I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan nasional yang memiliki tugas membekali
mahasiswa berbagai ilmu dan pengetahuan yang nantinya dapat digunakan untuk menjawab
tantangan zaman. Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan dan pengajaran,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang mana telah ditekankan juga dalam UU
RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada 20 ayat 2 yang menyatakan :
Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat, menjadi suatu alasan besar untuk perguruan tinggi dalam memberikan jawaban
masalah bangsa.
Institut Teknologi Bandung sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia tentunya tidak
dapat dilepaskan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi sehingga dalam pelaksanaannya disusun
kurikulum yang mengarah kesana. Bagian pendidikan dan penelitian dapat ditemukan dalam
setiap aktivitas yang terdapat di ruang kuliah maupun laboratorium. Sedangkan kegiatan
pengabdian masyarakat dilakukan oleh dosen melalui penelitian dan oleh mahasiswa melalui
kegiatan yang dikoordinir oleh keluarga dan atau himpunan mahasiswa.
Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika (HIMA-TG) TERRA ITB merupakan salah satu
himpunan mahasiswa yang berada di ITB, himpunan ini mewadahi setiap kegiatan yang
dilakukan mahasiswa jurusan Teknik Geofisika dalam upaya perwujudan Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Melalui Divisi Pengabdian Masyarakat-nya, anggota himpunan berusaha
untuk dapat menerapkan keilmuan yang didapat selama kegiatan perkuliahan kepada
masyarakat, sehingga dapat memberikan manfaat yang luas kepada masyarakat.
Penerapan keilmuan Teknik Geofisika untuk pengabdian masyarakat dalam program ini kami
melakukannya dengan penelitian mengenai pemetaan potensi ketersediaan air tanah yang
berada di Dusun Pakuhaji, Desa Cibunar, Kabupaten Garut. Sesuai dengan disiplin ilmu yang
dipelajari, kami melakukan pemetaan dengan menggunakan salah satu metoda geofisika yaitu
metoda pengukuran tahanan jenis atau geolistrik. Melalui metoda ini akan dilihat bagaimana
pemetaan persebaran air tanah yang berada di daerah penelitian sehingga nantinya dapat
memberikan gambaran lokasi titik pengeboran dan pemanfaatan dari potensi air tanah
tersebut. Kedepannya diharapkan hasil pemetaan ini dapat memberikan bantuan dan manfaat
bagi kehidupan masyarakat daerah tersebut.
Melalui kegiatan ini nantinya juga diharapkan dapat semakin menumbuhkan kepekaan
mahasiswa terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia khususnya pada
masyarakat di lingkungan sekitar. Bagi masyarakat setempat dan pemerintah daerah kegiatan
ini diharapkan dapat membantu percepatan proses pembangunan, membentuk kader penerus
kegiatan pembangunan dan adanya perubahan sikap mental, pola hidup dan budaya
masyarakat menuju kondisi yang lebih madani dan sejahtera.
I.2. Perumusan Masalah
Mayoritas penduduk Dusun Pakuhaji, Desa Cibunar, Kabupaten Garut memiliki mata
pencaharian sebagai petani. Namun hal yang paling penting dalam kegiatan pertanian yakni
pengairan di daerah tersebut masih sangat bermasalah. Hal ini dikarenakan sulitnya dalam
memenuhi kebutuhan air dan memang ketersediaan air yang kecil. Satu-satunya sumber air
yang dapat digunakan adalah berasal dari sungai yang berada sejauh 500 meter dibawah
lereng desa dan dipisahkan tebing yang terjal, sehingga sangat beresiko dan sangat memakan
tenaga lebih jika harus mengambil air dari sana. Dampaknya kegiatan bercocok tanam hanya
dapat dilakukan pada musim penghujan, sementara pada musim kemarau, masyarakat Dusun
Pakuhaji tersebut terpaksa mencari mata pencaharian baru, seperti menjadi buruh bangunan,
pengrajin peralatan dapur, pengrajin perabotan rumah tangga, dan pekerjaan buruh lainnya ke
kota Garut. Selain berdampak pada masalah pertanian, kurangnya ketersediaan air berdampak
pada terganggungnya kebutuhan air bersih warga untuk kehidupan sehari-hari seperti untuk
masak dan sanitasi.
I.3. Tujuan
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran/peta bawah
permukaan tanah (pseudosection resistivity) dari lokasi penelitian (Desa Cibunar) dengan
melakukan studi literatur/pustaka, survey geologi dan kemudian dilanjutkan survey geofisika
daerah penelitian. Nantinya pseudosection resistivity tersebut akan diinterpretasi untuk
melihat keberadaan potensi air tanah sehingga dapat dimanfaatkan dan digunakan secara
tepat dan maksimal.
I.4. Luaran yang Diharapkan
Hasil dari program survey ini yang diharapkan adalah dapat memberikan peta/gambaran
tahanan jenis bawah permukaan tanah (pseudosection resistivity) di Dusun Pakuhaji, Desa
Cibunar, yang dapat menunjukan potensi keberadaan air tanah.
I.5. Kegunaan
Peta tahanan jenis bawah permukaan tanah dapat digunakan untuk melihat potensi
keberadaan air tanah dan nantinya digunakan untuk menentukan titik bor untuk menarik air
tanah tersebut keluar. Kemudian selanjutnya diharapkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih
jauh, yakni bagaimana air tanah yang berada pada lokasi puluhan meter di bawah permukaan
tanah dapat dialirkan, diolah, diuji kelayakannya, dan kemudian dimanfaatkan sebagaimana
mestinya. Untuk tahapan ini, selanjutnya kami berencana akan bekerja sama dengan pihak
lain yang lebih berkompeten di bidang tersebut. Sehingga nantinya masyarakat di Dusun
Pakuhaji, Desa Cibunar tidak akan kesulitan lagi dalam hal ketersediaan air bersih dan dapat
meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat setempat.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada kegiatan pemetaan air tanah ini digunakan salah satu metode geofisika, yakni metode
geolistrik atau metode tahanan jenis. Metode Geolistrik atau metode tahanan jenis ini
merupakan metode geofisika aktif yang menggunakan arus listrik untuk menyelidiki material
di bawah permukaan bumi. Pada metode ini akan dilihat kontras nilai resistivitas atau tahanan
jenis suatu batuan terhadap batuan lainnya. Metode ini dianggap sangat cocok digunakan
dikarenakan prinsip tahanan jenis (resistivitas) dari batuan akan sangat sensitif terhadap
kandungan air di dalamnya, sehingga dapat memudahkan dalam analisa penentuan lokasi
keberadaan air tanah. Selain itu dikarenakan metode ini umumnya digunakan untuk
eksplorasi dangkal, hingga 500 m, ini sesuai dengan dugaan keberadaan air tanah yang tidak
terlalu dalam. Prinsip dasar yang digunakan dalam metode ini yaitu arus listrik diinjeksikan
ke alam bumi melalui dua elektrode arus, sedangkan beda potensial yang terjadi diukur
melalui dua elektrode potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik dapat
diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik ukur.
Metode geolistrik ini dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik dengan frekuensi
rendah ke permukaan bumi yang kemudian diukur beda potensial diantara dua buah elektrode
potensial. Pada keadaan tertentu, pengukuran bawah permukaan dengan arus yang tetap akan
diperoleh suatu variasi beda tegangan yang berakibat akan terdapat variasi resistansi yang
akan membawa suatu informasi tentang struktur dan material yang dilewatinya. Prinsip ini
sama halnya dengan menganggap bahwa material bumi memiliki sifat resistif atau seperti
perilaku resistor, dimana material-materialnya memiliki derajat yang berbeda dalam
menghantarkan arus listrik.
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metode ini dibedakan menjadi dua yaitu mapping dan
sounding. Metode geolistrik mapping merupakan metode yang bertujuan mempelajari variasi
resistivitas lapisan bawah permukaan secara horisontal. Oleh karena itu, pada metode ini
digunakan jarak spasi elektrode yang tetap untuk semua titik datum di permukaan bumi.
Sedangkan metode resistivitas sounding bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas
lapisan bawah permukaan bumi secara vertikal. Pada metode ini pengukuran pada satu titik
ukur dilakukan dengan cara mengubah-ubah jarak elektrode. Pengubahan jarak elektrode
tidak dilakukan secara sembarang, tetapi mulai jarak elektrode kecil kemudian membesar
secara gradual. Jarak elektrode ini sebanding dengan kedalaman lapisan yang terdeteksi.
Pada penelitian ini kami menggunakan pengukuran geolistrik dengan menggunakan
konfigurasi Wenner. Konfigurasi ini diambil dari nama Frank Wenner yang mempelopori
penggunaannya di Amerika Serikat. Pada konfigurasi Wenner jarak antara keempat elektroda
sama, yaitu a. Namun, Jarak MN pada konfigurasi Wenner selalu sepertiga (1/3) dari jarak
AB. Bila jarak AB diperlebar, maka jarak MN juga harus diubah sehingga jarak MN tetap
P1
P2
sepertiga jarak AB. Pada konfigurasi ini letak dipol potensial
dan
berada di
tengah-tengah antara
C1
dan
C2
4
1
=2 (
1
1
1 1
V
+ )
r1 r 2 r3 r 4
I
(2)
Kelemahan konfigurasi Wenner adalah dalam operasi di lapangan keempat elektroda harus
dipindahkan secara serentak untuk memperoleh hasil pengukuran dengan (jarak) a yang
berbeda. Namun kelemahan ini telah teratasi dengan kelebihan sistem pengukuran alat yang
sudah sangat baik, dimana sudah otomatis memindahkan konfigurasi sesuai dengan
parameter akuisisi survey yang kami dimasukan.
Berdasarkan resistivitas listriknya, batuan/mineral dikelompokkan menjadi beberapa jenis
sebagaimana yang ditunjukan oleh Gambar 2-2 berikut:
Konduktor baik
10-8
mineral
Konduktor baik
III.
METODE PENDEKATAN
Survey Lokasi
dan Pemetaan
Masalah
Survey Geologi
Daerah
Penelitian
Interpretasi
Geologi dan
Penentuan
Lintasan Survey
Interpretasi
Geofisika
Survey
Pengukuran
Geolistrik
Se
p
Okt
Adapun uraian kegiatan program yang dilakukan adalah sebagaimana yang ditunjukan oleh
Tabel 4.2-2 dibawah ini,
Tabel 4.2-2 Uraian kegiatan program
No
Hari, Tanggal
Tempat
Kegiatan
Keterangan
Kamis,
5 April 2012
Komplek LIPI
Bandung
Diskusi
Senin,
10 April 2012
Pengumpulan
Literatur
Selasa,
17 April 2012
Perpustakaan
Geologi Bandung,
Pusat Geologi
Lingkungan
Bandung, dan
Sekretariat Wanadri
Komplek LIPI
Bandung
Diskusi
Minggu,
22 April 2012
Dusun Pakuhaji,
Desa Cibunar,
Kabupaten Garut
Survey Awal
Selasa-Rabu,
24-25 April 2012
Bandung
Pengolahan
Data
Selasa,
15 Mei 2012
Komplek LIPI
Bandung
Diskusi
Minggu,
16 September 2012
Dusun Pakuhaji,
Desa Cibunar,
Kabupaten Garut
Survey
Geolistrik
Topografi
Senin,
17 September 2012
Kampus ITB
Pengenalan Alat
Sabtu,
22 September 2012
Dusun Pakuhaji,
Desa Cibunar,
Kabupaten Garut
Survey
Geolistrik
Pengambilan
data lapangan
10
Minggu,
23 September 2012
Dusun Pakuhaji,
Desa Cibunar,
Kabupaten Garut
Survey
Geolistrik
Pengambilan
data lapangan
11
Senin-Rabu,
24 September
3 Oktober 2012
Kampus ITB
Pengolahan
data dan preprocessing
8
12
Rabu-Rabu,
3-10 Oktober 2012
Kampus ITB
Penyusunan
Laporan
IV.3.
Realisasi Biaya
Realisasi biaya tidak melebihi rancangan yang diajukan. Detil realisasi biaya pelaksanaan
program ditampilkan pada Tabel 4.3-1 dibawah ini,
Tabel 4.3-1 Rincian realisasi biaya pelaksanaan program
No
Keperluan
Biaya Satuan
(Rp.)
Pengal
iI
Satuan
Pengal
i II
Satuan
Biaya
(Rp.)
Keperluan Awal
1
Pengadaan proposal
10,000
eksamplar
30,000
40,000
lembar
40,000
Peta Geologi
100,000
lembar
100,000
Peta Hidrogeologi
50,000
lembar
50,000
Konsumsi diskusi
75,000
pertemuan
225,000
Sewa Mobil
300,000
buah
hari
300,000
Jasa Supir
150,000
orang
hari
150,000
Bensin
100,000
pengisian
100,000
Jalan Tol
7,000
mobil
jalur
14,000
Konsumsi (1 hari)
12,000
makan
orang
216,000
Snack
60,000
paket
60,000
Sewa GPS
75,000
1
Perlengkapan
8
25,000
1
pengukuran
Keperluan Penggunaan Dana Survey Geologi Tahap II
paket
75,000
paket
25,000
Sewa Mobil
300,000
buah
hari
600,000
Jasa Supir
150,000
orang
hari
300,000
Bensin
100,000
mobil
isi
200,000
Jalan Tol
7,000
mobil
jalur
14,000
Konsumsi (3 x makan)
36,000
hari
12
orang
432,000
Snack
112,400
paket
112,400
Sewa GPS
75,000
1
paket
Perlengkapan
8
25,000
1
paket
pengukuran
Keperluan Penggunaan Dana Survey Pengukuran Geolistrik
75,000
25,000
Sewa mobil
300,000
mobil
hari
1,200,000
Jasa Supir
150,000
orang
hari
600,000
9
3
Bensin
150,000
mobil
isi
600,000
Biaya tol
7,000
mobil
jalur
56,000
Konsumsi (3 x makan)
36,000
hari
10
orang
720,000
Snack
204,000
paket
204,000
1,000,000
paket
hari
250,000
paket
orang
500,000
50,000
buah
hari
100,000
25,000
paket
25,000
500,000
paket
500,000
eks
75,000
8
9
10
11
2,000,000
9,773,400
V.
HASIL DAN PENGOLAHAN
V.1.
Data dan Hasil Survey
Beberapa data yang telah diperoleh dari hasil survey baik itu survey literatur/pustaka, survey
geologi maupun survey hidrologi antara lain adalah:
1.
Peta Rupabumi Digital Indonesia 1: 25.000 Lembar 1208-642 GARUT, diterbitkan
pada tahun 2001 oleh Bakosurtanal.
2.
Peta Geologi Lembar Garut Dan Pamengpeuk, Jawa skala 1: 100.000 dan buku
panduan geologinya, diterbitkan pada tahun 1992 oleh Puslitbang Geologi.
3.
Peta Hidrogeologi Kabupaten Garut skala 1:100.000, diterbitkan pada tahun 1990
oleh Departemen Pekerjaan Umum (PU), dilengkapi dengan data curah hujan.
4.
Data survey lapangan berupa:
Data kedalaman dan kondisi sumur warga
Data mata air di sekitar daerah penelitian
Data Kondisi bak penampungan air
Data survey geologi singkapan batuan
Data hasil pengukuran geolistrik konfigurasi Wenner
Data topografi
Dokumentasi lapangan
5.
Wawancara mengenai permasalahan air penduduk setempat.
V.2.
Survey Pengukuran Geolistrik
Penelitian yang dilakukan di Dusun Pakuhaji, Desa Cibunar, Kabupaten Garut, menggunakan
alat IP-meter, Ippmann Geophysical Instrument 4Point Light 10W, dengan tipe konfigurasi
elektroda Wenner. Lintasan dan sebaran titik pengukuran geolistrik ditunjukkan pada Gambar
5.2-1. Masing masing lintasan menggunakan spasi elektroda 5 m. Panjang lintasan 1 sejauh
280 m, lintasan 2 sejauh 225 m, dan lintasan 3 sejauh 200 m.
10
2
3
11
Gambar 5.2-1 Gambar lintasan pengukuran geolistrik. Total ada 3 lintasan yang dilakukan
pengukuran yang saling berpotongan.
Keterangan Gambar 5.3-1 :
Pangkal Irigasi.
Mata Air.
Lintasan Geolistrik; Lintasan 1 mengarah dari selatan ke utara, Lintasan 2
mengarah dari barat ke timur dan Lintasan 3 mengarah dari barat laut ke
tenggara.
V.3.
Interpretasi
Nilai tahanan jenis yang didapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pada saat pengambilan
data. Kondisi permukaan tanah, vegetasi yang tumbuh, dan kepadatan penduduk di daerah
pengambilan data dapat mempengaruhi nilai tahanan jenis. Keadaan tanah berpengaruh
karena tanah merupakan tempat dimana arus diinjeksikan. Jika pada tanah terdapat rekahan
dan rongga-rongga maka arus yang diinjeksikan akan mengalami penurunan daya untuk
merambat di bawah permukaan, sehingga pada pembacaan alat nilai tahanan jenisnya lebih
besar. Lalu, vegetasi memiliki kebutuhan akan air untuk kehidupannya. Ketika elektroda
ditempatkan pada vegetasi yang padat, nilai tahanan jenis akan lebih kecil karena tanah yang
lebih lembab. Pada hal yang sama pula kepadatan penduduk menyebabkan ruang untuk
membentangkan lintasan pengukuran menjadi terbatas. Keberadaan jalan dan rumah warga
menjadi suatu hambatan dalam menentukan spasi terkecil dan panjang lintasannya.
Pengukuran tahanan jenis yang dilakukan dengan alat IP-Meter, Ippmann Geophysical
Instrument 4Point Light 10W, menghasilkan tahanan jenis semu atau pseudosection
resistivity. Data tahanan jenis semu tersebut lalu diolah dengan perangkat lunak RES2DINV
dan menghasilkan model penampang dua dimensi seperti pada Gambar 5.3-1 s/d Gambar 5.33. Nilai resistivitas yang didapat berkisar antara 3 90 ohm.m. Lapisan pembawa air
(akuifer) cenderung memiliki nilai resistivitas yang rendah antara 3 15 ohm.m dimana pada
tampilan penampang resistivity ditunjukkan dengan warna biru muda hingga tua. Warna
coklat hingga ungu merupakan lapisan akuifug (batuan yang tidak bercelah) yang bila
dikorelasikan dengan data geologi, batuan itu adalah rempah lepas Gunungapi Papandayan
yang berupa bongkah andesit dan basalt.
12
13
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari penenlitian ini adalah:
Dari hasil penelitian geolistrik di Dusun Pakuhaji, Desa Cibunar, Kabupaten Garut, maka
dapat disimpulkan bahwa : pada elevasi 845 830 m terdapat nilai resistivitas rendah yang
merupakan air permukaan (run off) sedangkan pada elevasi 830 800 m adalah lapisan
akuifug yang memiliki resistivitas di atas 50 ohm.m, berupa bongkah andesit dan basal yang
berasal dari Gunungapi Papandayan. Pada lintasan 1 dan 2 terlihat pada elevasi di bawah 805
m, kontras resistivitas menunjukkan penurunan di sekitar area yang diduga adanya struktur
atau sesar. Bilamana kami bisa menampilkan penetrasi yang lebih dalam, kemungkinan kami
akan menemukan potensi air tanah disana karena daerah penelitian kami berada pada
lembahan di sekitar Gunung Nangklak (2573 m), Gunung Cikuray (2820 m), Gunung Kracak
1838 m), dan Gunung Gajah (2124 m) dimana air hujan yang jatuh ke daerah pegunungan ini
akan menjadi air permukaan dan masuk menginfiltrasi air tanah menjadi lapisan akuifer di
sekitar lembahan.
VI.2.
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah:
14
1. Menggunakan bentangan line yang lebih panjang minimal 800 meter untuk mendapatkan
target kedalaman sekitar 100 meter.
2. Menggunakan metode vertical electrical sounding (VES) schlumberger untuk
mendapatkan profil vertical yang lebih baik.
3. VES dilakukan di lebih dari satu titik dan dilakukan korelasi terhadap data-data tersebut.
4. Penyediaan alat untuk melakukan metode VES dapat dilakukan penyewaan ke tempat
khusus karena alat yang tersedia di program studi kurang memenuhi syarat untuk
mendapatkan target kedalaman.
5. Penyediaan dana bila ingin dilakukan pemboran perlu dirancang dan direncanakan
dengan segera karena estimasi dana per meter pengeboran di litologi keras sangat tinggi.