Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, karena pemerintah memiliki kewajiban terhadap
kesejahteraan masyarakat salah satunya melalui peningkatan kesehatan. Contoh
upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat, karena
gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh,
Namun sebaliknya, gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang
sangat sulit sekali ditanggulangi oleh Indonesia. Masalah gizi yang tidak
seimbang itu seperti Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA),
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan anemia zat besi. Masalah
Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal dengan gizi kurang yang sering
ditemui pada anak balita, masih merupakan masalah yang sangat sulit
ditanggulangi, walaupun penyebab gizi buruk itu sendiri pada dasarnya sederhana
yaitu kurangnya intke (konsumsi) makanan terhadap kebutuhan makan seseorang,
namun tidak ditingkat rumah tangga, tapi anehnya di daerah-daerah yang telah
swasembada pangan bahkan terdistribusi merata sampai ketingkat rumah tangga,
masih sering ditemukan kasus gizi buruk.
Padahal, sebelum kasus gizi buruk itu terjadi telah melewati beberapa tahapan
yang mulai dari penurunan berat badan dari berat badan ideal seorang anak
sampai akhirnya terlihat anak tersebut sangat buruk. Jadi masalah sebenarnya
adalah masyarakata atau keluarga balita kurang mengetahui cara menilai status
berat badan anak .selain itu juga belum mengetahui pola pertumbuhan berat badan
anak.
Dengan banyaknya orang tua yang tidak mengetahui kebutuhan gizi balitanya
oleh karena itu penulis membuat makalah ini. Untuk mengingatka kepada orang
tua akan kebutuhan gizi balitanya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan tema dan permasalahan yang diangkat, maka masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a.
Apakah yang dimaksud dengan gizi ?
b. Apa faktor yang mempengaruhi status gizi balita ?
c.
Apa dampak dari kekurangan gizi ?

d.

Bagaimana cara menilai status gizi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk mengingatkan serta memberi pemahaman kepada
kita tentang kecukupan zat gizi yang seharusnya kita berikan sehingga
pertumbuhan balita berkembang sebagaimana mestinya.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi penulis, penyusunan makalah ini bermanfaat ganda, yaitu selain lebih
memahami perihal gizi yang dibutuhkan oleh balita, penulis juga bisa mengasah
dan mengembangkan kemampuannya di bidang penulisan makalah.Sedangkan
bagi pembaca seperti orang tua balita maupun masyarakat makalah ini dapat
menjadi referensi untuk meningkatkan mutu kesehatan balita, serta mengetahui
gizi yang seharusnya didapatkan balita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian Gizi
Beberapa pengertian gizi menurut para ahli yaitu :
a.

Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto (1990)


Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan

yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,


penyimpangan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi.
b.

Harry Oxorn dan William R. Forte


Gizi meliputi pengertian yang luas, tidak hanya mengenai jenis-jenis

pangan dan gunanya bagi badan melainkan juga mengenai cara-cara memperoleh
serta mengolah dan mempertimbangkan agar kita tetap sehat
c.

Tuti Sunardi
Gizi adalah sesuatu yang mempengaruhi proses perubahan semua jenis
makanan yang masuk ke dalam tubuh, yang dapat mempertahankan kehidupan
d.

Nirmala Devi

Gizi merupakan substansi yang diperoleh dari makanan dan digunakan


untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh
e.

Chairinniza K. Graha
Gizi adalah unsur yang terkandung dalam makanan, dimana unsur-unsur

itu dapat memberikan manfaat bagi tubuh yang mengkonsumsinya sehingga


menjadi sehat
f.

Ida Purnomowati, Diana H, Cahyo S


Gizi adalah zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita untuk pertumbuhan,

mempertahankan dan memperbaiki jaringan tubuh, mengatur proses dalam tubuh,


dan menyediakan energi bagi fungsi tubuh, atau bisa juga diartikan sebagai
komponen pembangun tubuh manusia.
g.

Asep Kurnia Nenggala


Gizi merupakan zat hara dalam makanan yang bernilai dan diperlukan

makhluk hidup untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan kegiatan hidupnya


h.

Lioni Ioni Ellis H


Gizi merupakan komponen penting yang diperlukan tubuh untuk tumbuh

dan berkembang
i.

Joyce James, Colin Baker, Helen Swain


Gizi adalah komponen kimia dalam makanan yang digunakan oleh tubuh

sebagai sumber energi dan membantu pertumbuhan, perbaikan, dan perawatan selsel tubuh
j.

DR. I.K.G. Suandi, SpA


Gizi merupakan bagian dari proses kehidupan dan proses tumbuh

kembang anak, sehingga pemenhhan kebutuhan gizi secara akurat turut


menentukan kualitas tumbuh kembang, sebagai sumber daya manusia dimasa
yang akan datang
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian gizi
adalah komponen kimia yang terdapat dalam zat makanan yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh untuk perkembangan dan pertumbuhan.
2.2 Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dengan kebutuhan.Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari
variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar
kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson, 1990).
2.3 Pengertian Balita
Menurut situs pencarian wikipedia.org, pengertian balita adalah periode usia
manusia setelah bayi sebelum anak awal, yaitu usia dua sampai lima tahun. Pada
masa ini seorang anak sedang lucu-lucunya dan terjadi perubahan siklus dalam
hidupnya seperti ia sudah dapat membaca keadaan, banyak bertanya sesuatu yang
tidak ia ketahui, belajar berhitung, bermain dan mulai mengenali teman-temannya
alias bersosialisasi, mengetahui benda, mengeja, berbicara lancar.
Dalam situs bookoopedia dijelaskan, pengertian balita adalah anak yang telah
menginjak usia di atas satu tahun. Atau dalam artian khusus anak yang berusia di
bawah lima tahun. Pengertian balita ini juga ditunjang dengan dibutuhkannya pola
makan yang cukup atau kecukupan gizi yang seimbang.
2.4 Nutrisi Penting Pada Balita
Beberapa nutrisi penting yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi seperti :
a.

Vitamin A, D, E, K
Vitamin ini sangat vital bagi balita.Jadi, usahakan agar asupan vitamin ini
terpenuhi setiap harinya.Seperti kita ketahui, vitamin A sangat baik untuk
penglihatan dan kesehatan kulit balita.Sedangkan vitamin D berperaan penting
dalam meningkatkan penyerapan kelsium serta membantu pertumbuhan tulang
dan gigi.Serta vitamin E memiliki anti oksidan yang membantu pertumbuhan
system syaraf dan pertumbuhan sel. Vitamin K berpengaruh dalam pembekuan
darah.

b.

Kalsium
Mineral yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan massa tulangnya.
Kalsium sangat penting untuk membentuk tulang yang kuat sehingga balita
terhindar dari patah tulang. Sumber kalsium yaitu : susu, keju, tahu, dll.

c.

Vitamin B dan C

Fungsi dari vitamin B antara lain meningkatkan system syaraf dan imun
tubuh balita, meningkatkan pertumbuhan sel, serta mengatur metabolisme
tubuh.Sementara vitamin C berfungsi untuk meningkatkan penyerapan zat besi
dalam tubuh balita serta mencegah sariawan.Sumber makanan yang banyak
mengandung vitamin B antara lain beras merah, pisang, kacang-kacangan, ikan,
daging dan telur.Sementara untuk memenuhi gizi balita dengan vitamin C dapat
diperoleh dari tomat, kentang, stroberi, dll.
d.

Zat Besi
Balita sangat membutuhkan zat besi terutama untuk membantu
perkembanga otaknya. Jika kebutuhan gizi balita akan zat besi tidak terpenuhi,
kemungkinan ia akan mengalami kelambanan dalam ungsi kerja otak. Sumber
makanam yang yang mengandung zat besi antara lain daging, ikan, brokoli, telur,
bayamkedelai serta alpukat.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
Begitu banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita
diantaranya yaitu :
a.

Ketersediaan pangan ditingkat keluarga


Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan ditingkat keluarga,hal ini

sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap
anggota keluarga untuk mencapai gizi baik dan hidup sehat (Depkes RI, 2004 :
19). Jika tidak cukup bias dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak
terpenuhi (Depkes RI, 2002

: 13). Padahal makanan untukanak harus

mengandung kualitas dan kuantitas cukup untuk menghasilkan kesehatan yang


baik.
b. Pola Asuh Keluarga
Pola asuh keluarga adalah pola pendidikan yang diberikan oleh orang tua
terhadap anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih saying
yang akan berdampak pada perkembangan fisik, mental dan emosional. Pola asuh
terhadap anak berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Perhatian yang
cukup dan pola asuh yang tepat akan memberipengaruh yang besar dalam
memperbaiki status gizi . Anak yang mendapat perhatian lebih, baik secara fisik
maupun emosional misalnya selalu mendapat senyuman, mendapat respon ketika

berceloteh, mendapat ASI dan makanan yang seimbang maka keadaan gizinya
lebih baik dibandingkan dengan teman sebayanya yang kurang mendapatkan
perhatian orang tuanya.
c. Kesehatan Lingkungan
Masalah

gizi

timbul

tidak

hanya

kerena

dipengaruhi

oleh

ketidakseimbangan asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit


infeksi.Masalah kesehatan lingkungan merupakan determinan penting dalam
bidang kesehatan. Kesehatan lingkungan yang baik seperti penyediaanair bersih
dan perilaku hidup bersih dan sehat akan mengurangi resiko kejadian penyakit
infeksi. Sebaliknya lingkungan yang buruk seperti air minum tidak bersih, tidak
ada saluran penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik dapat
menyebabkan penyebaran penyakit.Infeksi dapat menyebabkan kurangnya nafsu
makan menjadi rendah dan akhirnya menyenankan kurang gizi.
d. Pelayanan Kesehatan Dasar
Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa
konseling, terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh pada pertumbuhan
anak.Pemanfanan fasilitas kesehatan seperti penimbangan balita, pemberian
suplemen kapsul vitamin A, penanganan diare dengan oralit serta imunisasi.
e.

Budaya Keluarga
Budaya berperan dalam sttus gizi masyarakat karena ada beberapa

kepercayaan seperti tabu mengkonsumsi makanan tertentu oeh kelompok umur


tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh
kelompok umur tertentu. Unsure-unsur budaya mampu menciptakan suatu
kebiasaan makan masyarakat yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsipprinsip ilmu gizi.Misalnya, seperti budaya yang memprioritaskan anggota
keluarga untuk mengkonsumsi hidangan keluarga yang telah disiapkan yaitu
umumnya kepala keluarga.Apabila keadaan tersebut berlangsung lama dapat
berakibat timbulnya masalah gizi kurang terutama pada golongan rawan gizi
seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
f. Social Ekonomi
Banyaknya anak balita yang kurang gizi dan gizi buruk disejumlah wiayah
ditanah air disebabkan ketidaktahuan orang tua akan pentingnya gizi seimbang
bagi anak balita yang pada umumnya disebabkan pendidikan orang tua yang
rendah serta factor kemiskinan. Kurangnya asupan gizi bias disebabkan oleh

terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi


unsure gizi yang dibutuhkan dengan alasan social ekonomi yaitu kemiskinan.
g. Tingkat Pengetahuan Dan Pendidikan
Permasalahan kurang gizi tidak hanya menggambarkan masalah kesehatan
saj, tetapi lebih jauh mencerminkan kesejahteraan rakyat termasuk pendidikan dan
pengetahuan masyarakat. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang sehingga berpandangan luas, berfikir dan bertindak rasional.
2.6 Penilaian dan Standar atau Alat Ukur Standar Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan pengukuran langsung maupun
tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung seperti :
a.

Klinis
Metode ini didsarkan atas perubahan yang terjadi dihubungkan dengan
ketidakcukupan gizi.

b.

Biokimia
Metode ini menggunakan pemeriksaan specimen yang diuji secara
laboratories

c.

Biofisik
Metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan
melihat perubahan struktur dari jaringan.

d.

Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran terhadap dimensi tubuh dan koposisi
tubuh.Sebagai idikator unsure gizi dapat digunakan dalam memberikan indikasi
tentang kondisi social ekonomi pendudukan dapat dilakukan dengan mengukur
parameter.Kombinasi beberapa parameter disebut indeks antropometri.Indeks
antropometri yang digunakan adalah berat badan menurut umur.

1.

Berat badan pada masa bayi balita, berat badan dpat dipergunakan untuk melihat
laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Alat yang dapat memenuhi persyaratan
dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak

2.

baita adalah dacin.


Umur factor umum sangat penting dalam penentuan status gizi
Kesalahan penentuan dapat menyebabkan interpretasi status gizi yang salah.Cara
menghitung umur yaitu dengan menentukan tanggal, hari, bulan dan tahun anak

waktu lahir sehingga didapat umur anak.Bila kelebihan atau kekurangan hari
sebanyak 16 hari sampai 30 hari dibulatkan 1 bulan.Bila kekurangan atau
kelebihan 1 hari sampai 15 hari dibulatkan menjadi 0 bulan.
Selain itu, penilaian status gizi secara tidak langsung seperti :
1.

Survey konsumsi makanan


Metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis bahan makanan
atau zat gizi yang dikonsusi

2.

Statistic vital
Menganalisis data beberapa statistic kesehatan

3.

Factor ekologi
Hasil interaksi beberapa factor fisik, biologis dan lingkungan budaya.
Menurut Menkes (2002) Klasifikasi Status Gizi Anak Balita dapat dilihat pada
table berikut ini :
Klasifikasi Status Gizi Anak Balita
Indeks
Berat Badan Menurut
Umur (BB/U)

Status Gizi
Gizi Lebih
Gizi Baik
Gizi Kurang

Berat Badan Menurut

Gizi Buruk
Nomal
Pendek
Gemuk
Normal

Tinggi Badan (BB/U)

Kurus

Tinggi Badan Menurut


Umur (BB/U)

Kurus Sekali
2.7
a.

Ambang Batas
>+2SD
>-2SD sampai +2SD
< -2 SD sampai -3
SD
< -3 SD
2 SD
< -2 SD
>+2 SD
>-2 SD sampai +2 SD
< -2 SD sampai -3
SD
< -3 SD

Dampak Gizi Tidak Seimbang

Dampak gizi lebih


Jika tidak teratasi akan berlanjut samai remaja dan dewasa, hal ini akan
berdampak tingginya kejadian berbagai penyakit infeksi. Pada orag ewasa tampak
dengan semakin meningkatnya penyakit degenerative seperti jantung kroner
diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit hati.

b.

Dampak gizi buruk

Gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan system organ yang akan
merusak system pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan
mekanik. Serta dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mental serta
penurunan IQ.Penuruna fungsi otak berpengaruh terhada kemampuan belajar,
kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungan dan perubahan kepribadian
anak.
c.

Dampak Gizi Kurang Pertumbuhan Fisik Terlambat, perkembangan mental dan


kecerdasan terhambat, daya tahan anak akan menurun sehingga mudah terserang
penyakit infeksi.

BAB III
PEMBAHASAN
Massa balita merupakan massa-massa dimana kita membutuhkan nutrisi
yang banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh kita.Untuk itu
diperlukan berbagai makanan yang dapat melengkapi kecukupan terhadap
vitamin-vitamin yang kita butuhkan.Seperti Vitamin A, D, E, K, Kalsium, Vitamin
B dan C, serta Zat Besi.Seperti kita ketahui, vitamin A sangat baik untuk
penglihatan dan kesehatan kulit balita.Sedangkan vitamin D berperaan penting
dalam meningkatkan penyerapan kelsium serta membantu pertumbuhan tulang
dan gigi.Serta vitamin E memiliki anti oksidan yang membantu pertumbuhan
system syaraf dan pertumbuhan sel. Vitamin K berpengaruh dalam pembekuan
darah, sedangkan Kalsium sangat penting untuk membentuk tulang yang kuat
sehingga balita terhindar dari patah tulang. Sumber kalsium yaitu : susu, keju,
tahu, dll. Vitamin B antara lain meningkatkan system syaraf dan imun tubuh
balita, meningkatkan pertumbuhan sel, serta mengatur metabolisme tubuh.
Sementara itu vitamin C berfungsi untuk meningkatkan penyerapan zat
besi dalam tubuh balita serta mencegah sariawan.Sumber makanan yang banyak
mengandung vitamin B antara lain beras merah, pisang, kacang-kacangan, ikan,
daging dan telur.Sementara untuk memenuhi gizi balita dengan vitamin C dapat
diperoleh dari tomat, kentang, stroberi, dll.Balita sangat membutuhkan zat besi
terutama untuk membantu perkembanga otaknya. Jika kebutuhan gizi balita akan

zat besi tidak terpenuhi, kemungkinan ia akan mengalami kelambanan dalam


ungsi kerja otak. Sumber makanam yang yang mengandung zat besi antara lain
daging, ikan, brokoli, telur, bayam, kedelai serta alpukat.
Dari berbagai macam kebutuhan seorang balita tersebut kadang tidak dapat
dipenuhi oleh orang tua balita yang disebabkan oleh beberapa factor seperti :
Ketersediaan pangan ditingkat keluarga, Pola Asuh Keluarga, Kesehatan
Lingkungan, dll.
BAB IV
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Masa balita merupakanperiode usia manusia setelah bayi sebelum anak
awal, yaitu usia dua sampai lima tahun. Pada masa ini seorang anak sedang luculucunya dan terjadi perubahan siklus dalam hidupnya seperti ia sudah dapat
membaca keadaan, banyak bertanya sesuatu yang tidak ia ketahui, belajar
berhitung, bermain dan mulai mengenali teman-temannya alias bersosialisasi,
mengetahui benda, mengeja, berbicara lancar.
Pada massa inilah balita membutuhkan nutrisi yang cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila gizi pada balita tidak dapat
terpenuhi maka akan terjadinya ketidakseimbangan gizi pada balita, seperti
kurang gizi maupun kelebihan gizi yang akan membuat pertumbuhannya tidak
normal.

3.2

Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan bisa memberi manfaat kepada
orang tua agar bisa memberi makanan yang bergizi kepada anak balitanya. Untuk
mencegah berbagai dampak yang akan timbul dari ketidak seimbangan gizi seperti
gizi buruk dan penyakit lainnya.
BAB

PENDAHULUAN
1.1

Latar

belakang

Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan ditemukannya pasienpasien yang masuk


ke rumah sakit dalam kondisi status Gizi Buruk. Umumnya pasienpasien tersebut

adalah balita. Dengan ditemukannya pasienpasien dengan status Gizi Buruk,


berarti kondisi di daerah asal pasien dinyatakan sedang mengalami KLB
(

Kejadian

Luar

Biasa

).

Berdasarkan hal tersebut, masyarakat dihimbau agar lebih memperhatikan


keadaan

Gizi

dalam

keluarganya.

Mengapa kita perlu memperhatikan keadaan Gizi kita? Seberapa pentingkah


faktor

Gizi

dalam

kehidupan

kita

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia.
Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi
juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang
mengakibatkan
Bagaimana

kebodohan
dampak

yang

dan

ditimbulkan

keterbelakangan.

akibat

Gizi

Buruk

Berbagai masalah yang timbul akibat Gizi buruk antara lain tingginya angka
kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR) Hal ini disebabkan,
jika Ibu hamil menderita kurang Energi Protein akan berpengaruh pada gangguan
fisik, mental dan kecerdasan anak, dan juga meningkatkan resiko bayi yang
dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang zat besi dapat berdampak pada
gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang dikemudian hari dapat mengurangi IQ
anak.
Secara umum gizi buruk pada bayi, balita dan ibu hamil dapat menciptakan
generasi yang secara fisik dan mental lemah. Dilain pihak anak gizi buruk rentan
terhadap

penyakit

karena

menurunnya

1.2

daya

tahan

tubuh.
Tujuan

Mempelajari berbagai ilmu tentang ilmu gizi untuk memenuhi rasa keingin tahuan
kami sebagai mahasiswa dan untuk belajar lebih dalam tentang ilmu gizi terutama
tentang malnutrisi, juga untuk melaksanakan tugas yang telah dosen kami berikan
pada

BAB
MALNUTRISI

kami

tim

penulis.

II

2.1

Apa

itu

malnutrisi?

Kebutuhan tubuh akan makronutrien (lemak, karbohidrat dan protein) tidak


terpenuhi
2.2

Penyebab

1.

Gizi

Penyebab

buruk

tak

langsung

Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit


infeksi,

cacat

2.

bawaan,

dan
Penyebab

menderita

penyakit

kanker.
langsung

Ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan. Sedangkan


faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan Masalah Utama
Gizi buruk adalah Kemiskinan, Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan dan
kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengastasi gizi buruk dibutuhkan
kerjasama
2.3

lintas
Klasifikasi

sektor.
Malnutrisi:

Ringan

Sedang

Berat

2.4

Bagaimana

Mengetahuinya?

A.

Klinis

B.

Antropometrik

C.

Laboratorium

Keterangan

Klinis
Untuk malnutrisi ringan dan sedang gejala klinis tidak terlalu jelas
Untuk malnutrisi berat dapat dibedakan antara marasmus atau kwashiorkor atau
campuran
Antropometrik

keduanya

Lebih ditujukan untuk menemukan malnutrisi ringan dan sedang. Pada


pemeriksaan antropometrik, dilakukan pengukuranpengukuran Fisik anak (berat,
tinggi, lingkar lengan, dll) dan dibandingkan dengan angka standard (anak
normal) Untuk anak, terdapat 3 parameter yang biasa digunakan, yaitu:

Berat

dibandingkan

dengan

umur

anak

Tinggi

dibandingkan

dengan

umur

anak

Berat

dibandingkan

dengan

tinggi/panjang

anak

Laboratorium

Pemeriksaan

pemeriksaan

kadar

kadar

protein

dapat

dilakukan

malnutrisi.

laboratorium,
darah

merah

misalnya
(Hb)

(albumin/globulin)
pada

darah,

anak

dengan

Dengan

laboratorium
lebih

yang
jelas

dan

dan

pemeriksaan

lebih

rinci,

dapat

pula

diketahui

penyebab

malnutrisi

komplikasi-komplikasi

yang

terjadi

pada

anak

tersebut.

BAB

III

GEJALA
Ada

DAN
3

macam

TANDA
tipe

Gizi

GIZI
buruk,

BURUK
yaitu

1. Tipe Kwashiorkor, dengan tanda-tanda dan gejala adalah sebagai berikut:


a. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai
seluruh
b.

tubuh.
Perubahan

Status

mental

c. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa
sakit,
d.

rontok
Wajah

membulat

dan

sembab

e.

Pandangan

f.

mata

sayu

Pembesaran

hati

g. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi

coklat

kehitaman

dan

terkelupas

h. Gangguan pertumbuhan badan. Berat dan panjang badan anak tidak dapat
mencapai berat dan panjang yang semestinya sesuai dengan umurnya.
i. Perubahan aspek kejiwaan, yaitu anak kelihatan memelas, cengeng, lemah dan
tidak

ada

selera

makan.

j. Otot tubuh terlihat lemah dan tidak berkembang dengan baik walaupun masih
tampak
2.

Tipe

adanya

lapisan

Marasmus,

a.

dengan

lemak
tanda-tanda

Tampak

b.

di
dan

bawah

gejala

kulit.

sebagai

berikut:

sangat

kurus

Cengeng,

rewel

c.

Kulit

keriput

d.

Perut

cekung

e. Anak tampak sangat kurus dan kemunduran pertumbuhan otot tampak sangat
jelas sekali apabila anak dipegang pada ketiaknya dan diangkat. Berat badan anak
kurang

dari

60%

dari

berat

badan

seharusnya

menurut

umur.

f. Wajah anak tampak seperti muka orang tua. Jadi berlawanan dengan tanda yang
tampak pada kwashiorkor. Pada penderita marasmus, muka anak tampak keriput
dan cekung sebagaimana layaknya wajah seorang yang telah berusia lanjut. Oleh
karena tubuh anak sangat kurus, maka kepala anak seolah-olah terlalu besar jika
dibandingkan

dengan

badannya.

g. Pada penderita marasmus biasanya ditemukan juga tanda-tanda defisiensi gizi


yang lain seperti kekurangan vitamin C, vitamin A, dan zat besi serta sering juga
anak
3.

menderita
Tipe,

diare.
Marasmik-Kwashiorkor

Merupakan gabungan beberapa gejala klinik Kwashiorkor Marasmus


Penyakit Penyerta / Penyulit pada Anak Gizi Buruk seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya, anak yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan
terhadap penyakit. Seperti lingkaran setan, penyakit-penyakit tersebut justru
menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-penyakit tersebut adalah:
a.

ISPA

b.

Diare

persisten

c.

Cacingan

d.

Tuberkulosis

e.

Malaria

f.

HIV

Bagaimana

penanganan

/
anak

dengan

AIDS
kasus

Gizi

buruk?

Pemberian makanan secara teratur, bertahap, porsi kecil, sering dan mudah
diserap. Makan aneka ragam makanan, beri ASI, makanan mengandung minyak,
santan

dan

Bagaimana

cara

lemak,

berikan

mengatasi

buah-buahan.

masalah

Gizi

Lingkungan harus disehatkan misalnya dengan mengupayakan pekarangan rumah


menjadi

taman

gizi

Perilaku harus diubah sehingga menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(

PHBS).

Bagaimana

Mengobatinya?

Pada malnutrisi sedang dan ringan pengobatan dilakukan dengan memberikan


makanan yang bergizi, dengan menu yang seimbang, mengandung karbohidrat
dan protein dalam jumlah yang cukup. Perlu juga dicari dan diobati penyakit lain
yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak (misalnya penyakit
cacing,

diare,

dll)

Anak dengan keadaan malnutrisi berat sering berada dalam keadaan darurat
karena

BAB

itu

sebaiknya

dibawa

ke

rumah

sakit

untuk

pengobatan

IV

PHBS (Perilaku harus diubah sehingga menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
*

Makan

dengan

Minum

tablet

Memberi

Gizi
besi

Memberi

selama

bayi

bayi

dan

Pemecahan

hamil

ASI

Mengkonsumsi

seimbang
eksklusif

garam
balita

beryodium

kapsul

vitamin

masalah

A.
Gizi.

Masalah Gizi buruk, tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sektor kesehatan. Gizi
Buruk merupakan dampak dari berbagai macam penyebab. Seperti rendahnya
tingkat pendidikan, kemiskinan, ketersediaan pangan, transportasi, adat istiadat
(sosial budaya), dan sebagainya. Oleh karena itu, pemecahannyapun harus secara
komprehensip.
Perilaku

Hidup

Bersih

dan

Sehat

(PHBS)

PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ) dapat merupakan titik pangkal bagi
terciptanya lingkungan sehat dan hilangnya pengganggu kesehatan. Hal ini
dikarenakan dalam praktiknya kedua hal tersebut diupayakan melalui perilaku
manusia. Lingkungan akan menjadi sehat, jika manusia mau berperilaku hidup
bersih dan sehat. Pengganggu kesehatan juga akan dihilangkan jika manusia mau
berperilaku untuk mengupayakannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
penyebab utama timbulnya masalah-masalah Gizi dalam bidang kesehatan adalah
masalah perilaku. Misalnya untuk mencegah terjadinya kekurangan Protein pada
balita, maka perilaku ibu dalam memberi makan balitanya harus diubah, sehingga
menjadi pola makan dengan gizi seimbang. Perilaku keluarga dalam
memanfaatkan pekarangan juga harus diubah, sehingga pekarangan menjadi
taman
Strategi
*

gizi.
Departemen

Menggerakan

dan

Kesehatan

untuk

memberdayakan

penanganan

Masyarakat

untuk

Gizi

Buruk

hidup

Sehat

* Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas


* Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
*

Meningkatkan

Gangguan

Kesehatan

pembiayaan
Akibat

kesehatan

Kekurangan

Vitamin

Terjadinya kekurangan vitamin A adalah sebagai akibat berbagai sebab seperti


berikut

ini

a. Tidak adanya cadangan vitamin A dalam tubuh anak sewaktu lahir karena
semasa dalam kandungan, ibunya kurang sekali mengkonsumsi makanan sumber
vitamin

A.

b. Kadar Vitamin A dalam air susu ibu (ASI) rendah. Hal ini disebabkan konsumsi
vitamin

ibu

yang

rendah

pada

masa

menyusui.

c. Anak diberi makanan pengganti ASI yang kadar vitamin A-nya rendah.
d. Anak tidak menyukai bahan makanan sumber vitamin A terutama sayursayuran.
e. Gangguan penyerapan vitamin A oleh dinding usus oleh karena berbagai sebab
seperti

rendahnya

konsumsi

lemak

atau

minyak.

Kekurangan vitamin A dapat meyebabkan cacat menetap pada mata (buta) yang
tidak dapat disembuhkan. Xerophthalmia sebagai akibat kekurangan vitamin A
merupakan penyebab kebutaan tertinggi, dan yang memprihatinkan adalah
penderitanya justru anak-anak usia balita yang merupakan tunas bangsa.
Penanggulangan kekurangan vitamin A dilakukan selain dengan jalan penyuluhan
guna memperbaiki makanan keluarga agar lebih banyak mengkonsumsi bahan
makanan sumber vitamin seperti sayuran hijau dan buah-buahan berwarna,
dilakukan juga pemberian vitamin dosis tinggi yaitu 200.000 300.000 SI kepada
anak
Gangguan

balita.
Kesehatan

Akibat

Kekurangan

Zat

Besi

(Anemia

Gizi)

Besi adalah mineral mikro yang mempunyai peran penting untuk menjaga
kesehatan tubuh. Mineral tersebut terdapat dalam darah dan semua sel tubuh. Zat
besi dalam darah merah berada sebagai bagian dari hemoglobin dan pigmen sel
merah. mineral tersebut bertindak sebagai pembawa oksigen dan karbondioksida.
Jika tidak terdapat cukup besi untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka jumlah

hemoglobin dalam sel darah merah berkurang dan keadaan tidak sehat timbul
yang dikenal sebagai anemia gizi. Rendahnya kadar hemoglobin dalam darah
dilihat apabila bagian kelopak mata penderita terlihat berwarna pucat. Kadar baku
hemoglobin dalam darah yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang
menderita anemia gizi adalah seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel

1.

Kadar

Umur

(thn)

Jenis

0,5
5
10

Baku
Kelamin

Pria

Pria

14

Pria

Hb
Kadar

dalam
Hb

Darah
(g/100ml)

wanita

10,8

wanita

11,5

wanita

12,5

Dewasa

pria

14,0

Dewasa

wanita

12,0

Wanita

hamil

10,0

Sumber

Jellife

(1996)

dalam

Sjahmien

Moehji

(1986)

Zat besi terutama banyak sekali hanya terdapat dalam sayur-sayuran. Demikian
juga asam folat, sedang bitamin B12 hanya terdapat dalam bahan makanan yang
berasal dari hewan. Pencegahan anemia gizi selain dengan mengkonsumsi bahan
makanan sumber zat besi juga dapat dilakukan dengan jalan memberikan zat besi
dalam bentuk tablet kepada wanita hamil terutama dalam masa tiga bulan terakhir
menjelang
Gangguan

anak
Kesehatan

Akibat

lahir.
Kelebihan

Zat

Energi

Perkembangan ekonomi yang pesat, menyebabkan peningkatan pendapatan


penduduk. Hal ini ditandai dengan terjadinya pergeseran pola konsumsi kearah
yang lebih beraneka ragam. Proporsi sumber kalori dari karbohidrat khususnya
beras, berkurang dan diikuti dengan meningkatnya lemak dan protein terutama
dari

sumber

hewani.

Dengan meningkatnya pendapatan ini, mereka yang hidup di kota dengan gaya
serta pola makan seperti orang barat, biasanya menjadi menderita karena

kelebihan gizi ini. Pola makan mereka biasanya mengkonsumsi terlalu banyak
protein,

lemak,

makanan

tak

berserat.

Kelebihan zat gizi dalam hal ini zat energi dalam jangka waktu yang
berkesinambungan akan menyebabkan berat badan meningkat, timbunan lemak
meningkat dan terjadi kegemukan (obesitas). Biasanya orang yang gemuk sulit
bergerak cepat, gerakan jadi lamban dan biasanya lebih lanjut mudah terkena
gangguan

fungsional

jantung

dan

ginjal.

Tambahan konsumsi energi berikutnya pada penderita kegemukan akan


menyebabkan energi bersifat racun atau mendekatkan diri pada kematian
dibanding daya manfaat yang sebenarnya. Demikian pula konsumsi protein yang
berlebihan menyebabkan beban kerja ginjal semakin berat, dan bila terus berlebih
akan menimbulkan gangguan pada ginjal. Dampak lain dari kelebihan konsumsi
energi dan protein ini selain penyakit jantung dan ginjal, juga dapat
mengakibatkan

penyakit

darah

tinggi,

kencing

manis,

kanker.

Penanggulangan penyakit akibat gizi lebih, harus dimulai dari pengaturan


makanan, artinya dengan mengurangi porsi makanan yang biasa dikonsumsi,
mengurangi konsumsi gula, garam, lemak, dan meningkatkan konsumsi makanan
yang

berserat

seperti

sayuran

dan

buah-buahan.

Gizi.net - SAAT ini bukan cuma kekurangan gizi yang menjadi masalah, tetapi
juga kelebihan gizi. Kelebihan dan kekurangan gizi saat ini bisa dikategorikan ke
dalam

kelompok

penyakit.

Menurut dr Endang Darmoutomo SpGK, kelebihan gizi lebih mengarah pada


penyakit degeneratif, sedangkan kekurangan gizi lebih ke arah rendahnya daya
tahan

tubuh,

cepat

lelah,

lesu,

lemah,

dan

gampang

sakit.

''Kelebihan gizi tidak baik apalagi kekurangan gizi. Oleh sebab itu, lebih
dianjurkan untuk mengonsusmi makanan bergizi dan seimbang,'' kata ahli gizi
dari Siloam Hospital Gleneagles Lippo Karawaci, Tangerang, Banten.
Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan atau kelebihan gizi, jelas
Endang, secara kasar bisa dilihat dari berat badannya. Pada bayi dan anak-anak
yang sedang tumbuh, misalnya, dapat dilakukan dengan melihat grafik umur
dengan berat badan. Untuk orang dewasa dilakukan dengan menghitung body
mass index/BMI atau indeks massa tubuh (IMT), yaitu berat badan (dalam kg)

dibagi

dengan

kuadrat

tinggi

badan

(dalam

meter).

''Seseorang yang mempunyai IMT 19-25 dapat dikatakan mempunyai berat badan
sehat dan telah mendapat asupan gizi (khususnya sumber energi) yang cukup.
Untuk orang yang IMT-nya di atas 25 menunjukkan risiko lebih tinggi untuk
penyakit

yang

berhubungan

dengan

obesitas.

Obesitas yaitu suatu kondisi yang dicirikan oleh kelebihan lemak tubuh.
Kelebihan lemak pada laki-laki didefinisikan sebagai level lemak tubuh lebih dari
20% dari berat total dan untuk wanita lebih dari 25% dari total berat badan.
Obesitas
Penyebab obesitas, jelas Endang, dipengaruhi beberapa faktor, yaitu
pertama,
Dua,

suatu
rendahnya

ketiga,

asupan
pengeluaran

kurangnya

makanan
energi
aktivitas

berlebih.
basal,

dan

fisik.

Terjadinya obesitas karena adanya ketidakseimbangan antara asupan energi dan


energi

yang

dikeluarkan

atau

digunakan

untuk

beraktivitas.

"Karena asupan terlalu banyak sementara pengeluaran kurang atau kurang


aktivitas fisik, maka terjadilah overweight (kelebihan berat) dan selanjutnya
terjadi obese (kegemukan). Tetapi, obesitas juga dapat terjadi karena faktor
genetika.''
Anak yang dilahirkan dari orang tua yang keduanya obese mempunyai peluang
75% untuk obese juga. Bila salah satu orang tuanya obese, maka peluangnya
sekitar 40% dan bila kedua orang tuanya tidak obese peluangnya hanya 10%.
Untuk melihat seseorang obese atau tidak, bisa dengan menghitung BMI-nya.
Beberapa penyakit akibat dari kekurangan gizi ini di antaranya adalah penyakit
Kurang Energi Protein (KEP), yang ditunjukkan dengan dua keadaan: kwasiorkor
dan marasmus. Marasmus disebabkan defisit energi dan protein yang parah, di
mana korban akan mempunyai sedikit sekali atau bahkan tidak punya simpanan
lemak, massa otot kecil, dan sangat lemah. Penyakit ini bisa menimbulkan
kematian akibat sering terkena infeksi karena tidak mempunyai daya tahan
terhadap

penyakit.

Sedangkan kwasiorkor terjadi terutama pada anak-anak yang defisit energinya

tidak terlalu parah), namun defisit proteinnya parah. Orang yang terkena
kwasiorkor ditunjukkan dengan edema berupa pertumbuhan yang buruk, lemah,
dan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit. Penyakit kurang gizi lainnya
adalah terjadinya gondok, badan kerdil, dan kurang kecerdasan karena kekurangan
mineral yodium. Lebih lanjut, Endang mengatakan orang tua jangan menganggap
remeh gizi. Sebab, ada beberapa penyakit akibat kekurangan gizi yang bisa
membuat cacat seseorang. Kekurangan vitamin A, misalnya, menyebabkan rabun
ayam sampai kebutaan, terganggunya pertumbuhan dan menurunnya daya tahan
terhadap penyakit; kurang vitamin D menyebabkan terjadinya demineralisasi
tulang, yang dapat menyebabkan penyakit ricket pada anak-anak dan osteomalacia
pada

orang

dewasa.

Kurang vitamin B1 menyebabkan beri-beri; kurang asam nikotinat menyebabkan


kulit kasar atau pellagra, kurang riboflavin menyebabkan seborrheic dermatitis
sekitar hidung dan mulut, dermatitis dan pruritus dari scrotum dan vulva dsb;
kurang biotin menyebabkan maculosquamous dermatitis pada leher, tangan dan
lengan, dan kaki; kurang asam folat menyebabkan megaloblastic anemia serta
neural tube defect (NTD) atau cacat tulang belakang pada bayi yang dilahirkan
dari ibu yang defisien asam folat; kurang vitamin C menyebabkan sariawan dan
gusi berdarah; dan masih banyak lagi penyakit akibat kurang gizi. (Nda/V-1)
BAB

PENUTUP
5.1

Simpulan

Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit


infeksi, cacat bawaan, dan menderita penyakit kanker. Ketersediaan pangan rumah
tangga, perilaku, pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor
kesehatan, tetapi juga merupakan Masalah Utama Gizi buruk adalah Kemiskinan,
Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu,
untuk mengastasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor. Pada malnutrisi
sedang dan ringan pengobatan dilakukan dengan memberikan makanan yang
bergizi, dengan menu yang seimbang, mengandung karbohidrat dan protein dalam
jumlah yang cukup. Perlu juga dicari dan diobati penyakit lain yang dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak (misalnya penyakit cacing, diare,


dll). Anak dengan keadaan malnutrisi berat sering berada dalam keadaan darurat
karena

itu

sebaiknya

dibawa

ke

rumah

sakit

Daftar

untuk

pengobatan.

Pustaka

(http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1079596198,93802,)
(http://www.malukuprov.go.id/index.php/kesehatan/47-kesehatan/66-gizi-buruk)
(http://www.smallcrab.com/anak-anak/530-gangguan-kesehatan-akibat-kuranggizi)
(http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1079596198,93802,)
Sebenarnya terjadinya Kurang Energi Protein pada seseorang selalu diawali
dengan adanya kelaparan. -apakah telah terjadi kelaparan di Polewali
Mandar ? MustahilPada tubuh seseorang yang tidak makan dengan layak
biasanya akan muncul adanya sensasi lapar, yang menunjukkan intake makanan
telah kurang dari yang dibutuhan tubuh. Secara fisiologis dalam keadaan lapar
yaitu bila lambung kosong dalam waktu lama, akan terjadi kontraksi peristaltik
ritmis yang merupakan gelombang pencampur tambahan pada korpus lambung.
Jika gelombang pencampur sangat kuat akan menimbulkan kontraksi tetani yang
terus-menerus 2-3 menit, paling kuat terjadi pada orang muda sehat, pada
anak-anak tidak terlalu terasa kemudian kadar gula darah akan turun sampai
tingkat yang rendah. Dan kemudian setelah 3-4 hari makan terakhir muncul
sensasi sakit berupa perih karena lapar.
Dari berbagai penelitian epidemiologi masalah Kurang Energi Protein selalu
diawali dengan keadaan lapar yaitu Rasa tidak enak dan sakit akibat kurang
/tidak makan,baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja diluar kehendak
dan terjadi berulang-ulang, serta dalam jangka waktu tertentu menyebabkan
penurunan berat badan dan gangguan kesehatan. Selanjutnya keadaan ini
didefiniskan dengan istilah kelaparan (E. Kennedy, 2002)

Jadi sangatlah jelas penyebab dari kurang energy protein (KEP) adalah makanan
yang tidak adekuat maksudnya intake makanan yang sangat kurang dari
kebutuhan akan zat gizi tubuh. Walaupun pada dasarnya Kejadian Kurang Energi
Protein (KEP) sangat tergantung dari :
1. Karakteristik individu (umur, cadangan nutrient)
2. Waktu dan hebatnya berlangsung defisiensi
3. Jenis makanan yang tersedia /dikonsumsi
4. Lingkungan terutama sanitasi lingkungan
5. Kesehatan perorangan
6. Dan pada anak sangat tergantung dari pola asuh orang tua yang diberikan
kepada sang anak.
Tetapi tetap saja Kurang Energi Protein disebabkan intake makanan yang sangat
kurang dari kebutuhan akan zat gizi tubuh yang telah berlangsung lama (kronis).
Bentuk KEP tergantung dari zat gizi utama kurang edekuat, bila kurang dalam hal
protein dan tubuh diharuskan menggunakan protein tubuh maka gejala-gejala
klinis dari kekurangan protein akan muncul, keadaan ini biasa diistilahkan dengan
Kwashiorkor. Dan bila kekurangan Energi saja terutama energi yang
bersumber dari karbohidrat-maka gejala klinis yang muncul adalah
kekurangan cadangan energy atau energy tubuh benar-benar habis bahkan sel-sel
dan jaringan tubuh dirombak untuk dipergunakan sebagai energi, tubuhnya akan
terlihat sangat buruk, keadaan ini biasa diistilahkan dengan Marasmus. Tidak
jarang juga ditemukan bentuk KEP sebagai akibat kurang adekuat makanan akan
protein dan energy (Marasmus-Kwashiorkor). Kesemua itu adalah bentuk-bentuk
dari Malnutrisi (kurang Energi Protein).
Bentuk Malnutrisi (Kurang Energi Protein)
1. Dewasa dibagi dalam dua bentuk yaitu Undernutrition (Kurang Zat Gizi)
dan Starvation (Kelaparan)
2. Anak-anak dalam bentuk PEM- Protein Energi Malnutrition ( menurut
JELLIFFE mencakup seluruh kelompok umur anak) dikelompok
menjadi : PEM ringan, PEM sedang dan PEM berat yang terdiri dari
Merasmus, Kwashiorkor dan Merasmus kwashiorkor.

Walaupun semua adalah Malnutrisi tetapi masing-masing mempunyai gejala klinis


sendiri-sendiri baik marasmus, kwashiorkor, maupun marasmus-kwashiorkor.
.
Gejala Klinis dari Marasmus
Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari marasmus adalah
1. Wajah seperti orang tua
2. Cengen dan Rewel
3. Sering disertai: peny. infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC)
4. Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)
5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
(~pakai celana longgar-baggy pants)
6. Perut cekung
7. Iga gambang

Gejala Klinis Kwashiorkor


Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari kwashiorkor adalah

1. Rambut tipis, merah spt warna


2. Edema (pd kedua punggung kaki, bisa seluruh tubuh)
3. rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
4. Kelainan kulit (dermatosis)
5. Wajah membulat dan sembab
6. Pandangan mata sayu
7. Pembesaran hati
8. Sering disertai: peny. infeksi akut, diare, ISPA dll
9. Apatis & rewel
10. Otot mengecil (hipotrofi),

Gejala Klinis Marasmus-Kwashiorkor


Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari Marasmus-kwashiorkor
pada dasarnya adalah campuran dari gejala marasmus dan kwashiorkor, cirri khas
yang dapat terlihat secara klinis yakni :

1. Beberapa gejala klinik marasmus, terlihat sangat buruk dalam hal Berat
Badan (BB/U) berada dibawah < -3 SD dan bila di konfirmasi dengan
BB/TB dikategorikan sangat kurus: BB/TB < 3 SD).
2. Kwashiorkorm secara klinis terlihat disertai edema yang tidak mencolok
pada kedua punggung kaki

Anak-anak gizi buruk dengan tanda-tanda klinis ini dapat di deteksi keKurangan
Energi Proteinnya melalui
1. Penimbangan bulanan di Posyandu termasuk upaya-upaya kejar
timbangnya
2. Surveilens gizi/KLB Gizi Buruk
3. Manajemen Terpadu Balita Sakit
4. Poliklinik KIA/Tumbuh Kembang
Tidak jarang hasil deteksi Gizi Buruk pada anak dikarenakan telah terjadi gagal
pertumbuhan yang penyebabnya hanya karena kurang perhatian dan pedulinya

orang tua terhadap tumbuh-kembang sang anak. Dari hasil penelitian ahli tumbuh
kembang anak, ada empat alasan mengapa terjadi gagal pertumbuhan yaitu
1. Bayi tidak cukup mendapat makanan, khususnya makanan pendamping
2. Anak-anak memerlukan kata-kata lembut dan sentuhan-sentuhan penuh
kasih sayang yang dapat merangsang peningkatan hormon pertumbuhan
dan daya tahan tubuh.
3. Bayi bertambah aktif ketika mulai belajar berjalan. Kebutuhan makanan
perlu ditambah, namun banyak ibu tidak memberikan tambahan. Output
tidak sesuai dengan input
4. Penyakit dan infeksi mempengaruhi penggunaan zat gizi dalam makanan.
Selain itu juga menyebabkan nafsu makan berkurang sehingga zat
makanan yang masuk dalam tubuh sedikit.
Apakah Masalah Gizi Itu ?
Sebelum penulis menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu penulis mencoba
mengantar (prolog) arti dari masalah dan arti Gizi. Masalah secara
sederhana dapat disebutkan sebagai kesenjangan antara harapan dan
kenyataan, misalnya saja Anda mengharapkan pencapaian suatu kegiatan 100%
namun

kenyataannya

upaya

yang

dilakukan

hanya

mencapai

60%,

kesenjangannya adalah 100%-60% = 40%. Hasil 40% ini merupakan kesenjangan


yang dinyatakan sebagai masalah. Kesenjangan bisa juga terjadi ketika upaya
yang dilakukan melebihi 100% yang diharapkan, misalnya saja upaya suatu
kegiatan mencapai nilai 125%, nilai 25% inilah merupakan kesenjangan yang
dinyatakan sebagai masalah karena yang 25% ini adalah yang diperoleh diluar
sasaran yang diharapkan. Contohnya Ada 100 anak balita diwilayah kerja Anda
yang akan diberikan vitamin A, namun setelah pemberian ditemukan 125 anak
yang mendapatkan vitamin A, terlihat ini adalah suatu keberhasilan, namun
ternyata 25 anak balita yang tidak berada diwilayah kerja Anda, mereka adalah
tamu diwilayah kerja Anda, tetapi tetap diberikan vitamin A, akibatnya stok
vitamin A Anda akan kurang 25 kapsul, pada periode pemberian berikutnya Anda
sudah pasti akan maksimal memberikan 75 Kapsul.
Selanjutnya kembali kepada masalah gizi. Pengertian dari gizi adalah zat-zat
(kimia- bukan obat) yang terdapat dalam makanan, karena makanan maka harus

dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh, merupakan sesuatu yang


diharapkan. Namun kenyataannya makanan yang dikonsumsi (dimakan) bisa
kurang dari kebutuhan bisa juga lebih dari kebutuhan tubuh. Dan inilah yang
disebut sebagai masalah gizi.
Menurut Prof Soekirman Ph.D Guru Besar Ilmu Gizi IPB Bogor, dosen terbang
saya waktu kuliah dan juga narasumber saya ketika mengikuti pertemuanpertemuannya. Masalah Gizi adalah Gangguan kesehatan dan kesejahteraan
seseorang, kelompok orang atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidak
seimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan
dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi).
Ketidak seimbangan atau gangguan dari masalah gizi bisa karena kekurangan
asupan bisa juga karena kelebihan asupan. Dari berbagai penelitian dan
pemantauan pada konsumsi gizi masyarakat, ketidak seimbangan atau gangguan
yang muncul dapat mengakibatkan :
1. Menurunnya pertahanan tubuh terhadap penyakit (imunitas) yang
berdampak pada tingginya angka penyakit infeksi dan kematian bayi dan
balita
2. Gangguan pertumbuhan fisik pada siklus kehidupan manusia sejak janin,
bayi baru lahir,balita yang dapat berdampak sampai dewasa
3. Gangguan perkembangan otak pada janin, bayi dan balita yang
berdampak pada kecerdasan pada usia sekolah
4. Rendahnya produktifitas kerja
5. dan Gangguan-gangguan gizi dan kesehatan lainnya
Jenis Masalah Gizi
Jenis masalah gizi didasarkan pada ketidak seimbangan asupan makanan terhadap
kebutuhan tubuh, yaitu yang pertama adalah ketidak seimbangan

karena

kekurangan asupan dari kebutuhan tubuh dan yang kedua adalah ketidak
seimbangan karena kelebihan asupan dari kebutuhan tubuh akan zat-zat (gizi)
yang terdapat dalam makanan
Jenis masalah gizi yang pertama adalah ketidak seimbangan karena kekurangan
asupan makanan dari kebutuhan tubuh biasa disebut dengan gizi yang kurang
atau yang lazim disebut dengan gizi kurang atau biasa juga diistilahkan

dengan kelaparan, baik yang kentara maupun tidak kentara. Gizi kurang juga
dibedakan atas kekurangan komponen-komponen gizinya yaitu gizi kurang
makro dan gizi kurang mikro. Gizi kurang makro dikenal dengan kurang
energy protein. Sedang gizi kurang mikro yang banyak ditemukan atau menjadi
masalah adalah Kurang Zat Yodium, Kurang Zat Besi, Kurang Vitamin A, Kurang
Zat Zeng, Kurang Asam Folat, Kurang Vitamin B12 dan lain-lain.
Jenis masalah gizi yang kedua adalah ketidak seimbangan karena kelebihan
asupan dari kebutuhan tubuh, dikenal dengan istilah gizi lebih, contohnya
kegemukan dan penyakit Degeneratif. Gizi lebih ini lebih dikenal dengan lebih
Karbohirat atau banyak makan dan juga lebih lemak atau banyak makan
lemak/minyak masakan. Kesemuanya dikenal dengan istilah energy Lebih.
Contoh penyakit gizinya, bila kelebihan Karbohidrat maka dalam darah akan
kelebihan glukosa, bila glukosa ini sempat diproses menjadi glikogen maka
seseorang akan terlihat Kegemukan, bila glukosa tidak sempat diproses menjadi
glikogen alias glukosa darah tetap tinggi maka seseorang akan menderita penyakit
gula, akan lebih parah lagi bila seseorang telah mengalami proses degeneratif. Ini
terjadi juga pada keadan gizi lebih karena lebih lemak atau banyak makan
lemak/minyak masakan, lemak yang dimakan akan tertimbun pada pembulu darah
dan ini akan menimbulkan penyakit jantung, penyakit darah tinggi dan akibatakibat lainnya.
Apa masalah gizi makro (kurang gizi makro) yang penting ?
Seperti yang disebutkan diatas seseorang dinyatakan bermasalah dengan gizi
terutama yang berhubungan dengan kekurangan gizi, dimasyarakat

biasa

diistilahkan dengan kelaparan, bisa terjadi secara nyata (Bahasa Inggrisnya


hunger) dan bisa juga tidak kentara (Bahasa Inggrisnya Hidden Hunger).
KELAPARAN

(Hunger) menurut E.Kennedy,(2002) sebagai kutipan dari

penelitian Prof Soekirman Ph.D Guru Besar Ilmu Gizi IPB Bogor tentang
kelaparan adalah Rasa tidak enak dan sakit, akibat kurang /tidak makan,baik
yang disengaja maupun yang tidak disengaja diluar kehendak dan terjadi
berulang-ulang, serta dalam jangka waktu tertentu menyebabkan penurunan berat
badan dan gangguan kesehatan.

Kelaparan Kentara (nyata) bisa terjadi secara Kronis atau menahun dimana
kejadiannya sering terjadi berulang-ulang, seseorang kadang dalam beberapa hari
hanya makan beberapa suap makanan saja.
Kelaparan kentara bisa juga terjadi sementara terjadi dalam sehari namun
keesokan harinya tidak merasa lapar lagi (terjadi sebentar lalu hilang). Kelaparan
kentara yang sangat berbahaya adalah yang bersifat Akut , terjadi karena adanya
penyakit infeksi yang menyertai ataupun juga karena benar-benar tidak makan
dalam dalam kurung waktu kurang dari 2 minggu, keadaan sangat berat (Tingkat
berat) terlihat kurus dan bengkak. Dalam beberapa reteratur lama dikenal sebagai
HO = Hunger (lapar) Oedeem (Busung/Bengkak). Istilah ini yang kadang
belum dimengerti dengan baik oleh masyarakat juga sebagian tenaga kesehatan,
istilah busung lapar diperuntukkan untuk usia Dewasa,-setidaknya bukan
untuk balita sedangkan untuk anak (balita), seharusnya diistilahkan dengan
Gizi Buruk karena ini sudah melalui berbagai kajian dan pertimbangan dan
disepkati para ahli gizi di Indonesia.
Dampak atau akibat Kurang Gizi MAKRO, bila terjadi pada ibu hamil maka bayi
yang akan dilahirkan mempunyai Berat Badan Lahir Rendah (Kurang 2500
gram), Pada bayi dan anak Pertumbuhan Barat dan Tinggi Badan Anak Terganggu
(anak pendek dan atau kurus), bahkan Perkembangan Otak Anak terganggu
(Terbelakang

/Bodoh

/IQ

Rendah),

mudah

Jatuh

Sakit

dan

beresiko

mengakibatkan kematian, yang kesemuanya berimplikasi pada penurunan mutu


Sumber Daya Manusia (SDM), tanda bahwa generasi tua kurang mempersiapakan
generasi mudah penerus cita-cita bangsa.
Kelaparan Tidak Kentara (Kurang Gizi) atau Kurang Gizi Mikro Tidak Mudah
dikenali oleh Mata Awam. Di Indonesia juga di Kabupaten Polewali Mandar
masalah kurang gizi mikro ini adalah Kurang Gizi Zat Yodium, Kurang Gizi Zat
Besi, dan Kurang Gizi Vitamin A. Sebenarnya banyak zat gizi mikro yang
dibutuhkan oleh tubuh misalnya saja
Zinc, Vitamin D, Cobalt, Thiamin, Riboflavin,

Vitamin B6, Vitamin E,

Magnesium, Manganese, Selenium, Folat, Vitamin B12, Niasin,


Phosphorus, Vitamin K, Vitamin C, Cobalamin, Chromium, Photasium
Tetapi yang sangat penting adalah Yodium, Iron, Vitamin A

Nafsu makan dalam tinjauan gizi seimbang, dapat dikatakan baik dan dan dapat
juga dapat dikatakan tidak baik, bila nafsu makan dikatakan baik maka proses
makan guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi akan
berjalan maksimal. Namun jika nafsu makan dikatakan tidak baik, ada dua hal
kemungkinan akan terjadi, pertama ; nafsu makan yang berlebihan (rakus) dan
yang kedua ; adalah nafsu makan berkurang atau hilang.
Nafsu makan yang berlebihan (terlihat rakus) artinya intake makanan akan
melebihi kebutuhan tubuh akibatnya adalah peningkatan berat badan yang tidak
dikehendaki

dan

beberapa

akibat

lainnya.

Sebaliknya

nafsu

makan

berkurang/hilang akan mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak


dikehendaki dan beberapa akibat lainnya, kemungkinan kedua ini sering dikatakan
sebagai kesulitan makan (Picky Eaters) yang mana penyebabnya sangat
dipengaruhi oleh gangguan proses makan (fisiologis) dan pengaruh psikologis.

Konsep alur pikir untuk mempermudah pemahaman nafsu makan dan faktorfaktor yang mempengaruhinya
Gangguan proses makan tidak mau makan atau menolak makan
merupakan gangguan konsumsi makan atau minum dengan jenis dan jumlah
sesuai usia secara fisiologis, mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan,
mengunyah, menelan hingga sampai terserap di pencernaan secara baik tanpa
paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Jadi gangguan dalam
proses makan itu sendiri adalah gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan
dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh seseorang.
Sedangkan pengaruh psikologis berhubungan dengan perilaku makan yang
kadang ditentukan oleh kondisi lingkungan, social dan mental yang dapat

dikendalikan secara sadar misalnya kebiasaan makan dalam sehari, makan karena
kelezatan makanan yang disajikan dengan meningkatkan selera, kondisi stress,
cemas dan depresi yang dengan mudah mengubah pola makan.
Sebenarnya nafsu makan itu berhubungan dengan sinyal syaraf

yang

mempengaruhi Hormon dan enzim ketika lambung kosong atau terisi. Nafsu
Makan juga dapat terjadi pada tingkat sensor selera pada lidah termasuk lambung
dan adanya sinyal lapar dari otak.
Proses dimulai ketika syaraf pada lambung dan usus dimana otak menerima
informasi isi pencernaan dari lambung dan usus dan metabolisme zat-zat makanan
dari hati, termasuk adanya peningkatan kosentrasi glukosa setelah makan
menyebabkan adanya rangsangan dari sekitar lambung dan usus ke beberapa
jaringan syaraf, informasi rangsang ini kemudian diteruskan ke hipothalamus
yang berada di otak
Ada dua daerah sinyal syaraf di hipothamus (otak) yang berperan dalam nafsu
makan (respon makan) yaitu daerah yang disebut dengan pusat kenyang (satiety
sistem) dan daerah yang disebut dengan pusat lapar atau pusat makan (feeding
sistem).
Beberapa ahli kedokteran dan kesehatan tentang nafsu makan menjelaskan, ada
beberapa input sinyal yang berperan dalam pengaturan dua daerah nafsu makan
(respon makan) tersebut dan akan menghasilkan perilaku makan yang sesuai
kebutuhan tubuh Input-input sinyal tersebut diantaranta Kader Leptin, Ghrelin,
Distensi Gastrointesyinal, Sekresi Colecistokinin dan tingkat pemakain glukosa
dan sekresin insulin. Masing-masing dapat dijelas sebagai berikut :
Kadar Leptin
Leptin adalah hormone yang dihasilkan oleh sel di jaringan adiposa (jaringan
lemak). Kadar leptin meningkat sebanding dengan banyaknya simpanan lemak
trigeliserida di jaringan lemak. Semakin banyak cadangan lemak semakin banyak
leptin yang disekresi, keberadaan leptin ini akan menyebabkan penekanan
keinginan untuk makan. Semakin banyak kadar leptin maka keinginan makan
semakin berkurang, sebaliknya semakin sedikit kadar leptin maka keinginan
makan semakin besar. Fungsi utama hormon ini adalah kontrol makan terutama
menyangkut gangguan makan terutama kegemukan.

Kadar Ghrelin
Ghrelin merupakan stimulant nafsu makan, terbanyak di produksi di lambung,
ghrelin mampu menyebabkan peningkatan asupan makanan dan mengurangi
pemakaian cadangan lemak. Grelin berfungsi juga sebagai stimulan sekresi
hormon pertumbuhan (Growth Hormone), pemasukan makanan dan penambahan
berat badan. Sekresi ghrelin meningkat pada kondisi keseimbangan energy
negative misalnya kelaparan, anoreksia nervosa dan lain-lain. Dan sebaliknya
kadar Ghrelin menurun pada kondisi keseimbangan energy positif seperti setelah
makan, hiperglikemia dan obesitas.
Distensi Gastrointestinal
Ketika lambung dan usus terisi oleh makanan maka syaraf-syaraf yang berada di
lambung dan usus akan terangsang, sinyal rangsangan syaraf tersebut di bawah ke
inti syaraf pencernaan, nantinya akan disampaikan ke pusat pengaturan nafsu
makan di otak (Hipothalamus). Ada dua sinyal balik yang akan di keluarkan oleh
otal yaitu sinyal kenyang dan sinyal lapar. Dalam keadaan Distensi
Gastrointestinal atau ketika lambung dan usus terisi, maka otak akan
mengeluarkan sinyal kenyang, sebaliknya jika lambung dan usus dalam keadaan
kosong, maka otak akan mengeluarkan sinyal lapar atau sinyal makan.
Sekresi Colecistokinin (CCK)
Sekresi Colecistokinin (CCK) adalah sekresi hormon dari mukosa dinding usus
(duodenum) pada saat pencernaan makanan yang mengandung lemak. Adanya
sekresi

Colecistokinin

menunjukkan

sinyal

kenyang.

CCK

juga dapat

menyebabkan peningkatan hormon serotonin di hypothalamus. Serotonin adalah


hormon yang berhubungan dengan perasaan tenang (nyaman), dalam hal makan
akan mendukung perasaan nyaman setelah makan.
Tingkat pemakaian glukosa dan sekresi insulin
Adanya insulin akan menurunkan kadar glukosa darah menyebabkan beraktifnya
syaraf yang menyebabkan timbulnya keinginan untuk makan. Artinya glukosa
darah tersedia ketika sedang diserap dari saluran pencernaan maka akan muncul
rasa kenyang, sebaliknya setelah selesai penyerapan terjadi penurunan
penggunaan glukosa oleh sel yang membangkitkan rasa lapar.

Dari uraian di atas maka dapat diambil beberapa faktor yang mempengaruhi
nafsu makan dan berpengaruh pada perilaku makan seseorang yaitu
1. Keadaan sinyal syaraf yang berhubungan dengan hormon dan enzim
ketika lambung kosong atau terisi, harus dalam keadaan berfungsi dengan
baik.
2. Banyak sedikitnya hormon (Leptin, Ghrelin, Insulin dan Colecistokinin)
dan keadaan sel-sel jaringan sekresinya tidak dalam keadaan rusak
3. Distensi Gastrointestinal atau proses pengisian makanan dari mulut ke
lambung dan usus berjalan dengan normal dan wajar secara fisiologis.
4. Psikologis dan lingkungan berhubungan dengan perilaku makan yang
kadang ditentukan oleh kondisi lingkungan, social dan mental yang dapat
dikendalikan secara sadar.
5. Gangguan pada proses makan yaitu gejala atau tanda adanya
penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh
seseorang.
Hal terpenting yang harus diperhatikan dari nafsu makan adalah jangan sampai
sinyal makan atau sinyal lapar yang dikeluarkan otak menunjukkan seseorang
harus makan tidak sampai mempengaruhi orang tersebut bersegera untuk makan,
demikian sebaliknya sinyal kenyang yang muncul, seharusnya membuat seseorang
berhenti makan tetapi yang bersangkutan terus makan dengan pola yang tidak
teratur.
Berikut ini beberapa pengaturan perilaku makan yang dapat mempengaturuhi
nafsu makan agar sesuai dengan proses makan guna memenuhi kebutuhan gizi
tubuh terutama keseimbangan energi yang terjadi dalam tubuh :
1. Penganturan Pola Makan yaitu dengan makan yang teratur, ketika lapar
segera makan dan ketika kenyang segera berhenti.
2. Tingkat Pengosongan lambung dan usus, yaitu jangan biarkan lambung
dan usus tidak terisi dalam jangka waktu tertentu, Makan serat dan
tersimpan lama di lambung hanya untuk orang-orang yang mempunyai
kelebihan berat badan.

3. Tingkat Kekenyangan yaitu dengan memperhatikan keseimbangan jenis


makanan (Gizi Seimbang), makanan berlemak

yang enak/lezat

normalnya diberikan seimbang dengan jenis makanan lainnya.


4. Memperhatikan atau memperbaiki keadaan (gangguan) nafsu makan yaitu
akibat dari gangguan saluran cerna, penyakit infeksi akut atau kronis
(TBC, cacing, dll), alergi makanan, intoleransi makanan, stress dan
sebaginya

Mempelajari Patogenesis Penyakit Defisiensi Gizi(*), pada dasarnya


mempelajari masalah gizi, dan akan lebih jelas kalau dilihat dari konsep alamiah
penyakit yang diterapkan dalam masalah gizi, khususnya yang berhubungan
dengan defisiensi gizi, yaitu Riwayat Alamiah Terjadinya Penyakit Defisiensi
Gizi. Penerapannya dapat menggunakan konsep pohon masalah, yang dapat
memperlihatkan penyebab langsung, tidak langsung, penyebab utama dan akar
masalah. Disamping itu juga, upaya pencegahan dapat dilakukan dengan lima
tahapan pencegahan berdasarkan proses alamiah terjadi penyakit, dimana bisa
juga diterapkan dalam upaya pencegahan penyakit defisiensi gizi, seperti yang
diperlihatkan pada Five Level of Prevention.

Pengertian secara umum tentang


Patogenesis adalah perkembangan atau evolusi terjadinya penyakit dalam
lingkungan tertentu, yang dalam tulisan ini adalah patogensis penyakit defisiensi

gizi, merupakan bagian dari masalah gizi, ketidak seimbangan antara intake
(makanan yang dimakan) dan kebutuhan gizi tubuh adalah masalah gizi.
Defisiensi gizi terjadi jika zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan yang
dikonsumsi mengalami defisiensi atau kekurangan, bila ini terjadi secara bertahap
sel, intrasel, jaringan, dan organ tubuh

akan mengalami kematian. Jika

sebaliknya, terjadi kelebihan gizi, zat-zat gizi makanan yang dikonsumsi


mengalami kelebihan maka secara bertahap pula akan mengalami proses toksisitas
(over) dan selanjutnya secara bertahap sel, intrasel, jaringan, dan organ tubuh
akan mengalami kematian (lihat gambar diatas). Ketidak seimbangan antara
intake dan kebutuhan tubuh yaitu ketidak seimbangan zat-zat gizi yang terdapat
dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan serat
yang

diperlukan

seseorang

sehari

yang

dapat

menimbulkan

gejala

kekurangan/kelebihan akan zat makanan tersebut. Ketidak kesimbangan ini selalu


berada dalam suatu lingkungan tertentu, artinya lingkungan juga dapat
mempengaruhi ketidak seimbangan antara intake dan kebutuhan gizi tubuh.
Misalnya

lingkungan dimana terjadi gagal panen padi, disini tentunya

ketersediaan pangan akan berkurang sampai ketingkat konsumsi dan akhirnya


akan terjadi kekurangan gizi.
Secara keseluruhan patogenesis penyakit defisiensi gizi adalah perkembangan
proses interaksi antara seseorang, dengan penyebab defisiensi gizi (zat-zat gizi
makanan yaitu KH, protein, Lemak, vitamin, mineral dan air) serta dengan
lingkungan dimana seseorang dan zat-zat gizi berada. Proses ini akan
mengakibatkan sel, intrasel, jaringan, dan organ tubuh secara bertahap akan
mengalami gangguan dan dapat berakhir dengan kematian
Konsep Alamiah Terjadinya Masalah Gizi
(Patogenesis Penyakit Defisiensi Gizi)
Pada gambar di bawah ini yaitu gambar riwayat alamiah terjadinya masalah gizi
(penyakit defisiensi gizi), yang telah dibuat oleh ahli epidemiologi gizi, gambar
ini dapat menunjukkan perkembangan patogenesis penyakit defisiensi gizi.

Riwayat alamiah terjadinya masalah gizi (defisiensi gizi), dimulai dari tahap
prepatogenesis yaitu proses interaksi antara penjamu (host=manusia), dengan
penyebab (agent=zat-zat gizi) serta lingkungan (environment). Pada tahap ini
terjadi keseimbangan antara ketiga komponen yaitu tubuh manusia, zat gizi dan
lingkungan dimana manusia dan zat-zat gizi makanan berada (konsep : John
Gordon). Ada 4 kemungkinan terjadinya patogenesis penyakit defisiensi gizi.
Pertama : makanan yang dikonsumsi kurang baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Kedua: Peningkatan kepekaan host terhadap kebutuhan gizi mis :
kebutuhan yang meningkat karena sakit. Ketiga: Pergeseran lingkungan yang
memungkinkan kekurangan pangan, misalnya misalnya gagal panen. Keempat:
Perubahan lingkungan yang mengubah meningkatkan kerentanan host mis :
kepadatan penduduk di daerah kumuh

Catatan : HOST (pejamu) : Manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi
tempat proses alamiah perkembangan penyakit defisiensi gizi. AGENT
(penyebab): Zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan yang dapat menyebabkan
suatu penyakit defisiensi gizi. ENVIRONMENT (lingkungan): Semua faktor luar
dari individu (manusia)
Bila salah satu kemungkinan terjadinya patogensis penyakit defisiensi gizi
tersebut diatas, maka tahap pertama yang terjadi adalah simpanan berkurang
yaitu zat-zat gizi dalam tubuh terutama simpanan dalam bentuk lemak termasuk
unsur-unsur biokatalisnya akan menggantikan kebutuhan energi dari Karbohidart
yang kurang, bila terus terjadi maka Simpanan Habis yaitu titik kritis, tubuh
akan menyesuaikan dua kemungkinan

yaitu menunggu asupan gizi yang

memadai atau menggunakan protein tubuh untuk keperluan energi.

Bila

menggunakan protein tubuh maka perubahan faal dan metabolik akan terjadi.
Pada tahap awal akan terlihat seseorang Tidak Sakit dan Tidak Sehat sebagai
batas klinis terjadinya penyakit defisiensi gizi, bukan saja terjadi pada zat gizi
penghasil energi tetapi juga vitamin mineral dan air termasuk serat.
Prinsipnya terjadinya patogenesis penyakit defisiensi gizi, seperti terlihat pada
gambar prinsip monitoring gizi di bawah ini

Zat gizi dipergunakan oleh sel tubuh untuk dipergunakan berbebagai aktifitas, bila
zat gizi kurang maka sel tubuh akan mengambil cadangan zat gizi (depot), bila zat
gizi yang dikonsumsi berlebihan maka akan disimpan dalam tubuh. Bila depot

simpanan habis dan konsumsi zat gizi kurang maka akan terjadi proses biokimia
untuk mengubah unsur-unsur pembangun struktur tubuh, ini artinya telah terjadi
gangguan biokimia tubuh misalnya saja kadar Hb dan serum yang turun. Bila
terus berlanjut maka terjadi gangguan fungsi sel, jaringan dan organ tubuh. Bila
tidak segera diatasi dengan konsumsi gizi yang adekuat maka secara anatomi selsel, jaringan dan organ tubuh akan terlihat mengalami kerusakan misalnya saja
pada penyakit defisiensi gizi kwashirkor dan marasmus. Gangguan anatomi
dengan kerusakan jaringan yang parah dapat berakhir dengan kematian.
Sebagai pembanding proses terjadinya patogenesis penyakit defisiensi gizi,
dibawah ini diliperlihatkan bagan riwayat alamiah terjadi penyakit.

Pada masa prepatogenesis bibit penyakit belum mamasuki penjamu, namun


demikian telah ada interaksi antara penjamu, bibit penjakit dan lingkungan, jika

penjamu tidak dalam keadaan baik, maka kondisi kesehatan menurun sehinga ada
kemungkinan bibit penyakit masuk kedalam tubuh.
Bila bibit penyakit telah masuk dalam tubuh, maka tahapan patogenesis dengan
gejala yang terlihat dan gejala yang tidak terlihat (horizon klinis). Dimulai
dengan masa inkubasi yaitu mulai masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh dan
timbulnya gejala atau tanda sakit. Bila sudah muncul gejala maka masa penyakit
dini yaitu mulai munculnya gejala penyakit, dengan sifat penyakit masih ringan.
Selanjutnya bila tidak segera diatasi maka masa penyakit lanjut akan muncul
yaitu penderita tidak dapat melakukan aktivitas, dan memerlukan perawatan. Dan
yang terakhir adalah masa penyakit berakhir yaitu dapat sembuh sempurna atau
sembuh dengan cacat, dapat juga Carrier, Kronis dan meninggal dunia
Penerapan patogenesis Penyakit Defisiensi Gizi
Penerapan patogenesis penyakit defisiensi gizi dalam upaya-upaya pencegahan
dan penanggulangan masalah gizi akan lebih mudah lagi difahami jika diterapkan
dalam konsep pohon masalah yang dapat memperlihatkan penyebab langsung,
tidak langsung, penyebab utama dan akar masalah. Seperti diperlihatkan dibawah
ini ( Konsep Masalah Gizi menurut Unicef). Masalah gizi dalam tahapan
penyebab langsung disebabkan oleh konsumsi zat gizi (yang rendah), pada
pendekatan patogenesis dinyatakan sebagai Agent dan adanya penyakit infeksi
dinyatakan sebagai host. Kedua penyebab langsung ini juga saling berinteraksi
memperparah terjadinya masalah gizi.

Dengan di diketahui penyebab langsung. Maka selanjutnya Penyebab tidak


langsung, penyebab utama dan akar masalah akan dengan mudah dijabarkan
dalam upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi.
Mempelajari konsep patogenesis (penyakit defisiensi gizi), sekaligus juga akan
akan terurai upaya-upaya pencegahan sesuai dengan tahapan patogenesis yang
terjadi. Leavell and Clark 1958,

yang telah menjabarkan lima tahapan

pencegahan berdasarkan proses alamiah terjadi penyakit yang bisa juga diterapkan
dalam upaya pencegahan penyakit defisiensi gizi, seperti yang diperlihatkan pada
gambar Five Level of Prevention.
Lima tingkatan (tahapan) pencegahan itu adalah Pertama; Promosi Kesehatan
(Health Promotion), penyusunan Standar Kebutuhan Gizi yang di Anjurkan, atau
pedoman penerapan gizi seimbang yang dulu lebih dikenal dengan 4 sehat 5
sempurna merupakan bagian dari promosi kesehatan. Kedua ; Perlindungan

Khusus (specific Protektion) , pemberian zat gizi tertentu misalnya saja


Pemberian vitamin A pada anak balita dua kali dalam setahun untuk melindungi
anak dari kebutahan, merupakan salah satu upaya dalam tahapan perlindungan
khusus ini. Tahap pertama dan Kedua tingkatan pencegahan ini berada pada
periode prepatogenesis.
Tingkatan Pencegahan yang berada pada periode patogenesis yaitu tahapan atau
tingkat ke Ketiga; Diagnosa Dini dan Pengobatan yang tepat (Early Diagnosis
and Prompt Treatment), sekrening survei berat badan dibawah garis merah pada
KMS balita untuk penentukan anak balita yang benar-benar menderita gizi kurang
dan anak balita yang benar-benar tidak menderita gizi kurang adalah salah satu
contoh dari tahapan ini. Kempat; Mengurangi Kelemahan (Disability
Limitation). Pemberian diet sebagai bagian dari proses penyembuhan penyakit
merupakan bagian dari tahapan ini. Dan tahapan yang terakhir adalah Tingkatan
Kelima; Rehabilitasi, Pemberian makanan yang disesuaikan dengan keadaan
pasien merupakan bagian dari tahapan ini.
Leavell and Clark juga mengelompokan lima tingkatan pencegahan dalam tiga
kelompok pencegahan promosi kesehatan dan perlindungan khusus sebagai
pencegahan tingkat pertama (primer), diagnosa dini dan pengobatan yang tepat
sebagai pencegahan tingkat kedua (sekunder), dan pengurangi kecatatan dan
rehabilitasi sebagai pencegahan tingkat tiga (tertiary).
Kesimpulan
Patogenesis Penyakit Defisiensi Gizi adalah perkembangan atau tahapan
terjadinya masalah gizi baik dalam bentuk defisiensi gizi maupun over gizi.
Dengan menggunakan konsep alamiah terjadinya penyakit, kemudian diterapkan
dalam konsep alamiah terjadinya masalah gizi, khususnya yang berhubungan
dengan defisiensi gizi, maka patogenesis Riwayat Alamiah Terjadinya Penyakit
Defisiensi Gizi dapat terpetakan, dan merupakan pintu masuk untuk lebih
memahami secara mendalam tentang zat-zat gizi yang mengalami defisiensi.
Penerapannya dapat menggunakan konsep pohon masalah yang dapat
memperlihatkan penyebab langsung, tidak langsung, penyebab utama dan akar

masalah. Disamping itu juga upaya pencegahan dapat dilakukan dengan lima
tahapan pencegahan berdasarkan proses alamiah terjadi penyakit yang bisa juga
diterapkan dalam upaya pencegahan penyakit defisiensi gizi.

Anda mungkin juga menyukai