Anatomy Mata
Reseptor di Mata
Reseptor penglihatan adalah sel-sel di conus
(sel kerucut) dan basilus (sel batang). Conus
terutama terdapat dalam fovea dan penting
untuk menerima rangsang cahaya kuat dan
rangsang warna. Sel-sel basilus tersebar
pada retina terutama di luar makula dan
berguna sebagai penerima rangsang cahaya
berintensitas rendah. Oleh karena itu dikenal
dua mekanisme tersendiri di dalam retina
(disebut dengan Teori Duplisitas), yaitu :
a. Penglihatan Photop, yaitu mekanisme yang
mengatur penglihatan sinar pada siang hari
dan penglihatan warna dengan conus
b. Penglihatan Scotop, yaitu mekanisme yang
mengatur penglihatan senja dan malam hari
dengan basilus
Jalannya Impuls di Mata
Gambar Astigmatisma
V=d/D
keterangan,
Mengukur
Penglihatan)
Visus
(Ketajaman
V= Visus
d = jarak antara optotype dengan subjek
Untuk mengetahui visus adalah dengan yang diperiksa
menggunakan suatu pecahan matematis D = jarak sejauh mana huruf-huruf masih
yang menyatakan perbandingan 2 jarak, dapat dibaca mata normal
yang juga merupakan perbandingan
Rumus Mengukur Visus
ketajaman penglihatan seseorang dengan
ketajaman penglihatan orang normal.
Dalam praktek digunakan optotype dari
Snellen
Punctum Proximum
Visus berkaitan erat dengan mekanisme
akomodasi seperti yang telah disebutkan di
atas, adanya kontraksi akan menyebabkan
peningkatan kekuatan lensa, sedangkan
relaksasi
menyebabkan
pengurangan
kekuatan,
Akomodasi
memiliki
batas
maksimum, jika benda yang telah fokus
didekatkan lagi, maka bayangan akan kabur.
Titik terdekat yang masih dilihat jelas oleh
mata dengan akomodasi maksimum disebut
punctum proximum (PP).
Punctum Remotum
Titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan
jelas tanpa mata berakomodasi adalah tidak
terbatas. Kondisi ini disebut dengan punctum
remotum (PR).
Amplitudo Akomodasi
Dalam akomodasi juga terdapat Amplitudo
Akomodasi (AA), yaitu jarak benda yang
dapat dilihat jelas yaitu yang terletak diantara
kekuatan refraksi dinamis (PP) dan kekuatan
refraksi statis (PR). pada presbyopia, AA
berkurang
karena
kekuatan
refraksi
dinamisnya berkurang.
Gambar Presbiopi
Melihat Warna
Penglihatan warna sangat dipengaruhi oleh
tiga macam pigmen di dalam sel kerucut
sehingga sel kerucut/conus menjadi peka
secara selektif terhadap berbagai warna biru,
merah, dan hijau.
Banyak teori berbeda diajukan untuk
menjelaskan fenomena penglihatan, tapi
biasanya teori-teori itu didasarkan pada
pengamatan yang sudah dikenal dengan
baik, yaitu bahwa mata manusia dapat
mendeteksi hampir semua gradasi warna bila
cahaya monokromatik merah, hijau, dan biru
dicampur secara tepat dalam berbagai
kombinasi.
Teori Young-Helmholtz
Teori penting pertama mengenai penglihatan
warna adalah dari Young, yang kemudian
dikembangkan
dan
diberi
dasar
eksperimental yang lebih mendalam oleh
Helmholtz. Menurut teori ini ada tiga jenis
sel kerucut yang masing-masing beraksi
secara maksimal terhadap suatu warna yang
berbeda. Oleh sebab itu menurut teori ini ada
3 macam conus, yaitu :
1. Conus yang menerima warna hijau
2. Conus yang menerima warna merah
3. Conus yang menerima warna violet
Ketiga macam conus itu mengandung zat
photokemis yaitu substansi yang dapat
dipecah oleh sinar matahari. Jika ketiga
macam conus itu mendapat rangsang
bersama-sama, maka terlihatlah warna putih.
Warna-warna lain adalah kombinasi dari 3
warna dasar itu dengan perbandingan
berbeda-beda.
Contohnya
cahaya
monokromatik merah dengan panjang
gelombang 610 milimikron merangsang
kerucut merah ke suatu nilai rangsang
sebesar kira-kira 0.75 (76% dari puncak
perangsangan pada panjang gelombang
optimum), sedangkan ia merangsang kerucut
hijau ke suatu nilai rangsang sebesar kira-
b)
Diakromatisme,
adalah
kebutaan tidak sempurna yang
menyangkut
ketidakmampuan
untuk membedakan warna-warna
merah
dan
hijau.
Untuk
kesimpangsiuran warna ini ada
tiga tipe, yaitu :
- Deutrinophia, yaitu orang yang
kehilangan kerucut hijau sehingga
ia tidak dapat melihat warna hijau
Gambar Deutronophia
(tidak melihat warna hijau)
Gambar Protanophia
(tidak melihat warna merah)
Teori Hering
Warna
tentang
Buta
Gambar Protanophia
(tidak melihat warna biru dan kuning)