Anda di halaman 1dari 14

1

I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan nasional yang memiliki tugas membekali
mahasiswa berbagai ilmu dan pengetahuan yang nantinya dapat digunakan untuk menjawab
tantangan zaman. Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan dan pengajaran,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang mana telah ditekankan juga dalam UU
RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada 20 ayat 2 yang menyatakan :
Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat, menjadi suatu alasan besar untuk perguruan tinggi dalam memberikan jawaban
masalah bangsa.
Institut Teknologi Bandung sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia tentunya tidak
dapat dilepaskan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi sehingga dalam pelaksanaannya disusun
kurikulum yang mengarah kesana. Bagian pendidikan dan penelitian dapat ditemukan dalam
setiap aktivitas yang terdapat di ruang kuliah maupun laboratorium. Sedangkan kegiatan
pengabdian masyarakat dilakukan oleh dosen melalui penelitian dan oleh mahasiswa melalui
kegiatan yang dikoordinir oleh keluarga dan atau himpunan mahasiswa.
Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika (HIMA-TG) TERRA ITB merupakan salah satu
himpunan mahasiswa yang berada di ITB, himpunan ini mewadahi setiap kegiatan yang
dilakukan mahasiswa jurusan Teknik Geofisika dalam upaya perwujudan Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Melalui Divisi Pengabdian Masyarakat-nya, anggota himpunan berusaha
untuk dapat menerapkan keilmuan yang didapat selama kegiatan perkuliahan kepada
masyarakat, sehingga dapat memberikan manfaat yang luas kepada masyarakat.
Penerapan keilmuan Teknik Geofisika untuk pengabdian masyarakat dalam program ini kami
melakukannya dengan penelitian mengenai pemetaan potensi ketersediaan air tanah yang
berada di Dusun Pakuhaji, Desa Cibunar, Kabupaten Garut. Sesuai dengan disiplin ilmu yang
dipelajari, kami melakukan pemetaan dengan menggunakan salah satu metoda geofisika yaitu
metoda pengukuran tahanan jenis atau geolistrik. Melalui metoda ini akan dilihat bagaimana
pemetaan persebaran air tanah yang berada di daerah penelitian sehingga nantinya dapat
memberikan gambaran lokasi titik pengeboran dan pemanfaatan dari potensi air tanah
tersebut. Kedepannya diharapkan hasil pemetaan ini dapat memberikan bantuan dan manfaat
bagi kehidupan masyarakat daerah tersebut.
Melalui kegiatan ini nantinya juga diharapkan dapat semakin menumbuhkan kepekaan
mahasiswa terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia khususnya pada
masyarakat di lingkungan sekitar. Bagi masyarakat setempat dan pemerintah daerah kegiatan
ini diharapkan dapat membantu percepatan proses pembangunan, membentuk kader penerus
kegiatan pembangunan dan adanya perubahan sikap mental, pola hidup dan budaya
masyarakat menuju kondisi yang lebih madani dan sejahtera.
I.2. Perumusan Masalah
Mayoritas penduduk Dusun Pakuhaji, Desa Cibunar, Kabupaten Garut memiliki mata
pencaharian sebagai petani. Namun hal yang paling penting dalam kegiatan pertanian yakni
pengairan di daerah tersebut masih sangat bermasalah. Hal ini dikarenakan sulitnya dalam
memenuhi kebutuhan air dan memang ketersediaan air yang kecil. Satu-satunya sumber air
yang dapat digunakan adalah berasal dari sungai yang berada sejauh 500 meter dibawah
lereng desa dan dipisahkan tebing yang terjal, sehingga sangat beresiko dan sangat memakan
tenaga lebih jika harus mengambil air dari sana. Dampaknya kegiatan bercocok tanam hanya

dapat dilakukan pada musim penghujan, sementara pada musim kemarau, masyarakat Dusun
Pakuhaji tersebut terpaksa mencari mata pencaharian baru, seperti menjadi buruh bangunan,
pengrajin peralatan dapur, pengrajin perabotan rumah tangga, dan pekerjaan buruh lainnya ke
kota Garut. Selain berdampak pada masalah pertanian, kurangnya ketersediaan air berdampak
pada terganggungnya kebutuhan air bersih warga untuk kehidupan sehari-hari seperti untuk
masak dan sanitasi.
I.3. Tujuan
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran/peta bawah
permukaan tanah (pseudosection resistivity) dari lokasi penelitian (Desa Cibunar) dengan
melakukan studi literatur/pustaka, survey geologi dan kemudian dilanjutkan survey geofisika
daerah penelitian. Nantinya pseudosection resistivity tersebut akan diinterpretasi untuk
melihat keberadaan potensi air tanah sehingga dapat dimanfaatkan dan digunakan secara
tepat dan maksimal.
I.4. Luaran yang Diharapkan
Hasil dari program survey ini yang diharapkan adalah dapat memberikan peta/gambaran
tahanan jenis bawah permukaan tanah (pseudosection resistivity) di Dusun Pakuhaji, Desa
Cibunar, yang dapat menunjukan potensi keberadaan air tanah.
I.5. Kegunaan
Peta tahanan jenis bawah permukaan tanah dapat digunakan untuk melihat potensi
keberadaan air tanah dan nantinya digunakan untuk menentukan titik bor untuk menarik air
tanah tersebut keluar. Kemudian selanjutnya diharapkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih
jauh, yakni bagaimana air tanah yang berada pada lokasi puluhan meter di bawah permukaan
tanah dapat dialirkan, diolah, diuji kelayakannya, dan kemudian dimanfaatkan sebagaimana
mestinya. Untuk tahapan ini, selanjutnya kami berencana akan bekerja sama dengan pihak
lain yang lebih berkompeten di bidang tersebut. Sehingga nantinya masyarakat di Dusun
Pakuhaji, Desa Cibunar tidak akan kesulitan lagi dalam hal ketersediaan air bersih dan dapat
meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat setempat.

II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada kegiatan pemetaan air tanah ini digunakan salah satu metode geofisika, yakni metode
geolistrik atau metode tahanan jenis. Metode Geolistrik atau metode tahanan jenis ini
merupakan metode geofisika aktif yang menggunakan arus listrik untuk menyelidiki material
di bawah permukaan bumi. Pada metode ini akan dilihat kontras nilai resistivitas atau tahanan
jenis suatu batuan terhadap batuan lainnya. Metode ini dianggap sangat cocok digunakan
dikarenakan prinsip tahanan jenis (resistivitas) dari batuan akan sangat sensitif terhadap
kandungan air di dalamnya, sehingga dapat memudahkan dalam analisa penentuan lokasi
keberadaan air tanah. Selain itu dikarenakan metode ini umumnya digunakan untuk
eksplorasi dangkal, hingga 500 m, ini sesuai dengan dugaan keberadaan air tanah yang tidak
terlalu dalam. Prinsip dasar yang digunakan dalam metode ini yaitu arus listrik diinjeksikan
ke alam bumi melalui dua elektrode arus, sedangkan beda potensial yang terjadi diukur
melalui dua elektrode potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik dapat
diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik ukur.
Metode geolistrik ini dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik dengan frekuensi
rendah ke permukaan bumi yang kemudian diukur beda potensial diantara dua buah elektrode

potensial. Pada keadaan tertentu, pengukuran bawah permukaan dengan arus yang tetap akan
diperoleh suatu variasi beda tegangan yang berakibat akan terdapat variasi resistansi yang
akan membawa suatu informasi tentang struktur dan material yang dilewatinya. Prinsip ini
sama halnya dengan menganggap bahwa material bumi memiliki sifat resistif atau seperti
perilaku resistor, dimana material-materialnya memiliki derajat yang berbeda dalam
menghantarkan arus listrik.
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metode ini dibedakan menjadi dua yaitu mapping dan
sounding. Metode geolistrik mapping merupakan metode yang bertujuan mempelajari variasi
resistivitas lapisan bawah permukaan secara horisontal. Oleh karena itu, pada metode ini
digunakan jarak spasi elektrode yang tetap untuk semua titik datum di permukaan bumi.
Sedangkan metode resistivitas sounding bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas
lapisan bawah permukaan bumi secara vertikal. Pada metode ini pengukuran pada satu titik
ukur dilakukan dengan cara mengubah-ubah jarak elektrode. Pengubahan jarak elektrode
tidak dilakukan secara sembarang, tetapi mulai jarak elektrode kecil kemudian membesar
secara gradual. Jarak elektrode ini sebanding dengan kedalaman lapisan yang terdeteksi.
Pada penelitian ini kami menggunakan pengukuran geolistrik dengan menggunakan
konfigurasi Wenner. Konfigurasi ini diambil dari nama Frank Wenner yang mempelopori
penggunaannya di Amerika Serikat. Pada konfigurasi Wenner jarak antara keempat elektroda
sama, yaitu a. Namun, Jarak MN pada konfigurasi Wenner selalu sepertiga (1/3) dari jarak
AB. Bila jarak AB diperlebar, maka jarak MN juga harus diubah sehingga jarak MN tetap
P1
P2
sepertiga jarak AB. Pada konfigurasi ini letak dipol potensial
dan
berada di
tengah-tengah antara

C1

dan

C2

Gambar 2-1 Skema desain elektroda pada konfigurasi Wenner


Untuk menghitung Pseudo-Resistivity, diperlukan suatu bilangan faktor geometri. Faktor
geometri konfigurasi elektroda Wenner sama dengan faktor geometri konfigurasi elektroda
pole-pole, yaitu :
K=2 a
(1)
Lalu persamaan diatas akan digunakan untuk menghitung tahanan jenis melalui persamaan
berikut, (Van Norstand et al, 1966; Reynolds 1997; Telford et al, 1990)

4
1

=2 (

1
1
1 1
V
+ )
r1 r 2 r3 r 4
I

(2)

Kelemahan konfigurasi Wenner adalah dalam operasi di lapangan keempat elektroda harus
dipindahkan secara serentak untuk memperoleh hasil pengukuran dengan (jarak) a yang
berbeda. Namun kelemahan ini telah teratasi dengan kelebihan sistem pengukuran alat yang
sudah sangat baik, dimana sudah otomatis memindahkan konfigurasi sesuai dengan
parameter akuisisi survey yang kami dimasukan.
Berdasarkan resistivitas listriknya, batuan/mineral dikelompokkan menjadi beberapa jenis
sebagaimana yang ditunjukan oleh Gambar 2-2 berikut:
Konduktor baik
10-8

mineral

Konduktor sedang Konduktor buruk


1

Mineral & batuan


Mineral & batuan
107 m

Gambar 2-2 Pengelompokan material berdasarkan tingkat konduktifitas secara sederhana

Konduktor baik

: Mineral-mineral logam, grafit, sulfida kecuali untuk sfalerit,


cinnabar dan stibnit; semua arsenid dan sulfo-arsenide kecuali
SbAs2; antimonid kecuali beberapa komponen timbal,
terllurid dan beberapa oksida seperti magnetit, manganit,
pirolusit dan ilmenit.
Konduktor sedang
: Sebagian besar oksida, bijih dan batuan berpori yang
mengandung air.
Konduktor buruk
: Mineral-mineral pembentuk batuan, silikat, fosfat, dan
karbonat, nitrat, sulfat, borat dsb.
Berikut beberapa rentang nilai resistivitas yang ditemui pada beberapa material di Bumi,
Gambar 2-3 Rentang nilai tahanan jenis beberapa material di Bumi

Tabel 2-1 Karakteristik tahanan jenis material

III.

METODE PENDEKATAN

Survey Lokasi
dan Pemetaan
Masalah

Survey Geologi
Daerah
Penelitian

Interpretasi
Geologi dan
Penentuan
Lintasan Survey

Interpretasi
Geofisika

Survey
Pengukuran
Geolistrik

Gambar 3-1 Diagram alir gambaran proses pendekatan pelaksanaan program


IV.
PELAKSANAAN PROGRAM
IV.1.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Program dilaksanakan selama 6 bulan, dari April sampai September 2012. Tempat
pelaksanaan program adalah di Dusun Pakuhaji, Desa Cibunar, Kabupaten Garut. Sedangkan
untuk studi pustaka dan literatur serta interpretasi geologi dan geofisika dilakukan di kampus
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
IV.2.
Tahap Pelaksanaan
Secara garis besar tahap pelaksanaan program sesuai dengan metoda pendekatan yang telah
dijabarkan sebelumnya. Penjelasan garis besar pelaksanaan program per bulannya ditunjukan
oleh Tabel 4.2-1 dibawah ini,
Tabel 4.2-1 Timeline pelaksanaan tahapan program per bulan
Bulan
Kegiatan Program
Ap Me Ju Ju Ag
r
i
n
l
u
Studi Literatur dan Bimbingan Dosen
Survey Geologi Lokasi Penelitian
Perancangan Akuisisi Data
Survey Pengukuran Geolistrik
Analisa dan Interpretasi
Penyusunan Laporan

Se
p

Okt

Adapun uraian kegiatan program yang dilakukan adalah sebagaimana yang ditunjukan oleh
Tabel 4.2-2 dibawah ini,
Tabel 4.2-2 Uraian kegiatan program

No

Hari, Tanggal

Tempat

Kegiatan

Keterangan

Kamis,
5 April 2012

Komplek LIPI
Bandung

Diskusi

Bersama Dr.Sc. Rahmat Fajar Lubis


(hidrogeologis LIPI) dan Dr.rer.nat.
Ir. Wahyudi W. Parnadi, MS (dosen
pembimbing), meminta arahan dan
bimbingan awal.
Pengumpulan data geologi,
hidrogeologi, dan peta rupa bumi
digital daerah penelitian.

Senin,
10 April 2012

Pengumpulan
Literatur

Selasa,
17 April 2012

Perpustakaan
Geologi Bandung,
Pusat Geologi
Lingkungan
Bandung, dan
Sekretariat Wanadri
Komplek LIPI
Bandung

Diskusi

Bersama Dr.Sc. Rahmat Fajar Lubis


(hidrogeologis LIPI), membahas
literatur yang telah dipelajari dan
persiapan Survey Awal.

Minggu,
22 April 2012

Dusun Pakuhaji,
Desa Cibunar,
Kabupaten Garut

Survey Awal

Melakukan tinjau lokasi penelitian


dan sekitarnya meliputi demografi,
geografi, singkapan geologi, dan
sumber air (sumur dan mata air).

Selasa-Rabu,
24-25 April 2012

Bandung

Pengolahan
Data

Mengolah dan menganalisis data


yang telah diperoleh dengan
literatur yang dikumpulkan.

Selasa,
15 Mei 2012

Komplek LIPI
Bandung

Diskusi

Bersama Dr.Sc. Rahmat Fajar Lubis


(hidrogeologis LIPI), membahas
hasil survey, analisis, dan persiapan
survey selanjutnya.

Minggu,
16 September 2012

Dusun Pakuhaji,
Desa Cibunar,
Kabupaten Garut

Survey
Geolistrik
Topografi

Senin,
17 September 2012

Kampus ITB

Pengenalan Alat

Sabtu,
22 September 2012

Dusun Pakuhaji,
Desa Cibunar,
Kabupaten Garut

Survey
Geolistrik
Pengambilan
data lapangan

Melakukan peninjauan kembali


terhadap kondisi lapangan lintasan
pengukuran. Melakukan
penempatan patok pada titik-titik
elektrode lintasan pengukuran.
Melakukan latihan pemakaian alat
resistivity IP yang akan digunakan
dalam survey pengukuran geolistrik.
Asistensi Kuliah Geofisika Teknik
dan Lingkungan.
Pengukuran metoda geolistrik pada
lintasan pengukuran yang telah
ditentukan serta pre-processing
lapangan.

10

Minggu,
23 September 2012

Dusun Pakuhaji,
Desa Cibunar,
Kabupaten Garut

Survey
Geolistrik
Pengambilan
data lapangan

Melanjutkan pengukuran geolistrik


pada lintasan yang belum selesai
atau perlu diulang kembali.

11

Senin-Rabu,
24 September
3 Oktober 2012

Kampus ITB

Pengolahan
data dan preprocessing

Pengolahan data tahap awal dan


konsultasi hasil pengukuan.
Konsultasi bersama dosen dan Kang
Iwan, S.T.

8
12

Rabu-Rabu,
3-10 Oktober 2012

Kampus ITB

Penyusunan
Laporan

Pembuatan laporan hasil penelitian


dan laporan program kegiatan untuk
diserahkan kepada pihak Tanoto.

IV.3.
Realisasi Biaya
Realisasi biaya tidak melebihi rancangan yang diajukan. Detil realisasi biaya pelaksanaan
program ditampilkan pada Tabel 4.3-1 dibawah ini,
Tabel 4.3-1 Rincian realisasi biaya pelaksanaan program
No

Keperluan

Biaya Satuan
(Rp.)

Pengal
iI

Satuan

Pengal
i II

Satuan

Biaya
(Rp.)

Keperluan Awal
1

Pengadaan proposal

10,000

eksamplar

30,000

Peta Rupabumi Digital

40,000

lembar

40,000

Peta Geologi

100,000

lembar

100,000

Peta Hidrogeologi

50,000

lembar

50,000

Konsumsi diskusi

75,000

pertemuan

225,000

Keperluan Penggunaan Dana Survey Geologi Tahap I


1

Sewa Mobil

300,000

buah

hari

300,000

Jasa Supir

150,000

orang

hari

150,000

Bensin

100,000

pengisian

100,000

Jalan Tol

7,000

mobil

jalur

14,000

Konsumsi (1 hari)

12,000

makan

orang

216,000

Snack

60,000

paket

60,000

Sewa GPS
75,000
1
Perlengkapan
8
25,000
1
pengukuran
Keperluan Penggunaan Dana Survey Geologi Tahap II

paket

75,000

paket

25,000

Sewa Mobil

300,000

buah

hari

600,000

Jasa Supir

150,000

orang

hari

300,000

Bensin

100,000

mobil

isi

200,000

Jalan Tol

7,000

mobil

jalur

14,000

Konsumsi (3 x makan)

36,000

hari

12

orang

432,000

Snack

112,400

paket

112,400

Sewa GPS
75,000
1
paket
Perlengkapan
8
25,000
1
paket
pengukuran
Keperluan Penggunaan Dana Survey Pengukuran Geolistrik

75,000

25,000

Sewa mobil

300,000

mobil

hari

1,200,000

Jasa Supir

150,000

orang

hari

600,000

9
3

Bensin

150,000

mobil

isi

600,000

Biaya tol

7,000

mobil

jalur

56,000

Konsumsi (3 x makan)

36,000

hari

10

orang

720,000

Snack

204,000

paket

204,000

Sewa alat geolistrik


Jasa operator dan
teknisi
Sewa GPS
Perlengkapan
pengukuran
Jasa Warga

1,000,000

paket

hari

250,000

paket

orang

500,000

50,000

buah

hari

100,000

25,000

paket

25,000

500,000

paket

500,000

eks

75,000

8
9
10
11

Keperluan Penggunaan Dana Survey Pengukuran Geolistrik


TOTAL BIAYA (Rp)

2,000,000

9,773,400

V.
HASIL DAN PENGOLAHAN
V.1.
Data dan Hasil Survey
Beberapa data yang telah diperoleh dari hasil survey baik itu survey literatur/pustaka, survey
geologi maupun survey hidrologi antara lain adalah:
1.
Peta Rupabumi Digital Indonesia 1: 25.000 Lembar 1208-642 GARUT, diterbitkan
pada tahun 2001 oleh Bakosurtanal.
2.
Peta Geologi Lembar Garut Dan Pamengpeuk, Jawa skala 1: 100.000 dan buku
panduan geologinya, diterbitkan pada tahun 1992 oleh Puslitbang Geologi.
3.
Peta Hidrogeologi Kabupaten Garut skala 1:100.000, diterbitkan pada tahun 1990
oleh Departemen Pekerjaan Umum (PU), dilengkapi dengan data curah hujan.
4.
Data survey lapangan berupa:
Data kedalaman dan kondisi sumur warga
Data mata air di sekitar daerah penelitian
Data Kondisi bak penampungan air
Data survey geologi singkapan batuan
Data hasil pengukuran geolistrik konfigurasi Wenner
Data topografi
Dokumentasi lapangan
5.
Wawancara mengenai permasalahan air penduduk setempat.
V.2.
Survey Pengukuran Geolistrik
Penelitian yang dilakukan di Dusun Pakuhaji, Desa Cibunar, Kabupaten Garut, menggunakan
alat IP-meter, Ippmann Geophysical Instrument 4Point Light 10W, dengan tipe konfigurasi
elektroda Wenner. Lintasan dan sebaran titik pengukuran geolistrik ditunjukkan pada Gambar
5.2-1. Masing masing lintasan menggunakan spasi elektroda 5 m. Panjang lintasan 1 sejauh
280 m, lintasan 2 sejauh 225 m, dan lintasan 3 sejauh 200 m.

10

2
3

11

Gambar 5.2-1 Gambar lintasan pengukuran geolistrik. Total ada 3 lintasan yang dilakukan
pengukuran yang saling berpotongan.
Keterangan Gambar 5.3-1 :
Pangkal Irigasi.
Mata Air.
Lintasan Geolistrik; Lintasan 1 mengarah dari selatan ke utara, Lintasan 2
mengarah dari barat ke timur dan Lintasan 3 mengarah dari barat laut ke
tenggara.
V.3.
Interpretasi
Nilai tahanan jenis yang didapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pada saat pengambilan
data. Kondisi permukaan tanah, vegetasi yang tumbuh, dan kepadatan penduduk di daerah
pengambilan data dapat mempengaruhi nilai tahanan jenis. Keadaan tanah berpengaruh
karena tanah merupakan tempat dimana arus diinjeksikan. Jika pada tanah terdapat rekahan
dan rongga-rongga maka arus yang diinjeksikan akan mengalami penurunan daya untuk
merambat di bawah permukaan, sehingga pada pembacaan alat nilai tahanan jenisnya lebih
besar. Lalu, vegetasi memiliki kebutuhan akan air untuk kehidupannya. Ketika elektroda
ditempatkan pada vegetasi yang padat, nilai tahanan jenis akan lebih kecil karena tanah yang
lebih lembab. Pada hal yang sama pula kepadatan penduduk menyebabkan ruang untuk
membentangkan lintasan pengukuran menjadi terbatas. Keberadaan jalan dan rumah warga
menjadi suatu hambatan dalam menentukan spasi terkecil dan panjang lintasannya.
Pengukuran tahanan jenis yang dilakukan dengan alat IP-Meter, Ippmann Geophysical
Instrument 4Point Light 10W, menghasilkan tahanan jenis semu atau pseudosection
resistivity. Data tahanan jenis semu tersebut lalu diolah dengan perangkat lunak RES2DINV
dan menghasilkan model penampang dua dimensi seperti pada Gambar 5.3-1 s/d Gambar 5.33. Nilai resistivitas yang didapat berkisar antara 3 90 ohm.m. Lapisan pembawa air
(akuifer) cenderung memiliki nilai resistivitas yang rendah antara 3 15 ohm.m dimana pada
tampilan penampang resistivity ditunjukkan dengan warna biru muda hingga tua. Warna
coklat hingga ungu merupakan lapisan akuifug (batuan yang tidak bercelah) yang bila
dikorelasikan dengan data geologi, batuan itu adalah rempah lepas Gunungapi Papandayan
yang berupa bongkah andesit dan basalt.

12

Gambar 5.3-1 Penampang Resistivity Model 2-D Lintasan 1


Pada Gambar 5.3-1, dapat diinterpretasi bahwa lapisan akuifer berada pada kedalaman 845
830 m yang ditunjukkan pada kode A dan B dimana di daerah A terdapat mata air dan daerah
B itu dekat dengan Kali Cisomong untuk keperluan irigasi, sehingga menampilkan nilai
resistivitas yang rendah. Lapisan akuifer ini hanya berupa aliran permukaan (run off). Aliran
permukaan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke
sungai, danau dan lautan (Asdak, 1995). Aliran permukaan terjadi apabila intensitas hujan
melebihi kapasitas infiltrasi tanah, dimana dalam hal ini tanah telah jenuh air (Kartasapoetra
dkk, 1988). Jumlah air yang menjadi limpasan sangat bergantung kepada jumlah air hujan
persatuan waktu, keadaan penutup tanah, topografi, jenis tanah, dan ada tidaknya hujan yang
terjadi sebelumnya (Rahim, 2000). Air permukaan ini tidak bisa dijadikan sumber mata air
baru bagi penduduk desa Cibunar, karena ketika musim kemarau pun air ini akan kering.

Gambar 5.3-2 Penampang Resistivity Model 2-D Lintasan 2


Pada Gambar 5.3-2, di daerah A terdapat sumur bor warga dengan kedalaman 16 m sehingga
mempengaruhi nilai resistivitasnya. Di daerah ini tidak terdapat lapisan akuifer.

13

Gambar 5.3-3 Penampang Resistivity Model 2-D Lintasan 3


Pada Gambar 5.3-3, di daerah A terdapat sumber mata air dimana pada musim penghujan
debitnya cukup untuk memenuhi segala kebutuhan warga disana. Saat kemarau, mata air ini
cukup kering dan nilai resistivitas yang didapat menunjukkan adanya lapisan akuifer. Lapisan
akuifer ini pun seperti halnya pada lintasan 1 yang berupa air permukaan (run off). Bilamana
dilakukan pengeboran untuk mata air baru, ketika musim kemarau diduga akan mengalami
kekeringan juga.
Air tanah yang disarankan untuk pengeboran yaitu yang mempunyai ketebalan akuifer atau
kedalaman lebih dari 40 m dari permukaan tanah. Pada kedalaman tersebut, umumnya air
tanah tidak dipengaruhi atau mempengaruhi kondisi air permukaan.

VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dari penenlitian ini adalah:
Dari hasil penelitian geolistrik di Dusun Pakuhaji, Desa Cibunar, Kabupaten Garut, maka
dapat disimpulkan bahwa : pada elevasi 845 830 m terdapat nilai resistivitas rendah yang
merupakan air permukaan (run off) sedangkan pada elevasi 830 800 m adalah lapisan
akuifug yang memiliki resistivitas di atas 50 ohm.m, berupa bongkah andesit dan basal yang
berasal dari Gunungapi Papandayan. Pada lintasan 1 dan 2 terlihat pada elevasi di bawah 805
m, kontras resistivitas menunjukkan penurunan di sekitar area yang diduga adanya struktur
atau sesar. Bilamana kami bisa menampilkan penetrasi yang lebih dalam, kemungkinan kami
akan menemukan potensi air tanah disana karena daerah penelitian kami berada pada
lembahan di sekitar Gunung Nangklak (2573 m), Gunung Cikuray (2820 m), Gunung Kracak
1838 m), dan Gunung Gajah (2124 m) dimana air hujan yang jatuh ke daerah pegunungan ini
akan menjadi air permukaan dan masuk menginfiltrasi air tanah menjadi lapisan akuifer di
sekitar lembahan.
VI.2.
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah:

14

1. Menggunakan bentangan line yang lebih panjang minimal 800 meter untuk mendapatkan
target kedalaman sekitar 100 meter.
2. Menggunakan metode vertical electrical sounding (VES) schlumberger untuk
mendapatkan profil vertical yang lebih baik.
3. VES dilakukan di lebih dari satu titik dan dilakukan korelasi terhadap data-data tersebut.
4. Penyediaan alat untuk melakukan metode VES dapat dilakukan penyewaan ke tempat
khusus karena alat yang tersedia di program studi kurang memenuhi syarat untuk
mendapatkan target kedalaman.
5. Penyediaan dana bila ingin dilakukan pemboran perlu dirancang dan direncanakan
dengan segera karena estimasi dana per meter pengeboran di litologi keras sangat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai