Langkah
Oleh Hendra Poerwanto
www.hendrakualitas.web.id
Terimakasih telah bersedia menuliskan alamat web ini sebagai sumber bacaan/
referensi
Alat atau Tools adalah salah satu kekuatan dalam manajemen kualitas. Alat membantu
kita bekerja lebih efisien dan efektif, tergantung dari apa yang bisa dibantu dengan alat
tersebut. Kita membutuhkan informasi yang lebih terstruktur dan mudah dipahami dari
sebuah koleksi data. Untuk keperluan tersebut diperlukan alat yang dapat membantu kita
mengolah data. Dalam konteks Manajemen Kualitas, alat yang dapat digunakan untuk
membantu mewujudkan kualitas dikenal dengan nama Seven Basic Tools of Quality, dan
Seven New Tools of Quality yang masing-masing dilengkapi dengan Seven Steps
Methodology atau bila digabung dikenal dengan nama 7 basic tools dan 7 new tools dalam
metodologi 7 langkah.
Tujuh alat manajemen kualitas muncul terinspirasi oleh 7 senjata terkenal dari Benkei.
Benkei adalah adalah seorang prajurit Jepang dan biarawan (shei). Dia digambarkan
sebagai seorang prajurit yang memiliki kemampuan tinggi dalam mengunakan 7 jenis senjata
dan loyal. 7 basic tools dan 7 new tools dalam metodologi 7 langkah adalah alat-alat bantu
yang bermanfaat untuk memetakan lingkup persoalan, menyusun data dalam diagramdiagram agar lebih mudah untuk dipahami, menelusuri berbagai kemungkinan penyebab
persoalan dan memperjelas kenyataan atau fenomena yang otentik dalam suatu persoalan.
New 7 tools atau dikenal juga dengan 7 management tools mulai diperkenalkan sekitar
tahun 1970-an. Tujuan awalnya adalah untuk mengembangkan teknik-teknik pengendalian
kualitas dengan menggunakan pendekatan desain. New 7 tools ini dikembangkan untuk dapat
mengorganisasikan data-data verbal secara terstruktur. Berbeda dengan basic 7 tools yang
digunakan untuk mengorganisasikan data numerik. Penggunaan new 7 tools ini tidak
bertentangan dengan basic 7 tools, melainkan saling mendukung.
Seven Basic Tools of Quality terdiri dari beberapa jenis alat yang lebih bersifat
eksploratif kuantitatif. Alat-alat tersebut yakni:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Sedang Seven New Management Tools of Quality merupakan seperangkat alat kualitas
yang baru dan lebih bersifat eksploratif kualitatif. Ketujuh alat manajemen kualitas yang
masuk kelompok ini antara lain:
a. Interrelationship Diagram,
b. Affinity Diagram,
c. Tree Diagram,
d. Matrix Diagram,
e. Matrix Data Analysis*,
f. Arrow Diagram ,
g. PDPC (Process Decision Program Chart
Selanjutnya Methodology of Seven Steps terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Illustrasi dibawah untuk melihat bagaimana dua kelompok basic dan new seven tools
membantu dalam proses 7 langkah perbaikan kualitas.
Dengan demikian, aplikasi 7 basic tools dan 7 new tools dalam metodologi 7 langkah,
dimana setiap langkah membutuhkan analisa-analisa yang bisa dibantu oleh tools-tools ini.
Perbedaan keduanya adalah jika 7 basic tools lebih ke eksplorasi kuantitatif (statistik)
sedangkan 7 new tools lebih ke eksplorasi kualitatif.
Aplikasi alat-alat bantu tersebut di atas, tidak hanya terbatas dalam lingkup QMS (Quality
Management System) saja. Karena, kalau saja para pakar yang menekuni disiplin ilmu
lainnya, seperti misalnya : ahli politik, ahli ekonomi, ahli pemasaran dan lain sebagainya,
berkenan untuk mempelajari secara massif penggunaan alat-alat bantu ini dan memahaminya
secara baik, mereka dapat memanfaatkannya untuk melengkapi keilmuan dan kemampuan
analisisnya.
Sebagai contoh, bila Anda adalah seorang politikus yang sedang menghadapi
perpecahan anggota organisasinya, atau sedang menghadapi krisis kepercayaan dari para
konstituen, dan bila Anda menguasai dengan baik " 7 basic tools dan 7 new tools dalam
metodologi 7 langkah", maka dalam menghadapi persoalan ini, Anda akan berusaha
mengumpulkan data dengan metode survey dan menggunakan alat bantu Checksheet,
kemudian "raw data" yang diperoleh dianalisa kembali melalui alat bantu lainnya, misalnya
dengan Pareto diagram, untuk mengetahui prioritas persoalan, kemudian dengan Fishbone
diagram ditelusuri faktor-faktor penyebab yang berpeluang dominan sebagai akar persoalan,
untuk kemudian dibuatkan solusinya. Demikianlah sebuah persoalan politik sekalipun dapat
ditelusuri, dianalisa dan dibuat kesimpulan serta keputusannya melalui penggunaan alat bantu
kendali mutu (7 basic tools dan 7 new tools dalam metodologi 7 langkah).
Kemampuan 7 basic tools dan 7 new tools dalam metodologi 7 langkah yang dahsyat
dalam mengemukakan fakta/fenomena inilah yang menyebabkan para pakar dalam setiap
proses kegiatan mutu sangat tergantung pada alat-alat bantu ini. Meskipun demikian,
keberhasilan dalam menggunakan 7 basic tools dan 7 new tools dalam metodologi 7 langkah
sangat dipengaruhi oleh seberapa massif pengetahuan si pengguna akan alat bantu yang
dipakainya. Semakin baik pengetahuan yang dimiliki, akan semakin tepat dalam memilih alat
bantu yang akan digunakan.
Itulah sebabnya, ada 2 hal pokok yang perlu menjadi pedoman, sebelum menggunakan 7
basic tools dan 7 new tools dalam metodologi 7 langkah, yaitu : efisien (tepat) dan efektif
(benar). Efisien, maksudnya adalah ketepatan dalam memilih alat bantu yang sesuai dengan
karakteristik persoalan yang akan dibahas. Efektif, artinya bahwa penggunaan alat bantu
tersebut dilakukan dengan "benar", sehingg persoalan menjadi lebih jelas, mudah dimengerti
dan memberikan peluang untuk diperbaiki.
Pengelompokkan 7 alat pertama dapat dikatakan brillian, karena mempermudah proses
analisa dengan tetap mengacu kepada prinsip manajemen kualitas yaitu berbicara dengan
fakta. 7 basic tools merupakan koleksi alat-alat statistik yang berbasis matematika, tetapi
masih mudah untuk diajarkan, sehingga 7 alat kualitas bisa diimplementasikan ke bidang
non-engineering dan diajarkan tanpa harus membutuhkan tingkat pendidikan tinggi.
Pengelompokkan 7 alat kedua (7 New Tools) timbul karena adanya kebutuhan untuk
memecahkan permasalahan kualitatif pada tingkatan manajemen. Apa permasalahan
kualitatif? Misalnya,
Check Sheet/ Check List/ Tally Chart adalah suatu alat sederhana yang digunakan untuk
mencatat dan mengklasifikasi data yang telah diamati. Check Sheet/ Check List/ Tally Chart
merupakan suatu daftar yang mengandung atau mencakup factor-faktor yang ingin diselidiki.
Check Sheet/ Check List/ Tally Chart merupakan daftar yang berisi unsure-unsur yang
mungkin terdapat dalam situasi atau tingkah laku atau kegiatan individu yang diamati.
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa Check Sheet/ Check List/ Tally Chart
merupakan salah satu metoda. Untuk memperoleh data yang berbentuk daftar yang berisi
pernyataan dan pertanyaan yang ingin diselidiki dengan memberi tanda cek Alat ini berupa
lembar pencatatan data secara mudah dan sederhana, sehingga menghindari kesalahankesalahan yang mungkin terjadi, dalam pengumpulan data tersebut.
Umumnya Check Sheet/ Check List/ Tally Chart berisi pertanyaan-pertanyaan yang
dibuat sedemikian rupa, sehingga pencatat cukup memberikan tanda kolom yang telah
tersedia, dan memberikan keterangan seperlunya. Ada beberapa jenis Check Sheet/ Check
List/ Tally Chart yang biasa digunakan, yaitu:
a.
Check Sheet/ Check List/ Tally Chart untuk distribusi proses produksi
Data-data yang dikumpulkan adalah ukuran, berat dan diameter yang dihasilkan dari suatu
proses. Namun hal ini dilakukan terhadap populasi hasil proses, sehingga membutuhkan
waktu dan biaya yang besar. Untuk itu sering dilakukan random dalam pengambilan
sampelnya.
b.
Check Sheet/ Check List/ Tally Chart untuk Defective Item
Check Sheet/ Check List/ Tally Chart ini digunakan untuk mencatat data tentang jumlah
defect (cacat), prosentase defect. Dan bila diperlukan, dapat digunakan untuk setiap macam
Cause Defective.
c.
Check Sheet/ Check List/ Tally Chart untuk Defective Location
Check Sheet/ Check List/ Tally Chart ini digunakan untuk mencatat lokasi defect yang
terjadi, pencatatan lokasi defect ini biasanya dilakukan dengan membuat gambar dari produk
yang dibuat dan tanda-tanda tertentu diberikan pada lokasi defect.
d.
Check Sheet/ Check List/ Tally Chart untuk Defective Cause
Check Sheet/ Check List/ Tally Chart ini digunakan untuk meneliti faktor-faktor penyebab
defect untuk masalah-masalah yang lebih komplek, lebih baik digunakan analisa yang lebih
mendalam tentang sebab-sebab dan akibat-akibat dengan menggunakan Scatter Diagram.
Fungsi Check Sheet/ Check List/ Tally Chart
Check Sheet/ Check List/ Tally Chart memiliki fungsi diantaranya sebagai berikut:
1.
Sebagai inventori (alat pencatat hasil observasi yang dipergunakan seseorang dalam
mengamati diri sendiri/pengguna daftar cek selain sebagai obsever juga observe).
2. Sebagai alat pencatat hasil obsevasi (pengguna daftar cek hanya sebagai observer)
Lebih jauh terkait fungsi Check Sheet/ Check List/ Tally Chart yaitu dalam hal:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Contoh Aplikasi: Tahapan Penyusunan Check Sheet/ Check List/ Tally Chart
Berikut contoh implementasi penyusunan Check Sheet/ Check List/ Tally Chart.
Langkah 1
Memperjelas sasaran pengukuran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Apa masalahnya?
Mengapa data harus dikumpulkan?
Langkah 2
Mengidentifikasikan apa yang akan diukur, misalnya
Langkah 3
Menentukan Waktu Atau Tempat Yang Akan Diukur
Langkah 4
Mengumpulkan Data
Langkah 5
Menjumlahkan Data
Stratification Diagram
Oleh Hendra Poerwanto
www.hendrakualitas.web.id
Terima kasih telah bersedia menuliskan alamat web ini sebagai sumber bacaan/
referensi
Stratifikasi adalah menguraikan atau mengklasifikasikan persoalan menjadi kelompok
atau golongan yang lebih kecil atau menjadi unsur-unsur dari persoalan yang mempunyai
karakteristik sama.
Kegunaannya adalah untuk melihat masalah dan mempersempit ruang lingkup masalah,
sehingga dapat ditinjau dari satu segi saja, misalnya dari segi penyebab, waktu, lokasi bahan
baku, orang dan sebagainya.
Dasar pengelompokkan stratifikasi sangat tergantung pada tujuan pengelompokkan,
oleh Karl Pearson pada tahun 1895 untuk memetakan distribusi frekuensi dengan luasan area
grafis batangan menunjukkan proporsi banyak frekuensi yang terjadi pada tiap kategori dan
merupakan salah satu dari 7 basic tools of quality control yaitu Pareto chart, check sheet,
control chart, cause-and-effect diagram, flowchart, dan scatter diagram.
Histogram adalah perangkat grafis yang menunjukkan distribusi, sebaran, dan bentuk
pola data dari proses. Jika data yang terkumpul menunjukkan bahwa proses tersebut stabil
dan dapat diprediksi, kemudian histogram dapat pula digunakan untuk menunjukkan
kemampuan batasan proses. Dikenal juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu jenis
grafik batang yang digunakan untuk menganalisa mutu dari sekelompok data (hasil produksi),
dengan menampilkan nilai tengah sebagai standar mutu produk dan distribusi atau
penyebaran datanya. Meski sekelompok data memiliki standar mutu yang sama, tetapi bila
penyebaran data semakin melebar ke kiri atau ke kanan, maka dapat dikatakan bahwa mutu
hasil produksi pada kelompok tersebut kurang bermutu, sebaliknya, semakin sempit sebaran
data pada kiri dan kanan nilai tengah, maka hasil produksi dapat dikatakan lebih bermutu,
karena mendekati spesifikasi yang telah ditetapkan.
Dari berbagai penjelasan tentang histogram, diperoleh beberapa catatan terkait
histogram, yakni:
Agar Histogram memberikan gambaran yang akurat tentang kondisi hasil produksi,
perlu dilakukan pengolahan data yang akurat terlebih dulu, dimulai dari pengumpulan data,
tidak kurang dari 50 sampel, yaitu jumlah yang dianggap dapat memenuhi populasi yang
akan diamati. Pengolahan data pada Histogram menjadi sangat penting, terutama dalam
menentukan besaran nilai tengah (standar) dan seberapa banyak kelas-kelas data yang akan
menggambarkan penyebaran data yang tercipta.
Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi
terbesar sampai dengan yang terkecil. Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan
apabila memungkinkan, histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses
dan angka angka nominal, misalnya rata rata. Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan
banyaknya observasi tiap tiap kelas. Melalui gambar Histogram yang ditampilkan, akan dapat
diprediksi hal-hal sebagai berikut:
1. Bila bentuk Histogram pada sisi kiri dan kanan dari kelas yang tertinggi berbentuk
simetri, maka dapat diprediksi bahwa proses berjalan konsisten, artinya seluruh
faktor-faktor dalam proses memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
Contoh 2 Histogram
Contoh 3 Histogram
Contoh 4 Histogram
Contoh 5 Histogram
Diagram Pareto dikembangkan oleh Vilfredo Frederigo Samoso pada akhir abad ke-19
merupakan pendekatan logic dari tahap awal pada proses perbaikan suatu situasi yang
digambarkan dalam bentuk histogram yang dikenal sebagai konsep vital few and the trivial
many untuk mendapatkan menyebab utamanya. Diagram Pareto telah digunakan secara luas
dalam kegiatan kendali mutu untuk menangani kerangka proyek; proses program; kombinasi
pelatihan, proyek dan proses, sehingga sangat membantu dan memberikan kemudahan bagi
para pekerja dalam meningkatkan mutu pekerjaan.
Diagram Pareto merupakan metode standar dalam pengendalian mutu untuk
mendapatkan hasil maksimal atau memilih masalah-masalah utama dan lagi pula dianggap
sebagai suatu pendekatan sederhana yang dapat dipahami oleh pekerja tidak terlalu terdidik,
serta sebagai perangkat pemecahan dalam bidang yang cukup kompleks. Diagram Pareto
merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut
urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan
yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus
segera diselesaikan (ranking terendah). Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan
untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan
setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses
Diagram Pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20% penyebab
bertanggungjawab terhadap 80% masalah yang muncul atau sebaliknya. Kedua aksioma
tersebut menegaskan bahwa lebih mudah mengurangi bagian lajur yang terletak di bagian kiri
diagram Pareto daripada mencoba untuk menghilangkan secara sistematik lajur yang terletak
di sebelah kanan diagram. Hal ini dapat diartikan bahwa diagram Pareto dapat menghasilkan
sedikit sebab penting untuk meningkatkan mutu produk atau jasa. Keberhasilan penggunaan
diagram Pareto sangat ditentukan oleh partisipasi personel terhadap situasi yang diamati,
dampak keuangan yang terlihat pada proses perbaikan situasi dan penetapan tujuan secara
tepat. Faktor lain yang perlu dihindari adalah jangan membuat persoalan terlalu kompleks
dan juga jangan terlalu mencari penyederhanaan pemecahan.
Tahapan penggunaan dari Diagram Pareto adalah mencari fakta dari data ciri gugus
kendali mutu yang diukur, menentukan penyebab masalah dari tahapan sebelumnya dan
mengelompokkan sesuai dengan periodenya, membentuk histogram evaluasi dari kondisi
awal permasalahan yang ditemui, melakukan rencana dan pelaksanaan perbaikan dari
evaluasi awal permasalahan yang ditemui, melakukan standarisasi dari hasil perbaikan yang
telah ditetapkan dan menentukan tema selanjutnya.
Prinsip Pareto juga dikenal sebagai aturan 80/20 dengan melakukan 20% dari pekerjaan
bisa menghasilkan 80% manfaat dari pekerjaan itu. Aturan 80/20 dapat diterapkan pada
hampir semua hal, seperti:
* 80% dari keluhan pelanggan timbul 20% dari produk atau jasa.
* 80% dari keterlambatan jadwal timbul 20% dari kemungkinan penyebab penundaan.
* 20% dari produk atau account untuk layanan, 80% dari keuntungan Anda.
* 20% dari-tenaga penjualan menghasilkan 80% dari pendapatan perusahaan Anda.
* 20% dari cacat sistem penyebab 80% masalah nya.
Prinsip Pareto untuk seorang manajer proyek adalah mengingatkan untuk fokus pada 20%
hal-hal yang materi, tetapi tidak mengabaikan 80% masalah. Berikut Hukum Pareto dalam
bentuk visual:
Umumnya Diagram Pareto merupakan diagram batang tempat batang tersebut diurutkan
mulai dari yang terbanyak sampai terkecil. Diagram Pareto memiliki banyak aplikasi dalam
bisnis dan pekerjaan. Demikian halnya Diagram Pareto dapat diaplikasikan dalam kontrol
kualitas. Ini adalah dasar bagi diagram Pareto, dan salah satu alat utama yang digunakan
dalam pengendalian kualitas total dan Six Sigma.Satu persatu masalah di breakdown
berdasarkan kategori masing masing. item Diagram Pareto yaitu :
Di atas adalah contoh sederhana dari sebuah diagram pareto dengan menggunakan
sampel data frekuensi relatif dari penyebab kesalahan di situs web. Ini memungkinkan kita
untuk melihat 20% dari kasus yang menyebabkan 80% dari masalah dan di mana upaya kita
harus difokuskan untuk mencapai peningkatan terbesar.
Penyusunan Diagram Pareto dapat juga menggunakan enam langkah berikut ini:
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan
masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik karakteristik
tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yaang terbesar
hingga yang terkecil.
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.
6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masingmasing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat
perhatian. Dibawah ini contoh Diagram Pareto
Pareto chart sangat tepat digunakan jika menginginkan hal-hal berikut ini:
1. Menentukan prioritas karena keterbatasan sumberdaya
2. Menggunakan kearifan tim secara kolektif
3. Menghasilkan consensus atau keputusan akhir
4. Menempatkan keputusan pada data kuantitatif
Bentuk-Bentuk Diagram Pareto
Berikut diberikan beberapa contoh bentuk aplikasi Diagram Pareto
Contoh 1 Diagram PAreto
Scatter Diagram
Oleh Hendra Poerwanto
www.hendrakualitas.web.id
Terima kasih telah bersedia menuliskan alamat web ini sebagai sumber bacaan/
referensi
Pada umumnya, bila kita berbicara tentang hubungan antara dua macam data, kita
sesungguhnya membicarakan tentang :
1. Hubungan penyebab dan akibatnya.
2. Hubungan antara satu penyebab dengan penyebab lainnya.
3. Hubungan antara satu penyebab dengan dua penyebab.
Jika kita menggambarkan pada sumbu vertikal akibatnya dan pada sumbu horisontal
penyebabnya, maka kita akan mendapatkan sebuah peta yang disebut dengan scatter diagram.
Interval waktu
Banyaknya pasangan data (n).
Judul dan unit pengukuran dari setiap variabel pada garis
horizontal dan vertikal.
Judul dari grafik itu.
Apabila dipandang perlu dapat mencantumkan nama dari orang
yang membuat diagram tebar itu.
Pembacaan scatter diagram yang benar harus mengarah kepada tindakan yang
tepat. Untuk mempelajari kemampuan membaca yang benar dapat diuraikan secara umum
seperti dibawah ini :
Keterangan :
Pengertian, Konsep dan Manfaat Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and
Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
Oleh Hendra Poerwanto
www.hendrakualitas.web.id
Terima kasih telah bersedia menuliskan alamat web ini sebagai sumber bacaan/
referensi
1. Brainstorming
2. Bertanya Mengapa beberapakali (WHY WHY)
3. Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
Pada kesempatan ini yang dibicarakan adalah poin yang ke 3 Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and
Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan
kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Penemunya
adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di
Tikyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram
ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data
verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang pertama yang
memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run
chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.
Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang
moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari
sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala.
Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram
Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat.
Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan
faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab
itu.
Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa telah menciptakan ide
cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan dalam
menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang
yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan
Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan
mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat
dan pandangan setiap individu. Jadi sebenarnya dengan adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi
perusahaan, tidak hanya dapat menyelesaikan masalah sampai akarnya namun bisa mengasah kemampuan
berpendapat bagi orang orang yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari
sebab masalah menggunakan diagram tulang ikan.
Manfaat Diagram
Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa adalah
untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik
dan kemudian memisahkan akar penyebabnya . Sering dijumpai orang mengatakan penyebab yang mungkin
dan dalam kebanyakan kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah
memperbesar atau menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan.
Dengan adanya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini
sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang
menjadi perhatian penting perusahaan. Masalah masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah masalah
klasik yang ada di industri manufaktur khusunya antara lain adalah :
a) keterlambatan proses produksi
b) tingkat defect (cacat) produk yang tinggi
c) mesin produksi yang sering mengalami trouble
d) output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi
e) produktivitas yang tidak mencapai target
f) complain pelanggan yang terus berulang
Pada dasarnya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa dapat
dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut :
a) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah
b) Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
c) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut
d) Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang diinginkan
e) Membahas issue secara lengkap dan rapi
f) Menghasilkan pemikiran baru
Jadi ditemukannya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini
memberikan kemudahan dan menjadi bagian penting bagi penyelesaian masalah yang mucul bagi perusahaan.
Penerapan diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini dapat
menolong kita untuk dapat menemukan akar penyebab terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur
dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya
permasalahan. Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah
perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan
kita untuk dapat melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari akar permasalahan sebenarnya.
Apabila ingin menggunakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/
Ishikawa, kita terlebih dahulu harus melihat, di departemen, divisi dan jenis usaha apa diagram ini digunakan.
Perbedaan departemen, divisi dan jenis usaha juga akan mempengaruhi sebab sebab yang berpengaruh
signifikan terhadap masalah yang mempengaruhi kualitas yang nantinya akan digunakan.
Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan
setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi
penyebab masalah tersebut. Sedang Kekurangan Fishbone diagram adalah opinion based on
tool dan di design membatasi kemampuan tim / pengguna secara visual dalam menjabarkan
masalah yang mengunakan metode level why yang dalam, kecuali bila kertas yang
digunakan benar benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Serta
biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang terdaftar
pada diagram tersebut.
Contoh Bentuk Dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab
dan Akibat)/ Ishikawa
Oleh Hendra Poerwanto
www.hendrakualitas.web.id
Terima kasih telah bersedia menuliskan alamat web ini sebagai sumber bacaan/
referensi
Ada banyak bentuk dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa yang dapat diadikan acuan. Berikut ini diberikan beberapa contoh yang
sekiranya dapat memberikan inspirasi dalam penerapan dan pengembangan lebih jauh yang
disesuaikan situasi dan kondisi yang ada. Ada yang penggambaran Cause ditulis di tulang
ikan sebelah kiri dan Effect di kepala ikan, namun ada pula yang sebaliknya.
Contoh 1 Bentuk Dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa
Contoh 2 Bentuk Dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa
Contoh 3 Bentuk Dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa
Contoh 4 Bentuk Dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa
Contoh 5 Bentuk Dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa
Contoh 6 Bentuk Dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa
Contoh 7 Bentuk Dasar Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa
Control Chart
Hendra Poerwanto
www.hendrakualitas.web.id
Terima kasih telah bersedia menuliskan alamat web ini sebagai sumber bacaan/
referensi
Control Chart merupakan grafik dengan mencantumkan batas maksimum dan batas
minimum yang merupakan batas daerah pengendalian (Grant, Eugene, Leavenworth, R.S.,
Pengendalian Kualitas Statis). Control Chart ialah suatu Quality Tool yang dapat digunakan
untuk mendeteksi apakah sebuah proses tersebut dalam kondisi terkontrol secara statistik
(statistically stable) ataukah tidak. Proses yang tidak dalam kondisi terkontrol secara statistik
akan menunjukan suatu variasi yang berlebih sebanding dengan perubahan waktu.
Tujuan Control Chart
Tujuan menggambarkan Control Chart adalah untuk menetapkan apakah setiap titik
pada grafik normal atau tidak normal dan dapat mengetahui perubahan dalam proses dari
mana data dikumpulkan, sehingga setiap titik pada grafik harus mengindikasikan dengan
cepat dari proses mana data diambil.
Membuat Control Chart
Sebuah Control Chart terdiri dari garis pusat (Central Line), sepasang batas kendali
masing-masing diletakkan di atas (Upper Control Limit) dan di bawah (Lower Control Limit)
dan nilai karakteristik. Bila semua nilai digambarkan didalam batas kendali tanpa
kecenderungan khusus, maka proses dipandang sebagai keadaan terkendali. Sedangkan bila
mereka jatuh di luar batas kendali atau menunjukkan bentuk lain, maka proses ditetapkan
berada di luar kendali.
Control Chart membedakan antara Common Cause dan Special Cause. Common Cause
ialah Penyebab yang agak susah untuk bisa dihilangkan (Natural variation) sedang Special
Cause ialah Penyebab yang masih mungkin bisa dihilangkan, misalnya : Kesalahan Operator,
materialnya retak dan kotor, Operator masih baru, tidak ada Standard Operasional Procedure