Paper Mona
Paper Mona
BAB 1
PENDAHULUAN
Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaaan dimana terjadi gangguan dalam
pertukaran udara pernafasan yang normal. Asfiksia merupakan penyebab kematian terbanyak
yang ditemukan dalam kasus Kedokteran Forensik.1
Dalam pemeriksaan mayat medikolegal kematian karena asfiksia mekanik termasuk
salah satu pemeriksaan yang sering dihadapi dokter seperti mati tergantung, penjeratan,
tenggelam, dan dibekap. Secara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau hipoksia.2
Mati gantung (hanging) sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Tidakan bunuh diri
cara ini sering dilakukan karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan seutas
tali, kain, dasi atau apa saja yang dapat melilit dileher.2
Korban kematian karena asfiksia mekanik termasuk yang sering diperiksa oleh dokter.
Umumnya urutan ke-3 sesudah kecelakaan lalu lintas dan trauma mekanik. Pemeriksaan
terhadap korban penting karena sering perbuatan pembunuhan ditutupi seakan-akan bunuh
diri.Walaupun masing-masing jenis asfiksia ini secara medikolegal cenderung berada dalam
kelompok tertentu, tetapi bisa saja yang terjadi tidak lazim.2,3
Dengan demikian, sangatlah perlu untuk mengetahui lebih mendalam mengenai
penggantungan (hanging) mengingat kasus ini merupakan penyebab kematian akibat asfiksia
yang paling sering ditemukan. Selain itu, dalam aspek medikolegal, sebagai dokter yang
memeriksa perlu memastikan apakah kasus penggantungan tersebut merupakan tindakan
bunuh diri, pembunuhan, atau kecelakaan. Oleh karena itulah, pemahaman yang lebih
mendalam mengenai segala sesuatu yang berkenaan dengan penggantungan sangat
diperlukan agar seorang dokter dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dalam
membuat terang suatu perkara pidana, khususnya penggantungan.1,2
Hanging/September 2015
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Asfiksia Mekanik
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa kekurangan kadar oksigen
dan berlebihnya kadar karbon dioksida secara bersamaan dalam darah dan jaringan
tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen dalam alveoli paru dengan karbon
dioksida dalam kapiler paru. Secara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia
atau hipoksia.1,2,3,4,5
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan terhalang
memasuki saluran pernafasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik),
misalnya penutupan lubang saluran nafas bagian atas (pembekapan (smothering) dan
penyumbatan (gagging dan choking)), penekanan dinding saluran pernafasan
(penjeratan (strangulation), pencekikikan (manual strangulation), dan gantung
(hanging)), dan penekanan dinding dada dari luar (tenggelan (drawning) dan
inhalation of suffocation gases).3,6
2.1.1
Hanging/September 2015
kelompok2,7:
a.
b.
3)
Hanging/September 2015
posisi duduk, berlutut, tersandar atau telungkup.
Asfiksia
Kebanyakan kematian pada kasus hanging sebenarnya disebabkan oleh
Hanging/September 2015
menimbulkan anemia pada otak dan tekanan pada nervus laringeus hingga akan
menimbulkan syok.
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam 2
golongan, yaitu:2,3
1. Primer (akibat langsung dari asfiksia)
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe
dari asfiksia.Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.Bagian-bagian
otak tertentu membutuhkan lebih banyak oksigen, dengan demikian bagian tersebut
lebih rentan terhadap kekurangan oksigen. Perubahan yang karakteristik terlihat pada
sel-sel serebrum, serebellum, dan basal ganglia. Di sini sel-sel otak yang mati akan
digantikan oleh jaringan glial, sedangkan pada organ tubuh yang lain yakni jantung,
paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya perubahan akibat kekurangan oksigen
langsung atau primer tidak jelas.
2. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh)
Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah
dengan meningkatkan
Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja jantung,
maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan cepat. Keadaan ini
didapati pada:2,3
a) Penutupan mulut dan hidung (pembekapan).
b) Obstruksi jalan napas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan
korpus alienum dalam saluran napas atau pada tenggelam karena cairan
menghalangi udara masuk ke paru-paru.
c) Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan (Traumatic
asphyxia).
d) Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat pernafasan,
misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan.
b.
Venous Congestion/apopleksia
Hal ini disebabkan karena penekanan pada vena jugularis secara sempurna
akibat lilitan tali pada leher sehingga terjadi pembendungan vena di otak.
Hanging/September 2015
Gambar 2. Kiri: Kongesti yang menyolok pada leher akibat gantung diri. Kanan: Gambaran rontgen oklusi arteri
pada diseksi subintimal arteri carotis.7
c.
ke otak.
e.
Syok/sinkop
Terjadi akibat penekanan pada nervus vagus dan sinus caroticus yang
dengan beban berat badan.Dapat menyebabkan fraktur atau dislokasi dari vertebra
servikalis bagian atas yang menekan atau merobek spinal cord hingga menyebabkan
kematian yang tiba-tiba.
2.1.1.3 Fetal Period
Kematian timbul segera sesudah tergantung jika vertebra servikalis mengalami
fraktur. Kematian akan timbul sesudah 8-10 menit bila hanya sebagian dari saluran
nafas yang tersumbat. Kematian akan timbul perlahan bila hanya terjadi vena
congestion.2,3
Pada pelaksanaan hukuman gantung, kematian terjadi dengan seketika. Pada
kasus gantung diri, kematian tidak langsung terjadi dan sedikit memakan waktu. Pada
penggantungan parsial, kematian terjadi dalam waktu 5-10 menit.2,3
2.1.1.4
Posisi Simpul
Simpul biasanya dijumpai pada sisi kanan atau sisi kiri dari leher. Simpul pada
Hanging/September 2015
pingir luar dari maxilla dan mastoideus.2,3
80% kasus bekas talinya dijumpai di atas cartilage thyroid
15% kasus bekas talinya dijumpai pada level dari cartilage thyroid
5% kasus bekas talinya dijumpai di bawah cartilage thyroid
Tempat daripada pengikatan tali di leher, dapat mempengaruhi jumlah dan onset
dari gejala-gejala asfiksia yang timbul.2,3
Bila pengikatan di atas cartilage cricoid, gejala asfiksia akan timbul dalam
beberapa detik, dan bila pengikatan pada laring atau di atas tulang hyoid, gejala
asfiksia akan timbul dalam 1-2 menit.2,3
2.1.1.5
Gejala (Symptom)
Pertama-tama dijumpai kehilangan kemampuan pada sensasi subjektif, kemudian
diikuti oleh:2,3
(1) Kehilangan tenaga (loose of power)
(2) Halusinasi penglihatan, seperti melihat cahaya
(3) Halusinasi pendengaran sepertia ada suara ribut-ribut di telinga
(4) Kehilangan kesadaran
(5) Keadaan tersebut diikuti dengan berhentinya fungsi jantung dan pernapasan
Oleh karena itu dengan cara hanging dapat digolongkan salah satu cara kematian
yang berlangsung cepat dan tanpa rasa sakit. Kematian terjadi sangat cepat oleh
karena patah atau dislokasi tulang leher no. 3 dan 4 dan robekan sumsum tulang
belakang atau batang otak, bagian yang sangat vital dari tubuh.
Pemeriksaan Luar
a. Kepala .
Muka korban penggantungan akan mengalami sianosis dan terlihat pucat
karena vena terjepit. Selain itu, pada muka korban juga disebabkan terjepitnya
arteri.Mata korban dapat melotot akibat adanya bendungan pada kepala korban. Hal
ini disebabkanterhambatnya vena-vena kepala tetapi arteri kepala tidak terhambat.2,3,5
Hanging/September 2015
b. Leher.
Hanging/September 2015
Alut jeratan pada leher korban penggantungan berbentuk lingkaran ( V shape).
Alur jeratan berupa luka lecet atau luka memar dengan ciri-ciri:2,3,5
Jumlah tanda penjeratan kadang-kadang pada leher terlihat 2 buah atau lebih
bekas penjeratan. Hal ini menunjukkan bahwa tali dijeratkan ke leher
sebanyak 2 kali.
Tanda penjeratan jelas dan dalam jika tali yang digunakan kecil dibandingkan
jika menggunakan tali yang besar. Kedalaman dari bekas penjeratan
menunjukkan lamanya tubuh tergantung
Hanging/September 2015
10
Hanging/September 2015
2.
Pemeriksaan Dalam
a.
Kepala
Kepala korban penggantung dapat kita temukan tanda-tanda bendungan
pembuluh darah otak, kerusakan medulla spinalis dan medulla oblongata.Kedua
kerusakan tersebut biasanya terjadi pada hukuman gantung (judicial hanging). 1,2,3,5
b. Leher
Leher korban penggantung dapat kita temukan adanya perdarahan dalam otot
atau jaringan, fraktur (os hyoid, cartilago thyroid, cartilago krikoid dan trakea).
Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas.Fraktur ini sering terjadi pada
korban hukuman gantung, dan robekan kecil pada intima pembuluh darah leher (vena
jugularis). 1,2,3,5
Jaringan yang berada dibawah jeratan berwarna putih, berkilat dan perabaan
seperti perkamen karena kekurangan darah, terutama jika mayat tergantung cukup
lama pada jaringan dibawahnya mungkin tidak terdapat cedera lain.
Platisma atau otot lain disekitarnya mungkin memar atau rupture pada beberapa
keadaan. Kerusakan otot ini lebih banyak terjadi pada kasus penggantungan yang
disertai dengan tindakan kekerasan.
c. Dada dan perut
Pada dada dan perut korban dapat ditemukan adanya perdarahan (pleura,
perikard, peritoneum, dan lain-lain) dan bendungan/kongesti organ.1,2,3,5
11
Hanging/September 2015
d. Darah
Darah dalam jantung korban penggantung (hanging) warnanya lebih gelap dan
konsistensinya lebih cair.2,3
2.1.1.7 Aspek Medikolegal
1. Apakah kematian disebabkan oleh penggantungan? Pertanyaan ini sering diajukan
kepada dokter pemeriksa dalam persidangan. Hal ini dapat diperkiran melalui
pemeriksaan seperti dibawah ini:1,2,3,5
a. Dengan teliti memeriksa jejas jeratan, baik pada pemeriksaan luar maupun
pemeriksaan dalam
b. Adanya air liur yang mengalir dari sudut bibir
c. Tanda-tanda asfiksia post mortem, seperti penonjolan bola mata. Lidah dan
perdarahan berupa petekia pada wajah
2. Apakah penggantungan tersebut merupakan bunuh diri, pembunuhan atau
kecelakaan? Biasanya faktor dibawah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
a. Penggantungan biasanya merupakan tindakan bunuh diri, kecuali dibuktikan lain.
Usia tidak menjadi masalah untuk melakukan bunuh diri dengan cara ini. Pernah
ada laporan kasus dimana seorang anak berusia 12 tahun bunuh diri dengan
penggantungan. Kecelakaan yang menyebabkan penggantungan jarang terjadi
b.
c.
d.
e.
12
Hanging/September 2015
No
Penggantungan antermortem
Penggantungan
postmortem
Tanda
jejas
jeratan
biasanya berbentuk
lingkaran
utuh
(continuous), agak sirkuler
dan letaknya pada bagian
leher tidak begitu tinggi
Jelas
Wajah
membengkak
dan
mata
mengalami kongesti dan agak menonjol,
disertai dengan gambaran pembuluh
dara vena yang jelas pada bagian kening
dan dahi
13
Hanging/September 2015
atau sufokasi
8
Sekali
kematian
pencekikan
akibat
10
Penggantungan
pembunuhan
pada
Tanda jejas
miring,
Simpul tali, biasanya hanya satu Simpul tali biasanya lebih dari
simpul yang letaknya pada bagian satu pada bagian depan leher
samping leher
dan simpul tali tersebut terikat
kuat
jeratan,
14
Hanging/September 2015
4
Cedera.
korban
Luka-luka
korban
riwayat
tidak
untuk
pada
pada
Pada
kasus
pembunuhan,
mayat ditemukan tergantung
mayat
biasanya
ditemukan pada tempat yang sulit dicapai
tergantung
oleh korban dan alat yang
pada tempat yang mudah dicapai digunakan untuk mencapai
tempat
tersebut
tidak
oleh
ditemukan
korban atau di sekitarnya ditemukan
alat yang digunakan untuk mencapai
tempat tersebut
Tempat
kejadian.
Bila
sebaliknya
pada
ruangan
ditemukan terkunci dari luar,
maka penggantungan adalah
15
Hanging/September 2015
10
kasus pembunuhan
Tanda-tanda
perlawanan
hampir selalu ada kecuali jika
korban sedang tidur, tidak
sadar atau masih anak-anak.
Tabel 3.Perbedaan penggantungan pada bunuh diri dan pada pembunuhan. 1,2,3,4,5
16
Hanging/September 2015
BAB 3
KESIMPULAN
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan terhalang
memasuki saluran pernafasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), gangguan ini
menimbulkan suatu keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang yang disertai dengan
peningkatan karbon dioksida. Keadaan ini apabila dibiarkan dapat menyebabkan kematian.
Mati gantung (hanging) merupakan suatu strangulasi berupa tekanan pada leher akibat
adanya jeratan yang menjadi erat oleh berat badan korban. Adapun aspek medikolegal pada
mati gantung yaitu menentukan sebab kematian apakah karena tergantung dan meentukan
apakah itu bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan.
17
Hanging/September 2015
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries, Abdul Munin dan Agung legowo Tjiptomartono.2008. Penerapan Ilmu
Kedokteran Forensik Edisi Pertama.Jakarta: Sagung Seto
2. Singh,Surjit. 2014. Ilmu Kedokteran Forensik.
3. Amir,
Amri
.2014.
Rangkaian
Ilmu
Kedokteran
Forensik.
Edisi
kedua.Jakarta:Percetakan Ramadhan
4. Jurnal Asfiksia, Universitas Sumatera Utara. 2014. Medan
5. Nandy, Apurba, MD. Principles of Forensic Medicine. New Central Book Agency (P)
LTD. 2001. India
6. Norris, Charles, First Chief Medical Examiner. Legal Medicine Pathology and Toxicology
Forensic. City of New York
7. Noharakrizo.
Makalah
Hanging.
Online.
2011.
Available
from
URL:
http://www.scribd.com/doc/49388289/Makalah-Hanging
18