Penyimpangan Pendidikan Di Indonesia
Penyimpangan Pendidikan Di Indonesia
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang wajib bagi warga negara Indonesia
khususnya bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan UU
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1, Setiap warga negara yang berusia 6
(enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar. Merujuk pada pasal tersebut, sudah
semestinya sebagai orang tua untuk mengantarkan anaknya ke dunia pendidikan yang telah
disediakan oleh pemerintah.
Untuk itu, pemerintah harus persiapkan sebaik mungkin untuk menyediakan fasilitasfasilitas yang layak bagi masyarakat. Apalagi dengan adanya perkembangan globalisasi ini,
pemerintah harus memikirkan bagaimana pendidikan di Indonesia harus menjadi ajang dan
suatu kegiatan untuk menjadikan warga negara indonesia berkualitas, agar bangsa Indonesia
tidak menjadi negara yang tertinggal oleh negara lain.
Berbagai upaya pemerintah yang telah dilaksanakan untuk memajukan pendidikan di
Indonesia telah membuat hasil yang cukup baik, namun masih banyak kesalahan-kesalahan
yang bisa menjadi masalah serius. Seperti yang terjadi di seputar lingkup ujian kelulusan
atau lebih umum disebut Ujian nasioanal. Adanya masalah ujian nasional, banyak peserta
didik yang mentalnya terganggu, bahkan ada di antara mereka yang sampai kehilangan nyawa
mereka.
Terlebih lagi, dengan adanya kebijakan pemerintah yang demikian malah memunculkan
oknum-oknum yang memanfaatkan kebijakan tersebut sebagai ajang politik untuk
kesenangan mereka. Seperti misalnya, ketika hari-hari menjelang ujian nasional. Oknumoknum yang masih bagian dari pemerintah malah menyediakan kunci jawaban untuk dijual
kepada siswa. Tentu saja, siswa-siswapun menanggapi hal tersebut. Banyak siswa yang
seharusnya kemampuan mereka diukur dalam ajang ujian nasional, malah mengandalkan
kunci jawaban yang didistribusikan oleh oknum. Hal tersebut tentunya akan membuat buruk
citra masyarakat dan menjatuhkan moral kejujuran bagi siswa yang bersangkutan.
Agama islam merupakan agama samawi, yang bersumber dari tuhan. Dalam ajaranya,
Allah mengutus nabi muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlaq. Kata akhlak
diterangkan oleh Nata (dalam Gunawan 2012:4) secara etimologis kata akhlak berasal dari
1
bahasa arab yaitu isim masdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan. Sesuai
dengan bentuk tsulasi majid wazan afala, yufalu, ifalan yang berarti al-sajiyah
(perangai), at-tabiah (kelakuan, tabiat, atau watak dasar).
Pada dasarnya manusia memiliki potensi, baik potensi dalam hal kebaikan maupun
potensi dalam hal keburukan. Potensi inilah yang nantinya akan menjadi kepribadian yang
akan membentuk karakter dari orang itu sendiri. Apabila ia tumbuh dengan kepribadian yang
baik, tanpa harus berpikir ia selalu berbuat kebaikan, maka ini dinamakan sebagai akhlaq al
karimah atau akhlaq yang terpuji. Sedangkan apabila ia tumbuh dengan kepribadian yang
buruk dan tanpa berpikir ia selalu berbuat keburukan, maka inilah yang di sebut sebagai
akhlaq al mazmumah atau akhlaq yang tercela.
Berkaitan dengan dunia pendidikan, islam mewajibkan seseorang untuk menuntut ilmu.
Ilmu-ilmu inilah yang nantinya dapat membedakan antara yang baik dan buruk. Dengan
demikian, diharapkan agar manusia selalu terpikirkan untuk melakukan perbuatan yang baik
dan selalau waspada dengan perbuatan yang buruk. Disamping itu, akhlaq yang baik itu akan
mengurangi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini.
Bahkan akan memajukan dunia pendidikan menjadi lebih baik.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pendidikan.
2. Untuk mengetahui keadaan pendidikan di Indonesia saat ini.
3. Untuk mengetahui pentingnya akhlaq dalam dunia pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan
Secara etimologi pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat tambahan subkata
pe-an, sehingga menjadi kata pendidikan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem
pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
diarahkan sesuai keterampilan yang dimiliki setiap peserta didik untuk menempuh
studinya di perguruan tingi.
3. Pendidikan Nonformal, pendidikan nonformal adalah pendidikan yang ditempuh
untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Misalnya, kursus
komputer, bimbingan belajar, sekolah sepak bola. Pada umumnya lembaga pendidikan
tersebut bukan dari pemerintah ataupun keluarga, tetapi kebanyakan berasal dari jasa
orang yang ahli dibidangnya. Pendidikan nonformal juga tidak diwajibkan setiap
untuk warga negara Indonesia.
Dengan adanya pendidikan, tentunya orang tua merasa terbantu dalam memikirkan
masa depan anak, karena didalam dunia pendidikan anak dicetak untuk menjadi lulusan yang
siap di dunia kerja. Sehingga masa depan orang tua untuk membahagiakan anaknya di dunia
lebih mudah tercapai.
2.2 Penyimpangan Pendidikan di Indonesia
Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas apa makna pendidikan dan jenis
pendidikan di Indonesia. Pada mulanya pendidikan di Indonesia berupa pesantren-pesantren
salafi yang merupakan peninggalan dari pejuang-pejuang islam yang dikenal sebagai wali
songo. Pesanten-pesantren terbentuk sebelum pemerintah belanda datang ke negara
Indonesia. Pada dasarnya pesantren-pesantren dibangun unuk membekali santri (sebutan anak
yang menuntut ilmu di pesantren) ilmu dibidang agama islam, melalaui lembaga inilah kiaikiai mendakwahkan ilmu agama dan menegakkan ketauhidan. Ada beberapa metode yang
digunakan guru (kiai) untuk membekali santri-santrinya ilmu agama, diantaranya :
1. Sorogan : kegiatan membaca kitab-kitab salaf berbahasa arab atau biasa disebut kitab
kuning yang dilakukan oleh kiai, sedangkan santri hanya menyimak dan mencatat
setiap makna yang diartikan oleh kiai dalam bahasa jawa.
2. Bandongan : kegiatan membaca kitab kuning yang dilakukan santri sedangkan kiai
hanya bertindak sebagai penyimak dan membenarkan kalau ada makna yang salah
yang dibacakan oleh santri.
mengijinkan rakyat Indonesia untuk menempuh pendidikan, namun hanya untuk kalangan
tertentu, dan semua itu juga termasuk rencana belanda yang menginginkan seorang pekerja
dengan gaji yang murah. Di samping itu, pesantren-pesantren juga diganti nama menjadi
madrasah diniyah islam, namun kurikulumnya masih sama dengan yang lama.
Pendidikan di Indonesia mulai terangkat semenjak munculnya bapak pendidikan yaitu
Ki Hajar Dewantara, yang membuat taman siswa di keraton Jogjakarta. Seiring dengan
berjalanya waktu, pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan. Saat ini, pendidikan
tersebut telah mendarah daging, bahkan sudah menjadi budaya bagi warga negara Indonesia.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pendidikan di Indonesia dilakuan secara bertahap
dan berlanjut yang dilakukan oleh suatu lembaga yang disebut sekolah.
Sayangnya, pesantren-pesantren yang dulu dijadikan sebagai pusat pendidikan
khususnya bagi masyarakat yang beragama muslim, malah kurang begitu diperhatikan.
Padahal, pesantren-pesantren lebih efisien perananya dalam membentuk anak dengan akhlaq
yang terpuji. Kebanyakan orang tua lebih berbangga apabila anaknya menempuh pendidikan
tinggi dan lulus langsung diterima di suatu pekerjaan tertentu. Padahal, seperti yang
dijelaskan pada latar belakang di atas, bahwa penyimpangan kebijakan pendidikan di
Indonesia membuat permasalahan yang cukup serius.
Dalam latar belakang di atas dijelaskan, dengan adanya ujian nasional hanya
memunculkan oknum-oknum yang tidak bermoral. Dalam ujian nasional tahun 2012/2013,
ada salah satu sekolah favorit di suatu kabupaten yang siswanya mengerjakan ujian dengan
mengandalkan kunci jawaban yang mereka beli dari oknum-oknum tertentu. Tercatat, lebih
dari 50% siswa mengaku membeli kunci jawaban. Kalau hal ini dibiarkan, bukankah
kebijakan tersebut hanya akan mencetak lulusan-lulusan yang tidak memiliki akhlaq yang
mulia. Bahkan dimasa mendatang kejahatan-kejahatan bisa lebih merajalela dibandingkan
saat ini. Karena sudah tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa siswa seperti inilah yang akan
menjadi penerus bangsa ini. Apalagi sistem di Indonesia yang mensyaratkan ijazah ujian
sebagai point utama untuk melamar pekerjaan.
Berbeda dengan pesantren-pesantren, di sana peserta didik masih diajarkan materi
tentang akhlaq, justru inilah yang diharapkan oleh undang-undang untuk mencetak generasi
yang memiliki spiritual tinggi dan akhlaq yang mulia. Ironisnya, banyak warga yang
beranggapan bahwa pesantren adalah lembaga pencetak teroris. Padahal, belum tentu orang
yang mengatakanya tahu latar belakang yang sebenarnya terjadi. Mereka tidak tahu kalau
orang-orang militan, yang berkelakuan seperti teroris itu adalah orang yang tidak mengerti
tentang agama islam. Itu hanyalah rekayasa yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu.
Sekilas memang tampak, bahwa setiap lembaga pendidikan memiliki perangai yang
buruk. Sekolah mencetak lulusan menjadi penjahat berdasi, pesantren mencetak teroris.
Namun itu dilakukan oleh beberapa oknum yang tidak bermoral, dan juga tidak memahami
ilmu yang dipelajarinya dengan baik. Maka dari itu, sebagai mahkluk tuhan, kita sudah
sepatutnya slalu berdoa agar tidak terjemus kedalam dunia yang penuh keburukan tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa, tidak selamanya manusia memiliki potensi yang baik.
Apabila mereka dikenalkan oleh sesuatu buruk, bisa jadi ia bakal menjadi buruk bahkan dapat
menikmati perbuatan buruknya itu. Disinilah peran pendidikan dalam memperbaiki akhlaq
manusia. Dengan adanya pendidikan, kita diberi gambaran seperti apa bentuk akhlaq yang
baik dan seperti apa bentuk akhlaq buruk. Pemberian gambaran ini, bukan berarti kita telah
melakukan aktivitas tersebut, melainkan kita diberi tahu apa saja dampak yang terjadi apabila
kita berbuat baik, dan apa saja yang akan terjadi apabila kita berbuat buruk.
Biasanya guru akan memberikan gambaran untuk perbuatan baik dengan dampak yang
menyenangkan, menguntungkan, dan membawa kebaikan. Sedangkan gambaran untuk
perbuatan buruk identik dengan dampak negatif yang membuat kita takut melaukan
perbuatan buruk. Semua kegiatan ini identik dengan ajaran-ajaran islam. Karena islam
mengatur dengan baik hubungan antara umat manusia. Oleh karena itu, guru saya
(Kahfi:2014) berkata, menuntut ilmu agama itu hukumnya fardhu ain, sedangkan ilmu
umum itu fardhu kifayah. Fardhu ain adalah kewajiban yang dilakukan oleh semua orang,
sedangkan fardhu kifayah, kewajiban yang dilakukan oleh minimal satu orang dalam suatu
kaum.
Kembali ketopik permasalahan pendidikan yang dilakukan oleh oknum-oknum,
seharusnya negara harus menanggapi ini secara serius. Karena, hal yang demikian ditakutkan
malah akan menjadi sebuah budaya yang mengakar. Kalau sudah sperti itu, akan sulit untuk
memperbaiki seperti semula, maka dari itu pendidikan akhlaq harus sudah dimulai sebelum
anak terjebak kedalam situasi yang buruk itu. Tentunya, pendidikan akhlaq tidak bisa hanya
dilakukan selama satu periode, melainkan harus dilakukan secara terus-menerus secara
istiqomah. Minimal, akhlaq mulia harus mendarah daging bagi setiap manusia. Karena
seiring dengan perkembangan zaman, pasti akan bertambah pula kejahatan-kejahatan yang
terjadi.
Maka dari itu, untuk memperbaiki akhlaq yang mulia, harus dibuat metode baru. Salah
satunya metode yang dikemukakan oleh Langgulung (dalam buku Gunawan:2012), berikut
ini.
Penggunaan metode didasarkan atas tiga aspek pokok, yaitu, pertama, sifatsifat dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan islam,
yaitu pembinaan manusia mukminin yang mengaku sebagai hamba Allah
(Abdullah). Kedua, berkenaan dengan metode-metode yang betul-betul
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1. Pendidikan adalah suatu kegiatan positif yang wajib dan sengaja dilaksanakan oleh
setiap manusia untuk membangun potensi spiritual, akhlaq mulia,dan persiapan untuk
terjun kedunia kerja secara nyata.
2. Pendidikan di Indonesia yang telah menjadi budaya bagi bangsa kita, terlaksanakan
oleh kebijakan memunculkan oknum-oknum yang merusak moral bangsa.
3. Akhlaq mulia wajib dimiliki oleh setiap umat manusia yang didapat melalui proses
pendidikan.
Saran
1. Taqwa kepada tuhan yang maha esa
2. Jadikan akhlaq mulia sebagai karakter bagi setiap manusia dan pendidikan sebagai
kegiatan wajib bagi setiap warga
3. Jadilah warga negara yang patuh terhadap aturan
DAFTAR RUJUKAN
Gunawan, H. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Rahardjo, M. 2010. Pemikiran Kebijakan: Pendidikan Kontemporer. Malang: UINMaliki Press.
Tim Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Iliah. Malang: UM
Press.