dijelaskan oleh empat variabel keadaan, yaitu massa, tekanan, volume, dan suhu.
Setiap besaran dapat diukur dengan cara dan alat tertentu. Hubungan antara
besaran-besaran ini disebut persamaan keadaan. Persamaan keadaan untuk gas
dapat diturunkan dengan relatif mudah dari data eksperimen. Hasil-hasil
eksperimen menunjukkan bahwa pada tekanan rendah, secara pendekatan ,
semua gas memperlihatkan sifat-sifat yang sama. Sifat-sifat ini dikenal sebagai
sifat sifat gas ideal.
tekanan
gas
pada
suhu
tetap.
Dalam
batas-batas
ketelitian
atau
1
P
(n,T tetap)
k1
P
PV = k1
( n, T tetap )
(1.1)
k1 = tetapan yang bergantung pada jumlah mol gas dan suhu (T).
Aluran tekanan (P) terhadap Volume (V) yang digambarkan pada suhu
tetap disebut kurva isoterm gas ideal (Gambar 1.1.)
T
V
( n, P tetap)
=
K2 . T
( n, P tetap)
(1.2)
K2 = suatu tetapan yang bergantung pada jumlah mol gas dan tekanan
T
0, V
0.
Aluran volume terhadap suhu pada tekanan tetap disebut isobar gas ideal
(Gambar 1.2.)
(1.3)
dV
V
V
V
dn
dP
dT
n P, T
P n, T
T n, P
(1.4)
V k V
P
3 n
n,T
(1.5)
( n, T tetap )
k
V 1 (n, T tetap)
PV
V
P n,T
(1.6)
K2 . T
( n, P tetap)
V k V
T
2 T
n,P
persamaan (1.5), 1.6), dan
(1.7)
Apabila
(1.7)
(1.4), diperoleh :
V
V
V
dn
dP
dT
n dibagi dengan
P V, maka T
Kemudian ruas kiri dan kanan
dV
dn
dP
dT
V dapat diintegrasi
n
P : T
Persamaan diatas
menjadi
dV
ln V
ln n - ln P + ln T + ln R
(1.8)
Persamaan ini dikenal dengan persamaan keadaan gas ideal atau hukum gas
ideal.
Hukum gas ideal tidak menggambarkan sifat-sifat gas nyata secara eksak. Gas
nyata hanya menuruti hukum ini untuk P 0.
Harga R dalam persamaan dapat ditentukan mengingat bahwa satu mol gas ideal
pada 0o C dan tekanan 1 atm menempati volume sebesar 22,414 liter.
Dari persamaan (1.8) diperoleh :
(1.9)
(1 atm) (22,414 L)
0,08206 L atm mol-1 K-1
(1 mol)(273,15 K)
Hukum Dalton
Bila campuran gas yang tidak bereaksi terdapat dalam suatu volume (V),
maka menurut Dalton (1801) tekanan total (P t ) dalam campuran gas ini adalah
sama dengan jumlah tekanan parsial dari masing-masing komponen.
Pt = P1 + P2 + P3 + ....................
Pt = i Pi
(1.10)
molnya masing-masing. Apabila tiap gas dalam campuran bersifat ideal maka :
P1 V1
P2 V2
P3 V3
.
.
.
=
=
=
n1 R T
n2 R T
n3 R T
.
.
.
(n1 + n2 + n3 + ..........) RT
+
(P1 + P2 + P3 + .... )V
atau,
Pt V
Dengan,
nt R T
(1.11)
Tekanan parsial dari suatu gas i dalam campuran gas dapat dihitung apabila
tekanan total dan fraksi mol gas tersebut diketahui.
P1 V
n1 R T
Pt V
nt R T
5
Atau
Pi
Xi Pt
(V, T tetap)
(1.12)
(1.13)
(1.14)
V i = Xi Vt
(1.15)
Dan,
Hukum Graham
Efusi adalah suatu proses pengaliran gas melalui suatu lubang kecil.
Thomas Graham (1846) mempelajari gejala efusi dari gas
dan menemukan
bahwa laju efusi berbanding terbalik dengan akar rapat massa gas, pada
temperatur dan tekanan tetap.
Laju efusi relatif dari dua macam gas, pada temperatur dan tekanan yang sama
adalah :
Bila
(1.16)
2 (T, P tetap)
2
dalam hal ini volume1gas yang berefusi keluar sama besar, maka perba Dik :
1
2
2
t
1
Maka :
RT
P
M
2
2
M
1
1
t
t
(T, P tetap)
(1.17)
2
1
1 dalam penentuan massa molekul gas jika massa
Persamaan ini dapat digunakan
molekul gas lain diketahui.
1.3. Beberapa penggunaan persamaan gas ideal
A. Penentuan Berat molekul
Untuk gas atau uap yang dianggap ideal
PV =nRT
Dengan,
W
RT
W = massa gas (gram
)
dan
M M = massa molekul. Maka,
PV
M
Atau,
W RT
V P
RT
P
(1.18)
Contoh :
Bila rapat massa udara kering adalah 1,146 g/L pada 27 oC dan 740 mm Hg,
tentukan :
a) Massa molekul udara
b) Komposisi udara dengan menganggap bahwa udara kering hanya
mengandung N2 dan O2
Jawab :
RT
a) M
P g/L)(0,0821L atm mol-1 K 1
(1,146
M
740
atm
760
b) Misalkan udara mengandung x % berat N2. Maka:
28,99 g mol1
x
100 x
(28)
(32) 28,99
100x 3 2 x 100
28
2899 3200
4 x 301
x 75,25
Udara mengandung 75,25 % N2 dan 24,75 % O2
0,702 x 10- 3
n
3,50 x 10 6 mol
Hg
200,59
N2
1,799 mol
28
P
X . Pt
Hg
Hg
n
Hg
Pt
n n
Hg N 2
3,50 x 10 - 6
745 mm Hg
6
1,799 3,50 x 10
1.4. Gas Nyata
1,45 x 10- 3 mm Hg
1.4.1. Konsep Faktor Daya Manpat
Apabila gas bersifat ideal, maka harga :
Aluran
1.3.
molekul-molekul
semua tekanan.
Penelitian
H2 juga
10
Gambar 1.4. Faktor daya mampat untuk gas CH4. pada berbagai temperatur
Gambar 1.4 menunjukkan bahwa pada suhu di bawah 640 K semua
hal ini
dan
untuk
perubahan
tekanan
selanjutnya
,
Z
tidak
banyak
pada T = 640 K disebut Temperatur Boyle ( TB). Nilai temperatur Boyle untuk
dZ
0
dP P 0 dZ
0
dP P 0
dZ
0
dP P 0
He
H2
N2
O2
CH4
24
107
320
423
640
Isoterm gas nyata berbeda dari isoterm gas ideal terutama pada suhu
rendah, dapat di lihat pada Gambar 1.5 untuk gas karbon dioksida.
11
dalam persamaan
maka
= tekanan sebenarnya
atau
n
P' a
id
Pa
Koreksi terhadap volume diperlukan oleh karena molekul gas mempunyai volume
sendiri. Dalam memperhitungkan pengaruh dari volume molekul-molekul ini, van
der Waals menganggapnya sebagai bola kaku, sehingga volum bebas untuk
gerakan molekul bukan lagi V melainkan V nb, dengan b ialah suatu tetapan
13
yang besarnya empat kali volum sebenarnya dari molekul-molekul dalam satu
mola gas, n ialah jumlah mol gas dan V ialah volum wadah.
Dengan memperhatikan koreksi-koreksi di atas, maka persamaan gas ideal dapat
diubah menjadi,
n 2a
(V nb) nRT
V 2
(1.20)
Persamaan ini terkenal sebagai persamaan van der Waals. Tetapan-tetapan a dan
b dapat ditentukan dari data P, V, T atau dari tetapan-tetapan kritis (lihat fatsal
berikutnya). Persamaan van der Waals merupakan suatu perbaikan yang nyata
terhadap persamaan gas ideal, seperti dapat dinilai dari Tabel 1.2. Pada tekanan
tinggi persamaan van der Waals tidak memuaskan; hal ini disebabkan karena
tetapan-tetapan a dan b merupakan fungsi dari tekanan dan temperatur.
Tabel 1.2. Tetapan van der Waals
2
-2
a, L atm mol
0.0340
0.244
-1
b, L mol
0.0234
0.0266
O2
CO2
1.36
0.0318
3.61
0.0429
H2O
Hg
5.72
0.0319
2.88
0.0055
Gas
He
H2
baru
mendapat perhatian kurang lebih satu abad kemudian, antara lain dari Joule
(1848) dan Clausius (1857) yang mengembangkan teori tersebut lebih lanjut.
1.5.1. Teori kinetik gas ideal
Teori ini didasarkan atas beberapa postulat sebagai berikut :
1. Gas terdiri atas sejumlah besar partikel-partikel kecil (molekul) yang
bergerak dengan cepat dalam garis lurus dan saling bertabrakan dan
bertabrakan dengan dinding. Tekanan gas adalah akibat dari pada tabrakan
antara molekul dengan dinding.
2. Tabrakan antar molekul bersifat kenyal (elastis), artinya walaupun pada
tabrakan itu dapat terjadi pemindahan energi, akan tetapi energi kinetik
total tidak berubah,
3. Antara molekul-molekul dan antara molekul dengan dinding tidak ada gaya
tarik menarik.
4. Volum dari molekul-molekul cukup kecil dibandingkan terhadap volum total
dari gas sehingga dapat diabaikan.
5. Energi kinetik rata-rata dari molekul-molekul berbading lurus dengan
temperatur mutlak.
Dengan model ini berhasil diturunkan suatu persamaan yang memungkinkan
perhitungan tekanan gas dari sifat-sifat dasar molekul. Perhatikan suatu ruang
l dan yang mengandung N molekul dari suatu gas.
15
L
L
L
L
16
.......... ..
L
L
L
L
dimana
C2
1
2
2
2
(C1 C 2 ........ C N
N
dC
d(mC)
dt
dt
Jadi gaya adalah perubahan momentum per detik. Bila luas total dari kubus
adalah A = 6 l2, maka
P
F
2 N m C2
2 N m C2
A
Al
6l2 l
atau
P
N m C2
V
1
3
(1.21)
Persamaan ini terkenal sebagai persamaan pokok teori kinetik gas ideal.
Beberapa penurunan dari Teori Kinetik.
1. Hukum Boyle
PV
1
2 1
N m C2
N m C2
3
3 2
Menurut postulat (s) energi kinetik rata-rata dari semua molekul berbanding lurus
dengan temperatur mutlak.
1
N m C2 k T
2
sehingga
PV
2
kT
3
1
2
N1 m1 C1
3
P2 V2
1
2
N2 m 2 C 2
3
dan
N1m1 C1 N2 m 2 C 2
m1 C1
1
2
m2 C2
atau
2
m2 C2
m1 C 1
Jadi, N1 = N2
3. Energi Kinetik translasi molekul
Untuk satu mole gas,
PV
1
3
m C2
1
3
m C 2 RT
m C 2 RT
2
E kinetik
3
18
Jadi,
E kinetik
3
RT
2
(1.22)
4. Kecepatan Molekul Gas
Untuk satu mol gas,
PV
1
3
m C 2 RT
C 2 RT
C2
3 RT
M
Jadi
C akr
C2
3 RT
M
(1.23)
Cakr disebut kecepatan akar kuadrat rata-rata.
1.5.2. Distribusi Kecepatan Molekul
Walaupun persamaan teori kinetik memungkinkan perhitungan kecepatan
akr dari molekul-molekul, akan tetapi persamaan ini tidak memberikan keterangan
apa-apa tentang kecepatan dari masing-masing molekul. Molekul-molekul dalam
suatu gas bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Lagipula kecepatan
dari sebuah molekul selalu berubah dab dapat bervariasi antara harga yang
rendah sekali dan harga yang sangat tinggi, akibat dari pada tabrakan dengan
molekul-molekul lain.
fraksi dari jumlah total molekul yang mempunyai kecepatan antara c dan c + dc,
dengan dc ialah suatu bilangan yang sangat kecil. Persamaan ini, yang terkenal
sebagai Hukum Distribusi Kecepatan Molekul, adalah
dN
m
N
2 kT
3
2
2
e - mc /2 kT c 2 dc
(1.24)
Dengan dN ialah jumlah molekul, dari jumlah total N, dengan kecepatan antara c
dan c + dc, m ialah massa molekul dan k ialah tetapan Boltsmann (R/N o = 1,3805
x 10-16 erg. Molekul-1det-1). dN/N menyatakan fraksi dari jumlah total molekul
dengan kecepatan antara c dan c + dc. Persamaan Maxwell biasanya
digambarkan dengan mengalurkan
1 dN
N dc
20
Kecepatan pada titik maksimum disebut kecepatan paling boleh jadi, C pb yang
dapat dihitung dengan cara mendiferensialkan pers. (1.24) dan hasilnya
disamakan dengan nol.
1 dN
- mc 2 /2 kT
ce
c N dc
C
pb
2k T
kT
dT
2-mc
mc
2R T
(1.25)
1 N
c
N i1 i
1
cdN
N c 0
(1.26)
2kT
3/2
3/2
2
m
c
/2 k T c 2 dc
e
2k T
- m c /2 k Tdc
e
8k T
m
8RT
M
21
(1.27)
Kecepatan rata-rata antara lain digunakan pada perhitungan jarak bebas rata-rata
dan viskositas gas.
1.5.3. Tumbukan molekul dan jarak bebas rata-rata
Perhatikan dua jenis gas, A dan B, dengan molekul-molekulnya yang dianggap
kaku dan dengan diameter masing-masing d A dan dB. Tabrakan antara molekul A
dan B akan terjadi apabila jarak antara titik pusat kedua molekul ini adalah d AB =
(dA + dB). Andaikan bahwa molekul-molekul B diam dan molekul A bergerak
dengan kecepatan rata-rata
molekul B. Dalam waktu satu detik molekul A akan melalui volume sebesar
d2AB c A
Bila jumlah molekul B per satuan volume adalah N B/V, maka jumlah molekul B
yang ditabrak oleh molekul A per satuan volume per satuan waktu adalah,
z
AB
d2
c
AB A
Bila jumlah molekul A dalam satuan volume adalah N A/V, maka jumlah tabrakan
yang terjadi antara molekul-molekul A dan molekul-molekul B dalam satuan volum
per satuan waktu adalah,
AB
d2
AB
cA N N
A
V2
c AB
(c A c B 2 c A c B cos )1/2
22
c AB
2
2
c B 2 c c B cos
A
A
Jadi,
d2AB cAB NB
zAB
V
d2AB cAB NA NB
ZAB
2
V
Dapat dibuktikan (lihat Moore 5 ed., hal 150-152) bahwa
th
8k T
ZAB
d2AB NA NB 8 k T
V2
(1.28)
Bila A = B, yaitu bila hanya ada satu jenis gas, maka kecepatan relatif menjadi,
Sehingga,
dan
8k T 2 8k T 2 c
m
1/2 m 2
(1.29)
2 d c NA
zAA
V 2
(1.30)
1/ 2 2 d c N 2A
ZAA
V2
cAA
Persamaan (1.30) menyatakan jumlah tabrakan molekul yang terjadi dalam satuan
volume per satuan waktu. Faktor diperlukan untuk tidak menghitung tiap
tabrakan dua kali.
Suatu besaran penting dalam teori kinetik adalah jarak rata-rata yang ditempuh
suatu molekul antara dua tabrakan. Jarak ini, yang disebut jarak bebas rata-rata,
, dapat dihitung sebagai berikut.
23
Jumlah tabrakan yang dialami oleh satu molekul per satuan waktu diberikan oleh
pers. (1.29),
zAA
2 d2 c N
V
Jarak yang ditempuh dalam waktu ini adalah C. Jadi jarak bebas rata-rata, ,
adalah
atau,
zAA
2 N/V
2
d
Jarak bebas rata-rata antara lain digunakan dalam perhitungan viskositas gas.
24