Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Semen merupakan salah satu komponen penting dalam
membuat bangunan permanen. Semen merupakan perekat nonorganik dan biasa digunakan bersama-sama dengan pasir,
agregat, atau bahan-bahan berupa fiber untuk membuat beton.
Semen juga digunakan untuk membuat material-material yang
akan digunakan sebagai komponen dalam pekerjaan
konstruksi seperti bata berlubang, ornamen cetak dan lain-lain.
I.1.1 Sejarah Semen
Kata semen berasal dari bahasa bahasa latin
cementum yang berarti bahan pengikat. Semen adalah suatu
bahan anorganik yang bersifat adhesif dan kohesif yang
digunakan sebagai bahan pengikat sehingga mampu
merekatkan berbagai jenis padatan menjadi sebuah material
yang kompak dengan penambahan sejumlah air (I Ketut Arsha
Putra,1995).

Sampai saat ini semen masih memegang peranan


penting dalam setiap pembangunan, dengan kata lain hampir
segala bentuk pembangunan tidak terlepas dari unsur semen.
Fluktuasi kebutuhan semen adalah identik dengan aktivitas
pembangunan, semakin banyak pembangunan maka semakin
banyak pula semen yang dibutuhkan. Dalam konstruksi bahan
bangunan dibutuhkan semen yang memiliki kuat tekan yang
cukup kuat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
adanya penambahan aditif pada semen berpengaruh terhadap
kuat tekan semen yang dihasilkan. Bahan aditif yang
umumnya digunakan pada industri semen adalah gypsum dan
fly ash.
Fly ash adalah bagian dari sisa pembakaran batubara
pada boiler pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk
partikel halus amorf dan bersifat pozzolan, berarti abu tersebut
dapat bereaksi dengan kapur pada suhu kamar dengan media
I-1

I-2
BAB I Pendahuluan

air membentuk senyawa yang bersifat mengikat. Dengan


adanya sifat pozzolan tersebut, abu terbang mempunyai
prospek untuk digunakan dalam berbagai keperluan bangunan.
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) saat ini
merupakan pilihan pemerintah dalam menanggulangi krisis
listrik. Menurut Sugiono (2003), dari keseluruhan pembangkit
listrik di Indonesia, batu bara memiliki peranan yang cukup
tinggi yakni sebesar 34,5% disusul gas bumi 30,4%. Limbah
dari batu bara sering disebut dengan fly ash yang dapat
menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan bila
tidak manfaatkan. Fly ash merupakan residu mineral dalam
butiran halus yang dihasilkan dari pembakaran batu bara yang
dihaluskan pasa suatu pusat pembangkit listrik. Bahan ini
terdiri dari silikon dioksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3),
dan besi oksida (Fe2O3). Bahan ini bersifat pozzolan dan
bereaksi dengan kalsium hidroksida serta alkali untuk
membentuk senyawa yang bersifat semen.
Sampai saat ini pemanfaatan fly ash di Indonesia
hanya sedikit yang digunakan sebagai bahan tambahan
ataupun sebagai substitusi parsial semen portland pada
campuan beton.
I.1.2 Alasan Pendirian Pabrik
Perkembangan teknologi infrastuktur merupakan
salah satu faktor penting dalam konsep pembangunan suatu
negara. Material komponen struktur yang sering digunakan di
bidang konstruksi adalah semen. Selama ini semen Portland
diproduksi dengan bahan baku alam berupa batu kapur sebagai
sumber CaO dan tanah liat yang merupakan sumber SiO2 dan
Al2O3. Komposisi batu kapur dan tanah liat yang terdiri dari
alumina dan silika yang digunakan masing-masing sebesar
70% dan 30% berat sedangkan sisanya pasir silika dan pasir
besi.
Kebutuhan semen semakin lama semakin meningkat,
seiring dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dan
pembangunan infrastruktur suatu negara. Karena bahan baku
Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif
Fly Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-3
BAB I Pendahuluan

yang digunakan merupakan bahan alam yang tidak terbarukan,


maka dengan semakin meningkatnya kapasitas produksi,
tentunya semakin banyak bahan alam yang digunakan. Bila hal
ini terus dilakukan, selain suatu saat produksi semen dapat
terhenti jika bahan alam tersebut telah habis, hal tersebut juga
menyebabkan keseimbangan alam akan tergangggu.
Menurut International Energy Authority: World
Energy Outlook, jumlah karbon dioksida yang dihasilkan
tahun 1995 adalah 23,8 miliar ton. Angka itu menunjukkan
produksi semen portland menyumbang 7% dari keseluruhan
karbon dioksida yang dihasilkan berbagai sumber.
Merujuk pada besarnya sumbangan industri semen
terhadap total emisi karbon dioksida, perlu segera dicarikan
upaya untuk bisa menekan angka produksi gas yang
mencemari lingkungan ini. Tampaknya perbaikan teknologi
produksi semen tidak terlalu bisa diharapkan dapat menekan
produksi karbon dioksida secara signifikan. Penggantian
sejumlah bagian semen dalam proses pembuatan beton, atau
secara total menggantinya dengan bahan lain yang lebih ramah
lingkungan menjadi pilihan yang lebih menjanjikan.
Penurunan emisi karbondioksi dalam produksi semen
dapat dimungkinkan dengan mengurangi penggunaan klinker
yang diganti dengan material alternatif misalnya fly ash. Oleh
karena itu diperlukan pemanfaatan dari fly ash yang dianggap
sebagai bencana menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat
dikarenakan fly ash memiliki kandungan silica, alumina dan
besi oksida yang sangat banyak. Selain itu, fly ash dan batu
kapur merupakan bahan yang relatif murah dan mudah
diperoleh karena ketersediaan kapur di daerah daerah di
Indonesia cukup melimpah dan fly ash banyak tersedia
terutama di PLTU yang menggunakan batu bara sebagai bahan
bakarnya.
I.1.3 Ketersediaan Bahan Baku
Batu kapur merupakan salah satu potensi batuan
yang banyak terdapat di Indonesia. Pegunungan kapur di
Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly
Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-4
BAB I Pendahuluan

Indonesia menyebar dari barat ke timur mulai dari pegunungan


di Jawa Tengah hingga ke Jawa Timur, Madura, Sumatra, dan
Irian Jaya. Ketersediaan batuan kapur yang melimpah dapat
dikatakan 3,5-4% elemen di bumi adalah kalsium, dan 2%
terdiri dari magnesium. Dari keseluruhan ketersediaan kalsium
menempati urutan kelima setelah oksigen, silikon, alumunium,
dan besi. Ketersediaan batuan kapur yang melimpah ini
merupakan potensi yang besar terhadap pengembangan
industri.
Cadangan kapur di Jawa Barat menurut Dinas
Pertambangan dan Energi adalah sebesar 1.223.400.323 m3
yang tersebar di beberapa kabupaten di Jawa Barat, seperti
Kabupaten Bandung, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Cirebon, dan lain-lain.
Tersedianya potensi bahan baku terutama batu kapur
di hampir setiap provinsi di tanah air. Hal ini tercermin dari
persebaran lokasi pabrik semen yang mendekati bahan baku
yang jumlahnya memadai dan kualitasnya memenuhi
persyaratan.
I.1.4 Aspek Pasar
Perkembangan pembangunan di Indonesia sangat
pesat baik dalam arti fisik seperti perumahan maupun sarana
lain semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
penduduk. Segala bentuk pembangunan tidak terlepas dari
unsur semen. Fluktuasi kebutuhan semen adalah identik
dengan aktivitas pembangunan, semakin banyak pembangunan
maka semakin banyak pula semen yang dibutuhkan.
Potensi peningkatan semen di tahun mendatang
diperkirakan akan tetap tinggi mengingat konsumsi semen
perkapita di Indonesia saat ini sebesar 200 kg/kapita, yang
relatif lebih rendah dibandingkan negara negara lain,
khususnya di kawasan ASEAN yang sebagian besar lebih dari
300 kg/kapita.

Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif


Fly Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-5
BAB I Pendahuluan

1.1.5 Penentuan Lokasi Pabrik


Pemilihan lokasi suatu pabrik merupakan salah
satu hal yang harus diperhatikan. Pabrik semen ini
berencana akan dibangun di kecamatan padalarang,
Bandung barat, Jawa Barat melalui beberapa
pertimbanangan :
1. Penyediaan bahan baku
Pertimbangan utama dalam pendirian pabrik ini adalah
ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh
bahan baku. Dalam hal ini, daerah Jawa Barat terdapat
ratusan juta ton kapur di daerah cibalong, tasikmalaya
dan cibinong. Pada daerah padalarang terdapat sekitar
puluhan ton batu kapur. Sedangkan fly ash yang
nantinya digunakan sebagai bahan susbtitusi pada
proses finish mill didapatkan dari limbah pembakaran
batu bara PLTU Suralaya yang terletak di Provinsi
Banten. Dengan demikian kebutuhan batu kapur telah
terpenuhi.
2. Sarana transportasi
Sarana dan prasarana transportasi sangat diperlukan
untuk proses penyediaan bahan baku dan
pendistribusian produk. Dengan posisi yang sangat
strategis yaitu adanya jalan raya sebagai jalur
transportasi utamanya.
3. Tenaga kerja
Tersedianya tenaga kerja yang terampil juga
diperlukan untuk menjalankan mesin-mesin produksi.
Tenaga kerja dapat direkrut dari daerah Jawa Barat,
Jawa Tengah dan sekitarnya.
4. Penyediaan utilitas
Sarana-sarana pendukung seperti tersedianya air,
listrik, dan sarana lainnya juga harus diperhatikan agar
proses produksi dapat berjalan dengan baik. Di
Kabupaten Bandung terdapat sungai yang bisa
Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly
Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-6
BAB I Pendahuluan

digunakan sebagai sumber air dan untuk penyediaan


listrik dapat dilakukan dengan system turbin dengan
steam boiler atau dengan mensuplai dari PLN
setempat.
I.1.6 Penentuan Kapasitas Pabrik
Ada beberapa pertimbangan dalam memilih
kapasitas pabrik semen,diantaranya adalah :
1. Ketersediaan bahan baku
Batu kapur merupakan salah satu potensi
batuan yang banyak terdapat di Indonesia.
Pegunungan kapur di Indonesia menyebar dari barat
ke timur mulai dari pegunungan di Jawa Tengah
hingga ke Jawa Timur, Madura, Sumatra, dan Irian
Jaya. Ketersediaan batuan kapur yang melimpah dapat
dikatakan 3,5-4% elemen di bumi adalah kalsium, dan
2% terdiri dari magnesium. Dari keseluruhan
ketersediaan kalsium menempati urutan kelima setelah
oksigen, silikon, alumunium, dan besi. Ketersediaan
batuan kapur yang melimpah ini merupakan potensi
yang besar terhadap pengembangan industri.
Cadangan kapur di Jawa Barat menurut Dinas
Pertambangan
dan
Energi
adalah
sebesar
1.223.400.323 m3 yang tersebar di beberapa kabupaten
di Jawa Barat, seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten
Majalengka, Kabupaten Cirebon, dan lain-lain.
Tersedianya potensi bahan baku terutama batu kapur
di hampir setiap provinsi di tanah air. Hal ini
tercermin dari persebaran lokasi pabrik semen yang
mendekati bahan baku yang jumlahnya memadai dan
kualitasnya memenuhi persyaratan.
2. Pertumbuhan industri semen di Indonesia
Direktorat Jendral Industri Agro dan Kimia
Departemen
Perindustrian
Jakarta,
mencatat
pertumbuhan semen dari tahun 2000 hingga 2009,
seperti yang terlihat pada kurva berikut:
Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif
Fly Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-7
BAB I Pendahuluan

Sumber : Departemen Perindustrian, 2009

Grafik I.1 Kurva Pertumbuhan Semen Tahun 2000-2009


Dari data pertumbuhan tersebut, Departemen
Perindustrian mengasumsikan kebutuhan semen akan
meningkat sebesar 5% per tahunnya yang didasarkan pada 2
faktor penting yaitu pertumbuhan ekonomi nasional yang
diestimasi sekitar 4 5% dan kebutuhan semen per kapita
yang masih relatif rendah (150 kg/kapita) diantara negara
ASEAN. Sehingga dapat diprediksi kebutuhan semen nasional
ditaksir mencapai 17,7%. Berikut data proyeksi kapasitas,
produksi dan konsumsi semen tahun 2010 2020.

Grafik I.2. Proyeksi Pertumbuhan Semen


Tahun 2010 - 2020

Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly


Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-8
BAB I Pendahuluan

Dari Grafik I.2, dapat diketahui bahwa jumlah


produksi dan konsumsi semen yang diproyeksikan oleh
Departemen Perindustrian pada tahun 2018 adalah masingmasing sebesar 61.500.000 ton dan 61.000.000. Oleh karena
itu, Departemen Perindustrian menyatakan bahwa tahun 2018
perlu dilakukan upaya perluasan atau pembangunan pabrik
baru (Departemen Perindustrian, 2009).
1. Ekspor dan Impor
Indonesia mengekspor semen ke beberapa
Negara. Negara yang lebih dominan menjadi tujuan
ekspor adalah Negara Srilangka, Bangladesh dan
Ghana. Kegiatan ekspor ini dikarenakan tersedianya
pasokan semen di silosilo yang tidak dapat disimpan
lama (lebih dari 3 bulan). Sedangkan kegiatan impor
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan semen di
Indonesia. Berikut ini adalah data ekspor dan impor
semen di Indonesia :
Tabel I.1 Perkembangan Ekspor dan Impor Semen Nasional
Tahun
Ekspor (ton)
Impor (ton)
2005
3.766.917
1.055.000
2006
6.513.828
1.213.000
2007
5.919.980
1.200.000
2008
4.071.823
1.010.664
2009
3.922.695
(Badan Pusat Statistik, 2009)

Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif


Fly Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-9
BAB I Pendahuluan

Grafik I.3. Perkembangan Ekspor dan Impor


Semen Nasional
Dari persamaan pada Grafik I.3, dapat diketahui
bahwa prediksi jumlah ekspor dan impor semen pada tahun
2018 masing-masing sebesar 2.495.555 ton dan 951.757 ton.
Sehingga diperoleh kapasitas produksi semen alternatif per
tahun sebesar:
Kebutuhan Pasar
= (Ekspor + Konsumsi) - (Impor + Produksi)
= (2.495.555 + 61.000.000) (951.757+61.500.000)
= 1.043.798 ton/tahun
Kapasitas Produksi
= 20% x kebutuhan pasar
= 20% x 1.043.798 ton/tahun
= 208.760 ton/tahun 210.000 ton /tahun
Dari perhitungan diatas, maka pada tahun 2018 akan
didirikan pabrik Semen dengan kapasitas sebesar 410.000
ton /tahun.

Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly


Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-10
BAB I Pendahuluan

I.2 Dasar Teori


I.2.1 Batu kapur
Batu kapur (bahasa Inggris: limestone) (CaCO3)
adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari mineral
calcite (kalsium carbonate). Sumber utama dari calcite
ini adalah organisme laut. Batugamping merupakan
salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak
jumlahnya.Batugamping itu sendiri terdiri dari
batugamping non-klastik dan batugamping klastik.
Batugamping non-klastik, merupakan koloni
dari binatang laut antara lain dari Coelentrata, Moluska,
Protozoa dan Foraminifera atau batugamping ini sering
juga disebut batugamping Koral karena penyusun
utamanya adalah Koral.
Batu gamping klastik, merupakan hasil
rombakan jenis batu gamping non-klastik melalui
proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir
sedimentasi.selama proses tersebut banyak mineralmineral lain yang terikut yang merupakan pengotor,
sehingga sering kita jumpai adanya variasi warna dari
batugamping itu sendiri. Seperti warna putih susu, abuabu muda, abu-abu tua, coklat, merah bahkan hitam.
Adapun pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah :
1. Bahan bangunan
Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang
dipergunakan untuk plester,adukan pasangan bata,
pembuatan semen tras ataupun semen merah.
2. Bahan penstabilan jalan raya
Pemaklaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi
jalan raya termasuk rawa yang dilaluinya. Kapur ini
berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi
ppenyusutan dan pemuaian fondasi jalan raya

Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif


Fly Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-11
BAB I Pendahuluan

3. Sebagai pembasmi hama


Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan
kalsium (CaAsO3) atau sebagai serbuk belerang untuk
disemprotkan.
4. Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian
Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam
yang relatife tidak banyak air, sebagai pupuk untuk
menambah unsur kalsium yang berkurang akibat
panen, erosi serta untuk menggemburkan tanah. Kapur
ini juga dipergunakan sebagai disinfektan pada
kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan
sebagainya
5. Penjernihan air
Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri ,
kapur dipergunakan bersama-sama dengan soda abu
dalam proses yang dinamakan dengan proses kapur
soda.
I.2.2 Bahan tambahan pembuatan semen
1. Fly Ash
Fly ash merupakan residu mineral dalam butir
halus yang dihasilkan dari pembakaran batu bara yang
dihaluskan pada suatu pusat pembangkit listrik (ASTM
C 618). Fly ash terdiri dari bahan inoeganik yang
terdapat di dalam batu bara yang telah mengalami fusi
selama pembakarannya. Bahan ini memadat selama
berada di dalam gas gas buang dan dikumpulkan
menggunakan gas buang, partikel partikel fly ash
umumnya berbentuk bulat. Menurut ASTM C 618 ada 2
kelas fly ash, yitu :
1. Kelas F
Fly ash kelas F diproduksi dari pembakaran batu bara
antransit dan bitominus. Fly ash ini terdiri dari bahan
yang mengandung nilai, tapi dalam bentuk halus dan
dengan adanya kelembaban, akan bereaksi kimia

Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly


Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-12
BAB I Pendahuluan

dengan kalsium hidroksida pada temperatur biasa


untuk membentuk senyawa senyawa seperti semen.
2. Kelas C
Fly ash kelas C iprodeuksi secara normal dari batu
bata lignit dan sub-bituminus dan biasanya
mengandung kalsium hidroksida (CaO) atau kapur
dalam jumlah yang signifikan. Fly ash kelas ini,
disamping memiliki sifat pozzoland, juga memiliki
sifat semen (ASTM C 618-99).
Warna merupakan sifat fisik fly ash yang penting untuk
menentukan kandungan kapur secara kualitatif. Biasanya
warna yang lebih muda mengindikasikan kandungan CaO
yang tinggi sedangkan warna yang lebih tua menunjukkan
kandungan organik yang tinggi.
Faktor utama yang mempengaruhi kandungan mineral
fly ash dari batu bara adalah :
1. Komposisi kimia batu bara
2. Proses pembakaran batu bara
3. Bahan tambahan yang digunakan termasuk bahan
tambahan minyak untuk stabilisasi nyala api dan
bahan tambahan untuk pengendalian korosi
Fly ash memiliki silika (SiO2) sebagai kandungan
kimiawi dominan, sebesar 51,82%, sehingga bila dijadikan
sebagai bahan pembentuk semen alternatif, bersama sama
dengan kapur menghasilkan suatu material bersifat semen
yaitu CaOSiO2 yang bila diberi air dapat bereaksi hidrasi
membentuk suatu masa padat.
2. Gypsum
Gypsum adalah salah satu contoh mineral dengan
kadar kalsium yang mendominasi pada mineralnya. Gipsum
yang paling umum ditemukan adalah jenis hidrat kalsium
sulfat dengan rumus kimia CaSO4.2H2O. Gipsum adalah salah
satu dari beberapa mineral yang teruapkan. Contoh lain dari
mineral-mineral tersebut adalah karbonat, borat, nitrat, dan
sulfat. Mineral-mineral ini diendapkan di laut, danau, gua dan
Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif
Fly Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-13
BAB I Pendahuluan

di lapian garam karena konsentrasi ion-ion oleh penguapan.


Ketika air panas atau air memiliki kadar garam yang tinggi,
gipsum berubah menjadi basanit (CaSO4.H2O) atau juga
menjadi anhidrit (CaSO4). Dalam keadaan seimbang, gipsum
yang berada di atas suhu 108 F atau 42 C dalam air murni
akan berubah menjadi anhidrit.
I.2.3 Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan
bahan baku: batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan
lempung tatau tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan
hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk(bulk), tanpa
memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau
membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping
adalah bahan alam yang mengandung senyawa kalsium oksida
(CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang
mengandung senyawa: silika oksida (SiO2), aluminium oksida
(Al2O3), besi oksida (Fe2O3) dan magnesium oksida (MgO).
Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar
sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang
kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum)
dalam jumlah yang sesuai.
Dalam pengertian umum, semen adalah suatu binder,
suatu zat yang dapat menetapkan dan mengeraskan dengan
bebas, dan dapat mengikat material lain. Abu vulkanis dan
batu bata yang dihancurkan yang ditambahkan pada batu
kapur yang dibakar sebagai agen pengikat untuk memperoleh
suatu pengikat hidrolik yang selanjutnya disebut sebagai
cementum.
Komposisi semen terdiri atas senyawa-senyawa utama
sebagai penyusun semen yang terbentuk dari keempat oksida
utama yaitu :
a. C3S (trikalsium silikat atau 3CaO.SiO2)
Memiliki sifat yang hampir sama dengan semen, yaitu
akan mengeras bila ditambahkan air. C3S menunjang
penyusunan kekuatan awal semen tinggi dan
Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly
Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-14
BAB I Pendahuluan

menimbulkan panas hidrasi kurang lebih 500 joule/gram.


Kandungan C3S pada Semen Portland bervariasi antara
20 - 60%.
b. C2S (dikalsium silikat atau 2CaO.SiO2)
Penambahan air akan menyebabkan C2S mengeras dan
menimbulkan
panas
sebesar
250
joule/gram.
Perkembangan kekuatan pasta yang mengeras stabil dan
lambat. Setelah beberapa minggu C2S akan mencapai
kekuatan tekan akhir hampir sama dengan C3S.
Kandungan C2S pada Semen Portland bervariasi antara
20-60%.
c. C3A (trikalsium aluminat atau 3CaO.Al2O3)
Ketika bereaksi dengan air, menimbulkan panas hidrasi
yang tinggi yaitu 850 joule/gram. Perkembangan
kekuatan cepat yaitu terjadi pada satu sampai dua hari,
tetapi sangat rapuh. Kandungan C3A bervariasi antara 016%.
d. C4AF (kalsium aluminoferit atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3)
Dengan air bereaksi dengan cepat dan pasta terbentuk
dalam beberapa menit, menimbulkan panas hidrasi 420
joule/gram. Kandungan C4AF pada Semen Portland
bervariasi antara 1-16 %. Ini mempengaruhi warna abu
abu dari semen.
Semen yang digunakan dalam konstruksi digolongkan
kedalam semen hidrolik dan semen non-hidrolik. Semen
hidrolik adalah material yang menetap dan mengeras setelah
dikombinasikan dengan air, sebagai hasil dari reaksi kimia dari
pencampuran dengan air, dan setelah pembekuan,
mempertahankan kekuatan dan stabilitas bahkan dalam air.
Pedoman yang dibutuhkan dalam hal ini adalah pembentukan
hidrat pada reaksi dengan air segera mungkin. Kebanyakan
konstruksi semen saat ini adalah semen hidrolik dan
kebanyakan didasarkan pada semen Portland, yang dibuat dari
batu kapur, mineral tanah liat tertentu, dan gypsum, pada
proses dengan temperatur yang tinggi yang menghasilkan
Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif
Fly Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-15
BAB I Pendahuluan

karbon dioksida dan berkombinasi secara kimia yang


menghasilkan bahan utama menjadi senyawa baru. Semen
non-hidrolik meliputi material seperti batu kapur dan gipsum
yang harus tetap kering supaya bertambah kuat dan
mempunyai komponen cair. Contohnya adukan semen kapur
yang ditetapkan hanya dengan pengeringan, dan bertambah
kuat secara lambat dengan menyerap karbon dioksida dari
atmosfer untuk membentuk kembali kalsium karbonat.
Penguatan dan pengerasan semen hidrolik disebabkan
adanya pembentukan air yang mengandung senyawa-senyawa,
pembentukan sebagai hasil reaksi antara komponen semen
dengan air. Reaksi dan hasil reaksi mengarah kepada hidrasi
dan hidrat secara berturut-turut. Sebagai hasil dari reaksi awal
dengan segera, suatu pengerasan dapat diamati pada awalnya
dengan sangat kecil dan akan bertambah seiring berjalannya
waktu. Setelah mencapai tahap tertentu, titik ini diarahkan
pada permulaan tahap pengerasan. Penggabungan lebih lanjut
disebut penguatan setelah mulai tahap pengerasan.
Berdasarkan prosentase kandungan penyusunnya,
semen Portland terdiri dari 5 tipe yaitu :
1. Semen Portland tipe I. Perekat hidrolis yang dihasilkan
dengan cara menggiling klinker yang kandungan
utamanya kalsium silikat dan digiling bersama-sama
dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk
kristal senyawa kalsium sulfat. Komposisi senyawa yang
terdapat pada tipe ini adalah: 55% (C3S); 19% (C2S); 10%
(C3A); 7% (C4AF); 2,8% MgO; 2,9% (SO3); 1,0% hilang
dalam pembakaran, dan 1,0% bebas CaO.
2. Semen Portland tipe II. Dipakai untuk keperluan
konstruksi umum yang tidak memerlukan persyaratan
khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal,
dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman,
gedung-gedung bertingkat dan lain-lain. Komposisi
senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah: 51% (C3S);
24% (C2S); 6% (C3A); 11% (C4AF); 2,9% MgO; 2,5%
Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly
Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-16
BAB I Pendahuluan

(SO3); 0,8% hilang dalam pembakaran, dan 1,0% bebas


CaO.
3. Semen Portland tipe III. Dipakai untuk konstruksi
bangunan dari beton massa (tebal) yang memerlukan
ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang, misal
bangunan dipinggir laut, bangunan bekas tanah rawa,
saluran irigasi , dam-dam. Komposisi senyawa yang
terdapat pada tipe ini adalah: 57% (C3S); 19% (C2S); 10%
(C3A); 7% (C4AF); 3,0% MgO; 3,1% (SO3); 0,9% hilang
dalam pembakaran, dan 1,3% bebas CaO.
4. Semen Portland tipe IV. Dipakai untuk konstruksi
bangunan yang memerlukan kekuatan tekan tinggi pada
fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misal untuk
pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan bertingkat,
bangunan-bangunan dalam air. Komposisi senyawa yang
terdapat pada tipe ini adalah: 28% (C3S); 49% (C2S); 4%
(C3A); 12% (C4AF); 1,8% MgO; 1,9% (SO3); 0,9%
hilang dalam pembakaran, dan 0,8% bebas CaO.
5. Semen Portland tipe V. Dipakai untuk instalasi
pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air,
jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga
nuklir. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini
adalah: 38% (C3S); 43% (C2S); 4% (C3A); 9% (C4AF);
1,9% MgO; 1,8% (SO3); 0,9% hilang dalam pembakaran,
dan 0,8% bebas CaO.
Semakin baik mutu semen, maka semakin lama
mengeras atau membatunya jika dicampur dengan air, dengan
angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus:
(% SiO2 + % Al2O3 +% Fe2O3) : (% CaO + % MgO)
Angka hodrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah)
hingga >1/2 (keras sekali). Namun demikian dalam industri
semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk
mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan
1/2,15.

Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif


Fly Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-17
BAB I Pendahuluan

I.3 Kegunaan Pabrik Semen


Dengan didirikannya pabrik semen menggunakan bahan
aditif fly ash di Indonesia, maka manfaat yang bisa didapatkan
adalah :
1. Dapat mengurangi jumlah fly ash yang terus meningkat
yang didapatkan dari limbah pembakaran batu bara.
2. Dapat mengurangi kebutuhan terhadap semen portland
yang telah diketahui tidak terlalau ramah lingkungan akibat
emisi CO2 dalam proses produksinya.
3. Menjadi metode alternatif pengolahan fly ash menjadi
produk yang lebih bernilai ekonomis.
I.4 Sifat Fisik dan Kimia
I.4.1 Bahan Baku Utama
Batu Kapur

Batu kapur merupakan susunan


batu-batuan yang mengandung 50 %
CaCO3. Dalam industri, batu kapur sering
disebut dengan istilah limestone. Batu kapur
dibedakan atas kandungan CaCO3 nya :
a) Batu kapu kadar tinggi (high grade), memiliki kadar
CaCO3 yang tinggi yaitu lebih dari 97 99 % dan
mengandung MgO maksimal 2 %. Batu kapur jenis ini
memiliki sifat rapuh.
b) Batu kapur kadar menengah (middle grade), memiliki
kadar CaCO3 sebesar 88-90 % dan mengandung MgO
maksimal 2 %. Sifat yang dimiliki oleh batu kapur
jenis ini adalah rapuh dan kurang keras.
c) Batu kapur mutu rendah (low grade), memiliki kadar
CaCO3 yang rendah yaitu berkisar 85 87 %.
Sifat fisika
Fase
: Padat
Warna
: Putih Kekuningan
Kadar Air
: 7-10 H2O
Bulk dencity
: 1,3 ton/m3
Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly
Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-18
BAB I Pendahuluan

Specific gravity : 2,4


: 85-93%
Kandungan CaCO3
Kandungan CaO
Low Lime
: 40-44%
High Lime
: 51-53%
Kuat tekan
: 31,6 N/mm2
Sifat Kimia
Mengalami reaksi kalsinasi :
CaCO3 CaO + CO2
Warna batu kapur adalah putih dan akan berubah
menjadi agak kecoklatan jika terkontaminasi tanah liat
atau senyawa besi. Komponen terbanyak pada batu kapur
adalah CaCO3, Al2O3, Fe2O3, SiO2 dan mineral lain
dengan konsentrasi kecil.
I.4.2 Bahan Koreksi
Bahan koreksi merupakan bahan baku yang dipakai
hanya apabila terjadi kekurangan salah satu komponen
pada pencampuran bahan baku, misalnya kekurangan :

CaO
: bisa ditambahkan batu kapur, marble
(konsentrasi min 90%)

Al2O3
: bisa ditambahkan bauksit (min 50%
Al2O3), laterit (25% Al2O3), kaolin
(40% Al2O3)

SiO2
: bisa ditambahkan quart (min 80%
SiO2) dan pasir silika

Fe2O3
: bisa ditambahkan pasir besi (min
60% Fe2O3) dan pyrite (60-90%
Fe2O3)
Besar kecilnya penambahan tergantung kekurangan
sesuai dengan raw mix design yang diinginkan.
I.4.2.1 Pasir besi
Komposisi pasir besi dalam keadaan kering
adalah :
: 8-13%
Al2O3
Fe2O3
: 70-80%
Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif
Fly Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-19
BAB I Pendahuluan

Pasir besi berfungsi untuk menghantarkan


panas dalam pembuatan clinker dari umpan kiln. Pasir
besi mempunyai sifat menggumpal dan merupakan
komponen dengan berat jenis terbesar dari komponen
semen lainnya.
Sifat fisika
Fase
: padat
Warna
: hitam
Bulk density
: 1,8 ton/m3
Ukuran material : 0-50 mm
Sifat kimia :
Dapat bereaksi dengan Al2O3 dan CaO
4CaO + Al2O3 + Fe2O3 (CaO)4.Al2O3.Fe2O3
I.4.2.2 Pasir silika
Pasir Silika disebut juga Silica Sand
mempunyai kandungan SiO2 yang tinggi 90-95%.
Depositnya berbentuk gunung-gunung pasir silika dan
berkadar SiO2 sekitar 90%. Semakin murni pasir silika,
maka akan semakin putih warnanya dan biasanya
disebut pasir kuarsa yang berkadar SiO2 100%. Ini
dipakai terus sebagai bahan tambahan pada pembuatan
semen apabila kadar SiO2 masih rendah.
I.4.2.3 Limestone High Grade
Jika dalam proses pembuatan semen
diindikasikan kadar CaO kurang maka dapat digunakan
Limestone High Grade atau (kadar CaO > 90%) sebagai
bahan koreksi.
I.4.3 Bahan Tambahan
I.4.3.1 Fly Ash
Fly ash batu bara yang akan digunakan sebagai
bahan aditif ini berasal dari PLTU Suralaya yang
terletah di Povinsi Banten. Fly ash bersamasama
dengan kapur menghasilkan suatu material bersifat
semen yaitu CaOSiO2 yang bila diberi air dapat bereaksi

Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly


Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-20
BAB I Pendahuluan

hidrasi membentuk suatu masa padat. Kandungan pada


fly ash dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel I.2 Kandungan kimia fly ash
Kandungan kimia
Presentase (%)
Silika
51,82
Alumina
30,98
Hematid
4,93
Kapur
4,66
Magnesium
1,52
Sulfat
1,51
Carbon content
1,52
Total alkali
1,42
I.4.3.2 Gypsum
Bahan tambahan berupa gypsum (CaSO4.2H2O)
merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam clinker,
untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu yang diinginkan
pada semen Portland .
Sifat fisika
Rumus molekul
: CaSO4.2H2O
Berat molekul
: 145,15 gram/mol
Wujud
: serbuk berwarna putih
Kemurnian
: 90 - 100%
Impuritas
: 0 10%
Densitas
: 2,546 g/cm3
Titik Lebur
: 163 C
Sifat kimia
Ketika gypsum sedikit dipanaskan, maka akan terjadi
reaksi berikut :
CaSO4.2H2O(c) CaSO4.H2O(c) + 1H2O(g)

Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif


Fly Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

I-21
BAB I Pendahuluan

I.4.4 Produk
Bahan baku penyusun semen adalah :
Batu kapur
: 91,1 %
Tanah Liat
:4,8 %
Lain-lain
: 4,1 %
(Setiyana.Budi,2007)

Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly


Ash dengan Proses Kering

Program Studi
DIII Teknik Kimia FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai