Anda di halaman 1dari 3

SECONDARY TREATMENT

Tujuan: Mengurangi BOD terlarut dari hasil


pengolahan limbah primer.
Prinsip: Menggunakan mikroorganisme
(biomassa), bakteri u/ menstabilisasi limbah.
Hal yg perlu diperhatikan: kemampuan
mikroorganisme, kontak antara organisme dan
bahan organik, kandungan O 2, kondisi lingkungan
(suhu dan waktu).
BIOMASSA
Sekelompok organisme yg ada secara alami di
alam (bakteri, protozoa, algae, fungi) yg dapat
digunakan sebagai sumber bahan bakar atau u/
produksi industri.
NUTRIEN
Makro: C, H, O (limbah dan air), N, P (limbah,
nutrien tambahan).
Mikro: Co, Ni, Mn, B, Zn, Pb (Trace metals).
Minor: Na, K, Ca, Mg, Fe, Cl-, SO42LINGKUNGAN
SUHU: psikrofilik (5-20oC), mesofilik (20-45 oC),
termofilik (45-70 oC).
pH: umumnya 5-9, bisa beroperasi dalam pH
mana saja, asal tetap di dalam range dan konstan.
TIPE SISTEM PENGOLAHAN SEKUNDER
SUSPENDED GROWTH: biomassa tersuspensi
terus-menerus, limbah dan biomassa bercampur
dan bergerak bersama di dalam reaktor.
FIXED/ATTACHED GROWTH: biomassa berada
pada permukaan inert yang dipasang dalam
reaktor. Limbah cair mengalir melewati reaktor.
Level biomassa cenderung tetap. Biomassa
berlebih akan terbawa keluar reaktor oleh fasa
cair.
Pemilihan sistem suspended growth atau
fixed/attached growth tergantung pada kekuatan
limbah dan jenis aseptor elektron.
JENIS-JENIS SISTEM SUSPENDED GROWTH
1. Actived Sludge (Sistem Lumpur Aktif):
terdiri dari 3 komponen, yaitu reaktor (tempat
interaksi limbah, biomassa, dan O2), solid-liqud
separator, dan sistem daur ulang limbah dari
tangki pemisah ke reaktor.
Digunakan u/ pengolahan limbah dengan kadar
organik yg tinggi, fleksibel (mudah
dimodifikasi), biaya pembuatan dan perawatan
mahal, dipilih kalau lahan sempit.
2. Stabilization Ponds (Kolom Stabilisasi
Limbah): termasuk kedalam suspended growth
yg tidak memiliki sistem daur ulang, sederhana
dan murah, dipilih kalau lahan luas. Ada 3 jenis
berdasarkan ketersediaan oksigen dalam kolam,
yaitu aerobik (menggunakan aerator
mekanis/difusser, luas area lebih kecil),
fakultatif (kedalaman 1.2-2.4 m, tidak diaduk,
BOD5 hilang sampai 95%, SS tinggi pada musim
panas karena banyak alga di effluent),
anaerobik (kedalam 2-5 m, untuk BOD tinggi
(> 100g/m3), BOD hilang 60-85%, mengurangi
N, P, K, dan patogen).
3. Constructed Wetlands (Rawa Buatan): u/
mengolah berbagai macam effluent,
menggunakan tanaman air, sederhana dan
murah, perlu lahan yg sangat luas.
JENIS-JENIS SISTEM ATTACHED GROWTH
1. Percolating/Trickling Filter: aerobik, populer
sebelum lumpur aktif, kedalaman 1-2.5 m, D=5
dan 50 m, cocok u/ soluble organics (susu).
Faktor yg harus diperhatikan dalam design;
media filter (luas permukaan besar, tahan
lama, murah, tidak mudah tersumbat), sistem
penyemprotan (paling umum rotary
distributor), sistem pengurasan (u/ membawa
air, dan sloughed solid ke clarifier, menyediakan
udara agar sistem tetap aerobik).
Rasio resirkulasi: mengurangi kekuatan
limbah influen dan kadar racun, menjaga
wetting rate konstan (mikroorganisme tidak
mati), memaksa sloughing menghindari
penyumbatan.
Organic Surface Loading Rate (OSLR):

OSLR =
OSLR=

(+) sederhana, tahan beban kejut, kebutuhan


energi rendah, produksi sludge kecil, sludge
mengental dan mengering dengan mudah.
(-) BOD/SS keluaran tinggi, modal besar,
pemakaian terbatas, N dan P susah hilang.
2. Biotower: laju masuk hidrolik dan organik > dr
tricking filter, u/ limbah industri (industri susu).
3. Rotating Biological Contactors: ukuran lebih
kecil dibanding yg lain, perlu energi lebih kecil,
sering dipakai di industri. Laju mikroba yg cepat
piring rusak dan bau yg mengganggu.
4. Packed-Bed Fixed-Film: mirip dengan aerobik
tricking filter yg direndam, efektif u/ menyaring
SS, sering dibacwashmencegah clogging.
5. Biological Fluidized Beds: u/ limbah
berbahaya, limbah rumah tangga, limbah
industri tak beracun. Aerobik, anoxic, anaerobik.
Mengatasi masalah packed-bed-fixed-film.
Kualitas effluen dapat diperkirakan dari loading
reaktor.
PARAMETER DESIGN SISTEM LUMPUR AKTIF
1. Hydrolic Retention Time (HRT), : =V/Qo.
BOD <, HRT singkat.
2. Solid Retention Time (SRT), c:
c=
SRT tergantung pada T, tipe reaktor, nitrifikasi.
3. Recycle Ratio: rasio laju alir sludge yg
direcycle (Qr) dengan laju alir sludge yg masuk
(Qo). r rendah MLSS rendah sludge
mengambang di clarifier. r=0.5-3.
4. Bacterial Growth Coefficient (Y): yield
coefficient, yaitu jumlah mikroba yg dihasilkan
per jumlah substrat yg di konsumsi.
5. Decay Coefficient (Kd): konstanta laju
kematian, yaitu konstanta yg menentukan laju
kematian mikroba. Kd=0.01-0.05 per hari.
KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI
(AEROBIK)
dx/dt: laju pertumbuhan biomassa
x: konsentrasi biomassa
: konstanta laju pertumbuhan massa
sel spesifik
Xo: konsentrasi biomassa saat t=0
S: konsentrasi substrat
m: laju pertumbuhan maks
Ks: konstanta jenuh, yaitu saat
=m
Kd: konstanta laju kematian

1. Complete Mix: loading volumetrik rendah


(<1kg BOD5/hari/m3), konsentrasi merata diseluruh
reaktor, mampu menampung beban >>, u/ limbah
berkandungan organik tinggi.
Neraca massa biomassa:

Neraca massa substrat:

PENGARUH SRT: SRT<SRT minwashout,


SRT<<foaming (tidak mudah mengendap),
SRT>>(sludge tua)cepat mengendap tapi
kurang efektif (effluen kurang jernih).
2. PLUG FLOW REACTORS: mixing arah lateral,
bukan longitudinal. (+) bisa mengolah semua
influen.

: recycle ratio. Si: BOD influen setelah direcycle.


X: konsentrasi mikroorganisme.
Conventional PFR: SRT=3-10 hari. u/ BOD<<
3. OXIDATION DITCH: aeration tank berbentuk
sirkuit balap, O2>> ke O2<<,HRT=~24jam,
SRT=20-30 hari, kualitas effluen tinggi. Biasanya
sistem extended aeration, idealnya semua
substratenergi(dX/dt=0).

F/M RATIO (makanan dan mikroba): parameter


desain dan operasi u/ lumpur aktif. Lumpur aktif
akan mencapai kesetimbangan jika jumlah
makanan dan mikroba seimbang F/M ratio
mengontrol laju oksidasi biologi dan massa
organisme.

4. CONTACT STABILIZATION: aerasi dilakukan


pada 2 fasa di 2 tangki berbeda. Pada tangki
kontak, materi organik tersuspensi diadsorb oleh
mikroorgnisme. Pada tangki stabilisasi padatan yg
telah dibuang dari clarifier distabilisasi lanjut
dengan aerasi ulang sebelum dikombinasikan
dengan limbah influen. Volume tangki aerasi yg
digunakan biasanya 50% lebih << dari PFR. Cocok
u/TSS tinggi.
5. SQUENCING BATCH REACTORS (SBR):
sangat fleksibel dalam mengolah berbagai jenis
influen,A instalsi >>,rangkaian tanpa secondary
clarifier, aerasi dan pengendapan pada 1 tangki,
sekuensnya meliputi: pengisian, rx, pengendapan,
pengambilan effluent, dan pengembalian lumpur.
6. STEP AERATION: limbah ditambahkan pada
beberapa titik sepanjang tangki aerasi
u/meratakan beban organik dan laju pnggunaan
O2, control beban kejut lebih baik dan MLSS lebih
<< di clarifier.
SISTEM AERASI: u/ menjaga suplai DO (13mg/L), meningkatkan pencampuran antara
biomassa dan limbah di tangki aerasi. Faktor:
beban organik, konsentrasi MLSS, suhu.
1. Diffused aerators (blower dan pipa
disribusi): cocok u/ tangki yg dalam karena
supply O2 dari dalam tangki, effisensi transfer O2>>, mengurangi pengendapan dibawah tangki,
membantu membawa gas NH3,CO2,H2S ke udara.
Kategori fine bubble dan coarse bubble. Fine
bubble: O2 lebih baik dr coarse bubble, tp mudah
tersumbat.
2. Surface aerators (pompa dan pengaduk):
bekerja dengan menarik air dr permukaan dan
melemparnya ke atas atau mengaduknya.
Distribusi O2 kurang merata.
ANAEROBIC DIGESTION: penggunaan mikroba
tanpa melibatkan O2 u/ stabilisasi zat organik.

So: konsentrasi BOD influen (kg/m3)


Qo: laju influen (m3/hari)
X: konsentrasi solid reaktor (MLSS) (kg/m 3)
V: volume reaktor (m3)
: HRT (hari)
SISTEM LUMPUR AKTIF

u/ treatment limbah organik berkekuatan tinggi


hasilnya sesuai u/ pengolahan secara konvensional
melalui proses aerobik.
(+)reduksi potensi polusi dr limbah, eliminasi
patogen dan biji rumput, peningkatan nilai pupuk
(dr digestat) dr produk limbah, produksi
biogasenergi.

Jika semua substrat (S) menjadi biomassa (X),


maka:
Karena konversi tidak effisien, Y<1 maka:
Y: fraksi substrat yg diubah menjadi biomassa.
Y=0.4-0.8 u/ aerobik dan 0.08-0.2 u/ anaerobik.
Laju penggunaan substrat:

BIOGAS: gas campuran CH4,CO2,dan gas


lainnyadr hasil penguraian material organik
(kotoran hewan, kotoran manusia, tumbuhan o/
bakteri pengurai metanogen pd biodigester.
TAHAP PEMBENTUKAN CH4: 1. HIDROLISIS:
polimer kompleks (karbohidrat, selulosa, protein,
lemak) dipecah gula sederhana, as. amino, as.
lemak. 2. ASIDOGENESIS: monomer sederhana
dipecah as. lemak volatil (C6). 3.
ASETOGENESIS: produk asidogenesis dipecah
as. asetat, melepaskan H2 dan CO2. 4.
METANOGENESIS: pembentukan CH4 dgn
memecah 2 as. asetat CO2 dan CH4 atau rx CO2
dan H2.
TAHAP PEMBENTUKAN CH4 DARI LIMBAH
ORGANIK: 1. Hidrolisis materi organik kompleks.
2. Fermentasi as. amino dan gula. 3. Oksidasi
anaerobik dr as. lemak berantai panjang dan
alkohol. 4. Oksidasi anerobik dr produk perantara
(intermediate). 5. Produksi asetat dr CO2 dan H2.
6. Konversi asetat menjadi CH4 o/ bakteri
metanogen asetiklastik. 7. Produksi CH4 o/ bakteri
metanogen hidrogenotrofik dgn menggunakan CO 2
dan H2.
MIKROBA DALAM PROSES ANEROBIK:
melibatkan banyak jenis mikroba dalam proses yg
kompleks. Contoh: hidrolisis dan asidogenesis
Butyrivibrio, Clostridium, Lactobacillus,
Streptococcus. asetogenesis Acetobacterium,
Clostridium. metanogenesis
Methanobacterium, Methanococcus,
Methanogenium.
Bakteri metanogen biasanya didapat dr air bersih,
endapan air laut, sapi, kambing, lumpur kotoran.
KONDISI OPTIMUM U/ PERTUMBUHAN
BAKTERI: bakteri pembentuk asam: T
berfluktuasi, rentang pH >>, dgn/tanpa O 2,
rentang bahan organik >> sbg sumber makanan.
bakteri metanogen: bebas dr O2, suhu relatif
konstan(35oC), pH 6.6-7.6, as. organik sederhana
sbh sumber makanan.
Limbah pd umumnya berbentuk cair (2-40 kg
COD/m3/hari) dgn kandungan padatan: 3-10% low
solid digester dan 10-30% high solid digester.
Waktu retensi padatan antara 10-30 hari. Biogas
terbentuk pd hari ke 4-5, puncak: hari ke 20-25.
Pengadukan dpt dilakukan dgn pengaduk mekanik,
resirkulasi gas, daur ulang sludge. COD berkurang
dr 70-90%. Produksi gas 1-5 m3 biogas per m3
volume digester dgn kandungan CH4 50-70%, 3040% CO2, dan gas lainnya.
VARIABEL LINGKUNGAN: T, pH, pengadukan,
kontrol NH3 dan sulfit, nutrient.
BIODIGESTER YG OPTIMAL: lingkungan abiotis:
biodigester harus tetap dijaga dlm keadaan abiotis
(tanpa kontak langsung dgn O2). suhu: scr umum
ada 3 rentang suhu yg disenangi bakeri:
psicrophilic (4-20oC) biasanya negara subtropik,
mesofilik (20-40oC), thermophilic (50-60oC):
bukan u/ menghasilkan biogas.
pH DAN RASIO C/N LIMBAH: pH: bakteri
berkembang dgn baik pada keadaan yg agak asam
(6.6-7.0) dan tidak boleh < 6.2. RASIO C/N:
syarat ideal u/ proses digesti adalah C/N=25-30.
Karena itu, u/ mendapatkan produksi biogas yg
>> maka penambangan bahan yg mengandung
karbon spt jerami/N (urea) perlu dilakukan
u/mencapai rasio C/N=25-30.
KEBUTUHAN NUTRISI: bakteri fermentasi
membutuhkan beberapa bahan gizi tertentu dan
sedikit logam. Kekurangan salah satu
nutrisi/bahan logam yg dibutuhkan dpt
memperkecil produksi CH4. Nutrisi yg diperlukan:
NH3 sbg sumber N. Ni, Cu, Fe dlm jumlah <<.
Selain itu PO4, Mg, Zn juga perlu dlm jumlah <<.
KADAR BAHAN KERING DAN PENGADUKAN:
kadar bahan kering: tiap jenis bakteri punya
nilai kapasitas kebutuhan air. Bila kapasitas tepat
maka aktivitas optimal. Proses pmbuatan biogas
titik optimumnya 0.26 kg/L. pengadukan:
u/mendapatkan campuran substrat yg homogen

dgn ukuran partikel <<, memecah lapisan kerak


yg mengambang di permukaan, mencegah
pengendapan yg bisa mengurangi volume operasi
digester dan menyebabkan proses yg tidak
selesai, kondisi T seragam.
ZAT BERACUN: beberapa zat beracun yg
mengganggu kinerja biodigester: air sabun,
deterjen, creolin, antibiotik.
PENGARUH STARTER: starter yg mengandung
bakteri CH4 diperlukan untuk mempercepat proses
fermentasi anaerob. Beberapa jenis starter:
starter alami: lumpur aktif spt lumpur kolam
ikan, air comberan, sludge, dll. starter semi
buatan: dari fasilitas biodigester dlm stadium
aktif. starter buatan: bakteri yg dibiakkan secara
laboratorium dgn media buatan.
JENIS BIODIGESTER (DARI SEGI
KONSTRUKSI):
1. FLOATING DOME: terdapat bagian pada
konstruksi reaktor yg bisa bergerak u/
menyesuaikan dgn kenaikan P reaktor.
Pergerakan bagian reaktor ini jg menjadi tanda
telah dimulainya produksi gas dlm reaktor
biogas. Pada reaktor jenis ini, pengumpul gas
berada dlm satu kesatuan dgn reaktor tsb. (+)
dpt menjaga P konstan, dpt tahu V gas dgn
observasi drum. DIY BIODIGESTER.
2. FIXED DOME: V tetap sehingga produksi gas
akan meningkatkan P dlm reaktor. Karena itu,
dlm konstruksinya gas yg terbentuk akan
segera dialirkan ke pengumpul gas di luar
reaktor. (+) lebih murah 20-30% dr flaoting
dome.
JENIS BIODIGESTER (DARI TATA LETAK
PENEMPATAN):
1. SELURUHNYA DI PERMUKAAN TANAH: tong
bekas minyak tanah (-) volume kecil, tidak
tahan korosi.
2. SEBAGIAN DIBAWAH TANAH: campuran
semen, pasir kerikil, kapur yg dibentuk spt
sumur dan ditutup plat baja. (-) proses produksi
terhambat bila dingin yg diterima plat baja
merambat ke dalam.
3. SELURUHNYA DIBAWAH TANAH: konstruksi
permanen membuat T stabil.
JENIS REAKTOR (TIPE ALIRAN BAHAN BAKU):
1. BATCH: bahan baku diletakan dlm wadah dari
awal hingga selesainya proses. Umumnya
digunakan pd tahap eksperimen u/ mengetahui
potensi gas dr limbah organik. Perlu penangan
khusus saat unloading.
2. KONTINU: aliran bahan baku masuk dan residu
keluar pada selang waktu tertentu. Lama bahan
baku selama dlm reaktor disebut HRT.
PARAMETER DESAIN BIODIGESTER: SRT, HRT,
VSLR, laju produksi padatan, produksi gas (m3
CH4/hari), bentuk tangki, sistem pencampuran dan
pemanasan.
PARAMETER DESIGN:
SRT: (massa padatan pada tangki/laju
pembuangan padatan)
HRT: (volume/laju pembuangan lumpur)
VSLR: (penambahan VS per hari/volume muatan
digester)
KALOR: H=W.C.T+U.A.T , W=laju massa
sludge umpan
Volume digester batch: Vs=[Vi-2/3.(Vi-Vf)]
SAFETY PRECAUTION: kandungan O2<<,
akumulasi H2S dan NH3 dalam digester (butuh
ventilasi yg kuat), CH4 (konsentrasi 5-15%)bisa
meledak bila di udara.
ADVANCED TREATMENT PROCESSES:
NUTRIENT REMOVAL: nutrient yg umumnya
ingin diolah N dan P. N dan P menyebabkan proses
eutrofikasi (pengayaan nutien dlm eksositem).
P memacu pertumbuhan algaalga mati dan
tenggelamdekomposisi aerobik alga
o/mikrobahipoksia, nutrient tenggelam, tidak
cukup u/ fotosintesis di permukaan, pendangkalan
saluran air.

MASALAH ECENG GONDOK: menurunkan suhu


air, pH, kadar DO dan menaikkan CO2 dlm air,
mengganggu sistem Irigasi dan transportasi air,
merupakan habitat dan makanan bagi vektor
penyakit seperti nyamuk.
POTENSI: bahan bakar berbasis biomassa,
pembuatan kertas dan bahan kerajinan, waste
water treatment, mengabsorb logam berat.
mengandung karotene yg tinggi.
SIKLUS NITROGEN: sumber N: urin, sisa
makanan, bahan pembersih.
N-AMMONIA: NH3 diperoleh dr hidrolisis N
organic, NH4+ (ammonium, cair). Kesetimbangan
ammonia dan ammonium dipengaruhi pHpH
6=ammonium, pH=12 ammonia. Pengolahan
limbah cair biasa berlangsung pd pH 5-9.
NITRIFIKASI: difasilitasi bakter autotrof. Laju
pertumbuhan bakteri autotrof lbh lambat
penentu SRT. Tergantung pH, T, DO. Secara
umum, nitrifikasi butuh F/M rasio yg <<, HRT dan
SRT >>, dan buffer u/ jaga pH.
Rx: NH4+ + O2H+ + H2O + NO2- + energi
- Pengaruh pH: pH optimum 7.8-8. pH <7
nitrosomonas melambat, pH<6.5 nitrosomonas
berhenti.
pH hrs dijaga selama proses agar tetap dalam
range optimum dgn penambahan alkali CaCO3
(skitar 7.1mg/L tiap mg/L N-ammonia yg
dioksidasi). Rx: NO2-+O2NO3- + energy
pH optimum: 7.3-7.5, pH<6 terhenti.
DENITRIFIKASI: air yg terkontaminasi nitrat
berbahaya bagi manusiablue baby syndrome.
Proses reduksi nitrat menjadi N2 o/ bakteri
fakultatif heteotrof pada kondisi anoxic
(DO<0.5mg/L). Rx: BOD+NO3N2+OH+O2+energy
Basa yg dihasilkan o/ denitrifikasi bisa menjadi
buffer proses nitrifikasi. pH optimum: 7-8.5. Bila
BOD << bisa ditambahkan methanol.
PHOSPHORUS REMOVAL: P biasanya dlm
bentuk (ortofosfat: PO43-,HPO42-,H2PO4- H3PO4-,
polifosfat: P2O7 ), P terikat dlm senyawa organik.
Sumber: deterjen, pupuk, kotoran, sisa makanan,
dll. Pengolahan biologis mengubah sebagian besar
P menjadi ortofosfat yg selanjutnya dihilangkan
dgn pengendapan kimia menggunakan Ca, Al/Fe.
Kadar P minimum yg diizinkan <2mg/L.
P REMOVAL DALAM PENGENDAPAN KIMIA:
- dgn Ca dlm bentuk Ca(OH)2. Rx: 3HPO42-+
5Ca2+ + 4OH- Ca5(OH)(PO4)3 + 3H2O.
- dgn Al dlm bentuk alum atau hydrated
aluminium sulphate. Rx: HnPO43-n + Al3+
AlPO4 + nH+.
- dgn Fe dlm bentuk FeCl3 atau FeSO4. Rx: HnPO43n
+ Fe3+ FePO4 + nH+.
BIOLOGICAL P REMOVAL:
- pengurangan biaya penggunaan bahan bakar
bahan kimia dan volume sludge berkurang.
- bila bakteri biaya penggunaan bahan kimia dan
volume sludge berkurang. Bila bakteri
Acinobacter sp. terpapar kondisi anaerobik dan
aerobik secara bergantiankemampuan
menyimpan P sbg bagian dr sel meningkat dari
3% s/d 4-12%-->agar proses berlangsungdi
tangki anerobik tidak boleh ada nitrat dan DO.
TUJUAN ADVANCED TREATMENT: effluent
polishingmengurangi BOD dan SS dari 25/35 ke
10/10, menghilangkan racun.
JENIS-JENIS PROSES: granular media filtration,
adsorption, chemical treatment, air stripping,
chlorination.
GRANULAR MEDIA FILTRATION: digunakan bila
SS effluent hrs <10mg/L. Konfigurasi filter:
downflow/upflow, dual atau multimedia, media
natural/sintesis, menggunakan tekanan/gravitasi.
Koagulan kimia spt polielektrolit bs digunakan u/
membantu filtrasi.
ACTIVATED CARBON ADSORPTION: karbon
aktif karbon yg memiliki sejumlah besar pori.
Activated carbon adsorption u/ menghilangkan

senyawa organik terutama yg beracun spt


benzenes, chlorinated benzenes, ethanes, ethers
dan phenols dll. Ketika kontak dgn air yg
mengandung senyawa organik, karbon aktif akan
menghilangkannya dgn cara: adsorpis molekul yg
kurang polar, filtrasi partikel yg lbh besar, deposisi
parsial dr koloid pada permukaan luar karbon aktif.
JENIS KARBON AKTIF: PAC: berbentuk serbuk
ukuran <1mm dgn rata D=0.15-0.25mm. Terbuat
dr materi organik dgn kadar C>> spt kayu, lignit,
batubara. Tidak dgunakan dlm tangki khusus
karena menyebabkan head loss. Biasanya
ditambahkan langsung ke unit lain spt clarifier dan
dipisahkan dengan sedimentasi. Waktu kontak 15
menit u/ menghilangkan bau dan rasa. GAC:
D=1.2-1.6 mm. Biasanya ditempatkan dlm kolom
karena head loss <<. Variasinya: BAC (D=0.35-0.8
mm) dlm fludized bed.
KOLOM KARBON AKTIF: tipe kolom adsorps
meliputi upflow, downflow, fixed, dan expanded
bed column. Desain hrs memperhatikan waktu
kontak, HLT. ukuran kolom, jumlah kontak. Bisa
dibersihkan dgn backwashing. Tipikal parameter:
waktu kontak: 15-20menit u/ COD effluent 10-20.
>30menit u/ COD effluent 5-15. HLR: 2-7 L/m2/s
upflow. Kedalam kolom: 3-12 m, tinggi/diameter:
>2.
PARAMETER DESIGN: u/GACkedalaman: 1-10
m dan DO: 3-4 m. D min. kolom: 50x ukuran
partikel u/ menghindari channeling. Rasio bed
karbon aktif dan D kolom~10. Parameter utama
adalah waktu kontak (6-30menit) dan kecepatan
linear (5-20m/h).
CHEMICAL TREATMENT: pengolahan kimia dpt
digunakan u/ pengedapan dgn garam
logam/polielektrolit, reduksi/menghilangkan bau,
pengendapan P, pengurangan masalah lumpur
aktif spt sludge bulking, koreksi pH, desinfeksi.
PROSES SEPARASI DAN DEKOMPOS NH3: Air
stripper: (+)biaya awal dan operasi rendah. (-)
effisensi pemisahan dibatasi o/ temperature
operasi. PENGHILANGAN NH3 dgn air
stripping: banyak industri makanan dan farmasi
yg menghasilkan effluent dgn NH3 >>. Jika NH3 >>
tidak mungkin menguranginya dgn proses
biologis. Proses air stripping meningkatkan pH ke
10.8-11.5 dimana NH3 n diubah menjadi NH3(g)
dan dilepaskan ke udaradiubah menjadi
(NH4)2SO4 atau diuraikan dgn panas u/ ammonia
10-100 mg/L.
PROSES SEPARASI DAN DEKOMPOSISI NH3:
closed loop air stripper:(+) tidak ada emisi,
konservasi energi.(-) biaya awal dan operasi>>,
masalah pembuangan (NH4)2SO4, destruksi termal
dgn oksidasi katalitik menjadi N dan air pada
550oF.
KLORINASI: digunakan u/ menghilangkan
ammonia nitrogen. Hanya u/ meningkatkan
kualtias effluent, bukan u/ treatment ammonia
dalam konsentrasi tinggi. Ammonia nitrogen
bereaksi dgn hypochlorous acid menghilangkan
chloramines. Rx: NH3+HOClNH2Cl+H2O.
Penambahan klorin lebih lanjut mengubah
chloramnies menjadi N2(g).
DESINFEKSI: diperlukan bila effluent dibuang ke
penampungan air yg digunakan u/ minum,
mandi u/ menghilangkan organisme pathogen.
Organisme pathogen tidak dimonitor secara
spesifik. Indicator yg digunakanfaecal dan total
coliforms. Kehadiran faecal dan coliforms
menunjukkan adanya pencemaran air o/ limbah
manusia/hewan. Prosedur desinfeksi dpt dilakukan
secara kimia mapun fisika.
MEKANISME DESINFEKSI: desinfeksi akan
menyebabkan kebocoran dinding sel mikroba/
mengubah permeabilitas sel, protoplasma/
aktivitas enzim. Gangguan pada aktivitas sel akan
menyebabkan mikroba tdk dapat berkembang
biak, sehingga akan mati. Oksidasi desinfektan
akan merusak bahan organik dan menyebabkan
kurang nutrisi.

BIOSOLIDproduk akhir dr proses pemurnian


limbah cair yg berbentuk semi-solid. Contoh:
sludge dr limbah kota, industri dan pabrik
pngolahan air. Banyak negara buang sludge ke
laut tp karena perjanjian Helsinki (1987),
digunakan cara lain. Setengah dr biaya operasi
limbah secondary di eropa digunakan u/
pengolahan & buang sludge. Biosolid dpt dipakai
u/meningkatkan kualitas tanah krn kaya akan N2
dan P yg dibutuhkan tanaman.
KARAKTER FISIK SLUDGE: padatan kental,
bergumpal, dan bersifat koloid yg diiringi air.
(capillary, bound, unbound, cell).
Parameter: Capillary suction
timemenunjukkan laju hilang air dlm satuan
waktu. Spesific Resistance to filtrationbeda
tekan yg dibutuhkan u/ produksi laju satu unit
filtrate dgn satuan m/kg. Shear Strength of
sludgekalau u/ landfill sludge hrs ada dry solid
>35% dan tegangan geser >30 kN/m2.
Karakteristik kimia: kandungan organik dpt
berupa padatan/cair. Bila tanpa air maka disebut
dry solid. Kandungan inorganic lumpur aktif 2035%DS, primary: 30-45%DS. Residu inorganic dr
abu: SiO2 40%, Al2O3 14-16%, CaO 8-10%, MgO 23%, Fe2O2 7-10%, P2O510-15%.
Standar: US EPA, EU standards, WEF
Karakteristik Biologi: sludge mengandug
pathogen dlm konsetrasi yg lbh >> daripada
effluent limbah cair. u/ sludge yg ada alga,
kemungkinan terdapat virus penyakit. Patogen dpt
dihilangkan dgn cara pembakaran dan
penambahan kapur.
Isu dalam olah lumpur: bkn inert dan bisa
berbau, pengurangan kadar air dan volume
lumpur, memanfaatkan potensial energy bila
mungkin scr ekonomis, mengurangi jumlah
mikroorganisme, mengambil P u/pupuk.
Conditioning: u/effisiensi thickening dan
dewatering ditambah bahan kimia/dipanaskan.
Bahan yg srg digunakan polielektrolit.
Thickening: pengurangan kadar air dgn gravitasi,
menghilangkan unbound water, cocok u/primary
sludge, volume menjadi 50% lbh <<. Jenisnya:
Gravity thickener konsumsi energi <<, V
sludge bs berkurang 90%, bisa jd buffer. Picket
Fence, Mechanical Thickening gravity belt ,
Rotary drum thickener, solid bowl centrifugation.
Dewatering: menghilangkan kadar air dr
4%DS12-35% DS. Capillary water jg dpt
dihilangkan, perlu flokulan, penghilangan P scr
biologis mengurangi kmampuan dewatering.
Teknologinya: Belt filter press, plate/membran
filter press, centrifuges, sludge drying beds,
sludge lagoons, sludge freezing beds.
Stabilisasi: pengurangan pathogen dan bau.
Metodenya: Lime stabilization heat disinfection,
anaerobic digestion, aerobic digestion,
composting.
Sterilisasi dgn panas: dpt digunakan
pasteurisasi, pengeringan, stabilisasi, anaerobic,
aerobic termofilik dan pengkomposan. Yg umum
pasteurisasi (30m 65oC,25m 50oC,10m 80oC)
Stabilisasi dgn zat kimia: meningkatkan dan
pertahankan pH 12 selama 2 jamCaO/Ca(OH) 2.
Kebutuhan zat kimia bisa 300-400kg/ton DS.
Lumpur pH tinggi bagus u/pertanian.
Pengkomposan: dekomposisi aerobic o/bakteri
u/stabilisasi limbah orangik dgn produk humus. DS
min 15%.
Parameter pengkomposan: Bulking agent
(mengeringkan lumpur dan sesuaikan C/N.
Serpihan kayu, serbuk gergaji, daun. Penambahan
bulking agent 3:1 kayu:lumpur).
T operasi: 40-60oCmenguapkan air & membunuh
patogen. Kadar air: 40-50%menjaga agar proses
aerobic.
Kandungan organik nutrient: C/N optimal 20-30.
Sludge drying: meningkatkan DS 50-90%,
meningkatkan kalor sludge u/pembakaran,
u/pertanian ongkos >> jd tdk dilakukan.

Direct Heating: lgsg dipanaskan dgn udara


panas/gas. Rotary drum/belt dryer.
Indirect Heating: dipisahkan dgn penghantar
panas, T antara 160-200oC u/steam. 190-240oC
u/minyak panas.
Insinerasi: pembakaran limbah. Digunakan bila
biosolid mengandung kontaminan. Menghasilkan
CO2, SO2, uap air, abu. V berkurang hingga 15%.
>Mono-combustion: pembakaran tnp campuran
bahan lain. Didesain tnp pemulihan panas krn nilai
kalor <<. Menggunakan fluidized bed combustion.
Ash bisa recycle.
>Co-Combustion: pembakaran sludge bersama
bahan lain, bisa pakai FBC/grate firing combustion.
Ash bisa ke landfill.
Pembuangan Sludge: land spreading, soil
injection, land revegation, land reclamation, land
spreading in forestry, landfill-co-disposal, landfill
monofill.
SOLID WASTEmerupakan semua limbah yg
berbentuk padatan. Limbah domestic: makanan,
kertas, plastik, minyak bekas, cat, obat. Limbah
komersial: bungkus kertas, container, plastik,
kayu. Sludge dr industri dan pabrik pengolahan
limbah.
Waste Policy making: hierarchy: Reduce,
reuse, recycle, incinerate w/ heat recovery,
landfill.
Klasisifikasi limbah padat: limbah makanan,
rubbish (limbah mudah terbakar dan tdk mudah
terbakar), abu dan residu sisa pembakaran,
sampah konstruksi, sampah agrikultur.
Limbah berbahaya: flammable, korosif, mudah
bereaksi, racun.
Properti limbah padat:
>property fisiku/ evaluasi kebutuhan alat dan
system. komponen individual: kertas, kayu
kulit, plastik, logam, gelas, tekstil, dll. Densitas.
Kadar air.
>komposisi kimia u/ evaluasi tipe pengolahan
dan pemulihan energy: -kalau mau dijadiin bahan
bakar perlu diketahui: analisis proksimat, titik fusi
ash, analisis ultimate (CHONS ash), nilai kalor,
organik klorin.
Analisis proksimat: -kadar airdiukur dgn
memanaskan 106oC slm 1 jam. %m: -komponen
volatile (massa yg hilang saat pemanasan pada
950oC, slm 7 menit tnp udara). %VC: termasuk
CO, H2, H2O, CO2, CH4, N2, O2.
Ashresidu dlm pembakaran pada 700-750oC.
%A: karbon tetap FC=100%-%M-%A-%VM. Sisa
pembakaran sempurna terdiri dari CaO, MgO, SiO2,
Al2O3. Kadar ash sebaiknya <<. Melting point ash
sebaiknya lbh >> dari furnace agar mudah
dibuang kalau tidak terjadi slug. Ash fusion
testu/ mengukur suhu ketika ash mulai berubah
bentuk krn meleleh.
Organic Chlorine: kadar Cl perlu diketahui krn
bisa menghasilkan dioksin slm pembakaran.
Dioksin terbentuk di atmosfer ketika gas hasil
pembakaran didinginkan dari 600 menjadi 200oC..
u/ mengurangi pembentukan dioksin, gas bisa
diquench melewati range suhu di atas.
Penyimpanan limbah padat: >tipe container:
karakteristik limbah, frekuensi penjemputan, tmpt
yg tersedia. >lokasi penyimpanan: ketersediaan
tmpat, akses pelayanan.
>kesehatan public dan estetika. >metode koleksi.
>metode transportasi hilir.
Pengolahan limbah padat di tempat: tujuan:
memperoleh kembali bahan yg msh dpt dipakai,
mengurangi jumlah limbah, mengubah bentuk fisik
limbah. Metode paling umum: seleksi manual,
pemadatan, insinerasi.
Pengumpulan limbah padat: tipe
pengumpulan: dgn container besar dan compactor
besar. u/limbah bahaya diambil o/pengepul yg
berizin. Tipe sistem pengumpulan: hauled
container systems, stationary container systems.
Pengolahan Limbah Padat: tujuan:
meningkatkan effisiensi system, mengambil bhn

yg msh bisa dipakai, menyiapkan bhn u/ perolehan


produk konversi dan energy. Meliputi: pemisahan
manual, penyimpanan dan pemindahan, reduksi
volume scr mekanik dan kimia, mengubah ukuran
scr mekanik, pemisahan scr mekanik, pemisahan
dgn magnet dan electromagnet, pengeringan, dan
dewatering.
Waste to Energy: u/menghasilkan energy dlm
bentuk steam, listrik atau kombinasi keduanya.
Bentuk limbah: limbah yg tak diolah, RDF, limbah
medis, makanan , industri dgn kandungan organik
tinggi.(+) mereduksi berat dan volume sampah,
racun kimia akan terkonsentrat dan mudah
ditangani, menghasilkan tenaga listrik.(-)polusi
udara, abu dpt berbahya dan perlu pembuangan
khusus, lokasi pembuangan mahal & sukar,
bersaing dgn proses recycle.
Combustion: pembakaran dgn udara. Tipe boiler:
fixed-bed, fludized bed. Panas dpt diambil dgn
boiler tradisional, bila hanya menghasilkan panas,
P: 150-600psig, u/listrik <1200psig. Teknologi
combustor: mass burn (pengolahan minimum, 501000ton/hari), modular (pengolahan minimum, 5100ton/hari), refused-derived fuel (sampah sdh
mengalami pengolahan dlm bentuk dihaluskan shg
digunakan u/ pembakaran bersama bhn bakar
lain).
Gasification: menghasilkan fuel gas dgn jumlah
liquid dan solid minimum. Produk utama: H2, CO,
dan produk lain (CO2, N2, C2H2, C2H4, C2H6, syngas).
Pada P<<, gas menghasilkan energi <<, dgn O2
murni kalor 12.9-13.8 MJ/m3.
Pirolisis: menghasilkan syngas (utama H2 dan
CO, juga CH4 dan CO2), bio-char dan minyak
pirolisis. Komposisi ditentukan feed suhu dan
waktu dlm reaktor.
Pembuangan: pembuangan terakhir dari limbah
padat yg tdk digunakan lg, residu yg tersisa stlh
limbah padat diproses/stlh dikonversi jd energy.
Metode: landfilling, landfarming, deepwel inject.
- Landfill: pembuangan terkontrol pada
permukaan bumi. (+) mengatasi dlm jumlah
besar, mengurangi polusi. (-) menghasilkan air
lindi, metana, pembakaran tak sempurna,
pengendapan, penempatan akhir sukar.
- Landfarming: memproses limbah industri
biodegradable dgn proses biologis, kimia, fisika
pada permukaan tanah. Cocok u/ senyawa
organik biodegradable yg tdk mengalami proses
leaching.
- Deepwell Injection: cocok u/ limbah cair yg
susah diproses dan limbah berbahaya. Limbah
diinjeksi ke lapisan batu yg pereamble, tidak
cocok u/ daerah yg labil (rawan gempa).
BIOREMEDIATIONmerupakan pengolahan
limbah spt tumpahan minyak, air tanah yg
tercemar/limbah proses industri dgn
menggunakan mikroorganisme u/dekomposisi
senyawa yg tdk diinginkan.
Faktor yg mempengaruhi: >konsentrasi
kontaminan (<< tidak terdegradasi, >>
kontaminan mungkin menjadi beracun)
>bioavailability (kontaminan yg menyerap dgn
kuat pada padatan, terbungkus o/matriks media
yg terkontaminasi, terdifusi di makropori tanah
dan sedimen/terdapat dlm bentuk NAPL.
NAPLfasa cair yg tdk dpt bercampur dgn air.
NAPL ringan: gasoline, NAPL berat: klorobenzena.
>karakterisitk tempat: pH(6-8), nutrient, suhu.
Tipe bioremediasi: berdasarkan proses oksidasi
mikroorganisme: metabolisme/co-metabolisme.
Berdasarkan tempatnya: in situ/ex situ.
Bioremediasi aerobic (langsung): aseptor
elektrolit O2. Bisa efektif u/hidrokarbon dan
senyawa organik lain spt MTBE. Paling sering
digunakan u/ mengatasi kontaminan minyak bumi
dgn berat sedang. Limitasi utama adalah
ketersediaan O2 di zona yg tercemar. Efektivitas
tergantung pada kesetimbangan antara sumber
O2, laju konsumsi O2 dan derajat difusi O2 dibawah
permukaan.

In situ: biosparging, bioventing, penggunaan


senyawa yg melepaskan O2 spt O2 murni, H2O2,
ozon, dan senyawa pelepas O2 komersil.
Ex situ: tanah: biopiles, composting, landfarming.
Air permukaan: constructed wetlandsl. Campuran
padatan-air: slurry bioreactor.
Bioventing: menyuplai O2 dan nutrient ke zona
yg tdk jenuh dgn cara penggerakan udara scr
paksa melalui ekstraksi/injeksi udara. Fokus pada
minimalisasi penguapan polutan dgn
menggunakan laju alir rendah. Situsnya biasa
mempunyai kandungan O2<<. Tidak cocok
u/tanah dgn permeabilitas intrinsic <10-10cm2.
Biosparging: injeksi udara dan nutrient ke zona
jenuh dgn fokus u/ stimulasi aktivitas mikroba.
Bisa mengurangi konsentrasi polutan yg larut di
air tanah, teradsorb ke tanah dibawah lapisan
air/didalam kapiler tanah.
Biopiles: mengurangi konsentrasi kontaminan di
tanah bekas penambangan, tanah yg
terkontaminasi ditaruh didalam tumpukan lalu
diaerasi dan dtambahkan mineral, nutrient, dll.
Phytoremediaton: penggunaan tanaman u/
menghilangkan polutan dari tanah dan air tanah
atau u/ mengolah polutan jd bentuk yg kurang
beracun. Bentuk: akumulasi polutan dlm jaringan
tanaman atau degradasi polutan o/ bakteri yg
hidup pada akar tanaman, atau pemaparan
polutan pada mikroba aerobik yg terjadi krn akar
tanaman menyerap air cemaran dari tanah.
Phytoextraction: ekstraksi logam berat spt Pb,
Hg, As. Syarat: metal perlu larut dlm pelarut, akar
tanah perlu menghisap logam berat, pembentukan
senyawa logam-organik, pemindahan logamorganik ke tmpt penyimpanan, adaptasi tanaman
terhadap kerusakan logam.
Phytostabilization: reduksi mobilitasi logam
berat didalam tanah dgn mengurangi debu,
meninimkan erosi tanah dan mengurangi
solubilitas kontamian atau ketersediaan logam ke
rantai makanan.
Phytostimulation: pengolahan kontaminan
organik di tanah via aktivitas mikroba di akar
tanaman. Peningkatan aktivitas dpt dgn
meningkatkan senyawa yg berguna u/mikroba,
penyediaan O2 o/ akar tanaman, penambahan
jamur yg mendegradasi kontaminan menjadi
bentuk yg bisa dimakan bakteri.
Phyotrasnformation: transformasi kontamiann
organik yg diisolasi tanaman lewat proses
metabolik atau efek senyawa spt enzim yg
diproduksi tanaman.
Rhizofiltration: penggunaan akar tanaman
u/mengabsorbsi, mengkonsentrasi dan
mengendapkan logam beracun dr air tanah yg
terkontaminasi. Efektif u/ kontaminasi dgn kadar
rendah dan melibatkan air banyak.
Slurry Bioractors: u/ kontaminan dgn
konsentrasi 2400mg/kg-240000 mg/kg, DS 1030%. Meningkatkan laju transfer massa dan
kontak, laju biodegradsi yg tinggi dan mampu
mengkontrol pH dan suhu.
Bioreactors: proses dekomposis dlm reaktor dgn
parameter yg terkontrol.
Fungal Remediation: remediasi dgn white-rot
fungus Phaneorochaete chrysosporium. White-rot
fungus bisa mengikat dan memineralisasi
sejumlah besar polutan organik termasuk
polychlorinated biphenyls, polycyclic aromatic,
hydrocarobs dan bahan peledak spt TNT, RDX,
HMX.
Kemampuan fungus ini diperkirakan o/ enzim
lignin peroksidase/ligninase yg dihasilkannya.
Limitasi: sensitif terhadap kondisi operasi.
Bioremediasi anaerobic (langsung):
fermentasi, metanogenesis, deklorinasi reduktif,
denitrifikasi. Paling umum u/ mengolah
kontaminan yg mengandung halogen, spt PCE,
TCE, kloroform, vinil klorida, diklotoetana, dll.
Enhanced reductive dechlorination:
penambahan substrat organik u/ menciptakan

konduksi yg cocok dan menyediakan hidrogen yg


diperlukan organisme deklorinasi.
Bioremediasi kometabolik: pengolahan
kontaminan oleh enzim atau senyawa yg
diproduksi selama proses metabolisme senyawa
lain. Mikroba yg terlibat tidak dpt keuntungan dr
kontaminan.

Anda mungkin juga menyukai