(Netherlands Indies Civil Administration) yang dengan terangterangan hendak menegakan kembali kekuasaan Hindia Belanda,
sikap pihak Indonesia berubah menjadi minimal curiga, maksimal
bermusuhan. [3] Situasi keamanan dengan cepat merosot
menjadi buruk sekali, sejak NICA mempersenjatai kebali orangorang KNIL yang baru dilepaskan dari tawanan Jepang. Orangorang NICA dan KNIL di Jakarta, Bandung dan kota-kota lain
kemudian memencing kerusuhan dengan cara mengadakan
provokasi-provokasi bersenjata. Agaknya Christison telah
memperhitungkan bahwa usaha pasukan-pasukan Sekutu tidak
akan berhasil tanpa bantuan Pemerintah Republik Indonesia.
Karenanya Christison berunding dengan Pemerintah Republik
Indonesia dan mengakui de facto Republik Indonesia pada tanggal
1 Oktober 1945. Dan sejak pengakuan de facto terhadap
Pemerintah Republik Indonesia dari panglima AFNEI itu, masuknya
pasukan Serikat ke wilayah Republik Indonesia di terima dengan
terbuka dan baik oleh pejabat-pejabat Republik Indonesia, karena
menghormati tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Pasukanpasukan Sekutu. Pengakuan ini diperkuat dengan penegasan
Christison bahwa ia tidak akan mencampuri persoalan yang
menyangkut
status
ketatanegaraan
Indonesia.
Namun
kenyataannya adalah lain di kota-kota lain yang didatangi oleh
pasukan Sekutu lalu terjadi insiden-insiden bahkan pertempuranpertempuran dengan pihak Republik Indonesia. Hal itu di
sebabkan karena pasukan-pasukan Serikat atau Inggris itu tidak
menghargai pemimpin-pemimpinya, baik di Pusat maupun di
Daerah-daerah. [4] Seperti yang terjadi di kota Jakarta sendiri,
beberapa orang anggota Pimpinan Nasional kita diteror bahkan
meningkat sampai kepada percobaan pembunuhan. di kota lain
seperti di Surabaya terjadi Pertempuran Surabaya yang di pimpin
oleh Bung Tomo, Peristiwa heroik ini pecah pada tanggal 10
November yang di kenal dengan Hari Pahlawan karena banyaknya
pejuang-pejuang Indonesia yang gugur dikota Surabaya tersebut.
Di kota Magelang terjadi pertempuran Ambarawa yang di pimpin