Anda di halaman 1dari 119

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi singkat blok


Blok ini merupakan blok ketujuh yang diberikan pada mahasiswa semester 3 dalam
kurikulum pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara (UMSU).Blok ini berdurasi 7 minggu dengan muatan 6 sks.

Blok sistem gastroenterohepatologi mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dan ilmu


kedokteran klinik dalam memahami patofisiologi dan pengobatan dan pencegahan berbagai
kelainan/penyakit sistem gastroenterohepatologi.

Pada akhir blok ini, mahasiswa semester 3 diharapkan dapat mencapai learning outcome
yang diinginkan dengan berbagai strategi pembelajaran yang disiapkan selama
berlangsungnya blok ini.

1.2 Ketentuan mengikuti blok


1.2.1 Prasyarat mengikuti blok
Untuk mengikuti blok ini mahasiswa harus sudah lulus pada blok - blok sebelumnya,
terutama penguasaan ilmu dasar seperti Anatomi, Fisiologi, Biokimia, Histologi dan
Farmakologi, hal ini mengingat blok sistem gastroenterohepatologi merupakan salah satu
blok yang memiliki kompleksitas yang cukup tinggi.
Blok 7, sistem gastroenterohepatologi, merupakan bagian dari kurikulum berbasis
kompetensi FK UMSU yang diperuntukkan bagi mahasiswa semester 3 tahun ajaran
2014/2015.
1.2.2 Syarat mengikuti blok
Mahasiswa wajib untuk menandatangani kontrak belajar pada saat kuliah pengantar
blok

1.3

Tujuan Blok

1.3.1 Tujuan Pembelajaran (Learning Outcome)


Setelah

menyelesaikan

blok

gastroenterohepatologi,

mahasiswa

mampu

menganalisis data sekunder tentang masalah klinik, laboratorik, dan epidemiologik penyakit
dan kelainan gastroenterohepatologi serta mampu menerapkannya dalam langkah
pemecahan masalah yang baku termasuk tindakan pencegahan dan rujukan terhadap kasus
gastroenterohepatologi, dengan menggunakan teknologi kedokteran dan teknologi
informasi yang sesuai, dengan selalu memperhatikan konsep dan pertimbangan etik.

1.3.2 Sasaran Pembelajaran (Learning Objective)


Secara lebih terinci maka setelah menyelesaikan blok gastroenterohepatologi
,mahasiswa mencapai hal sebagai berikut :
1.

Apabila diberi data sekunder tentang kasus kelainan/penyakit gastroenterohepatologi,


mahasiswa mampu:
a. merumuskan masalah kesehatan pasien
b. menjelaskan faal organ dan jaringan gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu
kedokteran dasar.
c. menjelaskan patofisiologi dan mekanisme suatu kelainan atau keadaan patologi
dalam gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar.
d. menjelaskan tanda dan gejala klinis dari kelainan/penyakit gastroenterohepatologi
sesuai dengan ilmu kedokteran dasar.
e. menjelaskan

diagnosis

dan

diagnosis

banding

kelainan/penyakigastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar.


f. menjelaskan tentang pemeriksaan medis dan penunjang untuk mendiagnosa
kelainan/penyakit gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar
g. menjelaskan tentang penatalaksanaan kelainan/penyakitgastroenterohepatologi
sesuai dengan ilmu kedokteran dasar
h. menjelaskan

sifat

farmakologi

obat

yang

digunakan

untuk

kelainan

gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar

i. Menjelaskan

prognosis

dan

komplikasi

suatu

kelainan/penyakit

gastroenterohepatologi dan alasan yang mendasarinya sesuai dengan ilmu


kedokteran dasar
j. Menjelaskan prevalensi dan insiden dari kelainan/penyakit gastroenterohepatologi
sesuai dengan ilmu kedokteran dasar
k. menjelaskan

prinsip-prinsip

kedokteran

keluarga

didalam

pengelolaan

penyakit/kelainangastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar


l. menjelaskan tentang usaha promotif dan preventif pada kelainan/penyakit
gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu kedokteran dasar
m. memanfaatkan

sumber

informasi

mengenai

kelainan/penyakit

gastroenterohepatologi sesuai dengan Evidence Based Medicine


n. menjelaskan tentang permasalahan keIslaman yang berhubungan dengan
gastroenterohepatologi sesuai dengan alquran dan hadist
o. melakukan analisis etik tentang prosedur, tindakan dan sikap perilaku terhadap
pasien,

keluarga,

sejawat

dan

masyarakat

dalam

lingkup

gangguan

gastroenterohepatologi sesuai dengan ilmu etika dan hukum kedokteran.


1.3.3 Area Kompetensi
Area kompetensi yang terkait dengan blok adalah sebagai berikut:
1. Area kompetensi 1 : Profesionalitas yang luhur
2. Area kompetensi 2: Mawas diri dan pengembangan diri
3. Area kompetensi 4: Pengelolaan Informasi
4. Area kompetensi 5: Landasan ilmiah ilmu kedokteran
5. Area kompetensi 6: Keterampilan klinis
6. Area kompetensi 7: Pengelolaan masalah kesehatan
1.4 Evaluasi
Sistem Evaluasi dilakukan dengan metode running process, artinya penilaian
terhadap seorang mahasiswa dilakukan secara terus menerus sepanjang 1 (satu)
semester dengan memberikan bobot pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa.
Evaluasi terhadap mahasiswa terdiri dari:
a. Nilai tutorial melalui pengamatan proses tutorial
b. Penilaian blok melalui ujian minitest dan final.
c. Penilaian praktikum (practical test)
d. Penilaian Keterampilan Klinik Dasar melalui ujian KKD dan ujian OSCE (Objective
Structured Clinical Examination)
e. Penilaian non blok melalui UTS dan UAS
3

Jenis Ujian

Minitest

Final
Praktikum

Tutorial

Keluarga
Binaan
Kesehatan
(KBK)

Ujian KKD

OSCE

UTS

UAS

Waktu

Soal

Blok
Sesuai dengan
Akhir modul topik
pembelajaran
Sesuai dengan
Akhir blok
topik
pembelajaran
Akhir
Sesuai materi
Praktikum
praktikum
Pada saat
tutorial oleh Pengamatan
masingproses tutorial
masing tutor

Pertemuan II

Sesuai dengan
LI

Bentuk Ujian

Bobot

MCQ

20%

MCQ

40%

Spot test atau


ujian tulis

10%

Knowledge,
attitude, skills

20%

Kehadiran,
responsi, buku
kesehatan
keluarga, video
kegiatan serta
portofolio

10%

KKD
Seluruh
Praktik
keterampilan
Akhir blok
keterampilan
klinik pada
klinis
setiap blok
Soal kasus
Praktik
Akhir
integrasi KKD
ketrampilan
semester
dari tiap blok
klinis
NON BLOK
Sesuai materi
Tengah
sampai tengah Tertulis
semester
semester
Sesuai materi
Akhir
sampai akhir
Tertulis
semester
semester
Tabel. Jenis dan Pelaksanaan Ujian

No.
1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
1.

Jenis Penilaian
BLOK
Pengamatan
Proses
Tutorial
Ujian Minitest
Ujian Final
Ujian Praktikum
KBK
Total

Bobot
20%
20%
40%
10%
10%
100%

KKD
Ujian KKD
OSCE
NON BLOK
Ujian non blok
Tabel 4. Bobot Penilaian

1.4.2 Evaluasi Program Pendidikan


Evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi blok baik dalam proses pembelajaran,
maupun hasil akhir pembelajaran.
Kriteria keberhasilan blok:
1.
Kehadiran seluruh mahasiswa memenuhi 75% syarat kehadiran
2.
Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai jadwal (minimal 10% perubahan)
3.
Kelulusan mahasiswa mencapai >60

BAB II
METODE PEMBELAJARAN

Aktivitas belajar dirancang dalam bentuk PBL dengan beberapa aktivitas belajar yang
disiapkan untuk mencapai kompetensi di blok ini, yaitu :
1. Kuliah/Diskusi Panel
2. Tutorial
3. Belajar mandiri
4. Praktikum
5. Keterampilan medik (skills lab)
BENTUK AKTIVITAS BELAJAR
Bentuk aktivitas belajar dalam blok ini meliputi :
1. Kuliah
Kuliah/Diskusi panel adalah pertemuan tatap muka interaktif antara mahasiswa
dengan dosen untuk menyampaikan materi perkuliahan yang mendukung tujuan
pembelajaran blok, memberikan hal-hal yang bersifat konseptual, mutakhir dan menambah
pengayaan pengetahuan bagi mahasiswa.
2. Tutorial
Tutorial adalah diskusi kelompok kecil di mana setiap kelompok beranggotakan sekitar
8-10 mahasiswa dan dibantu oleh satu tutor yang bertugas sebagai fasilitator. Dalam
skenario modul terdapat tujuan belajar dalam bentuk tujuan instruksional yang harus
dicapai oleh mahasiswa selama proses tutorial. Tutor akan membantu mahasiswa dalam
diskusi untuk mencapai tujuan belajar tanpa harus banyak mengintervensi diskusi maupun
memberikan penjelasan panjang lebar. Dalam tutorial mahasiswa akan dihadapkan pada
masalah-masalah dari skenario yang ada dalam modul sebagai trigger/pemicu untuk
berdiskusi. Satu skenario dalam modul akan diselesaikan dalam dua kali pertemuan dengan
selang waktu 2 hari.
3. Praktikum
Praktikum bertujuan selain untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan yang
sudah didapat, serta untuk menambah keterampilan mahasiswa bekerja di laboratorium.
Kegiatan praktikum di setiap blok ini mendukung modul dan skenario. Jadwal praktikum dan
ujian praktikum dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
4. Keterampilan klinik Dasar
Keterampilan Klinik Dasar (KKD) bertujuan untuk melatih keterampilan klinis
mahasiswa dengan menggunakan model-model pembelajaran yang ada seperti manekin,
6

phantom, pasien simulasi, dan lain-lain. Kegiatan ini dilaksanakan secara dini,
berkesinambungan dan terintegrasi dalam setiap bloknya.

5. Belajar Mandiri
Belajar mandiri, yakni kegiatan mandiri terjadwal yang dilaksanakan mahasiswa
dengan tujuan melatih mahasiswa untuk mampu memahami, menguraikan, mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga
mahasiswa memiliki kemampuan belajar sepanjang hayat.
Kegiatan belajar mandiri mancakup membaca referensi yang dianjurkan, mencari
dan mempelajari materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di perpustakaan, dapat
berupa handout, buku teks, jurnal ilmiah, CD-ROM, atau informasi dari sumber terpercaya di
internet, serta diskusi dengan narasumber apabila diperlukan.
6. Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)
Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan perkuliahan MKDU pada blok ini, terdiri
atas:
Al Islam dan Kemuhammadiyahan : 2 x 50 menit per minggu
Bahasa Inggris
: 1 x 50 menit perminggu
Bioetik dan Humaniora
: 1 x 50 menit

BAB 3
TOPIK PEMBELAJARAN
3.1Lingkup Bahasan
3.1.1 Pohon Topik
Farmakologi
Gastroenterohepatologi

Integrasi nilai Islam dan


kedokteran komunitas

Biokimia
Gastroenterohepatologi

Ganguan klinis
hepatobiliari

Histologi
Gastroenterohepatologi

Fisiologi
Gastroenterohepatologi

Sistem
gastroenterohepatologi
dasar

Ganguan klinis
gastrointestinal
Sistem
gastroenterohepatologi
klinis

Anatomi
Gastroenterohepatologi

3.1.2 Lingkup Bahasan kuliah


Materi-materi kuliah blok sistem gastroenterohepatologi adalah:
No

Topic

1.

Pengantar blok

2.

Sub topik

Penjelasan singkat isi konten blok :


a. Deskripsi blok
b. Syarat mengikuti blok
c. Penilaian blok
d. Konten blok
e. Kontrak belajar
Struktur makroskopik Struktur sistem saluran cerna dari
sistem
organ mulut hingga anus,

Departe
men
Penjab
blok

Durasi
(jam)
1x50

Anatomi

1x50

pencernaan
3. Struktur makroskopik Peredaran darah dan persarafan
sistem
organ saluran cerna
pencernaan
4. Kuliah
Struktur Histologi :
mikroskopik
sistem
a. rongga mulut,
gastroenterohepatolo
b. oesofagus,
gi 1
c. usus halus,
d. usus besar,
e. rektum
f. dan anus
5. Kuliah
Struktur Histologi kelenjar pencernaan :
mikroskopik
sistem
a. hati,
gastroenterohepatolo
b. empedu,
gi 2
c. pankreas
6. Pengaturan
fungsi a. Lambung: pengaturan sekresi
sistem gastrointestinal lambung,
motilitas
dan
pengosongan lambung
b. Pankreas: Pengaturan sekresi
pankreas
7. Pengaturan
fungsi c. Hepar: proses sintesis protein
sistem gastrointestinal plasma,
pengaturan
sekresi
empedu
d. Usus halus: motilitas/peristalsis,
sekresi dan absorpsi
e. Kolon: motilitas, sekresi,
absorpsi, bakteri kolon, dan proses
defekasi
8. Kuliah
biokimia Enzim dalam penyerapan dan
gastroenterohepatolo pencernaan makanan
gi
9. Kuliah
biokimia Porfirin dan pigmen empedu
gastroenterohepatolo
gi
10. Penyakit
lambung, Farmakologi obat peptik ulser;
duodenum, jejunum, a. antasida
ileum dan apendiks b. antisekresi lambung
serta farmakoterapi
c. agen pelindung mukosa
11. Penyakit
lambung, Antiemetik;
duodenum, jejunum, a. antihistamin H1
ileum dan apendiks b. antagonis dopamin
serta farmakoterapi
c. antagonis 5-HT3
12. Gangguan motilitas
saluran pencernaan
Farmakologi antidiare;
dan farmakoterapi
a. antikolinergik
b. adsorben
Farmakologi laxantia;

Anatomi

1x50

Histologi 1x50

Histologi 1x50

Fisiologi

2x50

Fisiologi

2x50

Biokimia

1x50

Biokimia

1x50

Farmako 1x50
logi

Farmako 1x50
logi

Farmako 1x50
logi

13.

14.
15.

16.

a. stimulan
b. bulking agent
c. pelunak feses
Penyakit
lambung, Patogenesis gambaran mikroskopis
duodenum, jejunum, kelainan esofagus, lambung, usus
ileum dan apendiks dan appendiks, dan kelenjar ludah
serta farmakoterapi
Penyakit hepar
Patogenesis gambaran mikroskopis
kelainan hepar
Penyakit hepar
1. Patogenesis
gambaran
mikroskopis
anomali
kongenital, infeksi, lesi jinak
dan lesi ganas pada hati dan
empedu
2. Gastrointestinal
Stromal
Tumor (GIST)
Penyakit hepar
1. Diagnosa
laboratorium
penyakit hepatitis dan
gangguan
hati
dan
pankreatitis
serta
karsinoma pankreas

17. Penyakit
akibat
parasit pada sistem
organ pencernaan

18. Penyakit
akibat
parasit pada sistem
organ pencernaan

19. Penyakit
akibat
parasit pada sistem
organ pencernaan
20. Penyakit
akibat
parasit pada sistem
organ pencernaan
21. Kuliah ilmu penyakit
dalam
:
Penyakit/kelainan
esofagus
22. Penyakit lambung,
duodenum, jejunum,
ileum

1. Penyakit cacing tambang


2. Strongilodiasis
3. Askariasis
4. Skistosomiasis
5. Taeniasisi
Protozoa usus (amuba);
1. Amebiasis hati/abses hepar
amoba
2. Disentri basiler, disentri
amuba
Intestinal flukes;
1. Giardiasis
2. Balantidiasis
Pencegahan penyakit kecacingan

1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.

Esofagitis refluks
Lesi korosif esofagus
Akalasia
Varises esofagus
Dispepsia dan gastritis
Refluks gastroesofagus
Tukak
gaster
dan
duodenum

4A
4A
4A
4A
4A
3A

Patologi
Anatomi

1x50

Patologi
anatomi
Patologi
Anatomi

1x50

Patologi
Klinik

1x50

1x50

Parasitol 1x50
ogi

Parasitol 1x50
ogi

3B
Parasitol 1x50
ogi

3A
3B
2
2
4A
4A
3A

IKM

1x50

Ilmu
Penyakit
Dalam

1x50

Ilmu
Penyakit
Dalam

1x50

10

23. Penyakit lambung,


duodenum, jejunum,
ileum
24. Penyakit lambung,
duodenum, jejunum,
ileum
25. Penyakit lambung,
duodenum, jejunum,
ileum
26. Penyakit/kelainan
pada kolon

Gastroenteritis

4A

1. Malabsorpsi
2. Intoleransi

3A
4A

1. Keracunan makanan
2. Botulisme

4A
3B

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.

Irritable bowel syndrome


Diverkulitis/divertikulosis
Kolitis
Kolitis ulseratif
Penyakit Crohn
Polip/adenoma
Karsinoma kolon
Pendarahan
Saluran
Makanan
Bagian
Atas
(PSMBA)
2. Pendarahan
Saluran
Makanan Bagian Bawah
(PSMBB)
1. Diare akut gastroenteritis
2. Diare kronik gastroenteritis

3A
3A
3A
1
1
2
2
3B

29. Penyakit hepar

1. Hepatitis A
2. Hepatitis B
3. Hepatitis C

4A
3A
2

30. Penyakit hepar

1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.

3A
2
2
2
4
2
2
2

27. Pendarahan pada


sistem pencernaan

28. Gangguan motilitas


saluran pencernaan

31. Penyakit kandung


empedu, saluran
empedu dan pankreas
32. Gangguan motilitas
saluran pencernaan
33. Gangguan motilitas
saluran pencernaan
34. Penyakit lambung,
duodenum, jejunum,
ileum
35. Pendekatan

Perlemakan hati
Sirosis hepatis
Hepatoma
Gagal hepar
Kolesistisis
Kole(doko)litiasis
Pankreatitis
Karsinoma pankreas
Diare akut dan pada anak
dan intolenrasi lactosa
2. Konstipasi
Konstipasi

Alergi makanan

a. Pencegahan diare

4A

Ilmu
Penyakit
Dalam
Ilmu
Penyakit
Dalam
Ilmu
Penyakit
Dalam
Ilmu
Penyakit
Dalam

1x50

Ilmu
Penyakit
Dalam

2x50

1x50

1x50

2x50

Ilmu
1x50
Penyakit
Dalam
Ilmu
1x50
penyakit
dalam
Ilmu
2x50
penyakit
dalam
Ilmu
1x50
penyakit
dalam
Ilmu
Kesehat
an Anak
Ilmu
kesehat
an anak
Ilmu
Kesehat
an Anak
IKM

1x50

1x50

1x50

2x50
11

komunitas
dalam b. Pencegahan hepatitis
pencegahan penyakit
36. Kuliah ilmu bedah : Apendisitis;
Penyakit
lambung,
1. Akut appendicitis
duodenum, jejunum,
2. Abses appediks
ileum dan apendiks
37. Kuliah ilmu bedah :
1. Hemoroid grade 1-2
Penyakit/kelainan
2. Hemoroid grade 3-4
pada kolon
3. Prolaps rektum, anus
4. Abses (peri)anal
5. Proktitis
6. Fistula dan fisura anus
38. Kuliah ilmu bedah :
1. Perforasi usus
Penyakit/kelainan
2. Malrotasi
traktus
pada dinding, rongga
gastrointestinal
abdomen dan hernia
3. Peritonitis
39. Kuliah ilmu bedah :
Hernia (femoralis, inguinalis dan
Penyakit/kelainan
skrotalis);
pada dinding, rongga
1. strangulata dan inkarserata
abdomen dan hernia
2. reponibilis dan ireponibilis
3. diafragmatika (hiatus)
4. umbilikalis

Bedah

1x50

Bedah

2x50

Bedah

2x50

Bedah

2x50

40. Kuliah ilmu bedah :


Kelainan bawaan
sistem organ
pencernaan anak

Bedah

1x50

41.
42.

Forensik
DKI

1x50
1x50

DKI

1x50

Gizi

1x50

43.
44.

3B
3B
4A
3A
3A
3A
3A
2
2
2
3B
3B

2
2
3A

Kelainan gastroenterohepatologi
pada anak:
1. invaginasi/intusepsi
3B
2. hirschsprungs disease,
2
3. malformasi rektal/ atresia 2
ani
Kuliah ilmu forensik
Toksikologi forensik
Kuliah
kedokteran Makanan halal vs makanan haram
Islam
Kuliah
kedokteran Taharah pada kasus bedah
Islam
Kiliah Gastroesopha1. Memahami medical
geal reflux disease
nutrition therapy pada
(GERD)
GERD
2. Memahami general
principles dari medical
nutrition therapy
3. Memahami strategy to
manage reflux
4. Memahami micronutrient
yang dibutuhkanberupa
B12, iron, calcium
5. Memahami peranandari n-3
and n-6 fatty acids

12

6. Memahami parameters for


nutrition evaluation
7. Memahami medical
nutrition therapy berupa
energy, carbohydrate, lipid,
protein, viatmin and
minerals, herbal
supplement
8. Memahami medical
nutritiontherapy pada IBS
9. Memahami nutrient intake
10. Memahami diet for specific
GI pattern of IBS
11. Memahami role of foods in
the management of the
symptoms
45. Keluarga
Binaan
1. Deskripsi tujuan blok
Kesehatan
2. Evaluasi hasil kegiatan blok
7
3. Pemecahan masalah PHBS
4. Pemecahan masalah MDGs
46. Kuliah radiologi
Gambaran
radiologi
sistem
gastroenterohepatologi
47. Penyakit gigi dan
1. Kandidiasis oral
mulut
2. Ulkus mulut; aphtosa dan
herpes
3. Glositis
4. Karies gigi
5. Angina Ludwig
6. Parotitis
48. Mikrobiologi

Mikroorganisme penyebab infeksi


gastrointestinal
Total

KBK/IKM 1x50

4A
4A

Radiolog 1x50
i
Gimul
2x50

3A
3A
3A
4A
Mikro

1x50
57x50

13

3.1.3 Lingkup Bahasan Praktikum


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9.

Materi

Sub topik

Penanggungjaw
ab
Praktikum anatomi Anatomi
sistem Anatomi
gastroenterohepatologi
Praktikum histologi Histologi
sistem Histologi
1
gastroenterohepatologi 1
Praktikum
Histologi
sistem Histologi
histology 2
gastroenterohepatologi 2
Praktikum biokimia Pemeriksaan urobilin dan Biokimia
profil lemak
Praktikum
Nematoda usus
Parasitologi
parasitologi
Praktikum
Binatang percobaan
Farmakologi
farmakologi
Praktikum patologi Pemeriksaan fungsi hati
Patologi klinik
klinik
Praktikum patologi Gambaran patologis sistem Patologi anatomi
anatomi
gastroenterohepatologi I
Mikroorganisme
Mikroorganisme penyakit Mikrobiologi
gastrointestinal :
Enterobaktericiae,
salmonella sp, klebsiela sp
Total

Durasi
(jam)
2x50
2x50
2x50
2x50
2x50
2x50
2x50
2x50
2x50

9 x50

3.1.4 Lingkup Keterampilan Klinis


Materi-materi Keterampilan Klinik Dasar (KKD) blok gastroenterohepatologi:
No
1

Materi

Sub topik

Penanggungj
awab
Pemeriksaan Pemeriksaan fisik Peny. Dalam
Fisik
gastrointestinal
Abdomen 1
dan hepatobiliary
Pemeriksaan Palpasi abdomen Peny. Dalam
Fisik
I dan II ( hepar,
Abdomen 2
limpa,
dan
apendiks
Pembacaan
Interpretasi foto Radiologi
Foto
Polos polos abdomen

Durasi(jam)
2x50

2x50

2x50
14

Abdomen
Anamnesis
dan
Pemasangan
NGT

Anamnesis
Gastroenterohep
atologi
Teknik
pemasangan NGT

Peny. Dalam

2x50

3.2Daftar Masalah dan Penyakit terbanyak


Daftar Masalah gastroenterohepatologi

Berikut ini daftar penyakit yang berhubungan dengan sistem gastroenterohepatologi dan
level kompetensi yang harus dicapai oleh dokter indonesia sebagai standar kompetensi

Mouth
Cleft lip and palate
Micrognatia and macrognatia
Leukoplakia
Candidiasis
Mouth ulcer (apthous, herpes)
Glossitis
Esophagus
Esophageal atresia
Achalasia
Corrosive lessions of esophagus
Esophageal varices
Esophagela rupture
Reflux esophagitis
Diaphragma
Diaphragmatic hernia
Hiatus hernia
Abdominal wall and hernia
Inguinal hernia, direct and indirect

1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2

3A
3A
3A
3A
3A
3A

3B
3B
3B
3B
3B
3B

4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2

3A
3A
3A
3A
3A
3A

3B
3B
3B
3B
3B
3B

4
4
4
4
4
4

1
1

2
2

3A
3A

3B
3B

4
4

3A

3B

4
15

Femoral hernia
Epigastric hernia
Incisional hernia
Umbilical hernia
Acute abdomen
Peritonitis
Abcess in pouch of Douglas
Ileus
Perforation
Salphingitis
Acute appendicitis
Appendicular abcess
Mesenteric lymphadenitis
Stomach and duodenum
Gastritis
Gastric/duodenal ulcer
Gastrointestinal bleeding
Zollinger-ellison syndrome
Mallory-weiss syndrome
Gastroenteritis
Liver
Fatty liver
Hepatitis A
Uncomplicated hepatitis B
Active hepatitis C
Cirrhosis hepatic
Amoebic liver abcess
Liver failure
Gall bladder, bile duct and pancreas
Chole(docho)lithiasis
Acute cholecystitis
Hydrops of gall bladder
Empyema of gall bladder
Pancreatitis
Jejunum, ileum
Intestinal atresia
Meckelss diverticulum
Umbilical fistula, omphalocoele-gastrochisis
Malrotation
Enteritis
Colon
Irritable bowel syndrome
Necrotizing enterocolitis
Siverticulosis/diverticulitis
Colitis
Rectal, anal prolapsed

1
1
1
1

2
2
2
2

3A
3A
3A
3A

3B
3B
3B
3B

4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2

3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A

3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B

4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2

3A
3A
3A
3A
3A
3A

3B
3B
3B
3B
3B
3B

4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2

3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A

3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B

4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1

2
2
2
2
2

3A
3A
3A
3A
3A

3B
3B
3B
3B
3B

4
4
4
4
4

1
1
1
1
1

2
2
2
2
2

3A
3A
3A
3A
3A

3B
3B
3B
3B
3B

4
4
4
4
4

1
1
1
1
1

2
2
2
2
2

3A
3A
3A
3A
3A

3B
3B
3B
3B
3B

4
4
4
4
4
16

Proctitis
Hemorrhoids
(peri)anal abcess
Fistula
Anal fissure

1
1
1
1
1

2
2
2
2
2

3A
3A
3A
3A
3A

3B
3B
3B
3B
3B

4
4
4
4
4

Pediatrics
Esophageal atresia
Intestinal atresia
Anal atresia
Diaphragmatic hernia (congenital)
Pyloric stenosis
Gastro-esophageal reflux
Gasto-enteritis
Gasto-enteritis dengan dehidrasi
Worms
Dehydration
Malabsorbsion
Food intolerance
Acute abdomen
Ileus
Peritonitis tuberculosis
Peritonitis pancreatitis
Intussussception
Malrotation
Umbilical hernia
Meckells divertikulum
Crohns
Ulcerative colitis
Hischsprungs disease
Biliary atresia
Hepatitis
Reyes syndrome
Cirrhosis of the liver
Food allergy

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A

3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

(Indonesian Medical Council, 2012)


3.3Rekomendasi Bacaan

1. Text Book

Barbara Bates,1995, A guide to Physical Examination & History Taking, Lippincort.

Granner, D.K., Mayes D.A., Rodwell V.W., 2004, Harpers Biochemistry, Lange Medical
Book ed 24.
17

Ganong W.P., 2003, Review of Medical Physiology, Prentice Hall International


Englewood, New Jersey.

Guyton A.C. & hall J.E., 2005,ed 11, Texbook of Medical Physiology, W.B. Saunders
Company, USA.

Harrisons 17th ed, 2007

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, PAPDI, 2006

Katzung B.G., 1998, Basic and Clinical Pharmacology, 7 ed, Appleton & lange,
Conneticut.

Markum 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FK UI , Jakarta

Nelsons, 2001, Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta.

R. Samsuhidayat, 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta

Robbin Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi, EGC, Jakarta.

Snell, Richard, 1997, Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Vol 1,2,3, EGC,
Jakarta

2. Journal
1. BMJ
2. NEJM
3. PubMed
3.4 Daftar Narasumber
Staf Pengajar pada blok sistem gastroenterohepatologi merupakan dosen-dosen FK UMSU
dan dosen-dosen Luar Biasa yang akan mengisi kuliah expert, tutorial maupun skills lab

Referensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Konsil Kedokteran Indonesia, Standar Kompetensi Dokter, KKI, Jakarta: 2006


Devlin. 2006. Textbook of Biochemistry with clinic correlation, 6`" edn. Wiley Liss.
Ganong WE 2004. Buku ajar fisiologi kedokleran, 20th edn.
Katzung B. Basic & Clinical Pharmucology
Lodish, et al. 2004. Molecular cell blologry, 4th edn.
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem, 2th edn.
Guyton A.C. & hall J.E., 1997, Texbook of Medical Physiology, W.B. SaundersCompany,
USA.
8. PDGKI. 2008. Pedoman Tata Laksana Gizi Klinik. Jakarta

18

Lampiran
Cuplikan Skenario

Minggu 1
Mulut kering dan berbau
Seorang laki laki 65 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mulut kering dan berbau
Minggu 2
Mulut terasa asam
Seorang perempuan usia 23 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mulut terasa asam
Minggu 4
Mencret
Seorang bayi usia 8 bulan dibawa ibunya dengan keluhan mencret
Minggu 5
Mata kuning
Seorang laki laki berusia 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mata kuning
Minggu 6
Tidak bisa buang angin
Seorang laki laki berusia 27 tahun datang ke RS dengan keluhan tidak bias buang angin

19

PENUNTUN PRAKTIKUM ANATOMI


BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun : dr. Hendra Sutysna, M. Biomed

DEPARTEMEN ANATOMI
UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
20

2015

Penuntun Praktikum Anatomi Blok Gastroenterohepatologi


Peraturan Praktikum Laboratorium AnatomI
Ditetapkan oleh Departemen Anatomi FK UMSU
dr. HENDRA SUTYSNA, M.Biomed

PRAKTIKUM SISTEM PENCERNAAN PADA BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI


Cara Kerja : Mencari dan Mengidentifikasi :
1. Struktur Bagian Organ, Pembuluh Darah & Persyarafan Sistem Pencernaan Atas
2. Struktur Bagian Organ, Pembuluh Darah & Persyarafan Sistem Pencernaan Bawah
3. Struktur Bagian Organ, Pembuluh Darah & Persyarafan Sistem Pencernaan
Aksesories
Peraturan Praktikum anatomi :
1. Mahasiswa/I yang akan mengikuti praktikum anatomi diharapkan hadir minimal 15
menit sebelum jadwal praktikum dimulai, apabila terlambat maksimal setelah 15
menit praktikum dimulai maka akan dikenakan sanksi atau tidak diperbolehkan
mengikuti praktikum dan akan dianggap absen dalam praktikum tersebut.
2. Mahasiswa/i yang akan mengikuti praktikum anatomi diharapkan mempelajari
materi praktikum terlebih dahulu karena akan diadakan kuis di 15 menit awal
praktikum.
3. Mahasiswa/i yang akan mengikuti praktikum anatomi wajib memakai baju
praktikum lengkap dengan papan nama sendiri disisi kanan atas dan lambang FK
UMSU disisi kiri atas.
4. Mahasiswa/i yang akan mengikuti praktikum anatomi wajib memakai pakaian
busana muslim yang telah diatur oleh FK UMSU.
5. Mahasiswa/i yang akan mengikuti praktikum anatomi tidak dibenarkan membawa
makanan/minuman kedalam laboratorium anatomi dan makan/minum didalamnya.
6. Mahasiswa/i yang tidak mengikuti praktikum (absen) maka tidak diperkenankan
mengikuti ujian praktikal test pada Blok yang dijalani.
21

7. Apabila mahasiswa/i yang tidak mengikuti praktikum diperbolehkan mengikuti


praktikum susulan apabila beralasan sakit dibuktikan dengan Surat Keterangan Sakit
atau alasan lain yang dapat diterima menurut peraturan akademik di FK UMSU,
dan diharapkan untuk segera melapor ke Kepala Departemen Anatomi untuk
tindakan selanjutnya sebelum jadwal praktikal test dilaksanakan.
Demikianlah peraturan praktikum anatomi ini diperbuat, apabila dijumpai ada
mahasiswa yang melanggar ketentuan diatas maka akan diberi sanksi dapat berupa
pemberian tugas perorangan bahkan sampai tidak diizinkan untuk mengikuti praktikum
pada laboratorium anatomi oleh dosen pembimbing praktikum.

Ditetapkan pada oleh,


Departemen Anatomi FK UMSU

Dr. Hendra Sutysna,M.Biomed


Kepala Departemen

22

Kriteria Sistem Penilaian dan Evaluasi Praktikum


Laboratorium Anatomi FK UMSU

I.

Nilai akhir praktikum Anatomi setiap blok ditentukan berdasarkan Bobot


persentase dari kegiatan selama praktikum,
antara lain :

II.

1. Hasil ujian Praktikal Test

Bobot : 70%

2. Hasil ujian Pre Test

Bobot : 30%

Nilai Akhir adalah nilai evaluasi yang akan dilaporkan kepada Divisi Assesmen
MEU.

III.

Hasil ujian Praktikal Test adalah nilai evaluasi dari ujian utama yang diadakan
Departemen Anatomi untuk menguji kemampuan knowledge mahasiswa/i
terhadap pemahaman materi dan pendalaman materi setelah praktikum
dilaksanakan.

IV.

Hasil ujian Pre Test adalah nilai evaluasi dari ujian penunjang yang diadakan oleh
Departemen Anatomi untuk menguji pengetahuan dasar mahasiswa/i terhadap
pemahaman materi sebelum praktikum dilaksanakan.

V.

Nilai akhir praktikum yang dinyatakan Lulus dan direkomendasikan oleh


Departemen Anatomi adalah 65 atau lebih .

VI.

Apabila nilai akhir praktikum mahasiswa/i lebih kecil dari 65, maka dinyatakan
Tidak Lulus.

VII.

Nilai-nilai tersebut akan dilaporkan kepada divisi Assesment MEU FK UMSU

23

CAVUM ORIS

PHARYNX (PHARYNG)

24

OESOPHAGUS

GASTER (VENTRICULUS)

25

INTESTINUM TENUE & INTESTINUM CRASUM

26

PANCREAS

27

LIEN

28

HEPAR & VESICA FELLIA

29

30

PENUNTUN PRAKTIKUM HISTOLOGI


BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun : dr Des Suryani, M. Biomed

DEPARTEMEN HISTOLOGI
UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015

31

PRAKTIKUM 1. SALURAN CERNA.


Dalam praktikum ini akan dipelajari seluruh saluran cerna mulai dari bibir mulut
sampai anus.
1. Bibir
Sediaan: bibir bayi
Tujuan Praktikum :
1. Mempelajari dan mencari bagian Kulit luar bibir :epitel berlapis gepeng dengan lapisan
tanduk, rambut dan folikelnya, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
2. Mempelajari dan mencari bagian Merah bibir: epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk, stratum lusidum tebal (pada dewasa), papil jaringan ikat di bawah epitel (khas).
3. Mempelajari dan mencari bagian Mukosa (kulit dalam) bibir : epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk lamina propria, m. orbikularis oris dan kelenjar labialis.

Gambar 1. Potongan melintang bibir (Pembesaran 10).

32

Gambar 2.
Merah bibir (Pembesaran 40).(1) Epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin, (2) Kapiler
kapiler darah, (3) M. orbikularis oris

2. Pertumbuhan Gigi
Sediaan : gigi embrio
Tujuan Praktikum:
1. Menentukan Organ email: lamina dentis, epitel email luar, pulpa email/retikulum
stelata, epitel email dalam, ameloblas, email, predentin, odontoblas, pulpa dentis,
Sediaan ini adalah potongan-potongan penampang gigi yang sedang tumbuh. Dengan
objektif 40X, akan terlihat susunan :

Gambar 3. Organ email (Pembesaran 40). (1) Epitel email luar; (2) Lapisan reticulum
stelata, (3) Lapisan tengah (stratum intermedium), (4) Epitel email dalam, (5) Predentin,(6)
Odontoblas, (7) Pulpadentis.
Landasan Teori:
Permukaan luar organ email diliputi epitel email luar yang selnya kuboid. Di bawah
epitel email luar terdapat sel-sel berbentuk bintang yang membentuk lapisan retikulum
stelata atau lapis bintang (stratum stelatum). Di bawah lapis bintang adalah lapis tengah
33

(stratum intermedium) yang sel-selnya umumnya gepeng dan kalau diikuti lapisan ini akan
menyatu dengan epitel email luar di tepi, ujung bawah organ email. Di bawah lapis tengah
terdapat epitel email dalam yang akan berdiferensiasi menjadi ameloblas yang berupa sel
berbentuk silindris.
Pada beberapa sajian sudah terlihat pembentukan email yang merupakan lapisan
homogen gelap di bawah deretan ameloblas. Lebih ke bawah lagi terdapat lapisan
homogen; yang berwarna merah tua adalah dentin; dan di bawahnya yang berwarna merah
muda adalah predentin. Di bawah lapisan yang merah muda ini terdapat deretan
odontoblas yang juga merupakan sel berbentuk silindris. Deretan odontoblas tadi melapisi
ceruk di bagian bawah organ email. Ceruk ini berisi jaringan mesenkim yang membentuk
papila dentis yang nantinya akan menjadi pulpa dentis.
3. Lidah
Sediaan: lidah
Tujuan praktikum :
1. mengenal Papila sirkumvalata kuncup kecap, kelenjar Ebner.
2. mengenal Papila filiformis, papila fungiformis, kuncup kecap.
Landasan Teori:
Lidah terdiri dari :
1. Tunika mukosa

a. Lapisan epitel yaitu epitel berlapis pipih dengan zat tanduk dan dijumpai putting
pengecap (taste buds).
b. Lapisan propria adalah berupa aponeurosis lidah, dibangun oleh jaringan ikat
yang padat. Pada lapisan ini ditemukan venula, arteriol, asini serusa dari kelenjar
ebner bersama-sama dengan salurannya terutama di bawah papil sirkumvalata
dan serabut otot bergaris.
2. Tunika muskularis yang dibangun oleh otot bergaris, terdiri atas m. horizontalis

linguae (m.Longitudinalis linguae), m.vertikalis linguae dan m.transversalis


linguae.
Papila sirkumvalata. Papila ini besar dan hanya terdapat pada pangkal lidah,
berderet di sepanjang line terminalis (Gambar 4) Badan papila ini terbenam dan dikelilingi
parit sehingga puncaknya sama tinggi dengan garis permukaan lidah. Jadi, papil ini tidak
34

menonjol ke permukaan lidah. Dasar parit merupakan tempat muara kelenjar Ebner, suatu
kelenjar liur serosa yang ada di dalam teras (bagian tengah) lidah. Permukaan papila ini
diliputi epitel gepeng berlapis yang dapat mempunyai lapisan tanduk tipis. Pada permukaan
lateral papil, yang terbenam di dalam parit, terdapat banyak kuncup kecap (taste bud), yang
merupakan badan akhir saraf sensoris sebagai indera pengecap. Kadang-kadang kuncup
kecap itu tidak terpotong, tetapi umumnya terlihat jumlahnya lebih dari satu pada setiap
sisi.

Gambar 4. Ppapilla sirkumvalata: 1. Epitel berlapis gepeng dengan keratin, 2. lamina


propria, 3. Kuncup kecap
Papila filiformis. Papila ini berbentuk mirip kerucut dengan ujung runcing Hampir
seluruh permukaan atas lidah dipenuhi papila jenis ini. Epitel yang melapisinya berupa epitel
berlapis gepeng yang ujungnya membentuk lapisan keratin.

Gambar 5. Papilla filiformis pembesaran 40X


Papila fungiformis. Bentuk papila ini mirip jamur (Gambar 6). Terdapat di antara
papilpapil filiformis. Papila ini juga menonjol di atas permukaan lidah seperti papila
filiformis, epitel permukaannya juga sama dengan epitel papila filiformis, tetapi tidak
mempunyai lapisan keratin. Pada papil ini kadang-kadang ditemukan adanya kuncup kecap.
Baik papil filiformis maupun fungiformis mempunyai papil (jaringan ikat sekunder).

35

Gambar 6.papila fungi formis pembesaran 40x. 1. Epitel berlapis gepeng tanpa keratin, 2.
Lamina propria, 3. Kuncup kecap
Kuncup kecap (taste bud). Badan akhir saraf sensorik ini bentuknya mirip bawang
sehingga pada sajian tampak sebagai sebuah bangunan yang terdiri atas sel-sel yang
tersusun mirip lapis-lapis pada bawang yang dibelah tegak lurus melalui dasarnya . Badan
akhir serat saraf sensorik ini dulu diduga terdiri atas dua macam sel, yaitu sel pengecap dan
sel penyokong yang keduanya berbentuk gelendong langsing. Tapi saat ini dikenal 4 jenis sel
yaitu sel gelap, sel jernih, sel intermedia, Sel ini cukup panjang sehingga tingginya hampir
sama dengan tebal epitel.sedangkan sel yang keempat adalah sel basal yang
memilikikemampuan regenerasi. Pada ujung yang menghadap permukaan biasanya tampak
berjumbai yang terdiri atas rambut-rambut pengecap yang sebenarnya adalah berkas
mikrovilus.

3. Kerongkongan (esofagus)
Dalam mempelajari saluran cerna mulai dari esophagus sampai anus dipelajari tata
bangun dinding saluran yang terdiri atas empat lapisan utama, yaitu tunika mukosa, tunika
submukosa, tunika muskularis, dan tunika adventisia atau tunika serosa. Masing-masing
segmen saluran cerna dapat dikenali lewat ciri setiap lapisan yang terdapat pada segmen
yang bersangkutan. Oleh karena itu, kenalilah keempat lapisan dindingnya itu agar dapat
dengan mudah membedakan bagian-bagian saluran cerna satu sama lainnya.
a. esophagus potongan melintang :
Sediaan : esofhagus potongan melintang
Tujuan Praktikum:
1. Menentukan Tunika mukosa: epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk, lamina
propria, muskularis mukosa.
2. Tunika submukosa: kelenjar esofagus.
3. Tunika muskularis: melingkar/sirkular, memanjang/longitudinal.
4. Tunika adventisia.
Perhatikan gambar 8 (Esophagus pml)

36

Gambar 8. Dinding esophagus pml. 1. Epitel berlapis gepeng tak bertanduk, 2.


Kelenjar esophagus, 3. Lamina propria, (4) Tunika submukosa, (5) Tunika muskularis.
b. Esofagus kardia :
Tujuan Praktikum:
1. menentukan Peralihan dari epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk menjadi
epitel silindris selapis.
2. menentukan Kelenjar kardia di dalam lamina propria.
Landasan Teori
Tunika mukosa esofagus dilapisi epitel gepeng tak bertanduk. Di bawah epitel terdapat
lamina propria yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Di bawah lamina propria terdapat
lapisan otot mukosa yang membentuk tunika muskularis mukosa yang hanya terdiri atas
berkas serat otot polos yang tersusun memanjang.
Tunika submukosa berupa jaringan ikat longgar. Di sini lapisan ini terisi oleh kelenjar
esofagus yang bersifat mukosa atau mukoserosa. Pada beberapa sajian, di dalam lapisan ini
dapat ditemukan pleksus saraf Meissner yang biasanya terdiri atas sel saraf dan seratnya.
Tunika muskularis terdiri atas dua lapisan. Lapisan yang sebelah dalam merupakan berkas
serat otot polos tersusun melingkar disebut tunika muskularis sirkular, sedangkan yang
sebelah luar merupakan berkas serat otot polos tersusun memanjang dan disebut tunika
muskularis longitudinal. Di antara kedua lapis otot ini kadang-kadang dapat ditemukan
pleksus saraf Auerbach.
Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar. Di sini disebut lapis adventisia karena
tidak diliputi peritoneum.
4. Lambung
a. Sediaan: fundus gaster:
37

Tujuan praktikum:
1. menentukan Tunika mukosa: foveola gastrika, lamina propria, kelenjar fundus,
sel mukosa leher (muscous neck cells), parietal (HCL), prinsipal, dan lapisan
muskularis mukosa.
4. menentukan Tunika submukosa.
5. menentukan Tunika muskularis melingkar dan memanjang.
6. menentukan Tunika serosa.
Perhatikan gambar berikut:

Gambar 9. Fundus lambung pembesaran 40x. 1. Tunika mukosa, 2. Tunika sub mukosa 3.
muskularis mukosa, 4. Tunika serosa.5. Faveola gastrika, 6. Epitel permukaan, kelenjar
mukosa perhatikan juga bahwa perbandingan parit dengankelenjar disini parit hanya 1/4
dari mukosa sedangkan kelenjar 3/4nya.

Landasan Teori
Dalam kelenjar lambung ini dapat dibedakan 3 jenis sel yaitu:
1. Sel mukus leher atau muscous neck cell. Bentuk sel ini torak atau tak teratur, mirip sel
epitel mukosa. Terdapat pada leher kelenjar. Inti sel lonjong terletak di dasar sel. Sitoplasma
bagian puncak kadang-kadang mengandung granula .
2. Sel HCL atau sel parietal atau oxyntic cell. Sel ini bentuknya mirip segitiga atau bulat
(dalam sediaan histologi). Sitoplasmanya merah dengan inti bulat, biru di tengah, dengan
kromatin padat. Terdapat di seluruh kelenjar lambung.
3. Sel zimogen atau sel prinsipal atau chief cell. Sel ini bentuknya torak. Di antara sel-sel ini
dapat juga dilihat sel HCL. Sitoplasma sel zimogen tampak agak basofil di bagian basal dan

38

daerah puncaknya kadang-kadang terlihat bergranula merah. Inti sel bulat dan terletak
mengarah basal. Sel ini banyak terdapat di bagian basal kelenjar. Lihatlah gambar berikut:

4
Gambar 10. Sel mucus leher pembesaran 100x. 1. Sel mucus permukaan, 2. Faveola gastrika,
3. Sel mucus leher, 4. Sel HCL(sel parietal)
b. sediaan pylorus lambung:
Tujuan Praktikum:menentukan
1. Tunika mukosa: idem gaster fundus, foveola yang lebih dalam.
2. Tunika submukosa.
3. Tunika muskularis: sfingter pilorus.

Gambar 11. Pylorus gaster pembesaran 40x, 1. Fovea gastrika lebih dalam 2/3 tebal
tunika mukosa, 2. Kelenjar pylorus, 3. Tunika submukosa, 4. Tunika muskularis

39

5. Duodenum
Sediaan: duodenum
Tujuan praktikum menentukan:
1. Tunika mukosa epitel silindris selapis, mikrovilus (paras sikat/brush border), sel
goblet, lamina propria, vilus intestinalis, muskularis mukosa.
2. Tunika submukosa kelenjar Brunner, pleksus Meissner, plika sirkular Kerckring.
3. Tunika muskularis sirkular, pleksus Auerbach,
4. tunika muskularis longitudinal.
5. Tunika serosa. Lihatlah gambar berikut:

Gambar 12. Duodenum , kelenjar brunner pembesaran 40x. 1. Epitel selapis torak
dengan mikrovili yang menutupi vilus intestinal, 2. Kelenjar intestinalis, 3.Tunika
muskularis mukosa, 4. Kelenjar brunner di tunika submukosa, 5. Tunika muskularis
Landasan Teori :
1.

Tunika mukosa pada duodenum membentuk jonjot-jonjot (villi intestinalis) 40


buah/ mm2 berbentuk seperti daun. Disini terdapat :
a. Lapisan epitel yang disusun oleh epitel selapis silindris, dengan sedikit sel piala
(sel goblet).
b. Lapisan propria, pada lapisan ini ditemukan kelenjar usus (crypts of Lieberkuhn)
dalam potongan longitudinal atau tranversal, kelenjar mucus Bruner (Glandula
duodenalis Brunneri) dan disusun oleh serabut kolagen disertai dengan serabut
elastic, limfosit, sel plasma, eosinofil dan sel mast hal ini dapat dilihat dengan
objektif 40 X.
c. Lapisan muskularis mukosa yang tampak tebal dan tidak teratur seperti lambung
dan susunannya sebelah dalam sirkuler, sebelah luar longitudinal dan beberapa
serabut menjorok ke dalam lamina propria pada jonjot usus yang disebut otot
Bruecke.
1.
Tunika submukosa dibangun oleh jaringan areolar longgar dan dijumpai sel
lemak. Dalam lapisan ini dijumpai kelenjar-kelenjar :
40

Kelenjar Brunneri (glandula duodenalis Brunneri)


2.
Tunika muskularis dengan susunan serabut otot polos :
a. Sebelah dalam sirkuler
b. Sebelah luar longitudinal
Diantara kedua lapisan ini ditemukan sel ganglion plexus Auerbachi.
3.
Tunika serosa disusun oleh :
- Lapisan mesotel
6. Yeyunum dan ileum
Sediaan : ileum dan yeyunum
Tujuan Praktikum Menentukan:
1. Tunika mukosa: idem duodenum, cari sel Paneth.
2. Tunika submukosa: pleksus Meissner, plika sirkular Kerckring.
3. Tunika muskularis: idem duodenum.
4. Tunika serosa
5. Perbedaan yeyunum dan ileum
Perhatikan gambar berikut:

1
2

Gambar 13 atas .Dinding yeyunum (Pembesaran 40). (1) Vilus intestinalis, (2) Tunika
mukosa, (3) Tunika submukosa, (4) Tunika muskularis, (5) Tunika muskularis mukosa.
Gambar 13 bawah Dinding yeyunum (Pembesaran 40). (1) Plika semisirkularis Kerckring
(2) Vilus intestinalis,(3) Tunika mukosa, (4) Tunika muskularis mukosa, (5) Tunika submukosa

41

Gambar 14. Dinding ileum pembesaran 40x. (1)Tunika mukosa terdiri atas epitel selapis
silindris dengan sel goblet, lamina propria, dan tunika muskularis mukosa,(2) Tunika
submukosa, (3) Plakat Peyer (Plaque Peyer), (4) Tunika muskularis.
Landasan Teori :
Pada yeyenum Tunika mukosa bagian usus ini mirip duodenum, tetapi vilus intestinalnya
lebih langsing dan sel pialanya lebih banyak. Sel Paneth lebih mudah dikenali pada sajian
ini.Tunika submukosa di sini tidak mengandung kelenjar. Hanya terdiri atas jaringan ikat
longgar dengan pleksus Meissner di dalamnya. Lapisan ini juga ikut membentuk plika
sirkular Keckring.
Tunika muskularis susunannya sama seperti pada duodenum.
Tunika serosa berupa jaringan ikat longgar dilapisi mesotel
Pada Illeum Tunika mukosa mirip dengan yeyunum, tetapi sel pialanya jauh lebih banyak. Di
dalam lamina propria terdapat kelompokan nodulus limfatikus (agregasi nodulus limfatik)
permanen yang membentuk bangunan khusus disebut plakat Peyer. Kelompokan nodulus
limfatik ini sering terlihat meluas ke dalam submukosa sehingga sering menjadikan tunika
muskularis mukosa terpenggal-penggal.
Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dengan pleksus Meissner di dalamnya.
Di sini juga tidak terdapat kelenjar. Plika sirkular Kerckring tampak lebih pendek
dibandingkan yang terdapat pada duodenum maupun yeyunum.
Tunika muskularis strukturnya sama seperti duodenum dan yeyunum.
Tunika serosa juga terdiri atas jaringan ikat longgar dilapisi mesotel.
7. Apendiks (umbai cacing)
Sediaan: apendik
Tujuan Praktkum mempelajari:
1. Tunika mukosa kriptus Lieberkuhn, kelompokan nodulus limfatikus.
2. Tunika submukosa.
3. Tunika muskularis.

42

4. Tunika serosa.
Perhatikanlah gambar berikut:

Gambar 16. Dinding apendik (Pembesaran 40). (1) Kriptus Lieberkuhn, (2) Nodulus
limfatikus.
Landasan Teori :
Tunika mukosa seperti juga usus lainnya, epitel mukosanya adalah epitel selapis torak yang
mempunyai sel piala sangat banyak. Bagian usus ini tidak mempunyai vilus, yang ada hanya
kriptus Lieberkuhn saja. Di dalam lamina propria terdapat banyak nodulus limfatikus,
memenuhi sekeliling dindingnya. Tunika muskularis mukosa juga dapat dikenali di sini.
Tunika submukosa berupa jaringan ikat longgar tanpa kelenjar dan terdapat banyak sebukan
limfosit yang berasal dari lamina propria.
Tunika muskularis tetap tampak membentuk dua lapisan seperti pada usus lainnya sekalipun
garis tengah apendiks lebih kecil.
Tunika adventisia/serosa organ ini juga sepadan dengan yang lain
8. Usus Besar
a. Kolon dan rectum
Tujuan Praktikum: mempelajari 4 lapisannya pada gambar berikut:

Gambar 17. Dinding kolon rektum (Pembesaran 40). (1) Kriptus Lieberkuhn, (2) Tunika
mukosa terdiri atas epitel selapis silindris dengan sel goblet, lamina propria, dan tunika
muskularis mukosa, (3) Nodulus limfatikus, (4) Tunika submukosa.
Landasan Teori :

43

1.

Tunika mukosa dengan karakteristik tidak ditemukan plika ataupun jonjot dan
permukaannya tidak rata :
a. Lapisan epitel, adalah berupa epitel selapis silindris dan banyak infiltrasi limfosit
juga ditemukan sel piala (goblet) terutama pada kelenjar usus.
b. Lapisan propia, yang lebih terorganisir dengan banyak infiltrasi limfosit juga
ditemukan limfonodulus.
c. Lapisan muskularis mukosa yang mempunyai dua lapisan sebelah dalam sirkuler
dan sebelah luar longitudinal.

2.

Tunika submukosa, yang berupa jaringan ikat longgar dan tidak ditemukan suatu
keistimewaan.

3.

Tunika muskularis dengan susunan :


a. Sebelah dalam sirkuler
b. Sebelah luar longitudinal dan ini membentuk tiga bentukan pita yang disebut
Taenia Coli, sehingga antara bentuk pita tersebut lapisan otot longitudinal ini
lebih tipis.

4.

Tunika serosa yang berupa lapiasan dari peritoneum yang dilapisi oleh lapisan
mesotel.
b. Peralihan Rektum-Anus

Tujuan mempelajari:
1. Tunika mukosa: peralihan epitel mukosa, lamina propria, v. hemoroidalis, kelenjar
sirkum analis.
2. Tunika submukosa: menyatu dengan lamina propria.
3. Tunika muskularis m. sfingter ani internus dan eksternus.
4. Tunika adventisia.
Perhatikanlah gambar berikut:

Gambar 18. Peralihan rektum-anus (Pembesaran 40). (1) Epitel selapis torak dengan sel
Goblet,(2) Kriptus Lieberkuhn,(3) Peralihan epitel selapis torak dengan epitel berlapis
gepeng , (4) Dermis, (5) Epitelberlapis gepeng.

44

Landasan Teori :
Tunika mukosa, perhatikan perubahan jenis epitel, dari epitel selapis torak dengan sel
goblet menjadi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang pada bagian distal dapat
dijumpai lapisan tanduk (Gambar 18). Kriptus tidak terlihat lagi di daerah anus. Kelompokan
nodulus limfatik juga terdapat dalam lapisan ini.
Tunika muskularis, mukosa tidak terlihat lagi setelah masuk daerah anus. Lamina propria
digantikan oleh dermis. Carilah di dalam dermis, kelenjar apokrin yang disebut kelenjar
sirkum anal (kelenjar kitar dubur).
Tunika submukosa berupa jaringan ikat longgar yang bersatu dengan jaringan ikat longgar
lamina propria pada tempat pertemuannya dengan anus dan akhirnya digantikan oleh
dermis dan hipodermis.
Tunika muskularis yang melingkar pada daerah rektum menebal membentuk otot lingkar
yaitu m. sfingter ani internus. Lapis otot memanjang tidak mengalami perubahan. Pada
beberapa sajian dapat dikenal otot sfingter ani eksternus yang terdiri atas jaringan otot
lurik.
Tunuka adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar

45

Praktikum 2. Kelenjar Saluran Cerna


( Hati, Kandung empedu dan Pankreas)
Ketiga organ ini disebut kelenjar besar saluran cerna yang bersama dengan saluran
cerna menjadi bagian dari sistem pencernaan. Hati dan pankreas memang kelenjar dan
bahkan kelenjar ganda eksokrin dan endokrin. Akan tetapi, kandung empedu sebenarnya
bukan kelenjar melainkan sebuah kantong tempat menyimpan empedu sementara. Namun
demikian, kandung empedu tetap dibahas bersama dengan kelenjar besar pencernaan
karena fungsi ketiganya saling berkaitan.sedangkan kelenjar kecil saluran cerna tidak
dibahas lagi karena sudah dipraktikumkan pada topic kelenjar karena itu kelenjar
submandibula, submaksila dan parotis coba diingat lagi pada pelajaran sebelumnya.
1. Hati
Sediaan: hati babi:
Tujuan praktikum mempelajari:
1. Lobulus klasik hati: v. sentralis, sinusoid, sel endotel sinusoid, sel Kupffer, deretan sel
hati, kanalikulus biliaris, saluran Herring, jaringan interlobular.
2. Segitiga Kiernan, cabang v. porta, cabang a. hepatika duktus biliaris, pembuluh limf,
dan jaringan interlobular.
3. V. sublobularis.
Landasan Teori:
Lobulus klasik hati yang pada sajian histology biasanya berbentuk bidang bersudut
banyak (poligonal). Sisi bidang ini merupakan batas lobulus yang dibentuk oleh jaringan ikat
longgar (jaringan interlobular). Jaringan ikat pembatas lobulus tidak selalu jelas pada setiap
sajian. Pada sajian hati babi, jaringan ini sangat jelas terlihat, tetapi pada sajian hati manusia
atau tikus, batas atau jaringan ini seakan-akan tidak ada jika tidak diperiksa dengan cermat.
Carilah sebuah lobulus dan cobalah mencari batas-batasnya. Kenalilah vena sentralis yang
biasanya terletak di tengah lobulus. Di luar vena sentralis ini terdapat deretan sel hati yang
tersusun mirip jari-jari mengarah ke jaringan interlobular. Di antara deretan sel hati tersebut
terdapat sinusoid hati yang bermuara ke dalam vena sentralis tadi. Muaranya ini tidak selalu
terlihat jelas karena tidak selalu terpotong. Dinding sinusoid berupa selapis sel endotel yang
terlihat melekat pada deretan sel hati. Sel endotel ini berbentuk gepeng dengan inti yang
gepeng pula dan mempunyai kromatin padat. Pada beberapa sajian dapat dilihat sebuah sel
46

dengan inti yang berkromatin tidak terlalu padat; bila terlihat, tampak sitoplasmanya
becabang cabang dan menempel pada dinding-dinding sinusoid di seberangnya. Di dalam
sitoplasmanya mungkin dapat dilihat benda-benda asing yang telah dilahapnya (fagositosis).
Sel ini disebut sel Kupffer. Tanpa adanya benda asing ini sulit untuk memastikan bahwa yang
terlihat itu benar-benar sel Kupffer.
Sel hati atau hepatosit berbentuk poligonal dengan inti bulat atau sedikit lonjong dan
kromatin agak padat. Sel hati berinti ganda dapat ditemukan cukup banyak. Dengan
pembesaran objektif 45, kadang-kadang dapat dilihat kanalikuli biliaris di antara dua
dinding sel hati yang bersebelahan. Saluran ini terlihat sebagai bintik atau lubang kecil saja
terjepit di antara kedua dinding sel itu. Cobalah cari sel hati yang bersebelahan, carilah
lubang ini di antara dinding yang
saling melekat itu. Dengan memainkan fokusnya, biasanya saluran ini dapat terlihat.
Perhatikanlah gambar berikut:

Gambar 1. Struktur lobules hati: 1 lokasi segitiga Kiernan


lobulus hati ( hepatic lobulus)
Pada sediaan dari pada lobulus hati ( lobuli hepatis ) dengan objektif 10x, dapat dopelajari
bagian-bagianya sebagai berikut :
1. Vena sentralis, berada ditengah-tengah suatu lobulus hati.
2. Lempengan hati yang dibangun oleh sel hati
3. Areal portal dengan bentuk polygonal dan dijumpai segitiga hati,(trigonum
hepatis/ segitiga kiernan) yang terdiri dari : arteri, vena hepatica dan saluran
empedu ( duktus biliaris, bile duct ) yang dibangun oleh epitel selapis kuboid,
saluran ini pada sediaan tampak pucat
4. Septa interlobular yang disusun oleh jaringan ikat.
Dengan pembesaran 40x pelajari sifat/strukturnya dan hubungan sel-sel pembangun dari
lempengan hati, yaitu :
1. Vena sentralis, pembuluh darah yang berada ditengah-tengah lobulus hati.
47

2. Sel hati, bentuk hexsagonal dengan inti berada ditengah.


3. Sinusoid, berada celah-celah diantara barisan susunan sel hati
4. Saluran empedu ( ductus biliaris, bileduct ) terlihat berupa saluran yang dibentuk
oleh epitel kubus yang pucat.
5. Vena interlobular, dijumpai pada septa interlobular
6. Septa interlobular dibentuk oleh suatu jaringan ikat
7. Arteri interlobular, dijumpai pada seta interlobular
Gambar 2. Hati, lobules klasik
(Pembesaran 40). (1) Hepatosit
tersusun secara radier,
(2) Vena sentralis, (3) Segitiga
Kiernan

Dengan pembesaran 200x dapat dilihat struktur berikut:


Gambar 3. Hati, vena sentralis,
endotel sinus (Pembesaran 200). (1)
Hepatosit, (2) Sinusoid, (3) Endotel
sinusoid, (4) Vena sentralis

Pada sediaan hati manusia dapat dipelajari struktur seperti gambar berikut:
Gambar 4. Hati manusia, segitiga Kiernan
(Pembesaran 400). (1) Jalur Portal = segitiga
Kiernan, di sini tampak berbentuk segitiga. (2)
Sinusoid hati, (3) Sel Kupffer, (4) Hepatosit,
(5) Cabang A.Hepatika, (6) Cabang duktus
biliaris, (7) Cabang V. Porta, (8) Sel
endothelium

.
2. KANDUNG EMPEDU ( VESICA FELLEA )
Sediaan : kandung empedu
Tujuan Praktikum mempelajari dan mencari:
1. Lapisan mukosa epitel selapis torak, lamina propria, Lipatan mukosa, sinus
Rokitansky-A schoff.
2. Lapisan muskularis.
3. Lapisan jaringan ikat.
4. Duktus aberans Luschka

48

Gambar 7. Dinding kandung empedu (Pembesaran 40). (1) Lipatan mukosa (rugae), (2)
Sinus Rokitansky- Aschoff, (3) Lamina propria, (4) Tunika muskulari
Landasan Teori :
Dinding organ ini disusun oleh : Tunika mukosa yang mempunyai lipatan-lipatan ( bedakan
dengan jonjot usus ) dan terkadang membentuk lekukan (divertikulum crypti mucosae ).
Lapisan epitel disusun oleh epitel selapis silindris tinggi dengan inti yang terletak didaeah
basal. Lapisan propia terdapat bangunan bulat/lonjong yang memiliki epeitel sama dengan
epitel permukaan mukosa yang disebut sinus rokitanskay aschoof. Ini sebenarnya potongan
lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky-Aschoff. Dinding kandung empedu tidak
mempunyai tunika muskularis mukosa.
Tunika muskularis yang dibangun oleh serabut otot polos
Tunika serosa /adventisia dibangun oleh jaringan ikat longgar dan berlanjut menjadi kapsula
interlobular dari hati. Pada daerah yang berhadapan dengan jaringan hati, kadang-kadang
dapat dijumpai sisa saluran keluar empedu yang rudimemter dan disebut duktus aberans
Luschka.

3. PANKREAS ( PANCREAS )
Sediaan : pankreas
Tujuan Praktikum mencari dan mempelajari:
1. Bagian eksokrin, asinus, sel sentroasiner, duktus interkalaris.
2. Bagian endokrin: pulau Langerhans.

49

Landasan Teori:
Sepintas, kelenjar ini mirip kelenjar parotis. Kelenjar pankreas merupakan kelenjar
ganda, terdiri atas bagian eksokrin yang pada pewarnaan HE terpulas lebih gelap dan bagian
endokrin yang lebih pucat. Bagian eksokrin kelenjar pankreas mirip dengan kelenjar parotis
karena pars terminalisnya berupa asinus. Di dalam asinus sering dapat dijumpai sel
sentroasiner yang membatasi lumen asinus. Sel ini merupakan awal dinding duktus
interkalaris, yaitu saluran keluar kelenjar yang terkecil. Pada awalnya, dinding saluran ini
berupa epitel kuboid selapis atau kuboid rendah.Duktus sekretorius (intralobular) lebih
sedikit jumlahnya daripada yang terdapat pada kelenjar parotis. Adanya sel sentroasiner dan
sedikitnya

duktus

sekretorius

pada

kelenjar

pankreas

dapat

digunakan

untuk

membedakannya dari kelenjar parotis.


Bagian endokrin disebut juga pulau-pulau Langerhans yang terdiri atas kelompok sel
yang pada pewarnaan HE terpulas lebih pucat daripada sel asinus di sekitarnya (bagian
eksokrin). Sel pulau Langerhans itu juga lebih kecil daripada sel asinus. Pada umumnya,
bentuknya kelihatan bulat dan dinding selnya tidak mudah dilihat. Di antara sel-sel itu
terdapat pembuluh kapiler darah. Kelompok sel ini pun tidak mempunyai simpai jaringan
ikat yang jelas. Dengan pulasan HE sulit membedakan sel alfa, sel beta, dan sel delta yang
ada di dalamnya.

Gambar 3. Pankreas (Pembesaran 10). (1) Pulau Langerhans (bagian endokrin), (2) Asinus
pancreas (bagian eksokrin).

50

PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA


BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun :
dr. Meizly Andina, M.Biomed
Emni Purwoningsih, S.Pd, M.Kes
dr.Isra Thristy, M.Biomed

DEPARTEMEN BIOKIMIA
UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015

51

PEMERIKSAAN BILIRUBIN DAN UROBILIN


PROTOKOL KERJA PRAKTIKUM BIOKIMIA
PEMERIKSAAN BILIRUBIN DAN UROBILINOGEN DALAM URIN
1.

Alat Yang Digunakan


1. Tabung Reaksi panjang (5 BuaH)
2. Pipet Mohr (2 Buah)
3. Kertas Saring
4. Pipet Tetes
5. Pot Urin

2. Bahan Yang Digunakan


1. Iodium 1%
2. Lugol
3. Reagensia schlesinger
4. Urin

Prosedur Kerja
Tabung 1

: 5 ml urin + iodium 1% sebanyak 10 tetes melalui dinding tabung (amati hasilnya)


Jika terbentuk 2 lapisan cincin dan diaatsnya berwarna hijau maka positif urin
mengandung uroblin

Tabung 2

: 5 ml urin + lugol sebanyak 10 tetes dmelalui dinding tabung (amati Hasilnya)


Jika terbentuk 2 lapisan cincin dan diaatsnya berwarna hijau maka positif urin
mengandung uroblin

Tabung 3

: 3 ml urin + 3 tetes lugol tanpa dimerengkan diaduk hingga merata


Didiamkan selama 5 menit + 3 ml schlesinger lalu diaduk. Kemudian disaring
Amati Hasilnya, jika terdapat fluoresensi hijau maka hasil positif

52

PENUNTUN PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI
BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun :
dr. Humairah Sp. PA

DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI


UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015

53

PERATURAN MENGIKUTI PRAKTIKUM


BAGIAN PATOLOGI ANATOMI FK UMSU
1. Peserta praktikum diwajibkan hadir tepat waktu (15 menit sebelum praktikum
dimulai), dengan toleransi keterlambatan maksimal

10 menit. Peserta

praktikum yang terlambat tidak akan diperkenankan masuk untuk mengikuti


kegiatan praktikum.
2. Peserta praktikum diwajibkan untuk berpakaian sopan dan rapi. Peserta praktikum
yang mengenakan kaos oblong, celana jeans, sandal / sepatu sandal tidak
diperkenankan masuk untuk mengikuti kegiatan praktikum.
3. Sebelum memasuki ruangan praktikum, peserta praktikum diwajibkan mengenakan
jas laboratorium berwarna putih beserta identitas peserta (Nama dan NIM) pada
dada sebelah kiri dan menunjukkan kelengkapan alat tulis (pinsil merah biru) kepada
pembimbing praktikum.
4. Sebelum melaksanakan praktikum, peserta praktikum wajib mengikuti Pre Test
dengan nilai kelulusan minimal 65. Peserta yang tidak lulus Pre Test wajib mengikuti
ujian ulangan dan lulus dengan nilai tersebut. Bila 2 kali ujian tulis tidak lulus,
mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan wajib mengulang
praktikum pada waktu yang ditentukan berikutnya.
5. Dalam mengikuti kegiatan praktikum, peserta praktikum diwajibkan untuk menjaga
sikap yang baik dan mematuhi seluruh peraturan yang berlaku di Bagian Patologi
Anatomi FK UMSU.
6. Dalam mengikuti kegiatan praktikum, peserta praktikum diharuskan memahami
seluruh pembelajaran yang diberikan serta memenuhi tugas yang diinstruksikan oleh
pembimbing praktikum.
7. Peserta praktikum tidak dibenarkan untuk mengaktifkan handphone dan sejenisnya
selama mengikuti kegiatan praktikum.
8. Penilaian ujian akhir praktikum berdasarkan nilai Pre Test (25%), jurnal praktikum
(25%), Post Test (50%) (Skill, Knowledge dan Attitude).

54

PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI


BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI
Humairah Medina Liza Lubis, Delyuzar, Susi Lusanna Lubis

TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa mengetahui gambaran histopatologi dan patogenesis kelainan pada sistem
gastrointestinal dan hati.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM :
1. Mahasiswa menandatangani absen yang telah disediakan.
2. Memperhatikan objek praktikum dan beri keterangan pada kertas yang telah disediakan.
3. Diskusi dan jurnal pelaporan praktikum.

SEDIAAN MIKROSKOPIS
1. Karsinoma sel skuamosa lidah
2. Gastritis kronik
3. Adenokarsinoma lambung
4. Hepatocellular carcinoma

Deskripsi dan diskusikan kelainan yang tampak pada sediaan

Beri keterangan gambar pada jurnal praktikum yang telah disediakan

55

SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI

Sistem pencernaan terdiri atas sebuah saluran panjang yang berawal di rongga mulut
dan berakhir di anus. Sistem ini terdiri atas rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan liang anus. Organ yang berhubungan dengan saluran cerna ini, yaitu
organ-organ tambahan kelenjar liur, hati dan pankreas.Organ-organ ini menghasilkan
banyak sekret yang disalurkan ke dalam saluran cerna melalui duktus ekskretorius.SekretKeterangan
:
sekret ini membantu pencernaan materi yang dimakan
dan Gambar
penyerapannya.
1. Kelenjar ludah
2. Parotis
3. Submandibularis (bawah
rahang)
4. Sublingualis (bawah lidah)
5. Rongga mulut
6. Amandel
7. Lidah
8. Esofagus
9. Pankreas
10. Lambung
11. Saluran pankreas
12. Hati
13. Kantung empedu
14. Duodenum
15. Saluran empedu
16. Kolon
17. Kolon transversum
18. Kolon ascenden
19. Kolon descenden
20. Ileum
21. Sekum
22. Appendiks
23. Rektum
24. Anus
Gambar 1.Sistem pencernaan manusia

Untuk

menentukan

kelainan/penyakit

yang

diderita

seseorang

akibat

gangguansaluran pencernaan perlu dilakukan anamnesis, baik auto maupun allo anamnesis
yang teliti dan sistematis, sesuai dengan kronologis kejadian.
Anamnesis

dimulai

dengan

keluhan

utama,yakni

keluhan

yang

diderita

seseorang,membawa dia untuk meminta pertolongan/pengobatan kepada dokter. Gejala


56

klinis gangguan sistem pencernaan dapat berupa nyeri epigastrium, mual muntah,
kembung, diare dan lain-lain.
Anamnesis untuk kelainan sistem pencernaan secara garis besar dapat dibagi atas
3bagian, yaitu:
a. gangguan asupan (intake)
b. gangguan penyerapan (absorpsi)
c. gangguan struktur lainnya pada sistem pencernaan, baik pada sistem
pencernaan bagian atas maupun sistem pencernaan bagian bawah.

Gangguan asupan dapat disebabkan oleh kelainan pada sistem pencernaan itu
sendiriataupun yang berasal dari luar sistem pencernaan. Gangguan pada sistem
pencernaan misalnya:
-

Adanya gangguan menelan. Gangguan menelan, dapat akibat adanya


kelainan pada orofaring, seperti faringitis akut, tonsilitis, tumor.

Gangguan

pada

esofagus

meliputi

esofagitis,

striktur

esofagus,

atresia

esofagus,akhalasia, tumor dan lain-lain.


-

Kelainan pada lambung juga akan mengakibatkan makanan yang sudah


ditelankembali dikeluarkan akibat mual dan muntah. Hal ini misalnya dapat
ditemukan pada ulkus ventrikuli, gastritis,penyakit refluk gastroesofageal,gangguan
pada spinkter gastro-duodenum,penyakit hepatobilier,gangguan pada pankreas.

Gangguan diluar sistem pencernaan yang dapat mengganggu asupan/ intakedimana


hal

tersebut

mengakibatkan

mual

dan

muntah,

misalnya:hiperemesis

gravidarum,penyakit ginjal kronik,diabetes melitus dengan ketoasidosis,gangguan


pada susunan saraf pusat.

Gangguan penyerapan dapat terjadi, baik disebabkan oleh kelainan pada sistem
pencernaan bagian atas, maupun kelainan pada sistem pencernaan bagian bawah.
Gangguan pada sistem pencernaan bagian atas misalnya: gastritis kronik,
gangguansekresi enzim pankreas, gangguan sekresi bilirubin ke usus halus, infeksi pada usus
halus, penyakit celiac. Sedangkan gangguan pada sistem pencernaan bagian, bawah
meliputi infeksi pada colon, toksin bakteri, penyakit autoimun pada sistem pencernaan,

57

tumor dan lain-lain.Gangguan penyerapan akibat kelainan diluar sistem pencernaan,


misalnya penderita dengan hipertiroid, gangguan elektrolit dan lain-lain.
Gangguan lainnya yang ditemukan pada sistem pencernaan, meliputi perdarahan pada
sistem pencernaan, baik yang bersumber dari sistem pencernaan bagian atas, maupun dari
sistem pencernaan bagian bawah, tumor sistem pencernaan, primer ataupun sekunder,
hemorhoid, kelainan kongenital, misalnya atresia ani dan lain-lain.

Pada praktikum Patologi Anatomi Blok Gastroenterohepatologi ini dititikberatkan


pada kondisi-kondisi non neoplastik dan neoplasma yang banyak ditemukan di masyarakat.

1. Karsinoma sel skuamosa lidah


Sembilan puluh lima persen dari semua jenis kanker oral merupakan karsinoma sel
skuamosa. Penyakit ini sering didiagnosis pada usia antara 50 dan 70 tahun dan paling sering
ditemukan pada dasar mulut, lidah, palatum mole, serta bagian pangkal lidah. Lesi dapat
menonjol, keras berulkus atau verukosa.Secara histologik, kanker tersebut merupakan
karsinoma skuamosa yang tipikal dengan berbagai diferensiasi.Kanker ini cenderung
mengadakan infiltrasi lokal sebelum bermetastasis, khususnya ke limfonodi, paru-paru, hati
dan tulang.Prognosis yang paling baik terlihat pada lesi bibir dan yang paling buruk pada lesi
dasar mulut serta bagian pangkal lidah (angka kelangsungan hidup 5 tahun adalah 20%30%).
Patogenesis
Tembakau dan alkohol merupakan korelasi yang paling sering ditemukan; pada merokok
resikonya 15 kali lipat lebih besar (daripada bukan perokok) untuk mengalami keganasan.
Human papillomavirus (HPV) tipe 6, 16 dan 18 turut terlibat pada 10% hingga 15% kasus.
Kebiasaan mengunyah gambir atau menyirih merupakan penyebab penting di India dan
sebagian negara Asia.
Faktor genetik dapat ikut memainkan peranan (delesi pada kromosom 18q, 10p, 8p dan
3p turut terkait).

Gambaran klinis karsinoma sel skuamosa pada stadium awal sering tidak
menunjukkan gejala yang jelas.Tidak ada keluhan dan tidak sakit.Umumnya berupa
58

leukoplakia, eritroplakia ataupun erosi dan pada stadium lanjut dapat berbentuk eksofitik
yang berupa papula dan nodul, ataupun endofitik yang dapat berupa ulser, erosi maupun
fisur.Gambaran klinis kanker rongga mulut pada berbagai lokasi rongga mulut mungkin
memiliki beberapa perbedaan.Gejala yang dialami penderita karsinoma lidah tergantung
pada letak kanker tersebut. Bila terletak pada bagian 2/3 anterior lidah, keluhan utamanya
adalah timbulnya suatu massa yang seringkali terasa tidak sakit (disfagia). Bila timbul pada
1/3 posterior, kanker tersebut selalu tidak diketahui oleh penderita dan rasa sakit yang
dialami biasanya dihubungkan dengan rasa sakit tenggorokan.

Gambar 2.Karsinoma sel skuamosa pada lidah

Karsinoma sel skuamous secara histologis menunjukkan proliferasi sel-sel epitel


skuamosa. Terlihat sel-sel yang atipia disertai perubahan bentuk retepeg processus,
pembentukan keratin yang abnormal, pertambahan proliferasi sel basaloid, susunan sel
menjadi tidak teratur, dan membentuk tumor nest (anak tumor) yang berinfiltrasi ke
jaringan sekitarnya atau membentuk anak sebar ke organ lain (metastasis).
WHO mengklasifikasikan karsinoma sel skuamosa secara histologis menjadi:
1. Well differentiated (Grade I) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di mana sel-sel basaloid
tersebut masih berdiferensiasi dengan baik membentuk keratin (keratin pearl).
2. Moderate differentiated (Grade II) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di manasebagian selsel basaloid tersebut masih menunjukkan diferensiasi, membentuk keratin.

59

3. Poorly differentiated (Grade III) : yaitu proliferasi sel sel tumor di mana seluruh sel-sel
basaloid tidak berdiferensiasi membentuk keratin, sehingga sel sulit dikenali lagi.

2. Gastritis kronik
Gastritis merupakan keadaan inflamasi pada mukosa lambung, terbagi atas akut dan
kronik tergantung pada lamanya proses penyakit. Gastritis kronik diartikan sebagai keadaan
dimana dijumpai perubahan inflamatorik kronik pada mukosa lambung sehingga akhirnya
terjadi atrofi mukosa dan metaplasia epitel.Keadaan ini menjadi latar belakang terjadinya
displasia dan karsinoma.
Patogenesis
Infeksi kronik oleh Helicobacter pylori merupakan penyebab utama. Penyebab
lainnya meliputi :
Imunologi (autoimun)
Antibodi terhadap sel-sel parietal (yang meliputi H+/K+-ATPase) atau faktor intrinsik yang
mengikat vitamin B12.
Destruksi atau atrofi kelenjar.
Berkurangnya sekresi faktor intrinsik oleh sel-sel parietal sehingga terjadi anemia
pernisiosa.
Toksik : penggunaan alkohol dan merokok.
Pasca bedah : refluks getah empedu pasca antrektomi.
Mekanik/motorik : obstruksi, atonia.
Radiasi.
Keadaan granulomatosa : penyakit Chron.
Penyakit graft-versus-host, uremia, amiloidosis.
Gastritis kronik biasanya asimptomatik, kendati gejala nausea, vomitus atau keluhan
tidak nyaman pada abdomen atas dapat terjadi; kadang-kadang ditemukan anemia
pernisiosa yang manifes.Hasil laboratoriumnya meliputi hipoklorhidria lambung dan
hipergastrinemia serum.Resiko terjadinya kanker untuk jangka panjang adalah 2% hingga
4%.

60

Secara makroskopik, gastritis kronik memperlihatkan mukosa lambung yang


berwarna merah dan memiliki konsistensi yang lembek (boggy) dengan tekstur yang
kasar.Distribusi lesi bergantung pada etiologi.Penyebab lingkungan (termasuk Helicobacter
pylori) menghasilkan distribusi yang bervariasi dan berbentuk bercak-bercak pada antrum
atau pilorus, sedangkan apabila penyebabnya autoimun menghasilkan lesi yang difus pada
korpus dan fundus lambung.

Gambar 3.Gastritis kronik yang disebabkan H. pylory


Secara histologik terlihat :
Limfosit dan sel plasma yang menginfiltrasi ke dalam lamina propria.
Infiltrasi sel-sel neutrofil intraepitelial.
Perubahan regeneratif pada sel-sel kolumnar permukaan.
Atrofi kelenjar mukosa yang bervariasi.
Metaplasia epitel kolumnar permukaan menjadi epitel intestinal.
Displasia, pada sebagian kasus gastritis kronik yang sudah berlangsung lama.
Jika gastritis kronik diinduksi oleh adanya Helikobakter pylori maka pada permukaan
mukosa gaster dapat kita jumpai H.pylori yang sebagian berbentuk batang maupun spiral
dan akan terlihat dengan pewarnaan Giemsa.

61

Gambar 4.Mikroskopik Gastritis Kronik dengan infiltrasi limfosit dan

sel plasma

3. Adenokarsinoma Lambung

Dari semua keganasan lambung, 90% hingga 95% merupakan karsinoma (sisanya
limfoma, karsinoid atau tumor sel kumparan).Distribusi di seluruh dunia sangat bervariasi,
insidens di AS telah mengalami penurunan sebanyak empat kali lipat selama 60 tahun
terakhir. Prognosisnya buruk, dengan angka kelangsungan hidup 5 tahun sebesar 20%; 2,5%
dari semua kematian karena kanker merupakan kematian karena karsinoma lambung.

Patogenesis
Karsinoma lambung bisa terjadi dengan tipe intestinal atau difus. Faktor resiko untuk kanker
yang difus tidak diketahui dengan jelas; faktor yang turut menyebabkan tumor tipe
intestinal meliputi :
Lingkungan
-

Diet : tidak adanya refrigerasi (lemari es); penggunaan zat-zat pengawet, tidak
adanya buah dan sayuran segar.

Kebiasaan merokok (meningkatkan resiko sebesar 1,5 hingga 3 kali lipat).

Hospes
-

Infeksi oleh H. pylori dengan gastritis kronik.

Gastritis autoimun.

Gastrektomi parsial, yang memungkinkan refluks gastroduodenal.

62

Displasia mukosa lambung merupakan hasil yang sering ditemukan pada keadaan
instabilitas genetik pada gen perbaikan DNA, ekspresi telomerase dan kelainan c-met, K-sam
dan c-ERB-B2 (lintasan reseptor faktor pertumbuhan).

Gambaran klinik

Karsinoma lambung tersembunyi dan asimptomatik sampai akhir perjalanan penyakit.


Gejala : berat badan menurun, nyeri abdomen, anoreksia, muntah-muntah, pola buang
air besar terganggu, disfagia, anemia, perdarahan.
Dapat bermetastasis ke hati, kelenjar supraklavikula (Virchow), ovarium (Krukenberg
tumor).
Di Amerika Serikat angka ketahan hidup lima tahun adalah 5 sampai 15%.
Program skrining yang agresif untuk mendeteksi lesi dini adalah satu-satunya jalan untuk
memperbaiki prognosis.
Morfologi
Kurvatura minor sering terkena pada 40% kasus dan kurvatura mayor pada 12% kasus. 50%
hingga 60% penyakit kanker terjadi pada pilorus dan antrum; 25% pada kardia dan 15%
hingga 25% pada korpus dan fundus.

Klasifikasinya dibuat berdasarkan :


Kedalaman invasi
Karsinoma lambung dini terbatas pada mukosa dan sub mukosa, tanpa bergantung ada
tidaknya metastasis limfonodi.
Karsinoma lambung lanjut meluas hingga di luar lapisan sub mukosa.
Pola pertumbuhan makroskopik
Tumor bersifat eksofitik, terlihat rata atau cekung atau menonjol.Kadang-kadang, invasi
yang difus lewat dinding lambung menghasilkan lambung yang tebal dan kaku sehingga
keadaan ini dinamakan linitis plastika.
Subtipe histologik (klasifikasi Lauren) :
-

Intestinal
63

Epitelium kolumnar yang membentuk kelenjar; biasanya memproduksi musin;


memiliki pola pertumbuhan ekspansif yang polipoid; hampir selalu berkaitan dengan
metaplasia mukosa intestinal; usia rata-rata pengidapnya 55 tahun; rasio laki-laki
terhadap wanita 2:1; insiden tipe ini tengah mengalami penurunan.
-

Difus
Sel-sel berbentuk signet yang tunggal dengan diferensiasi buruk; memproduksi
musin; pola pertumbuhan infiltratif; usia rata-rata pengidapnya 48 tahun; rasio lakilaki terhadap wanita 1:1; tidak terlihat hubungan dengan faktor lingkungan. Kanker
lambung familial memperlihatkan tipe histologik ini.

Gambar 5.Makroskopik karsinoma lambung telihat massa tumor eksofitik dan menonjol

Gambar 6. Adenokarsinoma lambung tipe intestinal dan difus


4. Hepatocellular carcinoma
Karsinoma hepatoseluler (hepatocelluler carcinoma=HCC) merupakan tumor ganas
hati primer yang berasal dari hepatosit. Tumor ganas hati lainnya ialah kolangiosarkoma
(Cholangiosarcoma = CC) dan sitoadenomakarsinoma berasal dari sel epitel bilier,
sedangkan angiosarkoma dan leiomiosarkoma berasal dari sel mesenkim. Dari seluruh

64

tumor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85% merupakan HCC; 10% CC; dan 5% adalah
jenis lainnya.
Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% dari tumor ganas hati primer adalah
hepatoma.Angka kejadian tumor ini di Amerika Serikat hanya sekitar 2% dari seluruh
karsinoma yang ada.Sebaliknya di Afrika dan Asia hepatoma adalah karsinoma yang paling
sering ditemukan dengan angka kejadian 100/100.000 populasi.
Lebih dari 80% pasien hepatoma menderita sirosis hati.Hepatoma biasa dan sering
terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik.
Hepatitis virus kronik adalah faktor resiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah
virus hepatitis B dan C. Bayi dan anak kecil yang terinfeksi virus ini lebih mempunyai
kecenderungan menderita hepatitis virus kronik daripada dewasa yang terinfeksi virus ini
untuk pertama kalinya. Pasien hepatoma 88% terinfeksi virus hepatitis B atau C. Tampaknya
virus ini mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya hepatoma.
Pemeriksaan Alfa Feto Protein (AFP) sangat berguna untuk menegakkan diagnosis
penyakit hepatoma ini. Penggunaan ultrasonografi (USG), ComputedTomographic Scanning
(CT Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI) penting untuk menegakkan diagnosis dan
mengetahui ukuran tumor.
Kebanyakan pasien dengan karsinoma hepatoseluler (HCC) meninggal dalam waktu 1
tahun setelah didiagnosis.Kelangsungan hidup tergantung pada ukuran tumor dan
penyakitnya saat didiagnosis.Pasien dengan sirosis memiliki kelangsungan hidup yang lebih
pendek.Penatalaksanaan secara bedah dapat menyembuhkan hanya kurang dari 5%
pasien.Penyebab kematian ialah perdarahan (varises, intraperitoneal) dan cachexia.
Morfologi
Mungkin terdapat massa yang soliter, nodul multifokal atau kanker infiltratif difus
dengan pembesaran hati yang masif dan sering dengan latar belakang sirosis. Terlihat tumor
yang berwarna kuning hingga merah muda pucat atau bernoda empedu; penyebaran
intrahepatik dan invasi vaskular sering ditemukan.

65

Secara histologis terlihat lesi berkisar dari lesi tumor berdiferensiasi baik hingga lesi
tumor yang sangat anaplastik tanpa adanya diferensiasi.
HCC dengan diferensiasi baik hingga sedang
Hepatosit tersusun dengan pola pseudoglanduler yang trabekuler (sinusoidal) atau asiner
(tubuler).
HCC dengan diferensiasi buruk
Karsinoma ini ditandai oleh sel-sel raksasa pleomorfik yang nyata; sel yang sama sekali
tidak menunjukkan diferensiasi; sel kumparan; atau sel-sel yang sepenuhnya anaplastik.
Sel-sel tumor yang membentuk empedu (lewat pemeriksaan mikroskop cahaya) atau
kanalikuli empedu (lewat pemeriksaan mikroskop elektron); inklusi sitoplasmik
menyerupai badan Mallory; terdapat hasil yang positif dengan pewarnaan untuk fetoprotein dan 1-antitripsin.

Gambar 6.Hepatocellular carcinoma, terlihat tumor berbatas tegas dan fokus perdarahan
kecil yang banyak

Gambar 7. Hepatocellular carcinoma tipe trabekular dan tubular


66

REFERENSI

1. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL,Gastrointestinal Robbins Basic Pathology. Eight ed.
Philladephia. WB Saunders Company.New Delhi; 2010.
2. Underwood.J.C.E. Sistem

in : Patologi Umum dan Sistemik. Ed 2.Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta ; 1996 : p523-5.


3. Buku Ajar Patologi II (Sistemik). Editor Sudarto Pringgoutomo dkk (Guru Besar FK
UI).Penerbit Sagung Seto. Rev. 2006.
4. Buku Patologi Gastrointestinal, Prof Gani W.Tambunan, Sp.PA (K),Penerbit EGC,
2001.

67

PENUNTUN PRAKTIKUM
PATOLOGI KLINIK
BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun : dr. Siti Hajar, Sp. PK

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK


UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015

68

PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK


PRAKTIKUM I
PEMERIKSAAN FAECES LENGKAP

Bahan : Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaaktu yang berasal dari defeksi spontan.
Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan kemungkinan
unsur-unsur dalam tinja itu dapat rusak. Wadah yang baik adalah yang terbuat dari
kaca, plastik atau wadah karton berlapis paraffin, wadah harus bermulut lebar.
Asas : Memeriksa secara makroskopis serta mencari kelainan-kelainan yang pada tinja
Cara pemeriksaan :
a. Makroskopi
1. Warna
Warna tinja yang dibiarkan diudara menjadi lebih tua karena terbentuknya lebih
banyak urobilin dan urobilinogen. Selain urobilin, warna tinja dipengaruhi oleh jenis
makanan, oleh kelainan dalam saluran usu dan oleh obat-obat yang diberikan.
Warna abu-abu mungkin disebabkan ikterus obstruktif (tinja acholik) dan juga setelah
dipakai garam barium pada pemeriksaan radiologik. Merah segar biasanya oleh
perdarahan bagian proksimal. Warna hitam oleh carbo medicinalis, oleh obat-obatan
yang mengandung besi dan mungkin juga karena melena.
2. Bau
Bau normal tinja disebabkan oleh indol, skadol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau
busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isi, yaitu protein yang tidak dicerna atau
dirombak oleh kuman usus. Tinja akan beraksi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau asam : dapat disebabkan oleh peragian zat-zat gula yang tidak
dicerna sempurna, misalnya pada diare tinja akan bereaksi asam.
3. Konsistensi
Konsistensi tinja pada keadaan normal agak lunak dan berbentuk. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya pada konsistensi
didapat tinja keras
4. Lendir
69

Lendir akan dapat diartikan rangsangan atau radang dinding usus, kalau lendir itu
hanya didapat dibagian luar tinnja. Lokalisasi iritasi itu mungkin usu besar, kalau
bercdampur dengan tinja mungkin sekali usu kecil. Pada disentri, ileocolitis mungkin
didapat lendir saja tanpa tinja.

5. Darah
Perhatikanlah apa darah itu segar (merah segar), coklat atau hitam dan apakah
bercampur baur atau hanya dibagian luar tinja saja. Makin proximal terjadinya
perdarahan, makin bercampurlah darah dengan tinjadan makin hitamlah warnanya.
Jumlah darah yang besar mungkin disebabkan oleh ulks, varices dalam oesophagus,
carninoma atau hemorrhoid.
6. Parasit
Cacing ascaris, ankilostoma, taenia dan lain-lain mungkin terlihat

b.

Mikroskopi
Mencari protozoa dan telur cacing merupakan yang terpenting. Untuk mencari protozoa
sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan pengencer tinja atau juga larutan lugol 12%. Sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam 0,9% yang sebaiknya untuk
pemeriksaan rutin.
1. Sel epitel
Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat
ditemukan dalam keadaan normal.
2. Makrofag
Sel-sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat
sel-sel lain (leukosit, eritrosit) atau benda-benda lain, dalam preparatnatif sel-sel
seperti amuba yang tak dapat bergerak.
3. Leukosit
Lebih jelas terlihat kalau tinja dicampur dengan beberapa tetes larutan asam asetat
10%
4. Eritrosit
Bila dikemukakan eritrosit dalam tinja dianggap selalu abnormal
5. Kristal-Kristal
Pada umumnya tidak banyak artinya. Pada tinja normal dapat dijumpai kristal-kristal
tripelfosfat, kalsiumoksalat dan asam lemak.
70

6. Sisa makanan
Dalam keadaan normal, dapat ditentukan dalam tinja dalamjumlah tertentu. Sisa
makan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan
berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elastik dan lain-lain.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja
7. Sel Ragi
Khusus Blastosistis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya
ialah jangan dianggap kista amuba
8. Telur cacing
Telur cacing Ascaris lumbricoides Necator americanus, enterobius vermicularis,
Trichuris trichura, Strongyloides Stercoralis mungkin ditemukan.

DARAH SAMAR
Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara mskroskopik
atau mikroskopik.
Sekarang ini cara benzidine basa telah ditinggalkan karena bersifat karsinogenik.
Cara Guajac:
1. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambahlah 1 ml asam asetat
glasial lalu dicampur
2. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95%
lalu dicampur
3. Tuanglah berhati-hari isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga
kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah
4. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu.
Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
Cara Tablet:
Cara pemeriksaan mengikuti petunjuk kit yang dikeluarkan oleh pabriknya.
Biakan : Biakan kuman salmonella, Shigella, E Coli, V Clorera dan lain-lain.

71

PRAKTIKUM II
PEMERIKSAAN FAAL HATI
1.

BILIRUBIN
Bahan

: Serum

Alat

: Spektrofotometer 578 nm (Bilirubin Total)


Spektrofotomter 546 nm ( Bilirubin Direct)

Prosedur :
1. Bilirubin Total
Sampel

Blanko

Sodium nitrit (2)

1 tts

Sulfanilic acid (1)

200 l

200 l

Acceletorator (3)

1000 l

1000 l

Serum

200 l

200 l

Campur dan biarkan selama 10-60 menit pada suhu ruangan (20-300) kemudian
tambahkan fehling II (4) 1000 l
Campurkan dan sesudah 5-30 menit ukur absorbansi sampel terhadap blank
Perhitungan :
Konsentrasi bilirubin total = A x 10,5 mg/dl
2. Bilirubin Direct
Sampel

Blanko

Sodium nitrit (2)

1 tts (0,02 ml)

Sulfanilic acid (1)

200 l

200 l

Acceletorator (3)

2000 l

2000 l

Serum

200 l

200 l

Campur dan inkubasi pada suhu (20-300C) tepat 5 menit. Baca absorbance sampel
terhadap banko tepat sesudah 5 menit penambahan serum

Perhitungan :
Konsentarsi bilirubin direct = A x 14,0 mg/dl

72

73

74

2.

GOT
Bahan
Alat

: Serum, plasma heparin / EDTA


: Spektrofotometer 340 nm

Prosedur :
1. Dengan Start reagen
Serum, plasma
Lar. Reagent
Campur, sesudah i menit tambahkan :
Start reagent

100 l
1000 l
250 l

Perhitungan :
Aktivitas enzym = (A/min) x F IU/1 (F::2143)
2. Dengan Start sampel
Serum, plasma
100 l
Lar. Reagent
1000 l
Campur, sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap menit selama 3 menit

Perhitungan :
Aktifitas enzym = (A/min) x F IU/L (F::1746))
Larutan reaksi : campur reagent (1) dan reagen (2) dengan ratio 4:1
Misal 20 ml larutan ragent 1 + start reagent (reagent 2

75

76

77

3.

GPT
Bahan
Alat

: Serum, plasma Heparin / EDTA


: Spektrofotometer 340 nm

Prosedur :
Serum, plasma
100 l
Lar. Reagent
1000 l
Campur dan sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap menit selama 3 menit
Perhitungan :
Aktifitas enzym = (A/min) x F (F : 1905)

78

79

80

PENUNTUN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI
BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun : dr. Ilham Hariaji, M. Biomed

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK


UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015

81

Tujuan

Cara Pemberian Obat Pada Binatang Percobaan


Disusun Oleh
Dr. Ilham Hariaji
: Memperlihatkan bahwa cara pemberian obat yang berbeda akan
menyebabkan mula kerja obat yang berbeda pula.

Materi Praktikum
Hewan coba
Obat yang dipakai

Alat- alat

: Pada praktikum ini binatang percobaan digunakan adalah marmut


(Caviagunea pig).
:
1. Obat penekan SSP ( Golongan Barbiturat/diazepam ),
larutan 1% yang steril dan tidak steril.
2. Obat prangsang SSP ( Amfetamin, Cafein), Larutan 1 %
steril.
:
1. Timbangan (untuk marmut).
2. Jam
3. Stetoskop
4. Termometer
5. Gastric tube/ jarum suntik
6. Jepitan (aligator klem)
7. Spuit (semprit untuk menyuntik)
8. Kapas
9. Lampu pemanas
10. Alkohol
11. Parafinum liquidum

Pelaksanaan

Larutan pentotal 1 % ( merupakan sedativa/hipnotika yang


bekerja mendepresi SSP ) digunakan untuk mendapatkan
keadaan tidur (hipnosis ) dari binatang percobaan dengan
berbagai cara pemberian.
Pada percobaan ini disediakan 2 ekor marmut untuk setiap
grup meja praktikum :
1. Marmut I : Diberikan obat secara peroral.
2. Marmut II : Diberikan obat secara intraperitoneal.
Larutan caffein 1% disediakan untuk menanggulangi
depresi
pernafasan
yang
ditimbulkan
oleh
sedativa/hipnotika diatas.
Timbang berat marmut percobaan, catat berat badan
marmut tersebut.
Lakukan observasi atas binatang percobaan tersebut
sebanyak 2 kali masing-masing 30 menit dan 15 menit
sebelum binatang tersebut diberi pentotal ) yang meliputi :
1. Frekwensi dan sifat pernafasan per menit (dilihat
dari cuping hidung ataupun dari abdomen)
2. Denyut jantung permenit (dengan stetoskop)
3. Aktivitas atau gerakan.
4. Refleks kornea (dengan kapas).
82

5. Sensasi terhadap rasa nyeri (dengan aligator klem).


6. Temperatur rektal ( termometer dibasahi dengan
parafinum liquidum atau gliserin).
7. Hipnosis/narkosis

Pelaporan

Berikan larutan pentotal 1 % pada binatang percobaan :


o Marmut (masing-masing dengan dosis 50 mg/kg BB
binatang). Jadi dengan mengetahui berat badan
binatang, konsentrasi larutan obat, maka kita dapat
menetukan berapa jumlah larutan yang akan
diberikan pada marmut I ( secara peroral) dan
marmut II secara intraperitoneal).
o Setiap mahasiswa harus dapat menghitung dosis
yang diberikan pada binatang percobaan
Lakukan observasi sekurang-kurangnya 6 kali dengan jarak
15 menit. Observasi ini dibandingkan dengan observasi
sebelum
siklobarbital
diberikan.
Dengan
memperbandingkan ini , akan terlihat adanya perbedaan
onset of action dari cara pemberian obat yang berbeda
ataupun diantara binatang percobaan sendiri.
Bila pada percobaan didapati penurunan temperatur rektal
melebihi 2 ( dua) derajat celcius, segera lakukan pemanasan
dengan menggunkan lampu pemanas.
Bila terjadi depresi pernafasan, segera berikan suntikan
intraperitoneal larutan caffein 1 % dengan dosis 5 mg/kg
BB binatang percobaan . Catatlah hasil observasi atas ke- 7
hal di atas pada kolom dari tabel yang telah tersedia di buku
penuntun ini .

Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum


untuk tiap cara pemberian obat yang dilakukan, seperti
aturan pembuatan makalah.
Jangan lupa membuat grafik yang menggambarkan
hubungan frekwensi pernafasan permenit, denyut jantung
per menit dengan waktu, akibat pemberian obat pentotal
baik diberikan secara oral ataupun peritoneal.

83

LAPORAN PRAKTIKUM CARA PEMBERIAN OBAT (ROUTE OF DRUGS


ADMINISTRATION)
LAPORAN
Tanggal :........................... Kelompok :.........................
Asisten Penangggungjawab :..........................
Binatang percobaan :
Nomor meja
:..........................
Berat binatang I (oral)
:..............
Pentotal (1%) Dosis =.........
Volume =...........
Kelompok
:.........................
Caffein (1%) Dosis =.........
Volume
=............
Nama praktikan
:.........................
Berat binatang II (Intraperitoneal) :.............
Tanda tangan instruktur
:.........................
Pentotal (1%) Dosis =.........
Volume=............
Caffein (1%) Dosis =.........
Volume=.............
Wakt
Frekwensi
Denyut
Gerakan Sensasi Refleks Temperat Narkosa
u
Pernafasan/me jantung/me
rasa
kornea
ur rektal
nit
nit
nyeri
Oral
I.P
Oral I.P Ora I. Ora I. Ora I. Oral I.P Ora I.
l
P
l
P
l
P
l
P
-30
-15
0
C.P.
O
15
30
45
60
75
90

84

PENUNTUN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
BLOK GASTROENTEROHEPATOLOGI

Penyusun : dr. Tegar Ardiansyah Putra Siregar, M. Biomed

DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN (UPK)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2015

85

KEAMANAN KERJA DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI


Pendahuluan
Setiap laboratorium memiliki potensi bahaya, begitu pula laboratorium mikrobiologi. Mahasiswa
hendaknya memahami dan menyadari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan
dirinya atau orang-orang di sekitarnya.
Tujuan
Setelah membaca materi ini, mahasiswa diharapkan mampu:
Memahami berbagai potensi bahaya di laboratorium mikrobiologi
Memahami prosedur keamanan kerja di laboratorium mikrobiologi
Memahami dan dapat melakukan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan di dalam
laboratorium
Pedoman Umum
Kecelakaan adalah kejadian saat praktikum yang berkaitan dengan luka/terkena benda tajam,
terkena percikan/tumpahan materi infeksius/ bahan kimia, terbakar/kebakaran, jatuh, atau
terkena arus listrik.
Bahan-bahan di laboratorium yang berpotensi bahaya meliputi:
Bahan biologis (misal: biakan kuman, spesimen klinis)
Bahan kimia (misal: zat warna, bahan asam)
Bahan fisika (misal: api, arus listrik, benda tajam)
Ketika memasuki dan berada di ruang praktikum:
Menggunakan jas lab yang terkancing rapi serta menggunakan sepatu.
Bagi wanita, rambut diikat dan jilbab dimasukkan ke dalam jas lab.
Hanya membawa alat tulis dan buku praktikum ke meja kerja, tas dan barang lain yang tidak
diperlukan diletakkan di tempat yang tersedia.
Memastikan dan mengetahui letak pintu keluar dan alat pemadam kebakaran.
Tidak meletakkan barang yang dapat menghalangi orang untuk keluar ruangan.
Tidak meletakkan barang menutupi fasilitas pemadam kebakaran.
Tidak meletakkan barang seperti alat tulis dan buku di atas meja praktikum pada posisi yang
dapat terkontaminasi oleh bahan infeksius.
Dokumentasi harus seijin pembimbing.
Untuk mencegah kecelakaan, ikutilah pedoman berikut ini:
Jas lab selalu digunakan dengan rapi, kancing terpasang dengan baik, rambut panjang
terikat/dijepit rapi ke belakang dan dimasukkan dalam jas lab, ujung jilbab dirapikan di
dalam jas lab selama praktikum. Jangan membiarkan rambut atau jilbab terurai
karena bahaya terkena api atau bahan lain.
Tidak bercanda ketika bekerja dan tidak menggunakan bahan-bahan infeksius, bahan
kimia dan api untuk bercanda.
Setiap spesimen klinik dan alat yang digunakan untuk penanganan spesimen haruslah
dianggap infeksius.
Dilarang menggunakan telepon genggam/ HP selama praktikum.
Tidak makan, minum, merokok, atau mengunyah permen karet serta menyimpan
makanan/minuman di dalam laboratorium.
Tidak membubuhkan kosmetik di dalam laboratorium.
86

Tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung sewaktu bekerja di laboratorium, bila
terpaksa cucilah tangan terlebih dahulu dengan sabun antiseptik dan alkohol.
Duduk tegak dan menjaga jarak dengan spesimen/meja kerja saat bekerja.
Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun antiseptik dan disinfektan sewaktu
menangani bahan infeksius baik yang memiliki risiko percikan atau tidak.
Jas laboratorium yang digunakan dalam pekerjaan di laboratorium dibawa pulang
terbungkus, dicuci terpisah dengan merendamnya terlebih dulu dengan pemutih.
Tidak diperkenankan membawa pulang bahan praktikum (preparat, biakan, dll).
Gunakan sepatu tertutup.

Cara kerja yang aman saat bekerja dengan biakan bakteri


Jas lab harus selalu digunakan.
Mencuci tangan dengan sabun antiseptik setiap selesai bekerja.
Dekontaminasi permukaan meja sebelum mulai dan sesudah pekerjaan selesai.
Perhatikan posisi duduk. Duduklah dengan nyaman dan tegak, jangan mendekatkan
wajah ke meja.
Selalu menggunakan rak untuk meletakkan tabung yang berisi spesimen atau medium
kultur.
Menggunakan sengkelit dengan lingkaran penuh yang telah disediakan. Menggunakan pembakar
gas atau bunsen untuk membakar sengkelit dengan penuh kehati-hatian untuk menghindari percikan
bahan infeksius.
Transfer/mengambil biakan mikroorganisme dari kultur dengan cara yang benar.
Bekerja dengan api dan gas
Berhati-hati dalam penggunaan gas untuk menyalakan api.
Cara menyalakan dan mematikan api (gas dan bunsen)
Menyalakan bunsen dengan korek api, jangan mengambil api dari bunsen yang menyala.
Mematikan api segera bila tidak diperlukan lagi. Mematikan api dengan cara menutup aliran
gas atau menutup Bunsen.
Bila tercium gas sebagai akihat kebocoran pipa gas, segera mematikan api (baik yang
menggunakan pembakar bunsen atau gas) yang sedang menyala dan tutup aliran gas
serta buka jendela-jendela. Melaporkan kebocoran gas kepada pembimbing.
Tidak menyalakan api ketika terjadi kebocoran gas.
Berhati-hati menggunakan alat listrik bila dipakai berdekatan dengan bahan-bahan cair
untuk menghindari terjadinya arus pendek.
Pembuangan Limbah
Membuang sampah sisa/ bahan bekas kerja pada tempat yang telah disediakan.
Membuang kaca preparat, lidi dan benda tajam lain ke wadah berisi disinfektan.
Kertas, tissue, kapas bekas dibuang ke kantong plastik khusus yang tersedia. Prosedur
Darurat Umum
Bila terjadi kecelakaan atau kondisi darurat seperti kebakaran, ledakan, banjir dan
sebagainya di laboratorium maka perlu dilakukan prosedur sebagai berikut:
1. Mahasiswa satu kelompok/yang berdekatan dengan lokasi kecelakaan
Memastikan pembimbing mengetahui kecelakaan tersebut.
87

Bila ada mahasiswa yang menjadi korban, memberi pertolongan pertama kepada
orang yang mengalami kecelakaan, segera pindahkan orang tersebut ke tempat
yang lebih aman (bila tidak menyebabkan keadaan yang lebih buruk pada si
penderita).
Bila kecelakaan disebabkan oleh api, segera mematikan aliran gas.
Bila terdapat luka, segera menghubungi dokter untuk menangani luka.
Memberi peringatan kepada orang-orang di sekitar lokasi kecelakaan.
Segera meminta bantuan orang lain jika merasa tidak mampu mengatasi
kecelakaan/bencana.
Bila terjadi kebakaran segera memadamkan api secepat mungkin menggunakan alat
pemadam kebakaran yang tersedia.
Bila kondisi laboratorium memburuk akibat bencana, tinggalkan laboratorium
sesegera mungkin. Jangan panik.
Pembimbing segera melaporkan kecelakaan pada penanggung jawab praktikum atau
koordinator pcndidikan S1 departement atau biosafety officer.
2. Mahasiswa yang berada jauh dari lokasi kecelakaan:
Tetap berada di kelompoknya. Jangan panik.
Bila kecelakaan berupa kebakaran/ terbakar dan bencana alam, matikan api, tutup
aliran gas.
Bila keadaan memburuk, segera tinggalkan ruangan.
3. Bila terjadi tumpahan bahan infeksius:
Menutup segera tumpahan dengan tissue.
Melaporkan pada pembimbing.
Memberitahu orang di sekitarnya.
Menjauhi tempat tumpahan tersebut, untuk memberi kesempatan pada teknisi
laboratorium untuk segera menanganinya dengan spill kit yang sesuai.
Bila bahan infeksius mengenai kulit, segera membasuh bagian yang terkena
tumpahan dengan alkohol 70% dan dilanjutkan mencuci dengan sabun antiseptik dan
air mengalir.
Bila bahan infeksius mengenai mata atau selaput lendir, maka segera dibilas dengan
air mengalir.
Jika bahan infeksius tertelan atau tertusuk jarum, segera melapor ke pembimbing
praktikum

88

MIKROBIOLOGI SISTEM PENCERNAAN


Pada praktikum mikrobiologi system pencernaan ini akan diperlihatkan berbagai
mikroorganisme pathogen dan pemeriksaan di laboratorium mikrobiologi untuk mendukung
diagnosis penyakit infeksi saluran cerna. Selain mendukung diagnosis penyakit infeksi,
pemeriksaan mikrobiologi pada makanan dan minuman juga diperlukan baik untuk menilai
kualitas makanan/minuman atau untuk pembuktian kasus atau kejadian luarbiasa akibat
keracunan makanan. Pembuktian kasus keracunan makanan harus dilakukan dengan
deteksitoksin pada spesimen yang tidak dilakukan secara rutin di laboratorium mikrobiologi.
Saluran cerna mengandung banyak flora normal sehinggai nterpretasi hasil pemeriksaan
mikrobiologi feses sangat penting untuk dapat menentukan bakteri pathogen penyebab
infeksi. Bakterienterik yang sampai saat ini diketahui menjadi penyebab gangguan
gastrointestinal adalah: Salmonella Typhi, Salmonella Paratyphi, Salmonella enteritidis,
Shigelladysentriae, Shigellaflexneri, Shigellasonnei, Escherichia coli, Yersinia enterocolitica,
Vibrio cholerae, Vibrio parahaemolyticus, Campylobacter jejuni, Helicobacter pylori,
Bacteroidesfragilis. Virus penyebab infeksi saluran cerna diantaranya rotavirus dan
norovirus (virus Norwalk).Penyakit infeksi di saluran cerna juga dapat disebabkan oleh
beberapa flora normal akibat penggunaan antibiotika berspektrum luas yang tidakrasional
(antibiotic-associated diarrhea = AAD) atau penurunan imunitas seseorang, contohnya diare
yang disebabkan oleh Clostridium difficile dan Candida albicans.
Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menjelaskan cara pengumpulan, penanganan dan
pengiriman spesimen saluran cerna.
Mahasiswa memahami berbagai pemeriksaan untuk mengidentifikasi
mikroorganisme patogen penyebab infeksi sistem pencernaan dan keracunan
makanan.
Mahasiswa memahami karakteristik mikroorganisme patogen yang sering
menyebabkan penyakit infeksi saluran ccrna pada manusia.
Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil pemeriksaan mikrobiologi saluran
cerna untuk menentukan tatalaksana pasien.
Pengelolaan Spesimen
Bila pengambilan spesimen saluran cerna (misalnya feses) dilakukan di luar laboratorium,
maka digunakan medium transpor untuk mencegah kematian bakteri patogen. Contoh
medium transpor yang sering digunakan antara lain Cary-Blair, Amies dan Stuart. Spesimen
paling baik untuk dugaan infeksi traktus gastrointestinal adalah feses segar. Apabila feses
segar sulit diperoleh, sebagai alternatif dapat digunakan usap rektum (rectal swab).
Untuk mendapatkan spesimen feses yang benar, penting untuk memberikan penjelasan pada
pasien tentang cara pengambilan spesimen feses, yaitu:
Feses tidak boleh tercampur dengan urin dan air kloset.
Sediakan wadah yang bersih, kering dan dapat ditutup rapat
Bila memungkinkan, feses langsung ditampung pada wadah. Bila tidak, feses
ditampung di alas plastik, lalu diambil sebanyak 10 gram atau satu sendok teh dari
tinja yang berlendir atau berdarah dan masukkan ke dalam wadah.
89

Be r i lab e l p ad a wadah
Feses langsung dikirim dalam suhu dingin dan sampai di laboratorium dalam 2 jam.
Bila terjadi penundaan sampai 6 jam, feses dimasukkan ke medium transpor.
Feses dikirim bersama formulir permintaan pemeriksaan.

Pemeriksaan anaerob pada feses tidak dianjurkan kecuali pada dugaan kasus keracunan
makanan, namun harus disertai uji deteksi toksin. Apabila dicurigai bakteri penyebab penyakit
adalah bakteri anaerob, seperti pada keracunan makanan yang diduga disebabkan oleh kuman
anaerob Clostridium botulinumatau pada penyakit kolitis pseudomembran akibat penggunaan
antibiotik yang tidak rasional yang diduga karena Clostridium difficile, maka spesimen harus
dimasukkan ke dalam medium transpor khusus untuk kuman anaerob yaitu medium cair
tioglikolat atau medium transpor komersial khusus bakteri anaerob. Perlu diingat bahwa sebagian
besar flora normal di dalam feses adalah bakteri anaerob, sehingga interpretasi hasil kultur
anaerob dari spesimen feses tidak mudah dilakukan kecuali bila disertai uji deteksi toksin yang
dihasilkan oleh bakteri anaerob tersebut. Bahan pemeriksaan untuk tujuan kultur bakteri
anaerob, harus dimasukkan ke dalam medium transpor dan dikirim ke laboratorium
menggunakan kantong plastik yang dapat ditutup (sealed) dan didalam kantung tsb disertakan
anaerogen pack. Medium transpor dan kantong plastik anaerob dapat dimintakan ke
laboratorium sebelum pengambilan spesimen.
Spesimen feses segar tanpa dimasukkan ke dalam medium transport harus disimpan
pada suhu dingin(2-8 oC) dan sampai di laboratorium dalam 2 jam. Sedangkan spesimen
fesesyang dimasukkan ke dalam medium transpor sebaiknya dikerjakan di laboratorium
dalam 6 jam setelah pengambilan spesimen.
Feses fase akut digunakan untuk pemeriksaan rotavirus. Feses langsung ditempatkan
pada wadah yang bersih tanpa penambahan pengawet atau medium. Bila feses cair
pengambilan spesimen dapat menggunakan popok sekali pakai yang dibalik
agar feses tidak terserap atau sisi dalam popok dilap isi dengan plastik; atau dapat
juga ditampung menggunakan kantong urin pediatrik yang direkatkan pada daerah
anus. Usap rektal tidak dianjurkan untuk pemeriksaan deteksi rotavirus. Pengiriman
spesimen laboratorium dilakukan sesegera mungkin pada suhu 4 o C.
Pada pemeriksaan kasus keracunan makanan harus dilakukan deteksi toksin langsung
pada feses. Pemeriksaan kultur bakteri saja tidak dapat digunakan untuk pembuktian
kasus keracunan.
Pada kelainan lambung, seperti dispepsia, gastritis kronis, atau ulkus peptikum, spesimen
berupa biopsi lambung. Transportasi bahan biopsi ke laboratorium menggunakan
medium transpor MIU yang sekaligus berfungsi sebagai medium pengayaan penyebab
tersering infeksi lambung yaitu Helicobacter pylori.
Spesimen berupa pus atau biopsi yang diambil intra-operatif langsung dimasukkan ke
dalam 2 tabung tioglikolat, 1 tabung disimpan pada suhu ruang dalam kondisi aerob, tabung
yang lain langsung dimasukkan ke dalam kantong anaerob dan disimpan juga pada suhu ruang.
Kedua tabung secepatnya (dalam 2 jam) dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Bahan
biopsi dapat diuji menggunakan medium MIU ( Motility indole urease )untuk
melihat adanya urease yang dihasilkan oleh mikroba yang terdapat di bahan biopsi.
90

Pemeriksaan antigen H. pylorilangsung dari feses dapat dilakukan juga, sudah tersedia kit
untuk pemeriksaan ini.

A . Pemer i ksaan Mi kr o sko pi k


Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram pada feses segar tidak
mempunyai makna diagnostik, sedangkan pemeriksaan yang dilakukan langsung dari
spesimen pus (intra-operatif) biopsi atau koloni kuman/isolat yang tumbuh pada
medium dapat membantu identifikasi.
B. Pembiakan dan pertumbuhan bakteri
Untuk tujuan isolasi bakteri tertentu dapat dibuat medium selektif yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri secara selektif. Sebagai contoh medium selektif
adalah agar Salmonella Shigella (SS). Pada medium ini, bakteri enterik lain dihambat
pertumbuhannya kecuali bakteri Salmonella dan Shigella. Medium lain yang
digunakan untuk membedakan beberapa jenis bakteri disebut medium diferensial.
Medium ini dapat ditambah berbagai komponen untuk menghasilkan medium dengan
sifat tertentu. Sebagai contoh, penambahan zat warna dapat digunakan untuk indikator
aktivitas metabolisme bakteri. Contoh medium tersebut adalah agar Endo dan Eosin
Methylene Blue (EMB).
C. Medium Pertumbuhan Bakteri
C.1. Media Agar Padat adalah media pertumbuhan bakteri yang mengandung 1,5-2 % agar.
C.1.a. Agar Lempeng
Agar Endo adalah medium diferensial untuk membiakkan bakteri enterik, untuk
membedakan bakteri peragi dan bukan peragi laktosa.
Agar Salmonella Shigella (SS) yaitu medium selektif untuk membiakkan Salmonella dan
Shigella, sekaligus medium diferensial untuk membedakan peragi dan bukan peragi
laktosa.
Agar Thiosulphate Citrate Bile Sucrose (TCBS) merupakan medium selektif untuk
membiakkan Vibrio cholerae dan Vibrio sp. lainnya, sekaligus medium diferensial untuk
membedakan Vibrio sp.peragi dan bukan peragi sukrosa.
Manitol Salt Agar(MSA) merupakan medium selektif yang mengandung garam
7,5% untuk menghambat bakteri lain tapi dapat menumbuhkan Staphylococcus sp.
dan medium diferensial untuk membedakan peragi/bukan peragi manitol.
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) merupakan medium standar yang mengandung
mycological pepton, gula dekstrosa, agar dan antibiotika sebagai penghambat
pertumbuhan bakteri untuk pembiakan jamur.
C.l.b. Agar Miring
Triple Sugar Iron Agar(TSIA) bermanfaat untuk melihat kemampuan bakteri dalam
meragi 3 macam gula (laktosa, glukosa, dan sukrosa) dan membentuk H 2S.
C.1.c. Medium Transpor
Carry Blair berfungsi sebagai medium transpor bakteri enterik, terutama bila
digunakan swab rectum

91

MIU berfungsi sebagai medium transport, sekaligus pengayaan Helicobacter


pylori
C.2. Media Agar Semisolid adalah media yang mengandung 0,5 % agar.
Semisolid digunakan untuk melihat gerak bakteri dan dapat juga digunakan untuk melihat
reaksi indol.
C.3. Media Cair
Air Pepton Alkali merupakan perbenihan persemaian untuk Vibrio sp.
Selenit merupakan perbenihan persemaian untuk bakteri enterik terutama
Salmonella sp.
Perbenihan Empedu bermanfaat untuk biakan bakteri enterik terutama untuk
Salmonella sp.
Thioglikolat merupakan medium cair untuk tranpor bakteri anaerob.
BacTalert atau Bactec berguna untuk kultur darah atau cairan tubuh steril lainnya.
Penumbuhan bakteri dideteksi dari kadar CO2 yang terdeteksi oleh monitor Bactec.
Gula Air Pepton berrnanfaat untuk melihat kemampuan bakteri dalam memfermentasi
karbohidrat (gula).
D. Identifikasi Mikroorganisme
Dua bakteri yang sangat serupa baik morfologi maupun sifat-sifat biakannya dapat
menunjukkan perbedaan yang sangat berarti dalam reaksi metabolismenya. Kemampuan
metabolik ini digunakan untuk identifikasi maupun klasifikasi bakteri. Identifikasi mikroorganisme
sampai pada strain maupun genotipe dapat dilakukan secara lebih akurat menggunakan metode
molekular.
E. Sifat-sifat biokimia
Peragian karbohidrat (gula)
Sejumlah bakteri dapat meragi gula dengan atau tanpa pembentukan gas, dan ada
pula yang tidak meragi gula sama sekali.
Tes Indol
Tes ini menunjukkan kemampuan bakteri untuk mengoksidasi asam amino triptofan
menjadi indol. Hasil positif memperlihatkan cincin berwarna merah muda.
Tes Voges-Proskauer (VP)
Pembentukan asetilmetilkarbinol (asetoin) sebagai hasil metabolisme glukosa dari
bakteri golongan Enterobacteriaceae dapat ditunjukkan dengan tes ini. Lima ml
biakan bakteri dalam pepton glukosa fosfat, ditambahkan 3 ml larutan 5% naftol
dalam alkohol absolut. Kemudian tambahkan 1 ml KOH 40% dan kocok. Jika VP
positif akan terbentuk warna merah setelah 5-15 menit.
T e s Me rah M et il
Tes ini menggunakan merah metil sebagai indikator untuk memperlihatkan penurunan pH
akibat terbentuknya asam pada peragian gula. Tes ini dilakukan dengan menambahkan
beberapa tes merah metil pada biakan bakteri berumur 1-2 hari dalam kaldu glukosa fosfat.
Warna merah akan terlihat jika pH perbenihan di bawah 5.
Tes Sitrat
Beberapa jenis bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dan akan
menghasilkan suasana basa. Keadaan ini akan menyebabkan indikator biru brom
timol dalam perbenihan sitrat berwarna biru.
Tes TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
92

Tes ini digunakan untuk melihat kemampuan bakteri meragi gula dan membentuk H2S.
Medium ini mengandung laktosa, glukosa dan sukrosa. Peragian gula terjadi secara
aerobik pada lereng/slant dan anaerobik pada tusukan/butt. Pola peragian gula yang
terlihat pada medium TS1A setelah inkubasi 18 24 jam terdiri dari:
- Hanya meragi glukosa (basa/asam)
Lereng bersifat basa (merah) sedangkan tusukan bersifat asam (kuning).
Suasana pada lereng menunjukkan glukosa telah habis dipakai dan bakteri mulai
menggunakan pepton yang terdapat dalam medium untuk pertumbuhannya.
Pepton akan terurai dan menghasilkan NH3 yang dengan indikator merah fenol
akan menunjukkan pH basa. Pada tusukan juga terjadi penguraian glukosa.
Namun kadaryang rendah (anaerobik) menyebabkan suasana asam dapat tetap
dipertahankan.
- Meragi glukosa dan laktosa (asam/asam)
Konsentrasi laktosa dalam medium TSIA 10 kali lebih besar dibandingkan
glukosa (1% : 0,1%). Dengan demikian setelah inkubasi 18-24 jam, laktosa akan
tetap terdapat dalam konsentrasi yang cukup sehingga suasana asam dapat
dipertahankan.
- Tidak meragi glukosa atau laktosa (basa/basa); (basa/tidak ada perubahan)
Beberapa bakteri tertentu tidak mampu meragi glukosa atau laktosa, bakteribakteri tersebut menggunakan pepton yang terdapat dalam medium untuk
pertumbuhannya.
Dua reaksi penguraian pepton yang dapat terjadi adalah:
o secara aerobik dan anaerobik (basa/basa)
o hanya secara aerobik (basa/tidak ada perubahan)

Tes Urease
Beberapa jenis bakteri memiliki kemampuan memecah urea dan membentuk
amonia dengan bantuan enzim urease. Dengan indikator merah fenol. suasana basa
yang ditimbulkan oleh amonia akan menghasilkan warna merah jambu.
Set tes biokimiawi API
Tes biokimiawi API terdiri dari berbagai tes yang sangat lengkap untuk identifikasi
spesies bakteri dan khamir.

F. Reaksi Serologi
Reaksi serologi digunakan sebagai penunjang diagnosis. Sebagai pendukung diagnosis
demam tifoid dapat digunakan berbagai reaksi serologi antara lain tes Widal, tes Typhi dot dan
tes Tubex. Tes Widal paling banyak digunakan, namun tes ini sering memberikan hasil positif
palsu, karena Indonesia merupakan salah satu negara endemis demam tifoid di Asia
Tenggara. Interpretasi hasil tes Widal sebaiknya dikaitkan dengan gejala klinis, dan dilakukan
pada akhir minggu pertama demam. Pemeriksaan tes Widal sangat dianjurkan dilakukan dua
kali untuk melihat kenaikan titer antibodi pada tubuh penderita yang menunjukkan adanya
infeksi akut.
Uji serologi yang dipergunakan untuk penunjang diagnostik demam tifoid antara lain tes
widal, Typhi dot, Tubex.
Tes Widal (slide dan tabung): adalah reaksi imunoaglutinasi antara serum penderita
yang didugamenderita demam tifoid dengan antigen 0 (somatik) dan antigen H
(flagel) bakteri penyebab demam tifoid. Sampai saat ini Salmonella Typhi,
93

Salmonella Paratyphi A, Salmonella Paratyphi B dan Salmonella Paratyphi C


merupakan penyebab demam tifoid yang sering dijumpai. Tes Widal dianjurkan untuk
dilakukan 2 kali berjarak 10-14 hari. Kenaikan titer 4 kali atau lebih menunjukkan adanya
infeksi Samonella. Nilai cut off Widal bervariasi tergantung daerah endemik atau
bukan.
Tes Typhi dot: reaksi Typhi dot dikembangkan setelah ditemukannya antibodi spesifik
terhadap protein membran luar bakteri Salmonella Typhi. Pada tes ini dapat diketahui
titer IgG dan IgM di dalam serum penderita. Titer IgM yang tinggi menunjukan
adanya infeksi demam tifoid akut.
Tubex: ditujukan untuk mendeteksi adanya IgG dan IgM pada infeksi yang
disebabkan oleh Salmonella Thypi dan Salmonella Paratyphi.
Pemeriksaan rotavirus. Rotavirus sulit ditumbuhkan pada biakan sel. Deteksi
rotavirus pada feses dapat dilakukan dengan deteksi antigen virus menggunakan
EIA, rapid membran EIA/ imunokromatografi, aglutinasi lateks atau deteksi asam
nukleat virus (RT-PCR).

Referensi:
StafpengajarDepartemenMikrobiologi
PenuntunPraktikumMikrobiologiKedokteran. BadanPenerbit FKUI, Jakarta, 2012

94

FKUI.

95

JADWAL KULIAH BLOK GASTRO TAHUN 2015


Hari
Tanggal

Jam

Materi

Kelas A
Sub Pokok
Bahasan

Pemberi
materi

Materi

Kelas B
Sub Pokok
Bahasan

Pemberi
materi

Minggu I
Senin
9/7/2015

08.0009.00
09.0010.00

10.0011.00

11.0012.00

SGD

Tutor

Kuliah
pengantar
blok

Deskripsi
blok,
syarat,
penilaian,
konten
dan
kontrak
belajar

kuliah
pengantar
KBK

deskripsi
tujuan
blok,
evaluasi,
PHBS dan
MDG's

12.0013.30

SGD

Tutor

dr. Robitah kuliah


asfur,M.Bio pengantar
med
KBK

deskripsi
tujuan
blok,
evaluasi,
PHBS dan
MDG's

dr. Elman
Boy,M. Kes

kuliah
pengantar
blok

Deskripsi
blok,
syarat,
penilaian,
konten
dan
kontrak
belajar

dr. Elman
Boy,M. Kes

dr. Yulia
Aprina

ISHOMA

13.3014.30

Kuliah
anatomi 1

Instruktur
KKD

KKD A1
14.3015.30

Kuliah
histologi 1

15.3016.00

ISHOMA

96

sistem
saluran
cerna dari
mulut
hingga
anus
histologi :
Rongga
mulut,
oesofagus
, usus
halus,
usus
besar,
rektum
dan anus

dr. Hendra
sutisna,
M.Biomed

dr. Des
Suryani, M.
Biomed

16.0017.00

17.0018.00

Selasa

9/8/2015

08.0009.00

09.0010.00

Kuliah
anatomi 1

Kuliah
histologi 1

sistem
saluran
cerna dari
mulut
hingga
anus
histologi :
Rongga
mulut,
oesofagus
, usus
halus,
usus
besar,
rektum
dan anus

refluks
esofagus,
lesi
korosif
kuliah IPD
esofagus,
akalasia,
varises
esophagus
histologi :
hati,
Kuliah
empedu
Histologi 2
dan
pancreas

dr. Hendra
sutisna,
M.Biomed

KKD
Kelompok
B1
dr. Des
Suryani, M.
Biomed

DR. Dr.
Sahrul
Rahman ,
Sp.PD

Kuliah
Histologi 2

dr. Des
Suryani, M.
Biomed

Kuliah
anatomi 2

Maulana,
MA

Kuliah
fisiologi 1

10.0011.00
Al Islam
Kemuham
madiyah
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30

Instruktur
KKD

histologi :
hati,
empedu
dan
pankreas
peredaran
darah dan
persyarafa
n saluran
cerna
lambung :
pengatura
n sekresi,
motilitas
dan
pengoson
gan
lambung
Pangkreas
:
pengatura
n sekresi
pankreas

dr. Des
Suryani, M.
Biomed

dr. Hendra
sutisna,
M.Biomed

dr. Robitah
asfur,M.Bio
med

ISHOMA
Instruktur
KKD

KKD A2
97

Kuliah
biokimia 1

enzim
dalam

dr. Meizli
Andina, M.

14.3015.30

IPD

15.3016.00

ISHOMA

16.0017.00
Kuliah
fisiologi 1

17.0018.00

Rabu

9/9/2015

08.0009.00

09.0010.00

Kuliah
biokimia 1

Kuliah
Anatomi 2

Lambung :
pengatura
n sekresi,
motilitas
dan
pengoson
gan
lambung
Pangkreas
:
pengatura
n sekresi
pancreas
enzim
dalam
penyerapa
n dan
pencernaa
n
makanan
peredaran
darah dan
persyarafa
n saluran
cerna

dr. Robitah
asfur,M.Bio KKD B2
med

98

DR.Dr.
Sahrul
Rahman,
Sp. PD

Instruktur
KKD

instruktur
KKD

KKD B1
dr. Hendra
Sutysna,
M. Biomed

Instruktur
KKD

KKD A2

Biomed

dr. Meizli
Andina, M.
Biomed

10.0011.00
11.0012.00

penyerapa
n dan
pencernaa
n
makanan
refluks
esofagus,
lesi
korosif
esofagus,
akalasia,v
arises
esofagus

Kuliah Gigi
Mulut

Kandidiasi
s oral,
ulkus
mulut,
aphtosa,
herpes,

drg.
Hasbina
Wildani

glositis,
karies gigi,
angina
ludwig
dan
parotitis
12.0013.30

ISHOMA

13.3014.30

Kuliah
Fisiologi 2
14.3015.30

15.3016.00
16.0017.00

17.0018.00

Kamis

08.00-

Hepar :
proses
sintesis
protein
plasma,
pengatura
n sekresi
empedu.
Usus halus
:
motilitas/ dr. Robitah
peristalsis, asfur,M.Bio
sekresi
med
dan
absobsi.
Kolon:
motilitas,
sekresi,
absorbsi,
bakteri
dan
proses
defekasi

Kuliah
mikrobiolo
gi

mikroorga
nisme
dr. Tegar
pada
M.Biomed
pencernaa
n

Kuliah IPD

dispepsia,
gastritis,
tukak
gaster dan
duodenu
m

DR. Dr.
Sahrul
Rahman ,
Sp.PD

ISHOMA
Kandidiasi
s oral,
ulkus
mulut,
aphtosa,
drg.
Kuliah Gigi
herpes,
Hasbina
Mulut
glositis,
Wildani
karies gigi,
angina
ludwig
dan
parotitis

KKD B2

SGD

SGD

Tutor
99

Instruktur
KKD

Tutor

09.00
09.009/10/2015
10.00
10.0011.00

Kuliah
biokimia 2

11.0012.00

Kuliah
Kedoktera
n Islam

porfirin
dan
pigmen
empedu
Makanan
halal VS
makanan
haram

12.0013.30
13.3014.30

14.3015.30

Jumat

9/11/2015

08.0009.00
09.0010.00
10.0011.00
11.0012.00

Praktikum
Anatomi
B3/Histolo
gi 1
Div.
B1/Biokimi
Kedokteran
a B2
Islam

Dept.
anatomi/hi
stologi/
biokimia

ISHOMA
Kuliah
mikrobiol
ogi

Kuliah IPD

mikroorga
nisme
pada
pencernaa
n
dispepsia,
gastritis,
tukak
gaster dan
duodenu
m

15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00

dr. Meizli
Andina, M.
Biomed

dr. Tegar
M.Biomed

DR. Dr.
Sahrul
Rahman ,
Sp.PD

Makanan
Kuliah
halal VS
Kedokteran
makanan
Islam
haram

Kuliah
biokimia 2

porfirin
dan
pigmen
empedu

Div.
Kedokteran
Islam

dr. Meizli
Andina, M.
Biomed

ISHOMA

Instruktur
KKD

KKD A1

Praktikum
Anatomi
A1/Histolo
gi
1A2/Bioki
mia A3
Kuliah
Bahasa
Inggris

DR.
Bambang
Panca
dr.Yety
Machrina,
M.Kes

Kuliah
bioetika

12.0013.30

Praktikum
Anatomi
B1/Histolo
gi
1B2/Bioki
mia B3

Dept.
Anatomi/hi
stologi/Bio
kimia

AIK

Maulana,
MA

Kuliah
bioetika
Kuliah
Bahasa
Inggris

ISHOMA
100

dr.Yety
Machrina,
M.Kes
DR.
Bambang
Panca

13.3014.30
14.3015.30

Praktikum
Anatomi
A2/Histolo
gi
1A3/Bioki
mia A1

Diskusi
Panel

15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00

Ekspert

ISHOMA

Diskusi
Panel

Ekspert

Praktikum
Anatomi
B2/Histolo
gi1
B3/Biokimi
a B1

SGD

Tutor

SGD

Minggu II
08.0009.00
09.009/14/2015
10.00
Senin

10.0011.00

Praktikum
anatomi
A3/Histolo
gi 1
A1/Biokim
ia A2

Dept.
Anatomi/hi Kuliah
stologi/Bio Fisiologi
kimia

11.0012.00

12.0013.30
13.3014.30

Tutor
Hepar :
proses
sintesis
protein
plasma,
pengatura
n sekresi
empedu.
Usus halus
:
motilitas/ dr. Robitah
peristalsis, asfur,M.Bio
med
sekresi
dan
absobsi.
Kolon:
motilitas,
sekresi,
absorbsi,
bakteri
dan
proses
defekasi

ISHOMA
Instruktur
KKD

KKD A1
101

Kuliah IPD

perdaraha
n saluran

DR. Dr.
Sahrul

cerna
bagian
atas
perdaraha
n saluran
cerna
bagian
bawah

14.3015.30
15.3016.00

ISHOMA

16.0017.00
Kuliah IPD
17.0018.00

Selasa

08.0009.00

Rahman ,
Sp.PD

perdaraha
n saluran
cerna
bagian
atas
perdaraha
n saluran
cerna
bagian
bawah

DR. Dr.
Sahrul
Rahman ,
Sp.PD

Obat
Peptik
ulcer :
antasida,
dr. Ilham
Kuliah
antisekres Hariaji, M.
Farmako 1
i lambung, Biomed
agen
pelindung
mukosa

09.009/15/2015
10.00

Kuliah IPD

10.0011.00

Al Islam
Kemuham
madiyah

Gastroent
eritis

102

Instruktur
KKD

KKD B1

Kuliah IPD

DR. dr.
Sahrul
Rahman,
Sp.PD

Kul
Farmako 1

Maulana,
MA

Kuliah
Patologi
anatomi 1

Gastroent
eritis

Obat
Peptik
ulcer :
antasida,
antisekres
i lambung,
agen
pelindung
mukosa
patogenes
is
gambaran
mikroskop
is
esofagus,
lambung,
usus,

DR. dr.
Sahrul
Rahman,
Sp.PD

dr. Ilham
Hariaji, M.
Biomed

dr.
Humairah
Sp,PA

11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00

17.0018.00

Rabu

9/16/2015

08.0009.00
09.0010.00
10.0011.00

Kuliah gizi

apendiks
dan
kelenjar
ludah
Kiliah
Gastroeso
pha-geal
reflux
disease
(GERD)

Dept. Gizi

ISHOMA
Instruktur
KKD

KKD A2

Kuliah
gizi

Kuliah
Patologi
anatomi 1

Kuliah IPD

Kuliah IKA
1

Kiliah
Gastroeso
pha-geal
reflux
disease
(GERD)
patogenes
is
gambaran
mikroskop
is
esofagus,
lambung,
usus,
apendiks
dan
kelenjar
ludah
malabsorb
si dan
aintoleran
si
diare akut
dan GE
pada anak

KKD A2

103

Belajar
Mandiri

Dept. Gizi

KKD B2

instruktur
KKD

DR. Dr.
Sahrul
Rahman,
Sp.PD
Dept. Ilmu
Kesehatan
Anak

KKD B1

instruktur
KKD

instruktur
KKD

Kuliah IPD

dr.
Humairah
Sp,PA

malabsorb DR. Dr.


si dan
Sahrul
aintoleran Rahman,

11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
08.0009.00
09.009/17/2015
10.00

Kuliah IKA
1

si

Sp.PD

diare akut
dan GE
pada anak

Dept. Ilmu
Kesehatan
Anak

ISHOMA

Ujian Prak Anatomi

ISHOMA
Belajar
Mandiri

KKD B2

instruktur
KKD

SGD

Tutor

Kamis

10.0011.00

11.0012.00

SGD

Tutor

kuliah IPD

Diare akut
dan kronis

Kuliah PA
2

Patogenes
is
dr.
gambaran
Humairah
mikroskop
Sp,PA
is kelainan
hepar

12.0013.30
13.3014.30

14.3015.30

Dept.
Radiologi

Kuliah PA 2

Patogenes
is
dr.
gambaran
Humairah
mikroskop
Sp,PA
is kelainan
hepar

Kuliah IPD

DR. Dr.
Diare Akut Sahrul
dan Kronis rahman,
Sp. PD

Kuliah IKA
2

alergi
makanan

Dept. Ilmu
Kesehatan
Anak

Kuliah
Bioetik

etika
kedoktera
n

dr. Yeti
Machrina,
M. Kes

ISHOMA
Praktikum
histologi 2
A1
/Mikrobiol
ogi
A2/Patolo
gi anatomi
A3

15.3016.00

ISHOMA

104

16.0017.00
17.0018.00

Jumat

9/18/2015

Instruktur
KKD

KKD A1

08.0009.00

Kuliah IPD

09.0010.00

Kuliah IKA
2

10.0011.00

Kuliah
bahasa
Inggris

11.0012.00

Kuliah
bioetika

DR. Dr.
keracunan
Sahrul
makanan,
Rahman,
botulisma
Sp.PD
Dept. Ilmu
alergi
Kesehatan
makanan
Anak
DR.
Bambang
Panca

Prak His 2
B1/Mikrobi
ologi
B2/Patolog
i anatomi
B3

dept.
Histologi/
mikrobiolo
gi/PA

Al Islam
Kemuham
madiyah

Maulana,
MA

Kuliah
Parasit 1
Kuliah
bahasa
Inggris

12.0013.30

protozoa
usus

dr.
Nurfadli,
MKT
DR.
Bambang
Panca

ISHOMA

Kuliah
Farmakolo
gi 2

13.3014.30
Diskusi
Panel

14.3015.30

Kuliah IPD

15.3016.00

ISHOMA
protozoa
usus

dr.
Nurfadli,
MKT

16.0017.00

Kuliah
Parasit 1

17.0018.00

antiemeti
k:
antihistam
Kuliah
dr. Ilham
in H1,
Farmakolo
Hariaji, M.
antagonis
gi 2
Biomed
dopamin,
antagonis
5-HT3
105

Diskusi
Panel

antiemeti
k:
antihistam
dr. Ilham
in H1,
Hariaji, M.
antagonis
Biomed
dopamin,
antagonis
5-HT3
DR. Dr.
keracunan
Sahrul
makanan,
Rahman,
botulisma
Sp.PD

Minggu III

Senin

08.0009.00

09.009/21/2015
10.00

10.0011.00

DR. Dr.
Sahrul
Sp,PD

Kuliah IPD

Hepatitis
A, B dan C

Kuliah
Patologi
Klinik

diagnosa
Lab peny.
Hepatitis,
gangguan
dr. Siti
hati dan
Hajar,
pankreatit
Sp.PK
is serta
karsionom
a
pankreas

Praktikum
Histo2
A2/Mikro
biologi
A3/PA A1

dept.
Histologi/
Mikrobiolo
gi

14.3015.30

Kuliah IPD

Hepatitis
A, B dan C

Kuliah
farmakolog
i3

Kuliah
parasitolog
i2

11.0012.00

12.0013.30
13.3014.30

Kuliah
Patologi
Klinik

diagnosa
Lab peny.
Hepatitis,
gangguan
dr. Siti
hati dan
Hajar,
pankreatit
Sp.PK
is serta
karsionom
a
pankreas

ISHOMA

KKD BM
A1

Instruktur
KKD

15.30-

ISHOMA
106

Praktikum
Histo2
B2/Mikrobi
ologi
B3/PA B1

antidiare
dan
laxantia:
antikoline
rgik,
adsorben.
Stimulan,
bulking
agent,
pelunak
feses
intestinal
flukes :
giardiasis
dan
balantidia
sis

DR. Dr.
Sahrul
Sp,PD

dr. Ilham
Hariaji, M.
Biomed

dr.
Nurfadli,
MKT

16.00
16.0017.00
17.0018.00

Selasa

08.0009.00

09.009/22/2015
10.00

10.0011.00
11.0012.00

Praktikum
Histo2
A3/Mikro
biologi
A1/PA A2

Kuliah
farmakolo
gi 3

Kuliah
parasitolo
gi 2

antidiare
dan
laxantia:
antikoline
rgik,
adsorben.
Stimulan,
bulking
agent,
pelunak
feses
intestinal
flukes :
giardiasis
dan
balantidia
sis

Al Islam
Kemuham
madiyah

dr. Ilham
Hariaji, M.
Biomed
Kuliah IPD

Perlemaka
n hati,
sirosis
hepatis,
hepatoma
, gagal
hepar

DR. Dr.
Sahrul
Sp,PD

dr.
Nurfadli,
MKT

Maulana,
MA

12.0013.30

13.3014.30

Instruktur
KKD

KKD BM B1

Praktikum
Histo2
B3/Mikrobi
ologi
B1/PA B2

Dept.
Histologi/
Mikrobiolo
gi

ISHOMA

KKD BM
A2

Instruktur
KKD

14.3015.30
15.3016.00

Kuliah
farmakolog
i3

Kuliah IKA
3
ISHOMA

107

antidiare
dan
laxantia:
antikoline
rgik,
adsorben.
Stimulan,
bulking
agent,
pelunak
feses
Konstripas
i

dr. Ilham
Hariaji, M.
Biomed

Dept. IKA

16.0017.00
17.0018.00

RabuKamis

Kuliah IPD

Perlemaka
n hati,
sirosis
hepatis,
hepatoma
, gagal
hepar

DR. Dr.
Sahrul
Sp,PD

KKD BM B2

Instruktur
KKD

LIBUR IDUL ADHA 1436 H

Jumat

08.0009.00

9/25/2015

09.0010.00
10.0011.00
11.0012.00

antidiare
dan
laxantia:
antikoline
Kuliah
rgik,
farmakol adsorben.
ogi 3
Stimulan,
bulking
agent,
pelunak
feses
Kuliah IKA Konstripas
3
i
Kuliah
bahasa
Inggris
dr. Yety
Kuliah
Machrina,
bioetika
M.Kes

12.0013.30

Al Islam
Kemuham
madiyah

DR.
Bambang
Panca

Kuliah
bioetika
Kuliah
bahasa
Inggris

Ujian Praktikum Histologi

14.3015.30
15.3016.00

ISHOMA

Ujian Praktikum Patologi Anatomi

17.0018.00

108

Maulana,
MA

Dept. IKA

ISHOMA

13.3014.30

16.0017.00

dr. Ilham
Hariaji, M.
Biomed

dr. Yety
Machrina,
M.Kes
DR.
Bambang
Panca

Minggu IV
08.0009.00
09.009/28/2015
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30
Senin

13.3014.30
14.3015.30

SGD

Tutor

ISHOMA

KKD LO1
A1

Instruktur
KKD

08.0009.00

09.009/29/2015
10.00

10.0011.00
11.0012.00

Kuliah
IPD

kolesistitis
, kole
(doko)
litiasis,
pankreatit
is dan
karsinoma
pankreas

Praktiku
m PK
A1/Farma
ko
A2/Parasi
tologi A3

Al Islam
Kemuha
mmadiya
h

12.0013.30
13.3014.30

Praktikum
PK
B1/Farmak
o
B2/Parasit
ologi B3

dept.
PK/Farmak
ologi/
parasitolog
i

ISHOMA

16.0017.00

Selasa

Tutor

Ujian Praktikum Biokimia

15.3016.00

17.0018.00

SGD

DR. Dr.
Sahrul
Sp,PD

KKD LO1
B1

dept.
PK/Farmak
ologi/Paras
itologi

Kuliah IPD

Maulana,
MA

Praktikum
PK
B2/Farmak
o
B3/Parasit
ologi B1

Instruktur
KKD

kolesistitis
, kole
(doko)
litiasis,
pankreatit
is dan
karsinoma
pankreas

DR. Dr.
Sahrul
Sp,PD

dept. PK/
Farmakolo
gi/Parasitol
ogi

ISHOMA
KKD LO 1
A2

Instruktur
KKD
109

Praktikum
PK

dept. PK/
Farmakolo

B3/Farmak
o
B1/Parasit
ologi B2

14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00

Rabu

9/30/2015

ISHOMA
Praktiku
m PK
A2/Farma
ko
A3/Parasi
tologi A1

08.0009.00

09.0010.00

Kul IPD

dept.
PK/Farmak KKD LO 1
ologi/Paras B2
itologi

Irritable
bowel
syndrome,
diverkuliti
s,
divertikul
osis,
DR. Dr.
kolitis,
Sahrul
kolitis
Sp,PD
ulseratif,
penyakit
Chorn,
polip/ade
noma,
karsinoma
kolon

KKD LO 1
BM B1

10.0011.00

11.0012.00

gi/Parasitol
ogi

KKD LO 1
BM A2

Instruktur
KKD

12.0013.30

Kul IPD

ISHOMA
110

Instruktur
KKD

Instruktur
KKD

Irritable
bowel
syndrome,
diverkuliti
s,
divertikul
osis,
DR. Dr.
kolitis,
Sahrul
kolitis
Sp,PD
ulseratif,
penyakit
Chorn,
polip/ade
noma,
karsinoma
kolon

13.3014.30

14.3015.30

Kuliah IKM
1

Praktiku
m PK
A3/Farma
ko
A1/Parasi
tologi A2

dept.
PK/Farmako
/Parasitolog
Kuliah Ilmu
i
Bedah 1

15.3016.00

dr. Elman
Boy, M.
Kes

apendisiti
s akut dan
abses
apendisiti
s

dr. Asrul,
Sp.B

ISHOMA

16.0017.00

Kuliah
Ilmu
Bedah 1

17.0018.00

Kuliah
IKM 1

08.0009.00
09.0010/1/2015
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30

Pencegah
an diare

apendisiti
s akut
dan
abses
apendisiti
s
Pencegah
an diare

dr. Asrul,
Sp.B

KKD BM LO
1 B2

Instruktur
KKD

SGD

Tutor

dr. Elman
Boy, M. Kes

Kamis

ISHOMA
Kuliah
forensic

14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00

Kuliah
IKM 2

08.0009.00

Tutor

MINITES

13.3014.30

17.0018.00

Jumat

SGD

toksikolo
gi
forensik
Pencegah
an STH

Dept.
Forensik

Kuliah IKM
2

Pencegah
an STH

dr. Elman
Boy, M. Kes

Kuliah
forensic

toksikolog
i forensik

dr. Elman
Boy, M.
Kes
Dept.
Forensik

ISHOMA
Kuliah
bioetika
KKD LO1
BM A1

Instruktur
KKD

Kuliah
bioetika

Kuliah DKI

Al Islam
Kemuham

111

Thaharah
pada
kasus
bedah

DKI

Maulana,
MA

10/2/2015

09.0010.00

Kuliah
DKI

10.0011.00

Kuliah
bahasa
inggris

11.0012.00

Kuliah
radiologi

Thaharah
pada
kasus
bedah

madiyah
DKI
DR.
Bambang
Panca

gambara
n
radiologi
Departeme
sistem
n Radiologi
gastroent
erohepat
ologi

12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30

Kuliah
bahasa
inggris

DR.
Bambang
Panca

ISHOMA

Diskusi
Panel

15.3016.00
16.0017.00

17.0018.00

Belajar
Mandiri

Kuliah Ilmu
Bedah 2

Expert

Hemoroid,
prolaps
rektum
dan anus,
proktitis
dan fisura
(anus)

dr. Asrul,
Sp.B

ISHOMA

Kuliah
Ilmu
Bedah 2

Hemoroi
d,
prolaps
rektum
dan anus,
proktitis
dan
fisura
(anus)

dr. Asrul,
Sp.B

Diskusi
Panel

Expert

Minggu V
08.0009.00
09.0010/5/2015
10.00
Senin

10.0011.00

SGD

Kuliah
Ilmu
Bedah 3

Tutor
perforasi
usus,
malrotasi
traktus
gastroint
estinal
112

dr. Asrul,
Sp.B

SGD

Kuliah
Radiologi

Tutor
gambaran
radiologi
sistem
Departeme
gastroent n Radiologi
erohepato
logi

dan
peritoniti
s

11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Selasa

10/6/2015

ISHOMA

KKD LO2
A1

Kuliah Ilmu
Bedah 3

Kuliah
Parasitolo
gi 3

Kuliah
Ilmu
Bedah 4

KKD LO2
B1

Hernia :
femoralis
,
inguinalis
,
skrotalis.
Strangula
ta,
inkarsera
ta,
reponibili
s,
ireponibil
is,
diafragm
a,
umbilikus

dr. Asrul,
Sp.B

Al Islam
Kemuha
mmadiya
h

Maulana,
MA

113

Instruktur
KKD

Kuliah
parasitolog
i 3

10.0011.00

11.0012.00

dr. Asrul,
Sp.B

ISHOMA

08.0009.00

09.0010.00

Instruktur
KKD

perforasi
usus,
malrotasi
traktus
gastrointe
stinal dan
peritonitis

Kuliah Ilmu
Bedah 4

Hernia :
femoralis,
inguinalis,
skrotalis.
Strangulat
a,
inkarserat
a,
reponibilis
,
ireponibili

dr. Asrul,
Sp.B

s,
diafragma
,
umbilikus
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
08.0009.00
09.0010/7/2015
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Rabu

08.0009.00
09.0010/8/2015
10.00
10.0011.00
11.0012.00

ISHOMA
KKD LO2
A2

Instruktur
KKD

Belajar
Mandiri

ISHOMA
Belajar
mandiri

Belajar
Mandiri
Evaluasi
KKD LO2
A2

Instruktur
KKD

KKD LO2
B2

Instruktur
KKD

KKD LO2
BM B1

Instruktur
KKD

Belajar
Mandiri
ISHOMA

Ujian Praktikum Patologi Klinik

ISHOMA
Belajar
Mandiri

KKD LO2
BM B2

Instruktur
KKD

SGD

Tutor

Kamis

SGD

Tutor

Ujian Praktikum Farmakologi

114

12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00

ISHOMA

Ujian Praktikum Parasitologi

ISHOMA
KKD
LO2BMA1

Instruktur
KKD

Belajar
Mandiri

08.0009.00
09.0010/9/2015
10.00

Diskusi
Panel

10.0011.00

Kuliah
bahasa
inggris

DR. Bambang Kuliah


Panca
bioetika

11.0012.00

Kuliah
bioetika

dr. Yety
Machrina,
M.Kes

Jumat

12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00

Al Islam
Kemuham
madiyah

ekspert

Kuliah
bahasa
inggris

Maulana,
MA
dr. Yety
Machrina,
M.Kes
DR.
Bambang
Panca

ISOMA
Belajar
Mandiri

Diskusi
Penel

ekspert

ISHOMA

Ujian Praktikum Mikrobiologi

Minggu VI
08.0009.00
10/12/201 09.005
10.00
Senin

10.0011.00
11.0012.00

SGD

Kuliah
Ilmu
Bedah 5

Tutor
Kelainan
gastroen
terohep
atologi
pada
115

dr. Asrul,
Sp.B

SGD

Belajar
Mandiri

Tutor

anak :
invagina
si/intuse
psi,
hirschpr
ung
disease,
malform
asi
rektal/at
resia ani
12.0013.30

ISHOMA

13.3014.30

14.3015.30

15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
08.0009.00
10/13/201 09.005
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.30Selasa

KKD LO3
A1

Instruktur
KKD

Kuliah Ilmu
Bedah 5

Kelainan
gastroent
erohepato
logi pada
anak :
invaginasi
/intusepsi,
hirschpru
ng
disease,
malforma
si
rektal/atr
esia ani

dr. Asrul,
Sp.B

ISHOMA
Belajar
Mandiri

KKD LO3
B1

BelajarM
andiri

Belajar
mandiri

Al Islam
Kemuha
mmadiya
h

Maulana MA

Belajar
mandiri

ISOMA
KKD LO3
A2

Instruktur
KKD
116

Belajar
mandiri

Instruktur
KKD

15.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00

ISHOMA
BelajarM
andiri

Rabu

KKD LO3B2

Instruktur
KKD

LIBUR 1 MUHARRAM 1437 H

08.0009.00
10/15/201 09.005
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Kamis

Jumat

SGD

Tutor

SGD

Belajar
Mandiri

Belajar
Mandiri
ISOMA

Belajar
Mandiri

Belajar
Mandiri
ISO

Belajar Mandiri

08.0009.00

10/16/201 09.005
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30
13.30-

Tutor

Kuliah
Bioetik
kedokter
an
Kuliah
Bahasa
Inggris

dr.Yetty
Machrinna,
M.Kes

Al Islam
Kemuham
madiyah

DR. Bambang Kul Bioetik


Panca
kedokteran
Kuliah
Bahasa
Inggris

Belajar
Mandiri

ISOMA
Diskusi

ekspert
117

Maulana,
MA

dr.Yetty
Machrinna,
M.Kes
DR.
Bambang
Panca

14.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00

Panel

ISHOMA
Belajar
Mandiri

Diskusi
Panel

ekspert

Minggu
VII
08.0009.00
10/19/201 09.005
10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.30
13.3014.30
14.3015.30
15.3016.00
16.0017.00
17.0018.00
Senin

Selasa

Evaluasi
KKD LO 3
A1

Instruktur
KKD

Diskusi
Bioetik

Evaluasi
KKD LO3
A2

Instruktur
KKD

Belajar
Mandiri
ISHOMA
Evaluasi
KKD LO3
B1

Belajar
Mandiri

Instruktur
KKD

ISHOMA
Evaluasi
KKD LO3
B2

Diskusi
Bioetik

08.0016.00

10/20/201
5
08.0009.00
10/21/201 09.005
10.00
16.0018.00
Rabu

UJIAN BLOK

Kamis
10/22/201
118

Instruktur
KKD

5
Jumat
10/23/201
5

Batas Akhir Pengumpulan Nilai KBK

119

Anda mungkin juga menyukai