbang, yaitu protein 15%, lemak 30%,
dan karbohidrat 55%.

Kebutuhan zat mineral diantaranya kalsium 1,5 gr setiap hari, 30-40 gr untuk pertumbuhan
tulang dan janin, fosfor 8 gram dalam sehari, Zat besi 800 mg atau 30-50 mg sehari dan Air ibu
hamil memerlukan cairan cukup banyak.

Berat badan ibu bertambah. Kenaikan berat badan antara 6,5-16,5 kg selama hamil atau sekitar
Kg per minggu.
(Manuaba, 2010)

13) Sistem pernafasan


Pada usia kehamilan 32 minggu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang
semakin membesar. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim kebutuhan O2 yang
meningkat. Ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25 % dari biasanya.
5.

Ketidak Nyamanan yang sering terjadi pada Trimester III

1) Sulit Tidur
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan ibu hamil sulit tidur jika telah memasuki trimester
III :
1) Karena perut yang semakin membesar sehingga ibu kesulitan dalam mencari posisi tidur yang
nyaman.
2) Gerakan bayi yang semakin sering sehingga ibu hamil sering terjaga dimalam hari.
2) Sering Berkemih
Hal ini dikarenakan kandung kemih tertekan oleh kepala janin yang mulai memasuki pintu
atas panggul dan rahim yang terus membesar.
3) Kaki Kram
Kaki kram sering menimbulkan rasa nyeri dan sering terjadi pada malam hari karena
rahim membesar mengakibatkan tekanan yang menggangu sirkulasi darah pada kaki dan
menyebabkan tekanan pada saraf.
4) Gatal-gatal

Gatal-gatal ini dirasakan dibagian perut, penyebabnya adalah karena semakin


membesarnya perut yang membuat kulit perut semakin meregang sehingga menimbulkan rasa
gatal.
6.

Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

1)

Oksigen
Meningkatnya jumlah progesteron selama kehamilan mempengaruhi pusat pernafasan, CO 2
menurun dan O2 yang meningkat akan bermanfaat bagi janin. (Kusmiyati dkk, 2009 )

2)

Nutrisi
Pada trimester I (0-12 minggu) umumnya nafsu makan ibu akan berkurang, sering
timbul rasa mual dan muntah. Pada kondisi ini harus tetap berusaha untuk makan agar janin
tumbuh dengan baik.
Pada trimester II (15-28 minggu), nafsu makan sudah kembali pulih. Pada trimester III (2940 minggu) nafsu makan sangat baik tetapi jangan kelebihan kurangi karbohidrat, tingkatkan
protein, sayur-sayuran, buah-buahan. Selain itu kurangi makan yang mengandung manis (seperti
gula) dan terlalu asin karena makanan tersebut akan memberikan kecenderungan janin tumbuh
besar dan merangsang timbulnya keracunan saat kehamilan.

Peningkatan Berat Badan ibu hamil tiap trimester


a) Trimester I: kenaikan berat badan 0,7-1,4 kg
b) Trimester II: kenaikan berat badan antara 0,3-0,4 kg/hari
c) Trimester ke III: kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari 0,5 kg/minggu,Kenaikan rata-rata
berat badan normal ibu hamil yaitu 6,5-16,5 kg
3)

Personal hygiene

Bagian tubuh yang sangat membutuhkan perawatan kebersihan adalah daerah genital,
karena saat hamil biasanya terjadi pengeluaran sekret vagina yang berlebih. Selain mandi,
mengganti celana dalam secara rutin minimal dua kali. (Kusmiyati dkk, 2009)
4)

Pakaian
Pakaian ibu hamil harus longgor, mudah menyerap keringat, pakai bra yang menyokong,
tidak memakai hak tinggi, dan pakaian selalu kering. payudara perlu ditopang dengan BH yang
memadai untuk mengurangi rasa tidak enak karena pembesaran dan kecenderungan menjadi
pendulans. (Kusmiyati dkk, 2009)

5)

Eliminasi
Keluhan yang dialami adalah konstipasi. Tindakan pencegahan ini adalah harus
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat dan banyak minum air putih. Walaupun ibu hamil
sering mengatakan keluhan sering buang air kecil, tindakan untuk mengurangi asupan cairan
tidak dianjurkan karena akan mengakibatkan dehidrasi.

6)

Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir kehamilan,
meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari
menjelang kelahiran.

7)

Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan/aktifitas fisik biasa selama tidak terlalu melelahkan.
seperti menyapu, mengepel, masak dan mengajar.

8)

Senam hamil
Manfaat untuk melakukan senam hamil dapat membantu proses persalinan, antara lain
melatih pernafasan, relaksasi, menguatkan otot panggul dan perut, serta melatih cara meneran

yang benar. Dapat dilakukan pada usia kehamilan setelah 22 minggu dan sedikitnya seminggu
sekali.
9)

Istirahat
Ibu hamil dianjurkan pada saat tidur khususnya pada waktu hamil itu harus posisi
berbaring miring karena untuk meningkatkan oksigenasi fetoplasental. Tidur malam hari selama
kurang dari 8 jam dan istirahat dalam keadaan rileks pada siang hari selama 1 jam. (Kusmiyati
dkk, 2009).

7.

Tanda Bahaya Kehamilan

1.

Perdarahan pervaginam

2.

Mual Muntah Berlebihan

3.

Sakit kepala hebat

4.

Pengelihatan atau pandangan kabur

5.

Bengkak pada muka dan tangan

6.

Nyeri perut hebat

7.

Janin kurang bergerak seperti biasa

8.

Keluar air ketuban sebelum waktunya

9.

Demam tinggi

D. PERSALINAN
1.

Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan (37-42 minggu) atau hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 2010)

Persalinan adalah Proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir.
(Sumarah dkk, 2010)
Persalinan dan kelahiran normal adalah suatu proses pengeluaran yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) , lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung tidak lebih dari 18-24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin.
2.

Tujuan Asuhan Persalinan


Tujuan Asuhan Persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya terintegrasi dan
lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga
pada tingkat yang optimal.
Lima aspek dasar atau disebut Lima Benang Merah dirasa sangat penting dalam
memberikan asuhan persalinan dan kelahiran bayi yang bersih dan aman. Pada setiap persalinan
baik fisiologis maupu patologis terdapat lima aspek dasar yang disebut dengan Lima Benang
Merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman yang
selalu berlaku dalam penatalaksanan persalinan mulai dari kala I hingga kala IV, termasuk
penatalaksanaan bayi baru lahir.

1. Membuat keputusan klinik


Membuat keputusan merupakan proses menentukan penyelesaian masalah dan asuhan
yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus :
a) Akurat
b) Komprehensif bagi pasien, keluarga pasien dan petugas kesehatan
c) Aman

Agar tercipta asuhan atau pertolongan yang maksimal dan memenuhi standar kualitas
pelayanan dan harapan pasien, maka dibutuhkan:
a) Pengetahuan
b)

Keterampilan

c) Perilaku terpuji
Dalam membuat keputusan klinik, terdapat 7 langkah Varney yang berurutan, yaitu :
1)

Pengumpulan data

2)

Interpretasi data untuk mendukung diagnosis dan identifikasi masalah

3)

Menetapkan diagnosis kerja atau merumuskan masalah

4)

Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk menghadapi masalah.

5)

Menyusun rencana asuhan ( intervensi )

6)

Melaksanakan asuhan ( implementasi )

7)

Memantau atau mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi solusi

2. Asuhan sayang ibu dan bayi


Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan
ibu.
Cara

yang

paling

mudah

membayangkan

mengenai

asuhan

sayang

ibu adalah menanyakan pada diri kita sendiri. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah
dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
Asuhan

sayang

ibu

dan

bayi

perlu

diterapkan

terutama

persalinan dan pascapersalinan.


Asuhan sayang ibu dan bayi dalam proses persalinan, antara lain :
1) Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya

saat

proses

2) Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut
3) Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarga
4)

Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir

5)

Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu

6) Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan perasaan ibu beserta anggota keluarganya
7)

Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan
kelahiran bayinya

8) Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara cara bagaimana mereka dapat
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya
9) Secara konsisten lakukan praktik praktik pencegahan infeksi yang baik
10) Hargai privasi ibu
11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi
12) Anjurkan ibu untuk minum dan makan ringan sepanjang ia menginginkannya
13) Hargai dan perbolehkan praktik praktik tradisional yang tidak merugikan kesehatan ibu
14) Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi, pencukuran dan
klisma
15) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin
16) Membantu memulai pemberian ASI dalalm satu jam pertama setelah kelahiran bayi
17) Siapkan rencana rujukan ( bila perlu )
18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan bahan, perlengkapan dan
obat obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap
kelahiran bayi.
Asuhan sayang ibu dan bayi dalam pascapersalinan, antara lain :

1) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya ( rawat gabung )


2) Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan pemberian ASI sesuai dengan
permintaan
3) Ajarkan ibu dan keluarga tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkan
4) Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran bayi
5) Ajarkan ibu dan anggota keluarga tentang gejala dan tanda bahaya yang mungkin terjadi dan
anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul masalah atau rasa khawatir
3. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi ( PI ) harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi
ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya.
Pencegahan infeksi ( PI ) adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang diberikan
kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong
persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan asuhan selama kunjungan antenatal atau
pascapersalinan atau bayi baru lahir atau saat menetalaksana penyulit.
Tujuan tindakan PI dalam pelayanan asuhan kesehatan, antara lain :
Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur
Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan HIV / AIDS
Beberapa istilah tindakan dalam pencegahan infeksi:
a) Asepsis ( teknik aseptik )
Semua usaha mencegah masuknya mikroorganisme ke tubuh yang berpotensi untuk
menimbulkan infeksi dengan cara mengurangi atau menghilangkan sejumlah mikroorganisme
pada kulit, jaringan, dan benda mati ( alat ).
b) Antisepsis
Pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
pada kulit dan jaringan tubuh dengan menggunakan larutan antiseptik misalnya yodium ( 1-3% ),
alkohol ( 60-90% ), hibiclon, savlon, dan betadine.
c) Dekontaminasi
Tindakan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai
benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh.
d) Mencuci dan membilas

Tindakan tindakan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing
misalnya debu, kotoran dari kulit atau instrumen atau peralatan.
e) Desinfeksi
Tindakan untuk menghilangkan hampir semua atau sebagian besar mikroorganisme dari benda
f)

mati.
Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )
Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme ( kecuali beberapa bakteri endospora )

pada benda mati atau instrumen.


g) Sterilisasi
Tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora bakteri pada benda
mati atau instrumen
Pedoman pencegahan infeksi ( PI ) untuk memutus rantai penyebaran infeksi, antara lain :
a) Cuci tangan dengan benar yaitu dengan 7 langkah setiap sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
b) Memakai sarung tangan
Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah ( kulit tak utuh, selaput mukosa,
darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.
Ada 3 macam sarung tangan, yaitu :

Sarung tangan steril atau DTT


Sarung tangan bersih untuk menangani darah atau cairan tubuh
Sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci peralatan,

menangani sampah, juga

membersihkan darah dan cairan tubuh.


c) Memakai APD ( alat pelindung diri ) seperti kaca mata pelindung, masker wajah, penutup
kepala, celemek, dan sepatu boots yang digunakan untuk menghalangi atau membatasi petugas
dari percikan cairan tubuh, darah atau cidera selama melaksanakan prosedur klinik.
d) Menggunakan teknik antisepsis
Karena kulit dan selaput mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat
mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan
menyebabkan infeksi.
e) Memproses alat bekas pakai
Dekontaminasi : Rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit

Cuci dan bilas : Gunakan detergen dan sikat pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak

terluka oleh benda benda tajam


Metode yang dipilih Metode alternatif
Sterilisasi DTT
Otoklaf Panas

kering

(dry

heat) Rebus

kukus Kimiawi 106kPa 1700 C Pancitutup Rendam1210 C


60 menit 20 menit 20 menit,30 menit (terbungkus),20 menit (tidak terbungkus)
3.

Jenis-Jenis Persalinan

1.

Persalinan berdasarkan teknik

a) Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b) Persalinan Buatan, bila proses Persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c) Persalinan Anjuran (partus presipitatus)
2.

Persalinan Berdasarkan Umur Kehamilan

a) Abortus
Yaitu terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan,
umur kehamilan sebelum 28 minggu dan berat janin kurang dari 1000 gram.
b) Persalinan prematurus
Yaitu persalinan sebelum usia kehamilan 28 sampai 36 minggu dengan berat janin kurang dari
2499 gram.
c) Persalinan Aterm
Yaitu persalinan antara usia kehamilan 37 sampai 42 minggu dan berat janin di atas 2500 gram.
d) Persalinan Serotinus
Yaitu persalinan yang melampaui umur hamil 42 minggu dan pada janin terdapat tanda
postmaturitas.
e) Persalinan Presipitatus
Yaitu persalinan yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam.

4.

Sebab-Sebab Mulainya Persalinan


Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan, (Manuaba,2010):

1.

Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregangkan dalam batas tertentu. Setelah melewati
batas terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

2.

Teori Penurunan Progesteron


Proses penuaan plasenta terjadi pada umur kehamilan 28 minggu. Produksi progesteron
mengalami penurunan, sehingga sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai
kontraksi.

3.

Teori Oksitosin Internal


Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan keseimbangan
estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga terjadi kontraksi
Braxton Hikcs. Menurunnya progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin meningkat
sehingga persalinan dapat dimulai.

4.

Teori pengaruh prostaglandin


Prostaglandin meningkat pada umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil
konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin pemicu terjadinya persalinan

5.

Teori Hipotalamus Pituitari dan Glandula Suprarenalis


Linggin 1973 mengemukakan bahwa pada anensefalus terjadi kelambatan persalinan
karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas
janin. Glandula saurenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.

5.

Faktor Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan

a) Power (Tenaga)
- His (kontraksi otot rahim).
- Kontraksi otot dinding perut.
- Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
- Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum
- Kekuatan mengedan ibu
b) Passanger ( Pengeluaran bayi dan uri )
Faktor lain yang berpengaruh terthadap persalinan adalah faktor janin, yang meliputi sikap
janin, letak janin, prtesentasi janin, bagian terbawah, dan posisi janin.
c) Passage ( jalan lahir )
Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang. Ketiga faktor utama ini sangat menentukan jalannya
persalinan sehingga akan terjadi :
1) Spontan belakang kepala (Verteks)
2) Persalinan buatan dengan tambahan tenaga dari luar
a) Induksi persalinan
b) Persalinan operatif
d) Psikis Ibu
Ternyata dalam fase persalinan juiga terjadi peningkatan kecemasan, dengan makin
meningkatnya kecemasan akan semakin meningkatkan intensitas nyeri. Fenomena hubungan
antara cemas dan nyeri merupakan suatu hubungan yang berkolerasi positif, yang menurut
Caceres dan Burns ( 1997 ) mempunyai pola hiubungan seperti spiral yang ujungnya membesar.
Dengan makin majunya proses persalinan, menyebabkan perasaan ibu hamil semakin cemas
dan rasa cemas tersebut menyebabkan rasa nyeri semakin intens demikian pula sebaliknya.
Sensasi nyeri yang diderita ibu bersalin tersebut berasal dari sinyal nyeri yang timbul saat otot
rahim berkontraksi dengan tujuan untuk mendorong bayi yang ada didalam rahim keluar.

Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang menyertai kehidupan hampir
setiap wanita. Walaupun prosesnya fisiologi tetapi pada umumnya menakutkan karena disertai
nyeri yang hebat bahkan terkadang menimbulkan kondisi fisdik dan mental yang mengancam
jiwa.
e) Penolong Persalinan
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu adalah kemampuan
dan keterampilan penolong persalinan. Tahun 2006 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Indonesia masih sekitar 76 % artinya masih banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh
dukun bayi dengan cara tradisional yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.
6.

Tanda dan gejala persalinan

a.

Terjadi his persalinan.


His persalinan mempunyai sifat:

1)
2)
3)
4)
b.

Pinggang terasa sakit yang menjalar ke perut.


Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan makin sering.
Mempunyai pengaruh perubahan serviks.
Makin beraktivitas (jalan) makin bertambah kekuatanya.
Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda) dengan his persalinan terjadi perubahan pada

1)
2)
3)
c.

serviks yang menimbulkan :


Pendataran dan pembukaan jalan lahir.
Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada serviks
Terjadi pendarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
Pengeluaran Cairan.
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian
besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan dalam 24 jam (Manuaba, 2005)

7.

Mekanisme persalinan Normal


Mekanisme persalinan merupakan gerakan posisi yang dilakukan janin untuk
menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Gerakan ini diperlukan karena diameter terbesar janin

harus sejajar dengan diameter terbesar pelvis ibu agar janin yang cukup bulan dapat melewati
pelvis dan dapat dilahirkan. Adapun mekanisme persalinan normal sebagai berikut :
a. Engagement
Engagement terjadi ketika diameter biparietal kepala janin telah melalui pintu atas
panggul. Pada primigravida terjadi pada minggu

ke-36, sedangkan pada multigravida dapat

terjadi saat dimulainya inpartu. Proses engagement ini dapat disebabkan karena adanya :
1) Kontraksi Braxton Hicks
2) Ketegangan dinding abdomen
3) Ketegangan ligamentum rotundum
b. Penurunan (Desensus)
Bentuk penurunan kepala janin berupa :
1) Sinkllitismus, yaitu sutura sagitalis berhimpitan dengan sumbu jalan lahir.
2) Asinklitismus
a) Asinklitismus Anterior, yaitu kepala janin masuk mengarah ke promontorium. Kepala masuk
secara asinklitismus menurut Naegle lebih menguntungkan karena dapat masuk lebih dalam
sebelum terjadi putar paksi dalam.
b) Asnklitismus Posterior, yaitu kepala janin masuk mengarah ke simfisis sehingga kepala akan
lebih cepat tersentuh dan tertahan oleh simfisis pubis. Akibatnya, kepala akan miring ke arah
simfisis dan mengalami kegagalan untuk turun dan putar paksi dalam, sehingga menimbulkan
keadaan deep transverse arrest.
c. Fleksi
Desensus kepala dengan kekuatan his, akan menimbulkan fleksi kepala, sehingga dagu akan
lebih menempel pada tulang dada janin.
d. Rotasi Interna (Putar Paksi Dalam)
Setelah mencapai dasar panggul, kepala janin berputar sehingga suboksiput (yang akan bertindak
sebagai hipomoklion) berada di bawah simfisis.
e. Ekstensi
Setelah janin melakukan rotasi interna dan suboksiput sebagai hipomoklion, maka perputaran
kepala dengan suboksiput sebagai hipomoklion menyebabkan terjadinya ekstensi. Maka lahirlah
berturut-turut oksiput, UUB (ubun-ubun besar), dahi, hidung, muka dan dagu.
f.
Rotasi Eksterna (Putar Paksi Luar)

Putar paksi luar merupakan keadaan dimana perputaran kepala janin menuju posisinya sehingga
oksiput berada sesuai dengan tulang belakangnya.
g. Ekspulsi
Ekspulsi merupakan kelahiran janin dan seluruh tubuhnya (Manuaba, 2010).
1) Kala I (Kala pembukaan)
Kala I adalah kala pembukaan lengkap yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap.
Tabel 2.4
Lamanya Persalinan Pada Primigravida Dan Multigravida
Kala

Primigravida

Multigravida

Kala I

10-12 jam

6-8 jam

Kala II

1-1,5 jam

0,5-1 jam

Kala III

10 menit

10 menit

Kala IV
2 jam
Jumlah (tanpa memasukkan
Kala IV yang bersifat 10-12Jam
observasi)
a)

2 jam
8-10 Jam

Fase laten : Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan <4 cm

berlangsung 7 8 jam.
b) Fase aktif : Berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam tiga fase lagi yakni :
Fase Akselerasi, berlangsung 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
Periode Dilatasi Maksimal : Selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat 4 cm menjadi 9 cm.
Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kebali dalam waktu 2 jam dari 9 cm menjadi
lengkap (10 cm).
2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin).
Pada kala ini his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira kira 2 3 menit sekali
kepala janin telah masuk keruangan panggul sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul
yang menimbulkan rasa dorongan ingin mengedan (doran), tekanan pada anus (teknus),
perineum menonjol (perjol) dan vulva membuka (vulka). Pada persalinan kala II dilakukan
I.

Asuhan Persalinan Normal 58 langkah (2008) yaitu:


Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua
1. Mendengar dan melihat adanya tanda kala dua

a.
b.
c.
d.
II.

Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran


Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina.
Perineum tampak menonjol.
Vulva dan sfingter ani membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat obatan esensial untuk menolong persalinan
dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia tempat datar dan keras,

2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
a. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai didalam partus set.
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai. Cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang menggunakan sarung tangan
III.

DTT dan steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik.
7. Membersihkan Vulva dan perineum, menyekanya dengan hati hati dari depan kebelakang

a.

dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.


Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari

b.
c.

arah depan ke belakang.


Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan

klorin 0,5% langkah 9).


8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput ketuban dalam
pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai
sarungtangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120 160 x/menit).

a.
b.

Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.


Mendokumentasikan hasil hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil hasil pemeriksaan

dalam, DJJ dan semua hasil hasil penilaian serta asuhanlainnya pada partograf.
IV.
Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran.
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam
a.

menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.


Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu

b.

dan janin (ikuti pedoman Fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan

memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.


12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu keposisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran :
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
c.

sesuai.
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang

d.
e.
f.
g.
h.

dalam waktu yang lama)


Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.
Berikan cukup asupan cairan peroral (minum).
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran

(primigravida) atau 60 menit (1 Jam) meneran (multigravida).


14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
V.

merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.


Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala bayi telah membuka

vulva dengan diameter 5-6 cm


16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
VI.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 6 cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernafas capat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi,
dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong diantara dua
klem tersebut.
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan
dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai
dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing
masing mata kaki dengan ibu jari dan jari jari lainnya).
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas)
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan.
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
lakukan langkah resusitasi (lanjut kelangkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir).
26. Keringkan tubuh bayi
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
b.
c.

membersihkan verniks.
Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Biarkan bayi diatas perut ibu.

27. Dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap Periksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
b.

pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.


Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali

benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
33. Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada/perut
ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting
34.
VIII.
35.
36.

payudara ibu
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
Pentalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga.
Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 10 cm dari vulva.
Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan

lain menegangkan tali pusat.


37. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus kearah belakang atas (dorsocranial) secara hatihati (untuk mencegah
inversion uteri). Jika palsenta tidak lahir setelah 3040 menit, hentikan penegangan talipusat dan
a.

tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.


Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan

b.
c.

stimulasi putting susu.


Mengeluarkan plasenta.
Lakukan penegangan dan dorongan dorso cranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai lakukan tekanan dorso-kranial).

d.

Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva

dan lahirkan plasenta.


38. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
a. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
b. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
c. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
e. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera
lakukan plasenta manual
39. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan
putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi
sisa selaput kemudian gunakan jari jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan
bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan taktil (Masase) uterus
40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban keluar, lakukan masase uterus, letakkan telapak
tangan difundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi(fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.
IX.
Menilai Perdarahan
41. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap
dan utuh. Masukkan plasenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.
42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
X.

Melakukan Prosedur Pasca Persalinan.


43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
44. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
a.
Sebagian bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30 60 menit.
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10 15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
b.

payudara.
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

45. Setelah 1 jam lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis dan
vitamin K1 1mg IM dipaha kiri anterolateral.
46. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B dipaha kanan
a.
b.

anterolateral.
Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu waktu bisa disusukan.
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu didalam 1 jam pertama

dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.


47. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
a.
2 3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c.
Setiap 20 30 menit pada jam kedua pascapersalinan
d.
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana
atonia uteri.
48. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascapersalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
51. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas denagan baik ( 40 60 kali / menit )
serta suhu tubuh normal (36,5c- 37,5c ).
52. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi ( 10
menit ). cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
53. Buang bahan bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai.
54. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
bantu ibu memekai pakaian yang bersih dan kering .
55. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberi ASI, anjurkan keluarga untuk memberi
minuman dan makan yang di inginkannya.
56. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0.5%
57. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0.5% balikan bagian dalam keluar dan
rendam dalam larutan klorin 0.5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air
mengalir.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan halaman belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala
IV.

3) Kala III (Kala Pengeluaran Uri)


Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti berkurangnya
ukuran rongga uterus secara tiba tiba setelah bayi lahir. Penyusutan ukuran rongga uterus ini
menyebabkan berkurangnya tempat implantasi plasenta, karena tempat implantasi menjadi
semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan menekuk,
menebalkan, kemudian dilepaskan dari dinding uterus atau bagian atas vagina.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda tanda di
bawah ini :
1)

Perasat Kustner : Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri menekan daerah di atas

simfisis. Bila tali pusat tidak masuk lagi ke dalam vagina, berarti plasenta telah lepas.
2) Perasat Strassman : Tangan kanan mengangkat tali pusat, tangan kiri mengetuk fundus uterus.
3)

Bila terasa getaran pada tangan kanan, berarti plasenta belum lepas.
Perasat Klein : Ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun. Bila berhenti mengejan, tali pusat
masuk lagi, bararti plasenta belum lepas dari dinding uterus Terjadinya perdarahan kala III
normal kurang lebih 100 200 cc.

a. Manajemen Aktif Kala III


Manajemen aktif kala III persalinan mempercepat kelahiran plasenta dan dapat mencegah
atau mengurangi perdarahan post partum.
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih
efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan
darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologi.
Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama yaitu menyuntikkan oksitosin 10 unit
IM, Peregangan Tali Pusat (PTT) dan Massage fundus. Adapun prosesnya sebagai berikut:
1)

Melakukan palpasi abdomen untuk memastikan kemungkinan adanya bayi kedua.

2)

Memberitahukan pada ibu, bahwa ibu akan disuntik.

3)

Memberikan oksitosin 10 unit IM, dapat merangsang uterus berkontraksi juga mempercepat
pelepasan plasenta. Oksitosin 10 unit IM dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta masih
belum lahir jika oksitosin tidak tersedia, rangsangan puting susu ibu atau berikan ASI pada bayi
untuk menghasilkan oksitosin alamiah.

4)

Melakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT) yang dilakukan hanya selama uterus
berkontraksi. Hasil ini dapat diulangi sampai plasenta terlepas.

5)

Massage fundus segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan agar menimbulkan kontraksi.
Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan post partum.

4) Kala IV (Kala Pengawasan)


Kala IV dimaksud untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering
terjadi pada 2 jam pertama (1 jam pertama setiap 15 menit dan 1 jam kedua setiap 30 menit).
Kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada pelepasan uri dan robekan
pada perineum. Adapun observasi yang dilakukan :
1.
2.
3.
4.

Tingkat kesadaran klien.


Pemeriksaan tanda tanda vital : Tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
Kontraksi uterus.
Terjadinya perdarahan masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

8.

Pemantauan Persalinan Dengan Menggunakan Partograf


Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utama dari
penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam, mendeteksi apakah proses persalinan
berjalan dengan normal dan dapat melakukan deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya partus
lama. (Prawirohardjo, 2010)

Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk
setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan persalinan itu normal atau dengan komplikasi.
Patograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan apakah persalinan berlangsung
lama, adanya gawat ibu dan janin, serta apakah ibu perlu dirujuk.
Petugas kesehatan harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut:
1. Kondisi Janin
a.

Denyut jantung janin


Denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri
menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka
yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungan titik yang satu dengan titik yang lainnya dengan
garis tidak terputus.

b. Warna dan adanya air ketuban


Nilai setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput
ketuban pecah.
U
J
M

: Selaput ketuban Utuh (Belum pecah)


: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium
: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

darah
: Selaput ketuban sudah pecah dan tidak ada air
ketuban/kering

c. Molase (penyusupan kepala janin)


Penyusupan

adalah

indikator

penting

tentang

menyelesaikan diri dengan bagiankeras panggul ibu:


Lambang lambang penyusupan kepala janin :

seberapajauh

kepala

bayi

dapat

Tulang-tulang kepala
0 : janin terpisah, sutara dengan mudah
dapat dipalpasi.
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi
masih dapat dipisahkan.
3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan.
2. Kemajuan persalinan
a.

Pembukaan serviks
Catat pembukaan serviks setiap 4 jam, tanda X harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan
lajur besarnya pembukaan serviks. Hubungan tanda X dari setiap pemeriksaan dengan garis
utuh (tidak terputus).

b.

Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin


Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam) atau lebih sering jika ada tanda-tanda
penyulit, nilai dan cacat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
Berikan tanda O pada garis waktu yang sesuai, hubungkan tanda O dari setiap pemeriksaan
dengan garis tidak terputus.

c.

Garis waspada dan garis bertindak


Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan
lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam.Pencatatan selama fase aktif
persalinan harus dimulai dengan garis waspada.Garis bertindak tertera sejajar dengan garis
waspada, dipisahkan dengan 8 kotak atau 4 jalur kesisi kanan.Jika pembukaan serviks berbeda
disebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus
dilakukan.Ibu harus tiba ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
3. Jam dan waktu
a. Waktu mulainya fase aktif persalinan

Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b. Waktu aktual saat pemeriksaaan dilakukan
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat
waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan
dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi
dibawahnya.
4. Kontraksi uterus
Nyata.akan kontraksi dengan :

Berikan titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20
detik.

Berikan garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20 40
detik.

Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
5. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
a.

Oksitosin

b.

Obat-obatan lain dan cairan IV

6. Kesehatan dan kenyamanan ibu


a.
-

Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh


Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. Beri tanda titik () pada
kolom waktu yang sesuai.

Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan. Beri tanda panah
pada partograf pada kolom waktu yang sesuai :

Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi.
Setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.

b.

Volume urin, protein atau aseton


Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnyasetiap 2 jam.

7. Pencatatan pada lembar belakang partograf


Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I
hingga kala IV dan bayi baru lahir. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu dalam
masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan
mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik.
Bila melewati garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap
kondisi ibu dan janin untuk segera mencari rujukan yang tepat. (Manuaba, 2010)

E.

MASA NIFAS
1.

Definisi Masa Nifas


Masa purperium normal adalah waktu yang diperlukan agar organ genitalia interna ibu

kembali menjadi normal secara anatomis dan fungsional, yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba,
2007).
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan
akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak
hamil (Varney, 2008).

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil, lama masa nifas ini yaitu 6 minggu (Saifuddin, 2006).
Masa Nifas atau Puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya sampai dengan 6
minggu ( 42 hari ). Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
komplikasi serta penyakit yang mungkin terjadi dan penyediaan pelayanan ASI, cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu. (Prawirohardjo.2009)
Masa nifas atau puerperium adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai
sampai alat alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas sekitar 6 8

1)

minggu.
Nifas dibagi dalam 3 periode :
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan.

2)
3)

Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
Perperium intermedial yatu kepulihan menyeluruh alat alat genitalia.
Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
bisa berminggu minggu, bulanan, bahkan tahunan.
2. Fisiologi Nifas
Dalam masa nifas, alat alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat alat genital ini dalam
keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan perubahan
penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh
laktogenic hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar kelenjar mamma.
3. Involusi Uteri
Setelah janin dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi
akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas
implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot yang membentuk anyaman sehingga

pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan
postpartum. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik,
berangsur angsur akan mengecil sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan
berat 30 gram. Proses proteolitik adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine.
Dengan penimbunan air saat hamil akan terjadi pengeluaran urin setelah persalinan, sehingga
hasil pemecahan protein dapat dikeluarkan.(Sitti Saleha.2010).

Involusi
Bayi lahir

Tabel 2.4
Proses involusi uteri
Tinggi fundus uteri
Sepusat

Berat uterus
1000 gram

Plasenta lahir

2 jari dibawah pusat

750 gram

7 hari (1 minggu)

Pertengahan pusat-simfisis

500 gram

14 hari (2 minggu)

Tak teraba

350 gram

42 hari (6 minggu)

Sebesar hamil 2 minggu

50 gram

56 hari (8 minggu)

Normal

30 gram

Proses involusi uteri pada bekas implantasi plasenta terdapat gambaran


sebagai berikut :
Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 15 cm, permukaan
kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan
trombose, disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim. Bekas luka
implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2 sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir nifas
sebesar 2 cm. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan
lokhea. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang
berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium. Kesembuhan sempurna pada saat akhir
dari masa puerperium.

Segera setelah persalinan Serviks sangat lunak, kadang-kadang terdapat perlukaanperlukaan kecil, seperti memar dan oedema. Serviks kembali ke bentuk semula pada hari pertama
dan kelunakan menjadi berkurang. Serviks dapat dimasukan 2 jari sekitar seminggu, tetapi
setelahnya hanya dapat masuk 1 jari dan itu pun agak sulit. Os eksternal mulai kembali ke
bentuk semula pada minggu ke-4 pascapartum.
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang merenggang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang
uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor
(Varney, 2008).
4. Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi. (Sitti
Saleha.2010)
a. Kunjungan I
6-8 jam setelah persalinan bertujuan untuk :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan terajdi secara terus
menerus.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan dengan baik antar ibu dan bayi baru.
6) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
b. Kunjungan II

6 hari setelah persalinan bertujuan untuk :


1) Memastikan involusi uterus berjalan normal. Uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi
agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan III
2 minggu setelah persalinan bertujuan untuk :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal. Uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi
agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
d. Kunjungan IV
6

minggu setelah persalinan bertujuan untuk :

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini
5.Bentuk Perawatan Masa Nifas
1. Rawat gabung ( Rooming In )

Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama sama sehingga ibu banyak
memperlihatkan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaranpengeluaran ASI
lebih banyak dan kesehatan ibu dan bayi terjamin.
2. Mobilisasi
Setelah melahirkan ibu harus istirahat ibu dapat melakukan mobilisasi setelah 2 jam pasca
persalinan. Mobilisasi mempunyai variasi bergantung pada kmplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka.
3. Kebersihan diri
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air pastikan bahwa ibu mengerti untuk kebersihan daerah vulva
terlebih dahulu, dari depan kebelakang baru kemudian membersihkan daerah anus. Sarankan ibu
untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin.
4. Perawatan luka perineum
Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air hangat. Banyak beraktifitas agar luka
cepat sembuh. Banyak makan yang mengandung vitamin.
5. Perawatan payudara
Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu. Menggunakan BH yang
menyokong payudara dan tidak ketat. Susui bayi setiap 2-3 jam sekali. Jika tidak dapat
menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan untuk mencegah pembendungan ASI.
Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum yang keluar pada sekitar puting susu setiap
habis menyusui. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam.
6. Nutrisi dan Cairan

Ibu hendaknya mengkonsumsi makanan tambahan 500 kalori setiap harinya. Makan
dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. Minum
setidaknya 3 liter air setiap hari (dianjurkan ibu untuk minum setiap kali habis menyusui).
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin.
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASI.
7. Senggama
Secara fisik aman untuk hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukan satu jari kedalam vagina tanpa rasa perih ibu boleh melakukan hubungan seksual
kapan saja. (Saifuddin, 2004)
8. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan
tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya
dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi
haidnya selama menyusui (amenorea laktasi).
Oleh karena itu metode amenorea laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali
untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko ini adalah 2 % kehamilan.
Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut perlu dijelaskan dahulu kepada ibu :
-

Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya.

Kelebihan / keuntunganya/efek samping.

Bagaimana menggunakan metode itu.


Kapan metode itu dapat dimulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui
6. Gambaran Klinis Masa Nifas
Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan, tetapi tidak lebih dari 38c,
bila terjadi peningkatan melebihi 38c berturut turut selama 2 hari, kemungkinan terjadi
infeksi. Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya, akan menjadi keras karena kontraksinya,
sehingga terdapat penutupan pembuluh darah. Kontraksi uterus yang diikuti his penggiring
menimbulkan rasa nyeri disebut nyeri ikutan (after Pain) terutama pada multipara. Masa
puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi
plasenta disebut lokhia. Pengeluaran lokhia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya
sebagai berikut :
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri yang keluar melalui vagina
selama masa puerperium.

a.

Lochea rubra (cruenta): berwarna merah karena mengandung darah jaringan desidua. Ini
adalah lochea pertama yang mulai segera setelah kelahiran dan terus berlanjut 2-3 hari pertama
pascapartum.

b. Lochea serosa : terjadi dari hari ke-3 sampai hari ke-9 pascapartum. Berwarna kuning karena
mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit.
c.

Lochea alba : mulai terjadi sekitar hari ke-10 sampai 2 hingga 4 minggu. Warna lochea ini putih
krem karena mengandung leukosit dan sel desidua.
Perubahan Patrun (pengeluaran lokhea) menunjukkan keadaan yang abnormal seperti :
a. Perdarahan berkepanjangan
b. Pengeluaran lokhea tertahan (lokhea statika)
c. Lokhia purulenta, berbentuk nanah

d. Rasa nyeri berlebihan


Dengan memperhatikan bentuk perubahan dapat diduga.
a). Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan
b). Terjadi infeksi intrauterine
7. Proses Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas
Periode

masa

nifas

merupakan

waktu

di

mana

ibu

mengalami

stres

pascapersalinan,terutama pada ibu primipara.


Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai
1.
2.
3.
4.

1.

berikut.
Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi oarng tua.
Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
Riwayat pengalama hamil dan melahirkan sebelumnya.
Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.

Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini :
Taking in period
Terjadi pada 1 2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain,
folus perhatian terhadap tubuhnya. Ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan

2.

yang dialami serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.


Taking hold period
Berlangsung 3 4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam
menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menajdi
sangat sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi

3.

kritikan yang dialami ibu.


Letting go period
Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah, ibu merasa memiliki tanggung jawab yang penuh
terhadap bayi dalam merawat bayinya dan menyadari atas kebutuhan basi yang masih

1.

bergantung terhadap dirinya.


Tujuan asuhan kebidanan pada ibu masa nifas adalah sebagai berikut :
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2.

Melaksanakan skrinig yang komprehensife, mendeteksi adanya masalah, setra mengobati atau

3.

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.


Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri., nutrisi, keluarga

4.

berencana, menyusui, serta pemberian imunisasi, kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Depresi pospartum sering terjadi pada masa ini. Menurut para ahli mereka didiagnosis
menderita depresi potpartum. Depresi merupakan tekanan jiwa yang paling sering dijumpai pada
masa postpartum.
Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi pospartum adalah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

sebagai berikut :
Perasaan sedih dan kecewa.
Sering menangis.
Merasa gelisah dan cemas.
Kehilangan ketertarikan terhadap hal hal yang menyenangkan.
Nafsu makan menurun.
Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu.
Tidak bisa tidur ( insomnia ).
Perasaan bersalah dan putus harapan ( hopeless ).
Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelasakan.
Memperlihatkan
penurunan
keinginan
untuk
mengurus

bayi.

F. Bayi Baru Lahir


1. Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. (DepKes, 2005)
Neonatus adalah suatu organisme yang sedang tumbuh, yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra urin ke kehidupan ekstra urin. (Williams,
2009).
2. Klasifikasi Bayi Baru Lahir
Klasifikasi berdasarkan berat badan :

a. Bayi dengan berat badan lahir amat sangat rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan <
1000 gr.
b. Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan < 1500 gr.
c. Bayi dengan berat badan lahir cukup rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan 1500
2500 gr.
Klasifikasi berdasarkan usia gestasi :
a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan < 37 minggu.
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38-42 minggu.
c. Bayi lebih bulan adalah bayi baru lahir dengan umur kehamilan > 42 minggu.
Klasifikasi berdasarkan usia gestasi dengan berat badan :
a. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK), yaitu bayi yang baru lahir dengan keterlambatan
pertumbuhan intrauterine.
b. Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK), yaitu bayi yang baru lahir dengan berat badan sesuai
dengan berat badan untuk masa kehamilan.
c. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK), yaitu bayi yang baru lahir dengan berat badan lebih
besar untuk usia kehamilan.
3. Penilaian Bayi Baru lahir
Segera setelah bayi lahir, letakan bayi di atas kain bersih dan kering yang disiapkan di atas
perut ibu. Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir, dengan menjawab 4 pertanyaan :
a.

Apakah bayi cukup bulan ?

b. Apakah air ketuban jernih atau bercampur mekonium ?


c.

Apakah bayi menangis atau bernafas ?

d. Apakah tonus otot bayi baik ? (Depkes RI, 2008).


Menurut Manuaba,2007, penilaian awal pada bayi baru lahir dapat pula dilakukan dengan
penilaian APGAR SCORE.

Tabel 2.8
Nilai APGAR SCORE

Nilai APGAR
Apprearance
(Warna Kulit)
Pulse (heart rate)
(Denyut jantung)
Grimance
(reaksi terhadap
rangsangan)
Activity
(tonus otot)

Respiration
(Pernafasan)

Blue
(Seluruh
tubuh biru /
pucat)
Absent
(Tidak ada)
Absent
(Tidak ada)

Body Pink, Limbs


Blue (Tubuh
Kemerahan,
Ekstermitas Biru)
< 100

All Pink (Seluruh


tubuh kemerahan)

Grimace (Sedikit
gerakan)

Cry (Reaksi
melawan/menangis)

Limb
(Lumpuh)

Some Flexion of
Limbs
(Ekstermitas
sedikit fleksi)

Absent
(Tidak ada)

Slow, Irregular
(lambat, tidak
teratur)

Aktive movement,
Limbs well flexion
(Gerakan aktif,
ekstremitas fleksi
dengan baik)
Good, Strong Cry
(Menangis kuat)

Nilai

>100

Klasifikasi klinik :
-

Nilai 7-10 : Bayi normal

Nilai 4-6 : Bayi asfiksia ringan - sedang

Nilai 0-3 : Bayi asfiksia berat


Penilaian ini dilakukan pada saat bayi baru lahir (menit ke-1 dan menit ke-5) sehingga
dapat mengidentifikasikan bayi baru lahir yang memerlukan pertolongan lebih cepat (Manuaba,
2007).
3. Penanganan Bayi Baru Lahir.
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir ialah membebaskan atau membersihkan
jalan nafas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi (mencegah
pelepasan panas yang berlebihan), pencegahan infeksi, serta pemberian ASI yang adekuat
dengan bounding atachment, upaya profilaksis dan pemberian vitamin K.

a. Pencegahan infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme, saat melakukan penanganan bayi
baru lahir, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
1)

Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.

2)

Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.

3)

Pastikan bahwa semua peralatan termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah
didisinfeksikan tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang
bersih dan baru.

4)

Pastikan bahwa semua pakaian handuk selimut serta kain yang di gunakan untuk bayi telah
dalam keadaan steril atau bersih. Demikian pula dengan timbangan, pengukur, termometer,
stetoskop, dan benda-benda lainnya, yang akan tersentuh dengan bayi dalam keadaan bersih
(dekontaminasi, cuci dan keringkan setiap kali setelah digunakan).

b. Mempertahankan suhu tubuh bayi


Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir dapat
mengalami kehilangan panas tubuhnya melalui proses konveksi, konduksi, evaporasi, dan
radiasi. Setelah bayi baru lahir, upayakan mencegahnya hilangnya panas dari tubuh bayi, hal ini
dapat di lakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mengeringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah
dengan kain/handuk kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
2. Letakan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih
rendah dari puting payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada ibu
paling sedikit 1 jam.

3. Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi.


Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala
bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas
jika bagian tersebut tidak tertutup.
4. Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian.
Hal ini dikarenakan bayi baru lahir mudah mengalami kehilangan panas tubuh terutama jika
tidak berpakaian sebelum melakukan penimbangan selimuti bayi dengan selimut atau kain yang
bersih dan hangat.
5. Jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir.
Tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam
beberapa jam pertama dapat mengarah pada kondisi hipotermi yang dapat membahayakan
keselamatan pada bayi.
6. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat idealnya setelah bayi baru lahir harus ditempatkan
bersama ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang
paling mudah menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong upaya untuk menyusui dan mencegah
bayi terpapar infeksi.
7. Memulai pemberian ASI dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Prinsip menyusu adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Segera setelah bayi
lahir dan tali pusat diikat, letakan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan
langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih,
bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri. Langkah IMD antara lain:
1)
2)

Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah bayi lahir.
Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan IMD dan ibu dapat mengenali
bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.

3)

Menunda semua prosedur lainnya seperti menimbang, memberikan injeksi vitamin K, hingga
dilakukannya IMD.

Memulai pemberian ASI secara dini akan dapat :


Merangsang produksi
1.

Mulai menyusui segera setelah lahir dalam 30 menit pertama.

2.

Jangan berikan makanan atau minuman lain pada bayi yang baru lahir kecuali ASI dan ada
indikasi yang jelas (atas alasan-alasan medis yang jelas), berikan ASI selama 6 bulan pertama
dalam kehidupannya.

3.

Berikan ASI pada bayi sesuai kebutuhannya baik siang maupun malam (delapan kali atau lebih
dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.

c.

Upaya Profilaksis terhadap gangguan pada mata


Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan untuk
mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Salep mata digunakan untuk mencegah infeksi mata
yang diberikan setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi telah menyusu. Salep mata tersebut
dapat digunakan dengan salep yang mengandung antibiotika tetrasiklin 1%. Salep antibiotika
harus tepat diberikan pada waktu 1 jam setelah kelahirannya. Upaya pencegahan infeksi mata
tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahirannya.

d. Memberi vitamin K1
Semua bayi baru lahir normal harus diberikan vitamin K 1 injeksi 1 mg secara
intramuskular setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K 1
yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Depkes RI, 2008).
e.

Jenis Vaksin Pada Program Imunisasi Nasional


Hepatitis B0 bisa diberikan pada usia 0-7 hari 1 mg. Kekebalan vaksin hepatitis B berkisar
antara 94-96 %. BCG (Bacilus Calete Guerin) diberikan pada umur bayi 2 bulan sampai

dengan 12 bulan, Dosis yang diberikan sebanyak 0,05 ml disuntikan secara intracutan. DPT pada
bayi umur 2-11 bulan sebanyak 2-3 kali suntikan secara IM atau subcutan, dosis yang diberikan
sebanyak 0,5 ml secara IM. Polio sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari, sebanyak 4
kali pemberian dengan dosis 2 tetes dengan jarak pemberian 4 minggu (Muslihatun, 2010 : 219225)
4. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga
dan penolong persalinan serta tindak lanjut oleh petugas kesehatan yaitu:
a. Pada 2 jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang di nilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi:
1). kemampuan menghisap kuat atau lemah
2). bayi tampak aktif atau lunglai
3). bayi kemerahan atau biru
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan atau penilaian terhadap ada tidaknya masalah
kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti:
1). Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
2). Gangguan pernafasan
3). Hipotermia
4). Infeksi
5). Cacat bawaan dan trauma lahir
c. Hal-hal yang perlu di pantau pada bayi baru lahir yaitu:
1). Suhu badan dan lingkungan

2). Tanda-tanda Vital


3). Berat badan
4). Mandi dan perawatan kulit
5). Pakaian
6). Perawatan tali pusat (Saifuddin, 2006).
5. Penilaian Bayi Baru Lahir Untuk Tanda-Tanda Kegawatan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan/kelainan yang
menunjukan suatu penyakit. Berikut penilaianbayi baru lahir untuk tanda kegawatan :
a. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda sebagai
berikut:
1). Sesak nafas
2). Frekuensi pernafasan 60 kali/menit
3). Gerakan retraksi di dada
4). Malas minum ASI
5). Panas atau suhu badan bayi rendah
6). Kurang aktif
7). Berat badan rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum
b. Tanda-tanda bayi baru lahir sakit berat, apabila terdapat salah satu atau lebih tanda-tanda
berikut:
1.

Sulit minum
2. Sianosis sentral
3. Perut kembung
4. Periode apneu
5. Kejang atau periode kejang-kejang kecil

6. Merintih
7. Perdarahan
8. Kulit sangat kuning
9. Berat badan lahir < 1500gram (Saifuddin, 2006).
6. Refleks pada Bayi Baru Lahir
1. Refleks Menghisap
Bayi baru lahir menoleh kapala kearah stimulus, membuka mulut dan mulai menghisap bila pipi,
bibir atau sudut mulut disentuh dengan jari atau puting.
2. Refleks Menelan
Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan menghisap bila cairan ditaruh dibelakang lidah.
3. Refleks Ekstrusi
Bayi baru lahir menjulur lidah keluar bila lidah disentuh dengan jari atau puting.
4. Refleks Moro
Ekstensi simetris bilateral dan abdukasi seluruh ekstremitas, dengan ibu jari, dan jari telunjuk
membentuk huruf C, diikuti dengan abdukasi ekstermitas, dan kembali kepleksi relaks jika
posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakan telentang pada permukaan yang datar.
5. Refleks Melangkah
Bayi akan melangkah dengan satu kaki lainnya dengan gerakan berjalan bila satu kaki disentuh
pada permukaan.
6. Refleks Merangkak
Bayi akan berusaha untuk merangkap kedepan dengan kedua tangan dan kaki bila diletakan
telungkup pada permukaan datar.
7. Refleks Tonik Leher atau Fencing

Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala diletakan akan ekstensi dan ekstremitas yang
berlawanan akan fleksi bila ditolehkan kesatu sisi ketiak beristirahat.
8. Refleks Terkejut
Bayi melakukan edukasi dan fleksi seluruh ekstrimitas dan dapat mulai menangis bila mendapat
gerakan mendadak atau suara keras.
9. Refleks Ekstensi Silang
Kaki bayi yang berlawanan akan fleksi dan kemudian ekstensi dengan cepat seolah-olah
berusaha untuk memindahkan stimulus kekaki yang lain bila dietakan terlentang bayi akan
mengekstensikan satu kaki sebagai respon terhadap stimulus terhadap telapak kaki.
10. Refleks Palmar Graphs
Jari bayi akan melekuk disekitar benda dan mengenggamnya seketika bila jari bayi diletakan di
telapak tangan bayi.
11. Tanda Babinski
Jari-jari bayi akan melengkuk kebawah bila jari diletakan didasar jari-jari kakinya, jari-jari kaki
bayi akan hiperekstensi dan berpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki
digosok dari tumit keatas melintasi bantuan kaki.
7. Komplikasi Yang Terjadi Pada Bayi Baru Lahir
a. Asfiksia pada bayi baru lahir
Adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir, hispoksia yang progresif
(bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur) akibat adanya penimbuan CO 2.
Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.
Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ lainnya.
b. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

BBLR merupakan bayi yang lahir dengan berat < 2500 gram tanpa memandang masa
gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir)
c. Hipotermi
Adalah suhu tubuh bayi baru lahir < 36,5 C dan atau kedua kaki dan tangannya teraba
dingin. Hipotermi terjadi akibat kehilangan panas secara konveksi, konduksi, radiasi, evaporasi.
d. Hipertemi
Adalah apabila suhu bayi baru lahir > 37,5 C dan frekuensi nafas bayi > 60 kali/menit.
e. Ikterus
Adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Klinis ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam
serum 5 mg/dl. Disebut hiperbilirubin jika kadar bilirubin serum > 13 mg/dl.
f. Gangguan nafas pada bayi
Adalah kedaan bayi baru lahir dimana kedaan bayi yang sebelumnya normal atau bayi
dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi dan berhasil, tetapi beberapa saat kemudian
mengalami gangguan nafas, seperti:
1)

Frekuensi nafas > 60 x/menit

2)

Frekuensi nafas < 30 x/menit

3)

Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir)

4)

Bayi apnea (nafas berhenti > 20 detik)

g. Tetanus Neonatorum
Merupakan sindrom klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama 1 bulan pertama
kehidupan. Biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan protozoa. Faktor resiko terjadinya
tetanus neonatorum adalah ibu demam sebelum dan selama persalinan, riwayat KPD, persalinan

dengan

tindakan,

timbul

asfiksia

saat

lahir,

BBLR

(Depkes

RI,

2005

G. MANAJEMEN KEBIDANAN
Menurut Varney Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penmuanpenemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien. (Widan dan Hidayat, 2008)

Langkah-langkah manajemen kebidanan menurut varney :


1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
2. Menginterprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa / masalah.
3. Mengidentifikasi diagnosa / masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
4.

Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga


kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi lain.

5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengann tepat dan rasional berdasarkan keputusan
yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan mengulang kembali manajemen proses untuk
aspek-aspek asuhan yang tidak efektif. (Salmah, 2006)
1)

Tujuan

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.

3.

Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

2)

Manajemen Kebidanan Dengan Metode SOAP


Manajemen kebidanan merupakan metode untuk pendekatan yang digunakan bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan, sehingga langkah-langkah dalam manajemen kebidanan
merupakan alur pikir bidan dalam pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Asuhan
kebidanan yang dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas dan logis.
SOAP merupakan singkatan dari :

S (Subjektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui


anamnesa.

O (Objektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil


laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
asuhan.

A (Assesment) :Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif


dan objektif dalam suatu identifikasi.

P (Plan) :Menggambarkan pendokumentasian dan tindakan, evaluasi dari perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai