PEMBAHASAN Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang
digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Sabun dapat dibuat pula dari
minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun. Minyak tumbuhan maupun lemak hewan
merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan
baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12
sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan
menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat
sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis
antara basa-basa alkali dengan asam lemak yang akan menghasilkan gliserol dan
garam yang disebut sebagai sabun. Asam lemak yang digunakan yaitu asam lemak tak
jenuh, karena memiliki paling sedikit satu ikatan ganda diantara atom-atom karbon
penyusunnya dan bersifat kurang stabil sehingga sangat mudah bereaksi dengan
unsure
lain.
Sedangkan
basa
alkali
yang digunakan yaitu basa-basa yang menghasilkan garam basa lemah. Pada
percobaan ini menggunakan jenis alkali KOH dan NaH dalam proses pembuatan sabun
kalium dan sabun natrium. Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan
alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang
menghasilkan sabun dan gliserin. Berikut ini merupakan bentuk dari reaksi
penyabunan. Pada proses pembuatan sabun kalium, ke dalam 3 mL minyak
dimasukkan KOH/Etanol 10%. Penambahan Etanol disini berfungsi sebagai pelarut
yang semakin lama semakin habis karena menguap. Etanol dapat menguap
dikarenakan etanol memiliki titik didih yang lebih rendah daripada minyak, sehingga
ketika dipanaskan memungkinkan Etanol akan menguap. Ketika campuran minyak dan
Etanol dipanaskan, maka akan terjadi kenaikan suhu di mana akan mempercepat laju
reaksi dikarenakan pemanasan akan membuat energi kinetic semakin cepat sehingga
reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Proses saponifikasi dikatakan telah berlangsung
sempurna dengan cara menguji larutan ke dalam air. Apabila ketika beberapa sampel
larutan dimasukkan ke dalam air dan tidak terdapat minyak/lemak pada air itu berarti
saponifikasi telah berhasil. Hasil dari saponifikasi tersebut berupa cairan kental
berwarna kuning keputihan dan berbau menyengat. Hasil tersebut kemudian ditambah
aquades sehingga kini terbentuk sabun kalium yang memiliki wujud cair kental.
Sedangkan dalam pembuatan sabun natrium, sebagian sabun kalium yang dihasilkan
ditambahkan larutan NaCl jenuh. Penambahan larutan NaCl jenuh bertujuan untuk
memisahkan sabun dari produk sampingan dari reaksi sebelumnya, yaitu gliserol.
Setelah itu dari proses penyaringan campuran larutan tadi akan terbentuk sabun
natrium yang memiliki wujud padat dan berwarna putih. Pada percobaan kedua yaitu
analisis asam lemak dari sabun, sabun kalium diberi tambahan larutan HCl
ditolak leh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak
lain. Karena tolakmenolak antar tetes-tetes sabun minyak, maka minyak itu tidak dapat
saling bergabung tetapi tetap tersuspensi. Pada percobaan kemampuan sebagai
surfaktan (efek ion-ion sadah) dilakukan untuk mengetahui kemampuan setiap sabun
ketika berada dalam air sadah, yaitu air yang mengandung kation divalent Ca, Mg,
dan Fe. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa pada sabun kalium dan sabun
natrium meninggalkan endapan ketika dicampur dengan larutan yang mengandung ion
sadah.
Di
mana
pada
sabun
kalium
dan
natrium
adanya
kation divalent Ca, Mg, Fe akan membentuk endapan dengan anion karboksilat
dari sabun. Reaksinya Dengan terbentuknya endapan, maka fungsi sabun untuk
membersihkan kotoran menjadi kurang atau tidak efektif. Sabun akan berbuih kembali
setelah ion-ion sadah yang terdapat dalam air mengendap. Hal ini berkebalikan dengan
sabun deterjen tidak ditemukan adanya endapan ketika dicampur dengan larutan yang
mengandung in sadah. Fenomena ini terjadi karena sabun deterjen tidak dapat bereaksi
dengan ion-ion sadah, seperti Ca, Mg, dan Fe. Berdasarkan bukti tersebut
sehingga sabun deterjen masih dapat bekerja dengan sangat efektif ketika berada
dalam air sadah.
alasan memilih NaOH dan minyak goreng kelapa sawit sebagai bahan
baku yaitu karena relative banyak di temukan dan harganya yang
ekonomis.Tetapi untuk menghasilkan sabun yang lunak dan kualitas
nya lebih bagus bahan baku yang di guankan adalah KOH dan
Minyak kelapa.Dalam pembuatan sabun NaOH di buat berlebih
sehingga semua minyak dalam hal ini trigliserida bisa semuanya
membentuk sabun. Pembuatan sabun dimulai dengan mencampurkan
dua bahan baku di atas yaitu minyak goreng dengan NaOH kemudian di
aduk-aduk hingga campuran bercampur rata dan wujudnya seperti
susu kental yang tidak ada minyak di atasnya. Prinsip dalam proses
saponifikasi,yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan
gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran antara minyak dan
alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang
disebut dengan trace. Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan
garam NaCl.. Garam NaCl ditambahkan untuk memisahkan antara
produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai
sabun padat yang memisah dari gliserol. Dalam percobaan, NaCl yang
ditambahkan hanya sedikit yaitu 0,1 gram agar kandungan NaCl pada
produk akhir jumlahnya sedikit. Karena jika kandungan NaCl dalam
sabun terlalu tinggi, maka produk sabun yang dihasilkan akan terlalu
keras.Selanjutnya yaitu penambahan amylum yang berfungsi untuk
2.3 Reaksi
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur
dengan alkali yang menghasilkan sabun dan gliserol.
O
O
O
O
O
CH 2OH
O OR
O OR
3NaOH
OR
Trigliserida
molekul sabun
(lemak atau minyak)
atau
CHOH
CH 2OH
R1
R2
R3
Natrium
Hidroksida
O O Na
O O Na
O Na
Gliserol
O
O
O
O
CH 2OH
O OR
O OR
KOH
CHOH
CH 2OH
OR
Trigliserida
K O
K O
K O
R'
R''
Kalium
Gliserol
molekul sabun
(lemak atau minyak)
Hidroksida
Sedangkan pada detergen, reaksi yang terjadi adalah:
R
RCH
CHR'
AlC 3
CHCH 2R'
CHCH 2R'
H2SO 4
CHCH 2R'
NaOH
SO 3H
Reaksi Friedel-Craft
Netralisasi Detergen
Reaksi Sulfonasi
SO 3Na
Reaksi
Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi
partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Pada proses
saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah
tercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalis dengan sendirinya pada kondisi
tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsikedua
reaktan tersebut, menyebabkan suatupercepatan pada kecepatan reaksi.
Ketidakuntungan sabun muncul bila digunakan dalam air sadah, yang
mengandung kation-kation logam tertentu, seperti Ca, Mg, Fe, kation-kation
tersebut menyebabkan garam-garam natrium atau kalium dari asam karboksilat
yang semula larut menjadi garam-garam karboksilat yang tidak larut.
(Sastrohamidjojo, 2005)
Sabun memiliki sifat sebagai berikut:
a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi, sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa
ini tidak terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih
setelah garam Mg atau Ca mengendap dalam air.
CH(CH)COONa + CaSONaSO
Ca(CH(CH)COO)
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimi koloid,
sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang
bersifat polar maupun nonpolar. Molekul sabun memiliki rantai hydrogen
CH(CH) yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air)
dan larut dalam zat organic. Sedangkan COONa sebagai kepala yang bertindak
sebagai hidrofilik (suka air). (Bairley,AE. 1950)
C17H35-C-Na(O)-O
Pada proses pembuatan sabun kalium, ke dalam 3 mL minyak dimasukkan KOH/Etanol 10%.
Penambahan Etanol disini berfungsi sebagai pelarut yang semakin lama semakin habis karena
menguap. Etanol dapat menguap dikarenakan etanol memiliki titik didih yang lebih rendah
daripada minyak, sehingga ketika dipanaskan memungkinkan Etanol akan menguap.
Ketika campuran minyak dan Etanol dipanaskan, maka akan terjadi kenaikan suhu di mana akan
mempercepat laju reaksi dikarenakan pemanasan akan membuat energi kinetic semakin cepat
sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Proses saponifikasi dikatakan telah berlangsung sempurna dengan cara menguji larutan ke dalam
air. Apabila ketika beberapa sampel larutan dimasukkan ke dalam air dan tidak terdapat
minyak/lemak pada air itu berarti saponifikasi telah berhasil. Hasil dari saponifikasi tersebut
berupa cairan kental berwarna kuning keputihan dan berbau menyengat. Hasil tersebut kemudian
ditambah aquades sehingga kini terbentuk sabun kalium yang memiliki wujud cair kental.
Sedangkan dalam pembuatan sabun natrium, sebagian sabun kalium yang dihasilkan
ditambahkan larutan NaCl jenuh. Penambahan larutan NaCl jenuh bertujuan untuk memisahkan
sabun dari produk sampingan dari reaksi sebelumnya, yaitu gliserol. Setelah itu dari proses
penyaringan campuran larutan tadi akan terbentuk sabun natrium yang memiliki wujud padat dan
berwarna putih.
Pada percobaan kedua yaitu analisis asam lemak dari sabun, sabun kalium diberi tambahan
larutan HCl pengasaman beberapa tetes. Penambahan larutan HCl pengasaman ini bertujuan
untuk membentuk suasana asam pada larutan. Keasaman larutan dapat diukur dengan
menggunakan kertas lakmus merah (kalau warna kertas lakmus merah tidak berubah (tetap
merah) berarti larutan sudah menjadi asam). Proses serupa juga dilakukan pada sabun natrium.
Perlakuan larutan sabun dengan HCl pengasaman akan menghasilkan
campuran asam lemak.
Reaksi pada proses tersebut adalah sebagai berikut.
Aseton merupakan senyawa yang memiliki sifat polar. Campuran asam lemak
dari sabun kalium dan natrium dapat larut dalam asetons esuai asas like
dissolve like, yaitu senyawa yang memiliki kemiripan kemolaran akan saling
melarutkan.
Pada percobaan ini didapatkan hasil bahwa kalium akan lebih mudah larut
dalam aseton dibandingkan dengan natrium walaupun sebenarnya keduanya
juga larut dalam aseton. Hal ini disebabkan karena K yang lebih mudah lepas
daripada Na. Sehingga sabun kalium akan lebih cepat larut.
Pada percobaan ketiga yakni sifat sabun dan deterjen di mana hel ini bertujuan
untuk mengetahui sifat dan kemampuan setiap sabun dalam membersihkan
atau mengikat lemak atau kotoran.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa sabun kalium dapat
membersihkan lemak namun kurang begitu bersih karena hanya mampu
mengikat lemak dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan pada sabun natrium
juga dapat membersihkan lemak tapi jika dibandingkan dengan sabun kalium
dalam membersihkan lemak lebih bersih. Fenomena di mana sabun kalium
dapat melarutkan minyak/lemak lebih banyak dari sabun natrium disebabkan
karena sabun kalium merupakan sabun cair sementara sabun natrium
merupakan sabun padatan, sehingga akan memiliki kemampuan melarutkan
lemak lebih tinggi dibandingkan dengan sabun natrium.
Sedangkan minyak yang dibersihkan menggunakan sabun deterjen memiliki
tingkat kebersihan yang paling tinngi karena sabun deterjen memiliki
kemampuan mengikat lemak paling tinggi. Hal ini disebabkan deterjen memiliki
sifat dapat mengemulsi lemak secara sempurna, yaitu bagian nonpolar dari
ujung-ujung hidrokarbon pada deterjen megelilingi tetesan minyak secara
merata, sehingga deterjen dapat mengemulsikan lemak.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon yang panjang
dengan pada bagian ujung terdapat ion. Bagian hidrokarbon ini bersifat
hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar, sedangkan ujung ion yang satunya
bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena itulah secara keseluruhan sabun
tidak sepenuhnya larut dalam air. Namun, sabun mudah tersuspensi dalam ir
karena
digunakan, selanjutnya padatan ditekan hingga bebas dari air. Hasil yang diperoleh, bobot sabun
seberat 81,33 gram.
4.2.2 Sifat-Sifat Sabun
Pada percobaan ini merupakan uji sifat-sifat sabun atau uji kesadahan. Kesadahan
merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun.
Pada air berkesadahan rendah air dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun,
sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan membentuk busa. Disamping itu, kesadahan
juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha memanipulasi nilai
pH.
Air sadah adalah air yang mengandung ion Ca 2+ atau Mg2+ biasanya terbentuk dari garam
karbonat atau sulfat. Air sadah mempunyai sifat yaitu menyebabkan sabun sukar berbuih dan
timbulnya sejenis karang dan kerak.
Pada hasil percobaan pada kedua tabung setelah dipanaskan terbentuk endapan sabun
berwarna putih gading
Sabun sukar berbuih dalam air sadah, karena ion Ca2+ yang terkandung mengendapkan
Sabun Natrium. Reaksi sebagai berikut :
CaCO3
Ca-Karbonat
stearate natrium
endapan sabun
Na-Karbonat
Selain direaksikan dengan larutan ion Ca2+, sabun juga direaksikan dengan larutan HCl.
Dalam asam, sabun akan dihidrolisa menjadi asam lemak kembali.
Reaksi sebagai berikut :
Sabun memiliki sifat yang unik, yaitu pada strukturnya dimana kedua ujung
dari strukturnya memiliki sifat yang berbeda. Pada salah satu ujungnya terdiri dari
rantai hidrokarbon asam lemak yang bersifat lipofilik (tertarik pada atau larut lemak dan
minyak) atau basa yang disebut ujung nonpolar sedangkan pada ujung lainnya merupakan
ion karboksilat yang bersifat hidrofilik (tertarik pada atau larut dalam air) atau ujung polar.
Struktur Sabun
4.2.3 Penentuan Kadar Asam Lemak
Dalam percobaan tentang penentuan kadar asam lemak dari sabun menggunakan alat
ekstraksi yaitu dengan menggunakan corong pisah, yang kemudian dititrasi untuk diketahui
persentase asam lemak dari sabun Fresh tersebut.
Pertama yang didahulukan yaitu sabun dipotong kecil-kecil, kemudian ditimbang
sebanyak 0,5 g. setelah itu dilarutkan dengan 400 mL air dan menambahkan 1-3 indikator pp
dalam hal ini agar mengetahui bahwa larutan tersebut mengandung asam atau basa. Setelah
penambahan indikator pp yaitu terjadi perubahan warna ungu muda dan ini menandakan bahwa
larutan tersebut bersifat basa. Kemudian dipanaskan sambil dikocok, fungsi dipanaskan yaitu
agar dapat mempercepat larutnya sabun. Sabun yang telah larut tersebut diencerkan menjadi 500
mL.
Selanjutnya yaitu diambil 20 mL larutan, kemudian dimasukkan kedalam corong pisah,
ditambahkan 10 mL petroleum eter lalu dikocok, petrolrum ini berfungsi untuk mengikat asam
lemak dari larutan air sabun tersebut. Ketika dilakukan pengocokan terjadi emulsi dan adanya 2
fasa yaitu fasa organik dalam hal ini petroleum eter yang berada lapisan atas kuning dan lapisan
air pada bagian bawah putih keruh dan beremulsi. Karena itu, ditambahkan 10 mL larutan NaCl
jenuh lalu di kocok selama 10 menit agar emulsi hilang.
Reaksi antara stearat dan NaCl yaitu
tersebut kemudian dilakukan titrasi. volume yang diperoleh ketika titrasi sebesar 13,2 ml,
sehingga diperoleh konsentrasi asam lemak hasil titrasi hanya sebesar 0,005. Sehingga dapat
diketahui persan asam lemak dari sabun fres sebesar 93,88 %.
Percoaan ini memiliki tujuan untuk mempelajari proses saponifikasi suatu
lemak dengan menggunakan kalium hidroksida (KOH) dan natrium hidroksida
(NaOH) dan mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen.
Sabun adalah garam logam alkali dari asam-asam lemak, dimana dalam percobaan ini
alkali yang dimaksud adalah kalium (K) dan natrium (Na). Reaksi pembentukan sabun ini
disebut sebagai reaksi saponifikasi atau reaksi penyabunan. Reaksi saponifikasi dengan
menggunakan natrium hidroksida (NaOH) adalah sebagai berikut:
CHOC(CH)CH CHOH
(KALOR)
CHOC(CH)CH + 3NaOH CHOH + 3CH(CH)CONa
CHOC(CH)CH CHOH
Tristearin Gliserol Sodium Stearat (suatu sabun Na)
Dan reaksi saponifikasi dengan menggunakan KOH adalah sebagai berikut:
O
memiliki kemampuan mengemulsi kotoran berminyak. Hal ini disebabkan oleh dua
sifat sabun yaitu, pertama rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat
nonpolar, seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun yang
tertarik pada air ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul
dari tetesan-tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabunminyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung, tetapi tetap tersuspensi.
Pada perlakuan larutan sabun dengan asam klorida encer akan menghasilkan
campuran asam lemak:
RCOOK RCOOH
RCOOK + 3HCL RCOOH + 3KCl
RCOOK RCOOH
Pada pembuatan sabun kalium, setelah 3 ml minyak dimasukkan ke dalam
gelas beker ditambahkan 20 ml KOH/etanol 10% dan dipanaskan sambil diaduk.
Etanol disini berfungsi sebagai pelarut yang semakin lama semakin habis karena
menguap, hal ini disebabkan karena titik didih etanol yang lebih rendah daripada
minyak. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi, karena dengan kenaikan
suhu, maka energi kinetic akan semaki cepat sehingga reaksi berlangsung lebih
cepat. Setelah itu akan terbentuk sabun kalium. Hasil kesempurnaan saponifikasi
dapat dites dengan meneteskan hasil reaksi ke
dalam air, yaitu semakin sedikit atau tidak ada tetesan lemak dalam air,
maka reaksi saponifikasi berlangsung semakin smepurna. Hasil tersebut memiliki
wujud padatan berwarna kuning gading dengan bau yang menyerupai lemari kayu.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O
memisahkan sabun dari produk sampingan dari reaksi sebelumnya, yaitu gliserol.
Setelah itu akan terbentuk suatu yang berbentuk padatan setelah dilakukan
penyaringan dengan menggunakan kertas saring. Padatan inilah yang disebut
dengan sabun natrium yang memiliki waena kuning gading.
Pada percobaan analisis asam lemak dari sabun, padatan sabun kalium dan
sabun natrium diuji kelarutannya dalam aseton. Setelah ditambahkan aseton 2 ml
ditambahkan HCl dengan tujuan memberikan suasana asam pada larutan dimana
keasaman diukur dengan menggunakan kertas lakmus. Reaksi sabun kalium dengan
HCl adalah sebagai berikut:
K + HCl KCl
Dan reaksi antara sabun natrium dengan HCl:
Na + HCl NaCl
Aseton merupakan senyawa yang memiliki sifat polar. Campuran asam lemak
dari sabun kalium dan natrium dapat larut dalam asetons esuai asas like dissolve
like, yaitu senyawa yang memiliki kemiripan kemolaran akan saling melarutkan.
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa sabun kalium lebih cepat larut dalam aseton
daripada sabun natrium, hal ini dikarenakan K yang lebih mudah lepas daripada
Na. Sehingga sabun kalium akan lebih cepat larut. Sabun natrium juga dapat larut
dalam aseton, karena minyak memiliki rantai karbon yang panjang dan bersifat
nonpolar. Sehingga sesuai asas like dissolve like minyak tidak dapat larut dalam
aseton yang bersifat polar.
Pada percobaan sifat sabun dan detergen, minak kelapa sawit dioleskan pada
tiga gelas arloji dan dibersihkan masing-masing dengan menggunakan tiga tetes
larutan sabun natrium, tiga tetes sabun kalium, dan tiga tetes larutan sabun
detergen dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan membersihkan atau
mengikat lemak pada masing-masing sabun. Dari hasil percobaan diketahui bahwa
sabun kalium dapat mengikat lemak dalam jumlah yang sedikit. Pada sabun
natrium dapat mengikat lemak namun lebih sedikit dari sabun kalium. Sedangkan
sabun detergen memiliki kemampuan mengikat lemak paling tinggi. Hal ini
dikarenakan detergen memiliki sifat dapat mengemulsi lemak secara sempurna,
yaitu bagian nonpolar dari ujung-ujung hidrokarbon pada detergen megelilingi
tetesan minyak secara merata, sehingga detergen dapat mengemulsikan lemak.
Sedangkan pada sabun natrium dan kalium, sabun kalium dapat melarutkan
minyak/lemak lebih banyak dari sabun natrium. Hal ini disebabkan karena sabun