Perumusan Masalah
Berdasrkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa kelebihan dan kelemahan penggunaan pendekatan principle based dan rule based
dalam perumusan standar akuntansi?
2. Pendekatan mana yang sebaiknya digunakan dalam perumusan standar akuntansi di
Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya, principle based merupakan pendekatan yang memberikan arahan dalam
merumuskan standar-standar akuntansi yang mana aturan tersebut harus dipatuhi oleh
penggunanya tanpa memperhatikan kebutuhan pengguna itu sendiri, sedangkan rule based
merupakan pendekatan yang memberikan aturan-aturan dalam merumuskan standar-standar
akuntansi akan tetapi aturan tersebut memberikan kebebasan bagi penggunanya untuk memilih
dari aturan yang disediakan. Perbedaan signifikan antara rules-based dan principal base adalah
pada rules-based akuntan dapat memperoleh petunjuk implementasi secara detail sehingga
mengurangi ketidakpastian dan menghasilkan aplikasi aturan-aturan spesifik dalam standar
secara mekanis. Sementara principles-based system, akuntan akan membuat sejumlah estimasi
yang harus dia pertanggungjawabkan dan mensyaratkan semakin banyak judgment professional
(Schipper, 2003).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa keunggulan dan
kelemahan dari rules-based dan principles-based standard. Untuk rule based yang detail
memiliki beberapa manfaat. Schipper (2003) mengidentifikasi manfaatnya sebagai berikut,
(1) meningkatkan komparabilitas,
(2) meningkatkan verifiabilitas (konsensus antar pengukur),
(3) mengurangi kemungkinan perselisihan mengenai suatu perlakuan akuntansi, dan
(4) mengurangi risiko litigasi.
Namun, rule base sendiri juga memiliki kelemahan. Standar yang detail tidak dapat
memenuhi tantangan perubahan kondisi keuangan yang kompleks dan cepat dan sering
menyediakan benchmark untuk menentukan kesesuaian dengan aturan tapi tidak merefleksi
kejadian ekonomi yang mendasarinya secara substansial (Finnerty 1988, dalam AAA Financial
Accounting Standard Committee, 2003).
Standar berbasis prinsip memiliki keunggulan dalam hal memungkinkan manajer memilih
perlakuan akuntansi yang merefleksikan transaksi atau kejadian ekonomi yang mendasarinya,
meskipun hal sebaliknya dapat terjadi. Standar berbasis prinsip memungkinkan manajer, anggota
komite audit, dan auditor menerapkan judgment profesionalnya untuk lebih fokus pada
merefleksi kejadian atau transaksi ekonomi secara substansial, tidak sekedar melaporkan
transaksi atau kejadian ekonomi sesuai dengan standar.
Implikasinya, IFRS memang lebih fleksibel dan memberikan keleluasaan yang lebih besar
terhadap akuntan untuk menggunakan pertimbangan profesional (professional judgment).
Implikasi inilah yang dijadikan alasan, IFRS justru akan mempersulit komparabilitas laporan
keuangan dan menyuburkan manipulasi laporan keuangan. Bandingkan misalnya dengan US
GAAP yang sangat ketat. Pertimbangan profesional telah tereduksi menjadi pohon keputusan
(decision tree), dalam kondisi apa harus melakukan apa.
Dalam penerapannya Indonesia telah mengadopsi principle based. Hal ini dibuktikan
pada tahun 2008 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah berusaha untuk mengkonvergensi IFRS
(International Financial Reporting Standard) yang berbasis principle ke dalam PSAK
(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan).
Indonesia menerapkan principle based dikarenakan Indonesia merupakan bagian dari IFAC
(International Federation of Accountant) yang harus tunduk pada SMO (Statement Membership
Obligation),
salah
satunya
adalah
dengan
menggunakan
IFRS
sebagai accounting
standard. Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai
anggota G20 forum.
Berikut hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC, 15 November
2008, prinsip-prinsip G20 yang dicanangkan adalah:
1. Strengthening Transparency and Accountability
2. Enhancing Sound Regulation
kesepakatan