Anda di halaman 1dari 19

Informasi yang menciptakan nilai

Refleksi diri:
1. Mahasiswa mencari informasi apa saja sebanyak mungkin.
2. Mahasiswa memilah informasi yang dapat ditindaklanjuti dan yang tidak dapat
ditindaklanjuti.
3. Informasi yang tidak dapat ditindaklanjuti dibiarkan, sementara informasi yang dapat
ditindaklanjuti dipilah lagi menjadi informasi yang memberikan dampak ekonomis dan
yang tidak memberikan dampak ekonomis.
4. Buatlah kembali daftar informasi yang memberikan dampak ekonomi bagi saudara.
Refleksi Kelompok dan diskusi
1. Mahasiswa dipersilakan untuk bergabung dalam kelompoknya.
2. Masing-masing mahasiswa sharing tentang informasi yang memberikan dampak
ekonomi bagi saudara pada anggota kelompok.
3. Masing-masing kelompok membahas informasi tersebut dan menentukan mana yang
dapat dilakukan/dikerjakan dalam kelompok.
4. Bagaimana operasionalisasi pelaksanaan informasi tersebut.
5. Masing-masing kelompok membuat kesimpulan diskusi:
a. informasi apa yang dipilih, harus feasible.
b. alasan informasi tersebut dipilih
c. keuntungan yang diperoleh.
d. Kendala-kendala yang dihadapi
6. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya
7. Kesimpulan dari dosen
Dari kegiatan tersebut di atas, mahasiswa dapat menyimpulkan bahwa
1. informasi memegang peranan yang penting dalam kehidupan perusahaan. Perusahaan
selalu mengembangkan sistem informasi agar perusahaan dapat survive.
Perusahaan berusaha mencari informasi. Oleh karena itu perusahaan berusaha untuk
mendekatkan diri pada kekuasaan, karena perusahaan yang dekat dengan kekuasaan akan
mendapatkan informasi yang lebih cepat.
2. informasi yang dibutuhkan oleh masing-masing jenjang manajerial (top management,
middle management, lower management) berbeda-beda.
3. Informasi berbeda dengan data, berita, isu. Terkadang informasi dari perusahaan yang satu
akan menjadi data bagi perusahaan yang lain. Selain itu informasi terkadang
dicampuradukan dengan berita.
4. Informasi yang dibutuhkan oleh manajemen tidak hanya bersifat finansial tetapi juga non
finansial. Perusahaan berusaha untuk mengembangkan sistem informasi bagi manajemen.
Sistem tersebut dikenal dengan sistem informasi akuntansi manajemen. Sistem informasi
akuntansi manajemen sangat fleksibel dan sangat bergantung pada lingkungan di dalam
perusahaan dan di luar perusahaan.
Lingkungan tersebut adalah:
a. Perkembangan teknologi
b. Lingkungan perusahaan berubah
c. Kesadaran konsumen akan mutu
d. dst
5. Mahasiswa juga dapat membedakan bahwa akuntansi manajemen berbeda dengan
akuntansi keuangan. Apa bedanya?
6. Akuntan manajemen harus bertindak etis. Akuntan manajemen memegang kunci
keberhasilan perusahaan. Tindakan tersebut antara lain tidak membocorkan rahasia
Banyak perusahaan yang bertindak tidak etis dengan membajak karyawan, mencuri
teknologi dan sebagainya.
7. Lepas dari itu semua terkadang ada pebisnis yang menggantungkan pada hokki, nasib,
naluri dsb. Hal tersebut tidak ilmiah dan sulit dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Namun
demikian bisnis mereka sukses.

Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai


1

BAB I
INFORMASI YANG MENCIPTAKAN NILAI
Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan peranan penting bahwa informasi akuntansi manajemen dalam
organisasi baik manufaktur, jasa, non profit maupun pemerintahan.
2. Menjelaskan perbedaan akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan
3. Menjelaskan informasi akutansi manajemen bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam organisasi
4. Menggambarkan proses akuntansi manajemen menciptakan nilai bagi
organisasi dan menjelaskan bagaimana proses tersebut berkaitan dengan
operasi, pemasaran dan strategi.
5. Menjelaskan isu perilaku dan etika yang dihadapi oleh akuntan manajemen.

Tujuan
Pembelajaran 1
Menjelaskan peranan penting bahwa informasi akuntansi manajemen
dalam organisasi baik manufaktur, jasa, non profit maupun
pemerintahan.
1. Data dan Informasi
a. Data
Manajemen bergulat dengan data-data. Data-data tersebut kemudian
diolah untuk menghasilkan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan. Manajemen modern tidak dapat mengandalkan paranormal,
klenik, kejawen, dan sebagainya yang bersifat irasional. Walaupun
beberapa orang mengakui bahwa hal-hal yang bersifat irasional
berpengaruh pada keberhasilan perusahaan. Namun demikian, dalam
ilmu
manajemen
modern
hal
tersebut
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Manajemen modern menuntut
para manajer berpikir secara rasional. Oleh karena itu, manajemen perlu
berhubungan dengan data dalam membuat suatu keputusan.
b. Informasi
Informasi adalah data yang sudah diolah, atau dengan kata lain hasil
olahan data yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Informasi ini
berbeda dengan berita atau isu. Pemerolehan informasi dapat dari
berbagai sumber baik eksternal maupun internal. Kadang perusahaan
Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
2

dalam mengambil keputusan tidak berdasarkan data dan informasi,


namun lebih menggunakan intuisi.
Pengambilan keputusahan manajemen harus rasional dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah daripada irrasional (dukun, klenik,
fengsui, hongsui, naga dina, intuisi, dsb)

c. Siklus Informasi

diamati

Kejadian

dicatat

Fakta

Data

diolah

Implementasi

Keputusan
diekseku
si

Informasi
digunak
an

d. Syarat Informasi
Sebagai ilustrasi: Seseorang yang mengalami sakit perut mendatangi
dokter untuk berobat. Langkah pertama yang dilakukan oleh dokter
adalah melakukan wawancara dengan pasien terkait dengan keluhan
yang diderita oleh pasien. Setelah itu, dokter melakukan mendiagnosa
dan melakukan pemeriksaan. Langkah selanjutnya, dokter melakukan
analisis terkait dengan sakit yang diderita pasien. Dalam dunia
kesehatan, sakit perut disebabkan oleh banyak hal beberapa di
antaranya, sakit perut karena terkena bakteri, sakit perut karena maag,
sakit perut karena menstruasi (bagi wanita), sakit perut karena virus,
sakit perut karena kanker, dan sebagainya.
Dokter harus berhati-hati dalam melakukan analisis dan akurat.
Keakuratan analisis diperlukan untuk memberikan penanganan pada
pasien dengan tepat, termasuk juga keamanan selama dan setelah
pasien mengkonsumsi obat. Salah dalam memberikan analisis akan
membahayakan diri pasien.
Menurut Suwardjono, nilai informasi ada tiga yaitu menambah
pengetahuan, menambah keyakinan dan mengubah keputusan. Di
samping itu, Suwarjono mendefinisikan kualitas informasi sebagai
Karakteristik yang melekat pada informasi sehingga informasi bermakna
Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
3

bagi pemakai dan memberi keyakinan kepada pemakai sehingga


bermanfaat dalam keputusan. Dengan demikian sesuatu dikatakan
sebagai informasi apabila bermakna, memberi keyakinan dan
bermanfaat bagi pengambilan keputusan.
Agar informasi berkualitas, maka informasi tersebut harus memenuhi
beberapa karakteristik sebagai berikut:
1)
Tepat waktu
Informasi harus tepat waktu, apabila informasi datang terlambat
maka informasi tersebut tidak berguna lagi. Ketepatan waktu sangat
dibutuhkan manajemen dalam persaingan global.
Agar informasi dapat tepat waktu, perusahaan perlu menyusun
sistem informasi sedemikian rupa sehingga informasi tersebut dapat
diakses dengan cepat, dari manapun, namun aman (kerahasiaan
informasi dapat dijaga dengan baik).
2)
Relevan
Yang dimaksud dengan relevan adalah kesesuaian informasi tersebut
dengan kebutuhan manajemen. Informasi yang relevan akan sangat
mendukung manajemen dalam pengambilan keputusan. Manajemen
dapat mengambil keputusan dengan tepat tanpa bias.
3)
Akurat
Sistem informasi memiliki karakteristik akurat (tepat). informasi yang
akurat akan menjamin ketepatan dalam pengambilan keputusan
manajemen. Semakin tepat suatu informasi, maka informasi tersebut
semakin dapat membimbing dan mengarahkan manajemen untuk
membuat keputusan yang paling tepat dan baik untuk kemajuan
organisasi.
4)
Broadscope
Yang dimaksud broadscope adalah keluasan informasi. Informasi
yang diberikan kepada manajemen harus luas (kompleks). Dengan
informasi yang luas, manajemen dapat meminimisir risiko yang
mungkin timbul dari keputusan yang dibuat.
Penyedia informasi dalam perusahaan adalah Unit Sistem Informasi.
Unit ini bertanggungjawab atas data-data dan pengolahan data, baik
data finansial maupun non finansial. Unit Sistem informasi pada saat ini
memainkan peran yang amat strategis bagi kemajuan perusahaan.
e. Manfaat Informasi
1)
Membantu manajemen untuk mengenali lingkungan internal
maupun eksternal
2)
Mendorong manajemen untuk bertindak lebih baik
3)
Membantu perencanaan manajemen
4)
Membantu manajemen dalam penilaian kinerja
5)
Memotivasi manajemen
6)
Membantu manajemen dalam pengambilan keputusan
f.

Informasi Akuntansi Manajemen


Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
4

Informasi akuntansi manajemen mengacu pada proses perbaikan nilai


secara terus menerus untuk menambah nilai produk atau jasa yang
berkaitan dengan rencana, desain, ukuran dan operasi sistem informasi
finansial dan nonfinansial yang membimbing dan mengarahkan tindakan
manajemen, memotivasi perilaku, dan mendukung serta menciptakan
nilai budaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi.
2. Informasi Akuntansi Manajemen
a. Apakah informasi akuntansi manajemen?
Informasi akuntansi manajemen adalah sebuah proses penambahan nilai
dari perencanaan, pendesainan, pengukuran, operasi non finansial
maupun
finansial
sistem
informasi
yang
memberikan
arah
(membimbing) tindakan manajemen.
Informasi Akuntansi Manajemen
Operational and
Financial Data

Processing

Actions

b. Beberapa contoh informasi akuntansi manajemen:


1)
Laporan pengeluaran dari sebuah departemen operasi
2)
Perhitungan kos dalam memproduksi sebuah produk
3)
Pengukuran kinerja ekonomis

Tujuan
Pembelajaran 2
Perbedaan antara akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan
Perbedaan Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Keterangan

Audience

Akuntansi
Keuangan
Eksternal

Akuntansi Manajemen
Internal

Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai


5

Keterangan

Tujuan

Akuntansi
Keuangan
Melaporkan kinerja
masa lalu pada
pihak eksternal

Waktu

Terlambat, historis

Batasan

Regulasi,
dikendalikan oleh
aturan-aturan
standar keuangan

Tipe
informasi

Hanya mengukur
keuangan

Sifat
informasi

Cakupan

Objektif, dapat
diaudit, reliabel,
konsisten, dan tepat
Laporan organisasi
keseluruhan

Akuntansi Manajemen
Memberitahukan pembuatan
keputusan internal oleh tenaga
kerja dan manajer, umpan
balik dan pengendalian kinerja
operasi
Saat ini, orientasi masa yang
akan datang
Tidak ada regulasi, sistem dan
informasi ditentukan oleh
manajemen untuk
mempertemukan kebutuhan
stratejik dan operasional
Keuangan dan operasional dan
pengukuran fisik proses,
teknologi, supplier, pelanggan,
dan kompetitor
Lebih subjektif dan dengan
pertimbangan, valid, relevan
dan akurat
Memberitahukan keputusan
dan tindakan

Tujuan
Pembelajaran 3
Informasi Akuntansi Manajemen bagi Pihak-pihak yang berkepentingan
dalam Organisasi
Secara hirarki, manajemen dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu
manajemen atas (senior executive), manajemen menengah (middle
management), dan manajemen bawah (operational level). Masing-masing
tingkatan manajemen ini membutuhkan informasi akuntansi yang berbedabeda. Perbedaan ini lebih menitikberatkan pada beban tugas, wewenang dan
tanggung jawab pada masing-masing tingkatan manajemen.
Contoh yang paling sederhana adalah pada organisasi bengkel. Pada
sebuah bengkel, supervisor merupakan manajemen tingkat bawah (operational
level). Tugas supervisor adalah memeriksa sepeda motor atau mobil yang
sudah selesai diperbaiki. Informasi yang dibutuhkan pada level ini adalah
jumlah kerusakan, keseringan kerusakan, perbaikan terakhir, jumlah komponen
yang dibutuhkan dan sebagainya. Pada intinya, informasi yang dibutuhkan
adalah informasi yang mendukung tugas operasional montir.
Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
6

Sementara manajer bengkel merupakan tingkatan manajemen


menengah. Pada tingkatan ini informasi yang dibutuhkan berbeda dengan
tingkatan operasional. Tingkatan manajemen membutuhkan informasi yang
berkaitan dengan cara meningkatkan pendapatan (laba) perusahaan.
Manajemen tingkat menengah ini lebih terfokus pada cara atau strategi yang
dapat meningkatkan laba perusahaan. Dengan demikian kebutuhan informasi
manajemen menengah lebih pada jumlah penjualan bengkel, produk,
pelayanan, pelanggan, jumlah pemesanan sparepart yang dibutuhkan, jumlah
karyawan, gaji karyawan, pajak perusahaan, pajak perorangan dan
sebagainya.
Pemilik atau jajaran direksi merupakan contoh dari manajemen atas
(senior executive). Manajemen pada tingkatan ini membutuhkan informasi
untuk menyusun strategi mempertahankan market share bengkel,
memperbesar omset perusahaan, diversifikasi perusahaan, loyalitas dan
kepuasan pelanggan, differensiasi usaha, harvest, divest, benchmarking dan
sebagainya.
Tampak jelas pada contoh di atas bahwa masing-masing tingkatan
manajemen pada sebuah perusahaan bengkel berbeda satu dengan yang
lainnya. Tentu saja kekerapan kebutuhan informasi dan cakupan informasi
untuk masing-masing level juga berbeda. Semakin rendah tingkatan
manajemen, kebutuhan informasi semakin detail dan semakin sering.
Demikian pula sebaliknya.

Tujuan
Pembelajaran 4
Pembuatan Keputusan dan Informasi
Pembuatan keputusan adalah proses pemilihan alternatif yang paling
tepat di antara beberapa alternatif yang ada. Hampir setiap orang selalu
dihadapkan pada pemilihan alternatif. Oleh karenanya dia harus membuat
keputusan untuk menentukan alternatif mana yang harus dipilih.
Seorang manajer yang berdomisili di Yogyakarta, yang akan pergi untuk
menandatangani nota kesepahaman di Bali harus menentukan kendaraan apa
yang akan digunakan untuk berangkat ke Bali dari Yogyakarta. Manajer
tersebut harus memutuskan apakah dia akan menggunakan kereta, bis atau
pesawat. Kekeliruan pembuatan keputusan akan berakibat kerugian bahkan
mungkin malapetaka. Apabila manajer keliru membuat keputusan, bisa
terjadi dia terlambat dalam penandatanganan nota kesepahaman tersebut.
Dengan demikian ia akan gagal dalam memperoleh kesempatan pendapatan.
Ketepatan pembuatan keputusan akan menghasilkan keuntungan bagi si
manajer tersebut. Apabila keputusan yang dibuat tidak tepat maka dampak
yang lebih jauh yang dihadapi perusahaan adalah pertaruhan kelangsungan
Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
7

hidup perusahaan. Operasional perusahaan dapat terganggu, omset


perusahaan akan menurun,
Manajer akan tepat membuat keputusan dengan apa dia akan ke airport
apabila ia memiliki informasi tentang jadwal penerbangan pesawat, rute yang
dilalui bis atau taxi, daerah macet, lama perjalanan dari hotel ke airport.
Informasi-informasi tersebut dapat mengurangi ketidakpastian. Pembuatan
keputusan akan baik dan tepat apabila manajer atau pembuat keputusan
memiliki informasi yang mendukung keputusannya. Makin lengkap, relevan,
akurat maka makin baik keputusan yang diambilnya.

Tujuan
Pembelajaran 5
Perilaku Etis Akuntan Manajemen
Perilaku etis melibatkan pemilihan tindakan-tindakan yang benar dan sesuai
serta tepat. tingkah laku kita mungkin benar atau salah; sesuai atau
menyimpang; dan keputusan yang kita buat dapat adil atau berat sebelah.
Orang sering berbeda pandangan terhadap arti istilah etis; tatapi
tampaknya terdapat suatu prinsip umum yang mendasari semua sistem
etika. Prisnsip ini diekspresikan oleh keyakinan bahwa setiap anggota
kelompok mempunyai tanggung jawab untuk kebaikan anggota lainnya.
Keinginan untuk berkorban demi kebaikan kelompoknya merupakan inti
dari tindakan yang etis.
Ada sepuluh nilai inti yang diidentifikasi menghasilkan prinsip-prinsip
yang melukiskan benar dan salah dalam kerangka umum. Sepuluh nilai
tersebut adalah:
1. Kejujuran (honesty)
2. Integritas (integrity)
3. Memegang janji (promise keeping)
4. Kesetiaan (fidelity)
5. Keadilan (fairness)
6. Kepedulian terhadap sesama (caring for others)
7. Penghargaan kepada orang lain (respect for others)
8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab (responsible citizenship)
9. Pencapaian kesempurnaan (pursuit of excellence)
10.Akuntabilitas (accountibility)
IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu
pernyataan yang menguraikan tentang standar perilakuk etis akuntan
manajemen. Akuntan manajemen tidak akan melakukan tindakan-tindakan
yang bertentangan dengan standar ini atau mereka tidak akan menerima
pelaksanaan tindakan-tindakan tersebut oleh orang lain dalam organisasi
mereka. Standar tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kompetensi
akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
8

2.

3.

4.

5.

a. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus


menerus mengembangkan pengetahuan dan keahliannya
b. Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan,
dan standar teknis yang berlaku
c. Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkat serta jelas setelah
melakukan analisis yang benar terhadap informasi yang relevan dan
dapat dipercaya
Kerahasiaan
Akuntan manajemen bertanggun jawab untuk:
a. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia
berkenaan dengan tugas-tugasnya, kecuali diharuskan secara hukum
b. Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang
berkenaan dengan tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka
untuk menjaga kerahasiaan tersebut
c. Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang berkaitan dengan
tugas-tugasnya untuk tujuan tidak etis dan sah baik secara pribadi
maupun melalui pihak ketiga.
Integritas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
a. Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan
mengingatkan semua pihak terhadap potensi konflik
b. Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan
menimbulkan kecurigaan terhadap kemampuan mereka untuk
melakukan tugasnya secara etis
c. Menolak pemberian, penghargaan, dan keramah-tamahan yang dapat
mempengaruhi mereka dalam bertugas
d. Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap legitimasi
organisasi dan tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun aktif
e. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau
kendala lainnya yang akan menghalangi munculnya penilaian yang
bertanggung jawab atau kinerja sukses dari suatu aktivitas
f. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian atau
opini profesional
g. Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi
Objektivitas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
a. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif
b. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan
mempengaruhi pemahaman pengguna terhadap laporan, komentar, dan
rekomendasi yang dikeluarkan
Resolusi konfik etika
Dalam pelaksanaan standar perilaku etis, akuntan manajemen mungkin
menghadapi masalah dalam mengidentifikasi perilaku yang tidak etis, atau
dalam meyelesaikan konflik etika. Ketika menghadapi isu-isu etika yang
penting, akuntan manajemen harus mengiuti kebijakan yang ditetapkan
organisasidalam mengatasi konflik. Jika kebijakan ini tidak menyelesaikan
konflik etika, akuntan manajemen harus mempertimbangkan tindakan
berikut ini:
Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
9

a. Mendiskusikan masalah tersebut dengan supervisor kecuali jika masalah


itu melibatkan atasannya. Dalam kasus ini, masalah tersebut harus
dilaporkan secepatnya kepada jenjang yang lebih tinggi berikutnya. Jika
resolusi akhir yang memuaskan tidak dapat dicapai pada saat masalah
diungkapkan, sampaikan masalah tersebut manajemen jenjang yang
lebih tinggi.
b. Jika atasan langsung merupakan kepala eksekutif pelaksana (CEO), atau
setingkat wewenang untuk mengatasi mungkin berada di tangan suatu
kelompok seperti komite audit, komite eksekutif, dewan direksi, dewan
perwalian, atau pemilik. Berhubungan dengan jenjang di atas atasan
langsung sebaiknya dilakukan dengan sepengetahuan atasan.
c. Menjelaskan konsep-konsep yang relevan melalui diskusi rahasia dengan
seorang penasihat yang objektif untuk mencapai pemahanan terhadap
tindakan yang mungkin dilakukan
d. Jika konflik ektika masih ada setelah dilakukan tinjauan terhadapa semua
jenjang, akuntan manajemen mungkin tidak mempunyai jalan lain
kecuali mengundurkan diri dari organisasi dan memberikan memo yang
informatif kepada perwakilan organisasi yang ditunjuk.
e. Kecuali jika diperintah secara hukum, mengkomunikasikan masalah
tersebut kepada berbagai otoritas atau individu yang tidak ada
hubungan dengan organisasi bukanlah pertimbangan yang tepat.
Sumber: statement on managemen accounting No 1C, Standards of Ethical Conduct for Management
Accountants hak cipta @1983, Institute of Management Accountants, 10 Paragon Drive, Montvale, NJ.
Diambil dari Hansen Mowen hal 22 23.

Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai


10

Yogyakarta Tidak Lagi Murah


Sumber: http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0408/24/utama/1224070.htm
MARLINA, mahasiswi Universitas Gadjah Mada angkatan 2003, sudah hampir
satu jam berjalan di sekitar Dusun Deresan, lebih kurang dua kilometer dari
Kampus UGM. Hari itu adalah hari ketujuh Marlina mencari tempat kos di
tengah udara panas Yogyakarta.
DENGAN wajah berkeringat, Marlina masuk ke halaman sebuah rumah yang
pada gerbangnya tergantung papan bertulisan "MENERIMA KOST PUTRA/
PUTRI". Setelah meminta izin kepada petugas keamanan berseragam putih biru
yang menjaga tempat kos itu, ia pun bertemu dengan pengelola kos, Yati
namanya. "Masih ada kamar kosong Mbak?" tanya Marlina kepada Yati.
Alangkah senang Marlina mendengar jawaban bahwa masih ada satu kamar
yang kosong. Segurat senyum menghiasi bibirnya yang kering dan pecah.
Akan tetapi, senyum itu segera hilang ketika Marlina mendengar tarif kos di
rumah itu Rp 1 juta-Rp 1,2 juta per bulan. "Mahal sekali Mbak. Saya kira untuk
setahun atau untuk enam bulan," ucap Marlina kelu.
"Kalau enggak cocok, enggak apa-apa kok," kata Yati sekenanya. Walaupun
mahal, lanjut Yati, tempat kosnya selalu penuh. Buktinya, dari 36 kamar, hanya
satu yang kosong.
Fasilitas yang ditawarkan kos mewah itu memang menggiurkan. Kamarnya
luas, sekitar 4 x 6 meter. Di dalamnya ada penyejuk ruangan, televisi 21 inci,
kulkas, spring bed, dan pesawat telepon. Tersedia juga kamar mandi berukuran
sekitar 2 x 2 meter, dilengkapi dengan bath tub dan air panas.
Mencari tempat kos yang menawarkan fasilitas seperti itu di Yogyakarta saat
ini ternyata lebih mudah daripada mencari tempat kos yang murah. Puluhan
tempat kos yang ditemui Marlina tarifnya Rp 300.000-Rp 1 juta per bulan.
Bahkan, asrama mahasiswa yang menjadi ikon pondokan murah juga sudah
berubah konsep. Asrama mahasiswa sebuah program studi pascasarjana yang
cukup bergengsi di Universitas Gadjah Mada (UGM) mematok harga sewa satu
kamar Rp 750.000Rp 1 juta per bulan. Padahal, fasilitas yang ditawarkan tidak
selengkap dan semewah tempat kos yang dikelola Yati.
Beberapa alumnus program pascasarjana mengaku tidak habis pikir mengapa
pengelolanya membangun asrama yang hanya bisa disentuh orang-orang
berduit, padahal tidak semua mahasiswa berasal dari orang berada.
Seperti Marlina, kedua orangtuanya hanyalah guru sekolah dasar dan hanya
mampu memberi uang kos Rp 150.000 per bulan. Uang sebesar itu hanya
cukup untuk menyewa tempat kos di daerah pinggiran, yang berjarak 8-10
kilometer dari Kampus UGM. Fasilitasnya tidak ada, hanya kamar kosong yang
berukuran sekitar 3 x 3 meter.
Semua anak kos yang tinggal di tempat Yati memang berasal dari keluarga
kaya, seperti anak direktur utama sebuah bank milik pemerintah dan anak
Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
11

gubernur salah satu provinsi di Kalimantan. "Uang kosnya saja sudah Rp 1 juta,
apalagi kirimannya," kata Yati.
Marlina sendiri hanya mendapat kiriman Rp 700.000 per bulan, sudah
termasuk uang kos. Itu pun kadang masih susah dipenuhi orangtuanya. "Yogya
sudah mahal. Bukan hanya kos-kosan. Makan, biaya kuliah, transportasi,
semuanya mahal," katanya.
Data Kopertis Wilayah V Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat,
jumlah mahasiswa di DIY tahun 2003 sebanyak 290.529 orang. Jika 20 persen
saja mahasiswa di Yogyakarta berasal dari masyarakat yang status sosialnya
menengah ke bawah, berarti ada 58.105 orang yang seperti Marlina.
MENURUT laporan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta tahun 2003, biaya hidup
mahasiswa di Yogyakarta rata-rata naik 8,78 persen per tahun. Tahun 2003
diperkirakan naik 9,12 persen. Dengan demikian, biaya hidup mahasiswa dari
Rp 8,83 juta per tahun pada tahun 2002 menjadi Rp 9,63 juta pada tahun
2003. Itu berarti, kenaikan kebutuhan hidup mereka naik Rp 802.549 per
bulan. Orangtua yang berpenghasilan pas-pasan tentu tidak mampu
menyekolahkan anaknya ke sekolah atau perguruan tinggi di Yogyakarta.
Penelitian BI Yogyakarta itu lebih lanjut menunjukkan, komponen terbesar yang
mengakibatkan kenaikan biaya hidup tahun 2003 itu adalah meningkatnya
biaya pendidikan di perguruan tinggi negeri.
Di UGM, misalnya, uang kuliah mahasiswa teknik arsitektur angkatan 1993
masih Rp 200.000, angkatan 1995 masih Rp 250.000, dan angkatan 1999
masih 500.000 per semester. Namun, tahun 2003 melonjak di atas Rp 1 juta,
dan mahasiswa UGM angkatan 2004 harus menyediakan uang masuk Rp 5
jutaRp 50 juta serta uang kuliah Rp 1,9 juta-Rp 2,3 juta per semester.
Wajar jika kebijakan itu mendapat protes keras dari beberapa dosen dan aktivis
mahasiswa UGM. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Teknik UGM, April 2004,
memprotesnya dengan memasang baliho yang bertulisan: "Dijual UGM dengan
harga SPP Rp 500.000, BOP Rp 75.000/SKS, dan SPMA Rp 5 juta-50 juta".
Menanggapi protes itu, Ketua Panitia Ujian Masuk UGM Dr Toni Atyanto Dharoko
mengatakan, UGM tidak pernah memaksa calon mahasiswa untuk mendaftar
ke universitas tertua di Indonesia itu. "Kalau merasa terlalu mahal, ya jangan
mendaftar. Kalau merasa cocok, baru mendaftar," katanya.
"MEMANG, peluang orang miskin untuk mengubah nasib di Yogyakarta semakin
sempit," kata sosiolog UGM, Dr Heru Nugroho, menanggapi kondisi Yogyakarta
yang demikian. Atau, seperti sebuah judul buku yang dikarang Eko Prasetyo,
Orang Miskin Dilarang Sekolah. Padahal, melalui pendidikan, dulu Yogyakarta
terkenal sebagai tempat untuk mengubah nasib masyarakat lapis bawah, yang
berasal dari Sabang sampai Merauke.
Di perguruan tinggi swasta (PTS) pun sudah sejak dulu orang-orang ekonomi
lemah tidak mendapatkan jatah di sana. Di salah satu sekolah tinggi ilmu
ekonomi (STIE), umpamanya, tahun 1993 rata-rata mahasiswa membayar
uang gedung Rp 3 juta-Rp 5 juta dan uang kuliah Rp 600.000-Rp 800.000 per
Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
12

semester. Untuk tahun akademik 2004/2005, STIE ini menetapkan uang


gedung minimal Rp 7 juta dan uang kuliah selama dua semester Rp 4,59 juta.
Dalam artikelnya di harian Kompas (5/4), Adde Marup Wirasenjaya
berpendapat, harga kursi perguruan tinggi yang semakin mahal membuat
mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta harus berasal dari golongan menengah
ke atas. Pantas saja, kata Adde, jika penampilan mahasiswa Yogyakarta saat ini
semakin necis dan gaul, seperti kehidupan mahasiswa di sinetron televisi.
Ini barangkali memang cerita sebagian-entah besar entah kecil-mahasiswa.
Mahasiswa Yogyakarta yang dulu lebih senang mengikuti kegiatan-kegiatan
diskusi, seni, dan budaya, sekarang sudah lebih memilih kafe dan mal untuk
menghabiskan waktu luangnya. Untuk meminum secangkir kopi pun tidak lagi
di warung bubur kacang hijau atau di warung kucingan, melainkan di kedai
kopi Excelso, yang harga minumannya 20 kali lipat dari warung kaki lima itu.
Bahkan, untuk sekadar bertemu teman, mereka sudah lebih memilih mal
daripada perpustakaan atau gelanggang mahasiswa.
Perubahan pola hidup mahasiswa Yogyakarta itu pun sepertinya didukung
Pemerintah Provinsi DIY. Sampai tahun 2003, di Yogyakarta hanya ada dua mal.
Namun, tahun 2004 Pemerintah Provinsi DIY merencanakan pembangunan 12
mal baru, di antaranya Jogjatronic, Plaza Ambarrukmo, dan Saphir Square.
Masih menurut catatan BI Yogyakarta, dari tahun 1993 sampai 2004 terjadi
lonjakan harga lebih dari 700 persen di Yogyakarta. Segelas es teh manis dari
Rp 100 menjadi Rp 1.000. Nasi ayam dari Rp 750- Rp 1.000 menjadi Rp 5.000Rp 8.000. Sewa kos yang sebelumnya Rp 300.000-Rp 400.000 per tahun,
sekarang harga itu berlaku untuk satu bulan. Mahalnya harga-harga kebutuhan
hidup di Yogyakarta tak hanya di tempat-tempat mewah, tetapi hampir di
semua tempat dan sektor.
Retribusi parkir mobil di sekitar Jalan Malioboro dan Jalan Solo pun Rp 2.000.
Padahal, di Jakarta masih ada yang Rp 1.000. Argo taksi minimal Rp 10.000
walau jarak yang ditempuh hanya satu kilometer.
Yang lebih dahsyat lagi, setiap tahun harga tanah di Yogyakarta meningkat
sekitar 20 persen, bahkan di beberapa tempat bisa sampai 30 persen. Dari
beberapa pejabat pembuat akta tanah (PPAT), pengembang, petugas Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), dan pegawai kelurahan, juga diketahui bahwa
sebagian besar pemilik tanah dan rumah di Yogyakarta adalah orang-orang
Jakarta, Surabaya, Sumatera, dan Kalimantan.
SEKALI lagi, Yogyakarta tidak lagi murah! Ini menjadi fenomena baru yang
sebelumnya tidak diduga banyak orang. Banyak yang mengatakan Yogyakarta
memiliki daya tarik yang begitu kuat sehingga setiap orang ingin mengunjungi
bahkan tinggal di "kota gudeg" itu.
Selain sebagai kota wisata, pendidikan, dan budaya, Yogyakarta juga dikenal
sebagai kota yang berhati nyaman, singkatan dari bersih, sehat, indah, dan
nyaman. Kalau boleh menambahkan, dulu Yogyakarta juga dikenal dengan kota
yang bersahaja, tetapi sekarang mungkin telah berubah menjadi kota
metropolitan di pedalaman. (REINHARD NAINGGOLAN)
Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
13

MANAJEMEN/No. 156/AGUSTUS 2001

Quo Vadis Akuntansi Manajemen:


Belajar dari Krisis.
Akuntasi manajemen itu tidaklah bersifat teknis semata, tetapi
sesuai dengan namanya, akuntansi manajemen lebih banyak
bertitik berat kepada aspek manajerial.
Oleh: Bambang S.
Felling, hokki, hong-sui, feng-sui atau klenik dan loby dengan pejabat adalah
kata-kata yang sering kita dengar akhir-akhir ini, bahkan ada kecenderungan
sangat nge-trend dikalangan manajerial dan businessman. Semakin kuatnya
pengaruh felling tersebut sehingga rata-rata diantara mereka cenderung lebih
percaya informasi yang sifatnya menonjolkan nuansa non ilmiah tersebut.
Bahkan banyak tulisan dan media massa yang memuat artikel-artikel yang
mengisahkan seseorang yang sukses sebagai manajer atau businessman
dengan mengandalkan bekal intuisi dan bekal pendidikan formal yang sangat
minim. Contoh yang sangat ekstrim, sebutlah seorang yang bernama Sudomo
Salim alias Om Liem adalah seorang pengusaha sukses dan konglomerat
paling berhasil di Indonesia di era orde baru. Kalau kita pikir sepintas apakah
sosok seperti Om Liem pernah belajar ilmu ekonomi secara formal?, bahkan
tersiar kabar bahwa pengusaha sukses tersebut hanya lulusan SD, namun
demikian Om Liem dapat menjadi seorang businessman yang sukses dan
termasuk salah satu orang terkaya di Asia dengan memiliki semua perusahaan
dengan nama depan Indo.

Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai


14

Contoh lain, adalah Mochtar Riady, seorang manajer yang pernah kita kenal,
yang sekarang sukses sebagai pemilik Bank Lippo, dulunya adalah seorang
manajer andalan grup BCA yang dikenal oleh kalangan bisnis sebagai seorang
yang berlatar belakang pendidikan formal sangat minim, toh akhirnya juga bisa
sukses sebagai manajer yang mengendalikan BCA sampai akhirnya mendirikan
usaha sendiri dengan nama Lippo Group, ada lagi seperti misalnya Subronto
Laras Top Manajer Indomobil, Halim pendiri pabrik Gudang-Garam, Kediri dan
Tirto Utomo pendiri Aqua, juga masih banyak lagi yang menjalankan roda
bisnisnya lebih banyak proporsinya atas dasar intuisi dibandingkan dengan
pengelolaan
usaha
secara
ilmiah
(Science
Business).
Masih banyak lagi para praktisi bisnis baik skala besar maupun skala
menengah dan kecil yang bekerja atas dasar intuisi dan pengalaman pribadi
dan sangat sedikit yang memanfaatkan informasi ilmu ekonomi sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan. Akhirnya, kita pun bertanya-tanya perlukah kita
mengelola bisnis dengan ilmu bisnis secara formal?

Praktisi Bisnis di Era Reformasi


Jaman telah berubah, kebijaksanaan di seluruh sektor pemerintah baik bidang
ekonomi maupun non ekonomi telah berubah, dan rezim orde baru yang telah
berkuasa selama 32 tahun tumbang, diganti dengan orde reformasi,
penghapusan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) sangat berpengaruh besar
terhadap kondisi bisnis di Indonesia.
Profesionalisme telah berubah menjadi suatu tuntutan yang nyata dan bukan
sekedar kata-kata yang enak untuk diucapkan. Profesionalisme sangat
diperlukan di dunia bisnis terutama dalam menangani manajemen berskala
menengah ke atas.
Manajer harus mengambil keputusan bisnis setiap saat, oleh karena itu
diperlukan data yang mendukung sebagai dasar pengambilan keputusan
tersebut, misalnya seorang manajer keuangan maka yang bersangkutan harus
menentukan kapan dan bagaimana perusahaan harus membiayai kebutuhan
modal kerja perusahaannya, bagaimana menentukan struktur modal yang
optimal, bagaimana menentukan struktur financial, bagaimana menanamkan
kelebihan dana yang dimiliki perusahaan, apakah harus dalam dollar atau
rupiah, sampai kepada investasi apa yang paling menguntungkan. Demikian
juga dalam sektor produksi dan pemasaran, seorang manajer dihadapkan
dalam pengambilan keputusan yang sifatnya fungsional strategis seperti
menentukan harga pokok produksi sampai dengan penentuan harga produk
sebelum produk dipasarkan. Setiap keputusan harus diambil secara cepat dan
akurat sehingga diharapkan dapat melebihi kecepatan keputusan yang diambil
oleh pesaing.
Faktor-faktor yang dijadikan dasar keputusan sudah mulai mengarah kepada
hal-hal yang sifatnya lebih ilmiah, sedangkan dasar keputusan yang sifatnya
felling dan intuisi sedikit demi sedikit sudah mulai ditinggalkan. Namun
Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
15

demikian, faktor yang paling dominan adalah pertimbangan ekonomi makro,


termasuk aspek keamanan atau pun risiko yang sifatnya politis (country risk
suatu negara). Lalu bagaimana dengan keputusan yang berbasis informasi
akuntansi..?, apakah dianggap terlalu bertele-tele dan memakan banyak
waktu untuk menyiapkan datanya sampai analisanya. Seorang manajer di era
informasi pernah berkata dalam suatu seminar bahwa informasi yang
dihasilkan oleh informasi akuntansi manajemen itu terlalu membutuhkan waktu
dan tidak efektif untuk diterapkan di perusahaan dengan persaingan yang
ketat, yang tentu saja membutuhkan waktu pengambilan keputusan dalam
hitungan menit.
Misalnya dalam menentukan harga, apakah manajer harus memperoleh
informasi dari akuntansi manajemen metode penentuan harga lebih dahulu
sebelum memutuskan untuk memasarkan produk, pasti manajer tersebut
mengatakan tidak perlu, tetapi cukup dengan melihat trend harga di pasar,
harga yang ditawarkan pesaing atau harga sesuai dengan prediksi ekonomi.
Pendeknya, informasi akuntansi manajemen seolah-olah hanya ditemukan di
text book saja, tidak pernah diterapkan oleh dunia bisnis di Indonesia. Para
manajer dan praktisi bisnis Indonesia enggan menerapkan konsep dan teknik
akuntansi manajemen yang terkesan sangat lambat dalam menyediakan
informasi walaupun informasinya mungkin lebih akurat namun sudah tidak up
to date lagi.
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita (praktisi bisnis) perlu
mendalami ilmu akuntansi manajemen yang mungkin dibenak kita sangat
rumit itu. Apakah kita akan mengikuti trend yang terjadi bahwa keputusan
bisnis akan diambil atas dasar faktor ekonomi makro dan pertimbangan
keamanan safety dalam investasi.
Informasi Akuntansi
Awalnya, akuntansi merupakan seni dalam hal catat-mencatat transaksi yang
dilakukan perusahaan agar menghasilkan suatu bentuk laporan yang berguna
bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan, tetapi seiring
perkembangan jaman dan teknologi, ilmu akuntansi pun berupaya
menyesuaikan diri dengan kemajuan perkembangan yang telah tercatat, mulai
dari sistem manual sampai penggunaan teknologi komputer paling terkini.
Akuntansi Manajemen adalah salah satu cabang ilmu akuntansi yang banyak
membahas metode untuk menghasilkan laporan keuangan yang berguna bagi
manajemen dan pengambil keputusan di lingkungan intern perusahaan,
berbeda dengan akuntansi keuangan yang lebih banyak membahas metode
pelaporan yang berguna bagi pihak-pihak extern perusahaan.
Seperti tulisan Hansen or Mowen dalam bukunya Management Accounting
yang menggambarkan perbedaan secara jelas antara akuntansi manajemen
dengan akuntansi keuangan.
Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
16

Sistem informasi akuntansi manajemen (management accounting information


system) adalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran (output) dengan
menggunakan masukan (input) dan memprosesnya untuk mencapai tujuan
khusus manajemen. Proses adalah inti dari suatu sistem informasi akuntansi
manajemen dan digunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
memenuhi tujuan suatu sistem. Suatu proses dapat dijelaskan oleh aktifitas
seperti pengumpulan (collecting), pengukuran (measuring), penyimpanan
(storing), analisis (analysis), pelaporan (reporting) dan pengolahan (managing)
informasi. Secara teoritis pengeluaran dapat berupa laporan khusus, biaya
produk, biaya pelanggan, anggaran, laporan kinerja dan bahkan komunikasi
personal.
Model akuntansi manajemen sebagai suatu pendekatan berdasar input
proses-output
:
Sekarang bagaimanakah penerapan atau pengaruh informasi akuntansi dalam
praktik bisnis sehari-hari sehubungan dengan pengambilan keputusan bisnis
yang harus diambil oleh manajer atau decision maker lainnya, beberapa
penelitian yang telah dilakukan akan kita kutip untuk mulai mencoba melihat
peranan akuntansi di dunia bisnis nyata.
Penelitian yang dilakukan Suad Husnan, Mamduh M. Hanafi dan Amin Wibowo
dalam jurnalnya yang berjudul Dampak Pengumuman Laporan Keuangan
Terhadap Kegiatan Perdagangan Saham dan Variabilitas Tingkat Keuntungan
menyimpulkan bahwa laporan keuangan tampaknya digunakan investor untuk
kegiatan perdagangan di bursa. Kegiatan perdagangan relatif pada hari
pengumuman laporan keuangan lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan di
luar pengumuman laporan keuangan.
Penelitian selanjutnya oleh Mamduh Hanafi yang ditulis dalam jurnal yang
berjudul Informasi Laporan Keuangan yang juga ingin mengetahui dampak
pengumuman laporan keuangan terhadap kegiatan perdagangan saham di
pasar modal (BEJ), menunjukkan hasil yang tidak signifikan seperti yang
diharapkan. Hipotesa yang menyatakan bahwa laporan keuangan berpengaruh
terhadap kegiatan perdagangan saham tidak dapat dibuktikan, dan berarti
bahwa laporan keuangan yang diumumkan perusahaan di media massa tidak
banyak mempengaruhi keputusan yang diambil para investor dan fund
manager.
Chalimah dalam jurnalnya Pengaruh Informasi Keuangan Yang Dipublikasikan
Terhadap Fluktuasi Harga saham mengambil kesimpulan bahwa berdasarkan
interpretasi secara grafik dan uji beda dengan uji t diperoleh hasil bahwa dari
23 perusahaan ternyata 14 perusahaan menunjukkan adanya perbedaan harga
saham antara sebelum dan sesudah dipublikasikan laporan keuangan. Artinya
informasi laporan keuangan masih banyak diperhitungkan dan berpengaruh
terhadap proses pengambilan keputusan untuk membeli saham perusahaan
yang bersangkutan.
Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
17

Agustina Tiurna Simanjuntak pada tahun 1999 membuat suatu penelitian yang
dituangkan dalam tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro yang
berjudul Analisis Kebutuhan Informasi Akuntansi dan Informasi Bukan
Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan Kredit (Studi Kasus Perbankan di
Kotamadya Semarang). Dari hasil penelitiannya penulis mengambil
kesimpulan bahwa informasi bukan akuntansi adalah lebih penting
dibandingkan dengan informasi akuntansi (jaminan kredit dan bonafiditas
perusahaan secara umum), artinya para analis kredit itu lebih mengutamakan
berapa besar jaminan kredit yang diagunkan ke bank dalam mengambil
keputusan untuk memberi atau menolak sebuah permohonan kredit.
Demikian beberapa penelitian yang telah dilakukan, sampai dengan saat ini
pun kita belum mengetahui bagaimana sebenarnya pengaruh informasi
keuangan terhadap keputusan berkaitan yang harus diambil, sudah menjadi
rahasia umum bahwa para pengambil keputusan di Indonesia itu selalu
menghindari
perhitungan
yang
terkesan
rumit.
Perusahaan Multinasional VS Perusahaan Domestik
Sebuah penelitian telah dilakukan oleh Majalah Manajemen dan Usahawan
Indonesia yang membuktikan bahwa perusahaan Multinational Company lebih
dapat bertahan dalam menghadapi krisis dari pada perusahaan domestik,
kalau kita lihat perusahaan yang bertahan sampai sekarang di Indonesai tanpa
campur tangan pemerintah sehubungan badai krisis adalah perusahaan
multinasional sebutlah PT.Unilever, Citi Bank, Trakindo, IBM, Sony, Standard
Chartered Bank, Hongkong Shanghai Bank Corporation dan masih banyak lagi
perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia yang mempunyai
kinerja baik pada saat krisis moneter terjadi.
Berbeda dengan perusahaan domestik yang banyak mengalami kebangkrutan
pada saat krisis moneter sebagian bisa bertahan dengan campur tangan
pemerintah melalui BPPN dan sebagian lagi telah dinyatakan likuidasi, sebutlah
misalnya Tirtamas (Semen Cibinong Group), Kiani Kertas, Humpus, Bimantara,
Bank Harapan Sentosa, Bank Modern, Bank Bali, PT. Barito Pasific Timber dan
masih banyak lagi contoh perusahaan domestik yang mempunyai kenerja
buruk setelah terkena dampak krisis moneter.
Mengambil pelajaran tersebut, sebenarnya kita (bangsa Indonesia) harus dapat
mengambil pelajaran dari krisis dan mulai meniru operasional perusahaan
multinasional. Perusahaan multinasional biasanya dioperasikan dengan
menggunakan teknologi tinggi dan pengambilan keputusan didasarkan atas
dasar basis informasi akuntansi yang benar, para manajer di perusahaan
multinasional disamping menguasai pasar dan teknologi juga menguasai
metode-metode akuntansi manajemen yang dipercaya dapat membantu
perusahaan dalam upaya efisiensi biaya, beberapa metode yang biasa
diterapkan misalnya JIT (Just in Time), ABC (Activity-Based Responsibility
Accounting System), Computer Integrated Manufacturing dan masih banyak
Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai
18

metode lain. Metode tersebut berbasis pengetahuan akuntansi, oleh karena itu
para manajer perusahaan asing biasanya pengetahuan tentang akuntansinya
juga sangat mendukung sehingga aplikasi metode seperti JIT dapat terlaksana
secara efektif di perusahaan.
Oleh karena itu, membuka wacana kita dan belajar dari krisis yang pernah
dialami, hendaknya pemanfaatan informasi akuntansi manajemen benar-benar
optimal. Akuntansi manajemen itu tidaklah bersifat teknis semata tetapi sesuai
dengan namanya akuntansi manajemen lebih banyak bertitik berat kepada
aspek manajerial. Lebih jauh lagi akuntansi manajemen tidak berdiri sebagai
ilmu sendiri tetapi berkaitan dengan ilmu-ilmu lain termasuk teknologi, budaya
dan psikologi dalam realitanya, seperti yang disampaikan oleh C. Edward
Arrington dan Jere R. Francis we believe accounting has the capacity to
construct realities in a manner that dictates the conditions of human life .
yang dikutip dari tulisan Mustakim di majalah Manajemen dan Usahawan No.
08 Th XXVI Agustus 1997.
Penulis adalah Praktisi dan Mahasiswa S2 UNDIP
Majalah Manajemen
Forum Diskusi Manajemen
Seminar Manajemen

Bab I: Informasi yang Menciptakan Nilai


19

Anda mungkin juga menyukai