Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
dari estrogen karena terlihat selama masa reproduksi dan setelah menopause. Aromatase adalah
enzim utama untuk mengkonversi steroid ke estrone dan estradiol dan aktifitas endometriosis.
Kondisi lain, tampak ekspresi lain menyimpang dari aromatase dan stimulasi dari inflamasi
sekitar selama progresi penyakit. Oleh karena itu, terapi medis sering bertujuan pada estrogen
yang rendah dan status inflamasi.
Letrozole adalah nonsteroid, potensi tinggi dan toleransi baik dalam inhibisi system
aromatase sebagai lini kedua pada pengobatan kanker payudara pada wanita post menopause.
Enzim aromatase dihadirkan dalam sel granulose ovarial, jaringan perifer seperti kulit jaringan
adipose dan implant endometriotik. Produksi estrogen local oleh implant dapat dikontribusikan
ke progress endometriosis selama pengobatan dengan analog GNRH, dimana menginhibisi
peroduksi estrogen. Letrozole sebagai generasi ketiga aromatase inhibitor dan itu menekan
produksi estrogen 10 kal dan sistematik dan efektif dalam pengobatan endometriosis dan
berhubungan dengan nyeri kronis pada pelvic dalam usi reproduksi wanita.
Tabel 1. Hasil pengobatan dan perbandingan pada beberapa kelompok penelitian
Variabel
Kelompok
Kelompok
1 (control)
2 (100 mg 3 (200 mg 4
Jumlah tikus 8
Kelompok
Kelompok
Nilai P
percobaan
Perkiraan
43,15
45,50
46,80
48,80
luas
19,27a
10,68a
0,81a
9,55a
>0,05
permukaan
implant
(mm2)
sebelum
>0,05
pemberian
obat
Sesudah
pemberian
obat
44,523,37a 5,90
4,30
6,90
0,73b
1,33b
3,72b
Skor
2,5 0,53a
1,10
2,00
<0,05
histopatologi
0,73b
dari implant
Tingkat
2,
ab
0,48 b
0,80
adhesi
Keparahan
a,b
0,67a,b
2,20
0,73a
0,45
1,22a
70
<0,05
<0,05
adhesi
Total skor 2 0,46a,b
0,39b
0,28b
0,25a
2,6 0,84 2,35 0,97 3,5 0,70 <0,05
adhesi
a,b
Perbedaan statistic yang signifikan tidak tampak terjadi pada setiap kelompok.
Semua data diatas diuji dengan = 0,050 : 0,566 sampai 1000.
Dan 4 dibandingkan dengan kelompok control, tidak ada perbandingan statistic yang
signifikan antara kelompok-kelompok ini. Contoh dapat dilihat dari skor histology implant
endometriosis yang ditunjukkan gambar 2. Secara luasnya, tingkat keparahan dan total skor
adhesi yang terjadi karena implant diukur secara local setelah laparatomi ketiga. Seperti terlihat
pada tabel 1, sekor keparahan adhesi berkurang secara signifikan pada kelompok dengan
penggunaan metformin dibandingkan pada kelompok dengan pengobatan dan control latrazole.
Meskipun perbedaan yang signifikan secara statistic ditemukan antara kelompok 3 dan 4
sementara diskor total adhesi, tidak ada perbedaan statistic yang signifikan antara kelompok 3
dibanding dengan kelompok control atau kelompok 2.
Diskusi
Penanganan endometriosis selalu digunakan untuk mengurangi produksi endogen steroid.
Medroxyprogesterone acetat, danazol, kontrasepsi oral dan GNRH-a efektif untuk mengurangi
gejala nyeri yang berhubungan dengan endometriosis dan juga efektif untuk regresi dari lesi
endometriotik. Biasanya, efek didapati dari pemakaian jangka panjang dan recurensi setelah
pengobatan tinggi. Sehingga, tidak ada keuntungan untuk infertilitas yang berhubungan dengan
endometriosis. (Hoges et al, 2000). Sebelumnya, agen baru yang mana untuk menangani fertilitas
dengan efek samping. Pengobatan seharusnya lebih efektif menggunakan terapi hormonal.
GnRH analog, yang mana mensupresi produksi dari estrogen ovarium, yaitu pengobatan
yang sering digunakan untuk endometriosis berat. Akhirnya pengobatan menghasilkan 50%
penurunan symptom pada wanita dengan moderate & severe endometriosis. Recurensi dari nyeri
pelvic tinggi yaitu sekitar 75 % setelah 5 tahun follow up. Pengobatan GnRH agonis jangka
panjang tidak bermanfaat karena efek samping yang berhubungan dengan hypoestrogenic state,
paling sering bone loss (pierce et al, 2000). Letrozole juga mempunyai efek samping yang sama
yaitu menghasilkan kondisi hipoestrogen. Oleh karena itu, tidak ada study yang membahas efek
dari metformin pada wanita dengan endometriosis, terapi metformin mungkin lebih bermanfaat
untuk mengurangi efek samping yang serius.
Aromatase p-450 adalah enzim kunci untuk biosintesis estrogen yaitu mengkatalisis
konversi dari androstenedione dan testosterone menjadi estrone dan estradiol, ekspresi aromatase
ditemukan pada lesi endometriotic dan pada ectopic endometrium dari wanita yang tidak sakit
(meresman et al, 2005), oleh karena itu, aromatase enzyme inhibitor diharapkan mempunyai efek
pada nyeri yang berhubungan dengan endometriosis, menurunkan ukuran lesi dan mungkin
menaikkan kualitas hidup (nawathi et al, 2008). Study menggunakan letrozole dan norethindrone
asetat pada pasien premenopause dengan refractory endometriosis dilaporkan menandai
mengurangi nyeri dan laparoscopically dan histology endometriosis (ailawadi et al, 2004). 3
study efek dari letrozole pada lesi endometriosis tikus percobaan dan semuanya menurunkan
ukuran dari lesi endometriosis (Iang et al, 2002, Bilotas et al) investigasi yang sama. Study ini
juga menunjukkan bahwa letrozole penyebab regresi dari ukuran implant endometriotic pada
tikus percobaan. Selain into, efek dari letrozole pada formasi adhesi tidak diketahui. Oleh karena
itu, aromatase inhibitor efektif pada pengobatan endometriosis dan mungkin bermanfaat pada
pengobatan infertilitas, mereka mempunyai efek samping yang sama dengan GnRH analog yaitu
menghasilkan kondisi hypoestrogen.
Evaluasi FAS dan caspase-3 dalam lapisan endometrial pada pasien dengan infertilitas
idiopatik dan keguguran berulang.
Rata-rata permukaan implant sama pada semua grup pengobatan. Penurunan luar
permukaan implant endometriosis karena perawatan medis yang signifikan pada grup kedua (dari
45,50 + 10,68 sampai 590 + 237 mm2, p<0,05). Grup tiga (dari 46,80 + 6,81 sampai 430 + 1,33
mm2, p<0,05) dan grup 4 (dari 48,80 + 955 sampai 6,90 + 372 mm 2, p<0,05) dibandingkan
dengan grup control (dari 43,12 + 17,27 sampai 995 + 23,37 mm 2, p<0,005). Lihat contoh
implant endometriosis yang ditunjukkan pada gambar.
Nilai rata-rata dari pemeriksaan histology dari implant pada akhir pengobatan lebih
rendah dari grup 2, jika dinbadingkan dengan grup control dan grup 4 (tabel I). Disisi lain, tidak
ada perbedaan signifikan secara statistic antara grup metformin meskipun skor histopatologi
lebih rendah pada grup tiga.
Implan kemudian dipotong dan ditetapkan formalin 10% dari pemeriksaan histopatologi
endometriosis diformalin tetap focus yang tertanam dalam blok Parafin. Dipotong pada tebal
~5mm (4 pemotongan/sampel). Diwarnai dengan hematosiklin & eosin dan diperiksa dibawah
mikroskop cahaya. Ahli patologi menilai sampel terhadap grup pengobatan sel epitel yang
persisten dalam endometrium implant semikuantitatif dievaluasi sebagai berikut: 3 lapisan epitel
terawat, 2 lapisan epitel yang mendesak dan infiltratleukosit. 1 lapisan epithelium yang tipis
(hanya sel epitel), dan 0 tidaksel epitel. Evaluasi ini dilakukan terhadap endometriosis tikus
(Keenan et al 1999).
Dari ilmu sosio dilakukan analisis statistic dengan menggunakan paket statistic dengan versi 11.0
(SPSS.inc Chicago, 11 USA). Tidak terdistribusi secara variable normal metric yang dianalisis
oleh test Kruskal wallis dan tes Mann whitrey. Luas permukaan rata-rata dari implant
endometriosis antara grup sama (sebelum dan sesudah pengobatan kesehatan). Apakah analisis
oleh Wilcoxons test signed rank P<0,005 dianggap signifikan secara statistic. Perbandingan satu
cara Anova. Nilai-nilai dinyatakan sebagai rata-rata + standar deviasi kecuali pernyataan lain.
DAFTAR PUSTAKA
21. Nestler JE, Jakubowicz DJ. Decrease in ovarian cytochrome P450c17 alpha activity and
serum free testosterone after reduction of insulin secretion in polycystic ovary syndrome.
N Engl J Med 1996;335: 617623.
22. Ozkan S, Murk W, Arc A. Endometriosis and infertility. Ann N Y Acad Sci
2008;1127:92100.
23. Pierce SJ, Gazvani MR, Farquharson RG. Long-term use of gonadotrophinreleasing
hormone analogs and hormone replacement therapy in the management of endometriosis:
a randomized trial with a 6-year follow-up. Fertil Steril 2000;74:964968.
24. Session DR, Kalli KR, Tummon IS, Damario MA, Dumesic DA. Treatment of atypical
endometrial hyperplasia with an insulin-sensitizing agent. Gynecol Endocrinol
2003;17:405407.
25. Sharpe-Timms KL. Using rats as a research model for the study of endometrosis. Ann N
Y Acad Sci 2002;955:318327.
26. Shen ZQ, Zhu HT, Lin JF. Reverse of progestin-resistant atypical endometrial hyperplasia
by metformin and oral contraceptives. Obstet Gynecol 2008;112:465467.
27. Surrey ES, Hornstein MD. Prolonged GnRH agonist and add-back therapy for
symptomatic endometriosis: long-term follow-up. Obstet Gynecol 2002;99:709719.
28. Takemura Y, Osuga Y, Yoshino O, Hasegawa A, Hirata T, Hirota Y, Nose E, Morimoto C,
Harada M, Koga K et al. Metformin suppresses interleukin (IL)-1beta-induced IL-8
production, aromatase activation, and proliferation of endometriotic stromal cells. J Clin
Endocrinol Metab 2007;92:32133218.
29. Uchiide I, Ihara T, Sugamata M. Pathological evaluation of the rat endometriosis model.
Fertil Steril 2002;78:782786.
30. Vandermolen DT, Ratts VS, EvansWS, Stovall DW, Kauma SW, Nestler JE. Metformin
increases the ovulatory rate and pregnancy rate from clomiphene citrate in patients with
polycystic ovary syndrome who are resistant to clomiphene citrate alone. Fertil Steril
2001;75:310315.
31. Velazquez E, Acosta A, Mendoza SG. Menstrual cyclicity after metformin therapy in
polycystic ovary syndrome. Obstet Gynecol 1997;90:392395.
32. Vernon MW, Wilson EA. Studies on the surgical induction of endometriosis in the rat.
Fertil Steril 1985;44:684694.