TINJUAN TEORITIS
10
2.2. Embriogenesis
Embriogenesis adalah proses pembentukan organ dari tahap embrio
sampai menjadi organ yang dapat berfungsi. Embriogenesis normal
merupakan proses yang sangat kompleks. Menurrut Effendi & Indrasanto,
2014, perkembangan prenatal terdiri dari tiga tahap yaitu :
2.2.1.
Tahap
implantasi
(implantation
stage),
dimulai
pada
saat
11
2.2.3. Tahap fetus (fetal stage), dimulai minggu kedelapan sampai lahir. Pada
tahap ini diferensiasi seluruh organ telah sempurna, bertambah dalam ukuran;
pertumbuhan progresif struktur skeletal, muskulus dan terutama otak.
2.3. Tahap Perkembangan Janin Tiap Trimester
Menurut Aini (2009), tahap perkembangan janin di dalam kandungan
adalah sebagai berikut:
2.3.1. Trimester Pertama
a. Minggu ke-1, terbentuknya zigot, blastomer, morula, dan blastosika
b. Minggu ke-2 cairan amnion mulai terbentuk dan mulai terisi air
ketuban.
c. Minggu ke-3, embrio mulai berkembang sempurna, menggulung ke
atas membentuk kepala dan menggulung ke bawah membentuk ekor.
Cikal bakal organ penting janin mulai terbentuk di minggu ini. Seperti
sistem pembuluh darah, sistem saraf, jantung, mata, tangan dan kaki.
Juga sudah terdapat materi genetik, termasuk warna rambut, bentuk
mata, dan tingkat intelegensi si calon bayi.
d. Minggu ke-4, Jantung mulai berdetak, namun bentuk jantung masih
sederhana, baru satu bilik. Adanya detak jantung darah mulai di pompa
ke seluruh tubuh embrio.
e. Minggu ke-5, otak berkembang sangat pesat, yaitu otak bagian depan,
belakang dan tengah, Jaringan saraf berproliferasi sangat cepat dengan
menutupnya tabung saraf (neural tube), juga sepasang rongga tempat
12
13
i. Minggu ke-9, Semua organ vital seperti otak, paru-paru, hati, ginjal
dan usus sudah terbentuk, dan suara detak jantung sudah bisa di
dengar.
j. Minggu ke-10, Semua struktur dasar yang sudah terbentuk akan terus
berkembang, jari tangan dan kaki sudah saling terpisah, rambut dan
kuku terus tumbuh, dan tulang bertambah kuat seiring ketersediaan
kalsium didalam tubuh. Pada pemeriksaan USG, jenis kelamin janin
sudah dapat diidentifikasi secara jelas, sistem saraf dan otot sudah
mencapai kematangan, dan telah mampu mengirim ataupun menerima
pesan dari otak. Sistem pencernaan sudah mampu melakukan
kontraksi untuk mendorong makanan melewati usus besar, serta
saluran pencernaan sudah bisa menyerap glukosa secara aktif.
k. Minggu ke-11, mulai pembentukan pita suara, bakal gigi yang
tertanam dalam gusi sudah terbentuk, hati mulai membuat empedu dan
memproduksi zat yang membantu usus mencerna lemak, ginjal mulai
memproduksi urin di kandung kemih, dan usus mulai membentuk
bagian dalamnya yang berfungsi menyerap sari pati makanan. Selain
itu, pankreas sudah dapat meproduksi insulin.
l. Minggu ke-12, penampilan fisik janin sudah sempurna, struktur organ
tubuh sudah lengkap, namun tetap masih berkembang.
2.3.2. Trimester Kedua
14
a. Minggu ke-13, kulit tubuh janin masih sangat tipis, matanya belum
berkelopak, telinga bagian luar sudah menyerupai bentuk telinga
normal, kerangka tubuhnya mulai menyerap kalsium sehingga
menjadi lebih keras. Janin sudah bisa menggerakkan atau memutar
kepala, wajahnya mulai dapat bereaksi, dan gerakan janin semakin
aktif dan lincah.
b. Minggu ke-14, pembentukan tulang-tulang leher terus berlanjut
menuju tahap sempurna, sehingga leher dapat sepenuhnya
menyangga kkepala janin, posisi kepala sudah relatif tegak,
begitupun tulang punggung dan otot-otot bagian tubuh terus
berproses dan tumbuh makin kuat sehingga tubuh menjadi tegak.
Setahap demi setahap bagian tubuhnya terus berkembang, tangan
dan kaki sudah lengkap, tampak tungkai kaki tumbuh lebih panjang
daripada tangan, persendian sudah mulai bekerja dan dapat
digerakkan, dan sistem saraf mulai berfungsi.
c. Minggu ke-15, jaringan atau lapisan lemak mulai tumbuh dan
berkembang serta sistem peredaran darah mulai sempurna dengan
jantung sebagai pusatnya.
d. Minggu ke-16, panjang tungkai kaki dan lengan mulai seimbang,
sistem kekebalan tubuh dan pendengaran sudah mulai berfungsi.
e. Minggu ke-17, gerakan-gerakan janin makin aktif dan sistem
pendegaran berfungsi semakin baik.
f. Minggu ke-18, minggu ini merupakan saat penting dalam
perkembangan sensoris atau pengindraan, karena sel-sel saraf yang
15
17
18
dapat
mengganggu
perkembangan,
tetapi
efeknya
sangat
19
20
kesehatan yang serius dan mungkin hanya berpengaruh pada segi kosmetik.
Malformasi pada otak, jantung, ginjal, ekstrimitas, saluran cerna termasuk
malformasi mayor, sedangkan kelainan daun telinga, lipatan pada kelopak
mata, kelainan pada jari, lekukan pada kulit (dimple), ekstra puting susu
adalah contoh dari malformasi minor.
2.5.2. Deformasi
Deformitas terbentuk akibat adanya tekanan mekanik yang abnormal
sehingga merubah bentuk, ukuran atau posisi sebagian dari tubuh yang semula
berkembang normal, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula
yang kecil). Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam
uterus ataupun faktor ibu yang lain seperti primigravida, panggul sempit,
abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan kembar. Deformitas
juga bisa timbul akibat faktor janin seperti presentasi abnormal atau
oligohidramnion. Contoh deformitas yang sering terjadi pada bayi baru lahir
seperti: Talipes, dislokasi sendi panggul kongenital, skoliosis kongenital,
plagiosefali, tortikolis, mandibula tidak simetris.
2.5.3.Disrupsi
Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang
disebabkan oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal.
Ini biasanya terjadi sesudah embriogenesis. Berbeda dengan deformasi yang
21
robeknya selaput amnion pada kehamilan muda sehingga tali amnion dapat
mengikat erat janin, memotong kuadran bawah fetus, menembus kulit,
muskulus, tulang, dan jaringan lunak.
2.5.4 Displasia
Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan kongenital
adalah displasia. Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan
struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam
jaringan di seluruh tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat
penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai kelainan produksi
enzim atau sintesis protein. Sebagian besar disebabkan oleh mutasi gen.
Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek klinisnya menetap
atau semakin buruk. Ini berbeda dengan ketiga patogenesis terdahulu.
Malformasi, deformasi, dan disrupsi menyebabkan efek dalam kurun
waktu yang jelas, meskipun kelainan yang ditimbulkannya mungkin
berlangsung lama, tetapi penyebabnya relatif berlangsung singkat. Displasia
dapat terus-menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup.
2.6. Beberapa Macam Pengelompokan Kelainan Kongenital
22
Menurut
Effendi
&
Indrasanto,
2014,
Kelainan
kongenital
pembentukan
pembuluh
darah
pada
saat
sebagian
atau
seluruh
tungkai
yang sedang
25
26
yang
dapat
menimbulkan
keempat),
atau
selama
proses
persalinan
berlangsung,
28
beresiko
tinggi
adalah
kehamilan
yang
dapat
29
30
pada gen yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada
bayi yang dilahirkan. Dikatakan bahwa penyinaran lebih dari 10.000
millirads/10 rad pada wanita hamil dikhawatirkan akan mempunyai efek
terhadap janin. Pada umumnya kelainan kongenital yang berat akan terjadi
apabila radiasi terjadi pada umur kehamilan 2 minggu - 16 minggu.
Level radiasi yang diterima oleh janin akan tergantung dari jenis
pemeriksaan yang dikerjakan, daerah mana yang dilakukan pemeriksaan, dan
berapa kali mengerjakan pemeriksaan tersebut. Sebagai contoh, radiasi
melebihi
10
rad
menunjukkan
peningkatan
gangguan
mata
dan
31
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya serta
kurang gizi dapat mempengaruhi pertumbuhaan dan dapat menyebabkan
kelainan bawaan pada janin (Rukiyah & Yulianti, 2009). Berikut ini beberapa
contoh gizi yang dibutuhkan selama kehamilan:
a. Vitamin A yang berfungsi untuk pertumbuhan sel jaringan,
pertumbuhan gigi, dan pertumbuhan tulang, penting untuk mata,
kulit, rambut serta mencegah kelainan kongenital (Indriyani, 2008).
b. Asam folat, janin sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah
banyak guna pembentukan sel dan sistem syaraf. Kebutuhan asam
folat selama kehamilan berikisar antara 400 sampai 800 mikrogram
per harinya. Jika janin mengalami kekurangan akan asam folat,
maka hal ini akan membuat perkembangan janin menjadi tidak
sempurna dan dapat membuat janin terlahir dengan kelainan seperti
mengalami neural tube defect, seperti spina bifida (Kristiyanasari,
2010).
c. Wanita yang hamil dengan tingkat vitamin B12 (dapat ditemukan
dalam daging, telur, dan susu) yang rendah ketika hamil berisiko
lebih besar untuk memiliki anak dengan cacat tabung saraf
(Indriyani, 2008).
d. Protein,
berfungsi memelihara sel, membuat hemoglobin,
membentuk kekebalan tubuh, dan mngoptimalkan perkembangan
otak janin (Indriyani, 2008).
32
Jika
pengukuran
LILA
berarti status gizi ibu hamil normal, dan jika ukuran LILA kurang dari 23,5
cm atau dibagian merah pita, artinya
33
2.8. Pencegahan
Upaya penceghan terjadinya kelainan kongenital dapat dilakukan
dengan cara yaitu :
2.8.1. Pencegahan Primer
Upaya pencegahan primer dilakukan untuk mencegah ibu hamil agar
tidak mengalami kelahiran bayi dengan kelainan kongenital, yaitu dengan :
a. Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi, seperti usia kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun agar tidak berisiko melahirkan bayi dengan
kelainan kongenital.
b. Mengonsumsi asam folat yang cukup bila akan hamil. Kekurangan asam
folat pada seorang wanita harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum wanita
tersebut hamil, karena kelainan seperti spina bifida terjadi sangat dini.
Maka kepada wanita
yang
hamil
agar
rajin
memeriksakan
berencana
hamil
mcg/hari. Asam folat banyak terdapat dalam sayuran hijau daun, seperti
bayam, brokoli, buah alpukat, pisang, jeruk, berry, telur, ragi, serta aneka
makanan lain yang diperkaya asam folat seperti nasi, pasta, kedelai,
sereal.
c. Perawatan Antenatal (Antenatal Care)
34
35
36
dilakukan
pemeriksaan
lebih
lanjut
antara
lain
37
Biasanya dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 20 minggu. Tes ini bisa
mendeteksi kelainan kromosom, kelainan metabolis, kelainan gen tunggal,
infeksi seperti toksoplasmosis atau rubela, juga kelainan pada darah (rhesus),
serta problem plasenta semisal kekurangan oksigen.
Sedangkan untuk mengenal kelainan kongenital setelah lahir, maka
bayi yang baru lahir perlu diperiksa bagian-bagian tubuh bayi tersebut, yaitu
bentuk muka bayi, besar dan bentuk kepala, bentuk daun telinga, mulut, jarijari, kelamin, serta anus bayi.
b. Pengobatan
Pada umumnya penanganan kelainan kongenital pada suatu organ
tubuh umumnya memerlukan tindakan bedah. Beberapa contoh kelainan
kongenital yang memerlukan tindakan bedah adalah hernia, celah bibir dan
langit-langit, atresia ani, spina bifida, hidrosefalus, dan lainnya. Pada kasus
hidrosefalus, tindakan non bedah yang dilakukan adalah dengan pemberian
obat-obatan
yang
dapat
mengurangi
produksi
cairan
serebrospinal.
orang
rencana
perawatan
bayi
dan
dan
melakukan
kelainannya.
2.9. Contoh Kelainan Kongenital Pada Bayi Baru Lahir
Beberapa contoh kelainan kongenital yang bisa terjadi pada bayi baru
lahir yaitu:
2.9.1. Labio/palate skizis
39
Labiopalatoskisis
adalah kelainan
kongenital pada
bibir dan
2.9.2. Anensefalus
Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang
tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan
tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan pembentuk otak. Salah satu gejala janin yang
dikandung mengalami anensefalus jika ibu hamil mengalami polihidramnion
(cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak). Prognosis untuk kehamilan
dengan anensefalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka biasanya akan
40
mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir (Maryanti Dwi, Sujianti &
Budiarti Tri, 2011).
2.9.3. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang dapat mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial
yang
meninggi,
sehingga
terdapat
pelebaran
ventrikel.
41
2.9.5. Hisprung
Penyakit Hisprung (Mega Kolon Aganglionik Kongenital) disebabkan
oleh kelainan inervasi usus, mulai pada sfingter ani interna dan meluas ke
proksima, melibatkan panjang usus yang bervariasi, tetapi selalu termasuk
anus dan setidak-tidaknya sebagian rektum. Tidak adanya sebagian saraf
adalah akibat dari kegagalan perpindahan neuroblast dari usus proksimal ke
distal pada usia gestasi 6-12 minggu (Endjun, 2009). Segmen yang
aganglionik terbatas pada rektosigmoid pada 75% penderita, 10% pada
42
seluruh usus, dan sekitar 5% dapat mengenai seluruh usus sampai pylorus
(Wahid, 2012).
2.9.6. Atresia Ani
Atresia Ani adalah kelainan kongenital dimana rectum tidak
mempunyai lubang keluar. Patofisiologi kelainan kongenital ini disebabkan
karena adanya kegagalan kompleks pertumbuhan septum urorektal, struktur
mesoderm lateralis, dan struktur ectoderm dalam pembentukan rektum dan
traktus urinarius bagian bawah. Secara klinis letak sumbatan dapat tinggi,
yaitu di atas muskulus levator ani, atau letak rendah di bawah otot tersebut.
Pada bayi perempuan umumnya (90%) ditemukan adanya fistula yang
menghubungkan usus dengan perineum atau vagina, sedangkan pada bayi
laki-laki umumnya fistula tersebut menghubungkan bagian ujung kolon yang
buntu dengan traktus urinarius. Bila anus imperforata tidak disertai adanya
fistula, maka tidak ada jalan ke luar untuk udara dan mekonium, sehingga
perlu segera dilakukan tindakan bedah (Wahid, 2012).
2.9.7. Spina Bifida
Spina Bifida termasuk dalam kelompok neural tube defect berupa
defeck pada arkus posterior tulang belakang akibat kegagalan penutupan
elemen saraf dari kanalis spinalis pada perkembangan awal dari embrio.
Spina Bifida yaitu suatu celah pada tulang belakang yang terjadi karena
43
bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk
secara utuh. Kelainan ini biasanya disertai kelainan di daerah lain, misalnya
hidrosefalus, atau gangguan fungsional yang merupakan akibat langsung spina
bifida sendiri, yakni gangguan neurologik yang mengakibatkan gangguan
fungsi otot dan pertumbuhan tulang pada tungkai bawah serta gangguan
fungsi otot sfingter ( Mutaqin, 2008).
2.9.8. Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan anatomi jantung
yang dibawa sejak dalam kandungan sampai dengan lahir ( Arief &
Kristiyanasari, 2009). Atau Penyakit Jantung Bawaan adalah penyakit dengan
kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari
lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan
struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Penyakit Jantung
Bawaan (PJB) merupakan penyakit yang cukup sering ditemukan, dengan
angka kejadian sekitar 30% dari seluruh kelainan bawaan. Penyakit jantung
bawaan ada beraneka ragam. PJB dapat bersifat eksogen atau endogen. Faktor
eksogen terjadi akibat adanya infeksi, pengaruh obat, pengaruh radiasi, dan
sebagainya. Pada periode organogenesis, faktor eksogen sangat besar
pengaruhnya terhadap diferensiasi jantung karena diferensiasi lengkap
susunan jantung terjadi sekitar kehamilan bulan kedua. Sebagai faktor
endogen dapat dikemukakan pengaruh faktor genetik, namun peranannya
44
terhadap kejadian penyakit PJB kecil. Dalam satu keturunan tidak selalu
ditemukan adanya PJB. (Roebiono, 2011).
2.10. Penelitian Terkait
2.10.1. Penelitian yang dilakukan oleh Abidin (2013) dengan judul FaktorFaktor Yang Berpengaruh terhadap Kejadian Kelainan Kongenital Facio-Oral
Pada Neonatus di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode Januari 2009-Juni
2013. Didapatkan hasil bahwa faktor yang bermakna adalah usia berisiko pada
ibu (p=0,000; OR=11,667; 95% CI=2,696-50,490), infeksi intrauterin
(p=0,000; OR=15,400; 95% CI=2,930-80,951), gizi kurang baik (p=0,003;
OR=7,000; 95% CI=1,822-26,887) dan antenatal care (p=0,000; OR=38,333;
95% CI=4,395-334,382).
2.10.2. Penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2013) dengan judul FaktorFaktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Kelainan Kongenital Sistem
Urogenital Pada Neonatus di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Dari penelitian ini
diketahui bahwa secara keseluruhan kelompok neonatus dengan kelainan
kongenital sistem urogenital, laki-laki mencatat angka tertinggi yaitu 22
neonatus (95,7%), sedangkan perempuan hanya 1 neonatus (4,3%). Frekuensi
neonatus yang menderita infeksi intrauterin adalah 8 neonatus (34,8%) dan
yang tidak sebanyak 15 neonatus (65,2%). Variabel yang berpengaruh
terhadap kejadian kelainan kongenital sistem urogenital adalah infeksi
45
Faktor Kelainan
Genetikterbanyak
& Kromosom
persalinan,
tampak kejadian
pada ibu dalam kelompok umur >35
Faktor Mekanik
Faktor
Infeksi
tahun
yaitu
sebanyak 64 kasus dari 2.871 persalinan (2,23%).
Faktor Obat
Faktor Umur Ibu
2.11. Kerangka Teori
Faktor Hormonal
Faktor Radiasi
tinjauan teori diatas, makaKelainan
dapat disusun
kerangkaPada
teori Bayi Baru lahi
Kongenital
FaktorBerdasarkan
Gizi
sebagai berikut :
46
Infeksi
Obat
Umur Ibu
Gizi
47
48