Anda di halaman 1dari 9

NUTRISI PADA KASUS BEDAH

Pendahuluan
Asupan gizi yang faali adalah melalui makanan dan minuman. Ini dapat berupa diet yang
diberikan secara oral, melalui sonde hdung, atau secara intravena.
Diet juga dibedakan atas diet biasa dan diet khusus. Misalnya pada penderita diabetes.
Penderita kolelitiasis juga memerlukan diet khusus yang kurang mengandung lemak. Contoh lain
adalah diet tinggi serat untuk penderita obstipasi dan diet rendah kalori untuk penderita obesitas.
Diet khusus kalori dan preotein telur tinggi dibutuhkan oleh penderita malnutrisi kronik yang
mampu makan secara normal.
Makanan biasa yang dicairkan diberikan pada penderita dengan obstruksi esofagus atau pada
penderita yang tidak dapat mengunyah, seperti pada patah tulang rahang.
Keadaan gizi
Kebanyakan penderita yang akan dibedah tidak memerlukan perhatian khusus untuk masalah
gizi, Pada umumnya mereka dapat berpuasa untuk waktu tertentu sesuai dengan penyakit dan
pembedahannya. Akan tetapi tidak jarang juga penderita datang dengan keadaan gizi yang kurang
baik, misalnya yang terjadi pada penderita penyakit saluran cerna, keganasan, infeksi kronik, dan
trauma berat.
Malnutrisi berat mempengaruhi morbiditas karena terganggunya penyembuhan luka dan
menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Namun, malnutrisi protein-kalori yang ringan tidak
banyak mempengaruhi hasil operasi. Berbeda dengan malnutrisi akibat kelaparan, pada penderita
bedah terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan malnutrisi. Dua faktor utama adalah
kurangnya asupan makanan dan proses radang yang mengakibatkan katabolisme meningkat dan
anabolisme menurun. Keadaan ini dapat langsung tampak pada penurunan kadar serum albumin dan
hipertrofi otot.
Penilaian Status Gizi
Puasa selama 3-4 hari yang pada umumnya dijalankan pleh pasien bedah, termasuk yang
menderita malnutrisi protein-kalori ringan, tidak banyak mempengaruhi status gizinya. Walaupun
demikian, keadaan itu sebaiknya deiperhatikan sejak dini untuk mencegah katabolisme lebih lanjut.

Ada beberapa pertanda yang dapat dijadikan patokan, yaitu perbandingan tinggi/berat badan, lingkar
lengan atas, dan kadar serum albumin. Akan tetapi, perlu diingat bahwa lingkar lengan atas sangat
dipengaruhi oleh ras.
Gangguan nutrisi umumnya terjadi bila kekurangan asupan makanan selama lebih dari
sepuluh hari. Tanda kekurangan gizi yang kurang memuaskan adalah bila berat badan turun lebih
dari 10% dalam waktu singkat, berat bedan terakhir kurang dari 80% berat badan ideal, dan kadar
serum albumin kurang dari 3gr%
Kebutuhan Nutrisi
Untuk menentukan kebutuhan kalori harus diketahui metabolisme basal, sedangkan untuk
menentukan Bassal Energy Expendyture (BEE) ini digunakan rumus,
1. Haris-Benedict :
Perempuan

65,5 + (9,6 x Bb) + (1,7 x tinggi badan) - (4,7 x umur )

Laki-laki

66,0 + (1,7 x Bb) + (5,0 x tinggi badan) - (6,8 x umur)

2. Rumus kebutuhan kalori sub bagian meabolik endokrin FKUI/RSUPNCM,


kebutuhan kalori dasar:
Pria 30 kkal/kgBb ideal
Perempuan 25 kkal/KgBb ideal
3. Secara mudah, untuk pasien penyakit saluran cerna di indonesia diusulkan pemberian nutrisi
dengan jumlah kalori 1200 1500 kalori dengan nutrient lengkap.
Untuk mengoreksi katabolisme yang tinggi seperti yang terjadi pasca trauma, pasca bedah,
pada infeksi atau sepsis, harus ditambahkan 50% atau lebih dari BEE, tetapi jarang melebihi 150%
BEE.
Kebutuhan kalori harus dirinci. Karbohidrat sebagai sumber kalori diberikan tidak lebih dari
6g/KgBb/hari, bila berlebihan, terjadi hipermetabolisme. Oleh karena pembatasan penggunaan
karbohidrat seperti diatas, lemak digunakan juga sebagai sumber kalori, sekaligus sebagai sumber
asam lemak essensial.

Penderita dengan katabolisme berat, seperti pada trauma ganda dan luka bakar, memerlukan
nutrisi tinggi protein dan asam amino untuk mengatasi keseimbangan nitrogen yang negatif.
Umumnya diperlukan 1,2 1,5g protein /KgBb/hari.
Elektrolit dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan asam basa, juga untuk
metabolisme sel. Unsur Na+, K+, Mg+, Ca+, P+, Cl+ sama pentingnya seperti protein dan kalori
dalam proses penggantian sel yang rusak. Vitamin dan unsur runut ( trace element) Juga essensisal
untuk proses metabolisme.
Kebutuhan nutrisi diperkirakan atas dasar kondisi klinis pasien. Penentuan status metabolik
yang lebih tepat dapat didasarkan pada keseimbangan nitrogen.
Gizi Kurang
Kadang penderita begitu lemah atau mengaami anorexia, atau terdapat gangguan mekanik
dan obstruksi saluran cerna yang mengakibatkan proses pemberian nutrisi secara faali tidak dapat
berlangsung. Fungsi saluran cerna bisa sangat terganggu sehingga proses pencernaan dan
penyerapan sedemikian terganggu dan kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi. Keadaan ini disebut
Kegagakan Intestinal. Keadaan ini terdapat pada syndrom usus pendek akibat reseksi sebagian besar
ileum dan yeyenum, fistel usus, gangguan motilitas usus yang luas seperti pada paralisis usus dan
pada peradangan usus yang luas seperti pada penyakit Crohn dan kolitis ulserosa. Pada kasus khusus
dan sulit ini diperlukan tambahan nutrisi secara Parenteral atau enteral.
Nutrisi Enteral dan Parenteral
Nutrisi enteral memberi hasil lebih baik karena prosesnya berlangsung faali. Nutrisi
Parenteral hanya diberikan bila nutrisi enteral tidak dapat dilakukan, misalnya karena kelainan
gastrointestinal sedemikian berat sehingga fungsi pencernaan dan penyerapan terganggu. Jadi
petama-tama harus diusahakan agar pasien mendapat nutrisi melalui mulut baik berupa makanan
lunak atau makanan cair. Bila ini tidak berhasil, nutrisi enteral dapat diberikan melalui pipa sonde
lambung atau hidung (nasogastric tube), atau bila perlu, sonde dapat diberikan lebih dalam lagi
sampai duodenum, bahkan bagian proksimal yeyenum. Kadang makanan ini perlu diberikan melalui
sonde gastrostomi atau yeyunostomi. Nutri parenteral dapat diberikan sebagai tambahan bila nutrisi
enteral tida memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
Diet lengkap, berbentuk cairan yang menghasilkan ampas terbatas, biasanya diberikan
melalui pipa lambung, duodenum, atau yeyunum. Makanan dan minuman yang sudah separuhnya

dicerna ini digunakan untuk orang yang keadaannya terlalu lemah karena malnutrisi berat, koma
lama, penderita yang sedang menggunakan respirator, dan penderita yang sakit berat diruang
intensif.
Diet dasar, ( elemental Diet) mulai dipakai pada penerbangan antariksa karena hampir tidak
menghasilkan ampas. Diet ini terdiri dari camburan asam amino, glukosa, dan trigliserida yang
hampir tidak perlu dicerna dan dapat langsung di serap. Diet ini juga dapat diberikan melalui pipa
lambung pada penderita sindrom usus pendek, fistel usus, atau penderita radang usus yang parah
seperti kolitis ulserosa atau penyakit Crohn.
Nutrisi parenteral total, terdiri atas nutrisi intravena yang mengandung semua nutrient yang
diperlukan. Nutrisi ini dipakai pada penderita ileus lama atau fistel usus. Nutrisi parenteral total ini
melalui vena sentral.
Pada ketiga cara pemberian nutrisi diatas, yaitu diet lengkap cair, diet dasar, dan diet
parenteral total, diperlukan formula nutrisi khusus sehingga pencernaan dapat berlangsung
sempurna.
Dalam pemberian nutrisi enteral maupun parenteral, perhitungan kebutuhan protein dan
kalori sama seperti yang telah dibahas di atas.
Nutrisi Enteral
Yang dimaksud nutrisi enteral yaitu semua makanan cair yang dimasukkan kedalam tubuh
lewat saluran cerna, baik melalui mulut (oral), selang nasogastrik, maupun selang melalui
gastrostomi, atau lubang yeyunostomi.
Tujuan /indikasi pemberian nutrisi enteral :
1. Tambahan (suplementasi)
2. digunakan pada pasien yang masih dapat makan atau minum namun tidak dapat mencukupi
kebutuhan nutrisinya
3. pengobatan
4. mencukupi seluruh kebutuhan zat gizi bila pasien tidak dapat makan sama sekali
Keputusan pemberian nutrisi secara enteral tergantung pada fungsi saluran gastrointestinal,
nutrisi enteral dapat diberikan bila saluran gastrointestinal berfungsi. Bila fungsinya normal maka
dapat diberikan nutrien lengkap.sedangkan bila fungsinya kurang baik diberikan formula khusus.
Nutrisi pernteral dianjurkan bila saluran gastrointestinal tidak brfungsi.

Pemberian melalui selang nasogastrik dianjurkan bila nutrisi enteral hanya diberikan selama
kurang atau sama dengan 6 minggu. Bila nutrisi enteral diberikan selama lebih dari 6 minggu maka
dianjurkan pemberian melalui selang enterostomi (gastroduodenostomi). Pemilhan melalui selang
nasoenterik tergantung pada apakah pasien memiliki resiko aspirasi atau tidak. Waktu 6 minggu
sebenarnya adalah relatif dan masih kontroversial karena ada yang menyatakan bahwa selang
nasogastric poliuretan dapat dipakai sampai 6 bulan.
Penilaian (asessment) nutrisi
Keputusan memulai nutrisi
Saluran Gastrointestinal berfungsi
Ya

tidak

Enteral
jangka panjang (>6minggu)

Parenteral
Jangka pendek (<6minggu)

Gastrostomi
Jejunostomi

Resiko aspirasi

ya

selang nasogastric

tidak

selang nasoduodenal
Selang naso jejunal

Fungsi Gastrointestinal

Normal
Nutrisi lengkap

Adekuat

kurang
Formula khusus

Suplementasi
nutrisi Parenteral

Adekuat

lanjut ke makanan

lanjut ke diet lebih kompleks

oral

dan makanan oral

Lanjut ke makanan
Enteral oral
Parenteral

Jangka panjang atau


pambatasan cairan

Jangka pendek

Nutrisi parenteral
perifer

Nutrisi
enteral

Nutrisi parenteral
total

Fungsi saluran
cerna membaik

ya

tidak

Monitor Efektivitas Nutrisi

Penimbangan berat badan, body mass index (BMI)

Lingkar piggang, dan panggul, lingkar lengan atas, tebal lipatan kulit trisep

Pemeriksaan keseimbangan nitrogen

Pemeriksaan albumin, prealbumin serum, kolesterol darah, kadar besi, transferin darah

Anamnesis gizi

komplikasi
Komplikasi nutrisi enteral, antara lain aspirasi, muntah, diare, salah letak pipa. Sedangkan
komplikasi nutrisi parenteral adalah serupa dengan masalah kateter vena, seperti salah letak,
menembus vena, atau tersumbat.
Penyulit lain adalah tromboflebitis, infeksi dan sepais umum, serta gangguan metabolik yang
bisa terjadi karena pemberian cairan terlalu cepat.
Kesimpulan
Nutrisi pasien merupakan salah satu komponen penting dalam pengelolaan penyakit. Namun
disadari bahwa kondisi sakit menyebabkan pasien mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi yang sering lebih banyak dari kebutuhan dalam keadaan biasa.
Pada keadaan pasien tidak bisa makan, tidak boleh makan, atau tidak mau makan maka terapi
parenteral menjadi pilihan. Mengingat tekhnik NPE yang tidak mudah, komplikasi yang bisa terjadi,
dan harga relatif mahal, perlu dipahami betul pemilihan pasien (tepat pasien), bagaimana
menghitung nutrisi, kapan dimulai, berapa lama, dan bagaimana cara pemberiannya. Yang tidak
kalah penting adalah pemantauan timbulnya komplikasi. Sehingga secara keseluruhan akan
memberikan hasil terapi nutrisi yang maksimal.

REFERAT

LUKA BAKAR

Preceptor : Lisa Hasibuan, dr., SpBP

Disusun oleh:
Julia Rahmadona
Willy Wijaya
Lina Setiawati
Ari Susanti
Ros Nirmawati
M Bahtera TA
Yustisa Sofirina

C11040065
C11040080
C11040109
C11040118
C11040119
C11040125
C11040131

BAGIAN BEDAH PLASTIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PERJAN RS HASAN SADIKIN
BANDUNG
2006

Anda mungkin juga menyukai