PEMBANGUNAN DAERAH
TINGKAT I 17. KALIMANTAN
SELATAN
I. PENDAHULUAN
Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan, terletak antara
121'-410' lintang selatan dan 11419'-11633' bujur timur,
merupakan wilayah daratan yang berbatasan di sebelah utara
dengan Propinsi Kalimantan Timur, di sebelah timur dengan Selat
Makassar, di sebelah selatan dengan Laut Jawa, dan di sebelah
barat dengan Propinsi Kalimantan Tengah.
Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan mencakup areal seluas
36.535 kilometer persegi. Tata guna lahan wilayah Propinsi
Kalimanan Selatan meliputi areal hutan seluas 17.427 kilometer
persegi atau 47,7 persen, areal semak belukar seluas 4.786
kilometer persegi atau 13,1 persen, padang rumput seluas 5.992
kilometer persegi atau 16,4 persen, areal ladang seluas 2.302
kilometer persegi atau 6,3 persen, areal sawah seluas 4.128
kilometer persegi atau 11,3 persen, areal perkebunan seluas 840
kilometer persegi atau 2,3 persen, areal perairan darat seluas 256
kilometer persegi atau 0,7 persen, daerah permukiman seluas 585
119
120
123
unit SD. Pada tahun 1972 jumlah SD baru mencapai 1.092 unit
SD. Peningkatan jumlah SD dan murid didukung oleh peningkatan
jumlah guru. Pada tahun 1992 tercatat 23.327 orang guru SD dan
setiap guru SD melayani 19 murid.
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tercermin pula dari
makin berkurangnya jumlah penduduk miskin. Pada tahun 1990,
penduduk miskin di Propinsi Kalimantan Selatan berjumlah
546.438 orang atau 21,2 persen dari seluruh penduduk. Pada tahun
1984 penduduk miskin masih berjumlah 546 ribu orang atau 28,3
persen dari jumlah penduduk.
Pembangunan daerah Kalimantan Selatan didukung oleh
pembangunan prasarana yang dilaksanakan baik oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Di
bidang prasarana transportasi sampai dengan tahun 1992 telah
dibangun dan ditingkatkan berbagai prasarana transportasi darat
meliputi dermaga sungai, penyeberangan, dan jaringan jalan yang
mencapai 5.416 kilometer. Ketersediaan jaringan jalan telah makin
baik, seperti terlihat pada tingkat kepadatan mencapai rata-rata
162,2 kilometer per 1.000 kilometer persegi. Prasarana
transportasi lainnya yang mendukung pembangunan daerah seperti
transportasi sungai, laut, dan udara juga telah meningkat. Propinsi
ini memiliki tiga pelabuhan laut, yaitu Banjarmasin, Martapura,
dan Kotabaru. Transportasi udara di propinsi ini dilayani oleh tiga
bandar udara, yaitu Bandar Udara Syamsudin Noor sebagai
bandara utama di Banjarmasin yang dapat didarati oleh pesawat
sejenis DC-9, dan dua bandar udara lainya, yaitu Bandar Udara
Stagen di Kotabaru, dan bandar udara di Batu Licin. Selain itu,
prasarana transportasi antar wilayah yang telah dibangun selama
PJP I adalah rintisan jalan lintas Kalimantan, yaitu antara
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur yang meningkatkan
keterkaitan kedua propinsi ini.
Di bidang pengairan, meskipun masih terbatas, telah dilaksanakan peningkatan prasarana pengairan, seperti bendung dan jaringan
124
irigasi. Pada tahun 1993 jaringan irigasi yang ada telah mengairi
sawah seluas kurang lebih 127.000 hektare sehingga membantu
peningkatan dan menunjang produksi pertanian.
Penyediaan prasarana ketenaga listrikan di Propinsi ini dilayani
oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Wilayah VI yang
juga melayani propinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur,
dan sampai dengan tahun 1991 telah menghasilkan daya terpasang
sebesar 319,8 megawatt.
Investasi yang dilakukan oleh Pemerintah di Propinsi Kalimantan Selatan melalui anggaran pembangunan yang dialokasikan
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Alokasi anggaran pembangunan yang berupa dana bantuan pembangunan daerah (Inpres) dan
dana sektoral melalui daftar isian proyek (DIP) dalam Repelita IV
dan V masing-masing berjumlah Rp786,4 miliar dan Rpl.319,3
miliar.
Pendapatan asli daerah (PAD) juga menunjukkan peningkatan
yang cukup pesat, dengan rata-rata pertumbuhan selama Pelita V
kurang lebih 27,86 persen per tahun. Dalam masa, itu PAD telah
meningkat dari Rp7,8 miliar pada tahun 1989/1990 menjadi
Rp21,1 miliar pada tahun 1993/94. Peningkatan yang cukup pesat
dari PAD dan bantuan pembangunan daerah dari tahun ke tahun
mempengaruhi pula peningkatan belanja pembangunan dalam
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kalimantan
Selatan. Pada tahun pertama Repelita V belanja pembangunan
daerah berjumlah Rp16.442,7 juta dan pada tahun terakhir Repelita
V telah meningkat menjadi Rp43.516,3 juta. Bagian terbesar
belanja pembangunannya dipergunakan untuk sektor perhubungan
dan pariwisata.
Investasi swasta telah menunjukkan peningkatan. Gejala
tersebut terlihat dari jumlah proyek baru penanaman modal dalam
negeri (PMDN) yang disetujui Pemerintah dalam masa empat
125
127
128
Kendala
lain
yang
dihadapi
dalam
pembangunan di Kalimantan Selatan adalah
terbatasnya
kemampuan
daerah
untuk
menanggulangi
bencana
kebakaran
hutan
belukar yang terjadi hampir setiap tahun
terutama dalam musim kemarau.
3. Peluang
Hasil pembangunan yang telah dicapai Propinsi Kalimantan
Selatan selama PJP I dapat menjadi modal dan membuka peluang
untuk meningkatkan pembangunan dalam PJP II. Hasil pembangunan berupa prasarana dan sarana sosial dan ekonomi yang
telah dibangun, kelembagaan yang telah terbentuk dan berfungsi,
serta peran serta masyarakat yang meningkat dalam kegiatan pembangunan adalah modal dan peluang yang dapat dikembangkan.
Propinsi Kalimantan Selatan memiliki potensi sumber daya
alam yang belum banyak dimanfaatkan. Demikian pula ada potensi
pembangunan yang telah dimanfaatkan tetapi belum optimal
dikembangkan, antara lain di bidang kehutanan, pertambangan dan
galian, pertanian, industri, dan pariwisata.
Meskipun terbatas, lahan di wilayah Kalimantan Selatan
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai areal pertanian,
khususnya tanaman pangan dan perkebunan. Wilayah Kabupaten
Tanah Laut, Kotabaru, Banjar, Barito Kuala, dan Tabalong
merupakan wilayah yang memiliki potensi besar bagi
pengembangan pertanian tanaman pangan.
Propinsi ini juga mempunyai wilayah perairan yang luas yang
memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Wilayah tersebut
terdiri atas danau, sungai, persawahan, dan perairan pantai, seperti
di dataran pantai di Kabupaten Tanah Laut dan daerah Tabonio.
Di sektor pertambangan dan galian, Propinsi Kalimantan
Selatan memiliki potensi berbagai bahan galian dan mineral,
seperti minyak bumi, intan, platina, batu bara, emas, bijih besi,
batu gamping, mangan, nikel, dan kromit. Sebagian dari jenis
tambang tersebut sudah diusahakan seperti minyak bumi, intan,
emas, dan batu bara yang tersebar di Kabupaten Banjar, Tapin
Tanah Laut, dan Tabalong. Minyak dan gas bumi hingga saat ini
ditambang di Kabupaten Tabalong, yaitu di Tanjung dan Murung
131
Pudak. Batu gamping untuk bahan baku semen dan bahan kapur
terdapat di antara Sungai Barito dan daerah perbatasan dengan Propinsi
Kalimantan Timur.
Di sektor industri, Kalimantan Selatan memiliki potensi
industri baik yang berbasis sumber daya alam, khususnya industri
pengolahan hasil hutan dan hasil pertanian, maupun yang
memanfaatkan dan mengandalkan teknologi seperti industri mesin
serta industri kimia dasar yang potensial untuk dikembangkan.
Pariwisata juga merupakan sektor yang potensial untuk
dikembangkan. Kalimantan Selatan memiliki potensi wisata yang
beragam, baik wisata alam maupun budaya yang dapat
dikembangkan secara lebih optimal dengan mempertimbangkan
kekayaan alam propinsi ini yang terdiri atas sungai, hutan, serta latar
belakang sejarah dan keanekaragaman seni dan budaya.
Potensi perdagangan ekonomi regional, dengan mengingat
posisi geografis propinsi ini yang langsung berbatasan dengan Laut
Jawa, dapat dikembangkan untuk kerja sama antar wilayah,
khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan antar propinsi yang
berdekatan seperti dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur
atau dengan propinsi-propinsi di Pulau Jawa, dan dengan negara
lain untuk memperkuat basis ekspor daerah. Potensi kerja sama ini
didasari oleh pemanfaatan dan pengembangan keunggulan komparatif, terutama dari segi potensi kandungan sumber daya alam.
IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN
PEMBANGUNAN
1. Arahan GBHN 1993
GBHN 1993 mengamanatkan bahwa pembangunan daerah
diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasilnya
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan
132
b. Sasaran Repelita VI
Sasaran pembangunan Daerah Tingkat I
Kalimantan Selatan dalam Repelita VI adalah
berkembangnya otonomi daerah yang nyata,
dinamis, serasi, dan bertanggung jawab dengan
titik berat pada daerah tingkat II; meningkatnya
kemandirian
dan
kemampuan
dalam
merencanakan dan mengelola pembangunan
termasuk dalam
135
138
139
140
141
Kependudukan
143
144
146
1. Program Pokok
a. Program Peningkatan Kemampuan Aparatur
Pemerintah Daerah
Program ini meliputi upaya:
1) meningkatkan kemampuan, disiplin, dan wawasan aparatur
pemerintah daerah serta mendayagunakan fungsi dan struktur
kelembagaan pemerintah daerah terutama aparatur pemerintah
daerah tingkat II termasuk kecamatan dan desa;
2) meningkatkan kualitas manajemen pemerintah daerah yang
meliputi sistem perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pengendalian, termasuk memantapkan fungsi koordinasi, baik
antarinstansi pemerintah di daerah maupun antara lembaga
pemerintah pusat dan daerah;
3) menyempurnakan dan melengkapi
perundang-undangan daerah;
perangkat
peraturan
150
151
156
0
daging;
g)
h) peningkatan kegiatan penyuluhan dalam rangka meningkatkan penguasaan dan penerapan teknologi pertanian;
3) meningkatkan produktivitas dan produksi hasil hutan, antara
lain melalui pemantapan kawasan hutan, penatagunaan hutan
konversi secara terpadu, pembangunan hutan tanaman baru,
hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan serta pengembangan
usaha rakyat dalam mengolah hasil hutan;
4) mengembangkan secara terpadu sektor unggulan pariwisata
melalui pengembangan obyek dan daya tarik agrowisata,
peninggalan sejarah dan budaya antara lain pengembangan
obyek wisata Goa Batuhapu, pengembangan objek wisata
alam Bajuin, pengembangan obyek wisata alam Batu Benawa
serta Pantai Batakan yang dikaitkan dengan keberadaan
kawasan hutan lindung yang ada;
5) mengembangkan secara terpadu sektor pertambangan yang
diarahkan untuk meningkatkan produksi dan penganekaragaman hasil tambang termasuk upaya pengolahan, terutama
untuk komoditi minyak dan gas bumi, emas, intan dan batu
bara; di samping itu, dilaksanakan kegiatan pemetaan geologi
dan geofisika, penyelidikan bahan galian, mitigasi bencana
157
lingkungan
d) perbaikan, pemeliharaan, pengamanan dan pengembangan wilayah sungai untuk DAS Barito Riam Kanan;
e)
160
e)
f)
dan
b)
c)
161
162
164
165
TABEL 47 17
WILAYAH, SATUAN PEMERINTAHAN, DAN JUMLAH PENDUDUK
DERAH TINGKAT I KALIMANTAN SELATAN
1990, 1993, DAN 1996
No.Daerah Tingkat II
(1)
Luas
Wilayah
(km2)
(2)
Kabupaten
Jumlah
Kecamatan
(3)
Jumlah
Desa
(4)
Laki-laki
1993
Wanita
Jumlah
Laki-laki
1996
Wanita
Jumlah
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
36.463,25
105
2.118
1.059,6
1.064,4
2.124,0
1.133,2
1.134,8
2.268,0
1.260,5
1.255,6
2.516,1
Kepadatan
Penduduk
1990
(jiwa/km2)
(14)
Laju Pertumbuhan
Penduduk/tahun
1990 1996
(%)
(15)
58
2,14
1.
Barito Kuala
3.284,00
14
198
113,2
113,0
226,2
122,2
122,1
244,3
137,5
137,8
275,3
69
2,49
2.
Banjar
6.228,00
14
295
223,8
220,3
444,1
238,7
235,4
474,1
263,4
260,3
523,7
71
2,08
3.
Hulu Sungai
1.472,00
314
108,0
113,1
221,1
110,9
115,1
226,0
114,8
117,4
232,2
150
0,61
1.703,00
10
225
90,4
94,7
185,1
91,8
96,2
188,0
94,1
96,7
192,8
109
0,51
2.771,00
12
375
132,9
141,6
274,5
137,4
146,3
283,7
144,0
153,0
297,0
99
0,99
13.044,50
19
276
159,5
149,7
309,2
182,0
170,5
352,5
224,6
209,8
434,4
24
4,34
2.149,75
125
94,0
90,6
184,6
105,6
101,2
206,8
127,1
120,5
247,6
86
3,74
2.315,00
10
130
62,6
64,3
126,9
65,3
66,8
132,1
69,2
70,5
139,7
55
1,21
3.496,00
11
180
75,2
77,1
152,3
79,3
81,2
160,5
85,8
87,6
173,4
44
1,64
Kotamadya
72,00
50
241,3
241,2
482,5
256,1
257,4
513,5
280,5
284,7
565,2
6.701
2,00
10. Banjarmasin
72,00
50
241,3
241,2
482,5
256,1
257,4
513,5
280,5
284,7
565,2
6.701
2,00
36.535,25
109
2.168
1.300,9
1.305,6
2.606,5
1.389,3
1.392,2
2.781,5
1.541,0
1.540,3
3.061,3
71
2,11
Tengah
4.
Hulu Sungai
Selatan
5.
Hulu Sungai
Utara
6.
Kota Baru
7.
Tanah Laut
8.
Tapin
9.
Tabalong
Jumlah
167