pengolahan limbah primer. Prinsip: Menggunakan mikroorganisme (biomassa), bakteri u/ menstabilisasi limbah. Hal yg perlu diperhatikan: kemampuan mikroorganisme, kontak antara organisme dan bahan organik, kandungan O 2, kondisi lingkungan (suhu dan waktu). BIOMASSA Sekelompok organisme yg ada secara alami di alam (bakteri, protozoa, algae, fungi) yg dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar atau u/ produksi industri. NUTRIEN Makro: C, H, O (limbah dan air), N, P (limbah, nutrien tambahan). Mikro: Co, Ni, Mn, B, Zn, Pb (Trace metals). Minor: Na, K, Ca, Mg, Fe, Cl-, SO42LINGKUNGAN SUHU: psikrofilik (5-20oC), mesofilik (20-45 oC), termofilik (45-70 oC). pH: umumnya 5-9, bisa beroperasi dalam pH mana saja, asal tetap di dalam range dan konstan. TIPE SISTEM PENGOLAHAN SEKUNDER SUSPENDED GROWTH: biomassa tersuspensi terus-menerus, limbah dan biomassa bercampur dan bergerak bersama di dalam reaktor. FIXED/ATTACHED GROWTH: biomassa berada pada permukaan inert yang dipasang dalam reaktor. Limbah cair mengalir melewati reaktor. Level biomassa cenderung tetap. Biomassa berlebih akan terbawa keluar reaktor oleh fasa cair. Pemilihan sistem suspended growth atau fixed/attached growth tergantung pada kekuatan limbah dan jenis aseptor elektron. JENIS-JENIS SISTEM SUSPENDED GROWTH 1. Actived Sludge (Sistem Lumpur Aktif): terdiri dari 3 komponen, yaitu reaktor (tempat interaksi limbah, biomassa, dan O2), solid-liqud separator, dan sistem daur ulang limbah dari tangki pemisah ke reaktor. Digunakan u/ pengolahan limbah dengan kadar organik yg tinggi, fleksibel (mudah dimodifikasi), biaya pembuatan dan perawatan mahal, dipilih kalau lahan sempit. 2. Stabilization Ponds (Kolom Stabilisasi Limbah): termasuk kedalam suspended growth yg tidak memiliki sistem daur ulang, sederhana dan murah, dipilih kalau lahan luas. Ada 3 jenis berdasarkan ketersediaan oksigen dalam kolam, yaitu aerobik (menggunakan aerator mekanis/difusser, luas area lebih kecil), fakultatif (kedalaman 1.2-2.4 m, tidak diaduk, BOD5 hilang sampai 95%, SS tinggi pada musim panas karena banyak alga di effluent), anaerobik (kedalam 2-5 m, untuk BOD tinggi (> 100g/m3), BOD hilang 60-85%, mengurangi N, P, K, dan patogen). 3. Constructed Wetlands (Rawa Buatan): u/ mengolah berbagai macam effluent, menggunakan tanaman air, sederhana dan murah, perlu lahan yg sangat luas. JENIS-JENIS SISTEM ATTACHED GROWTH 1. Percolating/Trickling Filter: aerobik, populer sebelum lumpur aktif, kedalaman 1-2.5 m, D=5 dan 50 m, cocok u/ soluble organics (susu). Faktor yg harus diperhatikan dalam design; media filter (luas permukaan besar, tahan lama, murah, tidak mudah tersumbat), sistem penyemprotan (paling umum rotary distributor), sistem pengurasan (u/ membawa air, dan sloughed solid ke clarifier, menyediakan udara agar sistem tetap aerobik). Rasio resirkulasi: mengurangi kekuatan limbah influen dan kadar racun, menjaga wetting rate konstan (mikroorganisme tidak mati), memaksa sloughing menghindari penyumbatan. Organic Surface Loading Rate (OSLR):
OSLR = OSLR=
(+) sederhana, tahan beban kejut, kebutuhan
energi rendah, produksi sludge kecil, sludge mengental dan mengering dengan mudah. (-) BOD/SS keluaran tinggi, modal besar, pemakaian terbatas, N dan P susah hilang. 2. Biotower: laju masuk hidrolik dan organik > dr tricking filter, u/ limbah industri (industri susu). 3. Rotating Biological Contactors: ukuran lebih kecil dibanding yg lain, perlu energi lebih kecil, sering dipakai di industri. Laju mikroba yg cepat piring rusak dan bau yg mengganggu. 4. Packed-Bed Fixed-Film: mirip dengan aerobik tricking filter yg direndam, efektif u/ menyaring SS, sering dibacwashmencegah clogging. 5. Biological Fluidized Beds: u/ limbah berbahaya, limbah rumah tangga, limbah industri tak beracun. Aerobik, anoxic, anaerobik. Mengatasi masalah packed-bed-fixed-film. Kualitas effluen dapat diperkirakan dari loading reaktor. PARAMETER DESIGN SISTEM LUMPUR AKTIF 1. Hydrolic Retention Time (HRT), : =V/Qo. BOD <, HRT singkat. 2. Solid Retention Time (SRT), c: c= SRT tergantung pada T, tipe reaktor, nitrifikasi. 3. Recycle Ratio: rasio laju alir sludge yg direcycle (Qr) dengan laju alir sludge yg masuk (Qo). r rendah MLSS rendah sludge mengambang di clarifier. r=0.5-3. 4. Bacterial Growth Coefficient (Y): yield coefficient, yaitu jumlah mikroba yg dihasilkan per jumlah substrat yg di konsumsi. 5. Decay Coefficient (Kd): konstanta laju kematian, yaitu konstanta yg menentukan laju kematian mikroba. Kd=0.01-0.05 per hari. KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI (AEROBIK) dx/dt: laju pertumbuhan biomassa x: konsentrasi biomassa : konstanta laju pertumbuhan massa sel spesifik Xo: konsentrasi biomassa saat t=0 S: konsentrasi substrat m: laju pertumbuhan maks Ks: konstanta jenuh, yaitu saat =m Kd: konstanta laju kematian
1. Complete Mix: loading volumetrik rendah
(<1kg BOD5/hari/m3), konsentrasi merata diseluruh reaktor, mampu menampung beban >>, u/ limbah berkandungan organik tinggi. Neraca massa biomassa:
Neraca massa substrat:
PENGARUH SRT: SRT<SRT minwashout,
SRT<<foaming (tidak mudah mengendap), SRT>>(sludge tua)cepat mengendap tapi kurang efektif (effluen kurang jernih). 2. PLUG FLOW REACTORS: mixing arah lateral, bukan longitudinal. (+) bisa mengolah semua influen.
: recycle ratio. Si: BOD influen setelah direcycle.
X: konsentrasi mikroorganisme. Conventional PFR: SRT=3-10 hari. u/ BOD<< 3. OXIDATION DITCH: aeration tank berbentuk sirkuit balap, O2>> ke O2<<,HRT=~24jam, SRT=20-30 hari, kualitas effluen tinggi. Biasanya sistem extended aeration, idealnya semua substratenergi(dX/dt=0).
F/M RATIO (makanan dan mikroba): parameter
desain dan operasi u/ lumpur aktif. Lumpur aktif akan mencapai kesetimbangan jika jumlah makanan dan mikroba seimbang F/M ratio mengontrol laju oksidasi biologi dan massa organisme.
4. CONTACT STABILIZATION: aerasi dilakukan
pada 2 fasa di 2 tangki berbeda. Pada tangki kontak, materi organik tersuspensi diadsorb oleh mikroorgnisme. Pada tangki stabilisasi padatan yg telah dibuang dari clarifier distabilisasi lanjut dengan aerasi ulang sebelum dikombinasikan dengan limbah influen. Volume tangki aerasi yg digunakan biasanya 50% lebih << dari PFR. Cocok u/TSS tinggi. 5. SQUENCING BATCH REACTORS (SBR): sangat fleksibel dalam mengolah berbagai jenis influen,A instalsi >>,rangkaian tanpa secondary clarifier, aerasi dan pengendapan pada 1 tangki, sekuensnya meliputi: pengisian, rx, pengendapan, pengambilan effluent, dan pengembalian lumpur. 6. STEP AERATION: limbah ditambahkan pada beberapa titik sepanjang tangki aerasi u/meratakan beban organik dan laju pnggunaan O2, control beban kejut lebih baik dan MLSS lebih << di clarifier. SISTEM AERASI: u/ menjaga suplai DO (13mg/L), meningkatkan pencampuran antara biomassa dan limbah di tangki aerasi. Faktor: beban organik, konsentrasi MLSS, suhu. 1. Diffused aerators (blower dan pipa disribusi): cocok u/ tangki yg dalam karena supply O2 dari dalam tangki, effisensi transfer O2>>, mengurangi pengendapan dibawah tangki, membantu membawa gas NH3,CO2,H2S ke udara. Kategori fine bubble dan coarse bubble. Fine bubble: O2 lebih baik dr coarse bubble, tp mudah tersumbat. 2. Surface aerators (pompa dan pengaduk): bekerja dengan menarik air dr permukaan dan melemparnya ke atas atau mengaduknya. Distribusi O2 kurang merata. ANAEROBIC DIGESTION: penggunaan mikroba tanpa melibatkan O2 u/ stabilisasi zat organik.
So: konsentrasi BOD influen (kg/m3)
Qo: laju influen (m3/hari) X: konsentrasi solid reaktor (MLSS) (kg/m 3) V: volume reaktor (m3) : HRT (hari) SISTEM LUMPUR AKTIF
u/ treatment limbah organik berkekuatan tinggi
hasilnya sesuai u/ pengolahan secara konvensional melalui proses aerobik. (+)reduksi potensi polusi dr limbah, eliminasi patogen dan biji rumput, peningkatan nilai pupuk (dr digestat) dr produk limbah, produksi biogasenergi.
Jika semua substrat (S) menjadi biomassa (X),
maka: Karena konversi tidak effisien, Y<1 maka: Y: fraksi substrat yg diubah menjadi biomassa. Y=0.4-0.8 u/ aerobik dan 0.08-0.2 u/ anaerobik. Laju penggunaan substrat:
BIOGAS: gas campuran CH4,CO2,dan gas
lainnyadr hasil penguraian material organik (kotoran hewan, kotoran manusia, tumbuhan o/ bakteri pengurai metanogen pd biodigester. TAHAP PEMBENTUKAN CH4: 1. HIDROLISIS: polimer kompleks (karbohidrat, selulosa, protein, lemak) dipecah gula sederhana, as. amino, as. lemak. 2. ASIDOGENESIS: monomer sederhana dipecah as. lemak volatil (C6). 3. ASETOGENESIS: produk asidogenesis dipecah as. asetat, melepaskan H2 dan CO2. 4. METANOGENESIS: pembentukan CH4 dgn memecah 2 as. asetat CO2 dan CH4 atau rx CO2 dan H2. TAHAP PEMBENTUKAN CH4 DARI LIMBAH ORGANIK: 1. Hidrolisis materi organik kompleks. 2. Fermentasi as. amino dan gula. 3. Oksidasi anaerobik dr as. lemak berantai panjang dan alkohol. 4. Oksidasi anerobik dr produk perantara (intermediate). 5. Produksi asetat dr CO2 dan H2. 6. Konversi asetat menjadi CH4 o/ bakteri metanogen asetiklastik. 7. Produksi CH4 o/ bakteri metanogen hidrogenotrofik dgn menggunakan CO 2 dan H2. MIKROBA DALAM PROSES ANEROBIK: melibatkan banyak jenis mikroba dalam proses yg kompleks. Contoh: hidrolisis dan asidogenesis Butyrivibrio, Clostridium, Lactobacillus, Streptococcus. asetogenesis Acetobacterium, Clostridium. metanogenesis Methanobacterium, Methanococcus, Methanogenium. Bakteri metanogen biasanya didapat dr air bersih, endapan air laut, sapi, kambing, lumpur kotoran. KONDISI OPTIMUM U/ PERTUMBUHAN BAKTERI: bakteri pembentuk asam: T berfluktuasi, rentang pH >>, dgn/tanpa O 2, rentang bahan organik >> sbg sumber makanan. bakteri metanogen: bebas dr O2, suhu relatif konstan(35oC), pH 6.6-7.6, as. organik sederhana sbh sumber makanan. Limbah pd umumnya berbentuk cair (2-40 kg COD/m3/hari) dgn kandungan padatan: 3-10% low solid digester dan 10-30% high solid digester. Waktu retensi padatan antara 10-30 hari. Biogas terbentuk pd hari ke 4-5, puncak: hari ke 20-25. Pengadukan dpt dilakukan dgn pengaduk mekanik, resirkulasi gas, daur ulang sludge. COD berkurang dr 70-90%. Produksi gas 1-5 m3 biogas per m3 volume digester dgn kandungan CH4 50-70%, 3040% CO2, dan gas lainnya. VARIABEL LINGKUNGAN: T, pH, pengadukan, kontrol NH3 dan sulfit, nutrient. BIODIGESTER YG OPTIMAL: lingkungan abiotis: biodigester harus tetap dijaga dlm keadaan abiotis (tanpa kontak langsung dgn O2). suhu: scr umum ada 3 rentang suhu yg disenangi bakeri: psicrophilic (4-20oC) biasanya negara subtropik, mesofilik (20-40oC), thermophilic (50-60oC): bukan u/ menghasilkan biogas. pH DAN RASIO C/N LIMBAH: pH: bakteri berkembang dgn baik pada keadaan yg agak asam (6.6-7.0) dan tidak boleh < 6.2. RASIO C/N: syarat ideal u/ proses digesti adalah C/N=25-30. Karena itu, u/ mendapatkan produksi biogas yg >> maka penambangan bahan yg mengandung karbon spt jerami/N (urea) perlu dilakukan u/mencapai rasio C/N=25-30. KEBUTUHAN NUTRISI: bakteri fermentasi membutuhkan beberapa bahan gizi tertentu dan sedikit logam. Kekurangan salah satu nutrisi/bahan logam yg dibutuhkan dpt memperkecil produksi CH4. Nutrisi yg diperlukan: NH3 sbg sumber N. Ni, Cu, Fe dlm jumlah <<. Selain itu PO4, Mg, Zn juga perlu dlm jumlah <<. KADAR BAHAN KERING DAN PENGADUKAN: kadar bahan kering: tiap jenis bakteri punya nilai kapasitas kebutuhan air. Bila kapasitas tepat maka aktivitas optimal. Proses pmbuatan biogas titik optimumnya 0.26 kg/L. pengadukan: u/mendapatkan campuran substrat yg homogen
dgn ukuran partikel <<, memecah lapisan kerak
yg mengambang di permukaan, mencegah pengendapan yg bisa mengurangi volume operasi digester dan menyebabkan proses yg tidak selesai, kondisi T seragam. ZAT BERACUN: beberapa zat beracun yg mengganggu kinerja biodigester: air sabun, deterjen, creolin, antibiotik. PENGARUH STARTER: starter yg mengandung bakteri CH4 diperlukan untuk mempercepat proses fermentasi anaerob. Beberapa jenis starter: starter alami: lumpur aktif spt lumpur kolam ikan, air comberan, sludge, dll. starter semi buatan: dari fasilitas biodigester dlm stadium aktif. starter buatan: bakteri yg dibiakkan secara laboratorium dgn media buatan. JENIS BIODIGESTER (DARI SEGI KONSTRUKSI): 1. FLOATING DOME: terdapat bagian pada konstruksi reaktor yg bisa bergerak u/ menyesuaikan dgn kenaikan P reaktor. Pergerakan bagian reaktor ini jg menjadi tanda telah dimulainya produksi gas dlm reaktor biogas. Pada reaktor jenis ini, pengumpul gas berada dlm satu kesatuan dgn reaktor tsb. (+) dpt menjaga P konstan, dpt tahu V gas dgn observasi drum. DIY BIODIGESTER. 2. FIXED DOME: V tetap sehingga produksi gas akan meningkatkan P dlm reaktor. Karena itu, dlm konstruksinya gas yg terbentuk akan segera dialirkan ke pengumpul gas di luar reaktor. (+) lebih murah 20-30% dr flaoting dome. JENIS BIODIGESTER (DARI TATA LETAK PENEMPATAN): 1. SELURUHNYA DI PERMUKAAN TANAH: tong bekas minyak tanah (-) volume kecil, tidak tahan korosi. 2. SEBAGIAN DIBAWAH TANAH: campuran semen, pasir kerikil, kapur yg dibentuk spt sumur dan ditutup plat baja. (-) proses produksi terhambat bila dingin yg diterima plat baja merambat ke dalam. 3. SELURUHNYA DIBAWAH TANAH: konstruksi permanen membuat T stabil. JENIS REAKTOR (TIPE ALIRAN BAHAN BAKU): 1. BATCH: bahan baku diletakan dlm wadah dari awal hingga selesainya proses. Umumnya digunakan pd tahap eksperimen u/ mengetahui potensi gas dr limbah organik. Perlu penangan khusus saat unloading. 2. KONTINU: aliran bahan baku masuk dan residu keluar pada selang waktu tertentu. Lama bahan baku selama dlm reaktor disebut HRT. PARAMETER DESAIN BIODIGESTER: SRT, HRT, VSLR, laju produksi padatan, produksi gas (m3 CH4/hari), bentuk tangki, sistem pencampuran dan pemanasan. PARAMETER DESIGN: SRT: (massa padatan pada tangki/laju pembuangan padatan) HRT: (volume/laju pembuangan lumpur) VSLR: (penambahan VS per hari/volume muatan digester) KALOR: H=W.C.T+U.A.T , W=laju massa sludge umpan Volume digester batch: Vs=[Vi-2/3.(Vi-Vf)] SAFETY PRECAUTION: kandungan O2<<, akumulasi H2S dan NH3 dalam digester (butuh ventilasi yg kuat), CH4 (konsentrasi 5-15%)bisa meledak bila di udara. ADVANCED TREATMENT PROCESSES: NUTRIENT REMOVAL: nutrient yg umumnya ingin diolah N dan P. N dan P menyebabkan proses eutrofikasi (pengayaan nutien dlm eksositem). P memacu pertumbuhan algaalga mati dan tenggelamdekomposisi aerobik alga o/mikrobahipoksia, nutrient tenggelam, tidak cukup u/ fotosintesis di permukaan, pendangkalan saluran air.
MASALAH ECENG GONDOK: menurunkan suhu
air, pH, kadar DO dan menaikkan CO2 dlm air, mengganggu sistem Irigasi dan transportasi air, merupakan habitat dan makanan bagi vektor penyakit seperti nyamuk. POTENSI: bahan bakar berbasis biomassa, pembuatan kertas dan bahan kerajinan, waste water treatment, mengabsorb logam berat. mengandung karotene yg tinggi. SIKLUS NITROGEN: sumber N: urin, sisa makanan, bahan pembersih. N-AMMONIA: NH3 diperoleh dr hidrolisis N organic, NH4+ (ammonium, cair). Kesetimbangan ammonia dan ammonium dipengaruhi pHpH 6=ammonium, pH=12 ammonia. Pengolahan limbah cair biasa berlangsung pd pH 5-9. NITRIFIKASI: difasilitasi bakter autotrof. Laju pertumbuhan bakteri autotrof lbh lambat penentu SRT. Tergantung pH, T, DO. Secara umum, nitrifikasi butuh F/M rasio yg <<, HRT dan SRT >>, dan buffer u/ jaga pH. Rx: NH4+ + O2H+ + H2O + NO2- + energi - Pengaruh pH: pH optimum 7.8-8. pH <7 nitrosomonas melambat, pH<6.5 nitrosomonas berhenti. pH hrs dijaga selama proses agar tetap dalam range optimum dgn penambahan alkali CaCO3 (skitar 7.1mg/L tiap mg/L N-ammonia yg dioksidasi). Rx: NO2-+O2NO3- + energy pH optimum: 7.3-7.5, pH<6 terhenti. DENITRIFIKASI: air yg terkontaminasi nitrat berbahaya bagi manusiablue baby syndrome. Proses reduksi nitrat menjadi N2 o/ bakteri fakultatif heteotrof pada kondisi anoxic (DO<0.5mg/L). Rx: BOD+NO3N2+OH+O2+energy Basa yg dihasilkan o/ denitrifikasi bisa menjadi buffer proses nitrifikasi. pH optimum: 7-8.5. Bila BOD << bisa ditambahkan methanol. PHOSPHORUS REMOVAL: P biasanya dlm bentuk (ortofosfat: PO43-,HPO42-,H2PO4- H3PO4-, polifosfat: P2O7 ), P terikat dlm senyawa organik. Sumber: deterjen, pupuk, kotoran, sisa makanan, dll. Pengolahan biologis mengubah sebagian besar P menjadi ortofosfat yg selanjutnya dihilangkan dgn pengendapan kimia menggunakan Ca, Al/Fe. Kadar P minimum yg diizinkan <2mg/L. P REMOVAL DALAM PENGENDAPAN KIMIA: - dgn Ca dlm bentuk Ca(OH)2. Rx: 3HPO42-+ 5Ca2+ + 4OH- Ca5(OH)(PO4)3 + 3H2O. - dgn Al dlm bentuk alum atau hydrated aluminium sulphate. Rx: HnPO43-n + Al3+ AlPO4 + nH+. - dgn Fe dlm bentuk FeCl3 atau FeSO4. Rx: HnPO43n + Fe3+ FePO4 + nH+. BIOLOGICAL P REMOVAL: - pengurangan biaya penggunaan bahan bakar bahan kimia dan volume sludge berkurang. - bila bakteri biaya penggunaan bahan kimia dan volume sludge berkurang. Bila bakteri Acinobacter sp. terpapar kondisi anaerobik dan aerobik secara bergantiankemampuan menyimpan P sbg bagian dr sel meningkat dari 3% s/d 4-12%-->agar proses berlangsungdi tangki anerobik tidak boleh ada nitrat dan DO. TUJUAN ADVANCED TREATMENT: effluent polishingmengurangi BOD dan SS dari 25/35 ke 10/10, menghilangkan racun. JENIS-JENIS PROSES: granular media filtration, adsorption, chemical treatment, air stripping, chlorination. GRANULAR MEDIA FILTRATION: digunakan bila SS effluent hrs <10mg/L. Konfigurasi filter: downflow/upflow, dual atau multimedia, media natural/sintesis, menggunakan tekanan/gravitasi. Koagulan kimia spt polielektrolit bs digunakan u/ membantu filtrasi. ACTIVATED CARBON ADSORPTION: karbon aktif karbon yg memiliki sejumlah besar pori. Activated carbon adsorption u/ menghilangkan
senyawa organik terutama yg beracun spt
benzenes, chlorinated benzenes, ethanes, ethers dan phenols dll. Ketika kontak dgn air yg mengandung senyawa organik, karbon aktif akan menghilangkannya dgn cara: adsorpis molekul yg kurang polar, filtrasi partikel yg lbh besar, deposisi parsial dr koloid pada permukaan luar karbon aktif. JENIS KARBON AKTIF: PAC: berbentuk serbuk ukuran <1mm dgn rata D=0.15-0.25mm. Terbuat dr materi organik dgn kadar C>> spt kayu, lignit, batubara. Tidak dgunakan dlm tangki khusus karena menyebabkan head loss. Biasanya ditambahkan langsung ke unit lain spt clarifier dan dipisahkan dengan sedimentasi. Waktu kontak 15 menit u/ menghilangkan bau dan rasa. GAC: D=1.2-1.6 mm. Biasanya ditempatkan dlm kolom karena head loss <<. Variasinya: BAC (D=0.35-0.8 mm) dlm fludized bed. KOLOM KARBON AKTIF: tipe kolom adsorps meliputi upflow, downflow, fixed, dan expanded bed column. Desain hrs memperhatikan waktu kontak, HLT. ukuran kolom, jumlah kontak. Bisa dibersihkan dgn backwashing. Tipikal parameter: waktu kontak: 15-20menit u/ COD effluent 10-20. >30menit u/ COD effluent 5-15. HLR: 2-7 L/m2/s upflow. Kedalam kolom: 3-12 m, tinggi/diameter: >2. PARAMETER DESIGN: u/GACkedalaman: 1-10 m dan DO: 3-4 m. D min. kolom: 50x ukuran partikel u/ menghindari channeling. Rasio bed karbon aktif dan D kolom~10. Parameter utama adalah waktu kontak (6-30menit) dan kecepatan linear (5-20m/h). CHEMICAL TREATMENT: pengolahan kimia dpt digunakan u/ pengedapan dgn garam logam/polielektrolit, reduksi/menghilangkan bau, pengendapan P, pengurangan masalah lumpur aktif spt sludge bulking, koreksi pH, desinfeksi. PROSES SEPARASI DAN DEKOMPOS NH3: Air stripper: (+)biaya awal dan operasi rendah. (-) effisensi pemisahan dibatasi o/ temperature operasi. PENGHILANGAN NH3 dgn air stripping: banyak industri makanan dan farmasi yg menghasilkan effluent dgn NH3 >>. Jika NH3 >> tidak mungkin menguranginya dgn proses biologis. Proses air stripping meningkatkan pH ke 10.8-11.5 dimana NH3 n diubah menjadi NH3(g) dan dilepaskan ke udaradiubah menjadi (NH4)2SO4 atau diuraikan dgn panas u/ ammonia 10-100 mg/L. PROSES SEPARASI DAN DEKOMPOSISI NH3: closed loop air stripper:(+) tidak ada emisi, konservasi energi.(-) biaya awal dan operasi>>, masalah pembuangan (NH4)2SO4, destruksi termal dgn oksidasi katalitik menjadi N dan air pada 550oF. KLORINASI: digunakan u/ menghilangkan ammonia nitrogen. Hanya u/ meningkatkan kualtias effluent, bukan u/ treatment ammonia dalam konsentrasi tinggi. Ammonia nitrogen bereaksi dgn hypochlorous acid menghilangkan chloramines. Rx: NH3+HOClNH2Cl+H2O. Penambahan klorin lebih lanjut mengubah chloramnies menjadi N2(g). DESINFEKSI: diperlukan bila effluent dibuang ke penampungan air yg digunakan u/ minum, mandi u/ menghilangkan organisme pathogen. Organisme pathogen tidak dimonitor secara spesifik. Indicator yg digunakanfaecal dan total coliforms. Kehadiran faecal dan coliforms menunjukkan adanya pencemaran air o/ limbah manusia/hewan. Prosedur desinfeksi dpt dilakukan secara kimia mapun fisika. MEKANISME DESINFEKSI: desinfeksi akan menyebabkan kebocoran dinding sel mikroba/ mengubah permeabilitas sel, protoplasma/ aktivitas enzim. Gangguan pada aktivitas sel akan menyebabkan mikroba tdk dapat berkembang biak, sehingga akan mati. Oksidasi desinfektan akan merusak bahan organik dan menyebabkan kurang nutrisi.
BIOSOLIDproduk akhir dr proses pemurnian
limbah cair yg berbentuk semi-solid. Contoh: sludge dr limbah kota, industri dan pabrik pngolahan air. Banyak negara buang sludge ke laut tp karena perjanjian Helsinki (1987), digunakan cara lain. Setengah dr biaya operasi limbah secondary di eropa digunakan u/ pengolahan & buang sludge. Biosolid dpt dipakai u/meningkatkan kualitas tanah krn kaya akan N2 dan P yg dibutuhkan tanaman. KARAKTER FISIK SLUDGE: padatan kental, bergumpal, dan bersifat koloid yg diiringi air. (capillary, bound, unbound, cell). Parameter: Capillary suction timemenunjukkan laju hilang air dlm satuan waktu. Spesific Resistance to filtrationbeda tekan yg dibutuhkan u/ produksi laju satu unit filtrate dgn satuan m/kg. Shear Strength of sludgekalau u/ landfill sludge hrs ada dry solid >35% dan tegangan geser >30 kN/m2. Karakteristik kimia: kandungan organik dpt berupa padatan/cair. Bila tanpa air maka disebut dry solid. Kandungan inorganic lumpur aktif 2035%DS, primary: 30-45%DS. Residu inorganic dr abu: SiO2 40%, Al2O3 14-16%, CaO 8-10%, MgO 23%, Fe2O2 7-10%, P2O510-15%. Standar: US EPA, EU standards, WEF Karakteristik Biologi: sludge mengandug pathogen dlm konsetrasi yg lbh >> daripada effluent limbah cair. u/ sludge yg ada alga, kemungkinan terdapat virus penyakit. Patogen dpt dihilangkan dgn cara pembakaran dan penambahan kapur. Isu dalam olah lumpur: bkn inert dan bisa berbau, pengurangan kadar air dan volume lumpur, memanfaatkan potensial energy bila mungkin scr ekonomis, mengurangi jumlah mikroorganisme, mengambil P u/pupuk. Conditioning: u/effisiensi thickening dan dewatering ditambah bahan kimia/dipanaskan. Bahan yg srg digunakan polielektrolit. Thickening: pengurangan kadar air dgn gravitasi, menghilangkan unbound water, cocok u/primary sludge, volume menjadi 50% lbh <<. Jenisnya: Gravity thickener konsumsi energi <<, V sludge bs berkurang 90%, bisa jd buffer. Picket Fence, Mechanical Thickening gravity belt , Rotary drum thickener, solid bowl centrifugation. Dewatering: menghilangkan kadar air dr 4%DS12-35% DS. Capillary water jg dpt dihilangkan, perlu flokulan, penghilangan P scr biologis mengurangi kmampuan dewatering. Teknologinya: Belt filter press, plate/membran filter press, centrifuges, sludge drying beds, sludge lagoons, sludge freezing beds. Stabilisasi: pengurangan pathogen dan bau. Metodenya: Lime stabilization heat disinfection, anaerobic digestion, aerobic digestion, composting. Sterilisasi dgn panas: dpt digunakan pasteurisasi, pengeringan, stabilisasi, anaerobic, aerobic termofilik dan pengkomposan. Yg umum pasteurisasi (30m 65oC,25m 50oC,10m 80oC) Stabilisasi dgn zat kimia: meningkatkan dan pertahankan pH 12 selama 2 jamCaO/Ca(OH) 2. Kebutuhan zat kimia bisa 300-400kg/ton DS. Lumpur pH tinggi bagus u/pertanian. Pengkomposan: dekomposisi aerobic o/bakteri u/stabilisasi limbah orangik dgn produk humus. DS min 15%. Parameter pengkomposan: Bulking agent (mengeringkan lumpur dan sesuaikan C/N. Serpihan kayu, serbuk gergaji, daun. Penambahan bulking agent 3:1 kayu:lumpur). T operasi: 40-60oCmenguapkan air & membunuh patogen. Kadar air: 40-50%menjaga agar proses aerobic. Kandungan organik nutrient: C/N optimal 20-30. Sludge drying: meningkatkan DS 50-90%, meningkatkan kalor sludge u/pembakaran, u/pertanian ongkos >> jd tdk dilakukan.
Direct Heating: lgsg dipanaskan dgn udara
panas/gas. Rotary drum/belt dryer. Indirect Heating: dipisahkan dgn penghantar panas, T antara 160-200oC u/steam. 190-240oC u/minyak panas. Insinerasi: pembakaran limbah. Digunakan bila biosolid mengandung kontaminan. Menghasilkan CO2, SO2, uap air, abu. V berkurang hingga 15%. >Mono-combustion: pembakaran tnp campuran bahan lain. Didesain tnp pemulihan panas krn nilai kalor <<. Menggunakan fluidized bed combustion. Ash bisa recycle. >Co-Combustion: pembakaran sludge bersama bahan lain, bisa pakai FBC/grate firing combustion. Ash bisa ke landfill. Pembuangan Sludge: land spreading, soil injection, land revegation, land reclamation, land spreading in forestry, landfill-co-disposal, landfill monofill. SOLID WASTEmerupakan semua limbah yg berbentuk padatan. Limbah domestic: makanan, kertas, plastik, minyak bekas, cat, obat. Limbah komersial: bungkus kertas, container, plastik, kayu. Sludge dr industri dan pabrik pengolahan limbah. Waste Policy making: hierarchy: Reduce, reuse, recycle, incinerate w/ heat recovery, landfill. Klasisifikasi limbah padat: limbah makanan, rubbish (limbah mudah terbakar dan tdk mudah terbakar), abu dan residu sisa pembakaran, sampah konstruksi, sampah agrikultur. Limbah berbahaya: flammable, korosif, mudah bereaksi, racun. Properti limbah padat: >property fisiku/ evaluasi kebutuhan alat dan system. komponen individual: kertas, kayu kulit, plastik, logam, gelas, tekstil, dll. Densitas. Kadar air. >komposisi kimia u/ evaluasi tipe pengolahan dan pemulihan energy: -kalau mau dijadiin bahan bakar perlu diketahui: analisis proksimat, titik fusi ash, analisis ultimate (CHONS ash), nilai kalor, organik klorin. Analisis proksimat: -kadar airdiukur dgn memanaskan 106oC slm 1 jam. %m: -komponen volatile (massa yg hilang saat pemanasan pada 950oC, slm 7 menit tnp udara). %VC: termasuk CO, H2, H2O, CO2, CH4, N2, O2. Ashresidu dlm pembakaran pada 700-750oC. %A: karbon tetap FC=100%-%M-%A-%VM. Sisa pembakaran sempurna terdiri dari CaO, MgO, SiO2, Al2O3. Kadar ash sebaiknya <<. Melting point ash sebaiknya lbh >> dari furnace agar mudah dibuang kalau tidak terjadi slug. Ash fusion testu/ mengukur suhu ketika ash mulai berubah bentuk krn meleleh. Organic Chlorine: kadar Cl perlu diketahui krn bisa menghasilkan dioksin slm pembakaran. Dioksin terbentuk di atmosfer ketika gas hasil pembakaran didinginkan dari 600 menjadi 200oC.. u/ mengurangi pembentukan dioksin, gas bisa diquench melewati range suhu di atas. Penyimpanan limbah padat: >tipe container: karakteristik limbah, frekuensi penjemputan, tmpt yg tersedia. >lokasi penyimpanan: ketersediaan tmpat, akses pelayanan. >kesehatan public dan estetika. >metode koleksi. >metode transportasi hilir. Pengolahan limbah padat di tempat: tujuan: memperoleh kembali bahan yg msh dpt dipakai, mengurangi jumlah limbah, mengubah bentuk fisik limbah. Metode paling umum: seleksi manual, pemadatan, insinerasi. Pengumpulan limbah padat: tipe pengumpulan: dgn container besar dan compactor besar. u/limbah bahaya diambil o/pengepul yg berizin. Tipe sistem pengumpulan: hauled container systems, stationary container systems. Pengolahan Limbah Padat: tujuan: meningkatkan effisiensi system, mengambil bhn
yg msh bisa dipakai, menyiapkan bhn u/ perolehan
produk konversi dan energy. Meliputi: pemisahan manual, penyimpanan dan pemindahan, reduksi volume scr mekanik dan kimia, mengubah ukuran scr mekanik, pemisahan scr mekanik, pemisahan dgn magnet dan electromagnet, pengeringan, dan dewatering. Waste to Energy: u/menghasilkan energy dlm bentuk steam, listrik atau kombinasi keduanya. Bentuk limbah: limbah yg tak diolah, RDF, limbah medis, makanan , industri dgn kandungan organik tinggi.(+) mereduksi berat dan volume sampah, racun kimia akan terkonsentrat dan mudah ditangani, menghasilkan tenaga listrik.(-)polusi udara, abu dpt berbahya dan perlu pembuangan khusus, lokasi pembuangan mahal & sukar, bersaing dgn proses recycle. Combustion: pembakaran dgn udara. Tipe boiler: fixed-bed, fludized bed. Panas dpt diambil dgn boiler tradisional, bila hanya menghasilkan panas, P: 150-600psig, u/listrik <1200psig. Teknologi combustor: mass burn (pengolahan minimum, 501000ton/hari), modular (pengolahan minimum, 5100ton/hari), refused-derived fuel (sampah sdh mengalami pengolahan dlm bentuk dihaluskan shg digunakan u/ pembakaran bersama bhn bakar lain). Gasification: menghasilkan fuel gas dgn jumlah liquid dan solid minimum. Produk utama: H2, CO, dan produk lain (CO2, N2, C2H2, C2H4, C2H6, syngas). Pada P<<, gas menghasilkan energi <<, dgn O2 murni kalor 12.9-13.8 MJ/m3. Pirolisis: menghasilkan syngas (utama H2 dan CO, juga CH4 dan CO2), bio-char dan minyak pirolisis. Komposisi ditentukan feed suhu dan waktu dlm reaktor. Pembuangan: pembuangan terakhir dari limbah padat yg tdk digunakan lg, residu yg tersisa stlh limbah padat diproses/stlh dikonversi jd energy. Metode: landfilling, landfarming, deepwel inject. - Landfill: pembuangan terkontrol pada permukaan bumi. (+) mengatasi dlm jumlah besar, mengurangi polusi. (-) menghasilkan air lindi, metana, pembakaran tak sempurna, pengendapan, penempatan akhir sukar. - Landfarming: memproses limbah industri biodegradable dgn proses biologis, kimia, fisika pada permukaan tanah. Cocok u/ senyawa organik biodegradable yg tdk mengalami proses leaching. - Deepwell Injection: cocok u/ limbah cair yg susah diproses dan limbah berbahaya. Limbah diinjeksi ke lapisan batu yg pereamble, tidak cocok u/ daerah yg labil (rawan gempa). BIOREMEDIATIONmerupakan pengolahan limbah spt tumpahan minyak, air tanah yg tercemar/limbah proses industri dgn menggunakan mikroorganisme u/dekomposisi senyawa yg tdk diinginkan. Faktor yg mempengaruhi: >konsentrasi kontaminan (<< tidak terdegradasi, >> kontaminan mungkin menjadi beracun) >bioavailability (kontaminan yg menyerap dgn kuat pada padatan, terbungkus o/matriks media yg terkontaminasi, terdifusi di makropori tanah dan sedimen/terdapat dlm bentuk NAPL. NAPLfasa cair yg tdk dpt bercampur dgn air. NAPL ringan: gasoline, NAPL berat: klorobenzena. >karakterisitk tempat: pH(6-8), nutrient, suhu. Tipe bioremediasi: berdasarkan proses oksidasi mikroorganisme: metabolisme/co-metabolisme. Berdasarkan tempatnya: in situ/ex situ. Bioremediasi aerobic (langsung): aseptor elektrolit O2. Bisa efektif u/hidrokarbon dan senyawa organik lain spt MTBE. Paling sering digunakan u/ mengatasi kontaminan minyak bumi dgn berat sedang. Limitasi utama adalah ketersediaan O2 di zona yg tercemar. Efektivitas tergantung pada kesetimbangan antara sumber O2, laju konsumsi O2 dan derajat difusi O2 dibawah permukaan.
In situ: biosparging, bioventing, penggunaan
senyawa yg melepaskan O2 spt O2 murni, H2O2, ozon, dan senyawa pelepas O2 komersil. Ex situ: tanah: biopiles, composting, landfarming. Air permukaan: constructed wetlandsl. Campuran padatan-air: slurry bioreactor. Bioventing: menyuplai O2 dan nutrient ke zona yg tdk jenuh dgn cara penggerakan udara scr paksa melalui ekstraksi/injeksi udara. Fokus pada minimalisasi penguapan polutan dgn menggunakan laju alir rendah. Situsnya biasa mempunyai kandungan O2<<. Tidak cocok u/tanah dgn permeabilitas intrinsic <10-10cm2. Biosparging: injeksi udara dan nutrient ke zona jenuh dgn fokus u/ stimulasi aktivitas mikroba. Bisa mengurangi konsentrasi polutan yg larut di air tanah, teradsorb ke tanah dibawah lapisan air/didalam kapiler tanah. Biopiles: mengurangi konsentrasi kontaminan di tanah bekas penambangan, tanah yg terkontaminasi ditaruh didalam tumpukan lalu diaerasi dan dtambahkan mineral, nutrient, dll. Phytoremediaton: penggunaan tanaman u/ menghilangkan polutan dari tanah dan air tanah atau u/ mengolah polutan jd bentuk yg kurang beracun. Bentuk: akumulasi polutan dlm jaringan tanaman atau degradasi polutan o/ bakteri yg hidup pada akar tanaman, atau pemaparan polutan pada mikroba aerobik yg terjadi krn akar tanaman menyerap air cemaran dari tanah. Phytoextraction: ekstraksi logam berat spt Pb, Hg, As. Syarat: metal perlu larut dlm pelarut, akar tanah perlu menghisap logam berat, pembentukan senyawa logam-organik, pemindahan logamorganik ke tmpt penyimpanan, adaptasi tanaman terhadap kerusakan logam. Phytostabilization: reduksi mobilitasi logam berat didalam tanah dgn mengurangi debu, meninimkan erosi tanah dan mengurangi solubilitas kontamian atau ketersediaan logam ke rantai makanan. Phytostimulation: pengolahan kontaminan organik di tanah via aktivitas mikroba di akar tanaman. Peningkatan aktivitas dpt dgn meningkatkan senyawa yg berguna u/mikroba, penyediaan O2 o/ akar tanaman, penambahan jamur yg mendegradasi kontaminan menjadi bentuk yg bisa dimakan bakteri. Phyotrasnformation: transformasi kontamiann organik yg diisolasi tanaman lewat proses metabolik atau efek senyawa spt enzim yg diproduksi tanaman. Rhizofiltration: penggunaan akar tanaman u/mengabsorbsi, mengkonsentrasi dan mengendapkan logam beracun dr air tanah yg terkontaminasi. Efektif u/ kontaminasi dgn kadar rendah dan melibatkan air banyak. Slurry Bioractors: u/ kontaminan dgn konsentrasi 2400mg/kg-240000 mg/kg, DS 1030%. Meningkatkan laju transfer massa dan kontak, laju biodegradsi yg tinggi dan mampu mengkontrol pH dan suhu. Bioreactors: proses dekomposis dlm reaktor dgn parameter yg terkontrol. Fungal Remediation: remediasi dgn white-rot fungus Phaneorochaete chrysosporium. White-rot fungus bisa mengikat dan memineralisasi sejumlah besar polutan organik termasuk polychlorinated biphenyls, polycyclic aromatic, hydrocarobs dan bahan peledak spt TNT, RDX, HMX. Kemampuan fungus ini diperkirakan o/ enzim lignin peroksidase/ligninase yg dihasilkannya. Limitasi: sensitif terhadap kondisi operasi. Bioremediasi anaerobic (langsung): fermentasi, metanogenesis, deklorinasi reduktif, denitrifikasi. Paling umum u/ mengolah kontaminan yg mengandung halogen, spt PCE, TCE, kloroform, vinil klorida, diklotoetana, dll. Enhanced reductive dechlorination: penambahan substrat organik u/ menciptakan
konduksi yg cocok dan menyediakan hidrogen yg
diperlukan organisme deklorinasi. Bioremediasi kometabolik: pengolahan kontaminan oleh enzim atau senyawa yg diproduksi selama proses metabolisme senyawa lain. Mikroba yg terlibat tidak dpt keuntungan dr kontaminan.