Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI SUSUN OLEH :
AGUSTINUS
( 1404071)
( 1404077 )
TUTI
(1404088 )
(1404072 )
YUSTINA KURNIAWATI
(1404095 )
BAB II
LANDASAN TEORI
A. MEDIS
1. Pengertian
Bayi Berat Lahir rendah adalah bayi yang beratnya kurang atau sama dengan
2500 gram tanpa memandang gestasi (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010).
Tujuh persen dari kelahiran termasuk golongan ini. Kebanyakan persoalan terjadi
pada bayi yang beratnya kurang dari 1500 gram dengan angka kematian yang
tinggi dan membutuhkan perawatan dan tindakan medik yang khusus. Kelompok
ini disebut bayi berat lahir sangat rendah.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
atau sama dengan 2500 gram. (Asrining, 2003).
Bayi berat badan rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
garam tanpa memandang masa getasi (Hardiono, 2005)
Menurut Asrining Sirasmi, dkk (2003) BBLR dikelompokkkan sebagai berikut :
a. Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 1000 gram.
b. Bayi berat badan lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 1500 gram.
c. Bayi berat badan lahir cukup rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan 1501 2500 gram.
Usia kehamilan digolongkan menjadi
a. kurang bulan
<37 minggu
b. cukup bulan
<37-41 minggu
c. lebih bulan
> 4 minggu
Penilaian yang tepat dapat dicapai dengan pemeriksaan klinik bayi baru lahir
dengan mengamati :
-
reflek premature
2. Etiologi
Menurut Asrining Sirasmi, dkk (2003), dapat dibagi menjadi:
a. Faktor ibu
1). Toksemia garvidarum, yaitu preeklamsi dan eklamsi
2). Kelainan bentuk uterus (uterus bikornis, inkompeten servik)
3). Tumor (mioma uteri, sistoma)
4). Ibu yang menderita penyakit
-
Fisik (jatuh)
Psikologis (stress)
6). Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
7). Plasenta antara lain palsenta previa, solusio plasenta.
b.
Faktor janin
1). Kehamilan ganda
2). Hidramnion
3). Ketuban pecah dini
4). Cacat bawaan
5). Infeksi (rubella, sifilis, toksoplasma)
6). Insufisiensi plasenta
7). Inkompabilitas darah ibu dan janin (factor rhesus, golongan darah ABO)
3
c.
Faktor plasenta
1). Palsenta previa
2). Solusio plasenta
3. Patofiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
a. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor,
dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
b. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan
BBLC.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara
reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah
aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32
34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus
sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi
amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan
lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang
diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan
secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh
dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.
4. Patway
Faktor Ibu :
Gisi,
Usia,
Penyakit
;
toksemia
gravidarum,
perdarahan
ante partum,
perokok,
alkoholik
Faktor Janin :
gemili,
kelainan
kromosom,
infeksi
intra
uteri
BBLR
Sindrom
Aspirasi
:
Asfiksia intra
uteri,
cairan
amnion
campur
mekonium
Kesulitan
bernapas,
warna
kehijauan pada
kulit, kuku,
plasenta dan
umbilikus
Imatur
hepar
Defisiensi
Albumin
GG.
Pengambilan
bilirubin
GG.
transportasi
bilirubin
Faktor Plasenta
:
tempat
melekat,
kelainan;
infrak, tumor.
Faktor
lingkungan :
sosial ekonomi
menurun,
radiasi
Bayi
kurus,
panjang, kulit
longgar
dan
kering,
jaringan bawah
kulit tipis
Hiperbilirubinemia
Kern ikterus : letargi,
kejang, tonus otot
meningkat, leher kaku,
kemampuan
menghisap menurun
hepar
sehingga
metabolisme
bilirubin
terganggu
(hiperbilirubinemia).
6. Pemeriksaan Diagnostic
Menurut Hardiono D. Pusponegoro, dkk (2005). Diantaranya adalah:
a.
b.
c.
Darah rutin, glukosa darah , kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksakan
elektrolit dan analisis gas darah.
d.
Foto dada ataupun baby gram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau jika didapat atau
diperkirakan akan terjadi sindrom gangguan napas.
e.
7. Penatalaksanaan Medik
Setelah bayi lahir dilakukan:
a. Tindakan Umum
1) Membersihkan jalan nafas.
2) Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
3) Perawatan tali pusat dan mata.
b. Tindakan Khusus
1) Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila, pada bayi
barulahir dengan umur kehamilan 35 minggu perlu perhatian ketat, bayi
dengan BBL 2000 garm dirawat dalam inkubator atau dengan boks kaca
menggunakan lampu.
2) Awasi frekwensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui
sindroma aspirasi mekonium.
3) Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila 60x/mnt lakukan foto
thorax.
4) Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.
5) Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan
darah).
6) Awasi keseimbangan cairan.
7) Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan
keadaan umum baik:
-
Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
i.
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Marilyn E. Doenges, (2001), diantaranya:
a.
Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan / tidak teratur dalam bats normal (120 sampai
160 kali/menit)
Mumur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arterosus paten
(PDA)
b.
Berat badan
Berat badan kurang dari 2500 gram
c.
Neurosensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin
mudah digerakkan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar.
Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputar.
Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat (trgantung pada
usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi; rooting terjadi dengan baik pada gestasi
minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernapas
biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke-32; komponen pertama dari refleks
Moro (ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan) tapak
pada gestasi minggu ke-28; komponen kedua (fleksi anterior dan menangis
yang dapat didengar) tampak pada gestasi mingg ke-32.
Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
d.
Pernapasan
Skor Apgar mungkin rendah.
Pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernapasan diafragmatik
intermiten atau periodik (40-60 x/menit).
Mengorok, pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal,
atau berbagai derajat sianosis mungkin ada.
Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah.
Menangis mungkin kamah.
Wajah mungkin memar,; mungkinada kaput suksedaneum.
Kulit kemerahan atau tembus pandang; warna mungkin merah muda /
kebiruan, akrosianosis, atau sianosis / pucat.
Lanugo terdistribusi secara luas di seluruh tubuh.
Ekstremitas mungkin tampak edema.
Garis telapak kaki mungkin atau tidak ada pada semua atau sebagian telapak.
Kuku mungkin pendek.
f. Seksualitas
Genetalia; Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan
klitoris menonjol; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau
tidak ada pada skrotum.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
b.
c.
d.
10
DIAGNOSA
NO
1.
DATA PENUNJANG
Ketidakefektipan
TINDAKAN KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA
TINDAKAN
HASIL
Dalam waktu ....x 24 jam
1. Observasi tanda-tanda vital
berhubungan dengan
imaturitas pusat
kriteria:
pernapasan
KEPERAWATAN &
sumbatan
2.Suara napas vesikuler
volume
cairan
kutan
minum di ruangan
menunjukan
bersihan
ekspansi
paru
3. Membersihkan
jalan
napas
pengobatan
Risiko
4. Pemberian
RASIONAL
napas
1. kekurangan cairan dapat
dilihat melalui keadaan
turgor kulit
2. untuk memenuhi
kebutuhan cairan bayi
BB dapat naik
minum/susu
11
bayi tercukupi
4. menanggulangi kekerangan
Resiko
luka
(
infeksi
pemotongan
pusat)
berlebihan
b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda vital setiap
tali jam diharapkan klien tidak
ada tanda tanda infeksi,
dengan criteria :
- S: 36,5 37,5C
- N: 60 100 x/mnt
- R: 40 44 x/mnt
6 jam sekali.
2. Lakukan teknik aseptic saat
melakukan tindakan.
dari
dapat
diketahui
menyimpangnya
kontak
dengan
klien.
4. berikan maxipim 2x 0.75 mg
kalmetaxon 3x 0,3cc
4.
1. Infeksi
preventif terhadap
kemungkinan terjadinya
infeksi.
3. Mencegah
kontaminasi
terhadap infeksi.
4. anti biotic
1. Mengetahui materi
dengan
informasi
penyakit
kurangnya kecemasan
keluarga
keluarga klien
akan diberikan.
2. Meningkatkan pengetahuan
keluarga
penkes
3. Menghindari salah
4. Menurunkan kecemasan
12
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasan, Rusepno. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Percetakan Informatika
2. Surasmi, Asrining, 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta EGC
3. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan pediatrik. Jakarta EGC.
4. Betz, C.L., Sowden, L.A. 2000. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. EGC. Jakarta
5. Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
6. NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia
7. Hardiono D. Pusponegoro, dkk, 2005, hal 306) standar pelayanan medik, IDAI ;
JAKARTA
14