TINJAUAN UMUM
2.1 Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Pabrik
Puspiptek didirikan pada tahun 1976 atas gagasan Menteri Riset Republik
Indonesia, saat itu, yakni Prof.Dr.Sumitro Djojohadikusumo dan pelaksanaanya
direalisasikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi RI Prof. Dr.-Ing.
B.J. Habibie. Dengan tujuan untuk mendukung proses industrialisasi di Indonesia
maka Puspiptek dirancang untuk menjadi kawasan yang mensinergikan SDM
terdidik dan terlatih, peralatan penelitian dan pelayanan teknis yang paling
lengkap di Indonesia serta teknologi dan keahlian yanq telah terakumulasikan
selama lebih dari seperempat abad.
LIPI
Pusat Penelitian Fisika.
Pusat Penelitian Kimia.
Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian.
Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi.
Pusat Penelitian Metalurgi.
BATAN
BPPT
Pusarpedal
BIDANG
KEAMANAN DAN
DAN
BIDANG KEAMANAN
KESELEMATAN
KESELEMATAN
SUBBID
SUBBID
MANAJEMEN
MANAJEMEN
SARANA
SARANA
KAWASAN
KAWASAN
SUBBID
SUBBID
SARANA
SARANA
TEKNIS
TEKNIS
SUBBID
SUBBID
MANAJEMEN
MANAJEMEN
KEAMANAN
KEAMANAN DAN
DAN
KESELAMATAN
KESELAMATAN
SUBBID
SUBBID KEAMANAN
KEAMANAN
SUBBID
SUBBID
SARANA
SARANA
PENUNJANG
PENUNJANG
SUBBID
SUBBID
KESELAMATAN
KESELAMATAN
BIDANG
BIDANG KERJASAMA
KERJASAMA
DAN BISNIS
BISNIS TEKNOLOGI
DAN
TEKNOLOGI
SUBBID
SUBBID
PROMOSI DAN
DAN
PROMOSI
KERJASAMA
KERJASAMA
SUBBID
SUBBID
BISNIS TEKNOLOGI
TEKNOLOGI
BISNIS
SUBBID
DATA DAN
DAN
SUBBID DATA
INFORMASI
INFORMASI
PENGENALAN PUSPIPTEK
a)
MENGENAI PUSPIPTEK
1.
LIPI
a.
b.
c.
d.
e.
2.
BATAN
3.
BPPT
4.
Pusarpedal
b)
SEJARAH
Puspiptek didirikan pada tahun 1976 atas gagasan Menteri Riset Republik
Indonesia, saat itu, yakni Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo dan pelaksananya
direalisasikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi RI Prof. Dr. Ing B.J
Habibie.
c)
PROFIL MENRISTEK
KUNJUNGAN KE BPT
Teknologi (BPPT) dan merupakan salah satu lembaga penelitian terlengkap dan
termodern di Indonesia.
Tugas Pokok dan Fungsi BPT
1.
2.
Fungsi BPT
a. Mengkaji, menrapkan, dan mengupayakan alih teknologi bidang
bioteknologi industri dan pertanian sesuai dengan kepentingan nasional
b. Mengkaji dan menerapkan bioteknologi baik yang konvensional maupun
yang maju untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomis
yang tinggi.
c. Mengkaji dan menerapkan biotekinologi rekayasa genetika untuk
meningkatkan produktifitas bioindustri dan kualitas tanaman.
d. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatiahan tenaga ahli.
b)
BIOTEKNOLOGI
1.
Pendahuluan
Macam-macam Bioteknologi
(1)
Bioteknologi Konvensional
Bioteknologi sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
Penggunaan bioteknologi pada masa lampau dikenal sebagai bioteknologi
konvensional. Bioteknologi konvensional meliputi meliputi bioteknologi yang
sudah lazim dan kuno.
Pemanfaatan mikrob dalam biotenologi juga digunakan untk membantu
proses mempelambat pembusukan pada makanan. Perlu diketahui, yogurt, keju,
bir, kecap, dan cuka merupakanproduk makanan dan minuman yang melibatkan
mikrob sehigga lebih resisten terhadap kerusakan dibandingkan dengan makanan
yang tidak diproses. Contoh mikrob tersebut adalah jamur (Penicillium roqueforti)
dan bateri (Propioni bacterium). Penicillium roqueforti dapat memberi rasa dan
aroma pada keju roquefort , sedang Propioni bacterium dapat mempengaruhi
tekstur pada keju swiss sehingga terbentuk lubang-lubang sebagai akibat
terperangkapnya .
CONTOH APLIKASI BIOTEKNOLOGI KLASIK
Kegunaan/Produk
Keju Jamur atau bakteri memasakkan dadih susu, mikrob memberikan cita rasa
yang khas pada keju
Fermentasi Ragi memfermentasikan gula menjadi alkhohol, menghasilkan
minuman anggur (wine) atau bir, bakteri memfermentasikan jus buah menjadi
asam asetat (cuka)
Yogurt Fermentasi yang hasilnya diproduk oleh pertumbuhan bakteri di dalam
susu skim memberikan tekstur dan cita rasa yang khas
Kecap Bakteri dan jamur memfermentasi kedelai dan dadih kedelai
Bahan bakar Ganggang chlorella mengubah sampah menjadi minyak yang mudah
sekali terbakar
Beberapa bioteknologi konvensional yang memanfaatkan jasa dari mikrob:
(a) Mikrob dapat mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain
Bakteri, virus, jamur, dan ganggang dikenal memiliki kemampua untuk
mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain. Hal tersebut dapat dilakukan
melalui proses fermetasi (aktivitas anaerobik). Dalam industri fermentasi, mikrob
tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya, membuat bir,
keju, mentega, tempe, oncom, tapai, dan makanan lainnya.
(b)
(c)
(2)
(e)
(f)
Bioteknologi modern
Pengertian
(i)
Rekayasa genetika
(i)
Bidang Pertanian
1.
2.
3.
Totipotensi
a.
Totipotensi
Kultur Jaringan
Pembuatan media
Inisiasi
Sterilisasi
iv.
Multiplikasi
Pengakaran
Aklimatisasi
Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif
lebih cepat (dari satu tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan
minimal 10000 planlet/bibit)
Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan
lingkungan lainnya
(ii)
Bidang Lingkungan
(iii)
Bioteknologi kedokteran
1.
Produk insulin
2.
Puspiptek didirikan pada tahun 1976 atas gagasan Menteri Riset Republik
Indonesia, saat itu, yakni Prof.Dr.Sumitro Djojohadikusumo dan pelaksanaanya
direalisasikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi RI Prof. Dr.-Ing. B.J.
Habibie. [spoiler=Prof.Dr.Sumitro Djojohadikusumo]
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) adalah nama
Kawasan Riset Terbesar di Indonesia yang dikenal sebagai Kawasan Puspiptek.
Kawasan Puspiptek terletak di Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten menempati
areal seluas sekitar 660 hektar, terdiri dari dua lokasi utama: Laboratorium, Kebun
Propinsi dan Kompleks Perumahan Puspiptek. Institusi-institusi yang berlokasi di
Puspiptek dan lembaga risetnya antara lain:
* LIPI
o Pusat Penelitian Fisika
o Pusat Penelitian Kimia
o Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian
o Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi
o Pusat Penelitian Metalurgi
* BATAN
* BPPT
* Pusarpedal
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (disingkat LIPI) merupakan
Lembaga Pemerintah Non Departemen Republik Indonesia yang dikoordinasikan
oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi. [spoiler=sejarah LIPI]Kegiatan
ilmiah di Indonesia dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius, yang
mempelajari flora Indonesia dan Rompiusdengan karyanya yang terkenal berjudul
Herbarium Amboinese. Pada akhir abad ke-18 dibentuk Bataviaasch Genotschap
susunan organisasi LIPI sesuai dengan tahap dan arah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka Keppres no. 128 tahun 1967, tanggal 23
Agustus 1967 diubah dengan Keppres no. 43 tahun 1985, dan dalam rangka
penyempurnaan lebih lanjut, tanggal 13 Januari 1986 ditetpkan Keppres no. 1
tahun 1986 tentang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan terakhir dengan
Keppres no. 103 tahun
Spoiler for PUSAT PENELITIAN FISIKA
Pusat Penelitian Fisika adalah nama baru dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Fisika Terapan (P3FT) yang sebelumnya merupakan perubahan
dari Lembaga Fisika Nasional (LFN) berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 1
tanggal 13 Januari 1986. Lembaga ini merupakan salah satu Pusat Penelitian
dibawah naungan Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). Tujuan dan lingkup Puslit Fisika diarahkan pada usaha untuk
mendukung pembangunan nasional melalui riset pengembangan sumber daya
alam, terutama yang terkait dengan ilmu fisika, menuju Indonesia sebagai negara
industri.
Spoiler for BATAN
Badan Tenaga Nuklir Nasional, disingkat BATAN, adalah Lembaga
Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan tenaga
nuklir. Kepala BATAN sejak 5 Juli 2002 adalah Dr. Soedyartono Soentono, M.Sc.
yang menggantikan Ir. Ijos R Subki, M.Sc. Kepala Batan saat ini sdh dijabat Dr.
Hudi Hastowo
BATAN mengoperasikan 3 buah reaktor nuklir di Indonesia, 2 buah
reaktor Triga mark II dan sebuah reaktor nuklir 30 MW di Serpong.
Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia
diawali dari pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet tahun
1954. Panitia Negara tersebut mempunyai tugas melakukan penyelidikan terhadap
kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di lautan
Pasifik.
Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan
tenaga atom bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah
No. 65 tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga
Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi
Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5
1956.
Pendirian pabrik ini bertujuan untuk memproduksi botol gelas dan gelas
minum serta sekaligus untuk mendidik putera-puteri negeri ini untuk menyerap
Transfer of Knowledge untuk pembuatan gelas dengan komposisi sesuai
ketentuan International Glass Standard dengan melalui tahapan teknologi
Batching Mixing Forming Printing.
Pembangunan pabrik dimulai tahun 1956 dan selesai seluruhnya tahun
1959 untuk Furnace I (SB-1) dan Furnace II (SB-2) diselesaikan pada tahun 1960.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 38 tahun 1978,
maka sejak tahun 1979 bentuk usaha yang semula Perusahaan Negara (PN.
IGLAS) dilaihkan menjadi PT. IGLAS (Persero) hingga sekarang.
Pada tahun 1994 PT. IGLAS (Persero) mempersiapkan lahan seluas 15
(lima belas) hektare untuk merelokasi pabrik Surabaya ke kawasan Gresik, dan
pada tahun 1997 telah selesai pembangunan pabrik Gresik beroperasi dengan 2
(dua) Furnace G-1 & G-2 serta 6 (enam) mesin cetak botol gelas hingga sekarang.
Berdasarkan Master Plan Kota Surabaya pada tahun 2000 semua pabrik
yang lokasinya terletak di dalam kota diperintahkan harus pindah, namun dengan
adanya kebijakan Otonomi Daerah, PT. IGLAS (Persero) yang pabriknya berada
di Jl. Ngagel 153 Surabaya oleh Pemerintah Kota Surabaya disarankan untuk
dibatalkan rencana relokasinya ke Gresik dengan alasan untuk menambah PAD
Kota Surabaya.
Dan akhirnya PT. IGLAS (Persero) mengopeasikan pabriknya di 2 (dua)
kota, Surabaya dan Gresik hingga sekarang.
Sejarah singkat dari PT IGLAS :
ton/hari
Tahun 1961, status berubah menjadi Perusahaan Negara IGLAS (PN
IGLAS)
Tahun 1979, status berubah menjadi PT IGLAS (Persero)
Kapasitas menjadi 465 ton /hari pabrik Surabaya dan Gresik
warna produk :
Flint
Hijau (emerald green)
Coklat (amber)
Dan juga PT IGLAS bertujuan utnuk memenuhi kebutuhan botol
minuman, makanan dan farmasi.
Visi dan Misi PT Iglas Persero
2.2.2
(a)
(b)
Gambar 2.1 (a) Pabrik Surabaya 1,2 ha (b) Pabrik Gresik 14,5 ha
Dep. Logistik
SPI Dep. Produk Distribusi
Gambar
2.2
: Modul Training Pengenalan Unit Bisnis PT IGLAS
, 2010
2.2.3
perusahaan,
semakin
besar
perusahaan
tersebut
semakin
kompleks
Dep. Tekn
Gambar 2.3 Bagan Struktur Organisasi PT. Iglas ( Persero ) Gresik, Surabaya
PT. Iglas ( Persero ) Gresik, Surabaya secara struktural puncak
pimpinannya dipegang oleh seorang direktur yang dibantu oleh komisaris
perusahaan dan bagian bagian kepala departemen perusahaan.
Cullet / Beling
Cullet merupakan pecahan gelas atau produk gelas yang tidak
Cutting Yield
berlebihan
(>65%)
akan
meningkatkan
sand merupakan
sumber terbesar
sumber
dalam
utama
penghasil
pembuatan
gelas
SiO 2 dan
atau
kaca. Di
Ash
merupakan sumber
Na 2O
yang
berfungsi
untuk
mempercepat peleburan bahan baku. Fungsi dari Soda Ash adalah untuk
menurunkan
temperature
devitrifikasi dan
untuk
mempermudah
proses refining. Bentuk dari soda ash ini adalah serbuk dan berwarna
putih.
4
sumber
kalsium untuk
mempercepat
pembentukan
gelas.
Bentuk
dan
Gresik.
diperoleh
mineral
di
alam,
daerah
Tuban
sumber
CaO
dan
Mg.
Penyiapan Bahan
Bahan-bahan untuk pembuatan gelas, sebelum diolah biasanya perlu
dibersihkan atau dimurnikan sehingga tidak mengandung bahan asing yang dapat
mengganggu dalam proses atau mutu gelasnya. Bahan-bahan untuk pembuatan
gelas, sebelum diolah biasanya perlu dibersihkan atau dimurnikan sehingga tidak
mengandung bahan asing yang dapat menggangu. Dalam proses dan mutu
gelasnya.
Bahan untuk gelas biasanya mengandung besi yang rendah (biasanya
kurang dari 0,5%) agar gelas yang dibuat berwarna bening cerah. Besi akan
menyebabkan warna gelas berwarna hijau. Bahan- bahan setelah digiling halus
dan dicampur menurut perbandingan sesuai menurut gelas yang akan dibuat,
dilebur dalam tungku peleburan. Bahan baku yang digunakan SiO 2 yang berkadar
silika tinggi, sebagai sumber Na2O dipakai soda abu atau Natrium Karbonat.
Sebagai sumber CaO atau MgO dipakai batu kapur atau batu kapur Dolomit.
Sebagai sumber Al2O3 dipakai feldspar di mana di dalamnya terdapat Na 2O atau
K2O. Bahan baku ditimbang sesuai komposisi kemudian diaduk di dalam mixer.
b
P
WEIGHING
MIXING
Pembentukan
Pembentukan gelas pada PT. IGLAS merupakan jenis gelas yang bermulut
kecil, pencetakan dilakukan dengan pencetakan. Pada proses floating massa gelas
dialirkan melaluli rol penggilas untuk membentuk dan ketebalannya diatur
menurut yang telah dikehendaki. Hasil gilasan yang biasanya memiliki lebar
tertentu kemudian dipotong-potong.
Gambar 2.10 Gelas cair mengalir dalam saluran Forehearth sambil dipanasi atau
didinginkan untuk mendapatkan gelas dengan temperatur tertentu dan homogen.
Annealing
Annealing adalah suatu proses dimana benda gelas yang telah dibentuk,
perlu dipanasi pada suhu kurang lebih 500 atau 600oC, dan suhu diturunkan secara
mendingin di udara biasa, umumnya akan mudah pecah, akibat perubahan kejutan
suhu.
Dengan dilakukan proses annealing ini, keburukan tadi dapat dihindari. Makin
lama penurunan suhu kurang dari 600oC sampai suhu udara biasa, maka ketahanan
gelas terhadap perubahan suhu semakin baik. Dalam pabrik pembuatan botol ini
ruang annealing terpisah dari ruang peleburan.
Silo
Alat ini sebagai alat penampung dan pencampur bahan baku sebelum
dilebur ke dapur peleburan.
Tanur/Dapur (Furnace)
Berfungsi sebagai tempat untuk melebur bahan baku dan dilelehkan
menjadi cairan gelas (melting glass)
Mesin Pencetak (Forming), terdiri dari 5 buah mesin IS-Emhart Bahan gelas
yang telah cair kemudian dialirkan dan dibentuk menjadi potongan botol
sesuai dengan bentuk yang dikehendaki melalui mesin pembentuk dengan
cetakan (moulds)
Proses Sortir (Select)
Setelah terbentuk menjadi botol seperti yang dikehendaki, botol botol yang
telah jadi melewati tempat pendinginan (anneal ngiehr) dan selanjutnya botol
keluar diperiksa mutunya. Proses sortir bertujuan memindahkan botol yang
memenuhi kualitas dengan yang cacat (re ec ) Botol yang tidak memenuhi
standar mutu akan didaur ulang sebagai bahan baku beling (cul e ) botol-
botol polos yang tidak memerlukan proses ACL langsung dikemas dan
dikirim.
5
Dapur G-1, terletak di Gresik dengan kapasitas 200 ton per day. Dalam
dapur
ini terdapat 3 forming machine. Sejak tahun 2006, dapur ini sudah
Hingga saat ini, kapasitas produksi PT. IGLAS (Persero) hanya 265 ton per day.
2.2.4.4 Produk
PT. IGLAS (persero) memproduksi botol sesuai desain pesanan customer.
PT. IGLAS memproduksi kemasan gelas untuk berbagai keperluan industri seperti
farmasi, minuman ringan, minuman beralkohol dan kosmetika.
Kemas gelas dengan 3 (tiga) warna:
1
2
3
Bening (Flint)
Coklat (Amber)
Hijau UVA (UVA Green)
Selain itu Iglas juga mempunyai unit produk plastik yang mampu
memproduksi barang-barang berbahan baku plastik, baik berupa kemasan maupun
produk khusus/premium lainnya. Kami juga memberikan jasa desain produk
plastik maupun mold produk plastik. Mempertahankan kepuasan pelanggan
pertumbuhan
jangka
panjang.
Kegiatan
penelitian
dan
Pengembangan Produk
Pengembangan Kemasan
Pengembangan Bahan Baku
Pengembangan Bahan Bakar
b)
Laboratorium QC
Laboratorium pengendalian mutu merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses industri gelas atau kaca. Di Laboratorium ini dilakukan
pemeriksaan terhadap mutu produk, apakah produk tersebut layak untuk
dipasarkan atau tidak. Pemeriksaan terhadap mutu atau kualitas gelas tergantung
pada model dan bentuk, persyaratan-persyaratan yang diminta oleh customer,
kemampuan produksi. Pemeriksaan terhadap mutu atau kualitas gelas atau
kaca meliputi 2 hal, yaitu :
1
bengkok.
Mechanical defect (cacat yang berhubungan dengan kekuatan
PENGEMASAN
GUDANG
SHRINK WRAP
DELIVERY
Gambar 2.13 Proses Akhir Produksi
90 hektar. Saat ini PT.ASC adalah pabrik Chlor Alkali-Vinyl Chloride terpadu
terbesar di Asia Tenggara.
Beberapa bahan kimia dasar yang diproduksi seperti Caustic soda (NaOH),
Ethylene Dichloride (EDC), Vinyl Chloride Monomer (VCM), Polyvinyl Chloride
(PVC), Hydrochloride Acid (HCI), dan Sodium Hypochlorite (NaClO) banyak
dimanfaatkan oleh kalangan industri hilir. Produk-produk ini merupakan bahan
baku penting bagi sejumlah sektor industri di Indonesia.
Penyertaan modal PT. ASC dibentuk dengan komposisi kepemilikan
modal awal sebagai berikut:
1. Asahi Glass Co.Ltd (Jepang) sebesar 52,5%
2. Mitsubishi Corporation (Jepang) sebesar 11,5%
3. PT. Rodamas Co.Ltd, (Indonesia) sebesar 18%.
4. Ableman Finance Ltd di British (Virgin Island) sebesar 18%
PT. ASC berkantor pusat di Summitmas Tower I lt.9, Jl. Jend. Sudirman
Kav.61-62, Jakarta Selatan, sementara pabriknya terletak di kawasan Krakatau
Industrial Estate Cilegon (KIEC), Jl Raya Anyer Km.122 Cilegon 42447, Banten.
Beroperasi selama 24 jam sehari, PT. ASC memperkerjakan lebih dari
seribu orang karyawan yang mayoritas berasal dari lingkungan sekitar perusahaan,
termasuk dari daerah Cilegon dan Serang, Banten. Hal ini dimaksudkan sebagai
upaya mewujudkan kepedulian sosial terhadap lingkungan masyarakat secara
terus menerus, di samping menjalankan program padat karya, pembangunan
puskesmas, pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi, dan menyediakan
kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil, dll.
Di bidang mutu PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 9001, sedangkan di
bidang lingkungan PT. ASC telah meraih sertifikat ISO 14001, dan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja PT. ASC juga telah meraih sertifikat OHSAS
18001 serta menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3). Semua pencapaian ini
membuktikan
komitmen
PT. ASC
terhadap
kualitas
produknya
demi
dan
tata
letak
pabrik
merupakan
faktor
yang
harus
dipertimbangkan dalam membangun sebuah pabrik. Pabrik harus strategis dan hal
tersebut bergantung pada ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, ketersediaan
energi dan utilitas serta kemudahan sarana transportasi.
a. Lokasi Pabrik
PT Asahimas Chemical merupakan industri kimia terintegrasi pertama di
Indonesia. Kantor pusat PT ASC terletak di Summitmas Tower lantai 9, Jalan
Jendral Sudirman Kavling 61-62 Jakarta sedangkan lokasi pabrik seluas 90 Ha
terletak pada Desa Gunung Sugih, Jalan Gunung Anyer Km 122, Kawasan
industri Cilegon, Banten.
Lokasi pabrik PT Asahimas Chemical yang sangat strategis dipilih
berdasarkan pertimbangan:
Ketersediaan bahan baku
Etilen sebagai bahan baku utama PT ASC diperoleh dari PT Chandra Asri
yang berlokasi tepat di depan PT ASC.
Tenaga Kerja
Kawasan industri Cilegon terletak di daerah Banten sehingga kebutuhan
tenaga kerja bisa diperoleh dari warga sekitar baik tenaga ahli maupun
non-ahli.
Ketersediaan energi dan utilitas
Persediaan air industri untuk PT ASC didapat dari PT Krakatau Tirta
Industri yang letaknya tidak jauh dari pabrik ASC. Lokasi pabrik ASC
yang berbatasan dengan laut memudahkan didapatnya air pendingin yang
menggunakan air laut. Kebutuhan listrik ASC disuplai oleh PLN, stasiun
Sebelah selatan
Sebelah barat
: Selat Sunda
Sebelah timur
dan Umum (SP-KEP Unit Kerja PT. ASC) membuat kesepakatan bersama yang
menghasilkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Beberapa Ketentuan Pokok yang diatur antara lain:
a) Hubungan Kerja
b) Hari Kerja, Jam Kerja dan Jam Istirahat
Tabel I.1 Jadwal Jam Kerja Karyawan PT Asahimas Chemical
Kelompok Kerja
Hari Kerja
Jam Kerja
Karyawan Daily
Senin - Jumat
Karyawan Shift
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
2.3.4
Perjalanan Dinas
Sistem Pengupahan
Pemeliharaan Kesehatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jaminan Sosial Dan Kesejahteraan
Pendidikan Dan Latihan
Tata Tertib Kerja
dll. yang berhubungan dengan hak dan kewajiban bekerja.
Ruang Lingkup Usaha
berikut :
Energi Listrik
Sumber energi listrik PT Asahimas Chemical berasal dari PLTU
Suralaya, Merak yang disalurkan melalui stasiun penerimaan khusus
yang dibangun di bagian depan area PT Asahimas Chemical. Jumlah
listrik yang dibeli adalah 152 MVA. Energi listrik merupakan bahan
baku yang sangat penting untuk kelangsungan proses elektrolisis pada
Chlor/Alkali plant. Sisa energi listrik digunakan untuk kebutuhan
kantor.
Etilen
Sumber etilen PT Asahimas Chemical berasal dari Timur Tengah dan
PT Chandra Asri Petrochemical Center (CAPC, Cilegon) dengan
kapasitas 78.500 ton/tahun. Etilen dari Timur Tengah diangkut
menggunakan kapal laut dan proses transfer akan dilakukan pada jetty
sedangkan etilen dari PT CAPC dialirkan melalui pipa berisolasi
sangat tebal. Seluruh etilen disimpan pada tangki storage khusus yang
dirancang mampu menahan tekanan tinggi dan panas penguapan dari
lingkungan agar etilen tetap berada pada fasa liquid. Storage tank
2.
Etilen
Etilen merupakan bahan baku utama plant VCM-1 yang dibeli dari Timur
Tengah dan PT CAPC. Kebutuhan etilen untuk plant ini sebanyak 78.500
ton/tahun. Kemurnian etilen sebesar 99,9%. Etilen disimpan pada temperatur
-103C dan tekanan <1000 mmH2O untuk menjaganya tetap pada fasa cair. Etilen
merupakan umpan reaktor pada OHC-EDC plant dan LP-EDC plant dan bereaksi
membentuk EDC. Konsumsi EDC pada OHC-EDC plant sebanyak 1300-1800
Nm3/jam sedangkan pada LP-EDC plant sebanyak 3500-5500 Nm3/jam.
Spesifikasi etilen yang dibutuhkan sebagai bahan baku yaitu :
5000 Nm3/jam. Kemurnian yang dibutuhkan minimal 98,3%. Gas klorin disimpan
pada tekanan 3 kg/cm2G dan pada temperatur lingkungan. Klorin dibutuhkan
sebagai umpan LP-EDC plant. Spesifikasi klorin yang dibutuhkan sebagai bahan
baku yaitu :
1000 Nm3/jam. Kemurnian dari gas oksigen adalah 99,56%. Oksigen ditampung
pada vessel dengan tekanan 6,5 kg/cm2G dan temperatur minimal 15oC
maksimum 130oC. Spesifikasi oksigen yang dibutuhkan adalah kandungan
maksimum nitrogen 0,5%. Oksigen dibutuhkan sebagai OHC-EDC plant.
3.
: Ethylene System
b. Seksi 2200
Plant
c. Seksi 2300
d. Seksi 2400
e. Seksi 2500
f. Seksi 8100
: Incinerator
g. Seksi 8200
berbentuk anular dimana di antara diameter dalam dan diameter luar ditempatkan
isolasi berupa pearlite (CaCO3). Pearlite harus diganti 10 tahun sekali/ direngkah
kembali karena dalam jangka waktu tertentu pearlite akan memadat dan
mengendap sehingga bagian atas tangki tidak terisolasi. Tangki penyimpanan
etilen pada VCM-1 plant terhubung dengan tangki penyimpanan etilen pada
VCM-2 plant. Jika tangki sedang dikosongkan, etilen yang digunakan pada VCM1 plant akan akan diambil dari storage VCM-2 plant.
Etilen pada storage dipompakan menggunakan pompa yang memiliki tiga
belas impeller agar etilen bertekanan tinggi ( 40kG). Tekanan tinggi ini berguna
sebagai driving force ejektor pada plant OHC-EDC. Pada keluaran pompa
dipasang flow indicator control yang akan terbuka pada saat supply etilen sedikit
(minimal 11 m3) sehingga etilen akan dikembalikan ke storage tank untuk
mencegah agar pompa tidak rusak.
2
Brine System
Temperatur rendah etilen bisa dimanfaatkan sebagai media pendingin pada
brine system. Etilen akan dilewatkan pada heat exchanger-A pada sisi tube
sedangkan freon pada sisi shell sebagai penerima dingin. Pada heat exchanger-B,
freon akan dialirkan pada sisi shell dan brine pada sisi tube. Freon bisa mengalir
tanpa driving force karena adanya perbedaan temperatur freon akan menguap
pada heat exchanger-B dan mengalami pendinginan pada heat exchanger-A.
Freon dibutuhkan pada brine system karena etilen tidak memungkinkan
untuk dikontakkan langsung dengan brine; Jika brine yang berupa campuran 50%
etilen glikol dan 50% air dikontakkan langsung dengan etilen, brine akan
membeku sehingga tidak bisa mengalir. Brine akan ditampung pada satu storage
tank yang dihubungkan dengan dua pompa, satu pompa untuk memompakan
brine bertemperatur 2oC ke heat exchanger pada OHC-EDC plant sedangkan
pompa yang lainnya akan memompakan brine bertemperatur -16oC ke heat
exchanger-B. Keluaran heat exchanger-B juga digunakan sebagai pendingin pada
heat exchanger yang terdapat pada LP-EDC plant dan VCM plant.
brine system tetapi menuju heat exchanger yang berfungsi sebagai preheater.
Keluaran heat exchanger bertekanan 32,5 kG dan memiliki 2 jalur. Jalur pertama
akan mengalirkan etilen menuju PIC yang akan menurunkan tekanan menjadi 3,5
kG. Setelah itu, etilen akan dialirkan melewati FIC yang berupa cascade control
sebelum masuk reaktor LP-EDC. Jalur kedua akan mengalirkan etilen menuju PIC
dengan tekanan keluaran sebesar 28 kG dan memasuki ke preheater dengan
keluaran 150oC. Etilen akan diumpankan ke reaktor OHC-EDC yang bertekanan
2kG sehingga tekanan etilen sebesar 28kG akan digunakan untuk menggerakkan
ejektor untuk pembuangan gas dari overhead reaktor.
4
bisa digunakan kembali. Etilen dari storage tank akan mengalir ke heat exchanger
yang bertemperatur 99oC lalu menuju KO drum untuk memisahkan etilen gas dari
etilen cair. Etilen gas dialirkan ke kompresor dan umpan kompresor harus
dipastikan terbebas dari cairan karena akan mengakibatkan surging. Tekanan
kompresor harus dijaga pada tekanan positif.
Kompresor akan menaikkan tekanan etilen dan selanjutnya sebagian etilen
akan dialirkan ke reaktor LP-EDC dan sisanya akan dialirkan kembali ke heat
exchanger untuk menaikkan temperatur etilen yang mengalir dari storage tank.
Temperatur keluaran kompresor 99-100oC sedangkan input reaktor LP-EDC
bertemperatur 30oC. Temperatur gas etilen setelah keluar dari kompresor harus
diturunkan sehingga gas etilen dialirkan ke heat exchanger agar panasnya bisa
dimanfaatkan.
Pada saat supply listrik terhenti, etilen akan dialirkan ke kompresor lain
yang akan mengarahkan etilen ke jalur yang lain. Pada jalur tersebut, terdapat
heat exchanger yang juga berfungsi sebagai KO drum yang keluarannya akan
menuju ke vessel. Vessel tersebut diatur pada tekanan 18kG dan temperatur -32 oC.
Keluaran vessel akan menuju heat exchanger tetapi terbagi dua jalur, jalur
pertama menuju sisi shell heat exchanger dan jalur kedua akan menuju sisi tube
heat exchanger.
Pada bagian shell, terjadi flash (penurunan tekanan dari 19kG menjadi
3,5kG) sehingga seluruh etilen akan menjadi gas. Gas etilen akan dialirkan
kembali untuk diumpankan ke kompresor. Etilen pada sisi tube akan mengalami
penurunan temperatur secara drastis sehingga etilen cair akan bertemperatur
sangat rendah sehingga dikembalikan ke storage tank.Heat exchanger ini juga
berfungsi sebagai KO drum agar input kompresor dipastikan berupa gas. Jika
kompresor kemasukan cairan, kompresor akan shutdown secara otomatis.
b OHC-EDC Plant (Seksi 200)
Tujuan dari OHC-EDC plant adalah membentuk ethylene dichloride
dengan mereaksikan etilen, asam klorida dan oksigen. Produk dari OHC-EDC
plant akan disalurkan seluruhnya ke reaktor pada LP-EDC plant.
1
Sintesis EDC
Pada reaktor OHC-EDC, terdapat reaksi pembentukan EDC dari etilen,
asam klorida dan oksigen. Reaktor ini merupakan reaktor terfluidisasi yang
menggunakan katalis. Di dalam reaktor terdapat tubing untuk mengalirkan
cooling water berupa BFW yang bertemperatur 100oC dan dijaga agar tidak
terlalu dingin supaya perbedaan temperatur dengan reaktor tidak terlalu drastis.
Tubing pada reaktor dihubungkan dengan steam drum yang bisa digunakan pada
LP-EDC plant.
Pengendapan Katalis
Gas hasil reaksi akan keluar dari reaktor dan mengalir ke cyclone
Kondensasi EDC
Gas keluaran cyclone separator didinginkan oleh empat heat exchanger
Pemisahan EDC
Reactor degasser akan mengalirkan fluida ke flasher sehingga fluida gas
Drying still
Pada drying still akan dilakukan proses penghilangan air dari EDC sampai
konsentrasinya dibawah 100 ppm. Chloral dan etil klorida juga dikontrol
konsentrasinya. Umpan still akan melewati drying still feed bottoms economizer
karena bottom tower digunakan untuk memanaskan umpan tower. EDC yang
mencapai tingkat kemurnian yang diinginkan akan dialirkan ke drying still bottom
tank. Pada saat EDC diperlukan pada reaktor LP-EDC, EDC akan dipompakan
dari tank sebagai umpan reaktor.
6
Pengolahan Terakhir
Air yang overflow dari aqueous surge drum masih mengandung slurry
yang berupa wet catalyst dan masih mengandung organik dengan konsentrasi
rendah. Kaustik diinjeksikan melalui dua tahap aqueous effluent mixer (in-line)
agar katalis mengendap. Proses ini dikontrol agar pH berkisar 10-13. Jika terlalu
basa, endapan katalis akan bayak dan akan terjadi plugging. Air akan mengalir ke
phase separator dimana cairan akan terdapat pada bagian atas dan endapan di
bawah. Dumping dilakukan secara manual dengan blow dari bawah. Endapan
sebanyak satu drum akan dibakar di incinerator. Slurry akan dialirkan ke waste
water treatment.
Slurry (wet catalyst) ditampung pada incinerator vessel yang memiliki
sekat. Slurry dimasukkan ke salah satu bagian vessel sehingga dalam jangka
waktu tertentu, katalis akan mengendap sedangkan organik akan overflow ke
bagian vessel di sebelahnya lalu ke tower. Pada tower, terjadi stripping organik
(air, EDC, chloroform, dll.). EDC akan dikembalikan ke vessel-8 sedangkan air
akan dialirkan kembali ke WWT. Kadar maksimum organik yang boleh mengalir
ke WWT adalah 10 ppm. Tower membutuhkan waktu 2 minggu sekali untuk
cleaning agar bisa stripping organik dengan baik. Setiap tahun, katalis yang
mengendap berjumlah kurang lebih tiga ratus drum.
b LP-EDC Plant (Seksi 300)
Tujuan dari LP-EDC Plant adalah mempersiapkan EDC dengan
kemurnian tinggi untuk dialirkan ke VCM plant sebagai bahan baku pembentukan
VCM.
5.3.1
recycle EDC serta dehidrat yang berasal dari VCM-2 plant. EDC yang berasa dari
OHC-EDC plant dan mengandung katalis Fe3+ sebanyak 5000-7000 ppm
dijadikan cairan mother liquor. Reaktor LP-EDC dilengkapi dengan sparger untuk
menyebarkan umpan, boiling bed untuk meningkatkan turbulensi gas serta
demister untuk mencegah adanya cairan keluar dari reaktor.
Sebelum start-up, mother liquor dimasukkan terlebih dahulu ke dalam
reaktor. Setelah reaksi akan dimulai, etilen dimasukkan terlebih dahulu dan
dilanjutkan dengan klorin karena kontrol dilakukan terhadap rasio etilen per klorin
dengan excess etilen. Pada keadaan normal, rasio dijaga pada 1,05 dengan batas
terkecil adalah 0,75. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
C2H4 + Cl2 EDC + panas
Mother liquor berguna sebagai media reaksi karena reaksi spontan etilen
dan klorin bisa mengakibatkan ledakan. Pada prosesnya, sebagian EDC pada
reaktor ada yang mengendap. Oleh karena itu, diperlukan suatu kontrol untuk
menjaga level reaktor agar tidak kurang dari 48%. Selain itu, mother liquor juga
berfungsi untuk menjaga temperatur reaksi.
Overhead reaktor akan dialirkan ke separator yang mengandung packing
rashic ring dimana proses scrubbing klor dilakukan oleh cairan dari primary
bottoms drum. Cairan tersebut juga bisa digunakan sebagai refluks reaktor. Jika
level reaktor turun, LIC harus dibuka agar ada aliran masuk reaktor (biasanya
65%). Keluaran separator memiliki standar F-Cl 2 maksimum 10 ppm dan akan
menjadi input primary still. Kandungan EDC pada primary bottoms drum
minimal 50% dan akan menjadi top tower heavies still.
5.3.2
Pemurnian EDC
drum masih banyak mengandung EDC, maka aliran akan dikembalikan lagi ke
light still. EDC pada bottom tower minimal 98% untuk mencegah light still
condenser terlalu panas. EDC akan dipompakan ke primary still sedangkan light
component akan dikirimkan ke vent scrubber.
Primary still reflux drum yang masih mengandung banyak gas etilen akan
didinginkan oleh vent condenser dengan pendingin brine lalu dialirkan ke vent
knock-out drum. Gas yang terkondensasi akan dikembalikan ke primary still
reflux drum sedangkan gas yang tidak terkondensasi akan dialirkan ke EDC vent
compressor. Gas tersebut mengandung etilen dan oksigen sehingga sebelum
memasuki kompresor, gas etilen harus disuntikkan dengan HCl dari VCM plant
agar konsentrasi oksigen menurun. Kandungan oksigen di kompresor harus
kurang dari 7% karena akan menimbulkan segitiga api. Keluaran kompresor akan
dialirkan ke reaktor OHC-EDC.
5.3.2.4 Heavies Still
Pada heavies still, produk bottom berupa tar (cairan hitam) diharapkan
mengandung EDC kurang dari 15%. Tar nantinya dialirkan ke storage tank pada
incinerator. Overhead heavies still berupa EDC yang akan dialirkan ke heavies
still overhead tank dan nantinya akan dialirkan lagi ke reaktor bersamaan dengan
EDC pada primary bottoms drum. Heavies still reboiler akan diganti pada saat tar
banyak mengandung EDC.
5.3.2.5 Stripper
EDC pada product drum memiliki dua jalur yaitu menuju stripper atau
furnace feed tank yang akan dialirkan ke furnace VCM plant. Stripper berfungsi
untuk memurnikan EDC dan memroduksi EDC saleable sebagai bottom product.
EDC saleable akan ditampung pada sales day tank untuk dianalisis. Jika spec
sesuai, akan dialirkan ke storage pada tank yard. Namun, VCM-1 plant
kekurangan EDC sehingga EDC saleable yang konsentrasi EC-nya hampir tidak
ada akan digunakan untuk mengencerkan EDC yang konsentrasi EC-nya lebih
tinggi dari yang diharapkan. Keberadaaan EC terlarut dalam EDC akan
EDC cracking. Produk dari VCM plant berupa VCM yang akan dijadikan bahan
baku pembuatan PVC
5.4.1
5.4.1.1 Furnace
EDC yang berasal dari storage LP-EDC plant akan dipompakan sampai
bertekanan 2 kG. Temperatur awal storage berkisar antara 40-60 oC. EDC akan
mengalir ke heat exchanger-11 untuk dipanaskan sampai 110oC. Keluaran heat
exchanger akan dialirkan ke preheater agar dipanaskan 150oC tetapi saat ini
preheater tidak diaktifkan.
VCM plant memiliki dua furnace yang masing-masing memiliki dua pass
sehingga seluruhnya furnace memiliki empat pass. Pada umpan furnace terdapat
FIC yang berguna untuk menjaga agar flow rate tidak kurang dari 3,4 m3/jam.
Pada keadaan normal flow rate umpan adalah 14 m3/jam. Pada bagian bawah
furnace, terdapat input hidrogen yang didapat dari hasil elektrolisis C/A-1 plant
dan natural gas.
Umpan furnace masuk ke sisi konveksi yag bertemperatur 220oC. Bagian
konveksi berutujuan untuk memastikan bahwa EDC berfasa gas sebelum
memasuki bagian radiant. Bagian radiant bertemperatu 350oC yang merupakan
temperatur mulai cracking. Pada keadaan normal, bagian radiant diatur pada
temperatur 490-510oC. Jika temperatur berada dibawah 300oC maka cracking
tidak terjadi. Pada proses ini, oksigen dijaga hanya 2-4%.
Furnace dilapisi bata tahan api agar shell furnace tidak terbakar. Selain itu,
api yang ada di dalam furnace dikontrol agar tidak menyentuh tube karena bisa
mengakibatkan terjadinya hotspot sehingga pipa bisa bocor dan cepat terbentuk
coke. Furnace dibuat vakum sehingga gas bisa mengalir masuk ke furnace tanpa
driving force. Keluaran furnace berupa HCl dan VCM serta EDC yang tidak
terkonversi bertekanan 11kG dan akan menjadi umpan quenching tower.
5.4.1.2 Quenching Tower
Masukan quenching tower berupa 50% EDC yang tidak mengalami
cracking, VCM dan HCl yang bertemperatur 500oC. Temperatur bottom tower
diatur pada 150oC dan temperatur top tower lebih kecil dari bottom tower 5oC.
Pada proses furnace cracking pasti terbentuk karbon/coke sehingga bottom tower
yang mengalir ke vessel perlu diberikan treatment.
Karbon yang mengalir ke vessel masih mengadung EDC dan VCM yang
bisa di-recover. Bottom vessel akan dibuang ke storage incinerator. Overhead
vessel akan dialirkan ke KO drum, dipanaskan oleh heat exchanger lalu dialirkan
ke vessel untuk penampungan. Sebagian gas yang ditampung akan disaring
karbonnya oleh filter saat refluks ke quenching tower.
Overhead quenching tower bertekanan 8,5kG mengalir ke economizer lalu
dialirkan ke kondensor parsial dan ditampung vessel. Sebagian isi vessel
digunakan sebagai refluks quenching tower sedangkan uapnya akan mengalir ke
absorber. Tube economizer berasal dari bottom stripper.
5.4.2
Pemurnian VCM
HCl kemudian akan dialirkan ke heat exchanger-12. Bottom tower berupa EDC
yang mengandung VCM dan sedikit HCl dialirkan sebagai umpan stripping tower.
5.4.2.2 Stripping Tower
Stripping tower berguna untuk stripping HCl dari campuran EDC dan
VCM. Bottom stripping tower diharapkan perbandingan EDC : VCM = 1:3
dengan konsentrasi HCl kurang dari 20ppm. Jika perbandingan tidak sesuai,
absorber tower akan terpengaruh dimana tower bisa memanas jika bottom
stripping tower banyak mengandung EDC. Overhead stripping tower akan
dialirkan ke bottom absorber tower sedangkan bottom stripping tower akan
dialirkan sebagai umpan product still tower. Reboiler stripping tower tidak
menggunakan steam namun menggunakan panas overhead quenching tower.
5.4.2.3 Product Still Tower
Umpan product still tower merupakan campuran antara EDC dan VCM
dengan sedikit HCl. Lean oil (EDC) sebagai bottom tower akan dialirkan ke
empat heat exchanger dengan medium pada shell dan tube adalah sebagai
berikut :
Tabel 5. 1 Umpan sisi shell dan tube pada beberapa heat exchanger
heat exchanger
11A
11B
12
13
shell
feed furnace
feed furnace
HCl
EDC
tube
EDC
EDC
EDC
sea water
Lean oil 160oC dialirkan ke tube heat exchanger-11A dan heat exchanger-11B
sebagai medium pemanas feed furnace lalu dialirkan ke tube heat exchanger-12
sebagai medium pemanas HCl yang berasal dari penampungan overhead absorber
tower. HCl diapanskan untuk keberluan heat exchanger dan tower pada OHCEDC plant, VCM-2 plant, incinerator pada startup/shutdown dan sebagai M-HCl
pada C/A plant.
Furnace
Pada incinerator terdapat dua storage umpan furnace yaitu storage-1 yang
menampung heavies (karbon, coke, dll.) dari VCM plant, tar dengan kandungan
EDC <15% dari heavies still pada LP-EDC plant serta storage-6 yang
menampung keluaran vessel pada LP-EDC plant yang banyak mengandung Fe.
Kandungan Fe yang tinggi akan mengakibatkan produk incinerator tidak dapat
dikirim ke C/A plant. Kedua isi sotrage akan dialirkan ke furnace secara
bergantian atau bersamaan (bergantung pada komposisi limbah). Sebelum
memasuki furnace, filter-2 akan mensirkulasi aliran kembali ke storage
sedangkan filter-1 akan membawa tar ke furnace.
Sebelum memasuki furnace, tar dipersiapkan berbentuk kabut dengan
proses atomizing air oleh kompresor. Tar mengandung 80%-berat klorin dan
organik dimana reaksi pembakaran pada 1250oC yang terjadi adalah sebagai
berikut :
tar liquid + pembakaran Cl2 + CO2 + H2O
Cl2 yang terbentuk akan bereaksi dengan H 2O membentuk HCl. Namun, jumlah
H2O hasil reaksi masih kurang untuk bereaksi dengan Cl2 sehingga steam diinjek
pada masukan furnace.
Furnace menggunakan blower untuk combustion air, LPG digunakan
untuk proses heating-up dan memiliki dua jalur sebagai pilot dan main burner.
Bagian pilot akan selalu menyala untuk menjaga agar api tetap ada sedangkan
main burner akan menyala tergantung temperatur furnace.
Panas pembakaran yang dihasilkan furnace dimanfaatkan heat exchanger
yang terhubung dengan steam drum yang akan dialirkan ke steam middle pressure
header. Input heat exchanger berupa BFW yang telah mendapatkan treatment
sehingga mengandung fosfat, silica, dll. untuk melindungi boiler. BFW harus
rutin di-blow karena dapat menyebabkan scaling pada heat exchanger.
5.5.2
Quencher
Pada quencher terdiri proses quenching oleh cairan dari bottom vessel dan
Bottom tower akan mengalir ke WWT dan dikontrol pHnya berkisar antara 8-10.
PRODUK DAN LIMBAH
Produk yang dihasilkan oleh PT Asahimas Chemical merupakan bahan
kimia dasar yang dapat diolah lebih lanjut menjadi senyawa lain. Adapun produkproduk yang dihasilkan adalah:
1.
Produk Utama
Soda Kaustik (NaOH)
Soda kaustik (NaOH) merupakan produk utama yang berasal dari plant
chlor/alkali yang dihasilkan dalam bentuk liquid dan flake. Soda kaustik liquid
merupakan NaOH dengan konsentrasi minimum 48,3% yang diproduksi sebanyak
600.000 ton/tahun sedangkan soda kaustik flake merupakan NaOH dengan
konsentrasi minimum 98,2% dan diproduksi sebesar 30.000 ton/tahun. Masingmasing jenis soda kaustik memiliki spesifikasi minimum sebagai berikut :
a. Soda kaustik liquid
kandungan NaCl maksimum 50 ppm
kandungan Fe maksimum 1 ppm
kandungan CO32- maksimum 0,04 %
kandungan NaClO3 maksimum 40 ppm
kandungan Na2SO4 maksimum 20 ppm
b. Soda kaustik flake
Soda kaustik berguna pada industri tekstil, rayon, sabun/diterjen, pulp dan
kertas. Industri utama pengkonsumsi soda kostik adalah industri penyedap
makanan yaitu pembuatan monosodium glutamat dan aluminium. Selain itu soda
kaustik dapat digunakan dalam industri farmasi sebagai campuran dalam obat
pembersih luka.
Ethylene Dichloride (EDC)
EDC yang dihasilkan pada VCM plant sebagian digunakan sebagai bahan
baku bagi proses pembuatan VCM dan sebagian lagi ada yang dijual. Pada proses
pembutannya ada dua jenis EDC yang dihasilkan yaitu EDC saleable dan crude
EDC. EDC saleable memiliki kemurnian 99,8% dan EDC inilah yang dijual
sebagai produk sedangkan crude EDC akan dialirkan ke feed furnace untuk proses
EDC cracking. Spesifikasi EDC saleable dan crude EDC adalah sebagai berikut:
a. EDC saleable
Warna (APHA) maksimum 20
Kandungan H2O maksimum 200 ppm
Kandungan F-Cl2 maksimum 1 ppm
Kandungan HCl maksimum 10 ppm
Kandungan NaOH maksimum 10 ppm
Kandungan S-Fe maksimum 1 ppm
Kandungan LBC maksimum 500 ppm
Kandungan HBC maksimum 500 ppm
Tampilan bening dan tanpa material yang mengendap
b. EDC crude
Vinyl Chloride Monomer (VCM)
VCM merupakan produk utama yang dihasilkan dari VCM plant. VCM
memiliki kemurnian 99,9%-wt dan diproduksi sebesar 285.000 ton/tahun.
Spesifikasi minimum VCM adalah sebagai berikut :
SE
FJ-57
#700
SR
FJ-60
#800
SL-K
FJ-65R
#1000
SL-P
FJ-65S
#1000
SM
FJ-70
#1300
Putih
0.55
42 mess
Maks
Putih
0.54
42 mess
Maks
Putih
0.53
42 mess
Maks
Putih
0.51
42 mess
Maks
Putih
0.51
42 mess
Maks
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
digunakan pada beberapa industri seperti industri kulit, industri pipa, industri
plastik, alas kaki, dll.
2.
Produk Samping
Pada proses pembuatan produk utama terdapat beberapa produk samping
yang dihasilkan. Produk samping ini digunakan lagi untuk menghasilkan produk
lain sehingga pabrik memiliki efisiensi yang tinggi.
Asam Klorida (HCl)
Asam khlorida merupakan produk samping dari C/A plant dan VCM
plant. Asam klorida memiliki konsentrasi 33%-wt dan mengandung maksimum 5
ppm. Hampir semua industri kimia menggunakan HCl antara lain industri galvani,
industri pengolahan air, industri seng klorida, dll.
Gas Klorin (Cl2)
Gas klorin merupakan produk samping dari C/A plant yang digunakan lagi
pada proses pembentukan EDC di plant VCM. Gas klorin memiliki konsentrasi
minimum 98,5%-volum (basis kering) dengan spesifikasi minimum sebagai
berikut :
pada industri benang, kapas, dan serat sintetis. Selain itu, natrium hipokhlorit juga
digunakan sebagai bahan campuran desinfektan.
Gas Hidrogen (H2)
Gas hidrogen merupakan produk samping dari C/A plant. Konsentrasi
minimum gas hidrogen adalah 99,9%-volum (basis kering) dengan spesifikasi
sebagai berikut:
3.
Limbah
Limbah yang dihasilkan PT ASC terdiri dari padat, cair dan gas. Sebagian
besar limbah beracun dan berbahaya bagi lingkungan. Limbah padat berupa coke
dan tar yang memadat, limbah cair berupa waste organic dan waste water
sedangkan limbah gas berupa gas buang (vent gas) yang masih mengandung
klorin dan HCl.
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
1.
Sistem Utilitas
Utilitas merupakan unit yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan proses
pada industri. Sistem utilitas menjadi pusat distribusi energi, air, steam, sarana
pengolahan limbah dan penyediaan bahan penunjang lainnya. Unit utilitas yang
terdapat pada PT ASC adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
a.
Bahan baku air yang dipergunakan di PT ASC diperoleh dari tiga sumber, yaitu
PT Krakatau Tirta Industri (KTI), air tanah/air sumur dan air laut. Air dari sumber
tersebut akan diolah pada unit pengolahan air sehingga didapatkan beberapa jenis
air sesuai dengan kebutuhan pabrik, yaitu air industri/industrial water (AI), air
demineralisasi/demineralized water (WD), air untuk rumah tangga/portable water
(WN) air pemadam kebakaran/fire water (WF), dan air pendingin. Kondisi air
sebagai bahan baku antara lain:
a)
b)
c)
d)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
pH 6,5-8,5
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
Air yang telah diolah di unit pengolahan air dibagi berdasarkan kegunaannya
dengan kapasitas yang berbeda-beda sebagai berikut :
Tabel 7. 1 Kapasitas air pada unit pengolahan air
Jenis air
Air filter/ filtered
water
WI
WD
WN
WF
kapasitas normal
(ton/jam)
151,9
kapasitas maksimum
(ton/jam)
171
114,6
56,5
10
-
133,2
73
30
570
b)
c)
Air yang disuplai dari KTI ditampung dalam basin dan diberi koagulan. Bahan
baku air dari basin dikirim ke coagulant filter untuk menyaring padatan
tersuspensi yang terkoagulasi. Gas Cl2 diinjeksikan ke dalam air untuk
mengontrol pertumbuhan makhluk hidup di dalamnya. Air yang sudah
diinjeksikan gas Cl2 dipompakan ke dalam tangki penampungan air industri
melewati karbon aktif. Zat organik dan Cl2 terserap oleh karbon aktif. Air hasil
proses ini ditampung dalam tangki penampungan air industri (WI). Air ini
biasanya digunakan untuk bahan baku air demineralisasi, bahan baku nonprocess
water, kebutuhan WI secara umum untuk proses produksi.
Air Demineralisasi (WD)
Air demineralisasi adalah air yang tidak mengandung mineral-mineral terlarut
seperti Ca2+, Mg2+ dan Na+, dan logam-logam lainnya. Air dari tangki
penyimpanan berkapasitas 900 m3 dimasukkan ke cation exchanger untuk proses
penyaringan Ca2+, Mg2+ dan Na+. Setelah itu, air dikirim ke decarbonator untuk
penyaringan gas-gas dalam air kemudian dilewatkan ke anion exchanger untuk
mengikat ion OH- dan dihasilkan WD. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Cation exchanger
R-H+ + M+ ----->R-M + H+
Decarbonator
Anion exchanger
b)
c)
d)
e)
Pada umumnya, air demineralisasi digunakan untuk air proses, regenerasi dan
proses backwash kolom resin pada C/A plant.
Neutralized Water (WN)
Neutralized water merupakan air yang dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah
tangga seperti kantin, toilet, dan keperluan rumah tangga lainnya. Pembuatan
portable water relatif mudah dengan menambahkan chlorine 0,3 ppm ke dalam air
industri. Kapasitas tangki penampungan neutralized water adalah 30 m3.
Penyediaan Air Pendingin
Penyediaan air pendingin terdiri dari tiga unit, yaitu :
1.
Bahan baku water cooling system adalah air pendingin yang telah digunakan dan
WI. WI disalurkan ke water cooling system menggunakan pompa jet sebagai
recycle. Air ini diproses dalam cooling tower. Cooling tower dikirim ke unit-unit
proses menggunakan pompa cooling tower.
Kegunaan utama cooling water adalah sebagai pendingin reaktor. Bahan-bahan
kimia tertentu ditambahkan pada cooling water secara berkesinambungan dengan
disuntikkan pada unit chemical injection.
2.
Bahan baku sea water supply berupa air laut yang diambil langsung dari laut
dengan menggunakan pipa yang dihubungkan dengan pompa. NaClO diinjeksikan
ke dalam penampungan untuk mencegah pertumbuhan makhluk hidup dalam
sistem. Benda-benda yang mengapung dan padatan yang tersuspensi disaring
dengan menggunakan bar screen dan fine screen. Air laut yang mengalami
peningkatan temperatur akan dikembalikan lagi ke laut.
Kualitas air pendingin dikontrol dengan injeksi senyawa kimia tertentu dan
penyaringan padatan tersuspensi untuk melindungi permukaan heat exchanger
dari korosi, pergerakan dan pertumbuhan mikroorganisme. Air yang disirkulasi
hilang sebanyak 0,05% dan volum air pendingin diasumsikan meningkat karena
adanya kenaikan temperatur.
3.
Chilled Water
Bahan bakunya chilled water adalah air demineralisasi. Chilled water digunakan
sebagai pendingin terutama pada C/A plant, VCM-2 plant dan PVC plant.
Sistem Penyediaan Kukus
Penyediaan uap dihasilkan oleh steam boiler unit. Ada tiga unit boiler yang
digunakan, yaitu:
1.
2.
3.
Steam bertekanan tinggi steam high pressure (SHP) yang bertekanan 15-
17 kg/cm2G
10-12,5 kg/cm2G
kg/cm2G
Industrial Diesel Oil digunakan sebagai bahan bakar boiler dan diesel.
2.
Heavy oil disimpan dalam dua unit dengan densitas yang berbeda.
3.
LPG
Listrik sebagai sistem utilitas utama di C/A plant tidak ditangani oleh departemen
utilitas melainkan bersumber langsung dari PLN Suralaya melalui stasiun
penerimaan khusus. Listrik yang digunakan berkapasitas 55 MW dan bertegangan
1500 kV. Daya listrik peralatan dari unit pusat utilitas PT ASC dipasang pada
tegangan 3,3 kV dan frekuensi 50 Hz. Tegangan yang dipakai berbeda-beda
tergantung besar penggunaannya. Selain daya listrik utama, pabrik didukung
dengan daya listrik darurat.
5.
Udara bertekanan diproses di unit pemisah udara atau air separation unit (ASP).
ASP terdiri dari tiga tahap, yaitu pemurnian udara, pemisahan udara dan loop
refrigeration.
Udara dialirkan ke kompresor untuk dikompresi sampai mencapai tekanan 8,5
kg/cm2 dan selanjutnya didinginkan. Air yang dihasilkan dipisahkan dan
diumpankan ke air cleaner absorber untuk dilakukan proses pemisahan uap air dan
CO2. Udara yang dihasilkan disaring agar tidak mengandung partikel padat.
Udara bersih didinginkan dan diumpankan ke high pressure tower untuk proses
pemisahan N2 dan oksigen rich air (ORA). ORA yang dihasilkan berfasa cair dan
diumpankan ke silica gel aborber untuk dilakukan proses pemisahan gas asetilen.
Fasa cair akan dihasilkan di bottom dan akan dipanaskan kembali untuk
menghasilkan gas O2.
Loop refrigeration merupakan sistem sirkulasi N2 yang berfungsi sebagai
pendingin pada bagian bawah pemisahan.
Udara bertekanan tersebut terdiri dari:
1.
rendah (LP nitrogen diperoleh dari nitrogen cair hasil pemisahan udara.
High pressure nitrogen gas (NHH) mempunyai tekanan sebesar 4,5
kg/cm2G. NHH diperoleh dengan cara menekan NI, menggunakan kompresor
nitrogen. NHH disimpan dalam vessel. NHH digunakan sebagai reactor sealing
mekanis, poison tank bertekanan, zat kimia anti kerak dalam water sprayer yang
dimasukkan ke dalam reaktor.
Low pressure nitrogen gas (NL) digunakan untuk membilas air
murni yang diumpankan ke dalam reaktor, memilas air murni yang berisi VCM,
pembuatan seal water, sebagai penyekat antara tangki air murni dengan tangki
larutan SA. Nitrogen yang dihasilkan bertekanan 4 kg/cm2G.
3.
plant. Kadar uap di udara dikurangi dengan mencampur purge air berkapasitas
maksimum 200 Nm3/ jam dengan udara instrumen. Purge air siap digunakan
setelah pencampuran selesai.
Sistem koleksi gas buang merupakan sistem untuk mengumpulkan semua gas
buang yang mengandung VCM, HCl, klorin dan organik klorin untuk dialirkan ke
atmospheric vent scrubber. Atmospheric vent scrubber dioperasikan untuk
menghilangkan HCl dari aliran gas buang sebelum dibuang ke atomser. Scrubber
berupa packing dimana gas buang masuk dari bawah packing dan mengalir ke
atas. Air laut masuk dari bagian atas lalu mengalir melalui packing dan kontak
dengan gas buang secara counter current untuk mengangkap HCl. Air laut yang
di-supply harus cukup untuk membasahi packing agar proses scrubbing atau
pengambilan HCl lebih optimum.
HCl yang diabsorbsi oleh air laut akan mengalami kenaikan temperatur yang
dimonitor oleh termokopel dan dikendalikan oleh temperature control yang
dihubungkan dengan flow control air laut. Jika temperatur terlalu tinggi, aliran air
laut akan ditambahkan ke dalam scrubber.
7
Sistem pengolahan limbah cair memiliki plant terpisah karena proses pengolahan
limbah cair sangat kompleks. Pada plant WWT, terdapat berbagai macam proses
yang dibagi dalam 7 line dimana masing-masing line terdapat limbah yang
memiliki komposisi yang berbeda sehingga limbah tidak dapat digabungkan
menjadi satu pengolahan. Pembagian line adalah sebagai berikut:
1.
Line 1 merupakan limbah yang berasal dari air yang terserap di dalam tanah di
sekitar pabrik. Air tanah dikirim ke kolam buffer untuk dilakukan proses
penghilangan senyawa organik dengan proses aerasi. Limbah dikirim ke selokan
untuk dicampur dengan limbah yang telah memenuhi spesifikasi.
Line ini umumnya terdiri senyawa organik berupa EDC, VCM, trichloroethylene,
dll. dengan konsentrasi total 50 ppm. Akhir dari proses memiliki tingkat
keasaman (pH) sekitar 6-9.
2.
Limbah basa organik Cu berasal dari limbah VCM-1 plant yang mengadung
tembaga dan senyawa organik. Limbah dikirim ke pit dan dilakukan proses aerasi
untuk menghilangkan senyawa organik lalu dialirkan ke tangki untuk proses
pengendapan suspended solid. Filtrat dialirkan ke pit untuk diolah agar kandungan
COD berkurang. Setelah itu, lumpur dikirim ke tangki dan dicampur dengan
lumpur lain untuk dilakukan proses penyaringan pada filter press yang
menghasilkan lumpur kering.
Umpan line 2 memiliki konsentrasi COD 1800 ppm, Cu 23 ppm, senyawa organik
49 ppm, suspended solid 1037 ppm dengan tingkat keasaman 12. Hasil
pengolahan limbah diharapkan memiliki konsentrasi COD 400 ppm, Cu 0,9 ppm,
senyawa organik 10 ppm dan suspended solid 45 ppm.
3.
Limbah asam organik bersifat sangat asam dan memiliki kandungan senyawa
organik 300 ppm, suspended solid 265 ppm dan COD 50,4 ppm. Limbah ini
dialirkan ke kolam untuk dinetralkan dengan NaOH lalu ditransfer ke kolom
distilasi untuk pemisahan limbah organik. Limbah yang telah terdistilasi dikirim
ke neutralizer dan clarifier. Keluaran diharapkan memiliki komposisi senyawa
organik 0.05 ppm.
5.
Limbah asam merupakan limbah HCl 19%, solid waste incinerator dan air yang
mengandung HCl dari proses produksi. Umpan limbah mengandung Fe, Cu dan
suspended solid yang seluruhnya berjumlah 605 ppm serta senyawa organik
kurang dari 5 ppm. Keluaran line 5 diharapkan mengandung Fe, Cu dan
suspended solid tidak lebih dari 50 ppm dengan tingkat keasaman netral.
Limbah dari line 5 akan dikirimkan ke kolam, untuk dicampur dengan limbah
sedimentasi. Campuran limbah akan dikirim untuk dilakukan pengaturan pH agar
mencapai keasaman yang diinginkan.
6.
Slurry (Line 6)
Slurry mengandung COD lebih dari 700 ppm dan senyawa lainnya berupa NaCl,
NaHCO3, Na2SO4 dalam suasana basa. Limbah akan dioksidasi melalui kontrol
pH dengan menambahkan NaClO dan Na2SO3 dan diatur pH-nya dengan
menambahkan NaOH sebelum dibuang keluar melalui selokan. Setelah
pengolahan, kandungan limbah diharapkan berkurang menjadi 300 ppm dan
memiliki pH netral.
8.2.2.2 Standard Effluent
Limbah cair memiliki standar effluent yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
2.
dan pengukuran limbah harian sesuai debit limbah (PP No. 20/1990 tentang
Pengendalian Polusi Air)
3.
Melaporkan hasil pengamatan sesuai poin (a) dan (b) kepada BAPEDAL
8.2.3