Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN KASUS
I. 1.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Umur
: 59
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Wates
Pekerjaan
: Pedagang
Status Menikah
: Sudah Menikah
Tanggal Masuk Poli : 23 April 2015
Nomor RM
: 017747
I. 2.
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Penglihatan kedua mata berkabut
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RST Soedjono pada tanggal 23 April 2015 dengan
keluhan penglihatan berkabut pada kedua mata. Keluhan pada mata kanan dan kiri
sudah dirasakan sejak 5 tahun yang lalu. Sebelumnya pasien mengaku jika melihat
benda-benda seperti berkabut berwarna putih dan semakin lama penglihatan pasien
menjadi semakin kabur. Pasien mengaku tidak ada perbedaan saat melihat pada
malam hari atau siang hari. Sejak tahun 2005 hingga sekarang pasien menggunakan
kacamata baca. Jika pasien tidak menggunakan kacamata baca (kacamata plus),
tidak jelas untuk membaca.
Sejak 10 tahun lalu pasien mengeluh tidak jelas bila membaca, jika membaca
harus dijauhkan. Pasien menggunakan kacamata baca sejak tahun 2005 dan hingga
saat ini baru ganti kacamata sebanyak satu kali.
Sejak 10 tahun lalu pasien mengeluh kabur bila melihat jauh namun tidak
kabur bila melihat dekat, sejak saat itu hingga sekarang pasien menggunakan
kacamata minus. Pasien mengeluh mata mudah lelah dan sering berair. Kesulitan
melihat garis lurus disangkal, penglihatan ganda disangkal.
Jika melihat lampu, pasien mengaku tampak gambaran bunga mawar
berwarna-warni. Nyeri hebat pada mata disangkal, nyeri hingga membuat mual
muntah disangkal, sering tersandung bila berjalan disangkal. Melihat seperti melalui
teropong disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit gula (Diabetes Melitus) disangkal
Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat memakai kacamata minus diakui sejak 10 tahun lalu
Riwayat memakai kacamata plus (kacamata baca) diakui sejak 10 tahun lalu
Riwayat trauma pada mata seperti terkena bahan-bahan kimia, terbentur benda
tumpul atau benda tajam disangkal.
Riwayat mata belekan disangkal, riwayat mata merah disangkal, riwaya sakit
mata hingga harus ke dokter disangkal.
Pasien mengakui memiliki riwayat alergi pada telur dan ikan.
Riwayat perdarahan saluran cerna dan kehilangan banyak darah disangkal.
Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan mata disangkal, riwayat penggunaan obat dalam jangka
waktu lama disangkal, riwayat operasi mata disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dengan keluhan serupa disangkal, riwayat penyakit gula
(Diabetes Melitus) pada keluarga disangkal, riwayat darah tinggi (Hipertensi) pada
keluarga disangkal. Riwayat alergi pada keluarga disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi
Kesan ekonomi cukup. Pasien berobat dengan menggunakan bpjs.
I. 3.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Kesadaran
: Compos Mentis
Aktifitas
: Normoaktif
Kooperatif
: Kooperatif
Status Gizi
: Cukup
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 60 kali/menit
Napas
: 24 kali/menit
Status Ophtalmicus
No
Pemeriksaan
1.
Visus
Koreksi Visus
2.
3.
4.
Oculus Dexter
Oculus Sinister
1/2
/60
6/30
S -1.00 6/20 NBC
S 1.50 6/7.5 NBC
add S +2,75 J5
Baik ke segala arah
Baik ke segala arah
Normal
Normal
-
5.
6.
7.
8.
9.
10.
- Xantelasma
- Sikatrik
- Entropion
- Ekstropion
- Triksiasis
- Lagoftalmus
- Ptosis
- Blefarospasme
- Hordeolum
- Kalazion
Palpebra Inferior
- Edema
- Hematom
- Sikatrik
- Entropion
- Ekstropion
- Trikiasis
- Hordeolum
- Kalazion
Konjungtiva
- Hiperemi
Injeki Konjungtiva
Injeksi Siliar
- Sekret
- Bangunan
Patologis
Kornea
- Kejernihan
- Edema
- Infiltrat
- Keratik Presipitat
- Ulkus
- Sikatrik
- Pannus
COA
- Kedalaman
- Hifema
- Hipopion
Iris
- Kripte
- Edema
- Rubeosis
- Sinekia
Pupil
- Bentuk
- Diameter
- Reflek Pupil
Langsung
Tidak Langsung
- Soklusio
Tidak ditemukan
-
Tidak ditemukan
-
Jernih
Tidak tampak
-
Jernih
Tidak tampak
-
Tidak Dangkal
-
Tidak Dangkal
-
+
Tidak Didapatkan
-
+
Tidak Didapatkan
-
Bulat
4 mm
Bulat
4 mm
+ Lambat
+ Lambat
-
+ Lambat
+ Lambat
-
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
I. 4.
-
- Oklusio
Lensa
- Kejernihan
- Iris Shadow
Corpus Vitreum
- Kejernihan
Fundus Refleks
Funduskopi
- Papil
Vasa
Makula
Retina
Ditemukan
Flakes
+
Snow Ditemukan
Flakes
+
Sukar Dinilai
Suram
Fokus -2
Batas tegas, warna
jingga, CDR 0,8,
miopic cressent (+),
ekskavasi (+), edem
(-), fundus tigroid (-)
Snow
Sukar Dinilai
Agak Suram
Fokus -2
Batas tegas, warna
jingga, CDR 0,8,
miopic cressent (+),
ekskavasi (+), edem
(-), fundus tigroid (-)
Fovea refleks ()
I. 5.
DIAGNOSA DIFFERENSIAL
a. ODS Katarak Imatur
Ditegakkan karena pasien mengeluh penglihatan kabur dan melihat kabut
berwarna putih. Pasien menggunakan kacamata baca. Jika pasien tidak
menggunakan kacamata baca (kacamata plus), tidak jelas untuk membaca.
Pasien mengaku tidak ada perbedaan saat melihat malam atau siang hari. Dari
pemeriksaan didapatkan visus tidak mengalami perbaikan, terdapat snow flakes
(+) dan iris shadow (+) pada lensa mata kanan dan kiri.
-
c. ODS Miopia
Ditegakkan karena pasien mengeluh melihat kabur saat melihat jauh sejak 10
tahun lalu disertai mata mudah lelah dan berair. Pasien memiliki riwayat
ODS Astigmatisme
Disingkirkan karena pasien tidak mengalami kesulitan melihat garis lurus,
pasien juga tidak mengeluh melihat ganda. Dari pemeriksaan tidak
didapatkan perbaikan bila menggunakan lensa silinder negatif ataupun positif
untuk melihat jauh.
ODS Hipermetropia
Disingkirkan karena pasien sejak 10 tahun lalu tidak mengalami keluhan
kabur jika melihat dekat, hanya mengeluh kabur bila melihat jauh. Dari
pemeriksaan tidak didapatkan perbaikan bila menggunakan sferis positif
untuk melihat jauh.
d. ODS Presbiopia
Ditegakkan karena usia pasien sudah 59 tahun, tidak jelas untuk membaca dan
harus menjauhkan objek bila ingin membaca. Hingga saat ini pasien baru ganti
kacamata sebanyak satu kali. Dan pada pemeriksaan visus mengalami perbaikan
bila dikoreksi dengan lensa add sferis positif untuk melihat dekat.
-
ODS Hipermetropia
Disingkirkan karena pasien sejak 10 tahun lalu tidak mengalami keluhan
kabur jika melihat dekat, hanya mengeluh kabur bila melihat jauh. Dari
pemeriksaan tidak didapatkan perbaikan bila menggunakan sferis positif
untuk melihat jauh.
I. 6.
DIAGNOSA
ODS Katarak Imatur
ODS Glaukoma Primer Sudut Terbuka
ODS Miopia
ODS Presbiopia
I. 7.
TERAPI
a. Topikal
Timolol Maleat 0,5% 3 x 1 tetes sehari
Kalium Iodida 5 mg dalam 15 ml (Catarlent) 3 x 1 tetes sehari
b. Oral
Asetazolamide 250 mg 4 x 1 tablet
Kalium klorida 600 mg 2 x 1 tablet
c. Parenteral
Tidak ada
d. Operatif
Glaukoma
Katarak
Trabekulektomi
Fakoemulsi
e. Kacamata
OD S 1,00
OS S 1,50
Add S +2,75
I. 8.
EDUKASI
a. Untuk Katarak
- Memberitahukan kepada pasien bahwa pandangan berkabut pada pasien
disebabkan oleh katarak, yaitu kekeruhan pada lensa.
- Memberitahu pasien bahwa kekeruhan pada lensa bersifat menetap, dan
hanya bisa hilang bila dilakukan operasi.
- Pada mata kanan dan kiri terdapat katarak yang belum matang, sehingga
pada saat ini operasi belum bisa dilakukan, sehingga hanya bisa diberikan
obat-obatan yang mencegah kekeruhan lensa semakin berat.
- Memberitahu pasien untuk kontrol teratur, sehingga perkembangan
kekeruhan lensa dapat dinilai, sehingga terapi atau tindakan medis yang
dapat diberikan sesuai derajat kekeruhan lensa.
- Memberitahukan kepada pasien,apabila hendak operasi katarak maka setelah
operasi penglihatan pasien belum tentu dapat kembali dengan sempurna,
karena terdapat pula kerusakan saraf mata karena tekanan bola mata yang
tinggi.
- Memberitahukan kepada pasien apabila stadium katarak sudah menjadi
matur, baru dapat dilakukan operasi. Apabila operasi tidak dilakukan, katarak
dapat berkembang menjadi stadium hipermatur yang beresiko menyebabkan
infeksi mata dan kerusakan mata yang lebih berat.
- Memberitahukan pasien bila melihat gambaran pelangi saat melihat lampu,
berarti hal tersebut merupakan komplikasi dari stadium katarak imatur pada
pasien, sehingga pasien harus segera ke dokter untuk mendapat terapi yang
sesuai dengan komplikasi yang dialami pasien.
b. Untuk Glaukoma
- Memberitahukan kepada pasien bahwa pandangan kabur juga dapat
disebabkan oleh kerusakan saraf mata karena tekanan bola mata yang tinggi.
- Memberitahukan kepada pasien bahwa kerusakan saraf mata yang terjadi
bersifat menetap dan dapat berkembang menjadi kebutaan.
- Memberitahukan kepada pasien,apabila hendak operasi katarak maka setelah
operasi penglihatan pasien belum tentu dapat kembali dengan sempurna,
karena terdapat pula kerusakan saraf mata karena tekanan bola mata yang
tinggi.
- Memberitahukan kepada pasien bahwa pengobatan yang dapat dilakukan
hanya untuk mengurangi tekanan bola mata yang tinggi dan mencegah
kerusakan mata lebih lanjut. Untuk mengurangi tekanan bola mata yang
tinggi, dapat dilakukan dengan konsumsi obat dan operasi.
Memberitahukan pasien untuk rutin kontrol, sehingga perkembangan
penyakit dapat dipantau untuk menghindari komplikasi.
c. Untuk Miopia
- Menjelaskan kepada pasien bahwa kelainan penglihatan tidak bisa
disembuhkan dengan obat-obatan, tetapi bisa diatasi dengan memakai lensa
tambahan atau kacamata.
- Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa bila membaca jangan terus
menerus dan usahakan dalam posisi tegak, jangan membungkuk di atas buku
ataupun tiduran dan dalam jarak yang cukup. Dan dengan penerangan yang
sesuai.
- Memberikan penjelasan untuk membatasi waktu menonton televisi dan jarak
sekitar 3 meter dari televisi.
- Memberikan penjelasan bahwa kacamata harus selalu dipakai karena apabila
kacamata tidak dipakai maka akan memperberat kerja mata untuk melihat
objek yang kabur tersebut dan memperburuk penyakit glaukoma pasien.
- Memberikan penjelasan untuk mengistirahatkan mata dan makan makanan
yang bergizi.
- Penggunaan lensa kontak dan LASIK tidak disarankan
d. Untuk Presbiopia
- Memberitahukan kepada pasien bahwa melihat tidak jelas saat membaca dan
harus dijauhkan pada pasien ini disebabkan oleh presbiopia, yaitu
berkurangnya kemampuan mata pasien untuk melihat dekat yang disebabkan
karena bertambahnya usia.
- Memberitahukan kepada pasien bahwa hal tersebut tidak dapat diobati dan
akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya usia.
- Memberitahukan kepada pasien bahwa pandangan yang tidak jelas pada saat
membaca dapat dibantu dengan penggunaan kacamata baca.
- Memberikan penjelasan bahwa kacamata harus selalu dipakai saat membaca
karena apabila kacamata tidak dipakai dapat memperberat penyakit
glaukoma pasien.
I. 9.
KOMPLIKASI
Glaukoma Primer Sudut Terbuka
Glaukoma Absolut
- Katarak Imatur
Glaukoma Sudut Tertutup
Katarak Matur Katarak Hipermatur Endoftalmi Panoftalmi
- Miopia
Ablasio Retina
Glaukoma Sekunder Sudut Tertutup
-
I. 10.
RUJUKAN
Tidak dilakukan rujukan untuk pasien ini.
I. 11.
PROGNOSA
Prognosis
Quo ad Visam
Quo ad Sanam
Quo ad Functionam
Quo ad Vitam
Quo ad Cosmeticam
Oculus Dexter
Ad Malam
Dubia Ad Malam
Dubia Ad Malam
Ad Bonam
Ad Bonam
Oculus Sinister
Ad Malam
Dubia Ad Malam
Dubia Ad Malam
Ad Bonam
Ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1.
ANATOMI PENGLIHATAN
II. 1. 1. KORNEA
Kornea adalah lapisan luar mata yang transparan, tidak berwarna dan tidak
mengandung pembuluh darah. Kornea terdiri atas 5 lapisan, yaitu lapisan epitel,
membran Bowman, stroma, membran Descemet, dan endotel.epitel kornea terdiri
atas 5-6 lapisan sel yang dapat melakukan regenerasi.
Di bawah epitel terdapat lapisan homogen setebal 7-12 m, yaitu membran
Bowman yang terdiri dari serat-serat kolagen yang tersusun menyilang secara acak
untuk membantu stabilitas dan kekuatan kornea.
Stroma dibentuk oleh banyak lapisan berkas kolagen paralel yang saling
menyilang secara tegak lurus. Membran Descemet merupakan struktur homogen
tebal 5-10 m yang terdiri atas susunan filamen kolagen halus yang membentuk
jalinan 3 dimensi. Endotel kornea merupakan epitel selapis gepeng. Endotel kornea
bertanggung jawab mempertahankan kejernihan kornea.
normal, yang mencakup biosintesis DNA, RNA, protein dan lemak, jug
amenghasilkan adenoid trifosfat untuk memenuhi kebutuhan energi lensa.
c. Nukleus dan Korteks
Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan
bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi,
sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastis.
Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.
Garis-garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamella
ini ujung ke ujung berbentuk [Y] bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk [Y]
ini tegak di anterior dan terbalik di posterior. Masing-masing serat lamellar
mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini
jelas di bagian perifer lensa di dekat ekuator dan bersambung dengan
lapisan epitel subkapsul.
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan
protein tertinggi di antara jaringan tubuh yang lain), dan sedikit sekali mineral yang
biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kaliub lebih tinggi di lensa daripada
di sebagian besar jaringan yang lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi.
II. 1. 4. BADAN KACA
Badan vitreus menempati daerah mata di belakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air, sedikit kolagen, dan molekul asam
hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreus mengandung sangat sedikit sel yang
menyintesis kolagen dan asam hialuronat.
II. 1. 5. RETINA
Retina merupakan membran yang tipis, halus dan tidak berwarna, tembus
pandang. Retina terdiri dari macam-macam jaringan, jaringan saraf dan jaringan
penyokong yang terdiri dari serat-serat Mueller, membran limitans interna dan
eksterna dan sel-sel glia.
Lapisan retina dari dalam keluar terdiri dari
1. Membran limitans interna
2. Lapisan serabut saraf
3. Lapisan sel-sel ganglion
4. Lapisan plexiform dalam
5. Lapisan nuklear dalam
6. Lapisan plexiform luar
7. Lapisan nuklear luar
8. Membrana limitans eksterna
9. Lapisan batang dan kerucut
10. Lapisan epitel pigmen
Membran limitans interna letaknya berdekatan dengan membrana hyaloidea dari
badan kaca. Retina menjalar ke depan dan makin ke depan lapisannya berubah
semakin tipis dan berakhir di ora serata, dimana hanya didapatkan satu lapisan
nuklear. Di tengah retina terdapat lekukan dari fovea sentralis. Daerah ini memiliki
daya penglihatan yang paling tajam. Fovea sentralis terdapat di tengah makula lutea.
Struktur makula lutea yaitu, tidak terdapat serat saraf, sel ganglion banya terdapat di
pinggir makula, di makula terdapat lebih banyak sel kerucut daripada sel batang. Di
fovea sentralis hanya terdapat sel kerucut.
Pada daerah nasal makula lutea kira-kira 2 diameter papil terdapat papila nervi
optisi, yaitu tempat dimana nervus opticus menembus sklera. Papil ini hanya terdiri
dari serabut saraf fan tidak mengandung sel batang atau kerucut sama sekali. Oleh
karena itu tak dapat melihat sema sekali dan disebut titik buta (blindspot). Bentuk
papil lonjong, batas tegas pinggir agak lebih tinggi dari retina sekitarnya. Bagian
tengahnya ada lekukan yang tampak agak pucat, besarnya 1/3 diameter papil, yang
disebut ekskavasi fisiologis. Dari tempat ini keluarlah arteri dan vena retina sentral
yang kemudian bercabang-cabang ke temporal dan nasal, juga ke atas dan ke bawah.
Diameter arteri dan vena adalah 2:3. Warna arteri lebih merah dan berbentuk lebih
lurus, di tengahnya didapatkan refleks cahaya. Vena berwarna lebih tua, ukura lebih
besar dan lebih berkelok-kelok.
II. 2.
II.2. 1.
FISIOLOGI
FISIOLOGI PENGLIHATAN
Cahaya adalah sebuah bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri atas paketpaket individual seperti partikel yang disebut foton yang berjalan menurut cara-cara
gelombang. Jarak antara dua puncak gelombang dikenal sebagai panjang gelombang.
Fotoreseptor di mata peka hanya pada panjang gelombang antara 400 dan 700
nanometer. Cahaya tampak ini hanya merupakan sebagian kecil dari spektrum
elektromagnetik total. Cahaya dari berbagai panjang gelombang pada pita tampak
dipersepsikan sebagai sensasi warna yang berbeda-beda. Panjang gelombang yang
pendek dipersepsikan sebagai ungu dan biru, panjang gelombang yang panjang
dipersepsikan sebagai jingga dan merah.
Pembelokan suatu berkas cahay (refraksi) terjadi ketika suatu berkas cahaya
berpindah dari satu medium dengan tingkat kepadatan tertentu ke medium dengan
tingkat kepadatan yang berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara dari pada
melalui media transparan lainnya seperti kaca dan air. Ketika suatu berkas cahaya
masuk ke sebuah medium yang lebih tinggi densitasnya, cahaya tersebut melambat,
begitu pula selanjutnya. Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya ketika melalui
permukaan medium baru pada setiap sudut kecuali sudut tegak lurus.
Cahaya masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang
bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke
mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (berada ditempat gelap), dan pupil
membesar jika intesitas cahaya besar (berada di tempat terang). Yang mengatur
perubahan pupil adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen tampak di
dalam aqueous humor dan juga berperan dalam menentukan warna mata.
Setelah melalui pupil dan iris, cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara
aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot siliar melalui ligamentum
Aquous humor diproduksi dengan kecepatan 2-3 L/mnt dan mengisi bilik
anterior sebanyak 250L serta bilik posterior sebanyak 60L. Aquous humor
berfungsi memberikan nutrisi (berupa glukosa dan asam amino) kepada jaringan
jaringan mata di segmen anterior, seperti lensa, kornea dan trabecular meshwork.
Selain, zat sisa metabolisme (seperti asam piruvat dan asam laktat) juga dibuang dari
jaringan-jaringan tersebut. Fungsi yang tidak kalah penting adalah menjaga kestabilan
tekanan intraokuli, yang penting untuk menjaga integritas struktur mata. Aquous
humor juga menjadi media transmisi cahaya ke jaras penglihatan.
Produksi Aquous humor melibatkan beberapa proses, yaitu transport aktif,
ultrafiltrasi dan difusi sederhana. Transport aktif di sel epitel yang tidak berpigmen
memegang peranan penting dalam produksi Aquous humor dan melibatkan Na+/K+ATPase. Proses ultrafiltrasi adalah proses perpindahan air dan zat larut air ke dalam
membran sel akibat perbedaan tekanan osmotik. Proses ini berkaitan dengan
pembentukan gradien tekanan di prosesus siliaris. Sedangkan proses difusi adalah
proses yag menyebabkan pertukaran ion melewati membran melalui perbedaan
gradien elektron.
Sistem pengaliran Aquous humor terdiri dari dua jenis sistem pengaliran
utama, yaitu aliran konvensional/ trabecular outflow dan aliran nonkonvensional/
uveoscleral outflow. trabecular outflow merupakan aliran utama dari aquous humor,
sekitar 90% dari total. Aquous humor mengalir dari bilik anterior ke kanalis schlemm
di trabecula meshwork dan menuju ke vena episklera, yang selanjutnya bermuara pada
sinus kavernosus. Sistem pengaliran ini memerlukan perbedaan tekanan, terutama
dijaringan trabekula. Uveoscleral, merupakan sistem pengaliran utama yang kedua,
sekitar 5-10% dari total. Aquous humor mengalir dari bilik anterior ke muskus ailiaris
dan rongga suprakoroidal lalu ke vena-vena di korpus siliaris, koroid, dan sklera.
Sistem aliran ini relatif tidak bergantung kepada perbedaan tekanan.
Tekanan intraokuli
Tekanan intraokuli merupakan kesatuan biologis yang menunjukkan fluktuasi
harian. Tekanan yang tepat adalah syarat untuk kelangsungan penglihatan yang
normal yang menjamin kebeningan media mata dan jarak yang konstan antara kornea
dengan lensa dan lensa dengan retina. Homeostasis tekanan intraokular terpelihara
oleh mekanisme regulasi setempat atau sentral yang berlangsung dengan sendirinya.
Tekanan mata yang normal berkisar antara 10-22 mmHg. Tekanan intraokuli
kedua mata biasanya sama dan menunjukkan variasi diurnal. Pada malam hari, karena
perubahan posisi dari berdiri menjadi berbaring, terjadi peningkatan resistensi vena
Kortikosteroid yang diberikan dalam jangka panjang baik sistemik atau topikal
seperti prednison, prednisolon, deksametason, dan lain-lain dapat menyebabkan
kekeruhan lensa. Patofisiologi ikatan kovalen antara kortikosteroid antara lain
melalui penurunan kadar anti-oksidan asam askorbat dalam aqueous humour.
Ikatan kovalen tersebut mengakibatkan terjadinya kekeruhan lensa pada katarak.
Selain itu, kortikosteroid menghambat pompa Na-K pada lensa sehingga terjadi
akumulasi dan koagulasi protein lensa yang menyebabkan kekeruhan lensa.
e. Katarak komplikata
Katarak ini dapat berkembang sebagai efek langsung dari penyakit intraokuler
yang mempengaruhi fisiologi lensa. Penyakit intraokuler yang terkait dengan
pembentukan katarak adalah uveitis kronis dan glaukoma.
Perubahan lensa sering terjadi sebagai akibat sekunder dari uveitis kronis.
Biasanya muncul katarak subkapsular posterior. Pembentukan sinekia posterior
sering berhubungan dengan penebalan kapsul lensa anterior dan perkembangan
fibrovaskular. Kekeruhan juga dapat terjadi pada tempat iris melekat dengan
lensa (sinekia posterior) yang dapat berkembang mengenai seluruh lensa.
Perubahan lensa pada katarak komplikata karena uveitis dapat berkembang
menjadi katarak matur.
f. Katarak akibat paparan sina ultraviolet
Lensa manusia dapat terkena radiasi sinar matahari yang mengandung sinar
ultraviolte A (320-400 nm) dan sinar ultraviolet B (295-320 nm). Kerusakan
lensa pada manusia diproteksi oleh sistem antioksidan dan pigmen kinurenin
kuning lensa. Semakin bertambahnya usia akan terjadi produksi antioksidan
tersebut. Sinar ultraviolet juga dapat meningkatkan fotooksidasi dan polimerasi
protein lensa.
Sinar ultraviolet dari matahari dapat mempercepat kekeruhan lensa. Sinar
ultraviolet akan diserap oleh protein lensa terutama asam amino aromatik yaitu
triptofan, fenil alanin, dan tirosin sehingga menimbulkan reaksi foto kimia dan
menghasilkan fragmen molekul yang disebut dengan radikal bebas, seperti anion
superoksida, hidroksil dan spesies oksigen reaktif seperti hidrogen peroksida
yang semuanya bersifat toksik. Radikal bebas ini akan menimbulkan reaksi
oksidatif pada gugs sulfhidril protein. Reaksi oksidatif akan mengganggu
struktur protein lensa sehingga terjadi cross link anatar dan intra protein dan
menambah jumlah high molecular weight protein sehingga terjadi agregasi
protein dan menimbulkan kekeruhan lensa.
II. 3. 3. PATOGENESIS
Stres oksidatif adalah patogenesis utama pada sebagian besar katarak. Kadar
oksigen (O2) yang rendah sangat penting untuk menjaga kejernihan lensa. Terdapat
perbedaan gradien oksigen dari bagian luar lensa sampai ke bagian tengah.
Mitokondria pada korteks lensa akan membuang sebagian besar oksigen, dan
menjaga kadar O2 di nukleus tetap rendah, namun pada usia lanjut fungsi
mitokondria berkurang dan produksi superoksida oleh mitokondria meningkat.
Kekeruhan ringan pada lensa. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk
gerigi menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).
b. Katarak Intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
cembung yang akan mendorong iris sehingga bilik mata depan menjadi dangkal.
c. Katarak Imatur
Sebagian lensa keruh, belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa
dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik lensa yang degeneratif.
Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder. Ciri-ciri katarak imatur berupa sebagian
lensa keruh, visus 1/60, iris shadow test positif, dan fundus reflek suram/gelap.
d. Katarak Matur
Kekeruhan sudah mengenai seluruh bagian lensa. Visus biasanya 1/300 atau 1/~,
iris shadow test negatif, fundus refleks keruh.
e. Katarak Hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek
dan mencair. Masa lensa yang berdegernerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga
lensa mengecil, berwarna kuning dan kering. Bila proses katarak berlanjut
disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair
tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa
karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak Morgagni (Ilyas, 2009).
Tabel 1. Klasifikasi Katarak berdasarkan stadium (Ilmu Penyakit Mata FKUI, 2011
Kekeruhan
Cairan Lensa
Iris
Bilik
Mata
Depan
Sudut Bilik Mata
Shadow Test
Penyulit
Insipien
Ringan
Normal
Imatur
Sebagian
Bertambah
masuk)
Matur
Seluruh
(air Normal
Normal
Normal
Terdorong
Dangkal
Normal
Normal
Normal
Negatif
-
Sempit
Positif
Glaukoma
Normal
Negatif
-
Hipermatur
Masif
Berkurang (air +
massa
lensa
keluar
Tremulans
Dalam
Terbuka
Pseudopos
Uveitis
Glaukoma
Sering terjadi pada katarak senilis. Sel-sel di bagian tengah lensa terletak jauh
dari aqueous humour, sebagai sumber nutrisi bagi lensa. Seiring dengan
bertambahnya usia, sel-sel di bagian tenga menjadi lebih padat dan kaku,
mengalami hidrasi (penambahan cairan) dan penimbunan ion kalsium dan
sklerosis. Kemudian nukleus mengalami penimbunan pigmen, dan lensa
menjadi lebih hipermetrop. Lama kelamaan nukleus lensa yang mulanya
berwarna putih, menjadi kekuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian menjadi
kehitaman, disebut juga katarak Brunesen atau katarak nigra.
b. Katarak Kortikal
Visus masih 1.0 karena daerah sentral masih bening. Kekeruhan dimulai dari
pinggir makin ke tengah, berwarna putih. Cahaya tidak bisa tembus. Pada
malam hari, penglihatan buram dan lebih jelas pada pagi atau siang hari.
c. Katarak Subcapsular Posterior
Kekeruhan lensa terletak di polus posterior. Katarak bersifat stasioner dan tidak
menimbulkan banyak gangguan visus, sehingga tidak memerlukan tindakan
operasi.
d. Katarak Subcapsular Anterior
Fundus refleks positif suram dengan bercak kesuraman di daerah perifer,
bergerak sesuai dengan arah lrikan mata.
II. 3. 5. DIAGNOSIS
Diagnosis katarak dapat dilakukan dengan :
a. Anamnesis
Biasanya pasien datang dengan keluhan penurunan tajam penglihatan atau
penglihatan kabur. Pada umumnya perlahan-lahan seperti ada yang menghalangi
(kabut, air terjun). Bila katarak terjadi pada bagian tepi lensa, maka tajam
penglihatan tidak akan mengalami perubahan, tetapi apabila kekeruhan di tengah
lensa maka penglihatan tidak akan menjadi jernih. Selain itu pasien juga akan
mengeluhkan silau, silau dirasakan karena adanya kekeruhan pada lensa
sehingga saat melihat sinar melalui bagian yang keruh akan diteruskan tidak
beraturan. Pasien jug mengeluhkan tidak bisa melihat objek yang letaknya jauh.
Hal ini karena terjadinya proses miopisaasi akibat hidrasi (penarikan cairan) ke
dalam lensa. Lensa akan menyerap aqueous humour sehingga lensa menjadi
cembung, daya refraksi lensa meningkat dan menyebabkan bayangan akan jatuh
di depan retina.
b. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan mata untuk mendiagnosis katarak, yaitu :
- Pemeriksaan Visus
- Iris Shadow Test
Pada katarak imatur iris shadow positif, sementara pada katarak matur iris
shadow negatif.
- Fundus Refleks
II. 3. 6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan katarak yang dapat dilakukan adalah tindakan operatif untuk
mengangkat lensa. Adapun beberapa metode operasi ekstraksi katarak yang dapat
dilakukan adalah :
a. Operasi Katarak Ekstrakapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaranisi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Kemudian
dikeluarkan melalui insisi 9-10 mm, lensa intraokular diletakkan pada
kapsul posterios
b. Operasi katarak Intrakapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat
dilakukan pada zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah
diputus. Pada ekstraksi katarak ini katarak sekunder tidak akan terjadi,
karena tidak ada sisa lensa yang tertinggal, tetapi operasi ini
dikontraindikasikan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsuler.
c. Fakoemulsifikasi
Pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonik untuk
menghancurkan nukleus yang kemudian diaspirasi melalui insisi 2,5-3
mm, dan kemudian dimasukkan lensa intraokular yang dapat dilipat.
Operasi ini cukup dilakukan dengan insisi yang kecil sehingga pemulihan
visus lebih cepat dan induksi astigmatis akibat operasi minimal.
Tindakan operasi hanya dapat dilakukan pada katarak matur, pada katarak
imatur atau intumesen terapi yang dapat dilakukan adalah pencegah untuk
menghambat perkembangan ke stadium selanjutnya, katarak matur. Pengobatan yang
dapat dilakukan seperti konsumsi vitamin C. Vitamin C berkerja menghambat
perkembangan katarak dengan mencegah terbentuknya radikal bebas sebagai anti
oksidan.
II. 4.
GLAUKOMA
II. 4. 1. DEFINISI
Glaukoma adalah penyakit kronis yang ditandai oleh tekanan intra okuler
(TIO) bola mata yang lebih tingi dari normal, sehingga menyebabkan atrofi serabut
sarah dan defek atau menciutnya lapang pandang. Angka kejadian glaukoma
terdapat pada orang dewasa terutama pada umur lebih dari 40 tahun (1-2%), diduga
merupakan penyakit herediter sehingga apabila ada keluarga yang menderita
glaukoma harus waspada akan penyakit itu dengan memeriksa mata secara rutin
setiap 6 bulan atau satu tahun sekali. Glauoma lebih banyak menenai wanita
dibandingkan dengan pria.
Glaukoma merupakan penyakit bilateral, walaupun onset penyakit ini tidak
bersamaan sehingga penderita sudah buta satu mata, sedangkan mata lainnya masih
baik. Glaukoma dapat juga kongenital, baik primer maupun menyertai kelainan
kongenital lainnya yang manifestasinya dapat sejak bayi, anak-anak maupun baru
timbul gejala setelah dewasa. Glaukoma dapat juga menyertai penyakit mata lain,
misalnya pata iritis yang disebut dengan glaukoma sekunder.
II. 4. 2. PATOFISIOLOGI
Terjadinya tekanan tinggi bola mata disebabkan karena adanya gangguan
pengaliran aqueous humour, sehingga terdapat pengumpulan aqueous humour yang
berlebihan di bilik mata depan (camera oculi anterior). Penyakit yang ditandai
dengan peningkatan tekanan intraokuler ini, disebabkan :
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil
- Hambatan pengeluaran cairan intra okuler
II. 4. 3. KLASIFIKASI
Menurut Vaughan, glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Glaukoma Primer
Glaukoma terjadi tanpa adanya penyakit mata yang lain, etiologi glaukoma
primer tidak dapat dipastikan, tetapi diduga beberapa faktor dapat mempengaruhi
terjadinya glaukoma primer, yaitu :
1. Gangguan pengeluaran cairan mata yang disebabkan gangguan susunan
anatomis bilik mata yang menyempit
2. Sudut
mata
mengalami
kelainan
berupa
goniodisgenesis,
trabekulodisgenesis, iridodisgenesis dan korneodisgenesis.
Glaukoma primer bersifat bilateral yang tidak selalu simetris dengan sudut bilik
mata terbuka atau tertutup. Glaukoma ini dapat dibedakan atas :
- Glaukoma Primer Sudut Terbuka (POAG)
Disebut juga glaukoma simpleks atau glaukoma kronik. Glaukoma ini
merupakan glaukoma yang penyebabnya tidak diketahui, ditandai dengan
sudut mata yang terbuka. Glaukoma simpleks didiagnosis bila ditemukan
glaukoma pada kedua mata pada pemeriksaan pertama tanpa ditemukan
kelainan yang dapat merupakan penyebab. Pada umumnya ditemukan pada
usia 40 tahun keatas tetapi kadang dapat juga ditemukan pada usia muda.
Pada jenis glukoma ini hambatan pengeluaran cairan aqueous humour
terletak pada trabekulum dan kanalis schlemm.
Terdapat faktor resiko pada seseorang menderita glaukoma simpleks
seperti diabetes melitu, hipertensi, kuli berwarna dan miopia.
d. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (tertutup ataupun
terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik
mata dangkal, pupil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti
batu dan dengan rasa sakit terus menerus disertai pusing.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada
badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau
melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit. Bisa juga dilakukan cyclo cryo bila sakit, tetapi bila
cyclo cryo tidak berhasil maka dilakukan enukleasi.
II. 4. 4. DIAGNOSTIK
a. Anamnesa
Pada glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut sempit yang tanpa serangan
hampir tidak ada keluhan pada stadium permulaan. Baru pada stadium lanjut
kalau penderita cukp jeli akan terasa ada penyempitan lapang pandang. Pada
glaukoma sudut sempit dengan serangan, keluhan berupa sakit kepala disertai
seperti melihat pelangi sampai kabur yang dapat sembuh spontan atau dengan
pengobatan. Pada glaukoma kongenital biasanya keluhan terjadi karena air
matanya berair dan silau.
b. Visus/Ketajaman Penglihatan
Pada glaukoma simplek visus terganggu sampai stadium akhir. Sedangkan pada
glaukoma sudut sempit pada waktu serangan visus sangat menurun. Bila
serangan teratasi visus kembali baik dengan sisa gangguan akomodasi. Pada
glaukoma kronik visus sentral tidak terganggu tetapi penglihatan perifer yang
terganggu karena adanya skotoma.
c. Tonometer
Diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Ada beberapa cara pemeriksaan
dengan tonometer :
- Palpasi
Mata penderita ditutup kemudian mata ditekan dengan kedua telunjuk
kemudai bandingkan dengan fluktuasi mata di sebelahnya.
- Cara Mekanik dengan Tonometer Schiotz
Cara pengukuran indirect yang paling banyak dipakai karena praktis dan
murah, tetapi hasilnya diperngaruhi oleh kekuatan sklera atau kornea. Cara
pemakaian, penderita dengan posisi tidur, dagu dan dahi dalam posisi
horizontal. Kemudian mata diberi tetes anestesi, tonometer ditera pada tes
blok sampai jarum menunjukkan angka nol. Kemudian alat diberi beban
terkecil 5,5 foot plate di disenfeksi dengan alkool 70%. Foot plate diletakkan
tepat pada kornea tanpa membuat tekanan. Angka yang ditunjuka oleh jarum
dibaca dan dicocokkan dengna tabel Fridenwald bila jarum menunjukkan
angka kecil dari 3 maka beban ditambah 7,5, 10, 15. Perubahan tekanan
intraokuler diurnal ini paling tinggi 4 mmHg pada mata normal sedangkan
pada mata glaukoma perubahan ini dapat lebih besar dari 8 mmHg.
d. Tonografi
Bila tonometer tidak menunjang diagnosa maka kita lakukan tonografi untuk
melihat kemampuan aqueous humour meninggalkan bilik mata. Caranya dengan
menghitung perbedaan tekanan intra okuler sebelum dan sesudah penekanan
kemudian dihitung dan didapat dengan jumlah aqueous humour yang dapat
dipindahkan, maka didapatkan angkal out flow facility yang dinyatakan dengan
angka C. Bila kurang dari angka 0,18 berarti aliran aqueous humour terganggu
makan diagnosa glaukoma ditegakkan.
e. Tes Provokasi
Dilakukan bila diagnosa belum dapat ditegakkan, misalnya tekanan intra okuler
meragukan, campus tidak khas, keadaan papil tidak khas, C < 0,18. Terdapat
beberapa cara :
- Tes minum air, penderita disuruh minum air 1 Liter dalam waktu 5-10 menit.
Setelah 15 menit tekanan intra okuler akan naik, dalam keadaan normal
naiknya 3-5 mmHg sedangan pada glaukoma terdapat kenaikan TIO lebih
dari 8 mmHg. Tes ini dilakukan pada pagi hari dan belum minum obat
antiglaukoma sebelumnya.
- Tes kamar gelap, penderita diuruh diam di kamar gelap selama 1 jam, tidak
boleh tidur, pupil akan midriasis dan TIO akan naik. Pada glaukoma didapat
kenaikan lebih dari 8 mmHg dalam waktu 60-90 menit.
- Tes midriatika, mata ditetesi dengan midriatika jangka pendek setelah lebih
dulu diukur TIO. Bila setelah midriasis TIO naik lebih dari 8 mmHg berarti
glaukoma positif.
- Tes kortikosteroid, diberikan tets mata kortikosteroid 0,1% selama 4-6
minggu atau 4 kali sehari, pada penderita glaukoma akan didapatkan Tio > 8
mmHg
f. Pemeriksaan Lapang Pandang
Pemeriksaan lapang pandang dilakukan dengan cara memakai perimeter, tabir
bjerrum, dan cara konfrontasi
g. Pemeriksaan Gonioskopi
Untuk melihat apakah sudut mata tertutup atau terbuka, dilakukan gonioskopi.
Untuk mengetahui apakah ada kelainan lain di sudut bilik depan seperti
perlengketan iris dengan kornea, dialisis iris, hifema, vaskularisasi baru. Secara
kasar dapat dikira-kira :
- Sudut 20-40 oC dinyatakan sudut terbuka
- Sudut < 20 oC dinyatakan sudut sempit
- Kalau Schwableline tidak tampak berarti sudut tertutup
II. 4. 5. DIAGNOSIS BANDING
a. Glaukoma dengan mata merah dibandingkan dengan konjungtivitis dan
iridosiklitis
b. TIO tinggi dengan mata tenang dibedakan dengan hipertensi okuler
c. Kelainan lapang pandang harus dibedakan dengan kelainan lapang pandang pada
kelainan saraf optik
d. Papil yang pucat juga harus dibedakan dengan atrofi papil
e. Glaukoma kongenital dapat didiagnosis banding dengan obstruksi
nasolakrimalis, megalokornea, miopia tinggi dan edema kornea idiopatik.
II. 4. 6. TERAPI
Tujuan terapi pada glaukoma adalah menurunakn tekanan bola mata dan
mempertahankan tekanan tersebut sehingga tidak terjadi kelainan lapang pandang
dan diskus optikus yang progresif, dan mempertahankan keadaan yang tersisia.
a. Medikamentosa
- Miotika untuk mengecilkan pupil supaya jalan aqueous humour lancar. Obat
yang dapat digunakan seperti Pilokarpin, karbakol dan fosfolin yodide.
b. Operasi
- Iridektomi, untuk glaukoma sudut terbuka di mana diduga keadaan trabekula
masih baik
- Trabekulektomi, untuk glaukoma sudut terbuka dan sudut tertutup bila
keadaan trabekula buruk
- Trabekulotomi, untuk glaukoma kongenital membuka membran Barkan bila
kornea keruh
- Goniotomi, untuk glaukoma kongenital membuka membran Barkan bila
keadaan kornea masih jernih
- Cyclo cryo, dilakukan pada glaukoma absolut atau glaukoma dengan
neovaskularisasi di iris
- Enukleasi, pembuangan seluruh bola mata, dilakukan pada glaukoma absolut
yang sakit
- Iridektomi dan trabekuloplastik dengan sinar laser.
II. 5.
KELAINAN REFRAKSI
II. 5. 1. MIOPIA
A. DEFINISI
Merupakan kelainan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang datang dari jarak
tak terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat, dibiaskan di depan retina, sehingga
pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur.
Pada penderita mata rabun jauh (miopia) tidak dapat melihat objek atau benda
jarak jauh, namun akan terlihat jelas apabila objek atau benda itu berada dalam jarak
dekat. Sering kali para penderita rabun jauh merasakan pusing pada kepala jika
terlalu memaksa melihat benda yang jauh dari kemampuan jarak pandangnya.
Penderita miopia dapat dibantu dengan menggunakan lensa (corrective lenses)
seperti lensa kontak, dengan operasi refraktif seperti lasik atau yang banyak
digunakan oleh penderita miopia adalah kacamata dengan kontak lensa negatif.
B. ETIOLOGI
Penyebab miopia dapat bersifat keturunan, ketegangan visual atau faktor
lingkungan. Faktor keturunan pada miop pengaruhnya lebih kecil dari faktor
ketegangan visual. Terjadinya miop lebih dipengaruhi oleh bagaimana seseorang
menggunakan penglihatannya, dalam hal ini seseorang yang lebih banyak
menghabiskan waktu di depan komputer atau seseorang yang menghabiskan banyak
waktu dengan mebmbaca tanpa istirahat akan lebih besar kemungkinan untuk
menderita miopi.
C. KLASIFIKASI
1. Menurut penyebabnya:
4. Selain kaca mata untuk kelainan presbiopi, ada beberapa jenis lensa lain
yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada
bersamaan dengan presbiopinya. Ini termasuk :
a. Bifokal, untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang
mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
b. Trifokal, untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang dan jauh, bisa
yang mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
LAPORAN KASUS
ODS KATARAK IMATUR
ODS GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERBUKA
ODS MIOPIA
ODS PRESBIOPIA
Disusun Oleh :
Bayu Tofaeni
1410221001
Elsa Ameliana
1410211016
Reza Angga P
1410221025
Sabilla Sheridan
1410221035
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
ODS KATARAK IMATUR
ODS GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERBUKA
ODS MIOPIA
ODS PRESBIOPIA
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh program
pendidikan profesi dokter.
Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Tingkat II Dr. Soedjono Magelang