PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam berbagai penelitian dilaporkan bahwa 5-10% penyebab anemia berat
pada neonatus adalah perdarahan. Sedangkan kejadian anemia pada bangsal rawat
intensif neonatus tercatat sebesar 25%, yang dinyatakan dengan merendahnya volume
sel darah merah. Angka tersebut merupakan kejadian diluar negeri yang fasilitas
perawatannya sudah memadai. Meskipun belum ada data, tetapi dengan
memperhatikan masih tingginya pertolongan persalinan oleh dukun (70-80%) serta
fasilitas pelayanan yang untuk sebagian besar belum memadai, dapat diperkirakan
bahwa di Indonesia kejadian perdarahan pada neonatus akan memperlihatkan angka
yang jauh lebih tinggi, setidak-tidaknya 2 kali lipat dibandingkan dengan kejadian di
negara maju.
Perdarahan yang abnormal pada neonatus terbilang cukup umum,tertutama
pada bayi preterm. haemostasis yang normal membutuhkan integritasvaskular, fungsi
platelet yang normal, dan fungsi sistim koagulasi yang baik. Sebaliknya pada bayi
neonates yang sehat penyebab yang umum pada perdarahan pada bayi adalah
trombositopenia sekunder, defisiensi vitamin K, dan yang paling jarang terjadi adalah
kongenital defisiensi faktor koagulasi.
Haemorrhagic disease of the newborn pada umumnya
muncul
pada
minggu pertama dan paling lambat sampai minggu ke 26. Kematian dan
kecacatan dapat diakibatkan dari perdarahan intracranial seringkali setelah
terjadi perdrahan pada umbilical ataupun membrane mukosa.
B. Tujuan
Penulis refrat ini bertujuan untuk mengetahui konsep mengenai perdarahn
pada bayi baru lahir, sehingga di harapkan dapat mendukung tercapainya pencegahan
dan penatalaksanaan dengan tepat
C. Manfaat
1. Memberi informasi tentang dampak Haemorrhagic Disease of Newborn
2. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Haemorrhagis Disease of Newborn
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Perdarahan ialah keluarnya darah dari salurannya yang normal (arteri, vena
atau kapiler) ke dalam ruangan ekstravaskulus oleh karena hilangnya kontinuitas
pembuluh darah (2). Sedangkan perdarahan dapat berhenti melalui 3 mekanisme, yaitu:
1. Kontraksi pembuluh darah
2. Pembentukan gumpalan trombosit (platelet plug)
3. Pembentukan trombin dan fibrin yang memperkuat gumpalan trombosit tersebut.
Umumnya peranan ketiga mekanisme tersebut bergantung kepada besarnya
kerusakan pembuluh darah yang terkena. Perdarahan akibat luka kecil pada pembuluh
darah yang kecil dapat diatasi oleh kontraksi arteriola atau venula dan pembentukan
gumpalan trombosit, tetapi perdarahan yang diakibatkan oleh luka yang mengenai
pembuluh darah besar tidak cukup diatasi oleh kontraksi pembuluh darah dan
gumpalan trombosit. Dalam hal ini pembentukan trombin dan akhirnya fibrin penting
untuk memperkuat gumpalan trombosit tadi. Disamping untuk menjaga agar darah
tetap didalam salurannya diperlukan pembuluh darah yang berkualitas baik. Bila
terdapat gangguan atau kelainan pada salah satu atau lebih dari ketiga mekanisme
tersebut, terjadilah perdarahan yang abnormal yang sering kali tidak dapat berhenti
sendiri.
Hemorrhagic disease of the newborn (HDN) didefinisikan sebagai perdarahan
spontan atau akibat trauma pada bayi yang berhubungan dengan defisiensi vitamin K
dan menurunnya aktifitas faktor pembekuan II, VII, IX, dan X dengan fibrinogen dan
trombosit normal. Pada kebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung
dan saluran cerna. Kasus perdarahan pada intracranial jarang di jumpai.Sistem
pembekuan darah pada neonatus masih imatur sehingga pada saat lahir kadar protein
koagulasinya juga masih rendah. Kadar dari system prokoagulasi seperti protein
prekalikrein, faktor V, XI, XII, serta faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (II,
VII, IX, X). Kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K berlangsung kembali
ke normal pada usia 7-10 hari. Cadangan vitamin K pada BBL rendah, hal ini
disebabkan oleh kurangnya vitamin K ibu, serta tidak adanya cadangan flora normal
usus yang mampu mensintesa vitamin K.
B. ETIOLOGI
1. Kekurangan vitamin K
2. Trauma kelahiran
Partus biasa
ini mempunyai kelainan hati sebagai penyakit dasar atau kelainan malabsorpsi.
Perdarahan intrakranial yang serius timbul pada 30-50%. Pada bayi berisiko
mungkin ditemukan tanda-tanda penyakit hati atau kolestasis seperti ikterus yang
memanjang, warna feses pucat, dan hepatosplenomegali. Angka rata-rata kejadian
PDVK pada bayi yang tidak mendapatkan profilaksis vitamin K adalah 5-20 per
100.000 kelahiran dengan angka mortalitas sebesar 30%
PDVK dini
< 24 jam
Umur
Penyebab dan
factor resiko
Frekuensi
Lokasi perdarahan
Pencegahan
PDVK klasik
PDVK lambat
1-7 hari (terbanyak 3- 2 minggu 6 bulan
5 har)
terutama 4-6 minggu
Obat yang diminum
Pemberian makanan
selama hamil
terlambat
Intake vit K inadekuat
Kadar vit K rendah
pada ASI
Tidak dapat
provilaksis vit K
Intake vit K inadekuat
Kadar vit K rendah
pada ASI
Tidak dapat
provilaksis vit K
< 5% pada kelompok 0,01-1% (tergantung
risiko tinggi
pada pola makanan
bayi
Sefalhematon,
GIT, umbilicus,
umbilicus,
hidung, tempat
intracranial, intra
suntikan, berkas
abdomen, GIT,
sirkumsisi,
intrathorakal
intracranial
Penghentian/penggant Vit K, profilaksis
ian obat penyebab
(oral/im)
Asupan vit K yang
adekuat
fraktur linier tulang kepala dan tanda shock hipovolemik. Gangguan fungsi otak
bergantung pada luas dan banyaknya perdarahan. Bila perdarahan sedikit, tidak
dijumpai tanda-tanda gangguan fungsi otak. Jika perdarahan banyak, dalam
beberapa jam setelah lahir akan tampak tanda-tanda dan gejala peninggian tekanan
intrakranial seperti iritabel, menangis melengking (cephalic cry), ubun-ubun tegang
dan menonjol, deviasi mata, sutura melebar, kejang, hemiparase, atau tanda-tanda
herniasi unkal seperti dilatasi pupil homolateral.
b. Subdural Hemorrhage dengan laserasi tentorium disebabkan oleh rupturnya vena
galen, sinus strait, dan kadang-kadang sinus transversal. Perdarahan ini sering di
infratentorial. Bila perdarahan banyak, dapat meluas ke fossa posterior dan
menyebabkan kompresi batang otak (brain stemp). Kadang-kadang, perdarahan ini
dapat meluas ke permukaan superior atau posterior dari serebellum. Perdarahan
subdural dengan laserasi falks serebri terjadi karena rupturnya sinus sagitalis
inferior. Perdarahan biasa terjadi di tempat pertemuan falks serebri dan tenterium.
Perdarahan ini kurang sering bila dibandingkan dengan laserasi tenterium. Lokasi
perdarahan di dalam fisura serebri longitudinal berada di atas korpus kollosum.
Rupturnya vena superfisial serebri (bridging vein), mengakibatkan perdarahan
subdural pada permukaan hemisfer serebri. Perdarahan ini sering unilateral dan
biasanya diikuti perdarahan subaraknoid.
c. Subarachnoid Hemorrhage, perdarahan dalam rongga araknoid akibat rupturnya
vena-vena dalam rongga araknoid (bridging veins), rupturnya pembuluh darah
kecil di daerah leptomeningen, atau perluasan perdarahan. Timbunan darah
biasanya berkumpul di lekukan serebral bagian posterior dan di fossi posterior.Hal
yang ditakutkan adalah terjadi hidrosefalus karena penyumbatan trabekula araknoid
oleh darah dan menyebabkan peninggian tekanan intrakranial.
d. Intraventricular hemorrhage adalah pendarahan yang terjadi di bagian lateral
ventrikel ketiga dan keempat. Terjadi perdarahan flexus choroid dan pemanjangan
dari matriks subependymal atau thalamus.
e. Intraparenchymal hemorrhage adalah pendarahan yang terjadi diantara jaringan
parenkim otak. Biasanya terjadi edema vasogenik dalam jumlah yang besar.
D. Manifestasi Klinis
1. Gejala-gejala Hemorrhagic disease of the newborn (HDN) tidak khas, dan umumnya
sukar didiagnosis jika tidak didukung oleh riwayat persalinan yang jelas.Gejalagejala berikut dapat ditemukan
a. Pada kebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung dan saluran
cerna.
b. Perdarahan kulit sering berupa purpura, ekimosis atau perdarahan melalui bekas
tusukan jarum suntik.
c. Perdarahan intrakranial merupakan komplikasi tersering (63%), 80-100% berupa
perdarahan subdural dan subaraknoid.
d. Pada perdarahan intrakranial didapatkan gejala peningkatan tekanan intrakranial
(TIK) bahkan kadang-kadang tidak menunjukkan gejala ataupun tanda.
e. Pada sebagian besar kasus (60%) didapatkan sakit kepala, muntah, anak menjadi
cengeng, ubun-ubun besar membonjol, pucat dan kejang. Kejang yang terjadi
dapat bersifat fokal atau umum.
2. Fontanel tegang dan menonjol oleh kenaikan tekanan intrakranial, misalnya pada
perdarahan subaraknoid.
3. Iritasi korteks serebri berupa kejang-kejang,
irritable,
twitching,
opistotonus.
Gejala-gejala ini baru timbul beberapa jam setelah lahir dan menunjukkan adanya
perdarahan subdural , kadang-kadang juga perdarahan subaraknoid oleh robekan
tentorium yang luas.
4. Mata terbuka dan hanya memandang ke satu arah tanpa reaksi. Pupil melebar, refleks
cahaya lambat sampai negatif.Kadang-kadang ada perdarahan retina, nistagmus dan
eksoftalmus.
5. Apnea: berat dan lamanya apnea bergantung pada derajat perdarahan dan kerusakan
susunan saraf pusat. Apnea dapat berupa serangan diselingi pernapasan
normal/takipnea dan sianosis intermiten.
6. Cephalic cry (menangis merintih).
7. Gejala gerakan lidah yang menjulur ke luar di sekitar bibir seperti lidah ular (snake
like flicking of the tongue) menunjukkan perdarahan yang luas dengan kerusakan
pada korteks.
8. Tonus otot lemah atau spastis umum. Hipotonia dapat berakhir dengan kematian bila
perdarahan hebat dan luas. Jika perdarahan dan asfiksia tidak berlangsung lama,
tonus otot akan segera pulih kembali. Tetapi bila perdarahan berlangsung lebih lama,
flaksiditas akan berubah menjadi spastis yang menetap. Kelumpuhan lokal dapat
terjadi misalnya kelumpuhan otot-otot pergerakan mata, otot-otot muka/anggota
gerak (monoplegi/hemiplegi) menunjukkan perdarahan subdural/ parenkim.
9. Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan ialah gangguan kesadaran (apati, somnolen,
sopor atau koma), tidak mau minum, menangis lemah, nadi lambat/cepat, kadangkadang ada hipotermi yang menetap. Apabila gejala-gejala tersebut di atas
ditemukan pada bayi prematur yang 24--48 jam sebelumnya menderita asfiksia,
maka PI dapat dipikirkan. Berdasarkan perjalanan klinik, ICB dapat dibedakan 2
sindrom yaitu :
a. Saltatory syndrome: gejala klinik dapat berlangsung berjam-jam/berhari-hari
yang kemudian berangsur-angsur menjadi baik. Dapat serabuh sempurna tetapi
biasanya dengan gejala sisa.
b. Catastrophic syndrome.
perlahan selama beberapa minggu tetapi tetap berada di bawah kadar orang
dewasa. Sedangkan bayi baru lahir relative kekurangan vitamin K karena beberapa
alasan, seperti:
1. Simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir karena ibu kekurangan zat
ini.
2. Sedikitnya perpindahan vitamin K melalui plasenta.
3. Rendahnya kadar vitamin K pada ASI
4. Sterilitas saluran cerna.
Pada trauma kelahiran, perdarahan terjadi oleh kerusakan/robekan pembuluh
darah intrakranial secara langsung. Pada perdarahan yang bukan karena trauma
kelahiran, faktor dasar ialah prematuritas. Pada bayi-bayi tersebut, pembuluh darah otak
masih embrional dengan dinding tipis, jaringan penunjang sangat kurang dan pada
beberapa tempat tertentu jalannya berkelok-kelok, kadang-kadang membentuk huruf U
sehingga mudah sekali terjadi kerusakan bila ada faktor pencetus (hipoksia/iskemia).
Keadaan ini terutama terjadi pada perdarahan intraventrikuler/ periventrikuler.
Perdarahan epidural/ ekstradural terjadi oleh robekan arteri atau vena meningika media
antara tulang tengkorak dan duramater. Keadaan ini jarang ditemukan pada neonatus.
Tetapi perdarahan subdural merupakan jenis ICB yang banyak dijumpai pada BCB. Di
sini perdarahan terjadi akibat pecahnya vena-vena kortikal yang menghubungkan
rongga subdural dengan sinus-sinus pada duramater. Perdarahan subdural lebih sering
pada bayi yang lahir cukup umur daripada bayi yang prematur sebab pada bayi
prematur vena-vena superfisial belum berkembang baik dan mulase tulang tengkorak
sangat jarang terjadi. Perdarahan dapat berlangsung perlahan-lahan dan membentuk
hematoma subdural. Pada robekan tentorium serebeli atau vena galena dapat terjadi
hematoma retroserebeler. Gejala-gejala dapat timbul segera dapat sampai bermingguminggu, memberikan gejala kenaikan tekanan intrakranial.
subaraknoid
dapat
dibuktikan
dengan
fungsi
likuor.
Pada
perdarahan
pemeriksaan
fisik
didapatkan
Adanya
perdarahan
di
saluran
2. Respons yang cepat terjadi dalam 4-6 jam dengan berhentinya perdarahan dan
membaiknya masa protrombin.
3. Bayi yang mengalami perdarahan luas juga harus mendapatkan fresh frozen
plasma (FFP) 10 sampai 15 ml/kg. perdarahan yang hebat yang menyebabkan Hb
turun (12 mg/dL ) diberikan packed red cells (PRC).
4. Jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa (perdarahan intrakranial) dapat
diberikan prothrombin complex-concentrates (PCCs).
Diusahakan tindakan untuk mencegah terjadinya kerusakan/kelainan yang
lebih parah pada bayi dengan dirawat secara intensif diruang NICU (Neonatal
Intensive Care Unit) yaitu dengan :
a. Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan pemberian
O2
b. Perlu diobservasi secara cermat: suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan
reaksi pupil, aktivitas motorik, frekuensi pernapasan, frekuensi jantung
(bradikardi/ takikardi), denyut nadi dan diuresis. Diuresis kurang dari 1
ml/kgBB/jam berarti perfusi ke ginjal berkurang, diuresis lebih dari 1
ml/kgBB/jam menunjukkan fungsi ginjal baik.
c. Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan
02.
d. Bayi letak dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan
larings oleh lidah dan kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena
serebral.
e. Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertimbangkan.
f. Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa
(5-10%) dan NaCl 0,9% dengan perbandingan 4:1 atau glukosa 5--10% dan
Nabik 1,5% dengan perbandingan 4:1.
g. Pemberian obat-obatan :
explorative burrhole
pembukaan
explorative burrhole
duramater,
evakuasi
dilanjutkan dengan
hematoma
dengan
irigasi
H. Pencegahan
Health Technology Assesment (HTA) Departemen Kesehatan(Depkes) RI
1. Semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1
bagian
formasi retikuler,
cerebral palsy,
merupakan
periventrikuler.
komplikasi
paling
sering
(44%)
dari
perdarahan
BAB III
KESIMPULAN
Sistem hemostasis pada bayi tidak sama dengan anak dan dewasa. hal ini
karena secara fisiologis sistem hemostasis pada bayi belum matur. Perdarahan akibat
defisiensi vitamin K adalah perdarahan spontan atau akibattrauma pada bayi yang
DAFTAR PUSTAKA
Behrman & am p; Vaughan, Perdarahan pada anak, dalam : Ilmu Kesehatan Anak
Nelson, Bagian 1, Edisi 12, Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1992:
hal : 215-218.
Hasan R, Alatas H, Penyakit perdarahan, Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak FKUI,
Jakarta; Infomedika, 1985, hal : 457-482.
Hidayah N, Menurunkan insiden perdarahan, Kompas, 14 November 2003.
Markum AH, dkk, Masalah hematologik pada janin dan neonatus, dalam Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Anak Jilid II, Jakarta: Gaya baru, 1999, hal : 317-328.
Markum AH, dkk, Trauma intrakranial, dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid
II, Jakarta: Gaya baru, 1999, hal : 274-279.
Markum AH, dkk, Defisiensi vitamin K, dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid
II, Jakarta: Gaya baru, 1999, hal : 183-185.
Manco-Johnson MJ. Hemostasis in the neonate. NeoReviews. 2008; 9(3):119-23
Permana,
Bambang
et
al.Perdarahan
Akibat
Defisiensi
Vitamin
K.2006.
FKUNAIR.Surabaya.
Raspati H, Reniarti, Susanah S. Hemorraghic disease of the newborn. Dalam:Permono
B, Sutaryo, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar Hematologionkologi anak. Jakarta: IDAI, 2005. H. 197-206
Rustama SD, Neonatal hypothyroidism, idd-Indonesia.net: 22 mei 2004.
Saanin S, Ilmu bedah saraf, Padang; FK UNAND, 2004.hal : 45-48.