BAB I
PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
sintaksis adalah frase, klausa dan kalimat. Didalam makalah ini akan dibahas
ketika pokok bahasan tersebut secara rinci.
Bagi guru sekolah dasar, memiliki keterampilan berbahasa
merupakan suatu modal untuk mengembangkan kompetensi siswa-siwanya
dalam berkomunikasi, pemahaman mengenai tata kalimat dalam bahasa
Indonesia sudah tentu menjadi suatu kebutuhan dasar. Untuk itulah dalam
makalah ini kami membahas mengenai sintaksis beserta struktur internal
kalimatnya yang berupa frasa, klausa,
dan kalimat itu sendiri.
1
B; Rumusan Masalah
C; Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A; Hakikat Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti
dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Jadi secara
etimologis sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi
kelompok kata atau kalimat. Istilah sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah bagian
atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat, klausa dan frase (Ramlah 2001:18).
Sintaksis membicarakan berbagai seluk-beluk frase dan kalimat
(M.Asfandi Adul, 1990: 41). Banyak ahli telah mengemukakan penjelasan
ataupun batasan sintaksis. Dikatakan bahwa sintaksis adalah telaah mengenai
pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan
kata menjadi kalimat. Sintaksis juga merupakan analisis mengenai
konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas
(Tarigan, 1984:5).
Salah satu hakikat bahasa yang sudah kita pahami dalam studi
bahasa adalah bahwa bahasa itu sistematis dan sistemis. Ada tiga subsistem
bahasa yang cukup mendasar yaitu fonologi, gramatika, dan leksikon.
Subsistem sintaksis mencakup satuan-satuan yang lebih besar dari kata, serta
hubungan antara satuan-satuan itu. Sebagai suatu subsistem bahasa sintaksis
mempersoalkan hubungan antara kata dan satuan-satuan yang lebih besar,
membentuk suatu kontruksi yang disebut kalimat. Hubungan antara satuansatuan itu memperlihatkan adanya semacam hierarki atau tata urut tingkatan.
Dalam uraian mengenai hakikat bahasa telah dijelaskan bahwa tata urut
tingkatan bahasa tertera dari urutan yang paling besar atau paling tinggi
(wacana) ke yang paling kecil (rendah) adalah bunyi (fonem). Dalam
subsistem gramatika tataran yang paling kecil adalah morfem.
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan
dapat
c;
2;
3;
Keterangan.
a;
b;
c;
Ket.
C; Aspek-Aspek Sintaksis
Frasa
Frasa dapat dihasilkan dari perluasan sebuah kata. Sebuah
frasa dengan perluasannya tidak menimbulkan jabatan atau fungsi
lain sehingga tidak melebihi batas fungsi semula. Jika perluasan itu
ternyata menimbulkan jabatan fungsi baru atau membentuk pola
subjek-predikat, perluasan itu sudah menjadi klausa.
Contoh : karya sastra (frasa)
Diperluas menjadi :
karya sastra indah itu (frasa)
karya sastra itu indah (klausa)
S
Frasa Eksosentris
Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai
persamaan distribusi dengan unsurnya. Atau dapat diartikan
frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai prilaku
2;
2;
Contoh :
Kasar sekali
Amat lembut
3;
4;
5;
6;
7;
b;
Frasa Endosentris
2;
3;
c;
sangat marah
M
Frasa Ambigu
Frasa ambigu adalah frasa yang menimbulkan makna
ganda atau tidak jelas.
Contoh :
Lukisan Ayah dipajang di ruang tamu.
Frasa lukisan ayah mempunyai makna:
d;
Frasa Idiomatik
Frasa idiomatic adalah frasa yang mempunyai makna
sampingan atau bukan makna sebenarnya.
Contoh :
orang tua itu sudah banyak makan garam kehidupan.
2;
Klausa
Klausa merupakan bagian dari kalimat. Klausa memiliki
unsur subjek dan predikat, tetapi tidak mengandung intonasi, jeda,
tempo, dan nada. Ada lima dasar yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan klausa.
a;
Klausa Lengkap
10
2;
b;
tidaknya
unsur
negasi
yang
secara
gramatik
menegatifkan P menghasilkan :
1;
Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya
unsur negasi yang menegatifkan P.
Contoh :
Bambang seorang pesepak bola.
Anak itu mengerjakan PR.
2;
Klausa Negatif
11
c;
kategori
frasa
yang
Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa
yang termasuk kategori frasa nomina.
Contoh:
Pamannya petani di kampung itu.
Bapak itu dosen linguistik.
2;
Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk kategori frasa verba.
Contoh :
Dia membantu para korban banjir.
Pemuda itu menolong nenek tua.
12
3;
Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa
yang termasuk kategori numeralia.
Contoh :
Anaknya empat orang.
Mahasiswanya sembilan orang.
5;
Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa
frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona.
Contoh :
Kertas itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
6;
Klausa Pronomia
13
d;
Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki subjek dan
predikat, sehingga berpotensi untuk menjadi kalimat
mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang
berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai
predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah
sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat
yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas
dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu,
sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu
kalimat.
Contoh :
Anak itu badannya panas, tetapi kakinya
sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
2;
Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi
untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk
menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak
lengkap.
Kalimat
minor
adalah
konsep
yang
14
Contoh :
Semua murid sudah pulang kecuali yang
dihukum.
Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
e;
Klausa Atasan
Klausa atasan adalah klausa yang dapat berdiri sendiri
sebagai kalimat.
Contoh :
Irwan datang ketika kami menonton film.
Klausa Atasan
2;
Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang belum lengkap
isinya. Klausa ini tidak dapat berdiri sendiri.
Contoh : Irwan datang ketika kami menonton film.
Klausa Bawahan
15
S dan P
Contoh : Budi tidak berlari-lari Tidak berlari-lari
S
Budi
S
Badannya sangat lemah Sangat lemah
S
badannya
S
2;
O dan Pelengkap
P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif,
mungkin terdiri dai golongan kata verbal intransitif,
dan mungkin pula terdirri ari golongan-golongan lain.
Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif,
diperlukan adanya O yang mengikuti P itu.
Contoh :
Kepala Sekolah akan menyelenggarakan
S
P
pentas seni.
O
Pentas seni akan dislenggarakan kepala
S
P
sekolah
O
3;
Keterangan
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan
Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda
dengan O dan Pel yang selalu terletak di belakang
dapat, dalam suatu klausa Ket pada umumnya letak
yang bebas, artinya dapat terletak di depan S, P dapat
16
selalu
menduduki
tempat
langsung
dibelakang P.
Contoh :
Akibat banjir desa-desa itu hancur
Ket
c;
analisis
fungsional
klausa
dianalisis
3;
Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai adanya
kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa
kalimat itu sudah selesai (lengkap).
a;
Ragam Kalimat
17
Berdasarkan
jenisnya,
kalimat
dapat
dibagi
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yangt mempunyai satu
subjek dan satu predikat serta mengandung satu
maksud.
Contoh :
Koko pergi ke pasar
S
P
Ket
Toni menanam biji jarak di kebun
S
P
O
Ket
Berdasarkan predikatnya, kalimat tunggal terbagi atas:
a;
b;
c;
2;
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yag terdiri atas dua
pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk tersusun dari
beberapa kalimat tunggal. Kalimat majemuk dapat
dibedakan atas:
a;
kalimatnya
sederajat.
memiliki
Berdasarkan
kata
kedudukan
yang
penghubungnya,
18
b;
oleh
dan
oleh
oleh
;
;
19
c;
begitu
saja
ketika
beberapa
wartawan menanyainya.
3;
Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan
ujaran orang lain.
Contoh :
Ibu berkata Saya tidak senang melihat
rambut gondrong.
4;
20
Kalimat
tidak
langsung
adalah
kalimat
yang
Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya menjadi
pelaku. Ciri utama kalimat aktif adalah predikatnya
berupa kata dasar atau berimbuhan me(N)- dan ber-.
Contoh :
Ibu sedang membuat martabak telur.
Berdasarkan hubungan antara predikat dan objeknya,
kalimat aktif terbagi menjadi:
Kalimat aktif transitif, adalah kalimat aktif
predikatnya mutlak membutuhakan objek.
b; Kalimat aktif semitransitif, adalah kalimat
yang predikatnya memerlukan pelengkap.
c; Kalimat aktif dwitransitif, adalah kalimat
yang predikatnya membutuhkan objek
pelengkap.
Kalimat Pasif
a;
6;
yang
aktif
aktif
dan
Contoh:
21
d;
7;
Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat sekurang-kurangnya
mejangandung dua unsur pusat, dapat berupa S-P, S-PO atau S-P-O-K.
Contoh :
Saya mengantuk.
Presiden berkunjung ke Australia.
8;
Kalimat Minor
Kalimat Minor adalah kalimat yang mengandung satu
unsure pusat. Unsur pusat tersebut biasanya berupa
predikat.
Contoh : Pergi!, Tidur!
Berdasarkan fungsi dan tujuannya, ragam kalimat
dibedakan atas:
1;
Kalimat Berita
22
Kalimat
berita
adalah
kalimat
yang
isinya
Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisikan
perintah atau seruan untuk melakukan sesuatu. Kalimat
berita dalam bentuk tulisan diakhiri tanda seru (!) atau
titik (.). Ciri-ciri kalimat perintah:
Predikatnya menggunakan partikel lah.
;
Dapat menggunakan kata tolong, coba, atau
silakan untuk memperhalus kalimat.
;
Kalimat perintah larangan sering didahului
oleh kata jangan.
Kalimat Tanya
;
3;
Kalimat
Tanya
adalah
kalimat
yang
berisikan
4;
Kalimat Empatik
23
E;
Pemanasan apresiasi
Eksplorasi
Konsolidasi pembelajaran
;
;
24
25
sebagai
sarana,
sebagai
suatu
keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respons atau
sebagai suatu pengalaman kreatif. Untuk kelas rendah bahan pembelajarannya
bersifat sangat sederhana. Secara umum, bahan pembelajaran menyimak
harus disertai dengan pertanyaan-pertanyaan dan harus disesuaikan dengan
karakterisik siswa SD.
Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan memalui
bahasa lisan. Sifat kegiatannya sangat kompleks, sebab banyak faktor yang
26
2;
3;
B; Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Blinksastrakumaster. 2011. Sintaksis. Diunduh 19 September 2015 dari
http://blinksastrakumaster1988.blogspot.com.
Diana Nababan. 2008. Intisari Bahasa Indonesia. Jakarta : Kawan Pustaka.
Henry Guntur Tarigan. 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.
28
Kailani Hasan. 1983. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Melayu Riau. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Press.
M. Asfandi Adul. 1990. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bulungan. Jakarta :
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Nur Khairinnisa. 2011. Konsep dan Jenis-Jenis Frasa. Diunduh 19 September
2015 dari http://www. Blogger.com.
Rachmadrivai. 2011. Sintaksis Bahasa Indonesia (frasa). Diunduh 19 September
2015 dari http://rachmadrivai.wordpress.com.
Zaenal Arifin dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: Grasindo
MAKALAH
29
29
Dosen Pembimbing
MAULIDA NUR OKTAVIANI, M.Pd
DISUSUN OLEH :
Nama
: ................................
NIM
: ................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk membahas mengenai
SINTAKSIS BAHASA INDONESIA SD.
30
Penulis
DAFTAR ISI
ii
31
BAB I PENDAHULUAN
A; Latar Belakang .............................................................................. 1
B; Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C; Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A; Hakikat Sintaksis .......................................................................... 3
B; Fungsi Kajian Sintaksis ................................................................ 4
C; Aspek-Aspek Sintaksis ................................................................. 5
D; Kalimat Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ................................ 23
E;
iii