Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Biologi merupakan bagian dari sains yang terdiri atas produk dan proses.
Biologi sebagai produk terdiri atas fakta, konsep, teori, atau hukum yang
berkaitan dengan makhluk hidup. Sedangkan Biologi sebagai proses terdiri atas
sekelompok keterampilan proses yang meliputi: kegiatan mengamati, membuat
pertanyaan,

mengunakan

alat,

menggolongkan

atau

mengelompokkan,

menerapkan konsep, dan melakukan percobaan. Pembelajaran Biologi pada


dasarnya harus mampu membekali siswa bagaimana cara mengetahui dan
menemukan suatu konsep, fakta secara mendalam, serta mampu memberikan
kepuasan intelektual,

terutama

dalam

membangun kemampuan

berpikir.

Kemampuan berpikir akan berimplikasi terhadap pengetahuan (kognitif), sikap


(afektif), dan keterampilan (psikomotor). Tiga komponen tersebut merupakan
hasil yang harus diperoleh setelah proses belajar yang disebut dengan hasil
belajar.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran sains khususnya
Biologi belum sepenuhnya diajarkan sesuai dengan hakikat yang dimiliki.
Kegiatan pembelajaran masih banyak didominasi oleh kegiatan mentransfer
pengetahuan dari guru kepada siswa. Hal ini menyebabkan hasil belajar yang
diinginkan belum sesuai harapan. Sebagian guru di beberapa sekolah lebih
mengedepankan aspek produk dibandingkan aspek proses atau sikap. Keadaan

tersebut menjadikan siswa hanya berorientasi pada pencapaian hasil belajar


kognitif saja. Akibatnya, siswa kurang terlibat langsung dalam kegiatan diskusi,
presentasi, observasi, dan praktikum. Hal ini juga menyebabkan terjadinya salah
persepsi bahwa Biologi adalah mata pelajaran hafalan.
Pendekatan saintifik (scientific approach) menurut Kemdikbud (2013)
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis
dalam membangun pengetahuan siswa melalui metode ilmiah. Kegiatan
pembelajaran dilakukan melalui proses dalam mengamati, menanya, mencoba,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Oleh karena itu, melalui pendekatan
saintifik siswa diharapkan dapat melatih keterampilan proses sains serta lebih
aktif dalam pembelajaran di sekolah. Pembelajaran berpendekatan saintifik dapat
melibatkan siswa secara langsung, baik secara individu maupun kelompok
untuk menggali konsep dan prinsip selama kegiatan pembelajaran. Sedangkan
tugas guru adalah mengarahkan proses pembelajaran dan memberikan koreksi
terhadap konsep dan prinsip yang didapatkan siswa.
Proses pembelajaran yang baik tentunya tidak lepas dari ketersediaan
perangkat pembelajaran yang baik juga. Salah satunya adalah ketersediaan sumber
belajar, seperti bahan ajar. Peran bahan ajar sebagai sumber belajar sangat
penting. Bahan ajar menurut Prastowo (2012) adalah bahan atau materi yang
disusun sistematis sesuai dengan tuntutan kurikulum. Bahan ajar berisi
kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai siswa, sehingga memungkinkan
siswa untuk belajar menggunakan bahan ajar tersebut. Dengan demikian, bahan

ajar dapat menjadi sumber belajar dan membantu seorang guru di kelas untuk
menyampaikan materi pembelajaran.
Pulau Lombok memiliki sumber daya alam, manusia, dan budaya yang
cukup representatif untuk dijadikan sumber belajar nyata bagi siswa. Pemanfaatan
potensi-potensi tersebut selain menyediakan sarana edukasi bagi siswa, secara
tidak langsung dapat juga membentuk sikap kepedulian siswa terhadap kekayaan
daerah sebagai warisan nenek moyang. Akan tetapi, selama ini pemanfaatan
sumber daya alam tersebut belum dikembangkan secara maksimal menjadi
sumber pembelajaran nyata siswa. Hal ini tentunya sangat disayangkan,
khususnya bagi sekolah-sekolah yang berdekatan dengan kawasan-kawasan
tersebut. Apabila sumber-sumber belajar ini disusun secara sistematis dan
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, sumber belajar tersebut dapat digunakan
sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran.
Hasil observasi saat pembelajaran Biologi berlangsung di SMAN 1
Suralaga, Lombok Timur pada kelas X menunjukkan bahwa proses penyampaian
materi Biologi belum mengaitkan keadaan lingkungan sekitar siswa secara
maksimal. Guru mengaku sering mencontohkan benda atau kejadian terkait topik
dengan lingkungan sekitar siswa tetapi belum sampai meminta siswa mengkaji
atau mengobservasi lebih jauh mengapa hal itu terjadi. Interaksi pembelajaran pun
lebih didominasi oleh guru. Tidak lebih dari tiga orang siswa yang aktif bertanya
dan menjawab saat diskusi kelas berlangsung. Sebagian besar siswa lebih memilih
menjadi pendengar dan kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran.
Hal ini dapat menunjukkan bahwa minat siswa terhadap Biologi masih kurang.

Hal ini diperkuat dari hasil angket field study yang disebarkan oleh peneliti
kepada 20 orang siswa sebagai responden. Sebagian besar siswa, yakni 70%
responden menyatakan bahwa belajar Biologi membosankan. Materi yang
disajikan lebih didominasi oleh teks-teks teori hafalan. Hal ini berimplikasi ketika
ulangan/ujian tidak sedikit siswa mengaku lupa materi yang sudah dibaca.
Kemampuan belajar siswa dalam mengamati, bertanya, merumuskan suatu
permasalahan, berhipotesis, menganalisis, berkomunikasi, dan keterampilan
proses lainnya juga belum maksimal. Sebagian besar proses pembelajaran belum
membiasakan siswa dalam menjawab pertanyaan atau menyelesaikan masalah
dengan berpikir secara ilmiah.
Hasil wawancara dengan enam orang guru Biologi pada tiga sekolah, yaitu
dua orang guru dari SMAN 1 Suralaga, dua orang guru dari SMAN 1 Labuhan
Haji, dan dua orang guru MA Nahdatul Wathan (NW) Ijobalit di Kabupaten
Lombok Timur diperoleh informasi bahwa minat membaca siswa tehadap materi
pelajaran sangat kurang. Penjaringan melalui angket yang dilakukan diperoleh
hasil bahwa 80% siswa mengatakan jarang membaca buku atau mengulang
kembali materi yang sudah dipelajari. Tiemensma (2009) mengatakan bahwa
membaca adalah komponen terpenting di abad 21. Keberhasilan siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah banyak ditentukan oleh
kemampuannya dalam membaca. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar
pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa tulis, sehingga menuntut anak harus
melakukan aktivitas membaca untuk memperoleh pengetahuan.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Suralaga berdasarkan beberapa


pertimbangan, yaitu karakteristik sekolah yang cukup representatif dan potensi
guru serta karakteristik siswa yang mendukung untuk penerapan bahan ajar yang
dikembangkan. Bahan ajar yang biasa digunakan guru Biologi di sekolah ini
belum variatif dan terbatas. Pada beberapa kali pertemuan, guru mengaku
meminta siswa mencatat materi yang cukup menyita jam pertemuan. Penyajian
bahan ajar yang ada masih banyak berupa teks teori-teori hafalan yang membuat
siswa kurang berminat membaca. Meskipun sudah disertai dengan ilustrasi, tetapi
urutan materi yang disajikan belum mampu membimbing siswa menemukan
intisari dari bacaan. Buku yang tersedia masih berupa cetakan hitam putih,
sehingga kurang menarik perhatian siswa. Selain itu, bahan ajar yang sudah ada
belum memenuhi visi dan misi sekolah untuk menjadikan SMAN 1 Suralaga
sebagai salah satu sekolah yang dapat melestarikan dan mengembangkan potensi
lokal.
Berbagai penelitian untuk meningkatkan hasil belajar serta keterampilan
proses siswa telah banyak dilakukan, dengan topik dan bahasan yang juga
beragam. Dalam penelitian ini difokuskan pada materi perubahan lingkungan dan
daur ulang limbah. Materi ini dipilih karena banyak isu-isu sosial yang terkait
dengan lingkungan yang dapat dijelaskan pada materi perubahan lingkungan dan
daur ulang limbah. Selain itu, penyajian materi pada topik ini masih banyak
berupa teks dan belum mengaitkan keadaan daerah perubahan lingkungan sekitar
untuk memperkuat pemahaman siswa. Guru Biologi mengaku bahwa pada materi
ini siswa lebih banyak diminta untuk membaca materi sendiri dan lebih

menekankan pada kemampuan kognitif, sehingga penanaman nilai kepedulian


pada lingkungan dan proses sains menjadi terabaikan.
Oleh karena itu, pada penelitian ini dikembangkan bahan ajar
berpendekatan saintifik dan pemanfaatan keunggulan lokal sebagai sumber belajar
siswa pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah. Melalui
pengembangan bahan ajar ini diharapkan tersedia bahan ajar suplemen yang
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan sekolah serta dapat melatih
keterampilan proses sains siswa dan menumbuhkan kepedulian siswa terhadap
lingkungan.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah yang
teridentifikasi sebagai berikut.
1. Bahan ajar yang tersedia masih didominasi teks-teks teori hafalan.
2. Minat membaca siswa masih kurang.
3. Penekanan pembelajaran masih pada kemampuan kognitif.
4. Proses pembelajaran belum memanfaatkan keadaan perubahan lingkungan
pada keunggulan/potensi lokal sebagai sumber belajar.
5. Kegiatan pembelajaran masih satu arah dan aktivitas mencatat materi
pelajaran oleh siswa cukup menyita waktu dan membosankan.
6. Penanaman sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan belum tumbuh secara
maksimal.

1.3 Cakupan Masalah


Adapun ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai
berikut.
1. Pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengembangan pada
bahan ajar sebagai salah satu bagian dari perangkat dalam pembelajaran.
2. Pengembangan bahan ajar dibatasi pada materi perubahan lingkungan dan
daur ulang limbah.
3. Bahan ajar dikembangkan dengan pendekatan saintifik dan memanfaatkan
potensi/keunggulan lokal sebagai bagian dari sumber belajar siswa.
4. Pada penelitian ini akan diuji kevalidan, kepraktisan, serta keefektifan bahan
ajar yang telah dikembangkan.
5. Keterampilan proses sains yang diukur dalam penelitian ini adalah
keterampilan dalam mengamati, bertanya, merumuskan masalah, berhipotesis,
mengumpulkan data, mengasosiasi, dan berkomunikasi.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan batasan-batasan masalah dari beberapa masalah yang
teridentifikasi, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah kevalidan bahan ajar berpendekatan saintifik dan pemanfaatan
keunggulan lokal yang dikembangkan?
2. Bagaimanakah kepraktisan bahan ajar berpendekatan saintifik dan pemanfaatan
keunggulan lokal untuk digunakan dalam proses pembelajaran?

3. Bagaimanakah keefektifan bahan ajar berpendekatan saintifik dan pemanfaatan


keunggulan lokal yang dikembangkan?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Mengembangkan bahan ajar pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang
limbah berpendekatan saintifik dan pemanfaatan keunggulan lokal yang valid.
2. Mengembangkan bahan ajar berpendekatan saintifik dan pemanfaatan
keunggulan lokal yang praktis digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Menguji keefektifan bahan ajar berpendekatan saintifik dan pemanfaatan
keunggulan lokal dalam proses pembelajaran.

1.6 Penegasan Istilah


Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka diberikan
penjelasan terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut.
1.

Bahan ajar adalah bahan yang digunakan untuk menyampaikan pesan


kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Bahan ajar ada yang berupa
bahan tertulis atau tidak tertulis (Depdiknas, 2008). Bahan ajar yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar tertulis yang disusun
sesuai dengan kompetensi yang diharapkan kurikulum dan tata cara
penyusunan bahan ajar yang baik.

2.

Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan yang melibatkan proses dan


sikap ilmiah dalam pelaksanaannya. Proses pembelajaran dirancang untuk
melatih siswa dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip yang ada
melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil yang ditemukan.
Pembelajaran dilakukan dalam bentuk penyajian masalah/fenomena yang
merangsang keterampilan saintifik serta kegiatan siswa untuk memecahkan
masalah,

membuktikan

dan

memperkuat

hipotesisnya,

sehingga

meningkatkan pemahamannya terhadap materi.


3.

Keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang menjadi ciri khas dari suatu
daerah yang berasal dari potensi-potensi lokal dan mengalami proses serta
realisasi peningkatan nilai, sehingga lebih bernilai guna bagi masyarakat,
(Asmani, 2012). Dalam penelitian ini pemanfaatan potensi/keunggulan lokal
yang dimaksud adalah penyajian peristiwa dan observasi keadaan perubahan
serta pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar siswa, khususnya pada
sektor yang menjadi keunggulan lokal. Selain itu, pemanfaatan biji kelor
sebagai salah satu tumbuhan yang banyak dijumpai di lingkungan siswa
sebagai bahan alami proses penyaringan air.

1.7 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
a. Manfaat Teoretis

10

Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperoleh produk
berupa bahan ajar berpendekatan saintifik dan pemanfaatan keunggulan lokal
pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah di SMA yang valid,
praktis, serta efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
b. Manfaat praktis
Memberikan bahan ajar suplemen yang lebih menarik minat siswa untuk
membaca dan dapat melatih keterampilan proses sains serta menumbuhkan
kepedulian pada lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
berpikir dan hasil belajar siswa.

1.8 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan


Spesifikasi produk yang akan dikembangkan dalam produk pengembangan
ini adalah sebagai berikut.
1. Merupakan bahan ajar cetak berpendekatan saintifik dan pemanfaatan
keunggulan lokal untuk siswa SMA.
2. Materi yang dikembangkan adalah materi perubahan lingkungan dan daur
ulang limbah.
3. Keunggulan lokal yang dibahas adalah beberapa keadaan kawasan pantai,
pertambangan, dan kawasan lainnya yang sudah mulai mengalami kerusakan
dan pencemaran, serta pemanfaatan biji kelor sebagai koagulan alami dalam
proses penyaringan air.
4. Bahan ajar yang dikembangkan diperuntukkan bagi siswa.

11

5. Menggunakan bahasa yang lebih komunikatif dan memposisikan siswa


sebagai subjek, sehingga siswa menjadi lebih aktif.
6. Penjabaran materi dan petunjuk di dalam bahan ajar merangsang siswa
menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan ilmiah yang ada.
7. Bahan ajar

dikembangkan dengan memenuhi aspek dan kualitas sebagai

sumber belajar yang baik.


8. Menyajikan gambar-gambar peristiwa kerusakan lingkungan di daerah
Lombok dan NTB pada umumnya serta artikel yang terkait dan melampirkan
data-data yang terkait untuk merangsang siswa dalam menyelesaikan
permasalahan melalui keterampilan berpikir sains.
9. Gambar-gambar dan ilustrasi yang disajikan dicetak berwarna untuk menarik
perhatian siswa.

1.9 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan


Bahan ajar berpendekatan saintifik dan pemanfaatan keunggulan lokal
diasumsikan dapat mengukur hasil belajar siswa, melatih keterampilan proses
sains, serta menumbuhkan sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan di
daerahnya. Kondisi sekolah, lingkungan, guru, dan kemampuan siswa
diasumsikan dapat menerapkan bahan ajar yang dikembangkan. Dosen
pembimbing, ahli media, ahli materi, dan guru memiliki pemahaman yang sama
tentang standar bahan ajar yang baik serta memiliki pengetahuan dalam bidang
ilmu Biologi.

12

Keterbatasan pengembangan bahan ajar berbasis saintifik dan keunggulan


lokal antara lain sebagai berikut.
1. Merupakan bahan ajar cetak yang mengharuskan siswa membaca dengan teliti
untuk memahami materi.
2. Materi pada bahan ajar yang dikembangkan hanya mencakup materi perubahan
lingkungan dan daur ulang limbah.
3. Kualitas bahan ajar yang dikembangkan ditinjau berdasarkan penilaian dari
validator, yaitu ahli materi, ahli media, dan guru Biologi yang diasumsikan
memiliki pengetahuan tentang kriteria bahan ajar yang baik, dan respon 30
siswa sebagai calon pengguna bahan ajar.
4. Keterampilan proses sains yang diukur adalah keterampilan dalam mengamati,
bertanya,

merumuskan

masalah,

mengasosiasi, dan berkomunikasi.

berhipotesis,

mengumpulkan

data,

Anda mungkin juga menyukai