DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 0
BAGIAN 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
3.3.
Kebijakan Investasi Pengembangan Pabrik Semen di Prov.Kalimantan Timur
Berdasarkan UU No 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batubara ............................................... 6
3.4. Kebijakan Investasi Pengembangan Pabrik Semen di Prov.Kalimantan Timur
Berdasarkan PP 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri ........................................................... 6
BAGIAN 3 GAMBARAN UMUM POTENSI DAN SUMBERDAYA PENDUKUNG PEMBANGUNAN
PABRIK SEMEN .................................................................................................................................... 7
3.1.
4.2.
Kesimpulan ......................................................................................................................... 25
BAGIAN 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kondisi ekonomi global di tahun 2013 diperkirakan masih belum membaik, karena masih rentannya
proses pemulihan beberapa negara Eropa yang terlilit krisis utang dan terjadinya perlambatan
ekonomi negara-negara maju dan emerging market. Krisis yang dialami negara-negara Eropa terkait
utang dan defisit fiskal masih belum teratasi dengan baik sehingga kondisi ekonomi global akan
masih diliputi oleh ketidakpastian, sementara pemulihan ekonomi Amerika Serikat masih rentan
terhadap guncangan.
Peningkatan daya saing nasional perlu dikembangkan pada sektor-sektor produksi, utamanya industri,
pertanian dan pariwisata. Pembangunan industri didorong untuk meningkatkan nilai tambah berbagai
komoditi unggulan, khususnya koridor ekonomi dalam kerangka Master Plan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Namun demikian, daya saing nasional dapat
meningkat jika daya saing daerah lebih baik. Peningkatan daya saing nasional tidak dapat lepas dari
kemampuan daerah untuk meningkatkan daya saingnya. Oleh sebab itu, peningkatan daya saing
nasional perlu dilakukan melalui peningkatan daya saing daerah secara merata dan terintegrasi.
Tahun 2012 laju industri semen di dalam negeri menemukan masa kejayaannya dengan total
penjualan sebanyak 45 juta ton senilai Rp. 43 triliun atau meningkat 5,6 persen dibanding tahun
sebelumnya senilai Rp. 40,7 triliun. Menurut survei yang dilakukan CDMI, kebutuhan semen nasional
tahun 2013 diperkirakan sebesar 52,28 juta ton. Diperkirakan pada tahun 2016 kebutuhan meningkat
hingga 74,07 juta ton. Total produksi semen Indonesia saat ini masih sebesar 45,24 juta ton, masih
terdapat defisit semen sebesar 7,04 juta ton. Meskipun seluruh pabrik semen saat ini berproduksi
penuh, di tahun 2016 diperkirakan masih terjadi kekurangan sebesar 17,25 juta ton. Hal ini
menunjukkan masih diperlukan ekspansi produksi semen dengan cara membangun pabrik-pabrik
semen baru.
alam
dan
Tinjauan
Ketersedianaan bahan baku (kapasitas, kualitas dan keberlanjutan)
Analisis potensi dampak pembangunan pabrik semen terhadap
lingkungan hidup
Aspek
Aspek Produksi
Pemasaran
Tinjauan
Kapasitas produksi
Tinjaun proses dan metoda produksi semen
Kebutuhan sumberdaya dan infrastruktur penunjang
Analisa permintaan dan penawaran
Mencari pasar dan menghitung pasar potensial, permintaan
efektif, segmen pasar
3. Analisis persaingan pasar
4. Pemilihan strategi pemasaran Untuk mengetahui dan menilai
apakah produk semen yang dihasilkan dapat diterima dan
diserap oleh pasar
1.
2.
3.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
Ilmu Sosial
1.
2.
3.
BAGIAN 2
TINJAUAN KEBIJAKAN
3.1. Kebijakan Provinsi Kalimantan Timur
3.1.1. Kebijakan Investasi Pengembangan Pabrik Semen di Prov.Kalimantan Timur
Berdasarkan RTRWP Tahun 2011-2031
Provinsi Kalimantan Timur memiliki beberapa kebijakan terkait dengan adanya pengembangang
pabrik semen,adapun kebijakan tersebut seperti yang tertuang dalam RTRWP Kaltim Tahun 20112031 dimana pengembangan Pengembangan sektor ekonomi produktif migas dan tambang yang
menjadi sektor unggulan provinsi untuk lebih mendukung tujuan pembangunan Nasional dan tujuan
memacu pertumbuhan ekonomi serta pemanfaatannya bagi segenap masyarakat wilayah provinsi
dengan dukungan penataan ruang serta perwujudan pembangunan yang berkelanjutan dengan menjaga
harmonisasi kegiatan ekonomi, investasi, sosial dengan mempertimbangkan daya dukung dan
kelestarian lingkungan serta menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan.
3.1.2. Kebijakan Investasi Pengembangan Pabrik Semen di Prov.Kalimantan Timur
Berdasarkan RPJMD Tahun 2009-2013
Berdasarkan RPJMD, Kaltim memiliki visi untuk mewujudkan motto, Kaltim Bangkit 2013, maka
visi untuk pembangunan Kalimantan Timur adalah sebagai berikut.
Mewujudkan Kalimantan Timur sebagai Pusat Agroindustri dan
Energi Terkemuka Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera.
2.
3.
4.
Mendorong upaya pengendalian pemanfaatan kawasan pertambangan secara lestari, baik untuk
pertambangan skala besar maupun skala kecil
5.
6.
7.
8.
BAGIAN 3
GAMBARAN UMUM POTENSI DAN
SUMBERDAYA PENDUKUNG PEMBANGUNAN
PABRIK SEMEN
3.1. Ketersediaan Bahan Baku
Semen merupakan komiditi strategis yang memanfaatkan potensi sumber daya alam bahan galian non
logam berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi,dan gipsum. Hingga akhir tahun 2008, diperkirakan
konsumsi semen nasional mencapai 45 juta ton, sedangkan penjualan semen pada tahun 2007 hampir
mencapai 42,2 juta ton. (Tempo, 2007). Sedangkan ditahun 3013, kebutuhan menurut survei yang
dilakukan CDMI, kebutuhan semen nasional diperkirakan sebesar 52,28 juta ton, dan pada tahun 2016
kebutuhan meningkat hingga 74,07 juta ton, sedangkan total produksi semen Indonesia saat ini masih
sebesar 45,24 juta ton, masih terdapat defisit semen sebesar 7,04 juta ton.
Dalam memenuhi kebutuhan Semen Nasional, Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kab/Kota berupaya
keras mencari solusi, diantaranya dari seminar hasil penelitian yang dilakukan tim Badan Penelitian
dan Pengembangan (BPP) Prov. Kaltim (10-12-2012) yang berjudul Indentifikasi Potensi Karst/Batu
Kapur Untuk Bahan Baku Semen yang didalam penelitian itu menyimpulkan bahwa salah satu bahan
utama industri semen cukup melimpah di Kalimantan Timur.
Mengingat penyebarannya yang begitu banyak di Provinsi Kalimantan timur. maka di Kalimantan
Timur sangat diperlukan berdirinya industri semen mengingat kebutuhan semen di Kalimantan Timur
semakin bertambah dengan adanya pembangunan beberapa proyek berskala besar, diantaranya
pembangunan jalan tol, jembatana Pulau Balang, pelabuhan peti kemas Kariangau, Bandara
Internasional Sepinggan, dan beberapa proyek pembangunan lainnya yang masuk dalam koridor
master plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3).
Batu gamping sebagai bahan baku utama pabrik semen, penyeberannya di Prov.Kaltim terdapat di
Kab.Berau, Kab Kutai Timur, Kab.Kutai Barat, Kab.Kutai Kartanegara, Kab.Panajem Paser Utara,
Kab.Pasir, Kota Bontang dan Kota Saamrinda. Sumberdaya batugamping terbesar ada pada
Kab.Kutai Kartanegara, yaitu 9.457.421.539 m3 diikuti dengan Kab. Kutai Timur yaitu 8.852.324.000
m3. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Kabupaten/Kota
Berau
2.
Kutai Timur
8.852.324.000
3.
4.
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
4.180.000
9.457.421.539
5.
4.000.000
6.
Pasir
3.150.341.176
7.
8.
9.
Kota Balikpapan
Kota Bontang
Kota Samarinda
Jumlah
n.a.
75.000
45.080.000
36.564.464.558
Kualitas
CaO = -%
MgO = -%
CaO = 49,7-56%
MgO = 0,005-2,0%
CaO = 43,75-56%
MgO = 0,005-2,1%
CaO = -%
MgO = -%
CaO = 44,85%
MgO = 0,05%
Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Timur, 2012
3.2. Infrastruktur
3.2.1. Darat (Jalan)
Infrastruktur darat (jalan) merupakan salah satu infrastruktur yang sangat berperan penting untuk
memajukan perekonomian suatu kota, tidak sebatas perekonomian, tetapi jalan juga prasarana yang
mendukung kebutuhan perkembangan saat ini sebagai pembangunan antar wilayah di Provinsi
Kalimantan Timur dan meningkatkan keterkaitan antara wilayah belakang di masa mendatang.
Jaringan di jalan provinsi Kalimantan Timur saat ini mencapai 8.189,78 Km, baik yang dibangun
Pemerintah Pusat, Pemerintah provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota. Jaringan jalan lintas
Kalimantan di Wilayah Kalimantan Timur dapat dikelompokan menjadi tiga poros yaitu : Poros
Selatan, yang menghubungkan kawasan Kalimantan Selatan - Batu Aji/Kerang Dayu - Tanah Grogot Kuaro - Penajam - Balikpapan - Samarinda - Bontang - Sangatta - Muara Wahau - Tanjung Redep Tanjung Selor; Dan Poros Tengah yang menghubungkan kawasan Samarinda - Tenggarong - Kota
Bangun - Melak - Barong Tongkok - Kalimantan Tengah; serta Poros Utara yang menghubungkan
kawasan Samarinda - Sangatta - Muara Wahau - Berau Bulungan.
3.2.2. Udara
Sama halnya dengan infrastruktur darat, infratruktur udara juga berperan penting dalam memajukan
dan meningkatkan daya saing dari provinsi Kalimantan Timur. Di provinsi yang memiliki daerahdaerah pengeboran minyak, batubara dan lain-lain, mobilitas antar daerah terutama untuk tujuan
Jakarta sangatlah tinggi. Di Kalimantan Timur terdapat 53 buah Pelabuhan Udara, satu diantaranya
adalah Bandara Internasional Sepinggan di Balikpapan dan 15 buah berstatus domestik, selebihnya
berstatus perintis.
Adapun bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder adalah Bandara Samarinda Baru
yang berada dalam satu system dengan Bandara Temindung di Kota Samarinda. Penggunaan bandar
udara ini adalah melayani penumpang dan kargo domestik, dan masih banyak lagi.
3.2.3. Infrastruktur Laut dan Sungai
Seperti infrastruktur Darat dan Udara, infrastruktur Laut dan Sungai juga memegang peran penting
dalam memajukan Provinsi Kalimantan Timur. Infrastruktur Laut di Kalimantan Timur terdiri dari
pelabuhan utama, diantaranya : Pelabuhan Samarinda di kota Samarinda, Pelabuhan Tarakan, dan
Pelabuhan Semayang di Kota Balikpapan. Transportasi Laut di Kalimantan Timur hingga saat ini
masih di dominasi orang dan barang, terlebih untuk angkutan barang antar pulau serta ekspor dan
impor. Setidaknya ada 15 pelabuhan laut di Kalimantan Timur, sedangkan untuk infrastruktur Sungai,
sistem transportasi sungai ini berkembang di sepanjang sungai Mahakam hingga ke hulu, yang
menghubungkan daerah pantai Kabupaten Kutai Kartanegara, Tenggarong hingga pedalaman
Kabupaten Kutai Kertanegara dan Kabupaten Kutai Barat. Sungai-sungai lain yang digunakan sebagai
sarana transportasi adalah Sungai Sangatta, Sungai Bengalon, Sungai Kandilo dan Sungai Telake. Di
Kaltim bagian Utara terdapat Sungai Kelay dan Sungai Sengah yang menghubungkan Tanjung Reded
ke daerah pedalaman di kabupaten Berau. Masyarakat pedalaman menggunakan sungai sebagai alur
transportasi.
3.2.4. Infrastruktur Sumber Energi/Kelistrikan
Pengembangan sistem jaringan energi di Provinsi Kalimantan Timur dimaksudkan untuk penunjang
penyediaan energi listrik dan pemenuhan energi lainnya, antara lain kegiatan permukiman, produksi,
jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya. Adapun sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Timur
terdiri atas satu sistem interkoneksi dan beberapa sistem terisolasi. Sistem Mahakam merupakan
sistem interkoneksi yang terhubung pada jaringan transmisi 150kV. Sedangkan sistem terisolasi
diantaranya adalah sistem Berau, Sangatta, Bontang, Kota Bangun, dan masih banyak lagi.
3.2.5. Infrastruktur Sumber Daya Air
Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan air baku, adapun beberapa pembangunan-pembangunan
yang dilakukan baik oleh pemerintah Provinsi, ataupun pemerintah Kab/Kota untuk mengoptimalkan
sumber daya air yang ada, diantaranya pada tahun 2013 pemerintah telah membangunan Sistem
Pengelolaan Air Minum (SPAM) di Kota Samarinda, dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi
air bersih menjadi 200 lt/detik.
Tidak hanya itu, dalam rangka peningkatan produktifitas pertanian dan pengendalian daya rusak air,
Pemerintah Kalimantan Timur sedang membangun prasarana sumber daya air meliputi Pembangunan
Bendung untuk penyediaan air baku.
Dalam mengembangkan pembangunan pabrik semen, tentunya dibutuhkan sumber air yang
didapatkan dari sungai, adapun di Prov.Kalimantan Timur, terdapat bebeerapa sungai yang dapat
dijadikan sebagai sumber dalam pengolahan pabrik semen seperti sungai Dumaring yang ada di
Kab.Berau.
transportasi yang dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat dan memajukan ekonomi di
Kalimantan Timur, diantaranya tersedia akses jalan darat yang menyambungkan antar kota sebagai
PKW dan PKL di Kalimantan Timur, Bandar Udara bertaraf Internasional dan Domestik, serta
tersedianya penyeberangan Laut sehingga masyarakat tinggal memilih menggunakan fasilitas yang
sudah tersedia yang tentunya dapat memudahkan pergerakan dari kota ke kota yang ada di Provinsi
Kalimtan Timur, dan juga diikuti dengan dimilikinya PLTU, PLTD, PLTG dan Gardu Induk, serta
jaringan air bersih dan jaringan telekomunikasi yang tersebar hampir di seluruh wilayah Kab/Kota
yang ada di Prov. Kalimantan Timur.
3.3.2. Pola Ruang
Pola Ruang dari Provinsi Kalimantan Timur sangat berfariasi ini dikarenakan adanya pemekaran
wilayah administrasi yang baru, serta diikuti dengan investasi-investasi diberbagai bidang,
diantaranya Batubara, pembangunan beberapa pabrik berskala besar yang secara otomatis
menimbulkan cluster-cluster terhadap pemanfaatan ruang yang memberikan dampak pada
penggunaan lahan di Kalimantan Timur. Defenisi dari Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi Lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi Budidaya.
Tabel 3. 2 Pola Ruang Provinsi Kalimantan Timur
No
1
Fungsi Kawasan
Kawasan Lindung
1.a
1.b
1.c
1.d
1.e
1.f
Luas (ha)
4.898.854
2.884.703
157.237
220
63.572
1.454.710
1.g
1.h
2
2.a
9.340.563
2.b
3.908.842
2.c
2.d
2.e
2.f
2.g
2.h
2.i
2.j
2.k
2.l
2.m
376
78.484
259.552
18.307.266
5.103.460
328.261
228.445
4.316.855
155.798
126.720
3.217.372
803.568
480
394
86
10
BAGIAN 4
ANALISIS PRA KELAYAKAN PEMBANGUNAN
PABRIK SEMEN
Analisis pada bagian ini akan memuat analisis pra studi kelayakan yang dilihat berdasarkan bahan
baku, dan infrastruktur, dan lain sebagainya dalam lingkup Provinsi Kalimantan Timur dengan
melakukan pembobotan, kemudian dilanjutkan dengan analisis Kabupaten yang sudah terpilih melalui
pembobotan. Analisis lanjutan tersebut dilakukan melalui analisis bahan baku, infrastruktur,
penentuan lokasi. Jika sudah tergambarkan lokasinya, maka analisis kelayakan dan peluang pasar
akan mengikutinya.
Berdasarkan hasil pembobotan yang terlah dilakukan melalui penilaian terhadap masing-masing
kriteria tersebut (Tabel 4.1), didapat jumlah skoring yang paling tinggi, yaitu terdapat di Kab.Berau,
dengan nilai 80, dan diikuti Kab.Kutai Kartanegara dan Kab.Kutai Timur dengan masing-masing nilai
65 dan 57, sedangkan Kab/Kota yang lain nilainya dibawah 57. Dengan demikian, Kab.Berau
memenuhi kriteria dan paling ideal untuk kelayakan pembangunan pabrik semen di Provinsi
Kalimantan Timur.
Dengan munculnya lokasi Kab.Berau sebagai lokasi kelayakan pembangunan pabrik semen, maka
selanjutnya Kab.Berau perlu dilakukan analisis lanjutan yang meliputi
Analisis ketersediaan bahan baku baik batu gamping maupun tanah liat sebagai bahan
baku utama
Analisis infrastruktur,
Analisis penentuan lokasi
Analisis kelayakan
Analisis peluang pasar
11
Tabel 4. 1 Hasil Skoring Tingkat Pelayanan dan Pembobotan Dalam Pemenuhan Kriteria
Kelayakan Pembangunan Pabrik Semen di Provinsi Kalimantan Timur
N
o
Lingkup
Wilayah
Ketersedia
an Bahan
Baku
Ketersedia
an Bahan
Penunjang
Konflik Tata
Ruang/Kawa
san Lindung
Aksesibili
tas
Infrastrukt
ur
(Listrik)
1.
2.
Kab.Berau
Kab.Kutai
Barat
Kab.Kutai
Kartanegar
a
Kab.Kutai
Timur
Kab.Paser
Kab.Penaj
am Paser
Utara
Kota
Balikpapa
n
Kota
Bontang
Kota
Samarinda
20
10
0
0
0
0
20
8
25
25
20
10
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
JUMLA
H
20
8
Sumb
er
Daya
Air
20
12
20
12
65
12
12
57
0
0
0
0
0
8
12
8
20
12
52
38
16
20
44
16
12
36
10
16
12
12
50
80
38
12
jam pada kondisi jalan rusak , namun ada beberapa ruas jalan yang belum beraspal sehingga
mempengaruhi waktu tempuh pada musim penghujan. Kendaraan umum/ bis melayani route
perjalanan setiap hari.
Untuk menuju lokasi daerah kecamatan di wilayah Kabupaten Berau dari Tanjung Redeb dengan
menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua.atau menggunakan kendaraan air (ketinting ,speed
boat, long boat ), ditempuh selama 6 jam.
Jaringan jalan di Kabupaten Berau merupakan bagian dari sistem transportasi regional yang
menghubungkan Kabupaten Berau dengan daerah-daerah lain, membentuk sumbu utara-selatan dan
barat-timur, dimana masing-masing sumbu melintasi Kecamatan Tanjung Redeb yang berfungsi
sebagai ibukota kabupaten sekaligus pusat dari beragam kegiatan. Sumbu utara-selatan merupakan
jaringan jalan yang menghubungkan Tanjung Redeb dengan Tanjung Selor dan Kabupaten Tarakan.
Sementara itu, sumbu barat-timut merupakan ruas jalan yang menghubungkan Tanjung Redeb dengan
daerah pedalaman dan Kecamatan Biduk-biduk. Kedua ruas di sumbu BaratTimurini juga
merupakan bagian sistem transportasi lokal Kabupaten Berau.
Kabupaten Berau termasuk salah satu daerah yang memiliki luas wilayah yang besar. Menyebarnya
masyarakat dalam kampung-kampung di pedalaman dan pesisir menyebabkan kabupaten ini
membutuhkan sarana jalan yang sangat besar. Panjang jalan dan kualitas jalan menentukan lancarnya
arus transportasi masyarakat.
Berdasarkan hasil survey instansional (Kabupaten Berau Dalam Angka 2008), panjang jaringan jalan
di Kabupaten Berau tahun 2007 mencapai 1.362,62 Km dengan rincian 725, 52 Km merupakan
jaringan jalan Kabupaten dan 601,10 Km merupakan jaringan jalan Provinsi, dari total panjang
jaringan jalan tersebut, 107,60 km masih merupakan jalan tanah, baru sekitar 586,59 Km yang sudah
berupa jalan aspal dan sisanya berupa jalan kerikil. Kondisi jalan relatif baik, walaupun masih ada
juga ruas jalan regional yang kondisinya buruk, misalnya ruas jalan Tanjung Redeb-Tarakan. Hal ini
mengakibatkan waktu tempuh perjalanan menjadi lebih lama.
Berdasarkan RTRW Kab.Berau Tahun 2011-2031, di masa mendatang, pada sistem jaringan
transportasi regional Kabupaten Berau akan dibangun ruas jalan yang merupakan bagian Trans
Kalimantan (melalui Batu Putih). Dengan dibangunnya ruas jalan ini, maka akan ada ruas jalan
alternatif yang melayani pergerakan, baik orang maupun barang, keluar dan masuk Kabupaten Berau,
selain ruas jalan yang sudah ada saat ini dan waktu tempuh pun dapat lebih singkat. Selain itu, dilihat
dari sudut pandang perkembangan wilayah, pembangunan ruas jalan ini dapat memacu pertumbuhan
daerah-daerah yang dilaluinya, yaitu desa-desa di Kecamatan Talisayan dan Biduk-biduk.
B. Transportasi Udara
Transportasi udara di Kabupaten Berau hanya melayani pergerakan regional, yaitu pergerakan dari
Kabupaten Berau ke Balikpapan, Tarakan, Tanjung Selor, dan Samarinda. Pelabuhan udara (bandara)
yang melayani pergerakan ini hanya ada satu di Tanjung Redeb, yaitu Bandara Kalimarau (4 km dari
Tanjung Redeb). Beberapa penerbangan yang ada antara lain Sriwijaya Air, Batavia Air, Kalstar,
Trigana dan Susi Air. Pegerakan menuju Provinsi Kalimantan Timur dengan menggunakan jalur
udara, dilakukan dengan pencapaian terlebih dahulu ke Balikpapan, kemudian perjalanan dapat
dilanjutkan ke Berau dengan menggunakan pesawat terbang Trigana/Kalstar, Sriwijaya Air, Batavia
Air, ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam perjalanan. Jadwal penerbangan setiap hari dua kali
penerbangan untuk masing masing maskapai.
13
Dalam pengembangannya di masa yang akan datang, peranan Kabupaten Berau dalam sistem jaringan
transportasi udara yaitu : Bandar Udara Kalimarau Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional dan
merupakan bandar udara pusat penyebaran dengan skala pelayanan sekunder.
Dalam konstelasi wiayah Provinsi, jaringan transportasi udara pembentuk struktur ruang wilayah
Provinsi diwakili oleh bandar udara dengan fungsi sebagai bandara internasional, nasional, regional,
dan bandara bukan pusat penyebaran.Bandar Udara Pusat Penyebaran dengan skala pelayanan
sekunder adalah Bandara Loa Kulu di Kutai Kertanegara, Bandara Sungai Siring di Samarinda, dan
Bandara Kalimarau di Berau.
Berdasakan RTRWP, rencana pengembangan dalam sistem transportasi udara yaitu:
a. Peningkatan fungsi bandara Kalimarau sebagai bandara pengumpul dengan skala
pelayanan sekunder; dan
b. Pembangunan bandara pengumpan baru di Kecamatan Maratua;
c. Bandara khusus berupa bandara Mangkajang Kecamatan Sambaliung.
D. Transportasi Laut
Di Kab.Berau, jaringan transportasi laut melayani pergerakan penumpang dan barang baik regional
maupun lokal Kabupaten Berau. Trayek regional yang biasanya dilayani oleh moda ini adalah trayek
Tanjung Redeb-Tarakan (pergerakan barang dan penumpang) dan Tanjung Redeb-Sulawesi
(pergerakan barang).
14
Pelabuhan yang menampung armada laut sama dengan pelabuhan yang menampung armada sungai
dikarenakan Kabupaten Berau hanya memiliki dua buah pelabuhan pengumpul, yaitu di Tanjung
Redeb dan Talisayan, selain dermaga-dermaga kecil tempat kapal ikan berlabuh. Berdasarkan RTRW
Kab.Berau Tahun 2011-2031, Dalam pengembangannya di masa yang akan datang, peranan
Kabupaten Berau dalam sistem jaringan transportasi Air regional yaitu Pelabuhan Tanjung Redeb
sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional.
Dalam RTRWP Kalimantan Timur, pelabuhan dengan status sebagai pelabuhan Nasional di
Kalimantan Timur yang menyelenggarakan kegiatan bongkar-muat barang antar pulau adalah
pelabuhan Palaran di Samarinda, Juata di Tarakan, Tanjung Redeb di Kabupaten Berau, Tanjung
Laut dan Lhok Tuan di Bontang, Maloy di Kabupaten Kutai Timur, Tunon Taka di Pulau Nunukan,
Sungai Nyamuk di Pulau Sebatik, Pulau Bunyu di Kabupaten Bulungan, Kuala Samboja, dan Tanjung
Santan di Kabupaten Kutai Kertanegara, dan Pondong di Kabupaten Pasir.
Keberadaan rencana pengembangan Pelabuhan Samudera juga harus diintegrasikan dengan
keberadaan Jalan Trans Kalimantan dengan memberikan akses antara ruas jalan Trans Kalimantan
dengan Lokasi Pelabuhan Samudera. Alternatif yang paling baik adalah membangun jalan
penghubung angkutan laut dan angkutan jalan raya atau sungai, dan menyediakan trayek
moda/kendaraan umum, begitu juga dengan rencana pengembangan bandara sehingga ruas jalan yang
menghubungkan semua pusat kegiatan utama Kabupaten dapat terintegrasi secara efisien dan efektif.
Adapun bentuk tatanan kepelabuhan untuk Kabupaten Berau berdasarkan fungsinya, yaitu:
a. Pelabuhan pengumpul meliputi :
1. Pelabuhan Tanjung Redeb; dan
2. Pelabuhan Teluk Sulaiman.
b. Pelabuhan Pengumpan meliputi :
1. Pelabuhan Maratua; dan
2. Pelabuhan Tanjung Batu.
Serta pelabuhan/ terminal khusus yang menyebar di beberapa lokasi di Kabupaten Berau sedangkan
untuk alur pelayaran transportasi laut antara lain:
a. Balikpapan Samarinda - Sangatta - Tanjung Redeb Makassar (Sulawesi Selatan);
b. Tarakan Malinau Tanjung Selor - Tanjung Redeb - Tanjung Batu.
4.3.2. Sumber Daya Air
Suatu pabrik, salah satunya pabrik semen, dalam upaya produksi bahan baku menjadi suatu barang
produk tentunya dalam pengolahannya membutuhkan kebutuhan air yang sangat banyak, kebutuhan
air untuk pabrik semen modern akan membutuhkan sekitar 100.000 m3/tahun atau 40 m3/jam.
Adapun kebutuhan air suatu pabrik ini didapat dari sumber-sumber air yang debitnya besar seperti
sungai ataupun laut. Kab.Berau memiliki 5 daerah aliran sungai, yakni Dumaring, Karangan, KarangSegendang, Manubar, dan Kepulauan Derawan.
4.3.3. Sumber Energi
Dalam pengoperasian suatu pabrik dibutuhkan tenaga listrik, adapun pabrik semen yang nantinya
akan ditempatkan di salah satu Kecamatan di Kabuapten Berau akan menggunakan energi listrik yang
dibuat sendiri dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap dengan menggunakan bahan
baku batu bara yang ada di lokasi tersebut. Kebutuhan listrik untuk pabrik semen diperkirakan dalam
setahun adalah sebesar 30.000 Kwatt atau 30 Mwatt.
15
16
17
Jumlah
Rp. 63,000,000,000
Rp. 94,500,000,000
Rp. 94,500,000,000
Rp. 453,313,633,799.74
Rp. 705,313,633,800
Rp. 2,432,731,953,507
C. Investasi
Terdapat beberapa Kriteria Investasi Untuk mendapatkan gambaran-gambaran yang rasional dari
sesuatu proyek untuk diputuskan dapat atau tidaknya dibiayai dalam program.
Jenis kriteria investasi tersebut adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
Diketahui bahwa fixed capital investment untuk pabrik semen di Kab.Berau adalah sebesar Rp.
3,167,936,325,034.50 atau USD 323,258,808.68, d
Dengan investasi sebesar itu maka return on investment pada saat sebelum pajak bernilai 22,6% dan
pada saat setelah pajak bernilai sebesar 19,2%. Dengan jumlah investasi tersebut, jangka waktu yang
diperlukan agar dana yang ditanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya adalah
3,1 tahun dengan kondisi pay back periode sebelum pajak dan 3,4 tahun untuk kondisi pay back
periode setelah pajak. Kondisi investasi tersebut dinilai tidak beresiko tinggi karena menurut Aries &
Newton pay back periode sebelum pajak untuk pabrik, beresiko rendah maksimal 5 tahun.
Dengan jumlah tersebut dapat diketahui juga nilai NPV (Net Present Value) dari suatu pembangunan
pabrik semen, seperti yang terlihat pada Gambar 4.4.
Berdasarkan cash flow diagram di bawah, dengan kurun waktu 20 tahun nilai NPV untuk
pembangunan pabrik semen adalah layak, kelayakan dimulai di tahun ke 4 karena nilai NPV nya tidak
negatif sedangkan pada tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-3 NPV untuk pembangunan pabrik semen
masih belum layak karena NPV bernilai (-).
18
10,000.00
8,000.00
NPV
( Miliar Rupiahs)
6,000.00
4,000.00
2,000.00
0.00
-2,000.00
10
15
20
-4,000.00
-6,000.00
Tahun
Sumber: Hasil Perhitungan, 2013
19
Konsumsi
40.777.867
47.999.892
54.969.479
Produksi
53.010.000
56.796.000
60.569.000
20
6%
5.81%
6.41% 6.24%
7.04% 7.00%
7.42%
5%
4%
Konsumsi
3%
2%
1%
0%
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber:
Sumber:
Pusat
Pembinaan
Sumber
Daya
Investasi-Badan
Pembinaan
Kementerian Pekerjaan Umum, 2012 (http://pusbinsdi.net/semen.php?page=konsumsi), diolah
Konstruksi
21
3%
2.67%
2.62%
3%
3%
2.44%
2.43%
2%
2.36%
Konsumsi Kaltim
2.37%
2%
2%
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber: Hasil Perhitungan, 2013 Menngacu Pada Data Statistik Konsumnen Semen Nasional Pusat Pembinaan
Sumber Daya Investasi-Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum, 2012, diolah
25%
20%
17.71%
15%
10%
14.83%
11.41%
5%
0%
2008
15.53%
16.88%
14.52%
Kaltim
12.22%
9.60%
4.42%
2.57%
-0.19%
2009
2010
2011
2012
Nasional
2013
-5%
Sumber: Hasil Perhitungan, 2013 Menngacu Pada Data Statistik Konsumnen Semen Nasional Pusat Pembinaan Sumber
Daya Investasi-Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum, 2012, diolah
Berdasarkan grafik di atas, angka tersebut diyakini akan terus bertumbuh lebih tinggi seiring dengan
adanya program masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) di
Provinsi Kalimantan Timur.
22
Sumber:
Sumber:
Pusat
Pembinaan
Sumber
Daya
Investasi-Badan
Kementerian Pekerjaan Umum, 2012 (http://pusbinsdi.net/semen.php?page=konsumsi), diolah
Pembinaan
Konstruksi
1.314
Proyeksi
Kebutuhan
(Ton)
1.576,8
203.000
227.360
385.000
431.200
Jumlah
660.136,8
Panjang Jalan
(m)
23
Jumlah Konsumsi
806.866
926.518
924.746
1.068.314
1.170.824
1.469.734
1.717.877
2.007.914
2.346.921
2.743.163
3.206.305
24
BAGIAN 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisis secara keseluruhan, dapat diambil kesimpulan bahwa Kab.Berau
adalah kabupaten yang layak menjadi lokasi pembangunan pabrik semen di Prov.Kalimantan Timur.
Investasi pengembangan pabrik semen tersebut dilakukan khususnya di Kecamatan Biduk-Biduk. Hal
tersebut tentunya didukung oleh hasil analisis yang telah dilakukan. Secara rinci ulasan masingmasing hasil analisis dapat dijelaskan seperti berikut.
5.1.1. Ketersediaan Bahan Baku
Pada pabrik semen, bahan baku yang dibutuhkan dalam proses pembuatannya adalah bahan baku
yang berasal dari batu gamping dan tanah liat. Pada Kab.Berau yang mana terdiri dari 13 Kecamatan,
tidak semua kecamatan memiliki bahan baku tersebut, dari 13 Kecamatan hanya ada 6 Kecamatan
yang memiliki bahan baku batu gamping yakni Kecamatan Biduk-biduk, Kecamatan Batu Putih,
Kecamatan Talisayan, Kecamatan Biatan, Kecamatan Tabalar, dan Kecamatan Sambaliung dengan
rata-rata potensi CaCO3 sebesar 97% sehingga cocok untuk dijadikan sebagai bahan baku pabrik
semen, sedangkan untuk bahan baku tanah liat dari 13 Kecamatan di Kab.Berau, hanya Kecamatan
Biduk-Biduk saja memiliki bahan baku tersebut.
5.1.2. Infrastruktur
Dalam menunjang kegiatan pengembangan investasi pembangunan pabrik semen, tentunya harus
didukung juga dengan keberadaan infrastruktunya baik dari segi sistem jaringan transportasi darat,
udara, sungai, danau & penyeberangan, serta laut. Adapun masing-masing sistem jaringan transportasi
tersebut kedepannya disesuaikan dengan Recana Tata Ruang Wilayah Kab.Berau, dimana masingmasing sistem jaringan transportasi tersebut memiliki rencana pengembangan untuk 20 tahun
mendatang. Selengkapnya dapat dilihat pada uraian berikut ini.
1. Sistem Jaringan Transportasi
A. Sistem Jaringan Transportasi Darat
Berdasarkan RTRW Kab.Berau Tahun 2011-2031 untuk transportasi darat jaringan transportasi
regional Kabupaten Berau akan dibangun ruas jalan yang merupakan bagian Trans Kalimantan
(melalui Batu Putih). Dengan dibangunnya ruas jalan ini, maka akan ada ruas jalan alternatif yang
melayani pergerakan, baik orang maupun barang, keluar dan masuk Kabupaten Berau, selain ruas
jalan yang sudah ada saat ini dan waktu tempuh pun dapat lebih singkat. Selain itu, dilihat dari sudut
pandang perkembangan wilayah, pembangunan ruas jalan ini dapat memacu pertumbuhan daerahdaerah yang dilaluinya, yaitu desa-desa di Kecamatan Talisayan dan Biduk-biduk.
B. Transportasi Udara
Berdasakan RTRWP, rencana pengembangan dalam sistem transportasi udara yaitu:
a. Peningkatan fungsi bandara Kalimarau sebagai bandara pengumpul dengan skala
pelayanan sekunder; dan
b. Pembangunan bandara pengumpan baru di Kecamatan Maratua;
c. Bandara khusus berupa bandara Mangkajang Kecamatan Sambaliung.
25
2.
D. Transportasi Laut
Dalam RTRWP Kalimantan Timur, pelabuhan dengan status sebagai pelabuhan Nasional di
Kalimantan Timur yang menyelenggarakan kegiatan bongkar-muat barang antar pulau adalah
pelabuhan Palaran di Samarinda, Juata di Tarakan, Tanjung Redeb di Kabupaten Berau, Tanjung
Laut dan Lhok Tuan di Bontang, Maloy di Kabupaten Kutai Timur, Tunon Taka di Pulau Nunukan,
Sungai Nyamuk di Pulau Sebatik, Pulau Bunyu di Kabupaten Bulungan, Kuala Samboja, dan Tanjung
Santan di Kabupaten Kutai Kertanegara, dan Pondong di Kabupaten Pasir.
Keberadaan rencana pengembangan Pelabuhan Samudera juga harus diintegrasikan dengan
keberadaan Jalan Trans Kalimantan dengan memberikan akses antara ruas jalan Trans Kalimantan
dengan Lokasi Pelabuhan Samudera. Alternatif yang paling baik adalah membangun jalan
penghubung angkutan laut dan angkutan jalan raya atau sungai, dan menyediakan trayek
moda/kendaraan umum, begitu juga dengan rencana pengembangan bandara sehingga ruas jalan yang
menghubungkan semua pusat kegiatan utama Kabupaten dapat terintegrasi secara efisien dan efektif.
Adapun bentuk tatanan kepelabuhan untuk Kabupaten Berau berdasarkan fungsinya, yaitu:
26
dimiliki adalah milik pabrik itu sendiri. Kebutuhan listrik pada pabrik semen dalam setahun adalah
mencapai 30Mwatt.
5.1.3. Penentuan Lokasi
A. Lokasi Sebaran Batu Kapur
Batu Kapur/Gamping di Kab.Berau Jika dilihat secara lokasi dalam keberadaannya yang luas, lokasi
sebaran batu kapur tersebut ada yang terdapat pada kawasan lindung dan ada yang terdapat pada
kawasan budidaya, untuk kawasan lindung dan lindung geologi karst, sumber daya alam tersebut
jangan sampai dijadikan sebagai bahan baku untuk pabrik semen. Bahan baku pabrik semen akan di
ambil di lokasi-lokasi batu kapur yang bukan termasuk lokasi yang berada atau dekat dengan lindung
dan lindung geologi karst. Kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi batu kapur dan tidak terletak
dengan daerah kawasan lindung dan lindung geologi karst adalah Kecamatan Batu Putih dan
Kecamatan Biduk-Biduk.
B. Lokasi Kelayakan Batu Kapur
Kecamatan yang berpotensi dan berpeluang besar sebagai lokasi pabrik semen adalah Kecamatan
Batu Putih dan Biduk-Biduk. Kecamatan tersebut memiliki batu kapur yang berpotensi menjadi bahan
baku semen dengan kandungan CaCo3 97,01% untuk Kecamatan Biduk-biduk dan CaCo3 97, 73 %
untuk Kecamatan Batu Putih dengan masing-masing lokasi yang tidak berada di kawasan lindung dan
lindung geologi karst.
Melihat potensi dari 2 Kecamatan tersebut, Kecamatan di Kabupaten Berau yang paling cocok untuk
dijadikan lokasi dari pabrik semen adalah Kecamatan Biduk-Biduk, hal ini disebabkan oleh
Kecamatan Biduk-Biduk yang memiliki potensi batu gamping dan tanah liat yang besar dan lokasinya
tersebut berada dekat sungai yang termasuk ke dalam Daerah Aliran Sungai (Dumariang), karena
pabrik semen keberadaannya akan sangat membutuhkan pasokan air besar. Disamping itu,
Kec.Biduk-Biduk merupakan Kecamatan yang memiliki Wlayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
dan kecamatan tersebut juga telah di plot sebagai Kawasan Industri di dalam Rencana Pola Ruang
Kab.Berau, sehingga keberadaan Pabrik Semen akan sangat cocok diletakkan di Kec.Biduk-Biduk.
Selain karena hal tersebut, Kecamatan Biduk-Biduk dari segi infrastruktur memiliki jaringan
transportasi darat dan laut yakni terminal dan pelabuhan lokal sehingga untuk masalah bongkar muat
barang untuk melakukan ekspor dapat dengan mudah dilakukan.
5.1.4. Kelayakan
A.Sosial
Dengan adanya pengembangan investasi pembangunan pabrik semen di Kab.Berau tentunya hal
tersebut berpengaruh kepada kondisi sosial disekitarnya. Adapun kondisi sosial yang dimaksud adalah
terkait tenaga kerja, dengan adanya investasi pembangunan pabrik semen ini tentunya akan menyerap
tenaga kerja di Kab.Berau. Melihat kondisi Kab.Berau yang pada saat tahun 2011 memiliki 8,21%
pengangguran terbuka, diharapkan dengan adanya investasi pembangunan pabrik semen ini angka
pengangguran menjadi berkurang karena pabrik semen tentunya membutuhkan tenaga kerja baik pada
saat pembangunan maupun pada saat operasional packing plant. Pada saat pembangunan pabrik,
tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sebanyak 3.000 orang dan pada saat operational packing plan,
tenaga kerja yang dibutuhkan mencapai 306 orang.
27
B. Ekonomi
Pada kelayakan ekonomi, dilihat dari sisi pengeluaran terdiri atas direct manufacturing cost, indirect
manufacturing cost dan fixed manufacturing cost. Total produksi untuk pengoperasian pabrik semen
adalah sebesar Rp.2,432,731,953,507.
C. Investasi
Besaran investasi (fixed capital investment) untuk pabrik semen adalah sebesar
Rp.3,167,936,325,034.50. Dengan investasi sebesar itu maka return on investment pada saat
sebelum pajak bernilai 22,6% dan pada saat setelah pajak bernilai sebesar 19,2%.
Dengan jumlah investasi tersebut, jangka waktu yang diperlukan agar dana yang ditanam pada
suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya adalah 3,1 tahun dengan kondisi pay back
periode sebelum pajak dan 3,4 tahun untuk kondisi pay back periode setelah pajak. Kondisi
investasi tersebut dinilai tidak beresiko tinggi karena menurut Aries & Newton pay back periode
sebelum pajak untuk pabrik, beresiko rendah maksimal 5 tahun.
Break Event Point (BEP) untuk pembangunan pabrik semen adalah sebesar 50,70%
Discounted Cash Flow Rate Of Return (DCF) atau IRR Pabrik Semen adalah sebesar 35,15%
Nilai NPV berdasarkan cash flow diagram dalam kurun waktu 20 tahun, beradadi posisi layak
pada tahun ke-4, karena tidak bernilai negatif, sedangkan pada tahun ke-1 sampai dengan
tahun ke-3 nilai NPV negatif, yang artinya masih belum layak.
D. Lingkungan Hidup
Dalam membangun pabrik semen terdapat beberapa pertimbangan-pertimbangan pengelolaan
lingkungan hidup, yaitu:
1. Emisi Udara: Tingkat emisi maksimum 50 miligram per meter kubik normal (mg/Mn3) dengan
maksimal 0,2 kg/t klinker
2. Limbah Cair: Kadar dalam limbah maksimum 50 miligram per liter (mg/1)
3. Batas Kebisingan: Kebisingan harus mencapai tingkat kebisingan yang diperbolehkan maksimal
tingkat kebisingan 80 dB (A) sampai 112 Pa
4. Kebutuhan Air: Kebutuhan air untuk pabrik semen modern akan menjadi sekitar 100.000 m3/tahun,
atau 40 m3/jam.
5. Limbah Padat: Limbah padat yang dihasilkan hanya berupa debu, yang ditangani dengan dan
hasilnya akan dikembalikan sebagai feed untuk klin
6. Gangguan Pada Habitat & Vegetasi: Pembukaan kembali hutan untuk operasi pertambangan
quarry, akses jalan dan konstruksi pabrik, gangguan lingkungan pesisir untuk operasi jetty, dll.
Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan yang telah disebutkan di atas, diharapkan pembangunan
pabrik semen akan meminimalisir dampak-dampak yang yang akan ditimbulkan oleh pembangunan
tersebut sehingga tidak merusak lingkungan di sekitarnya.
5.1.5. Peluang Pasar
Peluang pasar merupakan proses riset terhadap faktor-faktor lingkungan eksternal yang
mempengaruhi kegiatan usaha suatu perusahaan. Dalam konteks pengembangan investasi pabrik
semen, analisa peluang pasar bertujuan untuk mengetahui pangsa pasar di Provinsi Kalimantan Timur
dengan melihat konsumsi (demand) terhadap semen baik secara level makro dalam arti nasional
maupun level mikro yakni level kabupaten dan melihat juga dari sisi supply atau produksinya.
28
Berdasarkan hasil analisis, rate pertumbuhan konsumsi semen di Prov.Kaltim pada tahun 2011-2012
adalah 25,53% dan 2012-2013 adalah 16,88%, angka tersebut telah melampaui pertumbuhan
konsumsi semen nasional yaitu 14,52% dan 12,22%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
penggunaan semen di Prov.Kalimantan Timur berada di atas rata-rata pertumbuhan semen secara
nasional. Diketahui bahwa Prov. Kalimantan Timur pada tahun 2012 mengonsumsi semen sebanyak
1.469.734 ton, dimana setara dengan 36,04% dari total regional (Provinsi Kalimantan). Adapun
konsumsi semen dapat dipandang menjadi 2 bagian yakni konsumsi semen oleh masyarakat maupun
konsumsi semen oleh Pemerintah.
Konsumsi semen di Kalimantan Timur pada triwulan III-2009 mencapai 227,7 ribu ton, mengalami
pertumbuhan sebesar 15,99%. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh masih cukup tingginya permintaan
masyarakat akan tempat tinggal/rumah sedangkan untuk konsumsi semen oleh pemerintah, tentunya
hal tersebut berkaitan dengan adanya beberapa pembangunan yang akan diselenggarakan di Kaltim.
Pada tahun-tahun mendatang, konsumsi semen di Provinsi Kalimantan Timur akan sangat meningkat,
hal ini disebabkan oleh proyek-proyek pembangunan yang akan diselenggarakan di wilayah tersebut,
salah satunya yakni proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Tahun 2011-2025. Seperti diketahui bahwa minimal pembangunan pabrik semen yaitu dengan jumlah
permintaan pasar sebesar 3 jt ton/tahun. Berdasarkan tahun proyeksi, pada tahun 2017, kebutuhan
semen di Prov.Kalimantan Timur akan mencapai sebesar 3.206.305 ton. Angka tersebut
memperlihatkan bahwa kebutuhan minimal jumlah permintaan pasar terhadap pembangunan pabrik
semen terpenuhi.
5.2. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan masing-masing analisis yang telah disampaikan di atas, maka rekomendasi
yang perlu dilakukan terkait adanya pengembangan investasi pembangunan pabrik semen di
Kab.Berau adalah sebagai berikut.
1. Lokasi
Terkait lokasi sebaran batu gamping yang berada di kawasan lindung, lindung geologi karst,
dan kawasan budidaya, maka untuk keberadaan lokasi pabrik semen, diharuskan untuk tidak
berlokasi di daerah kawasan lindung dan lindung geologi karst.
2. Infrastruktur
Infrastruktur guna mendukung keberadaan pabrik semen adalah infrastruktur yang dapat
menunjang kegiatan pabrik semen baik kegiatan bongkar muat atau kegiatan ekspor ke
daerah-daerah lain, sehingga keberadaan sistem transportasi darat, udara, sungai &
penyeberangan, serta laut otomatis harus mendukung kegiatan tersebut.
3. Aspek Lingkungan
Pembangunan suatu pabrik pada suatu kawasan tidak terlepas dari akan adanya dampak yang
terjadi khususnya dampak lingkungan, tentunya dalam pembangunan suatu pabrik diperlukan
suatu kajian AMDAL guna mendapatkan gambaran mengenai dampaknya suatu pabrik
terhadap lingkungan sekitar dan dapat diketahui cara yang tepat untuk meminimalisir dampak
yang akan mengenai lingkungan tersebut.
29