Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
terumbu karang
berarti menyelamatkan
alam dan diri kita sendiri.
DAN SEDERAJAT
k terduga.
a
d
ti
g
n
a
t
a
d
a
n
a
c
n
e
B
A yo kit a si a g a!
Kata Pengantar
Indonesia, sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau melebihi
17.000 dan garis pantai lebih dari 81.000 km. Posisinya di antara Benua Asia dan Australia,
serta Samudera Pasifik dan Hindia, dengan kompleksitas geologis dengan perbenturan
lempeng Eurasia, Filipina, Pasifik, dan lempeng Samudera Hindia-Australia, memberikan
anugerah kepada Indonesia untuk memiliki keanekaragaman hayati paling kaya di dunia.
Keanekaragaman hayati yang memberikan manfaat sangat besar bagi masyarakat, di
antaranya dipersembahkan oleh ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.
Keanekaragaman hayati laut Indonesia dari segi sosial, ekonomi, dan ekologi tidak
hanya besar maknanya bagi penduduk Indonesia, namun juga berperan penting dalam
dimensi global. Indonesia adalah tempat ideal untuk pertumbuhan karang, dengan luas
total terumbu karang Indonesia mencapai 85.707 km2 atau sekitar 14% luas terumbu karang
dunia (Tomascik dkk, 1997). Keanekaragaman hayati terumbu karang Indonesia tercermin
dari 2.057 jenis ikan karang, 2.500 jenis moluska, 461 jenis karang batu, serta berbagai
jenis hewan dan tumbuhan laut lainnya yang mengisi kekayaan hayati laut. Kekayaan yang
melimpah dari ekosistem terumbu karang saja menyajikan potensi US$ 1.647 juta per tahun
(Burke dkk. 2002), dari sektor perikanan, pariwisata, bahan baku obat-obatan dan industri,
pertahanan pantai, hingga pendidikan dan penelitian.
Namun sejalan dengan waktu, degradasi kondisi laut terus berlanjut ke tingkat parah.
Hal ini ditunjukkan dengan kondisi terumbu karang yang paling baik di Indonesia belum
beranjak dari kisaran 6,69% (Suharsono, LIPI 2003). Upaya-upaya pelestarian terumbu
karang serta ekosistem laut lainnya, memerlukan usaha yang lebih keras, namun juga perlu
mendukung kesejahteraan masyarakat dengan pemanfaatnya secara lestari. Mata rantai
keserakahan dan kemiskinan menjadi perhatian utama dalam upaya pemulihan kondisi
karang serta pengelolaan sumber daya laut yang lestari. Kemiskinan terbesar berada pada
masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, di mana ironisnya sumber daya alam dan potensinya
seyogyanya berlimpah ruah. Tingkat pendidikan yang sangat rendah juga memperburuk
kondisi tersebut, di mana jumlah tertinggi penduduk pulau lokasi pilot COREMAP (Kepulauan
Riau, Taka Bonerate, Biak) yang meneruskan pendidikan hingga perguruan tinggi hampir
mencapai 0% (TNS/JHUCCP/COREMAP LIPI, 2001). Terbatasnya akses informasi ilmiah yang
mendukung pemberdayaan masyarakat, serta disorientasi pembangunan laut yang masih
bersifat kedaratan, menjadi beban tambahan masyarakat miskin pesisir.
Melalui pendidikan masyarakat; formal, non formal, maupun informal konsisten dan
berkelanjutan, didukung aspek penegakan hukum, pengelolaan partisipatif oleh masyarakat,
serta dukungan ilmiah dari segala pihak, maka pemutusan mata rantai yang menjadi penyebab
utama degradasi sumber daya laut, menjadi hal yang sangat mungkin untuk diwujudkan.
Kegiatan Pendidikan Kelautan yang diprakarsai oleh LIPI COREMAP sejak awal tahun
2000 meliputi rangkaian lokakarya guru dan praktisi pendidikan, Diknas, LSM lingkungan
laut, pihak swasta, dan pakar kelautan, yang kemudian dimantapkan dalam bentuk matriks
Kurikulum Kelautan Berbasis Kompetensi pada tahun 2002 untuk tingkat Sekolah Dasar dan
iii
Sederajat, dengan bimbingan tim pusat kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, serta
digubah menjadi Seri Buku Pesisir dan Laut Kita untuk kelas 1 hingga 6 SD, beserta panduan
guru.
Sejalan dengan tingginya kebutuhan materi pendidikan di jenjang SMP dan SMA, LIPI
juga memulai upaya penulisan buku melalui proses lokakarya guru serta diskusi dengan pakar
dan praktisi lingkungan laut, dan mempererat kerja sama dengan Departemen Pendidikan
Nasional, utamanya Pusat Kurikulum. Buku inilah yang kemudian diharapkan menjadi acuan
belajar siswa dan guru dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang
kelautan. Buku ini memuat pengayaan materi yang terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu
yang berkaitan dengan pengelolaan laut, baik dari ekologi, fisika, kimia, dan biologi, hingga
menyentuh aspek sosial budaya, serta ekonomi. Diharapkan buku ini dapat memberikan
panduan yang komprehensif bagi siswa dalam melihat berbagai sisi pengelolaan laut yang
harus terintegrasi satu sama lainnya. Selain memberikan pemahaman berbagai aspek
pengelolaan wilayah pesisir, buku ini juga membuka mata siswa dan guru untuk ikut serta
berupaya mengurangi risiko bencana yang kerap terjadi di wilayah pesisir.
Terlahirnya buku seri pengetahuan laut tingkat SMP dan SMA ini tidak terlepas dari
dukungan berbagai pihak. Karenanya, LIPI menyampaikan penghargaan dan terima kasih
terutama kepada tim penulis buku yang telah bekerja keras menuangkan pemikiran serta
pengetahuannya dalam sajian yang interaktif dan menarik, sehingga mudah digunakan
oleh siswa maupun guru. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Departemen
Pendidikan Nasional, Pusat Kurikulum yang senantiasa mendukung inisiatif ini, serta
mendukung sosialisasi pengetahuan kelautan dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi
atau kurikulum tingkat satuan pendidikan. Terima kasih kami sampaikan kepada lembaga
pemerintah maupun non pemerintah, beserta guru-guru dan sekolah yang turut membantu
proses penyempurnaan buku ini.
Menjadi sebuah harapan besar, bahwa buku seri pengetahuan laut ini akan turut
memberikan kontribusi yang bermakna untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia
yang handal dalam mengelola lingkungan lautnya secara arif hingga generasi-generasi
berikutnya.
Jakarta, 28 Desember 2007
iv
Kata Sambutan
Indonesia merupakan salah satu negara bahari yang memiliki kekayaan dan
keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi tersebut antara lain sebanyak 14 % terumbu
karang dunia tersebar di wilayah Indonesia dan lebih dari 2.500 jenis ikan dan 500 jenis
karang hidup di dalamnya. Kekayaan dan keanekaragaman jenis biota laut tersebut belum
dimanfaatkan secara maksimal secara berkelanjutan dalam membangun Indonesia menjadi
salah satu negara bahari terbesar di dunia.
Pusat Kurikulum Balitbang Diknas bekerja sama dengan Bagian Pendidikan dan
Komunikasi Masyarakat yang bernaung dalam Program Pelestarian Terumbu Karang Nasional
(COREMAP-LIPI) telah berupaya untuk menyusun bahan ajar sehingga menghasilkan buku
serial Pesisir dan Laut Kita untuk jenjang SMP dan SMA. Upaya serupa telah dilakukan
untuk jenjang Sekolah Dasar dan bahan tersebut juga dipergunakan pada sekolah binaan
dan sekolah di wilayah lain. Harapannya buku tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan
ajar untuk wilayah yang lebih luas lagi.
Buku ini disusun sebagai salah satu upaya mengimplementasikan hasil riset peneliti
kelautan yang diselaraskan dengan riset bidang sosial dan diperkaya dengan pengalaman
di lapangan. Buku ini disusun dengan memperhatikan perkembangan intelektual peserta
didik.
Penyajian buku meliputi informasi konsep sebagai gambaran keluasan dan
kedalaman materi yang dipandu dengan peta konsep dan tugas mandiri agar peserta
didik mengkonstruksi sendiri konsep dan menguasai keterampilan dasar, serta rubrik
untuk memperluas pemahaman mereka. Selain itu disajikan soal agar peserta didik dapat
merefleksikan tingkat pemahaman mereka terhadap materi dalam bab. Dengan demikian
peserta didik akan memiliki kompetensi dasar yang tidak hanya berupa pengetahuan yang
statis, tetapi dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga mendukung
upaya pelestarian sumber daya laut.
Buku serial Pesisir dan Laut Kita diharapkan dapat dijadikan bahan ajar untuk
diintegrasikan dalam mata-mata pelajaran yang terdapat dalam Standar Isi yang
dioperasionalkan dalam KTSP atau menjadi muatan lokal. Buku ini dapat dipergunakan
baik di wilayah yang memiliki karakteristik kelautan atau di wilayah lainnya sebagai buku
pengayaan. Bahan ajar ini tidak menutup kemungkinan akan lebih diperkaya sesuai dengan
kondisi serta kebutuhan wilayah setempat.
Dengan disusunnya buku ini diharapkan akan dapat mempersiapkan generasi muda
yang memiliki pengetahuan dan kompetensi dasar dalam bidang kelautan. Diharapkan
mereka juga memiliki sikap mental yang baik untuk mencintai dan melestarikan lingkungan
mereka yang pada akhirnya akan turut meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
Jakarta, Desember 2007
Kepala Pusat Kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
Dra. Diah Harianti, M.Psi
v
Daftar Isi
Kata Pengantar
LIPI
iii
Depdiknas
B.
C.
D.
1
2
2
3
4
5
5
7
7
7
8
9
16
A.
vi
18
18
25
26
33
33
40
41
C.
Daftar Pustaka
48
50
55
56
56
59
60
61
62
63
64
64
67
67
68
75
vii
Bab 1
PengetahuanDasarEkosistem
Pesisir dan Laut
Topik: Pesona Laut Kita
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Peta Konsep
Pengetahuan Dasar
Ekosistem Pesisir dan Laut
R UA N G L I N G K U P N YA
Pengertian
TERDIRI DARI
Air Laut
MENCAKUP
Komposisi Kimia
Manfaat
Kawasan Dasar/Bentik
Kawasan Pelagik/Oseanik
Laut Teritorial
Laut Nusantara
Zona Ekonomi Eksklusif
1. Pantai Berbatu
Pantai berbatu adalah pantai yang di
wilayahnya banyak ditemukan batu-batu
besar yang berasal dari letusan gunung
berapi atau batu kapur. Batu-batu tersebut
2
Di siang hari, batu-batu menjadi sangat panas terpanggang matahari, sebaliknya pada malam hari suhu menjadi sangat
dingin. Kondisi lingkungan yang berubahubah itu berpengaruh terhadap kehidupan
hewan dan tumbuhan. Di pantai berbatu
sering terjadi ombak yang sangat keras.
Biota di pantai tersebut harus dapat beradaptasi dengan deburan ombak yang sangat keras. Pada pantai berbatu yang selalu
terendam air, banyak terdapat hewan dan
tumbuhan, seperti kepiting, ikan, anemon,
rumput laut, dan cacing.
Pasang surut air laut juga mempengaruhi biota yang menempel pada batu.
Padahal, kebanyakan organisme laut (biota
laut) memperoleh oksigen dari udara yang
larut dalam air. Biota yang menempel di
batu dekat permukaan air sering mengalami kekeringan, tetapi tetap dapat bertahan
hidup karena mempunyai kemampuan menyimpan air di dalam tubuhnya.
Hewan di pantai berbatu mencari tempat bersembunyi dan makanan dengan
cara yang berbeda. Teritip, beberapa jenis
kerang, dan cacing memperoleh makanan
dengan cara menyaring bahan organik dan
Teritip
Tiram batu
Kepiting batu
Chiton
Gambar 1-2. Pantai berbatu dan biota laut yang hidup di pantai berbatu
(Foto: Pramudji, P2O - LIPI)
2. Pantai Berpasir
Pantai berpasir adalah pantai yang
wilayahnya terdiri dari pasir. Warnanya
pun bermacam-macam, ada yang putih,
putih kecokelatan, dan kehitam-hitaman.
Mengapa warna pasir bermacam-macam?
Pasir putih berasal dari pecahan karang, sedangkan pasir hitam dari gunung berapi.
Sebagian pantai berpasir di Indonesia mengandung kwarsa yang dapat dijadikan bahan pembuat kaca.
Pantai berpasir terjadi karena hempasan
ombak yang dahsyat meruntuhkan dan
memecahkan batu atau karang menjadi
berkeping-keping secara terus-menerus.
Lama-kelamaan pecahan batu-batu tersebut menjadi kerikil/karang kecil-kecil.
3. Pantai Berlumpur
Di daerah ini banyak dijumpai hewanhewan dan tumbuhan yang tahan terhadap
kondisi lingkungan yang sangat ekstrim.
Apa yang dimaksud dengan lingkungan
ekstrim? Lingkungan ekstrim adalah lingkungan di mana sebagian besar makhluk
hidup pada umumnya tidak mampu hidup.
Hewan-hewan di lingkungan tersebut
mampu bertahan hidup dengan air tawar
dari sungai di saat air laut surut dan dengan
air la ut di saat pasang.
Jenis hewan yang banyak dijumpai di
pantai berlumpur adalah kepiting, cacing,
kerang, keong, ikan, biawak, buaya, ular, burung, dan monyet. Sedangkan tumbuhannya adalah dari jenis bakau (mangrove).
Gambar 1-4. A. Penampang pantai pasir dengan beberapa jenis hewan yang hidup di dalamnya. B. Jenis hewan
yang hidup di pantai berpasir.
Kepiting lumpur
Siput lumpur
Cacing lumpur
Keong dara
(Foto: Pramudji,
P2O - LIPI)
(http://pubs.usgs.gov)
(www.wallawalla.edu)
Ikan glodok
(Foto: Susetiono,
P2O - LIPI)
Gambar 1-5. Pantai berlumpur dan jenis hewan yang hidup di pantai berlumpur.
(Foto: M. Kasim Moosa)
Latihan
Untuk mengetahui pemahaman kalian mengenai pengetahuan dasar dan pembagian
pesisir dan laut, maka jawablah pertanyaan berikut:
1. Jelaskan perbedaan antara pantai dan pesisir.
2. Jelaskan pembagian lingkungan laut.
B. Air Laut
Bila berbicara tentang laut sangat mustahil kita tidak berbicara tentang air yang
terkandung di dalamnya karena air laut meliputi 97 persen dari total air yang ada di
bumi.
Air laut susunan kimianya sama dengan
air lainnya, yaitu terdiri dari atom oksigen
dan hydrogen. Tetapi, berbeda dengan
air tawar, air laut rasanya asin. Rasa asin
disebabkan oleh komposisi kimia air laut
Bahan padatan/cairan
b.
Bahan organik/anorganik
Semua bahan pencemar yang disebutkan di atas berasal dari industri, pertanian,
rumah tangga, alat transportasi, rumah
sakit, dan lain-lain. Banyaknya bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan akan
menyebabkan terganggunya kehidupan
biota di dalamnya. Mengapa? Karena berkurangnya kadar oksigen yang terlarut dalam perairan.
Masuknya bahan pencemar ke dalam
perairan laut dapat berakibat:
a. Terganggunya keindahan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh industri akan terjadi
pembusukan, akibatnya timbul bau yang
menusuk hidung. Selain itu warna air yang
menjadi kotor akan menimbulkan pemandangan yang tidak nyaman.
b. Berkurangnya kualitas
perairan
Sebagaimana halnya manusia, maka untuk kelangsungan hidupnya, biota laut pun
membutuhkan makanan yang berkualitas.
Dengan banyaknya bahan pencemar yang
masuk ke dalam perairan akan menurunkan
kualitas perairan yang pada akhirnya akan
b. Produksi garam
Air laut juga dapat digunakan untuk
memproduksi garam melalui proses penguapan. Garam ini dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk dimanfaatkan langsung (makanan) dan untuk
keperluan berbagai industri, seperti industri
kimia, pulp dan kertas, plastik, sabun, dan
lain-lain.
c. Desalinasi
Air laut juga dapat didesalinasi (dihilangkan garamnya) menjadi air tawar yang banyak dimanfaatkan oleh kapal-kapal besar.
a. Sebagai pendingin
Dalam bidang industri, air laut antara
lain dimanfaatkan sebagai pendingin dalam
produksi listrik yang menggunakan tenaga
uap (PLTU). Contohnya PLTU Muara Karang
di perairan Teluk Jakarta, PLTU Suralaya di
perairan pesisir Anyer (Banten).
1. Kawasan pelagik
Secara horizontal, kawasan pelagik dapat dibagi menjadi dua daerah, yakni:
7
a.
b.
b.
Oseanik
Neritik
100 m
Air Surut
200 m
Batipelagik
Be
Afotik
nt
ik
b. Zona afotik
Zona afotik meliputi massa air di bawah
zona fotik yang secara terus-menerus di
dalam kegelapan. Bagian pelagik dari zona
afotik ini terletak pada bagian afotik yang
suhunya antara 100 C dan 40 C, atau pada
kedalaman antara 700-1000 m dan 20004000 m.
Biota yang hidup di zona afotik ada
yang bersifat pemakan partikel lumpur, pemangsa, pemakan bangkai, dan pemecah
gas racun (metan dan H2S) menjadi makannya sebagai hasil simbiosis dengan bakteri.
Daerah/zona afotik selalu dalam kegelapan.
Apakah di zona ini juga terdapat kehidupan? Ya, ternyata di sini hidup berbagai
jenis kerang dan keong (Moluska), bintang
laut, dan teripang (Ekhinodermata), udang
dan kepiting (Krustasea), cacing, spong,
dan ikan.
Bagian-bagian Lautan
Kawasan dasar laut atau kawasan bentik merupakan istilah umum yang berkaitan baik dengan biota maupun zona dasar
laut. Kawasan bentik ini dibagi menjadi:
2.
3.
Pada daerah ZEE ini negara yang bersangkutan berhak memanfaatkan sumber
daya alamnya, namun harus dihormati hak
negara lain untuk melakukan pelayaran
di daerah ini. Pengakuan PBB melalui keputusannya yang dituangkan dalam United Nation Convention on the Law of the
Sea (UNCLOS) 1982. Maka sejak berlaku
mutlak keputusan PBB tersebut tahun
THAILAND
BRUNEI
DARUSSALAM
MALAYSIA
BARAT
SAMUDERA
PASIFIK
LAUT
SULAWESI
ZON
A
MALAYSIA
TIMUR
EKO
NOM
I EK
LAUT
MALUKU
SKL
USIF
IND
ONE
SIA
LA
TS
SELAT
LAUT JAWA
UN
DA
MAK A
SSAR
SINGAPURA
SE
LAUT BANDA
ZON
A
PNG
LAUT
ARAFURA
EKON
OMI
EKSK
LUSIF
TIMOR
LESTE
INDO
NESIA
SAMUDERA HINDIA
ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA
AUSTRALIA
PERAIRAN NUSANTARA
1994, Indonesia secara formal diakui menurut hukum internasional sebagai negara
kepulauan (archipelagic state).
mikian juga dengan penetapan garis batas landas kontinen di Samudera Pasifik
dan Samudera Atlantik yang masih perlu
diselesaikan. Jika tidak diselesaikan maka
akan mempengaruhi kedaulatan wilayah
serta pengelolaannya.
INDIA
08
Contoh:
Peta garis batas landas kontinen RI Malaysia - Thailand.
98O
96O
100O
P. Trinkat
104O
108O
L A U T C I N A S E L ATA N
P. Terutau
08
P. Nancowry
P. Lengkawa
O 95
25
20
P. Perak
P. Georgetown
P. Nicobar Kcl
P. Miru
P. Tubah
P. P. Nicobar
P. Kachaf
19
24
Tg. Jamboaye
IN
DO DIA
NE
SIA
kal
Indo
17
P. Bunguran
IN
06
16
P. P. Anambas
P. Klang
P. We
ACEH
P. Subi Br
21
Bagansiapiapi
Tg. Jamboaye
SUMATERA
(INDONESIA)
P. Serasan
14
13
8
Bengkalis
12
11
9
Singapore
10
Rangsang P. KarimunP. Batam
100O
P. Bintan
K A L I M A N TA N
104O
108O
104O 00
MA L AYSI A
P. Takong
Tg. Piai
10(LK)
8(T)
Jarak
Belum
ada p
= 18
erjan
la
Se
Sultan Shoal
NM
in
t S
ga
ore
Belum
jian P
erbata
san
Garis Pangkal
P. Nipa
01O
20
Horsburg
G aris
ada
nji
perja
Ttk. Dasar
10(LK)
NM
n
= 28
Jarak an Perbatasa
SINGAPORE
JOHOR
01O
20
Pangka
3
2
B I N TA N
B ATA M
P. Karimun Br
INDONESIA
104O 00
Keterangan:
10
22
S U M AT E R A
T
U
L A U T N AT U N A
15
P. Batumandi
P. Ug. Pidie
Rupat
04O
P. Jara
P. Breueh
05O 25' 20'' U
93O 41' 12'' T
Lhokseumawe
23
P. Pangkor
nesia
P. Berhala
P. Rondo
Pang
Garis
04O
Tg. Peuruela
P. Sekatung
M A L AY S I A
06
18
K
P. Nicobar Br
Ringkasan
Pantai adalah daerah tempat bertemunya laut dan darat.
Pesisir adalah daerah yang dipengaruhi oleh masuknya air tawar ke arah laut, dan air
laut ke arah darat.
Laut adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin.
Pantai berbatu adalah pantai yang terdiri dari bebatuan yang berasal dari letusan gunung
berapi atau batu kapur.
Pantai berpasir adalah pantai yang seluruh bagiannya terdiri atas pasir yang berasal dari
bebatuan yang pecah menjadi kerikil sampai akhirnya kerikil hancur menjadi pasir.
Bahan pencemar dalam air laut adalah bahan kimia beracun yang dalam batas konsentrasi tertentu dapat membahayakan lingkungan laut dan kehidupan organisme di
dalamnya.
Air laut dapat dimanfaatkan sebagai pendingin, produksi garam, desalinasi, dan budi
daya laut.
Pada dasarnya lingkungan laut dapat dibagi menjadi dua, yakni kawasan perairan terbuka
atau pelagik dan kawasan dasar laut atau bentik.
Secara mendatar lingkungan laut juga dibagi menjadi kawasan neritik di atas zona
paparan dan kawasan pelagik atau laut lepas.
Zona pelagik secara vertikal dibagi menjadi zona fotik atau zona epipelagik dan zona
afotik.
Zona afotik dibagi berturut-turut menjadi zona mesopelagik, zona batial pelagik, zona
abisal pelagik, dan zona hadal pelagik.
Sedangkan kawasan bentik dibagi berturut-turut atas: Zona litoral (daerah pasang surut),
zona paparan atau zona subtidal, zona batial, zona abisal, dan zona hadal.
Di Indonesia, kawasan laut dibagi berdasarkan atas wilayah kekuasaan hukum menjadi:
Laut teritorial, Laut Nusantara, dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
11
Soal
Lingkari salah satu jawaban yang paling benar.
1.
Jika kalian sering pergi ke pantai berpasir atau melihat gambarnya, bagaimana terjadinya
pantai berpasir tersebut?
2.
3.
4.
5.
a.
b.
c.
d.
Hewan dan tumbuhan apa saja yang biasa terdapat di pantai berbatu?
a.
Limpet, teritip, keong, kepiting, udang, ikan, cacing, bintang laut, anemon, rumput
laut, dan hydroid
b.
Cacing, kerang, keong, ikan, biawak, buaya, ular, burung, dan monyet
c.
d.
Susunan kimia air laut sama dengan air tawar, tetapi air laut rasanya asin. Mengapa hal
ini bisa terjadi?
a.
b.
c.
d.
Salinasi
b.
Desalinasi
c.
Fermentasi
d.
Mengapa banyak bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan akan menyebabkan
terganggunya kehidupan biota di dalamnya?
12
a.
b.
c.
d.
6.
7.
b.
c.
d.
b.
c.
d.
b.
c.
Manakah dari hal-hal berikut ini yang bukan manfaat air laut?
a.
b.
sumber vitamin
c.
desalinasi
d.
produksi garam
10. Plankton adalah hewan atau tumbuhan yang hidup melayang di kolom air, yang arah
pergerakannya ditentukan oleh ...
a.
kandungan air
b.
arus air
c.
volume air
d.
salinitas air
2.
Perhatikan gambar 1-6 (halaman 6). Jelaskan mengapa ribuan ikan mati mendadak di
pesisir.
13
3.
Jenis-jenis berikut adalah hewan dan tumbuhan yang biasa hidup di pantai berlumpur:
kepiting, cacing, kerang, keong, ikan, biawak, buaya, ular, bakau, dan lain-lain. Jelaskan
bagaimana proses terbentuknya pantai berlumpur?
4.
Amati gambar 1-3 (halaman 4). Disebut apakah daerah laut yang terlihat pada gambar
tersebut? Beri contoh jenis hewan yang hidup di lingkungan tersebut?
5.
Mengapa terjadi zonasi atau pembagian daerah laut? Berikan contoh zonasinya (termasuk
nama, ciri daerah, dan jenis organisme yang hidup di daerah tersebut).
Tugas
Tugas Kelompok
Pilih salah satu tugas yang kalian sukai
1.
Topik:
Pantai berbatu
Pantai berpasir
Pantai berlumpur
Langkah:
2.
14
a.
b.
c.
Pergi ke pantai atau amati gambar pantai. Lakukan pengamatan secara teliti dan
saksama bersama-sama dengan kelompokmu mengenai ketiga pantai tersebut.
d.
Buat karangan mengenai kondisi hewan dan tumbuhan yang ada, serta bagaimana
proses terjadinya pantai tersebut.
e.
Ambil dua buah gelas, gelas pertama berisi air tawar dan gelas kedua berisi larutan
garam yang pekat. Ke dalam kedua gelas tersebut dimasukkan masing-masing satu
butir telur. Amati selama beberapa hari, apa yang terjadi terhadap kedua butir telur
tersebut. Catat hasil pengamatanmu.
b.
Isilah sebuah gelas dengan air, tambahkan beberapa sendok garam dan aduk sampai
larut. Celupkan sebuah paku ke dalam larutan garam tersebut. Setelah beberapa lama,
amati perubahan yang terjadi pada paku tersebut. Catat hasil pengamatanmu.
Glosari
15
Bab 2
Ekosistem Pesisir dan Laut
Topik: Pesona Laut Kita
Standar Kompetensi
Mampu memahami komponen penyusun
ekosistem dan hubungan (interaksi) antar
komponen di ekosistem mangrove, lamun,
dan terumbu karang.
Kompetensi Dasar
Mampu mendeskripsikan komponen biotik:
hewan dan tumbuhan.
Mampu menjelaskan komponen abiotik:
gerakan air (arus, gelombang, dan pasang
surut), salinitas, suhu, densitas, dan cahaya.
Mampu menceritakan hubungan antar
komponen:
Biotik dengan biotik
Biotik dengan abiotik
Mampu menjelaskan hubungan antara
mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang.
16
Peta Konsep
Ekosistem Pesisir dan Laut
R UA N G L I N G K U P N YA
Komponen Biotik
Komponen Abiotik
Hubungan Antar Komponen
Jenis Ekosistem
TERDIRI DARI
Mangrove
Lamun
Terumbu Karang
17
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya,
berinteraksi, dan saling terkait satu dengan lainnya. Interaksi tersebut membentuk suatu
aliran energi yang tidak terputus dari produsen primer ke konsumen yang lebih tinggi
(predator), merupakan rantai makanan yang ada di dalam ekosistem tersebut.
oleh
komponen
1. Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen
yang terdiri dari unsur yang hidup (tumbuhan dan hewan).
Menurut cara hidupnya, kehidupan di
laut dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
yakni:
a.
b.
c.
18
Fitoplankton
tumbuhan)
(plankton
berupa
2.
1.
2.
3.
a. Tumbuhan laut
1) Thallophyta
Thallophyta adalah tumbuhan yang
berthalus dan mempunyai warna bermacam-macam berdasarkan thalusnya.
Contoh tumbuhan berthalus adalah Rhodophyceae (algae merah), Chlorophyceae
(algae hijau), Phaeophyceae (algae cokelat), Chrysophyceae (algae hijau kuning,
termasuk diatom), dan Myxophyceae (algae
hijau biru).
Kelompok Nekton adalah kelompok biota di laut yang dapat bergerak secara
aktif, yaitu dapat berenang (hanya
terdiri dari hewan saja), termasuk bermacam jenis ikan, sotong, dan cumicumi.
2) Spermatophyta
b. Hewan Laut
tuk dapat disebarkan ke permukaan. Umumnya terjadi saat fajar, pada hari sebelum bulan mencapai kwartal terakhir. Jumlah telur
yang dilepaskan biasanya banyak sekali, sehingga warna air laut berubah.
Chiton
(Sumber: www.wallawalla.edu)
(Sumber: http://commons.wikimedia.org)
Jenis krustasea juga merupakan sumber perikanan yang sangat penting sebagai
sumber makanan yang bergizi tinggi.
Udang dan kepiting sudah diekspor ke berbagai negara, seperti Jepang, HongKong,
dan Taiwan.
Tugas
1.
2.
3.
Bandingkan dengan penjelasan dari buku tentang bagian tubuh dan jumlah kakinya.
4.
Gambar 2-6.
2 6 Acanthaster planci
planci.
(Foto: Agus Budianto, P2O - LIPI)
21
Gambar
b 2-7. Bintang mengular
l (O
(Ophiuroidea)
h
d )
(Sumber: http://cse.fra.affrc.go.jp)
Kelompok ini dianggap sebagai kelompok Ekhinodermata yang terbesar dan terentan terhadap lingkungan. Hidup di tempat-tempat yang terlindung (air tenang),
di balik batu, atau menempati dasar yang
lunak. Bentuk tubuh seperti uang logam,
pipih dengan lengan-lengan yang sangat
panjang menjulur ke sekeliling tubuh. Bagian mulut berada di bawah. Contohnya
adalah Gorgonocephalus agassizi (bintang
keranjang)
Gambar 2-9
2-9. Bulu babi (Echinarachnius parma)
(Foto: Agus Budiyanto, P2O - LIPI)
Memiliki tubuh yang bulat tanpa lengan dengan duri-duri yang menutupi
tubuhnya. Jenis bulu babi (Diadema setosum) mempunyai duri yang panjang, sedangkan dolar pasir (Echinarachnius parma) mempunyai duri yang pendek. Kedua
jenis hewan ini banyak dijumpai di dasar
pasir dan terumbu karang. Warna tubuh
bermacam-macam, ada yang hitam, cokelat, ungu, atau bergaris-garis putih dan
cokelat muda.
e) Holothuroidea (teripang)
Gambar 2-8.
2 8 Lili laut
laut.
(Sumber: www.starfish.ch)
22
Hati-Hati!
Berbentuk daun
Berbentuk jamur
Cara Mengatasi
Untuk menghilangkan rasa sakit, bagian tersebut diberi amoniak atau air
seni.
5) Coelenterata/hewan berongga
(karang batu, karang lunak, dan
anemon)
Kelompok hewan ini dikenal sebagai
binatang karang. Ada yang berupa karang
keras (hard corals) dan karang lunak (soft
corals). Umumnya berukuran kecil. Satu individu hewan karang disebut polip. Polip
akan membentuk koloni (suatu kumpulan)
yang terdiri dari ribuan polip. Polip karang
akan menghasilkan zat kapur yang nantinya
digunakan sebagai pembentuk rangka
Gambar
G
b 2
2-11b.
11b K
Koloni
l i masif
if ((membulat)
b l )-P
Porites
i sp.
(Sumber: COREMAP - LIPI)
23
Gambar 2-11c
2-11c. Koloni berbentuk daun Montipora
foliosa.
(Sumber: www.webshot.com)
Tahukah Kalian?
Selain kelompok jenis karang batu tersebut di atas, masih ada jenis karang lunak,
anemone, dan hewan karang berbentuk pipa (tube), yang dikenal orang sebagai karang
merah (Tubipora musica) dan karang biru (Heliopora coerulea).
Karang merah (Tubipora musica), pada waktu masih hidup di terumbu karang tentakelnya
berwarna ungu, tetapi kalau sudah mati kerangka koloninya berwarna merah marun dan
permukaan koloninya berlubang-lubang.
Karang biru (Heliopora coerulea) banyak hidup di perairan dangkal dekat pantai. Di
tempat hidupnya, karang biru berwarna keabu-abuan, kalau dipatahkan koloninya, patahan
itu berwarna biru.
Anemone adalah sejenis hewan karang yang tidak membentuk kerangka dari kapur.
Anemone ini beraneka ragam warnanya, dan selalu bersimbiose dengan ikan amphiprion.
Anemone banyak dicari orang untuk mengisi akuarium laut.
6) Ikan
Di laut ada dua kelompok besar ikan,
yaitu ikan bertulang rawan (Kelas Chondrichthyes) dan ikan bertulang keras (Kelas
Osteichtyes).
Gambar
G
b 2
2-12.
12 Ch
Chondrichthyes
d i hth
(Sumber: http://en.wikivisual.com)
2. Komponen Abiotik
Apa yang dimaksud dengan komponen
abiotik? Komponen abiotik terdiri dari
gerakan air (arus, pasang surut, dan gelombang), salinitas, suhu, dasar laut, dan
cahaya. Keempat faktor lingkungan ini
sangat berpengaruh terhadap kehidupan
dan aktivitas biota di laut, saling terkait
satu dengan lainnya sehingga merupakan
komponen yang tidak dapat dilepaskan.
b. Salinitas
Salinitas dikenal dengan sebutan kadar
garam (kegaraman), adalah besarnya
(jumlah) kandungan garam yang terlarut
dalam gram per kilogram air laut. Salinitas
merupakan unsur penting di suatu perairan
karena kehidupan organisme di laut sangat
erat hubungannya dengan salinitas. Karang batu mempunyai toleransi terhadap
salinitas tinggi, yaitu 27-40. Masuknya
air tawar ke laut dapat menyebabkan kematian pada karang batu.
Info
= per seribu
25
c. Suhu
Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting. Suhu alami air laut berkisar
antara 0oC sampai 33oC. Perubahan suhu
dapat berpengaruh besar terhadap sifatsifat air laut dan kepada kehidupan biota
laut. Jenis-jenis organisme hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu, seperti karang cenderung hidup pada suhu berkisar
antara 25oC dan 28oC, tetapi dalam kondisi
tertentu, karang masih bisa hidup pada
suhu 15oC.
a. Bagaimana Interaksi
antarbiota?
Interaksi antar biota dapat berupa:
1) Kompetisi
Kompetisi
terjadi
apabila
saling
memperebutkan kebutuhan hidup, seperti
tempat hidup atau mencari makan. Sebagai
contoh tempat hidup antara tumbuhan algae dengan karang. Suatu tempat kosong
di terumbu karang jika sudah ditumbuhi algae, maka hewan karang tidak akan dapat
tumbuh di tempat itu. Perebutan tempat makanan selalu terjadi di laut karena plankton
diperlukan oleh semua hewan yang berada
di tempat yang sama.
2) Simbiosis mutualisme
Dalam simbiosis mutualisme, kedua pihak (simbion) saling membutuhkan dan keduanya saling diuntungkan. Mikroalga Zooxantella (Simbiodinium) yang bersimbiosis
dengan polyp binatang karang, keduanya
saling diuntungkan karena karang mendapat suplai kapur dari hasil fotosintesis
zooxanthella dan zooxanthella mendapatkan bahan anorganik dari hasil metabolisme karang yang tidak diperlukan oleh karang. Ikan Amphiprion (clown fish), selalu
berlindung pada Anemon yang diuntungkan
oleh kehadiran ikan ini karena terhindar
dari gangguan kotoran dan penempelan
yang dibersihkan oleh ikan tersebut.
Info!
Hubungan timbal balik dapat
berlangsung antara komponen
biotik-biotik dan biotik-abiotik.
Gambar 2-14. Simbiosis mutualisme antara Amphirion
dan anemon. (Foto: Agus Budianto, P2O - LIPI).
26
3) Simbiosis komensalisme
5) Parasitisme
Gambar 2
2-15.
15 Simbiosis komensalisme antarbiota.
antarbiota
(Foto: Allen Steene)
4) Simbiosis amensalisme
6) Predasi/Predatorisme
Rantai makanan
Hubungan antara mangrove, padang
lamun, dan terumbu karang dapat digambarkan sebagai berikut.
Tumbuhan Mangrove
Darat
1
Fospat dan hasil pelapukan
di dalam tanah
Laut
(Padang Lamun dan
Terumbu Karang)
3c
Fosfat Terlarut
5a
5
3b
3
Algae
4b
3a
4
Hewan Laut
28
4a
Keterangan diagram.
1
:
Hasil pembusukan daun
mangrove dan kotoran
manusia mengalir ke laut
lewat aliran sungai
2
:
Hasil pembusukan diserap
algae di kawasan terumbu
karang melalui proses
fotosintesis
3
:
Algae
3a :
Algae dimakan hewan di
kawasan terumbu karang
3b :
Algae tersebut mati
3c :
Algae yang hidup di
terumbu karang dimakan
manusia
4
:
Hewan laut
4a :
Hewan di terumbu karang
dimakan oleh manusia
4b :
Hewan di terumbu karang
mati
5a :
Hasil pembusukan hewan
laut dan algae yang mati
diserap oleh algae lagi
kembali lagi ke no.1.
Ringkasan
Komponen biotik adalah komponen yang terdiri dari unsur yang hidup (tumbuhan dan
hewan).
Menurut cara hidupnya, biota laut dapat dikelompokkan menjadi kelompok plankton,
nekton, dan benthos.
Biota laut juga terdiri dari golongan tumbuhan dan golongan hewan.
Tumbuhan laut terdiri dari algae, lamun, dan mangrove (di daerah pesisir).
Hewan laut terdiri dari Polychaeta (cacing laut); Krustasea (udang dan kepiting);
Moluska (keong dan kerang); Echinodermata (bulu babi, teripang, bintang laut, bintang
keranjang, dan bintang mengular), Coelenterata (karang lunak dan karang batu), dan
Chordata (ikan).
Komponen abiotik adalah komponen yang terdiri dari unsur yang tidak hidup, yaitu
gerakan air (arus, gelombang, dan pasang surut), salinitas, suhu, dan cahaya.
Hubungan antar ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang dapat berupa rantai
makanan yang terbentuk dari ketiga ekosistem (mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang).
Hubungan antara ketiga ekosistem itu terjadi karena adanya pengaruh faktor fisik (arus
laut dan gelombang), aliran sungai (curah hujan), dan manusia.
Rantai makanan adalah proses pemindahan energi makanan dari sumbernya (tumbuhtumbuhan yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik melalui proses
fotosintesa) produsen melalui serangkaian jasad-jasad dengan cara makan dan dimakan
yang berulang kali.
Soal
Pilih salah satu jawaban yang paling benar.
1.
b.
c.
d.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
30
b.
Zooxanthelae
c.
Terumbu Karang
d.
Padang lamun
Tenggelam
b.
c.
Di dasar laut
d.
Di permukaan laut
saling menguntungkan
b.
saling membunuh
c.
acuh saja
d.
saling merugikan
b.
Memerlukan adaptasi
c.
Saling mempengaruhi
d.
Di dalam rantai makanan, antara ketiga ekosistem (mangrove, padang lamun, dan
terumbu karang), mata rantai makanan dari mangrove berupa:
a.
Sampah
b.
Serasah
c.
Fosfat terlarut
d.
Kotoran hewan/manusia
b.
8.
9.
c.
d.
Bentuk koloni karang bermacam-macam. Sebutkan bentuk koloni yang tidak terlihat
pada gambar di halaman 23-24.
a.
pohon
b.
daun
c.
jamur
d.
masif
Bentuk hubungan antara ikan Amphirion dengan Anemon laut disebut ...
a.
parasitisme
b.
mutualisme
c.
amensalisme
d.
komensalisme
Pada saat liburan, Budi pergi ke pantai. Tanpa sengaja, dia menginjak bulu babi. Seketika
itu dia berteriak dan mengaduh-aduh. Apakah yang harus kalian lakukan untuk menolong
Budi mengatasi bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh binatang laut tersebut?
2.
3.
31
Tugas
Pilih salah satu kegiatan berikut ini.
1.
2.
b.
b.
3.
Amati interaksi kehidupan biota di laut/pantai pada saat air pasang dan surut. Catat
persamaan dan perbedaan yang terjadi.
4.
Kalian telah mengetahui berbagai jenis hewan yang hidup di terumbu karang. Amati
dan kelompokkan dalam 5 kelompok.
Glosari
Benthos yaitu biota yang hidup di dasar atau dalam substrat, baik tumbuhan maupun
hewan.
Fosfat terlarut adalah hasil pembusukan zat organik yang berasal dari tumbuhan atau
hewan oleh bakteri pembusuk.
Nekton adalah biota yang berenang-renang (hanya terdiri dari hewan saja): ikan, sotong,
cumi-cumi, dan lain-lain.
Salinitas dikenal dengan sebutan kadar garam di laut (kegaraman). Arti sesungguhnya
dari salinitas adalah besarnya (jumlah) kandungan garam yang terlarut dalam gram per
kilogram air laut.
32
33
Gambar
G b 2-20.
2 20 Ekosistem
Ek i
mangrove
(Sumber: jakartagreenmonster.com)
Pantai berarus.
Kadar
ppm.
garam
berkisar
Biji berkecambah
pada pohon
Jatuh
ke air
antara
2-38
Menyentuh
dasar
Terapung
tegak lurus
Menancapkan
akar
Rhizophora
mucronata
Bruguiera
gymnorrhisa
Ceriops tagal
C. decandra
B. cylindrica
R Stylosa
MIC
MIC
Rhizophora mucronata
Bruguiera spp.
Avicenia marina
MIC
Ceriops spp.
MIC
Avicennia spp.
Sonneratia alba
Xylocorpous molluccensis
Ficus sundaica
Aegiceras corniculatum
MIC
MIC
MIC
Aegiceras corniculatum
Nypa fruticans
Sonneratia alba
Xylocarpus moluccensis
Latihan
Untuk mengetahui pemahaman kalian, jawab beberapa pertanyaan berikut ini:
1.
Sebutkan dan jelaskan komponen biotik pada ekosistem pesisir dan laut.
2.
35
d. Jenis mangrove
Lumnitzera rasemosa
MIC
Acanthus illifolius
Calotropis gigantea
MIC
Bakau merupakan pohon atau tumbuhan yang paling mudah dikenali di hutan
mangrove. Struktur akar yang sangat unik
adalah ciri paling menonjol dari pohon
bakau. Akar-akar bakau tumbuh keluar dari
batang utama serta dari cabang-cabang batangnya, sehingga pohon ini terlihat mampu berdiri tegak karena ditunjang oleh
akar yang disebut sebagai akar tunjang.
Pohon bakau dapat mencapai ketinggian
10 meter, tergantung dari jenis bakau yang
bersangkutan.
Seperti bogem, api-api adalah jenis pohon mangrove yang juga memiliki bentuk
akar paku (akar cakar ayam), tetapi ukurannya lebih kecil dan tipis dibandingkan bogem. Bentuk akar paku api-api seperti pensil yang mencuat dari dalam tanah.
Komponen tambahan
Buta-buta tidak memiliki adaptasi bentuk akar seperti halnya tumbuhan komponen utama mangrove. Daun buta-buta
adalah daun tunggal berbentuk elips yang
tumbuh saling berseling pada batangnya.
Pinggiran daun bergerigi dan berujung runcing. Buta-buta memiliki bunga dengan
kelamin yang terpisah dalam satu tumbuhan. Buah buta-buta berwarna hijau
dengan permukaan kulit buah yang kasar.
Buah tersusun seperti kombinasi tiga bola
dan bertipe buah normal.
39
e. Komunitas Hewan
Komunitas hewan yang hidup di
dalam hutan mangrove membentuk dua
kelompok besar, yaitu:
Selain hewan-hewan tersebut, ada hewan yang dapat hidup di kolom air dan di
sekitar kolom air, yaitu ikan glodok. Ikan
glodok bernapas dengan insang saat berada dalam air, sedangkan saat berada di
luar air, ikan glodok mampu memperoleh
oksigen melalui kulitnya.
2. Ekosistem Lamun
Di manakah kita dapat menemukan
ekosistem lamun? Ekosistem lamun atau
40
Gambar 2-29
2-29. Ekosistem Lamun
(Sumber: http://marufkasim.blog.com)
asuhan, dan daerah perlindungan bagi hewan-hewan yang hidup di perairan laut.
c. Fauna (Hewan)
kepiting
krustasea
moluska
ubur-ubur
penyu
dugong
a. Bagaimana Proses
Terbentuknya Terumbu Karang?
Sinar matahari diperlukan oleh zooxanthella (yang hidup bersimbiose dengan karang) untuk proses fotosintesis.
Oleh karena itu, dasar tempat hidup
terumbu karang harus terjangkau oleh
sinar matahari. Di perairan yang keruh,
hanya jenis karang tertentu yang dapat
bertahan hidup.
Tenggelam
Atol
Tenggelam
Terumbu karang dapat dibedakan menurut bentuk dan tempat tumbuhnya, yaitu:
Bagi pemula yang ingin mengenal jenis-jenis karang, karang batu (karang) dikelompokkan menurut bentuk koloninya
menjadi lima kelompok, yakni kelompok
koloni karang bercabang (Acropora sp), kelompok koloni karang masif (membulat) (Porites sp), kelompok koloni karang sub masif,
kelompok karang berbentuk jamur (Fungia
sp), dan kelompok koloni karang berbentuk
lembaran daun (Montipora foliosa).
Gambar
G
b 2-33.
2 33 TTerumbu
b kkarang cincin
i i (atol).
( l)
(Sumber: www.atolian.com)
f.
Diadema sp. (bulu babi), Polychaeta (cacing bulu), Conus sp., dan Trochus sp (susu
bunder).
Jenis-jenis hewan laut yang hidup di kolom air, contohnya adalah jenis-jenis ikan
hias, ikan konsumsi (ikan kerapu, ikan ekor
kuning, ikan napoleon, ikan karang), dan
zooplankton (plankton hewani).
Ringkasan
Ekosistem adalah hubungan antara jasad hidup dan lingkungannya secara timbal balik,
berinteraksi, dan saling terkait satu dengan lainnya. Interaksi tersebut membentuk suatu
aliran energi yang tidak terputus dari produsen primer ke konsumen yang lebih tinggi
(predator), dan merupakan rantai makanan yang ada di dalam ekosistem tersebut.
Ekosistem mangrove atau hutan mangrove adalah lingkungan hidup di wilayah pesisir
di mana mangrove merupakan tumbuhan yang dominan. Ekosistem mangrove juga
dikenal dengan istilah hutan mangrove.
Ekosistem lamun atau padang lamun adalah lingkungan hidup di perairan laut dangkal
dan di daerah pasang surut yang memiliki kadar garam tinggi, di mana lamun merupakan
tumbuhan yang dominan.
Ekosistem terumbu karang adalah lingkungan hidup di dasar laut dangkal daerah tropik,
di mana karang batu (stony coral) merupakan penghuni utamanya.
Buah vivipari adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan
44
ketika biji masih berada di dalam buah. Hipokotil telah mencuat keluar ketika buah masih
tergantung di tumbuhan induk.
Buah kriptovivipari adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan ketika masih berada di dalam buah, tetapi biji masih terlindungi oleh kulit buah
(perikarp) sebelum buah lepas dari tumbuhan induk.
Tipe buah normal adalah tumbuhan dengan buah yang memiliki pertumbuhan
biji normal. Biji tidak mengalami perkecambahan selama berada di dalam buah yang
menggelantung di atas tumbuhan induk.
Akar napas bentuknya seperti paku tebal atau pilar disebut sebagai akar paku atau
pneumatophore.
Lamun (sea grass) adalah kelompok tumbuhan (angiospermae) tingkat tinggi satusatunya yang memiliki akar rimpang, daun, bunga, buah, dan biji (monokotil) yang dapat
hidup di laut, terutama perairan dangkal.
Soal
Lingkari salah satu jawaban yang paling benar.
1.
2.
3.
Rhizophora spp, Sonneratia spp, Bruguiera spp, Avicennia spp, dan Ceriops spp.
b.
c.
d.
b.
c.
d.
b.
c.
d.
Berikut ini yang bukan merupakan syarat hidup lamun adalah ...
a.
Bedakan antara tipe buah vivipar dan tipe buah kriptovivipar pada buah mangrove.
Biji berkecambah
pada pohon
Jatuh
ke air
5.
5
Menyentuh
dasar
Terapung
tegak lurus
46
Menancapkan
akar
Tugas
Pilih salah satu tugas yang kalian sukai.
1.
2.
Buatlah tulisan mengenai ekosistem lamun dan diskusikan dengan teman dan gurumu
di kelas.
Glosari
Buah kriptovivipari adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan
ketika masih berada di dalam buah, tetapi biji masih terlindungi oleh kulit buah (perikarp)
sebelum buah lepas dari tumbuhan induk.
Buah normal adalah tumbuhan dengan buah yang memiliki pertumbuhan biji normal.
Biji tidak mengalami perkecambahan selama berada di dalam buah yang menggelantung
di atas tumbuhan induk.
Buah puzzle fruit (buah teka teki) adalah buah bertipe normal, yaitu biji tidak mengalami
perkecambahan selama buah masih berada di pohon. Dan buah ini biasanya digunakan
untuk tebak-tebakan (teka teki).
Buah propagule adalah benih mangrove yang tumbuh dan disebarkan melalui air.
Buah vivipari adalah tipe buah dengan biji yang telah mengalami perkecambahan
ketika biji masih berada di dalam buah. Hipokotil telah mencuat keluar ketika buah masih
tergantung di tumbuhan induk.
Polip adalah individu hewan karang yang membentuk kerangka luar dari bahan Ca
Co3.
Zooxanthella adalah sejenis alga bersel satu yang hidup di dalam sel dinding dalam
hewan karang dan hidup bersama (bersimbiose) dengan hewan karang batu.
Asimilasi adalah proses mengubah molekul sederhana menjadi lebih kompleks, biasanya
terjadi pada tumbuhan atau bakteri.
47
Bab 3
Pemanfaatan Ekosistem,
Dampak,danPenanggulangannya
Topik: Lautku Hidupku
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
48
Peta Konsep
Pemanfaatan Ekosistem,
Dampak, dan Penanggulangan
R UA N G L I N G K U P N YA
Kearifan Lokal
Penggunaan Bahan dan Alat Tangkap
yang Ramah Lingkungan
Pariwisata yang Ramah Lingkungan
Pengelolaan Pesisir dan
Sumber Daya Laut
49
Gambar 3-1. Tanah Air Indonesia: terdiri dari sekitar 62% lautan dan 38% daratan yang
berbentuk pulau-pulau besar dan kecil.
(Sumber: M. Kasim Moosa)
Secara fisik, kawasan pesisir dan pantai dapat berupa dataran pasir, dataran
lumpur atau kadang-kadang hamparan bebatuan, dan di atas dataran berkembang komunitas tumbuhan dan satwa. Komunitas
tumbuhan terdiri dari bakau, lamun, dan
rumput laut. Tumbuhan bakau terutama
berkembang di pantai berlumpur, sedangkan komunitas lamun dan rumput laut
banyak tumbuh di pantai berpasir. Lebih
ke tengah berkembang komunitas karang
yang membentuk terumbu karang.
Komunitas tumbuhan dan terumbu karang juga menjadi rumah tinggal (habitat)
berbagai jenis satwa yang hidup berasosiasi
dengan mereka. Berbagai produk alam, baik
alam hayati maupun non-hayati dihasilkan
dari daerah ini yang dimanfaatkan manusia
Gambar
b 3-2.
3 Komunitas biota di kawasan pesisir/pantai.
a. bakau; b. lamun; c. rumput laut; d. terumbu karang.
(Sumber: COREMAP - LIPI)
gempuran ombak dan tiupan angin, menahan erosi pantai, memberi perlidungan,
dan menyediakan makanan bagi berbagai
fauna yang hidup berasosiasi dengannya.
Jaring diangkat
k
untuk mengumpulkan
hasil tangkapan
Jaring didorong
sampai ke dasar
Sirip
Rangkaian Pengapung
52
Tempat
hasil tangkapan
Batas
Tangkapan
Pengapung
Tali Bawah
Rantai Besi
Perikanan Tangkap
Berbagai teknik dan alat digunakan untuk penangkapan sumber daya perikanan.
Peralatan yang digunakan dapat dikelompokkan dalam peralatan aktif dan peralatan
pasif. Peralatan aktif yang dimaksudkan
adalah yang bergerak/atau digerakkan secara aktif dalam menangkap buruannya,
misalnya jala, sudu, dan pukat. Peralatan
pasif atau perangkap berarti menetap di
satu tempat dan menunggu korbannya
mendatangi, misalnya bubu, bagan, sero,
pancing, dan sebagainya. Peralatan pasif
Badan
Pengapung
Tali Pukat
Tali Pukat
Besi Segitiga
Tali Pukat
Budidaya Laut
Jenis lain yang banyak dipelihara nelayan adalah kerang darah dan kerang hijau. Disebut kerang darah karena bila cangkangnya dibuka, tubuh lunaknya berwarna
merah darah, sedangkan kerang hijau cangkangnya berwarna kehijau-hijauan.
Gambar
G
b 3
3-5.
5 K
Keramba
b
(Sumber: COREMAP - LIPI)
Pertambangan Laut
Gambar 3-8.
3-8 Penambangan minyak dan gas bumi
bumi.
(Sumber: www.webshot.com)
Gambar 3-7
3-7. Penambangan karang untuk bangunan
bangunan.
(Sumber: www.suarantb.com)
Transportasi Laut
Gambar 3-9.
3 9 Transportasi laut
laut.
(Sumber: www.lensa.net)
Rekreasi Laut
Gambar 3
3-10.
10 Tempat menginap wisatawan di tengah
laut, Riau. (Foto: M. Kasim Moosa)
mereka membawa bekal makanan dari rumah untuk dinikmati sambil berekreasi.
Konservasi
Konservasi adalah salah satu bentuk usaha pengelolaan secara berkelanjutan dengan
fungsi utama adalah penyedia bibit.
Sejumlah lokasi perlu disediakan sebagai daerah cadangan (konservasi), dalam arti digunakan sebagai daerah perlindungan dan pelestarian alam.
Di Indonesia ada beberapa lokasi yang dijadikan daerah konservasi laut, dalam bentuk
cagar alam, suaka marga satwa, taman laut, dan sebagainya. Sebagai contoh, Taka
Bonerate dan Wakatobi.
Kerusakan hutan mangrove dan terumbu karang disebabkan oleh beberapa kegiatan, antara lain penebangan hutan mangrove secara berlebihan, perikanan yang
merusak, penambangan pasir dan batu
karang, pariwisata, pencemaran, sedimentasi, dan abrasi.
1. Penebangan Hutan
Mangrove secara Berlebihan
Indonesia dikenal sebagai negara
yang kaya dengan hutan mangrove. Hutan
mangrove terluas terdapat di Papua mencapai hampir 3 juta hektar atau 69 persen
dari total hutan mangrove di Indonesia.
Sebagian besar dari mangrove Indonesia
telah dimanfaatkan secara berlebihan. Di
banyak daerah, hutan bakaunya telah mencapai kondisi yang mengkhawatirkan. Sebagai contoh, penebangan hutan di Provinsi
Kalimantan Barat dan Jawa Timur telah
mencapai lebih dari 90 persen, di Sulawesi
Utara lebih dari 80 persen, dan di Papua telah lebih dari 50 persen. Jadi hampir semua
telah rusak.
Penebangan hutan mangrove berkaitan dengan kegiatan ekonomi dan pembangunan. Pada awalnya penebangan hutan
mangrove dilakukan penduduk pesisir untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-ha-
56
(Sumber: www.panyingkul.com)
(Sumber: webshot.com)
G b 3-13.
Gambar
3 13 D
Dampakk penggunaan bom pada karang
dan ikan. Atas: Ikan hasil pengeboman.
Bawah: Kerusakan karang.
Penggunaan Racun
Penggunaan racun terdiri dari dua jenis, yaitu alamiah, seperti akar tuba; dan
bahan kimia, seperti potasium sianida (potas). Penggunaan racun biasanya untuk menangkap ikan hidup, misalnya ikan hias dan
ikan-ikan yang berharga tinggi, misalnya
Napoleon (Chelinus undulatus), Garupa
(Cepalopholis miniata), Kerapu, dan udang
Lobster.
Gambar
G
b 3-12.
3 12 M
Mencarii ik
ikan d
dengan b
bahan
h peledak
l d k (b
(bom).)
rapa peneliti, terumbu karang akan mati setelah tiga bulan penyemprotan.
b. Tangkap Lebih
Kegiatan perikanan yang merusak juga
dapat disebabkan penangkapan yang dilakukan secara berlebihan sehingga mengganggu kelangsungan hidup (kelestarian)
ikan dan biota laut lainnya.
Tangkap lebih di suatu daerah dapat diketahui dari beberapa tanda. Salah satunya
adalah menurunnya produksi ikan dan biota
lainnya secara signifikan sehingga nelayan
sulit mendapatkan hasil tangkapan. Contoh
lain adalah meningkatnya penggunaan bubu berukuran kecil. Hal ini dapat menjadi
tanda telah terjadi tangkap lebih karena
ikan-ikan besar sudah sulit diperoleh di
tempat tersebut.
Penyebab terjadinya tangkap lebih,
antara lain meningkatnya jumlah nelayan
yang menangkap ikan di suatu wilayah
tangkap dan penggunaan bahan dan alat
yang merusak.
59
Batu karang dan pasir digunakan sebagai bahan bangunan. Batu karang juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan
kapur. Penambangan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan rumah
dan fasilitas sosial, seperti jalan dan jembatan di daerah setempat.
4. Pariwisata
Kegiatan pariwisata bermanfaat bagi
wisatawan atau turis dan masyarakat pesisir. Namun jika tidak dilakukan secara hatihati dapat merusak sumber daya pesisir
dan laut. Kerusakan terjadi karena perilaku
wisatawan dan pelaku pariwisata (pengusaha wisata, hotel, travel, pedagang) yang
tidak memperhatikan kelestarian ekosistem
pesisir dan laut.
60
Gambar 3
3-18.
18 Kegiatan wisata yang merusak
terumbu karang.
(Sumber: http://gtresearchnews.gatech.edu)
Pencemaran atau polusi, yaitu masuknya sampah dan limbah dari kegiatan
wisata dalam jumlah yang besar melebihi batas toleransi sehingga membahayakan kehidupan di lingkungan
pesisir dan laut.
5. Pencemaran
mereka sudah tahu tetapi tidak mengindahkan ketentuan yang berlaku karena
mencari kesenangan semata, atau bagi para pelaku pariwisata untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya.
Gambar 3
3-21.
21 Limbah industri dan sampah menyebabkan
pencemaran di wilayah pesisir.
(Sumber: http://akuinginhijau.wordpress.com)
Gambar 3
3-20.
20 Abrasi pantai karena pembangunan
gedung yang tidak memperhatikan ketentuan.
(Sumber: www.panyingkul.com)
Limbah atau sampah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sampah
organik dan anorganik. Sampah organik
berasal dari limbah tumbuhan dan hewan,
seperti potongan kayu, sisa-sisa daun, pohon, jerami, enceng gondok, dan lainnya.
61
Sampah anorganik terdiri dari limbah plastik, gelas, kaleng, dan styrofoam.
Limbah yang terdampar di pantai dan
mengalir ke laut jumlahnya bervariasi tergantung musim. Pada musim angin kencang, seperti angin barat, jumlah sampah
relatif kurang jika dibandingkan dengan
sampah pada musim angin tenang, musim
timur. Pada musim angin kencang, sampahsampah langsung dibawa arus ke tengah
lautan dan sebaliknya dengan pada musim
angin tenang, sehingga sebagian sampah
terdampar di pantai.
b. Limbah Industri
Selain limbah rumah tangga, pabrikpabrik industri juga menjadi sumber pencemaran laut. Limbah industri biasanya berbentuk sampah anorganik yang berbentuk
padat, (seperti botol dari gelas, kantong
plastik, kaleng minuman, karton, dan bola
lampu) serta yang berbentuk cair dan bahan kimia.
c. Limbah Pertanian
Gambar 3-22.
3 22 Sampah limbah rumah
r mah tangga.
tangga
(Sumber: www.marine-litter.gpa.unep.org)
Dulu, kebanyakan sampah rumah tangga berasal dari sampah organik, seperti sisa
makanan. Tetapi akhir-akhir ini kebutuhan
rumah tangga banyak bersumber dari bahan anorganik, seperti kantong plastik, botol plastik, dan kaleng. Akibatnya, rumah
tangga juga banyak menghasilkan sampah
anorganik.
62
6. Pengendapan (Sedimentasi)
Pengendapan atau sedimentasi adalah
penumpukan lumpur atau pasir di dasar
perairan. Endapan berasal dari lumpur atau
pasir daratan yang mengalir melalui sungai
atau air hujan yang menutupi kawasan hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang.
Selain mengancam kelestarian ekosistem pesisir dan laut dangkal, meningkatnya pengendapan juga mengganggu
kehidupan masyarakat di sekitarnya. Kerusakan hutan mangrove, padang lamun,
dan terumbu karang menyebabkan berkurangnya hasil, seperti ikan, kepiting, teripang, dan udang.
7. Abrasi
Banyaknya pengendapan dapat mengancam kelestarian hutan mangrove. Meningkatnya endapan lumpur dan pasir
menyebabkan tertutupnya akar-akar mangrove dan keringnya genangan air di kawasan hutan tersebut. Akibatnya, pohonpohon di kawasan hutan mangrove tidak
dapat tumbuh dengan baik sehingga akan
merana atau mati.
Demikian juga di padang lamun, banyaknya endapan dapat menyebabkan tertutupnya padang lamun. Akibatnya, tumbuhan dan hewan yang hidup di ekosistem
lamun ini akan merana atau mati.
Meningkatnya pengendapan juga dapat menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang, karena:
63
sim angin kencang dimana arus dan gelombang laut yang sangat kuat menerpa pantai
secara terus-menerus.
Abrasi juga dapat terjadi karena perbuatan manusia yang merusak lingkungan
sehingga menyebabkan hilangnya pelindung pantai dari kuatnya hempasan gelombang. Perbuatan yang menyebabkan abrasi, antara lain:
Pembangunan dermaga
Abrasi merusak lingkungan dan mengganggu kehidupan masyarakat pesisir. Kerusakan lingkungan yang terjadi adalah
hilangnya sebagian hutan mangrove dan
pohon-pohon di sepanjang pantai, ber-
Ilustrasi
1. Kearifan Lokal
Meskipun pada pelajaran yang lalu telah dipelajari kerusakan sumber daya pesisir dan laut karena ulah manusia, tetapi
tidak semua perilaku manusia merusak lingkungan, bahkan sebaliknya menunjukkan
Gambar
G
b 3-27. TTutup sasii di M
Maluku.
l k
Sasi merupakan salah satu contoh sistem pengelolaan sumber daya alam laut
yang berkembang pada masyarakat di Maluku. Sasi merupakan bagian dari peraturan
adat yang mengatur wilayah penangkapan
ikan dengan cara petuanan. Tujuan utama
dari sasi adalah pengaturan tata ruang
laut secara tradisional agar sumber daya
laut, ikan, dan biota laut lainnya dapat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.
Sasi mengatur penangkapan ikan dan
biota laut untuk jangka waktu tertentu, ter-
65
66
Pukat dasar dan sejenisnya oleh nelayan Pulau Medang, Kepulauan Riau
yang kemudian dicantumkan dalam
peraturan desa.
Bagan tancap.
Untuk melindungi dan menjaga terumbu karang dan sumber daya laut lainnya,
nelayan menyepakati alat tangkap yang
boleh dan tidak boleh digunakan dalam wilayah tangkap di daerahnya.
Masyarakat dapat berpartisipasi langsung dalam pengelolaan pesisir dan sumber daya laut. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan, antara lain:
Menetapkan daerah perlindungan terumbu karang, termasuk daerah perlindungan inti, seperti di Pulau Telur, Desa Temiang, Kepulauan Riau, daerah
penyangga yang melindungi dan mendukung kegiatan perikanan secara tradisional dan tidak merusak, dan daerah
serbaguna yang dapat dimanfaatkan
masyarakat untuk berbagai kegiatan
yang tidak merusak.
Memelihara sumber mata air dan sarana air bersih untuk air minum.
67
Ekowisata
Apakah ekowisata itu? Ekowisata adalah bentuk wisata yang mengandalkan
keindahan dan keunikan alam. Ekowisata
bertujuan untuk memberikan pendidikan
tentang alam dan budaya lokal agar kelestariannya dapat terjaga. Dalam kegiatan
wisata ini, wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam, melainkan juga
keragaman budaya lokal.
Membuat/menjual/mengambil suvenir
yang berasal dari limbah laut, seper ti
berbagai jenis kerang, siput, dan bunga karang yang mati dan terdampar
di pantai.
68
Ekowisata berbeda dengan bentuk wisata lainnya. Perbedaan ini dapat diketahui
dari prinsip-prinsip dalam kegiatan ekowisata, yaitu:
Ringkasan
Sebagian besar wilayah Indonesia adalah laut yang luasnya mencapai 3,1 juta km2
(62%).
Sumber daya laut sudah dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan tangkap, budidaya,
pertambangan, transportasi, rekreasi, dan konservasi.
Teknik dan peralatan yang digunakan dapat dikelompokkan dalam peralatan aktif (bergerak, seperti jala dan pukat) dan peralatan pasif (menetap di suatu tempat, seperti
pancing dan bubu).
Kegiatan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan beracun merusak terumbu
karang dan biota yang hidup di ekosistem tersebut.
Penambangan batu karang tidak hanya merusak terumbu karang, tetapi juga
menghilangkan fungsi karang sebagai pelindung pantai.
Pencemaran di laut berasal dari limbah rumah tangga, industri, dan pertanian.
Pengendapan disebabkan oleh proses alam dan perbuatan manusia yang merusak
lingkungan di dataran tinggi dan wilayah pesisir.
Abrasi adalah pengikisan pantai oleh air laut yang menyebabkan hilangnya pohonpohon dan rumah-rumah penduduk di sepanjang pantai
Peran masyarakat dalam mengurangi kerusakan ekosistem pesisir dan laut dapat dilakukan melalui kearifan lokal, penggunaan bahan dan alat tangkap yang tidak merusak,
serta kegiatan sehari-hari yang mendukung pelestarian ekosistem tersebut.
69
Kesepakatan masyarakat mengenai alat tangkap yang boleh dan tidak boleh digunakan
dalam wilayah tangkap di daerahnya merupakan bentuk konkrit dari upaya masyarakat
dalam mengurangi kerusakan ekosistem pesisir dan laut.
Kearifan lokal merupakan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut secara berkelanjutan, seperti mengatur waktu
dan wilayah tangkap, jenis-jenis ikan dan biota laut yang ditangkap, serta perlindungan
wilayah laut.
Soal
Lingkari salah satu jawaban yang paling benar.
1.
Mengapa Tanah Air Indonesia sangat tepat untuk menyebut negeri kita?
2.
3.
70
a.
b.
c.
d.
Dari kumpulan biota yang hidup di wilayah perairan pesisir, ada satu kelompok di
antaranya yang tidak terendam seluruh batangnya dalam air laut. Sebutkan tumbuhan
tersebut.
a.
Rumput laut
b.
Lamun
c.
Karang
d.
Bakau
Pancing
1. ps
2. ak
b.
Jala
1. ps
2. ak
c.
Sudu
1. ps
2. ak
d.
Bubu
1. ps
2. ak
4.
5.
6.
7.
8.
b.
c.
d.
Menguntungkan nelayan
b.
Menanam mangrove
c.
d.
b.
Menanam mangrove
c.
d.
Pancing
b.
Jaring apung
c.
Bagan apung
d.
Apa kegiatan yang tidak boleh dilakukan masyarakat untuk mendukung pengelolaan
sumber daya laut
a.
b.
c.
d.
Jelaskan apa yang dimaksudkan kearifan lokal dalam pengelolaan pesisir dan sumber
daya laut.
2.
Apa yang dapat dilakukan oleh siswa untuk mendukung pengelolaan pesisir dan sumber
daya laut?
71
3.
4.
Tugas
Diskusi dengan teman-teman dalam kelompok
Pilih salah satu tugas di bawah ini yang kamu sukai.
1.
Wawancara
Tema: Kerusakan Ekosistem Pesisir
Lakukan wawancara dengan camat/kepala desa/PPL Kelautan/tokoh masyarakat di
sekitar sekolah
2.
Sejarah kerusakan
Pengamatan Lapangan
-
72
kelompok
3.
4.
Membuat Suvenir
Tema: Pemanfaatan Limbah laut
Glosari
Habitat: rumah tinggal, misalnya habitat ikan adalah rumah tinggal ikan.
Sedimentasi adalah penumpukan lumpur atau pasir di dasar perairan (sungai dan laut).
Malombo adalah upacara pengelolaan sumber daya laut yang dilakukan masyarakat
Desa Salurang, Sangihe Talaut, Sulut.
Sasi adalah sistem pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan masyarakat di Maluku.
Sasisen adalah sistem pengelolaan sumber daya alam (darat dan laut) yang dilakukan
masyarakat di Biak, Papua.
73
Catatan:
74
Daftar Pustaka
Arifin, Z., Samedi dan Soemodihardjo,.S. 2006. Southeast and East Asian Ecotones. Ecotone
Phase I, 1992 2001: A Collaborative MAB Programme. Jakarta: UNESCO Office.
Atmadja, W.S. Kadi, A., Sulistijo dan Rahmaniar, S. 1996. Pengenalan Jenis-jenis Rumput
Laut Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Azkab, M.H. 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun. Oseana, I: 1-16.
Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaam Ekosistem Mangrove.
Bogor: Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir. Bogor: Pusat Kajian
Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Bliss, D.E. 1968. Transition from Water to Land in Decapod Crustaceans. Am. Zool. 8:355392.
Burke, L; Selig, E., dan Spalding, M. 2002. Terumbu karang yang Terancam di Asia Tenggara.
World Resource Institute.
Burton. R., Devaney, C., and Long, T. 1983. Wonders of the Sea. London: Orbis Publishing
Limited.
Bustami, D.A. 2003. Ekosistem Pesisir dan Laut untuk Kelas 4 SD. Jakarta: COREMAP LIPI.
Chapman, Jr., W.B. 1973. Natural Ecosystems. New York: Mc Millan Publishing Co. Inc.
English, S., Wilkinson, C. and Baker, V. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources.
Australian Institute of Marine Science
Hidayati, D., Ngadi dan Daliyo. 2007. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Lokasi COREMAP
II: Kasus Kabupaten Wakatobi. Jakarta: CRITC LIPI.
Hidayati, D., dan Soekarno, R. 2006. Pesisir dan Laut Kita: Permasalahan dan Pengelolaan
untuk Kelas 6 SD. Jakarta: COREMAP LIPI.
Hidayati, D., Asiati, D., dan Harvina, D. 2005. Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Indonesia: Kasus Kawasan Kepulauan Tiga, Kecamatan Bunguran Barat, Natuna. Jakarta:
COREMAP LIPI.
Hidayati, D. (ed.). 2001. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Laut. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Hogarth P.J. 1999. The Biology of Mangrove. New York: Oxford University Press. Inc.
Hutomo, M. 2003. Penelitian Biota pada Ekosistem Mangrove dan Estuaria di Pesisir Delta
Mahakam Kalimantan Timur (Laporan Akhir). Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
75
Jawatan Hidro-Oseanografi TNI-AL 2006. Batas Maritim Republik Indonesia dengan Negara
Tetangga. Jakarta: Markas Besar Angkatan Laut, Jawatan Hidro-Oseanografi.
Kaheksi, E.N. 2005. Komposisi dan Keanekaragaman Jenis Gastropoda pada Hutan Mangrove
di Delta Mahakam, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Skripsi Sarjana Sains. Fakultas
Biologi. Universitas Nasional, Jakarta.
Macintosh, D.J. 1988. The Physiology of Decapods of Mangrove Swamps. Zoological Symposium no. 59. The Zoological Society of London.
Macintosh, D.J. 1982. Ecological Comparisons of Mangrove Swamp and Salt Marsh Fiddler
Crabs. In Gopal, B., Turner, R.E., Wetzel, R.G. & Whigham, D.F. (eds). Wetlands. ecology
and management. Jaipur: National Institute of Ecology and International Scientific
Publications, p 243-257
Macintosh, D.J. 1979. The Ecology and Energetics of Mangrove Fiddler Crabs (Uca spp). on
the west coast of the Malay Peninsula. Doctoral thesis: University of Malaya.
Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Pramudji; Susetiono; R. Pratiwi; R.S. Suharti; Heriyanto dan Supriyadi, I.H.. 2005. Laporan
Penelitian Biota Yang Berasosiasi Pada Ekosistem Mangrove dan Estuaria Di Pesisir
Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Pramudji, S., Kuriandewa, T.E., Purnomo, L.H., Subagja dan Bugis, M. 2003. Rehabilitasi Mangrove di Pesisir Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang. Laporan
Akhir. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Pratiwi, R., M.F. Afistianto., M.F. Adirianto., Bustami, D.A. dan Tomo. 2004. Kekayaan Laut
Indonesia. Jakarta: Proyek Pengkajian Kebijakan Kelautan. Sekretariat Jendral Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Pratiwi, R. 2002. Adaptasi Fisiologi, Reproduksi Dan Ekologi Krustasea (Dekapoda) Di Mangrove. Oseana, XXVII, (2): 1-10.
Pratiwi, R. 2001. The Ecology of Burrowing Decapods (Crustacea). Oseana, XXVI, (4): 25-32.
Rominmohtarto, K dan S. Yuwana, 1999, Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut,
Pusat penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI, 572 hal.
76