Anda di halaman 1dari 15

I.

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


SYARIAH (PSAK)
A.

Tujuan Kerangka Dasar

Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan


penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk
semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun
entitas konvensional baik sector public maupun sector swasta. Tujuan Kerangka
Dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :
1.

Penyusun standar akuntansi syariah, dalam pelaksanaan tugasnya.

2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi


syariah yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
3. Auditor, dalam mem berikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusum sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum
4. Para pemakai laporan keuangan, Dalam menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan syariah

B.

Pemakai dan Kebutuhan Informasi

Pemakai laporan keuangan meliputi :


1. Investor sekarang dan investor potensial ; hal ini karena mereka harus
memutuskan apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi atau
penerimaan dividen.
2. Pemilik dana qardh ;untuk mengetahui apakah dana qardh dapat di bayar
pada saat jatuh tempo
3. Pemilik dana syirkah temporer ; untulk memberikan keputusan pada
investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dan aman
4. Pemilik dana titpan ; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil
tiap saat
5. Pembayar dan penerima zakat, infaq, sedekah dan wakaf ; untuk informasi
tentang sumber dan penyaluran dana tersebut.
6. Pengawas syariah ; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah
terhadap prinsip syariah.
7. Karyawan ; untuk nmemperoleh informasi tentang stabilitas dan
profitabilitas entitas syariah.
8. Pemasok dan mitra usaha lainnya ; untuk memmperoleh informasi tenteng
kemampuan entitas membayar utang pada saat jatuh tempo
9. Pelanggan ; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup
entitas syariah
10. Pemerintah serta lembaga lembaganya ; untuk memperoleh informasi
tentang aktivitas entitas syariah, perpajakan, serta kepentingan nasional lainnya.

11. Masyarakat ; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas


terhadap masyarakat dan Negara.

C.

Paradigma Transaksi Syariah

Transaksi syariah didasarkan pada paradigm dasar bahwa alam semesta


diciptakan oleh tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi
seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan
spiritual. Substansinya adalah bahwa setiap aktivitas manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai ilahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak
sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Dengan
cara ini akan terbentuk karakter tata kelolah yang baik (good governance).

D.

Asas Transaksi Syariah

Transaksi syariah berdasarkan pada prinsip :


1. Persaudaraan (ukhuwah), yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung
tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang tidak
boleh mendapat keuntungan di atas kerugian orang lain.
2. Keadilan (adalah), yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada
yang berhak dan sesuai pada posisinya.
3. Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang
berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan
kolektif.
4. Keseimbangan ( tawazun), yaitu keseimbangan antara aspek material dan
spiritual, antara aspek privat dan public, antara sector keuangan dan rill, antara
bisnis dan social, serta antara aspek pemanfaatan serta pelestarian.

E.

Karakteristik Transaksi Syariah

Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigm dan asas transaksi syariah
harus memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain :
1.

Transaksi hanya dilakukan dengan prinsip saling paham dan saling rida

2.

Prinsip kebebasn bentransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik

3. Uang hanya sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai , bukan sebagai
komoditas
4.

Tidak mengandung unsure riba, kezaliman, gharar, haram.

5.

tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money).

6. Transaksi yang dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar
serta keuntunga n untuk semua pihak
7. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan dan rekayasa
penawaran

8.

Tidak mengandung unsure kolusi dengan suap menyuap.

F.

Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi,


menyangkut posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, tujan lainnya
adalah :
1.

Meningkatkan kepatuhan terhadap prisip syariah

2.

Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah

3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab


entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi tentang tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam
modal dan pemilik dana syirkah temporer ; dan informasi mengenai pemenuhan
kewajiban (obligation) fungsi social entitas syariah termasuk pengelolaan dan
penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

G.

Bentuk LAporan Keuangan

Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas :


1. Posisi keuangan entitas syariah disajikan sebagai neraca. Laporan ini
menyajikan informasi tentang sumberdaya yang dikendalikan, stuktur keuangan,
likuiditas dan solvabilita serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan
dimasa yang akan dating.
2. Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan
ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang
munkin dikendalikan di masa depan
3. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat disusun
berdasarkan devinisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja,
asset likuit atau kas
4. Informasi lain seperti, laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi social
entitas syariah.
5. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi
tambahan yang relefan termasuk pengungkapan tentang resiko dan
ketidakpastian yang mempengaruhi entitas.

H.

Asumsi Dasar

1.

Dasar akrual

Laporan keuangan disajikan atas dasar actual, maksudnya bahwa pengaruh


transaksi dan peristiwa yang alain diakui pada saat kejadian dan diungkapkan

dalam cacatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode
yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada
pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan serta
sumber daya yang merepsesentasikan kas yang akan diterima di masa depan
Namun dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil usaha
menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil
usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah
keuntungan bruto
2. Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha
entitas syariah yang akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karena itu,
entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau
mengurangi secara material skala usahanya.

I.

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteris kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam


laporan keuangan berguna bagi pemakai terdapat. Empat Karakteris kualitatif
pokok yaitu :
1.

Dapat dipahami

Kualitas penting informasiyang ditampung dalam laporan keuangan adalah


kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.
2.

Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk ,memenuhi kebutuhan pemakai


dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau
dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa depan, serta
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu.
3.

Keandalan

Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan


material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan
jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajiakan.
4.

Dapat dibandingkan

Pemakai harus membandingkan laporan keuangan entitas syariah antar periode


untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan kuntansi yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahn kebijakan serta pengaruh
perubahantersebut juga harus diungkapkan termasuk ketaatan atas standar
akuntansi yang berlaku.

J.

Kendala Informasi yang Relevan dan Andal

Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut
1.

Tepat Waktu

Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka


informasi yang disajikan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin
perlu menyeimbangkan manfaat relative antara pelaporan tepat waktu dan
ketentuan informasi andal.
2.

Keseimbanga antar biaya dan manfaat

Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang
dapat terjadi dari suatu karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan informasi
harusnya melebihi biaya perusahaan. Namun demikian, secara substansi,
evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu proses pertimbangan.
K.

Unsur unsur Laporan Keuangan

Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah , antara lain meliputi :


1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang
terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta
laporan perubahan ekuitas.
Posisi Keuangan
Unsure yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
a. Asset, adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh entitas syariah.
b. Kewajiban, utang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa masa
lalu.
c. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi jangka
waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah
mempunyai hak hak untuk mengelolahdan menginvestasikan dana tersebut
dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
d. Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas syariah setelah dikurangi
kewajiban dan dana syirkah temporer.
Kinerja
Unsure yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih adalah
penghasilan dan beban. Unsure penghasilan dan beban didefinisikan berikut ini.
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan asset atau
penurunan.
b. Beban expenses adalah penurunan manfaat ekonomo selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya asset atau terjadinya
kewajiban yang melibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut

pembagian kepada penanaman modal, termasuk di dalamnya beban untuk


pelaksanaan aktivitas entitas syariah maupun kerugian yang timbul.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil
Hak pihak ketiga atas bagi hassil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil
pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas
syariah dalam suatu periode laporan keuangan.
2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan social, meliputi
laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan
penggunaan dana kebajikan.
3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatn dan
tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.

L.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan


kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran
tersebut adalah sebagai berikut :
1.

Biaya historis (historical cost)

Asset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar sebesar nilai
wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut pada saat
perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban
atau dalam keadaan tertentu, dalam jumlah kas yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
2.

Biaya kini (current cost)

Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang seharusnya dibayar bila
asset yang sama atau setara diperoleh.
Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas atau setar kas yang tidak didiskontokan
yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.
3.

Nilai realisasi/ penyelesaian (realizable/settlement value)

Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang dapat diperoleh sekarang
dengan menjual asset dalam pelepasan normal (orderly disposal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu jumlah kas yang tidak
didiskontokan yang diharapkan akan dibyrkan untuk memenuhi kewajiban dalam
pelaksanaan usaha normal.
M.

Laporan Keuangan Bank Syariah (PSAK 101)

Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri atas :


1.

Neraca;

2.

Laporan Laba Rugi;

3.

Laporan Arus Kas;

4.

Laporan Perubahan Ekuitas;

5.

Laporan Perubahan Dana Investasi Terkait;

6.

Lporan Rekonsiliasi Pendaptan Dan Bagi Hasil;

7.

Lporan Sumber Dan Penggunaan Dan Zakat;

8.

Lporan Sumber Dan Penggunaan Dan Kebajikan ; Dan

9.

Catatan Atas Lporn Keuangan.

II.

KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI DAN PEMIKIR ISLAM

A.

Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan keuangan

Kerangka dasar akuntansi disadari begitu sangat penting, dan untuk itu AAOIFI
telah mengeluarkan pernyataan No.1 dan No. 2 . tujuan akuntansi
keuanganuntuk lembaga keuangan syariah menurut AAOIFI yaitu sebagai
berikut :
1. Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk menghasilkan
standar yang konsisten.
2. Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan syariah untuk memilih
berbagai alternative metode akuntansi pada saat standar akuntansi belum
mengatur
3. Tujuan akan membantu untuk memandu manajemen dalam membuat
pertimbangan /judgement pada saat akan menyusun laporan keuangan
4. Tujuan jika diungkapkan dengan baik, akan meningkatkan kepercayaan
pengguna serta meningkatkan pemahaman informasi akuntansi sehi ngga
akhirnya akan meningkatkan keperecayaan atas lembaga keuangan syariah.
5. Penetapan tujuanyang mendulkung penyusiunan standar akuntansi yang
konsisten.
B.

Pemakai dan Kebutuhan Infoermasi

Pemakai laporan keuangan menurut AAOIFI antara kain sebagai erikut :


1.

Pemegang saham

2.

Pemegang investasi

3.

Pemilik dana

4.

Pemilik dana tabungan

5.

Pihak yang melakukan transaksi bisnis

6.

Pengelolah zakat

7.

Pihak yang mengatur

C.

Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah

Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah tidak dapt dipisahkan dari
ekonomi Islam, karena ekonomi Islam merupakan pelaksanaan syariah Islam
dalam lkonteksmuamalah. Hal ini menunjukkan bahwa transaksi syariah
seharusnya didasarkan atas prinsip dasar ekonomi Islam dalam rangka mencapai
tujuan syariah (maqashidus Shariah). Prinsip dasar dalam ekonomi Islam
menurutIbnu Al-Arabi adalah sebagai berikut.
1.

Tidak boleh adanya bunga dan perdagangan tersebut adalah halal

2.

Tidak boleh dilakukan secara tidak adil

3.

Tidak boleh memasukkan hal-hal yang belum pasti.

4. Harus mempertimbangkan Al- Maqasid dan Al Masalih. Di mana Al MAqasid


adalah tujuan harus selalu sesuai dengan tuntunan Islam. Sedangkan Al Masalih
adalah kesejahteraan atau perbaikan di muka bumi.

D.

Bentuk Laporan Keuangan

Laporan Keuangan yang diminta oleh AAOIFI adalah :


1.

Laporan Perubahan Posisi Keuangan

2.

Laporan Laba Rugi

3.

Laporan Perubahan Ekuitas Atau Laporan Perubahan Saldo Laba

4.

Laporan Arus Kas

5.

Laporan Perubahan Investasi Yang Dibatasi Dan Ekuivalennya

6.

Laporan Sumber Danpenggunaan Dana Zakat Serta Dana Sumbangan

7.

Laporan Sumber Dan Penggunaandana Qard Hasan

E.

Syarat Kualitatif Laporan Keuangan menurut AAOIFI

1. Relevan, syarat ini berhubungan dengan proses pengambilan keputusan


sebagai alasan utama disusunnya lporan keuangan.
2. Dapat diandalkan. Syarat ini berhubungan dengan keandaln informasi yang
dihasilkan

3. Dapat dibandingkan. Informasi keuangan dapat dibandingkan antara


lembag keuangan syariah lainnya dan dintara dua periode akuntansi yang
erbeda bagi lembaga keuangan yang sama.
4. Konsisten. Metode yang akn digunakan untuk perhitungan dan
pengungkapan akuntansi yang sam untuk dua periode penyajian laporan
keuangan.
5. Dapat dimengerti. Informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan mudah
bagi rata-rata pengguna laporan keuangan.

F.

Perdebatan Para Pemikir Islam Mengenai Kerangka Akuntansi

Pembahasan Kerangka akuntansi syariah langsung dijelaskan pada konsep


masing masing sehingga tidak dikelompokkan kembali sebagai asumsi,
karakteristik kualitatif, dan sebagainya.
a.

Konsep unit akuntansi

Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang
terpisah dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain
(Belkout, 2000). Terdapat beberapa teori tentang kepemilikan di antaranya
adalah sebagai berikut.
Proprietary Theory (Teori Pemilikan), dimana kepemilikan terhadap
perusahaan tercermin pada akun ekuitas sehingga persamaannya AsetKewajiban=Ekuitas atau Aktiva- Kewajiban= Modal .
Entity Theory ( Teoti Kekayaan), dimana pemilik adalah hanya memiliki hak
atas sebagian dari kepemilikan perusahaan, karena pemilik adalah hanya salah
satu yang berhak atas perusahaan, sehingga persamaanya adalah
Aset=Kewajiban+Ekuitas atau Aktiva=Ekuitas(modal) .
Para ulama fikih baik klasik maupun kontemporer serta para pemilik akuntansi
islam, masih berbeda pandapat mengenai teori ini. Mereka yang mendukung
diantarannya adalah Adnan dan Gaffikin(1997), Abdul Rahman (Napier, 2007),
Attiah (1989). Konsep tersebut beralasan bahwa dalam islam ada juga konsep
akuntansi yang harus terpisah daru unit akuntansi seperti Wakaf, Baitul Mall,
Zakat, dan pemerintahan. Dasar yang digunakan oleh ulama fikih yang setuju
dengan konsep ini adalah firma Allah dalam QS 4:29.. Kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.. dan dalam
hadis Nabi Muhammad SAW: orang mukmin itu (dalam urusan mereka) menurut
syarat yang telah mereka sepakati, kecuali satu syarat, yaitu, menghalalkan
yang haram dan mengharamkan yang halal.
Sedangkan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini di antaranya: Gambling
dan Karim (1991), Khan (Napier, 2007) beralasan bahwa perusahaan adalah
suatu bentuk entitas hukum yang tidk dapat dipisahkan dengan pemiliknya
terutama yang berkaitan dengan utang.
AAOIFI menerima konsep ini dengan dasar saling mempercayai dan masjid telah
menjadi contoh adanya konsep entitas unit akuntansi yang terpisah dalam
masyarakat islam.

b.

Kegiatan usaha yang berkelanjutan

Konsep berkelanjutan ini dijelaskan mengasumsikan bahwa perusahaan akan


terus berkelanjut di masa yang akan dating.
Pendapat ini didukung dengan mengatkan bahwa islam sangat mendukung
orang yang bekerja dan menabung untuk mengantisipasi masa depn.
Sebagaiman di sampaikan dalam QS. 57;7 dan Al Hadis; Allah menyayangui
orang-orang yang mencari nafkah yang baik dan menafkahkannya secara
sederhana serta menabung sisanya untuk persiapan pada hari ia membutuhkan
dan pada hari fakirnya (HR. Muslim).
Konsep ini banyak dikritisi oleh para pemikir akuntansi termasuk para pemikir
islam, seperti Adnan dan Gafifkin 1997. Dengan alas an bhwa semua makhluk
hidup adalah fana dan hanya Allah yang akn terus hidup selamanya.

c.

Satuan mata Uang.

konsep ini memiliki dua konsekuensi. Pertama, akuntan hanya akan


memperhitungkan segalla sesuatu yang hanya dapat dinyatakan dengan mata
uang serta mengabaikan informasi yang tidak dapat disajikan dalam satuan
mata uang. Kedua, mengabaikan kenyataan bahwa daya beli mata uang tidak
selamanya sama karena adanya inflasi. Perubahan harga akan menimbulkan dua
masalah dalam akuntansi yaitu masalah penilaian dan masalah pengukuran.
Pemikir akuntasi dan ulama fikih berbeda pandapat tantang konsep ini, antara
lain adalah Ahmed (Napier, 2007) yang menyatakan bahwa penggunaan uang
sebagai alat perhitungan dalam lingkungan inflasi tinggi sangat dipertanyakan .
penyebabnya adalah islam memerintahkan untuk berbuat adil seperti tercantum
dalam QS 6:152, QS 7:85, serta QS 4:29. Inflasi menurunkan nilai sesungguhnya
dari pinjaman dengan Qard Hasan karena pemberi pinjaman akan menerima nilai
yang lebih kecil.
Untuk meminimalisir dampak inflasi, dapat dilakukan dengan penyesuaian atas
indeks atau koreksi harga. Masalahnya adalah indeks tersebut tidak diterima
oleh (empat) Imam Mazhab fikih. Sementara itu, penerapan nilai
pengganti/replacement cost atau nilai wajar/fair value juga tidak sederhana,
sehingga masih dianggap bukanlah solusi yang memadai, walaupun saat ini IFRS
telah merekomendasikan penyajian aset tetap dengan menggunakan nilai wajar
(current/fair value). Berdasarkan hal tersebut, Attiah (1989) mengusulkan
penggunaan emas dan perak sebagai alat ukur karena kedua komoditas tersebut
memiliki nilai yang konsisten dan penentuan nisab zakat juga menggunakan
komoditas tersebut.
AAOFI menerima konsep ini berdasarkan hasil pertemuan The Islamic Academy
di Kuwait pada bulan Desember 1988 yang menyatakan bahwa utang
seharusnya dinilai pada jumlah uang tanpa melihat perubahan nilai uangnya.
Pemikir akuntansi yang menerima konsep ini, bersikap pragmatis karena
belumada metode yang lebih baik lagi mengatasi masalah ini.
1.

Entitas unit akuntansi

Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yng
ter[pisah dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain.
Terdapat bebrapa teori tentang kepemilikan diantarnya dlh :
a. Propriety Theory, dimana kepemilikan terhadap perusahaan tercermin pada
akun ekuitas sehingga persamaannya Aset kewajiban = Ekitas
b. Entity theory, pemilik hanya memiliki hak atas sebagian dari kepemilikan
perusahaan, sehingga persamaannya, Aset = Kewajiban + Ekuitas.
Para ulama fikih , masih berbeda pendapt mengenai teori ini. Mereka yang
mendukung ialah Adnan dan Gafiffki (1997). Konsep tersebut beralasan bahwa
dalm islam ada juga konsp akuntansi yang harus terpisah seperti : wakaf bitul
mal, zakt dan pemerintahan. Dasar yang digunakan oleh para ulama yang setuju
adalh firman Allah dalam QS. 4;29 kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.
Sedangakan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini diantarnya : Gambling
dan Karim (1991) beralasan bahwa perusahaan adalah suatu bentuk entitas
hokum yang tidak dapat dipisahkan dengan pemiliknya terutama terutama yang
berkaitan dengan utang.

2.

Kegiatan usaha yang berkelanjutan

Konsep berkelanjutan ini dijelaskan mengasumsikan bahwa perusahaan akan


terus berkelanjut di masa yang akan dating.
Pendapat ini didukung dengan mengatkan bahwa islam sangat mendukung
orang yang bekerja dan menabung untuk mengantisipasi masa depn.
Sebagaiman di sampaikan dalam QS. 57;7 dan Al Hadis; Allah menyayangui
orang-orang yang mencari nafkah yang baik dan menafkahkannya secara
sederhana serta menabung sisanya untuk persiapan pada hari ia membutuhkan
dan pada hari fakirnya (HR. Muslim).
Konsep ini banyak dikritisi oleh para pemikir akuntansi termasuk para pemikir
islam, seperti Adnan dan Gafifkin 1997. Dengan alas an bhwa semua makhluk
hidup adalah fana dan hanya Allah yang akn terus hidup selamanya.

3.

Periodisasi

Menurut konsep ini, adanya perubahn atas kekayaan perusahaan pada laporan
keuangan harus dijelaskan secar periodic (belkoui,2000). Konsep ini
berhubungan dengan konsep ini berhiubungan dengan usaha yang
berkelanjutan.
4.

Satuan mata uang

5.

Koservatif

6.

Harga perolehan

7.

Penandingan antar pendapatan dan beban

8.

Dasar akrual

9.
10.

G.

Pengungkapan penuh
Substansi mengungguli bentuk

Beberapa Pemikiran ke Depan

Berdasarkan dinamika pemikiran konsep konsep di atas , ada sebagian pemikir


akuntansi Islam yang mengusulkan terobosan pemikiran yang agak berbeda.
a. Neraca yang menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet),
untuk mengatasi kelemahan dari historical cost yang kurang cocok dengan pola
perhitungan zakat yang mengharuskan perhitungan kekayaan dengan nilai
sekarang. Alasan lain, adalah dengan menggunakan nilai sekarang akan
mempermudah pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan karena
nilai yang disajikan lebih relevan dibandingkan nilai historical cost.
IFRS (International Financial Reporting Standard) juga telah merekomendasikan
nilai saat ini (current value) untuk aset yang disajikan dalam laporan keuangan,
dan negara-negara didunia sedang dalam proses untuk mengadopsi IFRS
sebagai standar pelaporan dinegara masing-masing.
Walaupun penggunaan current value lebih relevan, tetapi pihak yang kurang
setuju atas penerapan tersebut menganggaap penggunaan current value lebih
besar nuansa judgement khususnya untuk aset yang tidak memiliki pasar
sekaligus akan ada tambahan biaya bagi perusahaan dalam rangka melakukan
appraisal atas aset yang mereka miliki agar dapat disjikan dengan current value.

b. Laporan Nilai Tambah (value added statement) sebagai pengganti laporan


laba atau sebagai laporan tambbah atas neraca dan laporan laba rugi. Usulan ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa unsur terpenting didalam akuntansi
syariah bukanlah kinerja operasional (laba bersih), tetapi kinerja dari sisi
pandang para stakeholders dan nilai sosial yang dapat didistribusikan secara adil
kepada sekelompok yang terlibat dengan dengan perusahaan dalam
menghasilkan nilai tambah.

c. Konsep nilai tambah pada awalnya dikembangkan dalam akuntansi sosial


dan lingkungan (Mook, 2003), dan dianggap sebagai jawaban atas kelemahan
akuntansi keuangan konvensional sehingga diusulkan sebagai laporan
tambahan.

d. Selanjutnya Baydoun dan Willet (1994,2000)mengusulkan bentuk laporan


nilai tambah syariah setelah melakukan rekonstruksi melalui telaah filosofisteoritis akuntansi syariah. Format Value Statedment yang diusulkan oleh
Baydoun dan Willet (1994, 2000) adalah:

Value Added Statement

For the period ended ..


Source:
Revenues

xxx

Bough in items

xxx

Revaluation

xxx

Sub Total Sources:

xxx

Distributions:
Beneficiaries

xxx

Govemment

xxx

Employess

xxx

Owners
Charities

xxx

Reinvested Fund

xxx

Profit Retained

xxx

Revaluation

xxx

Sub total Distributions

xxx

Dalam perkembangan selanjutya, syariah value added statement dianggap lebih


sesuai dengan aktivitas ekonomi islam yang adil dan beretika, serta sejalan
dengan tujuan akuntabilitas dari akuntansi syariah, khususnya pendapatan dan
beben yang harus ditanggung oleh pulik. Pemikir akuntansi islam juga
melakukan perubahan atas format value added statement dengan cara
megeluarkann zakat yang awalnya dianggap bagian dari charity dan menyajikan
secara khusus setelah Gross Value Added. Hal ini sesuai dengan makna zakat
yang bukan hanya sekedar sumbangan tetapi juga memiliki nilai pembersihan
serta merupakan hal yang wajib bagi muslim. Seperti yang diusulkan oleh
Mulawarman et al (2006) adalah sebagai berikut

Value Added Statement


For the period ended ..

Source:

xxx

Revenues xxx
Bought in items
Revaluation

xxx
xxx

Gross Value Added Zakat:


Tazkiah to 8 asnaf

xxx

Net Value Added

xxx

Distributions:
Govemment

xxx

Employess
Owners

xxx
xxx

Infaq Shadaqah

xxx

Reinvested Fund

xxx

Profit Retained
Revaluation

xxx
xxx

Sub Total Distributions

xxx

KESIMPULAN
PSAK kerangka dasar penyusunan dan penajian laporan kuangan syariah yang
dikeluarkan oleh DSAK IAI merupakan kerangka dasar yang lengkap, karenan
mencakup tidak hanya tidak tentang akuntansi keuangan dan pelaporannya
Menganai postulates yang digunakan oleh akuntansi konvensional juga disepkati
untuk diterima oleh PSAK maupun AAOIFI .
Pemikiran mengenai akuntansi syariah masi terus berkembang dan salah satu
laporan keuangan yang diusulkan adalah neraca

Anda mungkin juga menyukai