Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Analisa Mengenai Kemampuan Siswa secara internasional
sebagaimana

dilakukan

Organization

for

Economic

Co-operation

and

Development (OECD) melalui Test PISA 2013 yang baru saja dirilis penting
dicermati. Meskipun peringkat Indonesia secara agregat berada pada urutan 64
dari 65 negara yang dianalisa, sejumlah pelajaran dan patokan dapat dipelajari
untuk perbaikan dimasa depan.
Secara metodologis Test PISA dilakukan terhadap siswa dibawah 15 tahun
dari 65 negara.Secara agregat pencapaian siswa Indonesian masih berada pada
urutan terbawah. Statistik menunjukkan bahwa, nilai rata-rata matematika siswa
Indonesia (375), untuk Sains nilai rata-rata siswa Indonesia (382) selanjutnya
untuk kemampuan membaca rata-rata siswa Indonesia (396). Perbandingan masih
jauh dengan pencapaian rata-rata siswa negara anggota OECD dalam matematika,
sains dan bahasa berturut-turut 494, 501 dan 496. Menarik untuk dijadikan
patokan dan motivasi bangsa Indonesia bahwa dari hasil test PISA tahun 2013
yang baru saja dirilis 10 besar negara dengan peringkat tertinggi didominasi
negara-negara sanghai dengan urutan tertinggi Taiwan, China, Singapura,
Hongkong, Korea selatan, Makau dan Jepang. Selanjutnya urutan kedelapan
Liechtenstein, Swiss dan Belanda. Indonesia harus melakukan perbaikan tata
kelola pendidikan secara progresif sebagaimana China.
Pendidikan yang baik dan berkualitas merupakan salah satu pilar penting
untuk meningkatkan standar kualitas hidup dalam pembangunan manusia suatu
bangsa. Tujuan paling mendasar dari pembangunan pendidikan yang baik adalah
memberikan pilihan yang seluas-luasnya bagi setiap warga negara dalam
menentukan hidupnya. Secara prinsip pilihan-pilihan rasional demikian dapat saja
berubah dalam kurun waktu tertentu. Pembangunan pendidikan dengan kualitas

tinggi akan menciptakan kemampuan bagi siswa untuk meraih kehidupan yang
lebih baik secara ekonomi, kesehatan, wawasan dan penciptaan peluang
kehidupan masa depan.
Sebagaimana Amartya Sen menyatakan bahwa pembangunan sebagai
kebebasan dengan menekankan bahwa kebebasan manusia bukanlah sekedar
tujuan akhir pembangunan namun juga tujuan prinsipil.Pendidikan yang bermutu
tinggi akan menciptakan keadaban manusia (human dignity) lebih dari sekedar
kemampuan menciptakan pendapatan yang tinggi. Pendidikan yang baik akan
meretas kemiskinan antar generasi, karena hasil akhir dari pendidikan berkualitas
akan memberikan pengetahuan yang baik dan bermutu kepada siswa didik tanpa
membedakan latar belakang sosial ekonomi.
B. Reformasi guru: Prioritas utama
Upaya meningkatkan peringkat Indonesia dalam hasil test PISA dapat
dimulai pada reformasi guru dengan penekanan prioritas pada perbaikan dan
transformasi beberapa hal diantaranya; pertama, proses belajar yang menekankan
input diarahkan pada penekanan output, efektifitas dan efisiensi. Kedua,
penakanan pada kuantitas guru yang berjumlah 3 juta berubah kearah kualitas,
akuntabilitas dan mereduksi ketimpangan antara guru di kota dan guru didesa
wilayah kabupaten, guru disekolah negeri dan swasta, guru disekolah unggul dan
sekolah biasa. Ketiga, sebelumnya berfokus pada pengadaan guru ditransformasi
kearah menciptakan kesesuaian antara penambahan guru dan kebutuhan.
Keempat, perhatian pada ujian nasional sistem terpusat kearah menganalisa
ketimpangan kualitas antar sekolah dan antar daerah.
Kelima, prioritas yang rendah terhadap pentingnya kemampuan membaca
(literacy) dan berhitung (numeracy) pada siswa Sekolah Dasar kearah penguatan
standar kemampuan membaca dan berhitung dengan baik dan tepat. Keenam,
kelebihan jumlah guru yang ada saat ini ditansformasikan kearah pengelolaan dan
pengerahan guru secara efisien termasuk melakukan Ujian kembali (examination
and upgrade) secara efektif dan selektif sesuai standar kebutuhan PISA. Ketujuh,
penyampaian dan penjelasan proses belajar mengajar yang hanya menggunakan
2

bahasa Indonesia dikembangkan untuk menggunakan bahasa Inggris atau minimal


dua bahasa. Kedelapan, sosialisasi regulasi baik UU Sisdiknas maupun kurikulum
yang sebelumnya dilakukan secara konvesnional diarahkan pada upaya merubah
pemahaman dan perilaku termasuk tanggungjawab guru. Kesembilan, adanya
fragmentasi data kearah sistem pendataan yang sesuai dengan tujuan MDGs dan
standar Test PISA khususnya bagi siswa pada pendidikan dasar. Kesepuluh, dari
sistem belajar dan tatap muka yang bersifat konvensional kearah sistem belajar
menggunakan teknologi berbasis IT. Guru harus memiliki kompetensi
menggunakan teknologi sebagai sarana belajar sehingga proses belajar mengajar
efektif.
C. Fakta mengenai Guru di Indonesia
Data mengenai kondisi guru di Indonesia pada tahun 2010 belum berubah
secara siginifukan hingga tahun 2013. Beberapa fakta mengenai guru adalah
sebagai berikut: Pertama, dari jumlah terjadi surplus atau kelebihan berdasarkan
rasio sekolah dan siswa. Selain itu terjadi ketimpangan antara jumlah guru yang
berlebihan dengan jumlah jam mengajar yang sedikit atau kurang. Kedua, belum
adanya data akurat mengenai perbaikan kualifikasi dan tingkatan hasil sertifikasi
yang terkait langsung dengan perbaikan kualitas belajar siswa. Ketiga, dari 3 juta
guru sekitar 80 % atau sebagian besar belum lulus ujian kompetensi guru
termasuk kepala sekolah.Keempat, terjadi ketimpangan kualifikasi guru antara
daerah dan antar sekolah khususnya pada pendidikan dasar. Kelima, akses data
yang masih kurang mengenai informasi lengkap tentang kualitas guru, kualitas
siswa dan kualitas sekolah. Kelima, rendahnya kapasitas lembaga sertifikasi guru
dan pendidikan tinggi keguruan khususnya terkait dengan kebutuhan keilmuwan
yang relevan dan sesuai kebutuhan standar Test PISA.
Upaya memperbaiki peringkat Indonesia pada test PISA memiliki
hubungan kuat dengan kemampuan Indonesia meretas kemiskinan antar generasi.
Test PISA merupakan salah satu instrumen yang mendapat pengakuan
internasional. Faktanya, 10 negara terbaik test PISA memiliki GNP tinggi dan
standar kualitas hidup masyarakatnya juga tinggi. Meskipun variabel lain ikut

menentukan dan mempengaruhi kualitas hidup suatu bangsa, namun telah terbukti
bahwa perbaikan kualitas pendidikan sangat efektif dalam meningkatkan kualitas
hidup, kapasitas dan keterampilan seseorang. Dengan demikian keberhasilan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan memberikan sumbangan besar meretas
kemiskinan antar generasi. Kita tidak boleh melupakan bahwa salah satu
keberhasilan negara-negara 10 besar test PISA adalah kebijakan pendidikan yang
memberikan akses yang sama bagi siswa miskin untuk mendapat pelayanan
pendidikan berkulitas. Bukankah amanah konstitusi kita pada muqodimahnya
menyatakan bahwa tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Maknanya, melalui pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi yang
cerdas untuk mengantarkannya keluar dari kemiskinan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.

GAMBARAN SINGKAT PISA


PISA merupakan singkatan dari Programme Internationale for
Student Assesment yang merupakan suatu bentuk evaluasi kemampuan dan
pengetahuan yang dirancang untuk siswa usia 15 tahun (Shiel, 2007).
PISA sendiri merupakan proyek dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang pertama kali diselenggarakan
pada tahun 2000 untuk bidang membaca, matematika dan sains. Ide utama
dari PISA adalah hasil dari sistem pendidikan harus diukur dengan
kompetensi yang dimiliki oleh siswa dan konsep utamanya adalah literasi
(Neubrand, 2005).
PISA dilaksanakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada tahun 2000,
2003, 2006, 2009, dan seterusnya. Sejak tahun 2000 Indonesia mulai
sepenuhnya berpartisipasi pada PISA. Pada tahun 2000 sebanyak 41
negara berpartisipasi sebagai peserta sedangkan pada tahun 2003 menurun
menjadi 40 negara dan pada tahun 2006 melonjak menjadi 57 negara.
Jumlah negara yang berpartisipasi pada studi ini meningkat pada tahun
2009 yaitu sebanyak 65 negara. PISA terakhir diadakan pada tahun 2012,
dan laporan mengenai hasil studi ini belum dirilis oleh pihak OECD.
Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur
operasi standar yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan
survei, penggunaan tes dan angket, penentuan populasi dan sampel,
pengelolaan dan analisis data, dan pengendalian mutu. Desain dan
implementasi

studi

berada

dalam

tanggung

jawab

konsorsium

internasional yang beranggotakan the Australian Council for Educational

Research (ACER), the Netherlands National Institute for Educational


Measurement (Citogroep), the National Institute for Educational Policy
Research in Japan (NIER), dan WESTAT United States.
B.

LITERASI MATEMATIKA DAN TUJUANNYA


Salah satu tujuan dari pisa adalah untuk menilai pengetahuan
matematika siswa dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Itulah mengapa digunakan istilah literasi metematika karena
dalam pisa matematika tidak hanya dipandang sebagai suatu disiplin ilmu
pengetahuan, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengplikasikan suatu
pengetahuan dalam masalah dunia nyata (real world) atau kehidupan
sehari-hari.

Sehingga

pengetahuan

tersebut

dapat

dirasa

lebih

kebermanfaatan secara langsung oleh siswa.


Pada PISA matematika, dengan memiliki kemampuan literasi
matematika maka akan dapat menyiapkan siswa dalam pergaulan di
masyarakat modern (OECD, 2010). Meningkatnya permasalahan yang
akan dihadapi oleh siswa dikehidupannya membutuhkan kepahaman akan
matematika, penalaran matematika, peralatan matematika, dll sebelum
mereka benar-benar menjalankan dan melewati permasalahan nyata itu.
Dari definisi matematika literasi di atas dapat dikatakan bahwa
literasi matematika merupakan kapasitas masing-masing individu untuk
memformulasikan, menggunakan dan menginterpretasikan matematika di
banyak situasi konteks. Kepahaman individu meliputi membuat penalaran
matematika dan menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat untuk
mendeskrepsikan, menjelaskan dan memprediksi sebuah kejadian. Hal itu
membantu individu untuk memahami aturan yang menjadikan matematika
sebagai acuan pada kenyataan dan untuk membuat pertimbangan serta
keputusan yang dibutuhkan dengan mengkonstruksi, menggunakan dan
merefleksikan diri sebagai warganegara.

Seseorang dikatakan memiliki tingkat literasi matematika baik


apabila ia mampu menganalisis, bernalar, dan mengkomunikasikan
pengetahuan dan keterampilan matematikanya secara efektif, serta mampu
memecahkan dan menginterpretasikan penyelesaian matematika. Dengan
demikian, pengetahuan dan pemahaman tentang literasi matematika sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Kemampuan literasi matematika dapat dilakukan penilaian. PISA
menyajikan teknik penilaian literasi matematika yang didasarkan pada
konten, konteks dan kelompok kompetensi. PISA menilai level dan tipe
matematika yang sesuai dengan anak usia 15 tahun dalam mengikuti alur
(trajectory) untuk menjadi warga yang konstruktif, reflektif dan dapat
memberikan keputusan dan pendapat yang baik (OECD, 2010).
Matematika literasi yang dimiliki siswa dilihat bagaimana cara
siswa dalam menggunakan kemampuan dan keahlian matematika untuk
menyelesaikan permasalahan. Permasalahan mungkin terjadi di berbagai
macam situasi atau konteks yang berhubungan dengan tiap individu.
Untuk menyelesaikan permasalahan maka dibutuhkan mathematical
content yang diorganisasikan oleh overaching ideas. Mathematical
competencies harus diaktifkan untuk menyambungkan ke realita
kehidupan dimana permasalahan muncul dengan matematika dan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Setiap proses literasi matematika memiliki aktifitas-aktivitas yang
bisa diketahui seperti tabel berikut:
Proses literasi dan aktivitas siswa

Proses literasi

Aktivitas

Memformulasikan situasi Mengidentifikasi


secara matematika

aspek-aspek

matematika

dalam

permasalahan yang terdapat pada situasi konteks nyata

serta

mengidentifikasi

pentingMemahami

struktur

variabel

yang

matematika

dalam

permasalahan atau situasiMenyederhanakan situasi


atau masalah untuk menjadikannya mudah diterima
dengan analisis matematikaMengidentifikasi hambatan
dan

asumsi

dibalik

model

matematika

dan

menyederhanakannyaMerepresentasikan situasi secara


matematika dengan menggunakan variabel, simbol
diagram

dan

model

dasar

yang

sesuaiMerepresentasikan permasalahan dengan cara


yang berbeda
Memahami dan menjelaskan hubungan antara bahasa,
simbol dan konteks sehingga dapat disajikan secara
matematika
Mengubah permasalahan menjadi bahasa matematika
atau model matematika
Memahami

aspek-aspek

permasalahan

yang

berhubungan dengan masalah yang telah diketahui,


konsep matematika, fakta atau prosedur
Menggunakan

teknologi

untuk

menggambarkan

hubungan matematika sebagai bagian dari masalah


konteks.
Menerapkan
fakta,

konsep, Merancang dan mengimplementasikan strategi untuk

prosedur

penalaran matematika

dan menemukan solusi matematikaMenggunakan alat dan


teknologi matematika untuk membatu mendapatkan
solusi yang tepatMenerapkan fakta, aturan, algoritma
dan

struktur

matematika

ketika

mencari

solusiMemanipulasi bilangan, grafik, data statistik,


bentuk aljabar, informasi, persamaan, dan bentuk

geometri.Membuat diagram matematika, grafik, dan


mengkonstruksi

serta

mengekstraksi

informasi

matematika.Menggunakan dan menggantika berbagai


macam situasi dalam proses menemukan solusi
Membuat generalisasi berdasarkan pada prosedur dan
hasil matematika untuk mencari solusi
Merefleksikan pendapat matematika dan menjelaskan
serta memberikan penguatan hasil matematika
Mengiterpretasikan,

Menginterpretasikan kembali hasil matematika ke

menggunakan

dan dalam masalah nyata.Mengevaluasi alasan-alasan yang

mengevaluasi

hasil reasonable dari solusi matematika ke dalam masalah

matematika.

nyata
Memahami bagaimana realita memberikan dampak
terhadap hasil dan perhitungan dari prosedur atau
model matematika dan bagaimana penerapan dari
solusi yang didapatkan apakah sesuai dengan konteks
perrmasalahan
Menjelaskan mengapa hasil matematika dapat atau
tidak dapat sesuai dengan permasalahan konteks yang
diberikan
Memahami perluasan dan batasan dari konsep dan
solusi matematika
Mengkritik dan mengidentifikasi batasan dari model
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.

A.

KEMAMPUAN MATEMATIS DALAM PISA


Adapun kemampuan matematis yang digunakan dalam penilaian
proses matematika dalam PISA adalah (OECD, 2010):
1. Komunikasi (Communication)
Siswa merasakan adanya beberapa tantangan dan dirangsang untuk
mengenali

dan

memahami

masalah.

Membaca,

mengkode

dan

menginterpretasikan pernyataan, pertanyaan, tugas atau benda yang


memungkinkan siswa untuk membentuk mental dari model situasi yang
merupakan langkah penting dalam memahami, menjelaskan, dan
merumuskan masalah. Selama proses penyelesaian masalah, perlu
diringkas dan disajikan. Kemudian setelah solusi ditemukan, maka
pemecah masalah perlu untuk mempresentasikan solusi yang didapatkan,
dan melakukan jsutifikasi terhadap solusinya.
2. Matematisasi (Mathematizing)
Istilah matematisasi digunakan untuk menggambarkan kegiatan
matematika dasar yang terlibat dalam bentuk mentransformasi masalah
yang didefinisikan dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk
matematis (yang mencakup struktur, konsep, membuat asumsi, dan atau
merumuskan model), atau menafsirkan, mengevaluasi hsil matematika
atau model matematika dalam hubungannya dengan masalah kontekstual.
3. Representasi (Representation)
Pada kemampuan representasi ini, siswa merepresentasikan
hasilnya baik dalam bentuk grafik, tabel, diagram, gambar, persamaan,
rumus, deskripsi tekstual, dan materi yang konkrit.

10

4. Penalaran dan Argumen (Reasoning and Argument)


Kemampuan ini melibatkan kemampuan siswa untuk bernalar
secara logis untuk mengekspolari dan menghubungkan masalah sehingga
mereka membuat kesimpulan mereka sendiri, memberikan pembenaran
terhadap solusi mereka.
5. Merumuskan strategi untuk memecahkan masalah (Devising Strategies
for Solving Problems)
Kemampuan ini melibatkan siswa untuk mengenali, merumuskan,
dan memecahkan masalah. Hal ini ditandai dengan kemampuan dalam
merencanakan strategi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah
secara matematis.
6. Menggunakan bahasa simbolik, formal, dan teknik, serta operasi (Using
symbolic, formal, and technical language, and operations)
Hal

ini

melibatkan

kemampuan

siswa

untuk

memahami,

menginterpretasikan, memanipulasi, dan menggunakan simbol-simbol


matematika dalam pemecahan masalah.
7. Menggunakan alat-alat matematika (Using Mathematical Tools)
Hal ini melibatkan kemampuan siswa dalam menggunakan alatalat matematika seperti alat ukur, kalkulator, komputer, dan lain
sebagainya.
B.

KONTEKS DALAM PISA


Salah satu aspek penting dari kemampuan literasi matematika adalah

keterlibatan matematika dalam pemecahan masalah di berbagai konteks. Konteks


yang dimaksud adalah situasi yang padanya dapat dilekatkan suatu permasalahan
dan pada situasi tersebut terdapat informasi-informasi yang dapat dijadikan lolusi
terhadap permasalahan tersebut (van den Heuvel-Panhuizen, 1996). Konteks yang

11

digunakan adalah konteks yang dekat dan diketahui dalam kehidupan sehari-hari
siswa.
Adapun konteks matematika dalam PISA dapat dikategorikan menjadi empat
konteks (OECD, 2010; Hayat dan Yusuf, 2010) yaitu:
1. Konteks pribadi (Personal)
Konteks pribadi yang berhubungan langsung dengan kegiatan pribadi siswa
sehari-hari, baik kegiatan diri sendiri, kegiatan dengan keluarga, maupun kegiatan
dengan teman sebayanya. Jenis konteks pribadi tidak terbatas pada persiapan
makanan,

belanja,

bermain,

kesehatan

pribadi,

transportasi

pribadi,

olahraga, traveling, jadwal pribadi, dan keuangan pribadi. Matematika diharapkan


dapat

berperan

dan

menginterpretasikan

permasalahan

dan

kemudian

memecahkannya.
2. Konteks pekerjaan (Occupational)
Konteks pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan siswa di sekolah dan atau
tempat lingkungan siswa bekerja. Konteks pekerjaan tidak terbatas pada hal-hal
seperti mengukur, biaya dan pemesanan bahan bangunan, menghitung gaji,
pengendalian mutu, penjadwalan, arsitektur, dan pekerjaan yang berhubungan
dengan pengambilan keputusan. Konteks pekerjaan berhubungan dengan setiap
tingkat tenaga kerja, dari tingkatan terendah sampai tingkatan yang tertinggi yang
dikenal oleh siswa. Matematika diharapkan dapat membantu untuk merumuskan,
melakukan klasifikasi masalah, dan memecahkan masalah tersebut.
3. Konteks umum (Societal)
Konteks umum berkaitan dengan penggunaan pengetahuan matematika dalam
kehidupan bermasyarakat baik lokal, nasional, maupun global dalam kehidupan
sehari-hari. Konteks umum dapat berupa masalah sistem voting, angkutan umum,
pemerintah, kebijakan publik, demografi, iklan, statistik nasional, masalah
ekonomi, dan lain sebagainya. Siswa diharapkan dapat menyumbangkan

12

pemahaman mereka tentang pengetahuan dan konsep matematikanya untuk


mengevaluasi berbagai keadaan yang relevan dalam kehidupan di masyarakat.

4. Konteks keilmuan (scientific)


Kegiatan keilmuan yang secara khusus berkaitan dengan kegiatan ilmiah yang
lebih bersifat abstrak dan menuntut pemahaman dan penguasaan teori dalam
melakukan pemecahan matematika. Konteks keilmuan juga berkaitan dengan
penerapan matematika di alam, isu-isu dan topik-topik yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti cuaca atau iklim, ekologi, kedokteran,
ilmu ruang, genetika, pengukuran, dan dunia matematika itu sendiri.
C.

KONTEN PISA
Konten matematika dalam PISA ditentukan berdasarkan hasil studi yang

mendalam serta berdasarkan konsensus di antara negara-negara OECD agar


pencapaian

siswa

itu

dapat

dibandingkan

secara

internasional

dengan

memperhatikan keragaman masing-masing negara peserta (Hayat dan Yusuf,


2010). Disamping itu, OECD (2010) juga menyebutkan bahwa konten matematika
dalam PISA diusulkan berdasarkan fenomena matematika yang mendasari dari
beberapa masalah dan yang telah memotivasi dalam pengembangan konsep
matematika dan prosedur tertentu. Adapun konten matematika dalam PISA dibagi
menjadi empat konten (OECD, 2010; Hayat dan Yusuf, 2010), yaitu:
1. Change and Relationships (Perubahan dan Hubungan)
Perubahan dan hubungan berkaitan dengan pokok pelajaran aljabar. Hubungan
matematika sering dinyatakan dengan persamaan atau hubungan yang bersifat
umum, seperti penambahan, pengurangan, dan pembagian. Hubungan ini juga
dinyatakan dalam berbagai simbol aljabar, grafik, bentuk geometris, dan tabel.
Oleh karena setiap representasi simbol itu memiliki tujuan dan sifatnya masingmasing, proses penerjemahannya sering menjadi sangat penting dan menentukan
sesuai dengan situasi dan tugas yang harus dikerjakan.
13

2. Space and Shape (Ruang dan Bentuk)


Ruang dan bentuk berkaitan dengan pelajaran geometri. Soal tentang ruang dan
bentuk ini menguji kemampuan siswa mengenali bentuk, mencari persamaan dan
perbedaan dalam berbagai dimensi dan representasi bentuk, serta mengenali ciriciri suatu benda dalam hubungannya dengan posisi benda tersebut. Wijaya (2012)
menyebutkan bahwa, untuk memahami konsep space and shape dibutuhkan
kemampuan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan objek berbeda,
menganalisis komponen-komponen dari suatu objek, dan mengenali suatu bentuk
dalam dimensi dan representasi yang berbeda.
3. Quantity (Bilangan)
Bilangan berkaitan dengan hubungan bilangan dan pola bilangan, antara lain
kemampuan untuk memahami ukuran, pola bilangan, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan bilangan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghitung
dan mengukur benda tertentu. Termasuk dalam konten bilangan ini adalah
kemampuan bernalar secara kuantitatif, merepresentasikan sesuatu dalam angka,
memahami langkah-langkah matematika, berhitung di luar kepala, dan melakukan
penaksiran.
4. Uncertainty and Data (Probabilitas/Ketidakpastian dan Data)
Probabilitas/ketidakpastian dan data berhubungan dengan statistik dan peluang
yang sering digunakan dalam masyarakat informasi. Penyajian dan interpretasi
data adalah konsep kunci dalam konten ini.

14

L
e
v

BAB III

e
l
1
(

3
5
7
,
8
)

PENUTUP
A. KESIMPULAN

PISA merupakan singkatan dari Programme Internationale


for Student Assesment yang merupakan suatu bentuk evaluasi
kemampuan dan pengetahuan yang dirancang untuk siswa usia 15
tahun (Shiel, 2007). PISA sendiri merupakan proyek dari
Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD) yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000 untuk
bidang membaca, matematika dan sains. Ide utama dari PISA
adalah hasil dari sistem pendidikan harus diukur dengan
kompetensi yang dimiliki oleh siswa dan konsep utamanya adalah
literasi (Neubrand, 2005).
B. SARAN
1. Setiap negara hendaknya bisa ikut serta dalam Programme

Internationale

for

Student

Assesment

agar

mampu

mengevaluasi system pendidikan yang telah dimiliki.


2. Programme Internationale for Student Assesment bisa lebih

giat memberi sarankepada setiap negara untuk kemajuan


pendidikan negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://en.wikipedia.org/wiki/Trends_in_International_Mathematics_and_Sc
ience_Study.18November2010 http://saorajaku.wordpress.com/2012/05/04
15

/peningkatan-minat-siswa-pada-ilmu-alam/ http://id.wikipedia.org/wiki/Pr
ogram_Penilaian_Pelajar_Internasional http://www.pergerakankebangsaan.
org/?p=736 http://karya1-ilmiah.blogspot.com/2012/07/pengembangan-

Anda mungkin juga menyukai