Anda di halaman 1dari 18

Hanging/September 2015

BAB 1
PENDAHULUAN
Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaaan dimana terjadi gangguan dalam
pertukaran udara pernafasan yang normal. Asfiksia merupakan penyebab kematian terbanyak
yang ditemukan dalam kasus Kedokteran Forensik.1
Dalam pemeriksaan mayat medikolegal kematian karena asfiksia mekanik termasuk
salah satu pemeriksaan yang sering dihadapi dokter seperti mati tergantung, penjeratan,
tenggelam, dan dibekap. Secara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau hipoksia.2
Mati gantung (hanging) sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Tidakan bunuh diri
cara ini sering dilakukan karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan seutas
tali, kain, dasi atau apa saja yang dapat melilit dileher.2
Korban kematian karena asfiksia mekanik termasuk yang sering diperiksa oleh dokter.
Umumnya urutan ke-3 sesudah kecelakaan lalu lintas dan trauma mekanik. Pemeriksaan
terhadap korban penting karena sering perbuatan pembunuhan ditutupi seakan-akan bunuh
diri.Walaupun masing-masing jenis asfiksia ini secara medikolegal cenderung berada dalam
kelompok tertentu, tetapi bisa saja yang terjadi tidak lazim.2,3
Dengan demikian, sangatlah perlu untuk mengetahui lebih mendalam mengenai
penggantungan (hanging) mengingat kasus ini merupakan penyebab kematian akibat asfiksia
yang paling sering ditemukan. Selain itu, dalam aspek medikolegal, sebagai dokter yang
memeriksa perlu memastikan apakah kasus penggantungan tersebut merupakan tindakan
bunuh diri, pembunuhan, atau kecelakaan. Oleh karena itulah, pemahaman yang lebih
mendalam mengenai segala sesuatu yang berkenaan dengan penggantungan sangat
diperlukan agar seorang dokter dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dalam
membuat terang suatu perkara pidana, khususnya penggantungan.1,2

Hanging/September 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Asfiksia Mekanik
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa kekurangan kadar oksigen
dan berlebihnya kadar karbon dioksida secara bersamaan dalam darah dan jaringan
tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen dalam alveoli paru dengan karbon
dioksida dalam kapiler paru. Secara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia
atau hipoksia.1,2,3,4,5
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan terhalang
memasuki saluran pernafasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik),
misalnya penutupan lubang saluran nafas bagian atas (pembekapan (smothering) dan
penyumbatan (gagging dan choking)), penekanan dinding saluran pernafasan
(penjeratan (strangulation), pencekikikan (manual strangulation), dan gantung
(hanging)), dan penekanan dinding dada dari luar (tenggelan (drawning) dan
inhalation of suffocation gases).3,6

2.1.1

Mati Gantung (Hanging)


Mati gantung sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan bunuh diri
dengan cara ini sering dilakukan karena dapat dilakukan dimana dan kapan saja
dengan seutas tali, kasin, dasi, atau bahan apa saja yang dapat melilit leher. Demikian
pula pada pembunuhan atau hukuman mati dengan cara penggantungan yang sudah
digunakan sejak zaman dahulu.3
Penggantungan (hanging) merupakan suatu strangulasi berupa tekanan pada
leher akibat adanya jeratan yang menjadi erat oleh berat badan korban.2,3

2.1.1.1 Klasifikasi Gantung Diri (Hanging)


A. Berdasarkan Motif dari pada gantung diri
1) Hanging yang terjadi akibat bunuh diri (Suicidal hanging)
Gantung diri merupakan cara kematian yang paling sering dijumpai pada
penggantungan, yaitu sekitar 90% dari seluruh kasus. Walaupun demikian,
pemeriksaan yang teliti harus dilakukan untuk mencegah kemungkinan lain,
terutama pembunuhan.2.7
2) Hanging yang terjadi tidak sengaja/kecelakaan (accidental hanging), dibagi dua
2

Hanging/September 2015
kelompok2,7:
a.

Mati tergantung sewaktu bermain atau bekerja


Umumnya pada anak-anak dan tidak membutuhkan penyidikan yang
sulit karena biasanya kasusnya sangat jelas, tersangkut pada batang pohon
yang bercabang.
Kejadian penggantungan akibat kecelakaan lebih banyak ditemukan
pada anak-anak terutama pada umur antara 6-12 tahun. Tidak ditemukan
alasan untuk bunuh diri karena pada usia itu belum ada tilikan dari anak
untuk bunuh diri. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan dari orang
tua.1,4

b.

Terjadi sewaktu melampiaskan nafsu sexual yang menyimpang


Tali yang dipakai sering kali diikatkan pada banyak tempat, ikatan pada
daerah genital, lengan, tungkai, leher, mulut. Kematian terjadi karena ikatan
terlalu keras. Korban umumnya pria yang tidak jarang memakai pakaian
wanita.

3)

Hanging akibat pembunuhan (Hommicidial hanging)


Homicidal hanging relatif jarang dijumpai. Cara ini baru dapat dilakukan
bila korbannya anak-anak atau orang dewasa yang kondisinya lemah, baik
lemah oleh karena menderita penyakit, dibawah pengaruh obat bius, alkohol
atau korban yang sedang tidur. Pembunuhan dengan cara penggantungan sulit
untuk dilakukan oleh seorang pelaku.2,7

4) Lynching merupakan tindakan hukuman gantung tanpa pengadilan yang hanya


terjadi di Amerika Selatan. Jika seorang negro melakukan pelanggaran berat, dia
dihukum mati dengan cara digantung pada pohon atau tiang lampu, sehingga
bisa dipertontonkan sebagai peringatan bagi yang lain.1.3

B. Berdasarkan Sempurnanya Tidaknya Penggantungan


Complete Hanging atau Penggantungan Sempurna
Artinya seluruh tubuh menggantung sempurna.
2) Partial Hanging atau Penggantungan Tidak Sempurna
Artinya hanya sebagian tubuh tergantung atau tubuh tergantung dengan
1)

Hanging/September 2015
posisi duduk, berlutut, tersandar atau telungkup.

Gambar 1. Kiri: Complete hanging. Kanan: Partial hanging.

C. Berdasarkan Letak Simpul atau Titik Gantung


1) Typical Hanging
Adalah penggantungan tubuh dimana titik gantung (simpul tali) berada tepat di atas
pertengahan tulang occiput.Dalam situasi seperti ini kemungkinan penekanan arteri di
daerah leher maksimum.
2) Atypical Hanging
Adalah semua penggantungan tubuh dengan titik gantung (simpul tali) berada di
semua tempat selain daripada di tengah occiput.
2.1.1.2 Etiologi Kematian pada Mati Gantung
Ada beberapa aspek penyebab kematian pada penggantungan, yaitu:2,3
a.

Asfiksia
Kebanyakan kematian pada kasus hanging sebenarnya disebabkan oleh

asfiksia. Mekanisme terjadinya asfiksia:


1) Bila pengikatan di atas kartilago thyroid maka basis lidah akan ditolak ke atas
dan ke belakang terhadap posterior pharynx, hingga traktus respiratorius tertutup
dan akhirnya terjadi asfiksia
2) Bila pengikatan di bawah kartilago thyroid maka secara langsung akan menekan
laring dan menimbulkan tanda-tanda asfiksia yang lebih jelas
3) Konstriksi umum dari jaringan akan menimbulkan penutupan komplit atau
partial dari pembuluh darah besar di leher (arteri karotis communis) dan ini akan

Hanging/September 2015
menimbulkan anemia pada otak dan tekanan pada nervus laringeus hingga akan
menimbulkan syok.
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam 2
golongan, yaitu:2,3
1. Primer (akibat langsung dari asfiksia)
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe
dari asfiksia.Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.Bagian-bagian
otak tertentu membutuhkan lebih banyak oksigen, dengan demikian bagian tersebut
lebih rentan terhadap kekurangan oksigen. Perubahan yang karakteristik terlihat pada
sel-sel serebrum, serebellum, dan basal ganglia. Di sini sel-sel otak yang mati akan
digantikan oleh jaringan glial, sedangkan pada organ tubuh yang lain yakni jantung,
paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya perubahan akibat kekurangan oksigen
langsung atau primer tidak jelas.
2. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh)
Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah
dengan meningkatkan

outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena meningkat.

Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja jantung,
maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan cepat. Keadaan ini
didapati pada:2,3
a) Penutupan mulut dan hidung (pembekapan).
b) Obstruksi jalan napas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan
korpus alienum dalam saluran napas atau pada tenggelam karena cairan
menghalangi udara masuk ke paru-paru.
c) Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan (Traumatic
asphyxia).
d) Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat pernafasan,
misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan.
b.

Venous Congestion/apopleksia
Hal ini disebabkan karena penekanan pada vena jugularis secara sempurna

akibat lilitan tali pada leher sehingga terjadi pembendungan vena di otak.

Hanging/September 2015

Gambar 2. Kiri: Kongesti yang menyolok pada leher akibat gantung diri. Kanan: Gambaran rontgen oklusi arteri
pada diseksi subintimal arteri carotis.7

c.

Kombinasi dari Asfiksia dan Venous Congestion


Keadaan ini diduga sebagai penyebab kematian yang paling sering, oleh

karena saluran nafas tidak seluruhnya tertutup.


d.

Iskemia dari otak (anoksia)


Tertekannya arteri yang besar ke otak menyebabkan terhentinya aliran darah

ke otak.
e.

Syok/sinkop
Terjadi akibat penekanan pada nervus vagus dan sinus caroticus yang

menyebabkan vaso inhibisi, sehinggan terjadi cariac arrest.


f.

Fraktur atau dislokasi vertebra servikalis


Pada kasus judicial hanging, hentakan yang tiba-tiba pada ketinggian 5-7 kaki,

dengan beban berat badan.Dapat menyebabkan fraktur atau dislokasi dari vertebra
servikalis bagian atas yang menekan atau merobek spinal cord hingga menyebabkan
kematian yang tiba-tiba.
2.1.1.3 Fetal Period
Kematian timbul segera sesudah tergantung jika vertebra servikalis mengalami
fraktur. Kematian akan timbul sesudah 8-10 menit bila hanya sebagian dari saluran
nafas yang tersumbat. Kematian akan timbul perlahan bila hanya terjadi vena
congestion.2,3
Pada pelaksanaan hukuman gantung, kematian terjadi dengan seketika. Pada
kasus gantung diri, kematian tidak langsung terjadi dan sedikit memakan waktu. Pada
penggantungan parsial, kematian terjadi dalam waktu 5-10 menit.2,3
2.1.1.4

Posisi Simpul
Simpul biasanya dijumpai pada sisi kanan atau sisi kiri dari leher. Simpul pada

Hanging/September 2015
pingir luar dari maxilla dan mastoideus.2,3
80% kasus bekas talinya dijumpai di atas cartilage thyroid
15% kasus bekas talinya dijumpai pada level dari cartilage thyroid
5% kasus bekas talinya dijumpai di bawah cartilage thyroid
Tempat daripada pengikatan tali di leher, dapat mempengaruhi jumlah dan onset
dari gejala-gejala asfiksia yang timbul.2,3
Bila pengikatan di atas cartilage cricoid, gejala asfiksia akan timbul dalam
beberapa detik, dan bila pengikatan pada laring atau di atas tulang hyoid, gejala
asfiksia akan timbul dalam 1-2 menit.2,3
2.1.1.5

Gejala (Symptom)
Pertama-tama dijumpai kehilangan kemampuan pada sensasi subjektif, kemudian
diikuti oleh:2,3
(1) Kehilangan tenaga (loose of power)
(2) Halusinasi penglihatan, seperti melihat cahaya
(3) Halusinasi pendengaran sepertia ada suara ribut-ribut di telinga
(4) Kehilangan kesadaran
(5) Keadaan tersebut diikuti dengan berhentinya fungsi jantung dan pernapasan
Oleh karena itu dengan cara hanging dapat digolongkan salah satu cara kematian
yang berlangsung cepat dan tanpa rasa sakit. Kematian terjadi sangat cepat oleh
karena patah atau dislokasi tulang leher no. 3 dan 4 dan robekan sumsum tulang
belakang atau batang otak, bagian yang sangat vital dari tubuh.

2.1.1.6 Gambaran Post Mortem pada Gantung Diri


1.

Pemeriksaan Luar
a. Kepala .
Muka korban penggantungan akan mengalami sianosis dan terlihat pucat
karena vena terjepit. Selain itu, pada muka korban juga disebabkan terjepitnya
arteri.Mata korban dapat melotot akibat adanya bendungan pada kepala korban. Hal
ini disebabkanterhambatnya vena-vena kepala tetapi arteri kepala tidak terhambat.2,3,5

Hanging/September 2015

Gambar 3. Tardieus Spots pada konjungtiva

Bintik bintik perdarahan pada konjungtiva korban terjadi akibat pecahnya


vena dan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah karena afiksia.
Lidah korban penggantung akan terjulur, bisa juga tidak terjulur. Lidah terjulur
apabila letak jeratan gantungan tepat berada pada cartilage tiroidea.Lidah tidak
terjulur apabila letaknya berada diatas cartilage tiroidea.
Air liur mengalir dari sudut bibir dibagian yang berlawanan dengan tempat
simpul tali. Keadaan ini merupakan tanda pasti penggantungan antemortem.2,3,5

Gambar 4. Sianotik pada bibir

Gambar 5. Petekie pada muka

b. Leher.

Hanging/September 2015
Alut jeratan pada leher korban penggantungan berbentuk lingkaran ( V shape).
Alur jeratan berupa luka lecet atau luka memar dengan ciri-ciri:2,3,5

Alur jeratan pucat

Tepi alur jeratan coklat kemerahan

Kulit sekitar alur jerat terdapat bendungan

Alur jeratan yang simetris/tipikal pada leher korban penggantungan (hanging)


menunjukan letak simpul jeratan berada dibelakang leher korban. Alur jeratan
yang asimetris menunjukkan letak simpul disamping leher.

Jumlah tanda penjeratan kadang-kadang pada leher terlihat 2 buah atau lebih
bekas penjeratan. Hal ini menunjukkan bahwa tali dijeratkan ke leher

sebanyak 2 kali.

Tanda penjeratan jelas dan dalam jika tali yang digunakan kecil dibandingkan
jika menggunakan tali yang besar. Kedalaman dari bekas penjeratan
menunjukkan lamanya tubuh tergantung

Jika korban lama tergantung, ukuran leher menjadi semakin panjang

Gambar 6. Jeratan pada leher

c. Anggota gerak (lengan dan tungkai)


Anggota gerak korban penggantungan dapat kita temukan adanya lebam
mayat pada ujung bawah lengan dan tungkai.Lebam mayat paling sering terlihat pada
tungkai.Posisi tangan biasanya dalam keadaan tergenggam. Penting juga kita ketahui
ada tidaknya luka lecet pada anggota gerak tersebut.2,3,5

Hanging/September 2015

Gambar 7. Sianotik pada ujung jari tangan

Gambar 8. Lebam mayat pada seluruh tubuh

Gambar 9. Lebam mayat pada tungkai

d. Dubur dan alat kelamin


Dubur korban penggantung dapat mengeluarkan feses. Alat kelamin korban
dapat mengeluarkan mani, urin, dan darah (sisa haid). Pengeluaran urin disebabkan
kontraksi otot polos pada stadium konvulsi atau puncak asfiksia. Lebam mayat dapat
ditemukan pada genitalia eksterna korban.2,3,5

10

Hanging/September 2015

2.

Pemeriksaan Dalam

a.

Kepala
Kepala korban penggantung dapat kita temukan tanda-tanda bendungan
pembuluh darah otak, kerusakan medulla spinalis dan medulla oblongata.Kedua
kerusakan tersebut biasanya terjadi pada hukuman gantung (judicial hanging). 1,2,3,5

b. Leher
Leher korban penggantung dapat kita temukan adanya perdarahan dalam otot
atau jaringan, fraktur (os hyoid, cartilago thyroid, cartilago krikoid dan trakea).
Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas.Fraktur ini sering terjadi pada
korban hukuman gantung, dan robekan kecil pada intima pembuluh darah leher (vena
jugularis). 1,2,3,5
Jaringan yang berada dibawah jeratan berwarna putih, berkilat dan perabaan
seperti perkamen karena kekurangan darah, terutama jika mayat tergantung cukup
lama pada jaringan dibawahnya mungkin tidak terdapat cedera lain.
Platisma atau otot lain disekitarnya mungkin memar atau rupture pada beberapa
keadaan. Kerusakan otot ini lebih banyak terjadi pada kasus penggantungan yang
disertai dengan tindakan kekerasan.
c. Dada dan perut
Pada dada dan perut korban dapat ditemukan adanya perdarahan (pleura,
perikard, peritoneum, dan lain-lain) dan bendungan/kongesti organ.1,2,3,5

Gambar 10. Tardieus Spots Pada Paru-Paru

11

Hanging/September 2015

Gambar 11. Tardieus SpotsPada Jantung

d. Darah
Darah dalam jantung korban penggantung (hanging) warnanya lebih gelap dan
konsistensinya lebih cair.2,3
2.1.1.7 Aspek Medikolegal
1. Apakah kematian disebabkan oleh penggantungan? Pertanyaan ini sering diajukan
kepada dokter pemeriksa dalam persidangan. Hal ini dapat diperkiran melalui
pemeriksaan seperti dibawah ini:1,2,3,5
a. Dengan teliti memeriksa jejas jeratan, baik pada pemeriksaan luar maupun
pemeriksaan dalam
b. Adanya air liur yang mengalir dari sudut bibir
c. Tanda-tanda asfiksia post mortem, seperti penonjolan bola mata. Lidah dan
perdarahan berupa petekia pada wajah
2. Apakah penggantungan tersebut merupakan bunuh diri, pembunuhan atau
kecelakaan? Biasanya faktor dibawah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
a. Penggantungan biasanya merupakan tindakan bunuh diri, kecuali dibuktikan lain.
Usia tidak menjadi masalah untuk melakukan bunuh diri dengan cara ini. Pernah
ada laporan kasus dimana seorang anak berusia 12 tahun bunuh diri dengan
penggantungan. Kecelakaan yang menyebabkan penggantungan jarang terjadi
b.
c.
d.
e.

kecuali pada anak-anak berusia dibawah 12 tahun.


Cara terjadinya penggantungan
Bukti-bukti tidak langsung ditempat kejadian
Tanda berupa jejas penjeratan
Tanda-tanda kekerasan atau perlawanan

2.1.1.8 Perbedaan antara penggantungan antermoterm dan postmortem

12

Hanging/September 2015

No

Penggantungan antermortem

Tanda-tanda penggantungan antemortem Tanda-tanda post-mortem


bervariasi. Tergantung dari cara menunjukkan
kematian
kematian korban
yang bukan disebabkan
penggantungan

Tanda jejas jeratan miring, berupa


lingkaran terputus (non-continuous)
dan letaknya pada leher bagian atas

Penggantungan
postmortem

Tanda
jejas
jeratan
biasanya berbentuk
lingkaran
utuh
(continuous), agak sirkuler
dan letaknya pada bagian
leher tidak begitu tinggi

Simpul tali biasanya tunggal, terdapat Simpul tali biasanya lebih


pada sisi leher
dari satu, diikatkan dengan
kuat dan diletakkan pada
bagian depan leher

Ekimosis tampak jelas pada salah satu


sisi dari jejas penjeratan. Lebam
mayat tampak di atas jejas jerat dan
pada tungkai bawah

Pada kulit di tempat jejas penjeratan


teraba seperti perabaan kertas perkamen,

yaitu tanda parchmentisasi

Ekimosis pada salah satu


sisi jejas penjeratan tidak
ada atau tidak jelas. Lebam
mayat terdapat pada bagian
tubuh yang menggantung
sesuai dengan posisi mayat
setelah meninggal
Tanda parchmentisasi tidak
ada atau tidak begitu

Jelas

Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dan Sianosis


pada
bagian
lain-lain sangat jelas terlihat terutama wajah, bibir, telinga dan
jika kematian karena asfiksia
lain-lain tergantung dari
penyebab kematian

Wajah
membengkak
dan
mata
mengalami kongesti dan agak menonjol,
disertai dengan gambaran pembuluh
dara vena yang jelas pada bagian kening
dan dahi

Tanda-tanda pada wajah


dan mata tidak terdapat,
kecuali jika penyebab
kematian
adalah
pencekikan
(strangulasi)

13

Hanging/September 2015
atau sufokasi
8

Lidah bisa terjulur atau tidak sama

Lidah tidak terjulur kecuali


pada kasus

Sekali

kematian
pencekikan

akibat

Penis. Ereksi penis disertai dengan


keluarnya cairan sperma sering terjadi
pada korban pria. Demikian juga sering
ditemukan keluarnya feses

Penis. Ereksi penis dan


cairan sperma tidak ada.
Pengeluaran feses juga
tidak ada

10

Air liur. Ditemukan menetes dari sudut


mulut, dengan arah yang vertikal
menuju dada. Hal ini merupakan
pertanda pasti penggantungan antemortem

Air liur tidak ditemukan


yang menetes pada kasus
selain
kasus
penggantungan.

Tabel 1. Perbedaan antara penggantungan antermoterm dan postmortem. 1,2,3,4,5

2.2.1.9. Perbedaan penggantungan pada bunuh diri dan pada pembunuhan


No

Penggantungan pada bunuh diri

Penggantungan
pembunuhan

pada

Usia. Gantung diri lebih sering Tidak mengenal batas usia,


terjadi
karena tindakan pembunuhan
dilakukan oleh musuh atau
pada remaja dan orang dewasa. lawan dari korban dan tidak
Anak-anak di bawah usia 10 tahun bergantung pada usia
atau orang dewasa di atas usia 50
tahun jarang melakukan gantung diri

Tanda jejas
miring,

Simpul tali, biasanya hanya satu Simpul tali biasanya lebih dari
simpul yang letaknya pada bagian satu pada bagian depan leher
samping leher
dan simpul tali tersebut terikat
kuat

jeratan,

bentuknya Tanda jejas jeratan, berupa


lingkaran
tidak
terputus,
mendatar, dan letaknya di
berupa
lingkaran
terputus bagian tengah leher, karena
(noncontinuous) dan terletak pada usaha pelaku pembunuhan
bagian atas leher
untuk membuat simpul tali

14

Hanging/September 2015
4

Riwayat korban. Biasanya korban Sebelumnya


mempunyai riwayat untuk mencoba mempunyai
bunuh diri dengan cara lain
bunuh diri

Cedera.
korban

Luka-luka

korban
riwayat

tidak
untuk

pada

tubuh Cedera berupa luka-luka pada


tubuh
korban
biasanya
mengarah kepada pembunuhan
yang bisa menyebabkan kematian
mendadak tidak ditemukan pada
kasus
bunuh diri

Racun. Ditemukannya racun dalam


lambung korban, misalnya arsen,
sublimat korosif dan lain-lain tidak
bertentangan dengan kasus gantung
diri. Rasa nyeri yang disebabkan
racun tersebut mungkin mendorong
korban untuk melakukan gantung
diri

Terdapatnya racun berupa


asam opium hidrosianat atau
kalium sianida tidak sesuai
pada
kasus
pembunuhan,
karena untuk hal ini perlu
waktu dan kemauan dari
korban itu sendiri. Dengan
demikian
maka
kasus
penggantungan tersebut adalah
karena bunuh diri

Tangan tidak dalam keadaan terikat,

Tangan yang dalam keadaan


terikat

karena sulit untuk gantung diri


dalam keadaan tangan terikat
mengarahkan dugaan
kasus pembunuhan
8

pada

Kemudahan. Pada kasus bunuhdiri,

Pada
kasus
pembunuhan,
mayat ditemukan tergantung
mayat
biasanya
ditemukan pada tempat yang sulit dicapai
tergantung
oleh korban dan alat yang
pada tempat yang mudah dicapai digunakan untuk mencapai
tempat
tersebut
tidak
oleh
ditemukan
korban atau di sekitarnya ditemukan
alat yang digunakan untuk mencapai
tempat tersebut

Tempat kejadian. Jika kejadian


berlangsung di dalam kamar, dimana
pintu, jendela ditemukan dalam
keadaan tertutup dan terkunci dari
dalam, maka kasusnya pasti

Tempat
kejadian.
Bila
sebaliknya
pada
ruangan
ditemukan terkunci dari luar,
maka penggantungan adalah

15

Hanging/September 2015

10

merupakan bunuh diri

kasus pembunuhan

Tanda-tanda perlawanan, tidak

Tanda-tanda
perlawanan
hampir selalu ada kecuali jika
korban sedang tidur, tidak
sadar atau masih anak-anak.

ditemukan pada kasus gantung diri

Tabel 2.Perbedaan penggantungan pada bunuh diri dan pada pembunuhan.1,2,3,4,5

Tabel 3.Perbedaan penggantungan pada bunuh diri dan pada pembunuhan. 1,2,3,4,5

16

Hanging/September 2015

BAB 3
KESIMPULAN
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan terhalang
memasuki saluran pernafasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), gangguan ini
menimbulkan suatu keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang yang disertai dengan
peningkatan karbon dioksida. Keadaan ini apabila dibiarkan dapat menyebabkan kematian.
Mati gantung (hanging) merupakan suatu strangulasi berupa tekanan pada leher akibat
adanya jeratan yang menjadi erat oleh berat badan korban. Adapun aspek medikolegal pada
mati gantung yaitu menentukan sebab kematian apakah karena tergantung dan meentukan
apakah itu bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan.

17

Hanging/September 2015

DAFTAR PUSTAKA
1. Idries, Abdul Munin dan Agung legowo Tjiptomartono.2008. Penerapan Ilmu
Kedokteran Forensik Edisi Pertama.Jakarta: Sagung Seto
2. Singh,Surjit. 2014. Ilmu Kedokteran Forensik.
3. Amir,

Amri

.2014.

Rangkaian

Ilmu

Kedokteran

Forensik.

Edisi

kedua.Jakarta:Percetakan Ramadhan
4. Jurnal Asfiksia, Universitas Sumatera Utara. 2014. Medan
5. Nandy, Apurba, MD. Principles of Forensic Medicine. New Central Book Agency (P)
LTD. 2001. India
6. Norris, Charles, First Chief Medical Examiner. Legal Medicine Pathology and Toxicology
Forensic. City of New York
7. Noharakrizo.

Makalah

Hanging.

Online.

2011.

Available

from

URL:

http://www.scribd.com/doc/49388289/Makalah-Hanging

18

Anda mungkin juga menyukai