Abstrak
Latar Belakang : Terapi musik mungkin memiliki efek terhadap penyakit mental.
Ini
adalah
studi
penyelidikan
berbentuk
kuasi
eksperimen,
dengan
Pendahuluan
Skizofrenia adalah gangguan psikiatrik yang sangat kompleks, menarik,
dan sulit dipahami sejak diagnosis formalnya yang dilakukan oleh Bleuler (1911).
Gejalanya kompleks dan etiologinya tidak sepenuhnya dimengerti. Dari sudut
pandang terapi, bermacam-macam terapi sudah digunakan, berdasarkan
bermacam-macam model, termasuk biologis, psikologis, dan sosio-kultural.
Skizofrenia memiliki ciri-ciri abnormalitas persepsi atau ekspresi kenyataan.
Distorsi dalam persepsi dapat mempengaruhi semua 5 pancaindera, termasuk,
penglihatan, pendengaran, rasa, bau, dan raba, namun gejala yang paling umum
yang muncul adalah halusinasi auditorik, delusi paranoid atau bizarre/aneh, atau
cara bicara dan pola pikir yang kacau dengan disfungsi sosial atau okupasi yang
signifikan. Onset dari gejala umumnya terjadi pada orang muda (Castle, 1991).
Menurut
DSM-IV-TR,
tipe
skizofrenia
didefinisikan
oleh
gejala
predominan pada waktu evaluasi terbaru, oleh karena itu dapat berubah seturut
waktu. Tipe-tipe ini termasuk tipe paranoid, dimana preokupasi dengan halusinasi
auditorik atau delusi yang menonjol; kelompok disorganisasi dengan cara bicara
dan sifat yang kacau, dan afek datar atau tak serasi yang menonjol; tipe katatonik,
dimana ciri-cirinya adalah gejala yang menonjol adalah gejala motori; kelompok
tak terinci, yaitu kelompok yang tidak spesifik yang digunakan bila tidak ada ciri
subtipe lainnya yang dominan; dan kelompok residual, dengan tidak adanya gejala
positif yang menonjol namun terdapat bukti gangguan yang berkelanjutan (misal
gejala negatid atau positif dalam bentuk yang lebih ringan). Walaupun implikasi
terapi dan prognostik dari tiap subtipe berbeda-beda, tipe disorganisasi biasanya
merupakan tipe yang paling parah dan paranoid sebagai tipe yang paling ringan
(Asosiasi Psikiatrik Amerika, 2000).
Andreasen (1984) membuat kriteria untuk membedakan sindrome
skizofrenia ke dalam 3 subtipe negatif, positif, dan campuran. Skizofrenia
positif memiliki ciri-ciri delusi meononjol, halusinasi, gangguan pikiran formal
positif, dan tingkah laku yang aneh. Skizofrenia negatif memiliki ciri-ciri afek
Peng dkk (2010) dan Sousa (2010) menemukan bahwa terapi musik adalah
alat yang efektif untuk perbaikan dan rehabilitasi gejala skizofrenia saat
digunakan
sebagai
tambahan
untuk
farmakoterapi.
Pada
studi
yang
adalah
satu
dari
sedikit
negara
yang
dengan
persisten
diketahui dari musik Persia pada jaman dulu, terutama musik-musik dari kerajaan
Achaemenia. Filsuf dari Persia dan teorist musik El-Farabi, dikenal sebagai
Alpharabius di Eropa, menuliskan terapi musik dalam bukunya. Dia
mendiskusikan efek terapi dan cara musik mempengaruhi jiwa. Musik Persia yang
dipakai dalam terapi mood tersebut didasari oleh sistem modal; musik bergantung
pada improvisasi dan komposisi dan juga berdasarkan skala modal dan nada, yang
harus diingat, dan prioritas diberikan sebagai pelengkap.skala terbagi hingga lebih
dari 12 semi-tones. Oleh karena itu, melodi terkonsentrasi pada daftar yang relatif
sempit dan motif repetitif pada pola titi nada yang berbeda dan bagian vokal yang
sering dilengkapi dengan Tahrir, pelengkap vokal yang serupa dengan Yodelling.
Musik klasik Persia terus berlanjut sebagai alat penyembuh dan spiritual seperti
perannya dalam sejarah. Masuknya teks mistik sebagai lirik telah digantikan oleh
lirik yang sebagian besar ditulis oleh penyair masa pertengahan, terutama Hafez
dan Jalal-e Din Rumi (Safvate, 1966). Instrumen yang digunakan pada musik
klasik Persia termasuk biola lengkung Kamancheh, drum goblet Tombak, suling
Ney, drum Daf, kecapi berleher panjang Tar, Setar, Tambur, dan Dotar,dan
Dulcimer Santur (Farhat, 1990).
Asosiasi Terapi Musik Iran didirikan pada 2001 oleh Ali Zadeh
Mohammadi dan teman sejawatnya untuk meningkatkan kesadaran publik
mengenai keuntungan terapi musik dan perkembangan terkini dari penelitian dan
praktek klinik. Asosiasi mengadakan lokakarya yang berbeda dan pelajaran untuk
siswa, praktisi perawatan kesehatan, dan kelompok lainnya yang tertarik. Bekerja
dengan anak yang menderita gangguan tingkah laku, spektrum autisme, dan
siksaan dan trauma adalah prioritasnya. Studi baru-baru ini mengamati efek dari
terapi musik pada gejala positif dan negatif dari skizofrenia, dan menyesuaikan
dengan tema dari studi ini, hipotesis yang tersusun adalah :
Metode
Peserta
Pada studi penyelidikan kuasi-eksperimental ini, 96 pasien skizofrenia
diambil dari rumah sakit utama psikiatrik di Tehran. Mereka secara acak
dikelompokkan menjadi 3 kelompok : kelompok eksperimental 1 (N = 35),
kelompok eksperimen 2 (N = 27), dan kelompok kontrol ( N = 34). Umur pasien
berkisar antara 20 hingga 50 tahun, dengan rata-rata 34,6 tahun (SD = 8.05).
kelompok eksperimen diberi terapi musik yang digabung dengan medikasi
neuroleptik, sedangkan kelompok kontrol hanya diberi medikasi neuroleptik.
Diagnosis skizofrenia berdasarkan DSM-IV. Peserta yang rekam kasusnya
menunjukkan label diagnostik skizofrenia (paranoid, disorganisasi, katatonik, tak
terinci dan tipe residual) adalah kemungkinan pertama yang diikutkan dalam studi
ini. Peserta yang awalnya didiagnosis skizofren namun kemudian ditemukan
terkena penyakit psikiatrik lainnya dieksklusikan dari studi. Frekuensi persebaran
dari peserta, sesuai dengan diagnosis, yang diberikan pada Tabel 1.
Desain dari studi terbaru ini melibatkan perbandingan antara hasil post test
dari kelompok eksperimen dan kontrol. Untuk menilai signifikansi dari perbedaan
antara rata-rata post test yang dicapai untuk skor yang berbeda dari ketiga
kelompok, ANCOVA dilakukan untuk total sampel dan subsampel yang berbeda.
T-ratio dihitung untuk menemukan signifikansi dari rata-rata kelompok lain setiap
F-ratio terbukti signfikan. Hal-hal tersebut juga tertulis di tabel. Semua peserta
memberikan persetujuan tertulis untuk studi ini. Studi ini menerima persetujuan
dari Komite Etik Riset Universitas dan Kementerian Pendidikan.
Pengukuran
Penilaian dari peserta yang dilakukan setelah kondisi mereka stabil ratarata 6 hari setelah rawat inap. Tes dilakukan pada awal dan akhir studi untuk
membandingkan perubahan diantara kelompok. Semua peserta diwawancarai dan
dinilai pre dan post test menggunakan skala penilaian Andreasen, yaitu skala
untuk penilaian gejala negatif (SANS) dan skala untuk penilaian gejala positif
(SAPS).
Tingkat kepercayaan dan konsistensi internal dari SANS dilaporkan tinggi
(Andreasen, 1984). Hal ini dapat dilihat dari total skor subskala dan skor
gabungan untuk semua hal mempunyai tingkat kepercayaan yang lebih tinggi
daripada hal tunggal. Koefisien kepercayaan yang didapat dari subskala yang
berbeda-beda mempunyai nilai yang lebih dari tingkat sedang dan cukup
memuaskan, dengan rata-rata disekitar .77 . rata-rata koefisien kepercayaan dinilai
terpisah untuk subskala gejala positif dan negative mempunyai nilai .78 dan .77 .
koefisien ini dapat dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan dari studi-studi
lain yang memiliki tema yang sama.
Prosedur
Kelompok eksperimental 1 menerima terapi music aktif, dimana mereka
ikut serta dengan memainkan instrument-instrumen music yang berbeda-beda,
bernyanyi bersama dan bergerak sesuai dengan ritme music. Kelompok
eksperimen 2 menerima terapi music pasif, dimana pasien mendengarkan musik
yang memberi stimulasi tanpa memainkan instrument apapun. Untuk kelompok
aktif, 2 terapis musik merencanakan dan melakukan sesi terapi musik.
Mempertimbangkan kondisi tiap individu, kebutuhan, dan ketertarikan pasien,
mereka dilibatkan dan didukung untuk ikut serta dalam aktivitas musical seperti
bernyanyi bersama, bermain sebagai 1 kelompok musical atau improvisasi dan
bergerak dengan musik (Tabel 2). Kedua terapi aktif dilakukan dengan latar
kelompok dan diberikan selama 1 bulan. Subjek mengikuti sesi terapi musik
dalam kelompok 5 hingga 8 orang.
Kelompok kontrol tidak diikutsertakan dalam aktivitas musik apapun.
Semua peserta dari 3 kelompok tetap menerima medikasi mereka. Studi ini
dilakukan dalam ruangan 6x10 (meter). Ruangan tersebut digunakan untuk
bermacam-macam aktivitas okupasi pasien, dan melibatkan 2 meja dan 12 kursi.
asociality [(2, 32) 4.46, p < .05] dan delusi [(2, 32) 4.04, p< .05]
ditemukan.
dapat
mendapat pengaruh yang signifikan dari terapi musik aktif dan pasif untuk
anhedonia-asociality dan delusi. Terapi musik pasif lebih efektif daripada terapi
musik aktif. Satu penjelasan untuk efek yang lebih kuat dari musik untuk peserta
wanita dapat dilihat dari asumsi kultural di komunitas Irania yang merespon
terhadap stimuli musik yang menyentuh emosi mungkin menembus lebih dalam
ke dalam kesadaran wanita bila dibandingkan dengan peserta laki-laki. Menurut
teori ini, wanita dapat mengambil keuntungan dari terapi musik dari alur
emosinya, saat mereka menghabiskan lebih banyak waktu di rumah karena peran
tradisional mereka di negara kami dan menghabiskan lebih banyak waktu
mendengarkan
musik.
Musik
dapat
menjadi
pengalaman
yang
paling
menenangkan yang selalu tersedia untuk mereka, dan mendengarkan mudik dapat
menghilangkan stress dan mengusir ketegangan saat mereka bekerja di rumah.
Melihat bermacam-macam tipe skizofrenia, peserta paranoid kelihatannya
memiliki tingkat ketegangan yang lebih tinggi pada beberapa aktivitas dimana
mereka mempunyai perasaan bahwa pikiran atau rahasia mereka dapat terkuak,
mungkin karena kecurigaan mereka. Oleh karena itu, mereka mungkin menolak
beberapa aktivitas musik, dimana mereka dipaksa berkomunikasi dengan orang
lain. Gambaran klinisi dari tipe paranoid didominasi gejala positif seperti delusi
dan halusinasi, sedangkan gejala negatif secara relatif tidak ada. Hal ini dapat
menjadi alasan untuk efek yang kurang signifikan pada tipe paranoid.
Pada kasus skizofrenia tipe residual, beberapa hasil yang signifikan
mengenai efek dari gejala positif dan negatif yang secara primer dikarakterisasi
oleh tipe mayor dari gejala negatif yang menandakan kurangnya emosi, dan
kurangnya rasa ketertarikan dalam partisipasi sosial. Gejala positif entah sangat
sedikit atau sangat ringan, termasuk kepercayaan yang aneh, tingkah laku
eksentrik, dll. Efek dari terapi musik pasif pada gejala negatis secara realtif lebih
baik dinilai dari perbandingan dari rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol pada skor gabungan gejala negatif dan subskala afek datar dari gejala
negatif, walaupun hasil tersebut tidak mencapai tingkatan yang signifikan.
Akhirnya, satu hasil yang menarik adalah pengaruh positif dari terapi
musik pasif pada pasien. Tipe residual biasanya tidak memiliki gejala positif
beberapa
halangan
yang
pda
studi
ini
yang
harus
pula, perlu
diketahui untuk
tiap
studi supaya
mempertimbangkan kultur dari tiap peserta dan juga tipe skizofrenia dalam upaya
membuat model untu pengaruh terapi musik dalam populasi tersebut.