PENDAHULUAN
Pada akhir blok ini, mahasiswa semester 3 diharapkan dapat mencapai learning outcome
yang diinginkan dengan berbagai strategi pembelajaran yang disiapkan selama
berlangsungnya blok ini.
1.3
Tujuan Blok
menyelesaikan
blok
gastroenterohepatologi,
mahasiswa
mampu
menganalisis data sekunder tentang masalah klinik, laboratorik, dan epidemiologik penyakit
dan kelainan gastroenterohepatologi serta mampu menerapkannya dalam langkah
pemecahan masalah yang baku termasuk tindakan pencegahan dan rujukan terhadap kasus
gastroenterohepatologi, dengan menggunakan teknologi kedokteran dan teknologi
informasi yang sesuai, dengan selalu memperhatikan konsep dan pertimbangan etik.
diagnosis
dan
diagnosis
banding
sifat
farmakologi
obat
yang
digunakan
untuk
kelainan
i. Menjelaskan
prognosis
dan
komplikasi
suatu
kelainan/penyakit
prinsip-prinsip
kedokteran
keluarga
didalam
pengelolaan
sumber
informasi
mengenai
kelainan/penyakit
keluarga,
sejawat
dan
masyarakat
dalam
lingkup
gangguan
Jenis Ujian
Minitest
Final
Praktikum
Tutorial
Keluarga
Binaan
Kesehatan
(KBK)
Ujian KKD
OSCE
UTS
UAS
Waktu
Soal
Blok
Sesuai dengan
Akhir modul topik
pembelajaran
Sesuai dengan
Akhir blok
topik
pembelajaran
Akhir
Sesuai materi
Praktikum
praktikum
Pada saat
tutorial oleh Pengamatan
masingproses tutorial
masing tutor
Pertemuan II
Sesuai dengan
LI
Bentuk Ujian
Bobot
MCQ
20%
MCQ
40%
10%
Knowledge,
attitude, skills
20%
Kehadiran,
responsi, buku
kesehatan
keluarga, video
kegiatan serta
portofolio
10%
KKD
Seluruh
Praktik
keterampilan
Akhir blok
keterampilan
klinik pada
klinis
setiap blok
Soal kasus
Praktik
Akhir
integrasi KKD
ketrampilan
semester
dari tiap blok
klinis
NON BLOK
Sesuai materi
Tengah
sampai tengah Tertulis
semester
semester
Sesuai materi
Akhir
sampai akhir
Tertulis
semester
semester
Tabel. Jenis dan Pelaksanaan Ujian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
1.
Jenis Penilaian
BLOK
Pengamatan
Proses
Tutorial
Ujian Minitest
Ujian Final
Ujian Praktikum
KBK
Total
Bobot
20%
20%
40%
10%
10%
100%
KKD
Ujian KKD
OSCE
NON BLOK
Ujian non blok
Tabel 4. Bobot Penilaian
BAB II
METODE PEMBELAJARAN
Aktivitas belajar dirancang dalam bentuk PBL dengan beberapa aktivitas belajar yang
disiapkan untuk mencapai kompetensi di blok ini, yaitu :
1. Kuliah/Diskusi Panel
2. Tutorial
3. Belajar mandiri
4. Praktikum
5. Keterampilan medik (skills lab)
BENTUK AKTIVITAS BELAJAR
Bentuk aktivitas belajar dalam blok ini meliputi :
1. Kuliah
Kuliah/Diskusi panel adalah pertemuan tatap muka interaktif antara mahasiswa
dengan dosen untuk menyampaikan materi perkuliahan yang mendukung tujuan
pembelajaran blok, memberikan hal-hal yang bersifat konseptual, mutakhir dan menambah
pengayaan pengetahuan bagi mahasiswa.
2. Tutorial
Tutorial adalah diskusi kelompok kecil di mana setiap kelompok beranggotakan sekitar
8-10 mahasiswa dan dibantu oleh satu tutor yang bertugas sebagai fasilitator. Dalam
skenario modul terdapat tujuan belajar dalam bentuk tujuan instruksional yang harus
dicapai oleh mahasiswa selama proses tutorial. Tutor akan membantu mahasiswa dalam
diskusi untuk mencapai tujuan belajar tanpa harus banyak mengintervensi diskusi maupun
memberikan penjelasan panjang lebar. Dalam tutorial mahasiswa akan dihadapkan pada
masalah-masalah dari skenario yang ada dalam modul sebagai trigger/pemicu untuk
berdiskusi. Satu skenario dalam modul akan diselesaikan dalam dua kali pertemuan dengan
selang waktu 2 hari.
3. Praktikum
Praktikum bertujuan selain untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan yang
sudah didapat, serta untuk menambah keterampilan mahasiswa bekerja di laboratorium.
Kegiatan praktikum di setiap blok ini mendukung modul dan skenario. Jadwal praktikum dan
ujian praktikum dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
4. Keterampilan klinik Dasar
Keterampilan Klinik Dasar (KKD) bertujuan untuk melatih keterampilan klinis
mahasiswa dengan menggunakan model-model pembelajaran yang ada seperti manekin,
6
phantom, pasien simulasi, dan lain-lain. Kegiatan ini dilaksanakan secara dini,
berkesinambungan dan terintegrasi dalam setiap bloknya.
5. Belajar Mandiri
Belajar mandiri, yakni kegiatan mandiri terjadwal yang dilaksanakan mahasiswa
dengan tujuan melatih mahasiswa untuk mampu memahami, menguraikan, mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga
mahasiswa memiliki kemampuan belajar sepanjang hayat.
Kegiatan belajar mandiri mancakup membaca referensi yang dianjurkan, mencari
dan mempelajari materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di perpustakaan, dapat
berupa handout, buku teks, jurnal ilmiah, CD-ROM, atau informasi dari sumber terpercaya di
internet, serta diskusi dengan narasumber apabila diperlukan.
6. Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)
Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan perkuliahan MKDU pada blok ini, terdiri
atas:
Al Islam dan Kemuhammadiyahan : 2 x 50 menit per minggu
Bahasa Inggris
: 1 x 50 menit perminggu
Bioetik dan Humaniora
: 1 x 50 menit
BAB 3
TOPIK PEMBELAJARAN
3.1Lingkup Bahasan
3.1.1 Pohon Topik
Farmakologi
Gastroenterohepatologi
Biokimia
Gastroenterohepatologi
Ganguan klinis
hepatobiliari
Histologi
Gastroenterohepatologi
Fisiologi
Gastroenterohepatologi
Sistem
gastroenterohepatologi
dasar
Ganguan klinis
gastrointestinal
Sistem
gastroenterohepatologi
klinis
Anatomi
Gastroenterohepatologi
Topic
1.
Pengantar blok
2.
Sub topik
Departe
men
Penjab
blok
Durasi
(jam)
1x50
Anatomi
1x50
pencernaan
3. Struktur makroskopik Peredaran darah dan persarafan
sistem
organ saluran cerna
pencernaan
4. Kuliah
Struktur Histologi :
mikroskopik
sistem
a. rongga mulut,
gastroenterohepatolo
b. oesofagus,
gi 1
c. usus halus,
d. usus besar,
e. rektum
f. dan anus
5. Kuliah
Struktur Histologi kelenjar pencernaan :
mikroskopik
sistem
a. hati,
gastroenterohepatolo
b. empedu,
gi 2
c. pankreas
6. Pengaturan
fungsi a. Lambung: pengaturan sekresi
sistem gastrointestinal lambung,
motilitas
dan
pengosongan lambung
b. Pankreas: Pengaturan sekresi
pankreas
7. Pengaturan
fungsi c. Hepar: proses sintesis protein
sistem gastrointestinal plasma,
pengaturan
sekresi
empedu
d. Usus halus: motilitas/peristalsis,
sekresi dan absorpsi
e. Kolon: motilitas, sekresi,
absorpsi, bakteri kolon, dan proses
defekasi
8. Kuliah
biokimia Enzim dalam penyerapan dan
gastroenterohepatolo pencernaan makanan
gi
9. Kuliah
biokimia Porfirin dan pigmen empedu
gastroenterohepatolo
gi
10. Penyakit
lambung, Farmakologi obat peptik ulser;
duodenum, jejunum, a. antasida
ileum dan apendiks b. antisekresi lambung
serta farmakoterapi
c. agen pelindung mukosa
11. Penyakit
lambung, Antiemetik;
duodenum, jejunum, a. antihistamin H1
ileum dan apendiks b. antagonis dopamin
serta farmakoterapi
c. antagonis 5-HT3
12. Gangguan motilitas
saluran pencernaan
Farmakologi antidiare;
dan farmakoterapi
a. antikolinergik
b. adsorben
Farmakologi laxantia;
Anatomi
1x50
Histologi 1x50
Histologi 1x50
Fisiologi
2x50
Fisiologi
2x50
Biokimia
1x50
Biokimia
1x50
Farmako 1x50
logi
Farmako 1x50
logi
Farmako 1x50
logi
13.
14.
15.
16.
a. stimulan
b. bulking agent
c. pelunak feses
Penyakit
lambung, Patogenesis gambaran mikroskopis
duodenum, jejunum, kelainan esofagus, lambung, usus
ileum dan apendiks dan appendiks, dan kelenjar ludah
serta farmakoterapi
Penyakit hepar
Patogenesis gambaran mikroskopis
kelainan hepar
Penyakit hepar
1. Patogenesis
gambaran
mikroskopis
anomali
kongenital, infeksi, lesi jinak
dan lesi ganas pada hati dan
empedu
2. Gastrointestinal
Stromal
Tumor (GIST)
Penyakit hepar
1. Diagnosa
laboratorium
penyakit hepatitis dan
gangguan
hati
dan
pankreatitis
serta
karsinoma pankreas
17. Penyakit
akibat
parasit pada sistem
organ pencernaan
18. Penyakit
akibat
parasit pada sistem
organ pencernaan
19. Penyakit
akibat
parasit pada sistem
organ pencernaan
20. Penyakit
akibat
parasit pada sistem
organ pencernaan
21. Kuliah ilmu penyakit
dalam
:
Penyakit/kelainan
esofagus
22. Penyakit lambung,
duodenum, jejunum,
ileum
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
Esofagitis refluks
Lesi korosif esofagus
Akalasia
Varises esofagus
Dispepsia dan gastritis
Refluks gastroesofagus
Tukak
gaster
dan
duodenum
4A
4A
4A
4A
4A
3A
Patologi
Anatomi
1x50
Patologi
anatomi
Patologi
Anatomi
1x50
Patologi
Klinik
1x50
1x50
Parasitol 1x50
ogi
Parasitol 1x50
ogi
3B
Parasitol 1x50
ogi
3A
3B
2
2
4A
4A
3A
IKM
1x50
Ilmu
Penyakit
Dalam
1x50
Ilmu
Penyakit
Dalam
1x50
10
Gastroenteritis
4A
1. Malabsorpsi
2. Intoleransi
3A
4A
1. Keracunan makanan
2. Botulisme
4A
3B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
3A
3A
3A
1
1
2
2
3B
1. Hepatitis A
2. Hepatitis B
3. Hepatitis C
4A
3A
2
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
3A
2
2
2
4
2
2
2
Perlemakan hati
Sirosis hepatis
Hepatoma
Gagal hepar
Kolesistisis
Kole(doko)litiasis
Pankreatitis
Karsinoma pankreas
Diare akut dan pada anak
dan intolenrasi lactosa
2. Konstipasi
Konstipasi
Alergi makanan
a. Pencegahan diare
4A
Ilmu
Penyakit
Dalam
Ilmu
Penyakit
Dalam
Ilmu
Penyakit
Dalam
Ilmu
Penyakit
Dalam
1x50
Ilmu
Penyakit
Dalam
2x50
1x50
1x50
2x50
Ilmu
1x50
Penyakit
Dalam
Ilmu
1x50
penyakit
dalam
Ilmu
2x50
penyakit
dalam
Ilmu
1x50
penyakit
dalam
Ilmu
Kesehat
an Anak
Ilmu
kesehat
an anak
Ilmu
Kesehat
an Anak
IKM
1x50
1x50
1x50
2x50
11
komunitas
dalam b. Pencegahan hepatitis
pencegahan penyakit
36. Kuliah ilmu bedah : Apendisitis;
Penyakit
lambung,
1. Akut appendicitis
duodenum, jejunum,
2. Abses appediks
ileum dan apendiks
37. Kuliah ilmu bedah :
1. Hemoroid grade 1-2
Penyakit/kelainan
2. Hemoroid grade 3-4
pada kolon
3. Prolaps rektum, anus
4. Abses (peri)anal
5. Proktitis
6. Fistula dan fisura anus
38. Kuliah ilmu bedah :
1. Perforasi usus
Penyakit/kelainan
2. Malrotasi
traktus
pada dinding, rongga
gastrointestinal
abdomen dan hernia
3. Peritonitis
39. Kuliah ilmu bedah :
Hernia (femoralis, inguinalis dan
Penyakit/kelainan
skrotalis);
pada dinding, rongga
1. strangulata dan inkarserata
abdomen dan hernia
2. reponibilis dan ireponibilis
3. diafragmatika (hiatus)
4. umbilikalis
Bedah
1x50
Bedah
2x50
Bedah
2x50
Bedah
2x50
Bedah
1x50
41.
42.
Forensik
DKI
1x50
1x50
DKI
1x50
Gizi
1x50
43.
44.
3B
3B
4A
3A
3A
3A
3A
2
2
2
3B
3B
2
2
3A
Kelainan gastroenterohepatologi
pada anak:
1. invaginasi/intusepsi
3B
2. hirschsprungs disease,
2
3. malformasi rektal/ atresia 2
ani
Kuliah ilmu forensik
Toksikologi forensik
Kuliah
kedokteran Makanan halal vs makanan haram
Islam
Kuliah
kedokteran Taharah pada kasus bedah
Islam
Kiliah Gastroesopha1. Memahami medical
geal reflux disease
nutrition therapy pada
(GERD)
GERD
2. Memahami general
principles dari medical
nutrition therapy
3. Memahami strategy to
manage reflux
4. Memahami micronutrient
yang dibutuhkanberupa
B12, iron, calcium
5. Memahami peranandari n-3
and n-6 fatty acids
12
KBK/IKM 1x50
4A
4A
Radiolog 1x50
i
Gimul
2x50
3A
3A
3A
4A
Mikro
1x50
57x50
13
Materi
Sub topik
Penanggungjaw
ab
Praktikum anatomi Anatomi
sistem Anatomi
gastroenterohepatologi
Praktikum histologi Histologi
sistem Histologi
1
gastroenterohepatologi 1
Praktikum
Histologi
sistem Histologi
histology 2
gastroenterohepatologi 2
Praktikum biokimia Pemeriksaan urobilin dan Biokimia
profil lemak
Praktikum
Nematoda usus
Parasitologi
parasitologi
Praktikum
Binatang percobaan
Farmakologi
farmakologi
Praktikum patologi Pemeriksaan fungsi hati
Patologi klinik
klinik
Praktikum patologi Gambaran patologis sistem Patologi anatomi
anatomi
gastroenterohepatologi I
Mikroorganisme
Mikroorganisme penyakit Mikrobiologi
gastrointestinal :
Enterobaktericiae,
salmonella sp, klebsiela sp
Total
Durasi
(jam)
2x50
2x50
2x50
2x50
2x50
2x50
2x50
2x50
2x50
9 x50
Materi
Sub topik
Penanggungj
awab
Pemeriksaan Pemeriksaan fisik Peny. Dalam
Fisik
gastrointestinal
Abdomen 1
dan hepatobiliary
Pemeriksaan Palpasi abdomen Peny. Dalam
Fisik
I dan II ( hepar,
Abdomen 2
limpa,
dan
apendiks
Pembacaan
Interpretasi foto Radiologi
Foto
Polos polos abdomen
Durasi(jam)
2x50
2x50
2x50
14
Abdomen
Anamnesis
dan
Pemasangan
NGT
Anamnesis
Gastroenterohep
atologi
Teknik
pemasangan NGT
Peny. Dalam
2x50
Berikut ini daftar penyakit yang berhubungan dengan sistem gastroenterohepatologi dan
level kompetensi yang harus dicapai oleh dokter indonesia sebagai standar kompetensi
Mouth
Cleft lip and palate
Micrognatia and macrognatia
Leukoplakia
Candidiasis
Mouth ulcer (apthous, herpes)
Glossitis
Esophagus
Esophageal atresia
Achalasia
Corrosive lessions of esophagus
Esophageal varices
Esophagela rupture
Reflux esophagitis
Diaphragma
Diaphragmatic hernia
Hiatus hernia
Abdominal wall and hernia
Inguinal hernia, direct and indirect
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3B
3B
3B
3B
3B
3B
4
4
4
4
4
4
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3B
3B
3B
3B
3B
3B
4
4
4
4
4
4
1
1
2
2
3A
3A
3B
3B
4
4
3A
3B
4
15
Femoral hernia
Epigastric hernia
Incisional hernia
Umbilical hernia
Acute abdomen
Peritonitis
Abcess in pouch of Douglas
Ileus
Perforation
Salphingitis
Acute appendicitis
Appendicular abcess
Mesenteric lymphadenitis
Stomach and duodenum
Gastritis
Gastric/duodenal ulcer
Gastrointestinal bleeding
Zollinger-ellison syndrome
Mallory-weiss syndrome
Gastroenteritis
Liver
Fatty liver
Hepatitis A
Uncomplicated hepatitis B
Active hepatitis C
Cirrhosis hepatic
Amoebic liver abcess
Liver failure
Gall bladder, bile duct and pancreas
Chole(docho)lithiasis
Acute cholecystitis
Hydrops of gall bladder
Empyema of gall bladder
Pancreatitis
Jejunum, ileum
Intestinal atresia
Meckelss diverticulum
Umbilical fistula, omphalocoele-gastrochisis
Malrotation
Enteritis
Colon
Irritable bowel syndrome
Necrotizing enterocolitis
Siverticulosis/diverticulitis
Colitis
Rectal, anal prolapsed
1
1
1
1
2
2
2
2
3A
3A
3A
3A
3B
3B
3B
3B
4
4
4
4
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
4
4
4
4
4
4
4
4
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3B
3B
3B
3B
3B
3B
4
4
4
4
4
4
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
4
4
4
4
4
4
4
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
3A
3A
3A
3A
3A
3B
3B
3B
3B
3B
4
4
4
4
4
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
3A
3A
3A
3A
3A
3B
3B
3B
3B
3B
4
4
4
4
4
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
3A
3A
3A
3A
3A
3B
3B
3B
3B
3B
4
4
4
4
4
16
Proctitis
Hemorrhoids
(peri)anal abcess
Fistula
Anal fissure
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
3A
3A
3A
3A
3A
3B
3B
3B
3B
3B
4
4
4
4
4
Pediatrics
Esophageal atresia
Intestinal atresia
Anal atresia
Diaphragmatic hernia (congenital)
Pyloric stenosis
Gastro-esophageal reflux
Gasto-enteritis
Gasto-enteritis dengan dehidrasi
Worms
Dehydration
Malabsorbsion
Food intolerance
Acute abdomen
Ileus
Peritonitis tuberculosis
Peritonitis pancreatitis
Intussussception
Malrotation
Umbilical hernia
Meckells divertikulum
Crohns
Ulcerative colitis
Hischsprungs disease
Biliary atresia
Hepatitis
Reyes syndrome
Cirrhosis of the liver
Food allergy
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1. Text Book
Granner, D.K., Mayes D.A., Rodwell V.W., 2004, Harpers Biochemistry, Lange Medical
Book ed 24.
17
Guyton A.C. & hall J.E., 2005,ed 11, Texbook of Medical Physiology, W.B. Saunders
Company, USA.
Katzung B.G., 1998, Basic and Clinical Pharmacology, 7 ed, Appleton & lange,
Conneticut.
Snell, Richard, 1997, Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Vol 1,2,3, EGC,
Jakarta
2. Journal
1. BMJ
2. NEJM
3. PubMed
3.4 Daftar Narasumber
Staf Pengajar pada blok sistem gastroenterohepatologi merupakan dosen-dosen FK UMSU
dan dosen-dosen Luar Biasa yang akan mengisi kuliah expert, tutorial maupun skills lab
Referensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
18
Lampiran
Cuplikan Skenario
Minggu 1
Mulut kering dan berbau
Seorang laki laki 65 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mulut kering dan berbau
Minggu 2
Mulut terasa asam
Seorang perempuan usia 23 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mulut terasa asam
Minggu 4
Mencret
Seorang bayi usia 8 bulan dibawa ibunya dengan keluhan mencret
Minggu 5
Mata kuning
Seorang laki laki berusia 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mata kuning
Minggu 6
Tidak bisa buang angin
Seorang laki laki berusia 27 tahun datang ke RS dengan keluhan tidak bias buang angin
19
DEPARTEMEN ANATOMI
UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
20
2015
22
I.
II.
Bobot : 70%
Bobot : 30%
Nilai Akhir adalah nilai evaluasi yang akan dilaporkan kepada Divisi Assesmen
MEU.
III.
Hasil ujian Praktikal Test adalah nilai evaluasi dari ujian utama yang diadakan
Departemen Anatomi untuk menguji kemampuan knowledge mahasiswa/i
terhadap pemahaman materi dan pendalaman materi setelah praktikum
dilaksanakan.
IV.
Hasil ujian Pre Test adalah nilai evaluasi dari ujian penunjang yang diadakan oleh
Departemen Anatomi untuk menguji pengetahuan dasar mahasiswa/i terhadap
pemahaman materi sebelum praktikum dilaksanakan.
V.
VI.
Apabila nilai akhir praktikum mahasiswa/i lebih kecil dari 65, maka dinyatakan
Tidak Lulus.
VII.
23
CAVUM ORIS
PHARYNX (PHARYNG)
24
OESOPHAGUS
GASTER (VENTRICULUS)
25
26
PANCREAS
27
LIEN
28
29
30
DEPARTEMEN HISTOLOGI
UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015
31
32
Gambar 2.
Merah bibir (Pembesaran 40).(1) Epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin, (2) Kapiler
kapiler darah, (3) M. orbikularis oris
2. Pertumbuhan Gigi
Sediaan : gigi embrio
Tujuan Praktikum:
1. Menentukan Organ email: lamina dentis, epitel email luar, pulpa email/retikulum
stelata, epitel email dalam, ameloblas, email, predentin, odontoblas, pulpa dentis,
Sediaan ini adalah potongan-potongan penampang gigi yang sedang tumbuh. Dengan
objektif 40X, akan terlihat susunan :
Gambar 3. Organ email (Pembesaran 40). (1) Epitel email luar; (2) Lapisan reticulum
stelata, (3) Lapisan tengah (stratum intermedium), (4) Epitel email dalam, (5) Predentin,(6)
Odontoblas, (7) Pulpadentis.
Landasan Teori:
Permukaan luar organ email diliputi epitel email luar yang selnya kuboid. Di bawah
epitel email luar terdapat sel-sel berbentuk bintang yang membentuk lapisan retikulum
stelata atau lapis bintang (stratum stelatum). Di bawah lapis bintang adalah lapis tengah
33
(stratum intermedium) yang sel-selnya umumnya gepeng dan kalau diikuti lapisan ini akan
menyatu dengan epitel email luar di tepi, ujung bawah organ email. Di bawah lapis tengah
terdapat epitel email dalam yang akan berdiferensiasi menjadi ameloblas yang berupa sel
berbentuk silindris.
Pada beberapa sajian sudah terlihat pembentukan email yang merupakan lapisan
homogen gelap di bawah deretan ameloblas. Lebih ke bawah lagi terdapat lapisan
homogen; yang berwarna merah tua adalah dentin; dan di bawahnya yang berwarna merah
muda adalah predentin. Di bawah lapisan yang merah muda ini terdapat deretan
odontoblas yang juga merupakan sel berbentuk silindris. Deretan odontoblas tadi melapisi
ceruk di bagian bawah organ email. Ceruk ini berisi jaringan mesenkim yang membentuk
papila dentis yang nantinya akan menjadi pulpa dentis.
3. Lidah
Sediaan: lidah
Tujuan praktikum :
1. mengenal Papila sirkumvalata kuncup kecap, kelenjar Ebner.
2. mengenal Papila filiformis, papila fungiformis, kuncup kecap.
Landasan Teori:
Lidah terdiri dari :
1. Tunika mukosa
a. Lapisan epitel yaitu epitel berlapis pipih dengan zat tanduk dan dijumpai putting
pengecap (taste buds).
b. Lapisan propria adalah berupa aponeurosis lidah, dibangun oleh jaringan ikat
yang padat. Pada lapisan ini ditemukan venula, arteriol, asini serusa dari kelenjar
ebner bersama-sama dengan salurannya terutama di bawah papil sirkumvalata
dan serabut otot bergaris.
2. Tunika muskularis yang dibangun oleh otot bergaris, terdiri atas m. horizontalis
menonjol ke permukaan lidah. Dasar parit merupakan tempat muara kelenjar Ebner, suatu
kelenjar liur serosa yang ada di dalam teras (bagian tengah) lidah. Permukaan papila ini
diliputi epitel gepeng berlapis yang dapat mempunyai lapisan tanduk tipis. Pada permukaan
lateral papil, yang terbenam di dalam parit, terdapat banyak kuncup kecap (taste bud), yang
merupakan badan akhir saraf sensoris sebagai indera pengecap. Kadang-kadang kuncup
kecap itu tidak terpotong, tetapi umumnya terlihat jumlahnya lebih dari satu pada setiap
sisi.
35
Gambar 6.papila fungi formis pembesaran 40x. 1. Epitel berlapis gepeng tanpa keratin, 2.
Lamina propria, 3. Kuncup kecap
Kuncup kecap (taste bud). Badan akhir saraf sensorik ini bentuknya mirip bawang
sehingga pada sajian tampak sebagai sebuah bangunan yang terdiri atas sel-sel yang
tersusun mirip lapis-lapis pada bawang yang dibelah tegak lurus melalui dasarnya . Badan
akhir serat saraf sensorik ini dulu diduga terdiri atas dua macam sel, yaitu sel pengecap dan
sel penyokong yang keduanya berbentuk gelendong langsing. Tapi saat ini dikenal 4 jenis sel
yaitu sel gelap, sel jernih, sel intermedia, Sel ini cukup panjang sehingga tingginya hampir
sama dengan tebal epitel.sedangkan sel yang keempat adalah sel basal yang
memilikikemampuan regenerasi. Pada ujung yang menghadap permukaan biasanya tampak
berjumbai yang terdiri atas rambut-rambut pengecap yang sebenarnya adalah berkas
mikrovilus.
3. Kerongkongan (esofagus)
Dalam mempelajari saluran cerna mulai dari esophagus sampai anus dipelajari tata
bangun dinding saluran yang terdiri atas empat lapisan utama, yaitu tunika mukosa, tunika
submukosa, tunika muskularis, dan tunika adventisia atau tunika serosa. Masing-masing
segmen saluran cerna dapat dikenali lewat ciri setiap lapisan yang terdapat pada segmen
yang bersangkutan. Oleh karena itu, kenalilah keempat lapisan dindingnya itu agar dapat
dengan mudah membedakan bagian-bagian saluran cerna satu sama lainnya.
a. esophagus potongan melintang :
Sediaan : esofhagus potongan melintang
Tujuan Praktikum:
1. Menentukan Tunika mukosa: epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk, lamina
propria, muskularis mukosa.
2. Tunika submukosa: kelenjar esofagus.
3. Tunika muskularis: melingkar/sirkular, memanjang/longitudinal.
4. Tunika adventisia.
Perhatikan gambar 8 (Esophagus pml)
36
Tujuan praktikum:
1. menentukan Tunika mukosa: foveola gastrika, lamina propria, kelenjar fundus,
sel mukosa leher (muscous neck cells), parietal (HCL), prinsipal, dan lapisan
muskularis mukosa.
4. menentukan Tunika submukosa.
5. menentukan Tunika muskularis melingkar dan memanjang.
6. menentukan Tunika serosa.
Perhatikan gambar berikut:
Gambar 9. Fundus lambung pembesaran 40x. 1. Tunika mukosa, 2. Tunika sub mukosa 3.
muskularis mukosa, 4. Tunika serosa.5. Faveola gastrika, 6. Epitel permukaan, kelenjar
mukosa perhatikan juga bahwa perbandingan parit dengankelenjar disini parit hanya 1/4
dari mukosa sedangkan kelenjar 3/4nya.
Landasan Teori
Dalam kelenjar lambung ini dapat dibedakan 3 jenis sel yaitu:
1. Sel mukus leher atau muscous neck cell. Bentuk sel ini torak atau tak teratur, mirip sel
epitel mukosa. Terdapat pada leher kelenjar. Inti sel lonjong terletak di dasar sel. Sitoplasma
bagian puncak kadang-kadang mengandung granula .
2. Sel HCL atau sel parietal atau oxyntic cell. Sel ini bentuknya mirip segitiga atau bulat
(dalam sediaan histologi). Sitoplasmanya merah dengan inti bulat, biru di tengah, dengan
kromatin padat. Terdapat di seluruh kelenjar lambung.
3. Sel zimogen atau sel prinsipal atau chief cell. Sel ini bentuknya torak. Di antara sel-sel ini
dapat juga dilihat sel HCL. Sitoplasma sel zimogen tampak agak basofil di bagian basal dan
38
daerah puncaknya kadang-kadang terlihat bergranula merah. Inti sel bulat dan terletak
mengarah basal. Sel ini banyak terdapat di bagian basal kelenjar. Lihatlah gambar berikut:
4
Gambar 10. Sel mucus leher pembesaran 100x. 1. Sel mucus permukaan, 2. Faveola gastrika,
3. Sel mucus leher, 4. Sel HCL(sel parietal)
b. sediaan pylorus lambung:
Tujuan Praktikum:menentukan
1. Tunika mukosa: idem gaster fundus, foveola yang lebih dalam.
2. Tunika submukosa.
3. Tunika muskularis: sfingter pilorus.
Gambar 11. Pylorus gaster pembesaran 40x, 1. Fovea gastrika lebih dalam 2/3 tebal
tunika mukosa, 2. Kelenjar pylorus, 3. Tunika submukosa, 4. Tunika muskularis
39
5. Duodenum
Sediaan: duodenum
Tujuan praktikum menentukan:
1. Tunika mukosa epitel silindris selapis, mikrovilus (paras sikat/brush border), sel
goblet, lamina propria, vilus intestinalis, muskularis mukosa.
2. Tunika submukosa kelenjar Brunner, pleksus Meissner, plika sirkular Kerckring.
3. Tunika muskularis sirkular, pleksus Auerbach,
4. tunika muskularis longitudinal.
5. Tunika serosa. Lihatlah gambar berikut:
Gambar 12. Duodenum , kelenjar brunner pembesaran 40x. 1. Epitel selapis torak
dengan mikrovili yang menutupi vilus intestinal, 2. Kelenjar intestinalis, 3.Tunika
muskularis mukosa, 4. Kelenjar brunner di tunika submukosa, 5. Tunika muskularis
Landasan Teori :
1.
1
2
Gambar 13 atas .Dinding yeyunum (Pembesaran 40). (1) Vilus intestinalis, (2) Tunika
mukosa, (3) Tunika submukosa, (4) Tunika muskularis, (5) Tunika muskularis mukosa.
Gambar 13 bawah Dinding yeyunum (Pembesaran 40). (1) Plika semisirkularis Kerckring
(2) Vilus intestinalis,(3) Tunika mukosa, (4) Tunika muskularis mukosa, (5) Tunika submukosa
41
Gambar 14. Dinding ileum pembesaran 40x. (1)Tunika mukosa terdiri atas epitel selapis
silindris dengan sel goblet, lamina propria, dan tunika muskularis mukosa,(2) Tunika
submukosa, (3) Plakat Peyer (Plaque Peyer), (4) Tunika muskularis.
Landasan Teori :
Pada yeyenum Tunika mukosa bagian usus ini mirip duodenum, tetapi vilus intestinalnya
lebih langsing dan sel pialanya lebih banyak. Sel Paneth lebih mudah dikenali pada sajian
ini.Tunika submukosa di sini tidak mengandung kelenjar. Hanya terdiri atas jaringan ikat
longgar dengan pleksus Meissner di dalamnya. Lapisan ini juga ikut membentuk plika
sirkular Keckring.
Tunika muskularis susunannya sama seperti pada duodenum.
Tunika serosa berupa jaringan ikat longgar dilapisi mesotel
Pada Illeum Tunika mukosa mirip dengan yeyunum, tetapi sel pialanya jauh lebih banyak. Di
dalam lamina propria terdapat kelompokan nodulus limfatikus (agregasi nodulus limfatik)
permanen yang membentuk bangunan khusus disebut plakat Peyer. Kelompokan nodulus
limfatik ini sering terlihat meluas ke dalam submukosa sehingga sering menjadikan tunika
muskularis mukosa terpenggal-penggal.
Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dengan pleksus Meissner di dalamnya.
Di sini juga tidak terdapat kelenjar. Plika sirkular Kerckring tampak lebih pendek
dibandingkan yang terdapat pada duodenum maupun yeyunum.
Tunika muskularis strukturnya sama seperti duodenum dan yeyunum.
Tunika serosa juga terdiri atas jaringan ikat longgar dilapisi mesotel.
7. Apendiks (umbai cacing)
Sediaan: apendik
Tujuan Praktkum mempelajari:
1. Tunika mukosa kriptus Lieberkuhn, kelompokan nodulus limfatikus.
2. Tunika submukosa.
3. Tunika muskularis.
42
4. Tunika serosa.
Perhatikanlah gambar berikut:
Gambar 16. Dinding apendik (Pembesaran 40). (1) Kriptus Lieberkuhn, (2) Nodulus
limfatikus.
Landasan Teori :
Tunika mukosa seperti juga usus lainnya, epitel mukosanya adalah epitel selapis torak yang
mempunyai sel piala sangat banyak. Bagian usus ini tidak mempunyai vilus, yang ada hanya
kriptus Lieberkuhn saja. Di dalam lamina propria terdapat banyak nodulus limfatikus,
memenuhi sekeliling dindingnya. Tunika muskularis mukosa juga dapat dikenali di sini.
Tunika submukosa berupa jaringan ikat longgar tanpa kelenjar dan terdapat banyak sebukan
limfosit yang berasal dari lamina propria.
Tunika muskularis tetap tampak membentuk dua lapisan seperti pada usus lainnya sekalipun
garis tengah apendiks lebih kecil.
Tunika adventisia/serosa organ ini juga sepadan dengan yang lain
8. Usus Besar
a. Kolon dan rectum
Tujuan Praktikum: mempelajari 4 lapisannya pada gambar berikut:
Gambar 17. Dinding kolon rektum (Pembesaran 40). (1) Kriptus Lieberkuhn, (2) Tunika
mukosa terdiri atas epitel selapis silindris dengan sel goblet, lamina propria, dan tunika
muskularis mukosa, (3) Nodulus limfatikus, (4) Tunika submukosa.
Landasan Teori :
43
1.
Tunika mukosa dengan karakteristik tidak ditemukan plika ataupun jonjot dan
permukaannya tidak rata :
a. Lapisan epitel, adalah berupa epitel selapis silindris dan banyak infiltrasi limfosit
juga ditemukan sel piala (goblet) terutama pada kelenjar usus.
b. Lapisan propia, yang lebih terorganisir dengan banyak infiltrasi limfosit juga
ditemukan limfonodulus.
c. Lapisan muskularis mukosa yang mempunyai dua lapisan sebelah dalam sirkuler
dan sebelah luar longitudinal.
2.
Tunika submukosa, yang berupa jaringan ikat longgar dan tidak ditemukan suatu
keistimewaan.
3.
4.
Tunika serosa yang berupa lapiasan dari peritoneum yang dilapisi oleh lapisan
mesotel.
b. Peralihan Rektum-Anus
Tujuan mempelajari:
1. Tunika mukosa: peralihan epitel mukosa, lamina propria, v. hemoroidalis, kelenjar
sirkum analis.
2. Tunika submukosa: menyatu dengan lamina propria.
3. Tunika muskularis m. sfingter ani internus dan eksternus.
4. Tunika adventisia.
Perhatikanlah gambar berikut:
Gambar 18. Peralihan rektum-anus (Pembesaran 40). (1) Epitel selapis torak dengan sel
Goblet,(2) Kriptus Lieberkuhn,(3) Peralihan epitel selapis torak dengan epitel berlapis
gepeng , (4) Dermis, (5) Epitelberlapis gepeng.
44
Landasan Teori :
Tunika mukosa, perhatikan perubahan jenis epitel, dari epitel selapis torak dengan sel
goblet menjadi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang pada bagian distal dapat
dijumpai lapisan tanduk (Gambar 18). Kriptus tidak terlihat lagi di daerah anus. Kelompokan
nodulus limfatik juga terdapat dalam lapisan ini.
Tunika muskularis, mukosa tidak terlihat lagi setelah masuk daerah anus. Lamina propria
digantikan oleh dermis. Carilah di dalam dermis, kelenjar apokrin yang disebut kelenjar
sirkum anal (kelenjar kitar dubur).
Tunika submukosa berupa jaringan ikat longgar yang bersatu dengan jaringan ikat longgar
lamina propria pada tempat pertemuannya dengan anus dan akhirnya digantikan oleh
dermis dan hipodermis.
Tunika muskularis yang melingkar pada daerah rektum menebal membentuk otot lingkar
yaitu m. sfingter ani internus. Lapis otot memanjang tidak mengalami perubahan. Pada
beberapa sajian dapat dikenal otot sfingter ani eksternus yang terdiri atas jaringan otot
lurik.
Tunuka adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar
45
dengan inti yang berkromatin tidak terlalu padat; bila terlihat, tampak sitoplasmanya
becabang cabang dan menempel pada dinding-dinding sinusoid di seberangnya. Di dalam
sitoplasmanya mungkin dapat dilihat benda-benda asing yang telah dilahapnya (fagositosis).
Sel ini disebut sel Kupffer. Tanpa adanya benda asing ini sulit untuk memastikan bahwa yang
terlihat itu benar-benar sel Kupffer.
Sel hati atau hepatosit berbentuk poligonal dengan inti bulat atau sedikit lonjong dan
kromatin agak padat. Sel hati berinti ganda dapat ditemukan cukup banyak. Dengan
pembesaran objektif 45, kadang-kadang dapat dilihat kanalikuli biliaris di antara dua
dinding sel hati yang bersebelahan. Saluran ini terlihat sebagai bintik atau lubang kecil saja
terjepit di antara kedua dinding sel itu. Cobalah cari sel hati yang bersebelahan, carilah
lubang ini di antara dinding yang
saling melekat itu. Dengan memainkan fokusnya, biasanya saluran ini dapat terlihat.
Perhatikanlah gambar berikut:
Pada sediaan hati manusia dapat dipelajari struktur seperti gambar berikut:
Gambar 4. Hati manusia, segitiga Kiernan
(Pembesaran 400). (1) Jalur Portal = segitiga
Kiernan, di sini tampak berbentuk segitiga. (2)
Sinusoid hati, (3) Sel Kupffer, (4) Hepatosit,
(5) Cabang A.Hepatika, (6) Cabang duktus
biliaris, (7) Cabang V. Porta, (8) Sel
endothelium
.
2. KANDUNG EMPEDU ( VESICA FELLEA )
Sediaan : kandung empedu
Tujuan Praktikum mempelajari dan mencari:
1. Lapisan mukosa epitel selapis torak, lamina propria, Lipatan mukosa, sinus
Rokitansky-A schoff.
2. Lapisan muskularis.
3. Lapisan jaringan ikat.
4. Duktus aberans Luschka
48
Gambar 7. Dinding kandung empedu (Pembesaran 40). (1) Lipatan mukosa (rugae), (2)
Sinus Rokitansky- Aschoff, (3) Lamina propria, (4) Tunika muskulari
Landasan Teori :
Dinding organ ini disusun oleh : Tunika mukosa yang mempunyai lipatan-lipatan ( bedakan
dengan jonjot usus ) dan terkadang membentuk lekukan (divertikulum crypti mucosae ).
Lapisan epitel disusun oleh epitel selapis silindris tinggi dengan inti yang terletak didaeah
basal. Lapisan propia terdapat bangunan bulat/lonjong yang memiliki epeitel sama dengan
epitel permukaan mukosa yang disebut sinus rokitanskay aschoof. Ini sebenarnya potongan
lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky-Aschoff. Dinding kandung empedu tidak
mempunyai tunika muskularis mukosa.
Tunika muskularis yang dibangun oleh serabut otot polos
Tunika serosa /adventisia dibangun oleh jaringan ikat longgar dan berlanjut menjadi kapsula
interlobular dari hati. Pada daerah yang berhadapan dengan jaringan hati, kadang-kadang
dapat dijumpai sisa saluran keluar empedu yang rudimemter dan disebut duktus aberans
Luschka.
3. PANKREAS ( PANCREAS )
Sediaan : pankreas
Tujuan Praktikum mencari dan mempelajari:
1. Bagian eksokrin, asinus, sel sentroasiner, duktus interkalaris.
2. Bagian endokrin: pulau Langerhans.
49
Landasan Teori:
Sepintas, kelenjar ini mirip kelenjar parotis. Kelenjar pankreas merupakan kelenjar
ganda, terdiri atas bagian eksokrin yang pada pewarnaan HE terpulas lebih gelap dan bagian
endokrin yang lebih pucat. Bagian eksokrin kelenjar pankreas mirip dengan kelenjar parotis
karena pars terminalisnya berupa asinus. Di dalam asinus sering dapat dijumpai sel
sentroasiner yang membatasi lumen asinus. Sel ini merupakan awal dinding duktus
interkalaris, yaitu saluran keluar kelenjar yang terkecil. Pada awalnya, dinding saluran ini
berupa epitel kuboid selapis atau kuboid rendah.Duktus sekretorius (intralobular) lebih
sedikit jumlahnya daripada yang terdapat pada kelenjar parotis. Adanya sel sentroasiner dan
sedikitnya
duktus
sekretorius
pada
kelenjar
pankreas
dapat
digunakan
untuk
Gambar 3. Pankreas (Pembesaran 10). (1) Pulau Langerhans (bagian endokrin), (2) Asinus
pancreas (bagian eksokrin).
50
Penyusun :
dr. Meizly Andina, M.Biomed
Emni Purwoningsih, S.Pd, M.Kes
dr.Isra Thristy, M.Biomed
DEPARTEMEN BIOKIMIA
UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015
51
Prosedur Kerja
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
52
PENUNTUN PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI
BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
Penyusun :
dr. Humairah Sp. PA
53
10 menit. Peserta
54
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa mengetahui gambaran histopatologi dan patogenesis kelainan pada sistem
gastrointestinal dan hati.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM :
1. Mahasiswa menandatangani absen yang telah disediakan.
2. Memperhatikan objek praktikum dan beri keterangan pada kertas yang telah disediakan.
3. Diskusi dan jurnal pelaporan praktikum.
SEDIAAN MIKROSKOPIS
1. Karsinoma sel skuamosa lidah
2. Gastritis kronik
3. Adenokarsinoma lambung
4. Hepatocellular carcinoma
55
SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI
Sistem pencernaan terdiri atas sebuah saluran panjang yang berawal di rongga mulut
dan berakhir di anus. Sistem ini terdiri atas rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan liang anus. Organ yang berhubungan dengan saluran cerna ini, yaitu
organ-organ tambahan kelenjar liur, hati dan pankreas.Organ-organ ini menghasilkan
banyak sekret yang disalurkan ke dalam saluran cerna melalui duktus ekskretorius.SekretKeterangan
:
sekret ini membantu pencernaan materi yang dimakan
dan Gambar
penyerapannya.
1. Kelenjar ludah
2. Parotis
3. Submandibularis (bawah
rahang)
4. Sublingualis (bawah lidah)
5. Rongga mulut
6. Amandel
7. Lidah
8. Esofagus
9. Pankreas
10. Lambung
11. Saluran pankreas
12. Hati
13. Kantung empedu
14. Duodenum
15. Saluran empedu
16. Kolon
17. Kolon transversum
18. Kolon ascenden
19. Kolon descenden
20. Ileum
21. Sekum
22. Appendiks
23. Rektum
24. Anus
Gambar 1.Sistem pencernaan manusia
Untuk
menentukan
kelainan/penyakit
yang
diderita
seseorang
akibat
gangguansaluran pencernaan perlu dilakukan anamnesis, baik auto maupun allo anamnesis
yang teliti dan sistematis, sesuai dengan kronologis kejadian.
Anamnesis
dimulai
dengan
keluhan
utama,yakni
keluhan
yang
diderita
klinis gangguan sistem pencernaan dapat berupa nyeri epigastrium, mual muntah,
kembung, diare dan lain-lain.
Anamnesis untuk kelainan sistem pencernaan secara garis besar dapat dibagi atas
3bagian, yaitu:
a. gangguan asupan (intake)
b. gangguan penyerapan (absorpsi)
c. gangguan struktur lainnya pada sistem pencernaan, baik pada sistem
pencernaan bagian atas maupun sistem pencernaan bagian bawah.
Gangguan asupan dapat disebabkan oleh kelainan pada sistem pencernaan itu
sendiriataupun yang berasal dari luar sistem pencernaan. Gangguan pada sistem
pencernaan misalnya:
-
Gangguan
pada
esofagus
meliputi
esofagitis,
striktur
esofagus,
atresia
tersebut
mengakibatkan
mual
dan
muntah,
misalnya:hiperemesis
Gangguan penyerapan dapat terjadi, baik disebabkan oleh kelainan pada sistem
pencernaan bagian atas, maupun kelainan pada sistem pencernaan bagian bawah.
Gangguan pada sistem pencernaan bagian atas misalnya: gastritis kronik,
gangguansekresi enzim pankreas, gangguan sekresi bilirubin ke usus halus, infeksi pada usus
halus, penyakit celiac. Sedangkan gangguan pada sistem pencernaan bagian, bawah
meliputi infeksi pada colon, toksin bakteri, penyakit autoimun pada sistem pencernaan,
57
Gambaran klinis karsinoma sel skuamosa pada stadium awal sering tidak
menunjukkan gejala yang jelas.Tidak ada keluhan dan tidak sakit.Umumnya berupa
58
leukoplakia, eritroplakia ataupun erosi dan pada stadium lanjut dapat berbentuk eksofitik
yang berupa papula dan nodul, ataupun endofitik yang dapat berupa ulser, erosi maupun
fisur.Gambaran klinis kanker rongga mulut pada berbagai lokasi rongga mulut mungkin
memiliki beberapa perbedaan.Gejala yang dialami penderita karsinoma lidah tergantung
pada letak kanker tersebut. Bila terletak pada bagian 2/3 anterior lidah, keluhan utamanya
adalah timbulnya suatu massa yang seringkali terasa tidak sakit (disfagia). Bila timbul pada
1/3 posterior, kanker tersebut selalu tidak diketahui oleh penderita dan rasa sakit yang
dialami biasanya dihubungkan dengan rasa sakit tenggorokan.
59
3. Poorly differentiated (Grade III) : yaitu proliferasi sel sel tumor di mana seluruh sel-sel
basaloid tidak berdiferensiasi membentuk keratin, sehingga sel sulit dikenali lagi.
2. Gastritis kronik
Gastritis merupakan keadaan inflamasi pada mukosa lambung, terbagi atas akut dan
kronik tergantung pada lamanya proses penyakit. Gastritis kronik diartikan sebagai keadaan
dimana dijumpai perubahan inflamatorik kronik pada mukosa lambung sehingga akhirnya
terjadi atrofi mukosa dan metaplasia epitel.Keadaan ini menjadi latar belakang terjadinya
displasia dan karsinoma.
Patogenesis
Infeksi kronik oleh Helicobacter pylori merupakan penyebab utama. Penyebab
lainnya meliputi :
Imunologi (autoimun)
Antibodi terhadap sel-sel parietal (yang meliputi H+/K+-ATPase) atau faktor intrinsik yang
mengikat vitamin B12.
Destruksi atau atrofi kelenjar.
Berkurangnya sekresi faktor intrinsik oleh sel-sel parietal sehingga terjadi anemia
pernisiosa.
Toksik : penggunaan alkohol dan merokok.
Pasca bedah : refluks getah empedu pasca antrektomi.
Mekanik/motorik : obstruksi, atonia.
Radiasi.
Keadaan granulomatosa : penyakit Chron.
Penyakit graft-versus-host, uremia, amiloidosis.
Gastritis kronik biasanya asimptomatik, kendati gejala nausea, vomitus atau keluhan
tidak nyaman pada abdomen atas dapat terjadi; kadang-kadang ditemukan anemia
pernisiosa yang manifes.Hasil laboratoriumnya meliputi hipoklorhidria lambung dan
hipergastrinemia serum.Resiko terjadinya kanker untuk jangka panjang adalah 2% hingga
4%.
60
61
sel plasma
3. Adenokarsinoma Lambung
Dari semua keganasan lambung, 90% hingga 95% merupakan karsinoma (sisanya
limfoma, karsinoid atau tumor sel kumparan).Distribusi di seluruh dunia sangat bervariasi,
insidens di AS telah mengalami penurunan sebanyak empat kali lipat selama 60 tahun
terakhir. Prognosisnya buruk, dengan angka kelangsungan hidup 5 tahun sebesar 20%; 2,5%
dari semua kematian karena kanker merupakan kematian karena karsinoma lambung.
Patogenesis
Karsinoma lambung bisa terjadi dengan tipe intestinal atau difus. Faktor resiko untuk kanker
yang difus tidak diketahui dengan jelas; faktor yang turut menyebabkan tumor tipe
intestinal meliputi :
Lingkungan
-
Diet : tidak adanya refrigerasi (lemari es); penggunaan zat-zat pengawet, tidak
adanya buah dan sayuran segar.
Hospes
-
Gastritis autoimun.
62
Displasia mukosa lambung merupakan hasil yang sering ditemukan pada keadaan
instabilitas genetik pada gen perbaikan DNA, ekspresi telomerase dan kelainan c-met, K-sam
dan c-ERB-B2 (lintasan reseptor faktor pertumbuhan).
Gambaran klinik
Intestinal
63
Difus
Sel-sel berbentuk signet yang tunggal dengan diferensiasi buruk; memproduksi
musin; pola pertumbuhan infiltratif; usia rata-rata pengidapnya 48 tahun; rasio lakilaki terhadap wanita 1:1; tidak terlihat hubungan dengan faktor lingkungan. Kanker
lambung familial memperlihatkan tipe histologik ini.
Gambar 5.Makroskopik karsinoma lambung telihat massa tumor eksofitik dan menonjol
64
tumor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85% merupakan HCC; 10% CC; dan 5% adalah
jenis lainnya.
Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% dari tumor ganas hati primer adalah
hepatoma.Angka kejadian tumor ini di Amerika Serikat hanya sekitar 2% dari seluruh
karsinoma yang ada.Sebaliknya di Afrika dan Asia hepatoma adalah karsinoma yang paling
sering ditemukan dengan angka kejadian 100/100.000 populasi.
Lebih dari 80% pasien hepatoma menderita sirosis hati.Hepatoma biasa dan sering
terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik.
Hepatitis virus kronik adalah faktor resiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah
virus hepatitis B dan C. Bayi dan anak kecil yang terinfeksi virus ini lebih mempunyai
kecenderungan menderita hepatitis virus kronik daripada dewasa yang terinfeksi virus ini
untuk pertama kalinya. Pasien hepatoma 88% terinfeksi virus hepatitis B atau C. Tampaknya
virus ini mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya hepatoma.
Pemeriksaan Alfa Feto Protein (AFP) sangat berguna untuk menegakkan diagnosis
penyakit hepatoma ini. Penggunaan ultrasonografi (USG), ComputedTomographic Scanning
(CT Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI) penting untuk menegakkan diagnosis dan
mengetahui ukuran tumor.
Kebanyakan pasien dengan karsinoma hepatoseluler (HCC) meninggal dalam waktu 1
tahun setelah didiagnosis.Kelangsungan hidup tergantung pada ukuran tumor dan
penyakitnya saat didiagnosis.Pasien dengan sirosis memiliki kelangsungan hidup yang lebih
pendek.Penatalaksanaan secara bedah dapat menyembuhkan hanya kurang dari 5%
pasien.Penyebab kematian ialah perdarahan (varises, intraperitoneal) dan cachexia.
Morfologi
Mungkin terdapat massa yang soliter, nodul multifokal atau kanker infiltratif difus
dengan pembesaran hati yang masif dan sering dengan latar belakang sirosis. Terlihat tumor
yang berwarna kuning hingga merah muda pucat atau bernoda empedu; penyebaran
intrahepatik dan invasi vaskular sering ditemukan.
65
Secara histologis terlihat lesi berkisar dari lesi tumor berdiferensiasi baik hingga lesi
tumor yang sangat anaplastik tanpa adanya diferensiasi.
HCC dengan diferensiasi baik hingga sedang
Hepatosit tersusun dengan pola pseudoglanduler yang trabekuler (sinusoidal) atau asiner
(tubuler).
HCC dengan diferensiasi buruk
Karsinoma ini ditandai oleh sel-sel raksasa pleomorfik yang nyata; sel yang sama sekali
tidak menunjukkan diferensiasi; sel kumparan; atau sel-sel yang sepenuhnya anaplastik.
Sel-sel tumor yang membentuk empedu (lewat pemeriksaan mikroskop cahaya) atau
kanalikuli empedu (lewat pemeriksaan mikroskop elektron); inklusi sitoplasmik
menyerupai badan Mallory; terdapat hasil yang positif dengan pewarnaan untuk fetoprotein dan 1-antitripsin.
Gambar 6.Hepatocellular carcinoma, terlihat tumor berbatas tegas dan fokus perdarahan
kecil yang banyak
REFERENSI
1. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL,Gastrointestinal Robbins Basic Pathology. Eight ed.
Philladephia. WB Saunders Company.New Delhi; 2010.
2. Underwood.J.C.E. Sistem
67
PENUNTUN PRAKTIKUM
PATOLOGI KLINIK
BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
68
Bahan : Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaaktu yang berasal dari defeksi spontan.
Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan kemungkinan
unsur-unsur dalam tinja itu dapat rusak. Wadah yang baik adalah yang terbuat dari
kaca, plastik atau wadah karton berlapis paraffin, wadah harus bermulut lebar.
Asas : Memeriksa secara makroskopis serta mencari kelainan-kelainan yang pada tinja
Cara pemeriksaan :
a. Makroskopi
1. Warna
Warna tinja yang dibiarkan diudara menjadi lebih tua karena terbentuknya lebih
banyak urobilin dan urobilinogen. Selain urobilin, warna tinja dipengaruhi oleh jenis
makanan, oleh kelainan dalam saluran usu dan oleh obat-obat yang diberikan.
Warna abu-abu mungkin disebabkan ikterus obstruktif (tinja acholik) dan juga setelah
dipakai garam barium pada pemeriksaan radiologik. Merah segar biasanya oleh
perdarahan bagian proksimal. Warna hitam oleh carbo medicinalis, oleh obat-obatan
yang mengandung besi dan mungkin juga karena melena.
2. Bau
Bau normal tinja disebabkan oleh indol, skadol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau
busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isi, yaitu protein yang tidak dicerna atau
dirombak oleh kuman usus. Tinja akan beraksi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau asam : dapat disebabkan oleh peragian zat-zat gula yang tidak
dicerna sempurna, misalnya pada diare tinja akan bereaksi asam.
3. Konsistensi
Konsistensi tinja pada keadaan normal agak lunak dan berbentuk. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya pada konsistensi
didapat tinja keras
4. Lendir
69
Lendir akan dapat diartikan rangsangan atau radang dinding usus, kalau lendir itu
hanya didapat dibagian luar tinnja. Lokalisasi iritasi itu mungkin usu besar, kalau
bercdampur dengan tinja mungkin sekali usu kecil. Pada disentri, ileocolitis mungkin
didapat lendir saja tanpa tinja.
5. Darah
Perhatikanlah apa darah itu segar (merah segar), coklat atau hitam dan apakah
bercampur baur atau hanya dibagian luar tinja saja. Makin proximal terjadinya
perdarahan, makin bercampurlah darah dengan tinjadan makin hitamlah warnanya.
Jumlah darah yang besar mungkin disebabkan oleh ulks, varices dalam oesophagus,
carninoma atau hemorrhoid.
6. Parasit
Cacing ascaris, ankilostoma, taenia dan lain-lain mungkin terlihat
b.
Mikroskopi
Mencari protozoa dan telur cacing merupakan yang terpenting. Untuk mencari protozoa
sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan pengencer tinja atau juga larutan lugol 12%. Sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam 0,9% yang sebaiknya untuk
pemeriksaan rutin.
1. Sel epitel
Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat
ditemukan dalam keadaan normal.
2. Makrofag
Sel-sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat
sel-sel lain (leukosit, eritrosit) atau benda-benda lain, dalam preparatnatif sel-sel
seperti amuba yang tak dapat bergerak.
3. Leukosit
Lebih jelas terlihat kalau tinja dicampur dengan beberapa tetes larutan asam asetat
10%
4. Eritrosit
Bila dikemukakan eritrosit dalam tinja dianggap selalu abnormal
5. Kristal-Kristal
Pada umumnya tidak banyak artinya. Pada tinja normal dapat dijumpai kristal-kristal
tripelfosfat, kalsiumoksalat dan asam lemak.
70
6. Sisa makanan
Dalam keadaan normal, dapat ditentukan dalam tinja dalamjumlah tertentu. Sisa
makan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan
berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elastik dan lain-lain.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja
7. Sel Ragi
Khusus Blastosistis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya
ialah jangan dianggap kista amuba
8. Telur cacing
Telur cacing Ascaris lumbricoides Necator americanus, enterobius vermicularis,
Trichuris trichura, Strongyloides Stercoralis mungkin ditemukan.
DARAH SAMAR
Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara mskroskopik
atau mikroskopik.
Sekarang ini cara benzidine basa telah ditinggalkan karena bersifat karsinogenik.
Cara Guajac:
1. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambahlah 1 ml asam asetat
glasial lalu dicampur
2. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95%
lalu dicampur
3. Tuanglah berhati-hari isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga
kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah
4. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu.
Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
Cara Tablet:
Cara pemeriksaan mengikuti petunjuk kit yang dikeluarkan oleh pabriknya.
Biakan : Biakan kuman salmonella, Shigella, E Coli, V Clorera dan lain-lain.
71
PRAKTIKUM II
PEMERIKSAAN FAAL HATI
1.
BILIRUBIN
Bahan
: Serum
Alat
Prosedur :
1. Bilirubin Total
Sampel
Blanko
1 tts
200 l
200 l
Acceletorator (3)
1000 l
1000 l
Serum
200 l
200 l
Campur dan biarkan selama 10-60 menit pada suhu ruangan (20-300) kemudian
tambahkan fehling II (4) 1000 l
Campurkan dan sesudah 5-30 menit ukur absorbansi sampel terhadap blank
Perhitungan :
Konsentrasi bilirubin total = A x 10,5 mg/dl
2. Bilirubin Direct
Sampel
Blanko
200 l
200 l
Acceletorator (3)
2000 l
2000 l
Serum
200 l
200 l
Campur dan inkubasi pada suhu (20-300C) tepat 5 menit. Baca absorbance sampel
terhadap banko tepat sesudah 5 menit penambahan serum
Perhitungan :
Konsentarsi bilirubin direct = A x 14,0 mg/dl
72
73
74
2.
GOT
Bahan
Alat
Prosedur :
1. Dengan Start reagen
Serum, plasma
Lar. Reagent
Campur, sesudah i menit tambahkan :
Start reagent
100 l
1000 l
250 l
Perhitungan :
Aktivitas enzym = (A/min) x F IU/1 (F::2143)
2. Dengan Start sampel
Serum, plasma
100 l
Lar. Reagent
1000 l
Campur, sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap menit selama 3 menit
Perhitungan :
Aktifitas enzym = (A/min) x F IU/L (F::1746))
Larutan reaksi : campur reagent (1) dan reagen (2) dengan ratio 4:1
Misal 20 ml larutan ragent 1 + start reagent (reagent 2
75
76
77
3.
GPT
Bahan
Alat
Prosedur :
Serum, plasma
100 l
Lar. Reagent
1000 l
Campur dan sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap menit selama 3 menit
Perhitungan :
Aktifitas enzym = (A/min) x F (F : 1905)
78
79
80
PENUNTUN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI
BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
81
Tujuan
Materi Praktikum
Hewan coba
Obat yang dipakai
Alat- alat
Pelaksanaan
Pelaporan
83
84
PENUNTUN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015
85
Tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung sewaktu bekerja di laboratorium, bila
terpaksa cucilah tangan terlebih dahulu dengan sabun antiseptik dan alkohol.
Duduk tegak dan menjaga jarak dengan spesimen/meja kerja saat bekerja.
Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun antiseptik dan disinfektan sewaktu
menangani bahan infeksius baik yang memiliki risiko percikan atau tidak.
Jas laboratorium yang digunakan dalam pekerjaan di laboratorium dibawa pulang
terbungkus, dicuci terpisah dengan merendamnya terlebih dulu dengan pemutih.
Tidak diperkenankan membawa pulang bahan praktikum (preparat, biakan, dll).
Gunakan sepatu tertutup.
Bila ada mahasiswa yang menjadi korban, memberi pertolongan pertama kepada
orang yang mengalami kecelakaan, segera pindahkan orang tersebut ke tempat
yang lebih aman (bila tidak menyebabkan keadaan yang lebih buruk pada si
penderita).
Bila kecelakaan disebabkan oleh api, segera mematikan aliran gas.
Bila terdapat luka, segera menghubungi dokter untuk menangani luka.
Memberi peringatan kepada orang-orang di sekitar lokasi kecelakaan.
Segera meminta bantuan orang lain jika merasa tidak mampu mengatasi
kecelakaan/bencana.
Bila terjadi kebakaran segera memadamkan api secepat mungkin menggunakan alat
pemadam kebakaran yang tersedia.
Bila kondisi laboratorium memburuk akibat bencana, tinggalkan laboratorium
sesegera mungkin. Jangan panik.
Pembimbing segera melaporkan kecelakaan pada penanggung jawab praktikum atau
koordinator pcndidikan S1 departement atau biosafety officer.
2. Mahasiswa yang berada jauh dari lokasi kecelakaan:
Tetap berada di kelompoknya. Jangan panik.
Bila kecelakaan berupa kebakaran/ terbakar dan bencana alam, matikan api, tutup
aliran gas.
Bila keadaan memburuk, segera tinggalkan ruangan.
3. Bila terjadi tumpahan bahan infeksius:
Menutup segera tumpahan dengan tissue.
Melaporkan pada pembimbing.
Memberitahu orang di sekitarnya.
Menjauhi tempat tumpahan tersebut, untuk memberi kesempatan pada teknisi
laboratorium untuk segera menanganinya dengan spill kit yang sesuai.
Bila bahan infeksius mengenai kulit, segera membasuh bagian yang terkena
tumpahan dengan alkohol 70% dan dilanjutkan mencuci dengan sabun antiseptik dan
air mengalir.
Bila bahan infeksius mengenai mata atau selaput lendir, maka segera dibilas dengan
air mengalir.
Jika bahan infeksius tertelan atau tertusuk jarum, segera melapor ke pembimbing
praktikum
88
Be r i lab e l p ad a wadah
Feses langsung dikirim dalam suhu dingin dan sampai di laboratorium dalam 2 jam.
Bila terjadi penundaan sampai 6 jam, feses dimasukkan ke medium transpor.
Feses dikirim bersama formulir permintaan pemeriksaan.
Pemeriksaan anaerob pada feses tidak dianjurkan kecuali pada dugaan kasus keracunan
makanan, namun harus disertai uji deteksi toksin. Apabila dicurigai bakteri penyebab penyakit
adalah bakteri anaerob, seperti pada keracunan makanan yang diduga disebabkan oleh kuman
anaerob Clostridium botulinumatau pada penyakit kolitis pseudomembran akibat penggunaan
antibiotik yang tidak rasional yang diduga karena Clostridium difficile, maka spesimen harus
dimasukkan ke dalam medium transpor khusus untuk kuman anaerob yaitu medium cair
tioglikolat atau medium transpor komersial khusus bakteri anaerob. Perlu diingat bahwa sebagian
besar flora normal di dalam feses adalah bakteri anaerob, sehingga interpretasi hasil kultur
anaerob dari spesimen feses tidak mudah dilakukan kecuali bila disertai uji deteksi toksin yang
dihasilkan oleh bakteri anaerob tersebut. Bahan pemeriksaan untuk tujuan kultur bakteri
anaerob, harus dimasukkan ke dalam medium transpor dan dikirim ke laboratorium
menggunakan kantong plastik yang dapat ditutup (sealed) dan didalam kantung tsb disertakan
anaerogen pack. Medium transpor dan kantong plastik anaerob dapat dimintakan ke
laboratorium sebelum pengambilan spesimen.
Spesimen feses segar tanpa dimasukkan ke dalam medium transport harus disimpan
pada suhu dingin(2-8 oC) dan sampai di laboratorium dalam 2 jam. Sedangkan spesimen
fesesyang dimasukkan ke dalam medium transpor sebaiknya dikerjakan di laboratorium
dalam 6 jam setelah pengambilan spesimen.
Feses fase akut digunakan untuk pemeriksaan rotavirus. Feses langsung ditempatkan
pada wadah yang bersih tanpa penambahan pengawet atau medium. Bila feses cair
pengambilan spesimen dapat menggunakan popok sekali pakai yang dibalik
agar feses tidak terserap atau sisi dalam popok dilap isi dengan plastik; atau dapat
juga ditampung menggunakan kantong urin pediatrik yang direkatkan pada daerah
anus. Usap rektal tidak dianjurkan untuk pemeriksaan deteksi rotavirus. Pengiriman
spesimen laboratorium dilakukan sesegera mungkin pada suhu 4 o C.
Pada pemeriksaan kasus keracunan makanan harus dilakukan deteksi toksin langsung
pada feses. Pemeriksaan kultur bakteri saja tidak dapat digunakan untuk pembuktian
kasus keracunan.
Pada kelainan lambung, seperti dispepsia, gastritis kronis, atau ulkus peptikum, spesimen
berupa biopsi lambung. Transportasi bahan biopsi ke laboratorium menggunakan
medium transpor MIU yang sekaligus berfungsi sebagai medium pengayaan penyebab
tersering infeksi lambung yaitu Helicobacter pylori.
Spesimen berupa pus atau biopsi yang diambil intra-operatif langsung dimasukkan ke
dalam 2 tabung tioglikolat, 1 tabung disimpan pada suhu ruang dalam kondisi aerob, tabung
yang lain langsung dimasukkan ke dalam kantong anaerob dan disimpan juga pada suhu ruang.
Kedua tabung secepatnya (dalam 2 jam) dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Bahan
biopsi dapat diuji menggunakan medium MIU ( Motility indole urease )untuk
melihat adanya urease yang dihasilkan oleh mikroba yang terdapat di bahan biopsi.
90
Pemeriksaan antigen H. pylorilangsung dari feses dapat dilakukan juga, sudah tersedia kit
untuk pemeriksaan ini.
91
Tes ini digunakan untuk melihat kemampuan bakteri meragi gula dan membentuk H2S.
Medium ini mengandung laktosa, glukosa dan sukrosa. Peragian gula terjadi secara
aerobik pada lereng/slant dan anaerobik pada tusukan/butt. Pola peragian gula yang
terlihat pada medium TS1A setelah inkubasi 18 24 jam terdiri dari:
- Hanya meragi glukosa (basa/asam)
Lereng bersifat basa (merah) sedangkan tusukan bersifat asam (kuning).
Suasana pada lereng menunjukkan glukosa telah habis dipakai dan bakteri mulai
menggunakan pepton yang terdapat dalam medium untuk pertumbuhannya.
Pepton akan terurai dan menghasilkan NH3 yang dengan indikator merah fenol
akan menunjukkan pH basa. Pada tusukan juga terjadi penguraian glukosa.
Namun kadaryang rendah (anaerobik) menyebabkan suasana asam dapat tetap
dipertahankan.
- Meragi glukosa dan laktosa (asam/asam)
Konsentrasi laktosa dalam medium TSIA 10 kali lebih besar dibandingkan
glukosa (1% : 0,1%). Dengan demikian setelah inkubasi 18-24 jam, laktosa akan
tetap terdapat dalam konsentrasi yang cukup sehingga suasana asam dapat
dipertahankan.
- Tidak meragi glukosa atau laktosa (basa/basa); (basa/tidak ada perubahan)
Beberapa bakteri tertentu tidak mampu meragi glukosa atau laktosa, bakteribakteri tersebut menggunakan pepton yang terdapat dalam medium untuk
pertumbuhannya.
Dua reaksi penguraian pepton yang dapat terjadi adalah:
o secara aerobik dan anaerobik (basa/basa)
o hanya secara aerobik (basa/tidak ada perubahan)
Tes Urease
Beberapa jenis bakteri memiliki kemampuan memecah urea dan membentuk
amonia dengan bantuan enzim urease. Dengan indikator merah fenol. suasana basa
yang ditimbulkan oleh amonia akan menghasilkan warna merah jambu.
Set tes biokimiawi API
Tes biokimiawi API terdiri dari berbagai tes yang sangat lengkap untuk identifikasi
spesies bakteri dan khamir.
F. Reaksi Serologi
Reaksi serologi digunakan sebagai penunjang diagnosis. Sebagai pendukung diagnosis
demam tifoid dapat digunakan berbagai reaksi serologi antara lain tes Widal, tes Typhi dot dan
tes Tubex. Tes Widal paling banyak digunakan, namun tes ini sering memberikan hasil positif
palsu, karena Indonesia merupakan salah satu negara endemis demam tifoid di Asia
Tenggara. Interpretasi hasil tes Widal sebaiknya dikaitkan dengan gejala klinis, dan dilakukan
pada akhir minggu pertama demam. Pemeriksaan tes Widal sangat dianjurkan dilakukan dua
kali untuk melihat kenaikan titer antibodi pada tubuh penderita yang menunjukkan adanya
infeksi akut.
Uji serologi yang dipergunakan untuk penunjang diagnostik demam tifoid antara lain tes
widal, Typhi dot, Tubex.
Tes Widal (slide dan tabung): adalah reaksi imunoaglutinasi antara serum penderita
yang didugamenderita demam tifoid dengan antigen 0 (somatik) dan antigen H
(flagel) bakteri penyebab demam tifoid. Sampai saat ini Salmonella Typhi,
93
Referensi:
StafpengajarDepartemenMikrobiologi
PenuntunPraktikumMikrobiologiKedokteran. BadanPenerbit FKUI, Jakarta, 2012
94
FKUI.
95
Jam
Materi
Kelas A
Sub Pokok
Bahasan
Pemberi
materi
Materi
Kelas B
Sub Pokok
Bahasan
Pemberi
materi
Minggu I
Senin
9/7/2015
08.0009.00
09.0010.00
10.0011.00
11.0012.00
SGD
Tutor
Kuliah
pengantar
blok
Deskripsi
blok,
syarat,
penilaian,
konten
dan
kontrak
belajar
kuliah
pengantar
KBK
deskripsi
tujuan
blok,
evaluasi,
PHBS dan
MDG's
12.0013.30
SGD
Tutor
deskripsi
tujuan
blok,
evaluasi,
PHBS dan
MDG's
dr. Elman
Boy,M. Kes
kuliah
pengantar
blok
Deskripsi
blok,
syarat,
penilaian,
konten
dan
kontrak
belajar
dr. Elman
Boy,M. Kes
dr. Yulia
Aprina
ISHOMA
13.3014.30
Kuliah
anatomi 1
Instruktur
KKD
KKD A1
14.3015.30
Kuliah
histologi 1
15.3016.00
ISHOMA
96
sistem
saluran
cerna dari
mulut
hingga
anus
histologi :
Rongga
mulut,
oesofagus
, usus
halus,
usus
besar,
rektum
dan anus
dr. Hendra
sutisna,
M.Biomed
dr. Des
Suryani, M.
Biomed
16.0017.00
17.0018.00
Selasa
9/8/2015
08.0009.00
09.0010.00
Kuliah
anatomi 1
Kuliah
histologi 1
sistem
saluran
cerna dari
mulut
hingga
anus
histologi :
Rongga
mulut,
oesofagus
, usus
halus,
usus
besar,
rektum
dan anus
refluks
esofagus,
lesi
korosif
kuliah IPD
esofagus,
akalasia,
varises
esophagus
histologi :
hati,
Kuliah
empedu
Histologi 2
dan
pancreas
dr. Hendra
sutisna,
M.Biomed
KKD
Kelompok
B1
dr. Des
Suryani, M.
Biomed
DR. Dr.
Sahrul
Rahman ,
Sp.PD
Kuliah
Histologi 2
dr. Des
Suryani, M.
Biomed
Kuliah
anatomi 2
Maulana,
MA
Kuliah
fisiologi 1
10.0011.00
Al Islam
Kemuham
madiyah
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
Instruktur
KKD
histologi :
hati,
empedu
dan
pankreas
peredaran
darah dan
persyarafa
n saluran
cerna
lambung :
pengatura
n sekresi,
motilitas
dan
pengoson
gan
lambung
Pangkreas
:
pengatura
n sekresi
pankreas
dr. Des
Suryani, M.
Biomed
dr. Hendra
sutisna,
M.Biomed
dr. Robitah
asfur,M.Bio
med
ISHOMA
Instruktur
KKD
KKD A2
97
Kuliah
biokimia 1
enzim
dalam
dr. Meizli
Andina, M.
14.3015.30
IPD
15.3016.00
ISHOMA
16.0017.00
Kuliah
fisiologi 1
17.0018.00
Rabu
9/9/2015
08.0009.00
09.0010.00
Kuliah
biokimia 1
Kuliah
Anatomi 2
Lambung :
pengatura
n sekresi,
motilitas
dan
pengoson
gan
lambung
Pangkreas
:
pengatura
n sekresi
pancreas
enzim
dalam
penyerapa
n dan
pencernaa
n
makanan
peredaran
darah dan
persyarafa
n saluran
cerna
dr. Robitah
asfur,M.Bio KKD B2
med
98
DR.Dr.
Sahrul
Rahman,
Sp. PD
Instruktur
KKD
instruktur
KKD
KKD B1
dr. Hendra
Sutysna,
M. Biomed
Instruktur
KKD
KKD A2
Biomed
dr. Meizli
Andina, M.
Biomed
10.0011.00
11.0012.00
penyerapa
n dan
pencernaa
n
makanan
refluks
esofagus,
lesi
korosif
esofagus,
akalasia,v
arises
esofagus
Kuliah Gigi
Mulut
Kandidiasi
s oral,
ulkus
mulut,
aphtosa,
herpes,
drg.
Hasbina
Wildani
glositis,
karies gigi,
angina
ludwig
dan
parotitis
12.0013.30
ISHOMA
13.3014.30
Kuliah
Fisiologi 2
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Kamis
08.00-
Hepar :
proses
sintesis
protein
plasma,
pengatura
n sekresi
empedu.
Usus halus
:
motilitas/ dr. Robitah
peristalsis, asfur,M.Bio
sekresi
med
dan
absobsi.
Kolon:
motilitas,
sekresi,
absorbsi,
bakteri
dan
proses
defekasi
Kuliah
mikrobiolo
gi
mikroorga
nisme
dr. Tegar
pada
M.Biomed
pencernaa
n
Kuliah IPD
dispepsia,
gastritis,
tukak
gaster dan
duodenu
m
DR. Dr.
Sahrul
Rahman ,
Sp.PD
ISHOMA
Kandidiasi
s oral,
ulkus
mulut,
aphtosa,
drg.
Kuliah Gigi
herpes,
Hasbina
Mulut
glositis,
Wildani
karies gigi,
angina
ludwig
dan
parotitis
KKD B2
SGD
SGD
Tutor
99
Instruktur
KKD
Tutor
09.00
09.009/10/2015
10.00
10.0011.00
Kuliah
biokimia 2
11.0012.00
Kuliah
Kedoktera
n Islam
porfirin
dan
pigmen
empedu
Makanan
halal VS
makanan
haram
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
Jumat
9/11/2015
08.0009.00
09.0010.00
10.0011.00
11.0012.00
Praktikum
Anatomi
B3/Histolo
gi 1
Div.
B1/Biokimi
Kedokteran
a B2
Islam
Dept.
anatomi/hi
stologi/
biokimia
ISHOMA
Kuliah
mikrobiol
ogi
Kuliah IPD
mikroorga
nisme
pada
pencernaa
n
dispepsia,
gastritis,
tukak
gaster dan
duodenu
m
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
dr. Meizli
Andina, M.
Biomed
dr. Tegar
M.Biomed
DR. Dr.
Sahrul
Rahman ,
Sp.PD
Makanan
Kuliah
halal VS
Kedokteran
makanan
Islam
haram
Kuliah
biokimia 2
porfirin
dan
pigmen
empedu
Div.
Kedokteran
Islam
dr. Meizli
Andina, M.
Biomed
ISHOMA
Instruktur
KKD
KKD A1
Praktikum
Anatomi
A1/Histolo
gi
1A2/Bioki
mia A3
Kuliah
Bahasa
Inggris
DR.
Bambang
Panca
dr.Yety
Machrina,
M.Kes
Kuliah
bioetika
12.0013.30
Praktikum
Anatomi
B1/Histolo
gi
1B2/Bioki
mia B3
Dept.
Anatomi/hi
stologi/Bio
kimia
AIK
Maulana,
MA
Kuliah
bioetika
Kuliah
Bahasa
Inggris
ISHOMA
100
dr.Yety
Machrina,
M.Kes
DR.
Bambang
Panca
13.3014.30
14.3015.30
Praktikum
Anatomi
A2/Histolo
gi
1A3/Bioki
mia A1
Diskusi
Panel
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Ekspert
ISHOMA
Diskusi
Panel
Ekspert
Praktikum
Anatomi
B2/Histolo
gi1
B3/Biokimi
a B1
SGD
Tutor
SGD
Minggu II
08.0009.00
09.009/14/2015
10.00
Senin
10.0011.00
Praktikum
anatomi
A3/Histolo
gi 1
A1/Biokim
ia A2
Dept.
Anatomi/hi Kuliah
stologi/Bio Fisiologi
kimia
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
Tutor
Hepar :
proses
sintesis
protein
plasma,
pengatura
n sekresi
empedu.
Usus halus
:
motilitas/ dr. Robitah
peristalsis, asfur,M.Bio
med
sekresi
dan
absobsi.
Kolon:
motilitas,
sekresi,
absorbsi,
bakteri
dan
proses
defekasi
ISHOMA
Instruktur
KKD
KKD A1
101
Kuliah IPD
perdaraha
n saluran
DR. Dr.
Sahrul
cerna
bagian
atas
perdaraha
n saluran
cerna
bagian
bawah
14.3015.30
15.3016.00
ISHOMA
16.0017.00
Kuliah IPD
17.0018.00
Selasa
08.0009.00
Rahman ,
Sp.PD
perdaraha
n saluran
cerna
bagian
atas
perdaraha
n saluran
cerna
bagian
bawah
DR. Dr.
Sahrul
Rahman ,
Sp.PD
Obat
Peptik
ulcer :
antasida,
dr. Ilham
Kuliah
antisekres Hariaji, M.
Farmako 1
i lambung, Biomed
agen
pelindung
mukosa
09.009/15/2015
10.00
Kuliah IPD
10.0011.00
Al Islam
Kemuham
madiyah
Gastroent
eritis
102
Instruktur
KKD
KKD B1
Kuliah IPD
DR. dr.
Sahrul
Rahman,
Sp.PD
Kul
Farmako 1
Maulana,
MA
Kuliah
Patologi
anatomi 1
Gastroent
eritis
Obat
Peptik
ulcer :
antasida,
antisekres
i lambung,
agen
pelindung
mukosa
patogenes
is
gambaran
mikroskop
is
esofagus,
lambung,
usus,
DR. dr.
Sahrul
Rahman,
Sp.PD
dr. Ilham
Hariaji, M.
Biomed
dr.
Humairah
Sp,PA
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Rabu
9/16/2015
08.0009.00
09.0010.00
10.0011.00
Kuliah gizi
apendiks
dan
kelenjar
ludah
Kiliah
Gastroeso
pha-geal
reflux
disease
(GERD)
Dept. Gizi
ISHOMA
Instruktur
KKD
KKD A2
Kuliah
gizi
Kuliah
Patologi
anatomi 1
Kuliah IPD
Kuliah IKA
1
Kiliah
Gastroeso
pha-geal
reflux
disease
(GERD)
patogenes
is
gambaran
mikroskop
is
esofagus,
lambung,
usus,
apendiks
dan
kelenjar
ludah
malabsorb
si dan
aintoleran
si
diare akut
dan GE
pada anak
KKD A2
103
Belajar
Mandiri
Dept. Gizi
KKD B2
instruktur
KKD
DR. Dr.
Sahrul
Rahman,
Sp.PD
Dept. Ilmu
Kesehatan
Anak
KKD B1
instruktur
KKD
instruktur
KKD
Kuliah IPD
dr.
Humairah
Sp,PA
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
08.0009.00
09.009/17/2015
10.00
Kuliah IKA
1
si
Sp.PD
diare akut
dan GE
pada anak
Dept. Ilmu
Kesehatan
Anak
ISHOMA
ISHOMA
Belajar
Mandiri
KKD B2
instruktur
KKD
SGD
Tutor
Kamis
10.0011.00
11.0012.00
SGD
Tutor
kuliah IPD
Diare akut
dan kronis
Kuliah PA
2
Patogenes
is
dr.
gambaran
Humairah
mikroskop
Sp,PA
is kelainan
hepar
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
Dept.
Radiologi
Kuliah PA 2
Patogenes
is
dr.
gambaran
Humairah
mikroskop
Sp,PA
is kelainan
hepar
Kuliah IPD
DR. Dr.
Diare Akut Sahrul
dan Kronis rahman,
Sp. PD
Kuliah IKA
2
alergi
makanan
Dept. Ilmu
Kesehatan
Anak
Kuliah
Bioetik
etika
kedoktera
n
dr. Yeti
Machrina,
M. Kes
ISHOMA
Praktikum
histologi 2
A1
/Mikrobiol
ogi
A2/Patolo
gi anatomi
A3
15.3016.00
ISHOMA
104
16.0017.00
17.0018.00
Jumat
9/18/2015
Instruktur
KKD
KKD A1
08.0009.00
Kuliah IPD
09.0010.00
Kuliah IKA
2
10.0011.00
Kuliah
bahasa
Inggris
11.0012.00
Kuliah
bioetika
DR. Dr.
keracunan
Sahrul
makanan,
Rahman,
botulisma
Sp.PD
Dept. Ilmu
alergi
Kesehatan
makanan
Anak
DR.
Bambang
Panca
Prak His 2
B1/Mikrobi
ologi
B2/Patolog
i anatomi
B3
dept.
Histologi/
mikrobiolo
gi/PA
Al Islam
Kemuham
madiyah
Maulana,
MA
Kuliah
Parasit 1
Kuliah
bahasa
Inggris
12.0013.30
protozoa
usus
dr.
Nurfadli,
MKT
DR.
Bambang
Panca
ISHOMA
Kuliah
Farmakolo
gi 2
13.3014.30
Diskusi
Panel
14.3015.30
Kuliah IPD
15.3016.00
ISHOMA
protozoa
usus
dr.
Nurfadli,
MKT
16.0017.00
Kuliah
Parasit 1
17.0018.00
antiemeti
k:
antihistam
Kuliah
dr. Ilham
in H1,
Farmakolo
Hariaji, M.
antagonis
gi 2
Biomed
dopamin,
antagonis
5-HT3
105
Diskusi
Panel
antiemeti
k:
antihistam
dr. Ilham
in H1,
Hariaji, M.
antagonis
Biomed
dopamin,
antagonis
5-HT3
DR. Dr.
keracunan
Sahrul
makanan,
Rahman,
botulisma
Sp.PD
Minggu III
Senin
08.0009.00
09.009/21/2015
10.00
10.0011.00
DR. Dr.
Sahrul
Sp,PD
Kuliah IPD
Hepatitis
A, B dan C
Kuliah
Patologi
Klinik
diagnosa
Lab peny.
Hepatitis,
gangguan
dr. Siti
hati dan
Hajar,
pankreatit
Sp.PK
is serta
karsionom
a
pankreas
Praktikum
Histo2
A2/Mikro
biologi
A3/PA A1
dept.
Histologi/
Mikrobiolo
gi
14.3015.30
Kuliah IPD
Hepatitis
A, B dan C
Kuliah
farmakolog
i3
Kuliah
parasitolog
i2
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
Kuliah
Patologi
Klinik
diagnosa
Lab peny.
Hepatitis,
gangguan
dr. Siti
hati dan
Hajar,
pankreatit
Sp.PK
is serta
karsionom
a
pankreas
ISHOMA
KKD BM
A1
Instruktur
KKD
15.30-
ISHOMA
106
Praktikum
Histo2
B2/Mikrobi
ologi
B3/PA B1
antidiare
dan
laxantia:
antikoline
rgik,
adsorben.
Stimulan,
bulking
agent,
pelunak
feses
intestinal
flukes :
giardiasis
dan
balantidia
sis
DR. Dr.
Sahrul
Sp,PD
dr. Ilham
Hariaji, M.
Biomed
dr.
Nurfadli,
MKT
16.00
16.0017.00
17.0018.00
Selasa
08.0009.00
09.009/22/2015
10.00
10.0011.00
11.0012.00
Praktikum
Histo2
A3/Mikro
biologi
A1/PA A2
Kuliah
farmakolo
gi 3
Kuliah
parasitolo
gi 2
antidiare
dan
laxantia:
antikoline
rgik,
adsorben.
Stimulan,
bulking
agent,
pelunak
feses
intestinal
flukes :
giardiasis
dan
balantidia
sis
Al Islam
Kemuham
madiyah
dr. Ilham
Hariaji, M.
Biomed
Kuliah IPD
Perlemaka
n hati,
sirosis
hepatis,
hepatoma
, gagal
hepar
DR. Dr.
Sahrul
Sp,PD
dr.
Nurfadli,
MKT
Maulana,
MA
12.0013.30
13.3014.30
Instruktur
KKD
KKD BM B1
Praktikum
Histo2
B3/Mikrobi
ologi
B1/PA B2
Dept.
Histologi/
Mikrobiolo
gi
ISHOMA
KKD BM
A2
Instruktur
KKD
14.3015.30
15.3016.00
Kuliah
farmakolog
i3
Kuliah IKA
3
ISHOMA
107
antidiare
dan
laxantia:
antikoline
rgik,
adsorben.
Stimulan,
bulking
agent,
pelunak
feses
Konstripas
i
dr. Ilham
Hariaji, M.
Biomed
Dept. IKA
16.0017.00
17.0018.00
RabuKamis
Kuliah IPD
Perlemaka
n hati,
sirosis
hepatis,
hepatoma
, gagal
hepar
DR. Dr.
Sahrul
Sp,PD
KKD BM B2
Instruktur
KKD
Jumat
08.0009.00
9/25/2015
09.0010.00
10.0011.00
11.0012.00
antidiare
dan
laxantia:
antikoline
Kuliah
rgik,
farmakol adsorben.
ogi 3
Stimulan,
bulking
agent,
pelunak
feses
Kuliah IKA Konstripas
3
i
Kuliah
bahasa
Inggris
dr. Yety
Kuliah
Machrina,
bioetika
M.Kes
12.0013.30
Al Islam
Kemuham
madiyah
DR.
Bambang
Panca
Kuliah
bioetika
Kuliah
bahasa
Inggris
14.3015.30
15.3016.00
ISHOMA
17.0018.00
108
Maulana,
MA
Dept. IKA
ISHOMA
13.3014.30
16.0017.00
dr. Ilham
Hariaji, M.
Biomed
dr. Yety
Machrina,
M.Kes
DR.
Bambang
Panca
Minggu IV
08.0009.00
09.009/28/2015
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30
Senin
13.3014.30
14.3015.30
SGD
Tutor
ISHOMA
KKD LO1
A1
Instruktur
KKD
08.0009.00
09.009/29/2015
10.00
10.0011.00
11.0012.00
Kuliah
IPD
kolesistitis
, kole
(doko)
litiasis,
pankreatit
is dan
karsinoma
pankreas
Praktiku
m PK
A1/Farma
ko
A2/Parasi
tologi A3
Al Islam
Kemuha
mmadiya
h
12.0013.30
13.3014.30
Praktikum
PK
B1/Farmak
o
B2/Parasit
ologi B3
dept.
PK/Farmak
ologi/
parasitolog
i
ISHOMA
16.0017.00
Selasa
Tutor
15.3016.00
17.0018.00
SGD
DR. Dr.
Sahrul
Sp,PD
KKD LO1
B1
dept.
PK/Farmak
ologi/Paras
itologi
Kuliah IPD
Maulana,
MA
Praktikum
PK
B2/Farmak
o
B3/Parasit
ologi B1
Instruktur
KKD
kolesistitis
, kole
(doko)
litiasis,
pankreatit
is dan
karsinoma
pankreas
DR. Dr.
Sahrul
Sp,PD
dept. PK/
Farmakolo
gi/Parasitol
ogi
ISHOMA
KKD LO 1
A2
Instruktur
KKD
109
Praktikum
PK
dept. PK/
Farmakolo
B3/Farmak
o
B1/Parasit
ologi B2
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Rabu
9/30/2015
ISHOMA
Praktiku
m PK
A2/Farma
ko
A3/Parasi
tologi A1
08.0009.00
09.0010.00
Kul IPD
dept.
PK/Farmak KKD LO 1
ologi/Paras B2
itologi
Irritable
bowel
syndrome,
diverkuliti
s,
divertikul
osis,
DR. Dr.
kolitis,
Sahrul
kolitis
Sp,PD
ulseratif,
penyakit
Chorn,
polip/ade
noma,
karsinoma
kolon
KKD LO 1
BM B1
10.0011.00
11.0012.00
gi/Parasitol
ogi
KKD LO 1
BM A2
Instruktur
KKD
12.0013.30
Kul IPD
ISHOMA
110
Instruktur
KKD
Instruktur
KKD
Irritable
bowel
syndrome,
diverkuliti
s,
divertikul
osis,
DR. Dr.
kolitis,
Sahrul
kolitis
Sp,PD
ulseratif,
penyakit
Chorn,
polip/ade
noma,
karsinoma
kolon
13.3014.30
14.3015.30
Kuliah IKM
1
Praktiku
m PK
A3/Farma
ko
A1/Parasi
tologi A2
dept.
PK/Farmako
/Parasitolog
Kuliah Ilmu
i
Bedah 1
15.3016.00
dr. Elman
Boy, M.
Kes
apendisiti
s akut dan
abses
apendisiti
s
dr. Asrul,
Sp.B
ISHOMA
16.0017.00
Kuliah
Ilmu
Bedah 1
17.0018.00
Kuliah
IKM 1
08.0009.00
09.0010/1/2015
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30
Pencegah
an diare
apendisiti
s akut
dan
abses
apendisiti
s
Pencegah
an diare
dr. Asrul,
Sp.B
KKD BM LO
1 B2
Instruktur
KKD
SGD
Tutor
dr. Elman
Boy, M. Kes
Kamis
ISHOMA
Kuliah
forensic
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
Kuliah
IKM 2
08.0009.00
Tutor
MINITES
13.3014.30
17.0018.00
Jumat
SGD
toksikolo
gi
forensik
Pencegah
an STH
Dept.
Forensik
Kuliah IKM
2
Pencegah
an STH
dr. Elman
Boy, M. Kes
Kuliah
forensic
toksikolog
i forensik
dr. Elman
Boy, M.
Kes
Dept.
Forensik
ISHOMA
Kuliah
bioetika
KKD LO1
BM A1
Instruktur
KKD
Kuliah
bioetika
Kuliah DKI
Al Islam
Kemuham
111
Thaharah
pada
kasus
bedah
DKI
Maulana,
MA
10/2/2015
09.0010.00
Kuliah
DKI
10.0011.00
Kuliah
bahasa
inggris
11.0012.00
Kuliah
radiologi
Thaharah
pada
kasus
bedah
madiyah
DKI
DR.
Bambang
Panca
gambara
n
radiologi
Departeme
sistem
n Radiologi
gastroent
erohepat
ologi
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
Kuliah
bahasa
inggris
DR.
Bambang
Panca
ISHOMA
Diskusi
Panel
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Belajar
Mandiri
Kuliah Ilmu
Bedah 2
Expert
Hemoroid,
prolaps
rektum
dan anus,
proktitis
dan fisura
(anus)
dr. Asrul,
Sp.B
ISHOMA
Kuliah
Ilmu
Bedah 2
Hemoroi
d,
prolaps
rektum
dan anus,
proktitis
dan
fisura
(anus)
dr. Asrul,
Sp.B
Diskusi
Panel
Expert
Minggu V
08.0009.00
09.0010/5/2015
10.00
Senin
10.0011.00
SGD
Kuliah
Ilmu
Bedah 3
Tutor
perforasi
usus,
malrotasi
traktus
gastroint
estinal
112
dr. Asrul,
Sp.B
SGD
Kuliah
Radiologi
Tutor
gambaran
radiologi
sistem
Departeme
gastroent n Radiologi
erohepato
logi
dan
peritoniti
s
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Selasa
10/6/2015
ISHOMA
KKD LO2
A1
Kuliah Ilmu
Bedah 3
Kuliah
Parasitolo
gi 3
Kuliah
Ilmu
Bedah 4
KKD LO2
B1
Hernia :
femoralis
,
inguinalis
,
skrotalis.
Strangula
ta,
inkarsera
ta,
reponibili
s,
ireponibil
is,
diafragm
a,
umbilikus
dr. Asrul,
Sp.B
Al Islam
Kemuha
mmadiya
h
Maulana,
MA
113
Instruktur
KKD
Kuliah
parasitolog
i 3
10.0011.00
11.0012.00
dr. Asrul,
Sp.B
ISHOMA
08.0009.00
09.0010.00
Instruktur
KKD
perforasi
usus,
malrotasi
traktus
gastrointe
stinal dan
peritonitis
Kuliah Ilmu
Bedah 4
Hernia :
femoralis,
inguinalis,
skrotalis.
Strangulat
a,
inkarserat
a,
reponibilis
,
ireponibili
dr. Asrul,
Sp.B
s,
diafragma
,
umbilikus
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
08.0009.00
09.0010/7/2015
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Rabu
08.0009.00
09.0010/8/2015
10.00
10.0011.00
11.0012.00
ISHOMA
KKD LO2
A2
Instruktur
KKD
Belajar
Mandiri
ISHOMA
Belajar
mandiri
Belajar
Mandiri
Evaluasi
KKD LO2
A2
Instruktur
KKD
KKD LO2
B2
Instruktur
KKD
KKD LO2
BM B1
Instruktur
KKD
Belajar
Mandiri
ISHOMA
ISHOMA
Belajar
Mandiri
KKD LO2
BM B2
Instruktur
KKD
SGD
Tutor
Kamis
SGD
Tutor
114
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
ISHOMA
ISHOMA
KKD
LO2BMA1
Instruktur
KKD
Belajar
Mandiri
08.0009.00
09.0010/9/2015
10.00
Diskusi
Panel
10.0011.00
Kuliah
bahasa
inggris
11.0012.00
Kuliah
bioetika
dr. Yety
Machrina,
M.Kes
Jumat
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Al Islam
Kemuham
madiyah
ekspert
Kuliah
bahasa
inggris
Maulana,
MA
dr. Yety
Machrina,
M.Kes
DR.
Bambang
Panca
ISOMA
Belajar
Mandiri
Diskusi
Penel
ekspert
ISHOMA
Minggu VI
08.0009.00
10/12/201 09.005
10.00
Senin
10.0011.00
11.0012.00
SGD
Kuliah
Ilmu
Bedah 5
Tutor
Kelainan
gastroen
terohep
atologi
pada
115
dr. Asrul,
Sp.B
SGD
Belajar
Mandiri
Tutor
anak :
invagina
si/intuse
psi,
hirschpr
ung
disease,
malform
asi
rektal/at
resia ani
12.0013.30
ISHOMA
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
08.0009.00
10/13/201 09.005
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.30Selasa
KKD LO3
A1
Instruktur
KKD
Kuliah Ilmu
Bedah 5
Kelainan
gastroent
erohepato
logi pada
anak :
invaginasi
/intusepsi,
hirschpru
ng
disease,
malforma
si
rektal/atr
esia ani
dr. Asrul,
Sp.B
ISHOMA
Belajar
Mandiri
KKD LO3
B1
BelajarM
andiri
Belajar
mandiri
Al Islam
Kemuha
mmadiya
h
Maulana MA
Belajar
mandiri
ISOMA
KKD LO3
A2
Instruktur
KKD
116
Belajar
mandiri
Instruktur
KKD
15.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
ISHOMA
BelajarM
andiri
Rabu
KKD LO3B2
Instruktur
KKD
08.0009.00
10/15/201 09.005
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Kamis
Jumat
SGD
Tutor
SGD
Belajar
Mandiri
Belajar
Mandiri
ISOMA
Belajar
Mandiri
Belajar
Mandiri
ISO
Belajar Mandiri
08.0009.00
10/16/201 09.005
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30
13.30-
Tutor
Kuliah
Bioetik
kedokter
an
Kuliah
Bahasa
Inggris
dr.Yetty
Machrinna,
M.Kes
Al Islam
Kemuham
madiyah
Belajar
Mandiri
ISOMA
Diskusi
ekspert
117
Maulana,
MA
dr.Yetty
Machrinna,
M.Kes
DR.
Bambang
Panca
14.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Panel
ISHOMA
Belajar
Mandiri
Diskusi
Panel
ekspert
Minggu
VII
08.0009.00
10/19/201 09.005
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Senin
Selasa
Evaluasi
KKD LO 3
A1
Instruktur
KKD
Diskusi
Bioetik
Evaluasi
KKD LO3
A2
Instruktur
KKD
Belajar
Mandiri
ISHOMA
Evaluasi
KKD LO3
B1
Belajar
Mandiri
Instruktur
KKD
ISHOMA
Evaluasi
KKD LO3
B2
Diskusi
Bioetik
08.0016.00
10/20/201
5
08.0009.00
10/21/201 09.005
10.00
16.0018.00
Rabu
UJIAN BLOK
Kamis
10/22/201
118
Instruktur
KKD
5
Jumat
10/23/201
5
119