Pisa
Pisa
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Analisa Mengenai Kemampuan Siswa secara internasional
sebagaimana
dilakukan
Organization
for
Economic
Co-operation
and
Development (OECD) melalui Test PISA 2013 yang baru saja dirilis penting
dicermati. Meskipun peringkat Indonesia secara agregat berada pada urutan 64
dari 65 negara yang dianalisa, sejumlah pelajaran dan patokan dapat dipelajari
untuk perbaikan dimasa depan.
Secara metodologis Test PISA dilakukan terhadap siswa dibawah 15 tahun
dari 65 negara.Secara agregat pencapaian siswa Indonesian masih berada pada
urutan terbawah. Statistik menunjukkan bahwa, nilai rata-rata matematika siswa
Indonesia (375), untuk Sains nilai rata-rata siswa Indonesia (382) selanjutnya
untuk kemampuan membaca rata-rata siswa Indonesia (396). Perbandingan masih
jauh dengan pencapaian rata-rata siswa negara anggota OECD dalam matematika,
sains dan bahasa berturut-turut 494, 501 dan 496. Menarik untuk dijadikan
patokan dan motivasi bangsa Indonesia bahwa dari hasil test PISA tahun 2013
yang baru saja dirilis 10 besar negara dengan peringkat tertinggi didominasi
negara-negara sanghai dengan urutan tertinggi Taiwan, China, Singapura,
Hongkong, Korea selatan, Makau dan Jepang. Selanjutnya urutan kedelapan
Liechtenstein, Swiss dan Belanda. Indonesia harus melakukan perbaikan tata
kelola pendidikan secara progresif sebagaimana China.
Pendidikan yang baik dan berkualitas merupakan salah satu pilar penting
untuk meningkatkan standar kualitas hidup dalam pembangunan manusia suatu
bangsa. Tujuan paling mendasar dari pembangunan pendidikan yang baik adalah
memberikan pilihan yang seluas-luasnya bagi setiap warga negara dalam
menentukan hidupnya. Secara prinsip pilihan-pilihan rasional demikian dapat saja
berubah dalam kurun waktu tertentu. Pembangunan pendidikan dengan kualitas
tinggi akan menciptakan kemampuan bagi siswa untuk meraih kehidupan yang
lebih baik secara ekonomi, kesehatan, wawasan dan penciptaan peluang
kehidupan masa depan.
Sebagaimana Amartya Sen menyatakan bahwa pembangunan sebagai
kebebasan dengan menekankan bahwa kebebasan manusia bukanlah sekedar
tujuan akhir pembangunan namun juga tujuan prinsipil.Pendidikan yang bermutu
tinggi akan menciptakan keadaban manusia (human dignity) lebih dari sekedar
kemampuan menciptakan pendapatan yang tinggi. Pendidikan yang baik akan
meretas kemiskinan antar generasi, karena hasil akhir dari pendidikan berkualitas
akan memberikan pengetahuan yang baik dan bermutu kepada siswa didik tanpa
membedakan latar belakang sosial ekonomi.
B. Reformasi guru: Prioritas utama
Upaya meningkatkan peringkat Indonesia dalam hasil test PISA dapat
dimulai pada reformasi guru dengan penekanan prioritas pada perbaikan dan
transformasi beberapa hal diantaranya; pertama, proses belajar yang menekankan
input diarahkan pada penekanan output, efektifitas dan efisiensi. Kedua,
penakanan pada kuantitas guru yang berjumlah 3 juta berubah kearah kualitas,
akuntabilitas dan mereduksi ketimpangan antara guru di kota dan guru didesa
wilayah kabupaten, guru disekolah negeri dan swasta, guru disekolah unggul dan
sekolah biasa. Ketiga, sebelumnya berfokus pada pengadaan guru ditransformasi
kearah menciptakan kesesuaian antara penambahan guru dan kebutuhan.
Keempat, perhatian pada ujian nasional sistem terpusat kearah menganalisa
ketimpangan kualitas antar sekolah dan antar daerah.
Kelima, prioritas yang rendah terhadap pentingnya kemampuan membaca
(literacy) dan berhitung (numeracy) pada siswa Sekolah Dasar kearah penguatan
standar kemampuan membaca dan berhitung dengan baik dan tepat. Keenam,
kelebihan jumlah guru yang ada saat ini ditansformasikan kearah pengelolaan dan
pengerahan guru secara efisien termasuk melakukan Ujian kembali (examination
and upgrade) secara efektif dan selektif sesuai standar kebutuhan PISA. Ketujuh,
penyampaian dan penjelasan proses belajar mengajar yang hanya menggunakan
2
menentukan dan mempengaruhi kualitas hidup suatu bangsa, namun telah terbukti
bahwa perbaikan kualitas pendidikan sangat efektif dalam meningkatkan kualitas
hidup, kapasitas dan keterampilan seseorang. Dengan demikian keberhasilan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan memberikan sumbangan besar meretas
kemiskinan antar generasi. Kita tidak boleh melupakan bahwa salah satu
keberhasilan negara-negara 10 besar test PISA adalah kebijakan pendidikan yang
memberikan akses yang sama bagi siswa miskin untuk mendapat pelayanan
pendidikan berkulitas. Bukankah amanah konstitusi kita pada muqodimahnya
menyatakan bahwa tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Maknanya, melalui pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi yang
cerdas untuk mengantarkannya keluar dari kemiskinan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
studi
berada
dalam
tanggung
jawab
konsorsium
Sehingga
pengetahuan
tersebut
dapat
dirasa
lebih
Proses literasi
Aktivitas
aspek-aspek
matematika
dalam
serta
mengidentifikasi
pentingMemahami
struktur
variabel
yang
matematika
dalam
asumsi
dibalik
model
matematika
dan
dan
model
dasar
yang
aspek-aspek
permasalahan
yang
teknologi
untuk
menggambarkan
prosedur
penalaran matematika
struktur
matematika
ketika
mencari
serta
mengekstraksi
informasi
menggunakan
mengevaluasi
matematika.
nyata
Memahami bagaimana realita memberikan dampak
terhadap hasil dan perhitungan dari prosedur atau
model matematika dan bagaimana penerapan dari
solusi yang didapatkan apakah sesuai dengan konteks
perrmasalahan
Menjelaskan mengapa hasil matematika dapat atau
tidak dapat sesuai dengan permasalahan konteks yang
diberikan
Memahami perluasan dan batasan dari konsep dan
solusi matematika
Mengkritik dan mengidentifikasi batasan dari model
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.
A.
dan
memahami
masalah.
Membaca,
mengkode
dan
10
ini
melibatkan
kemampuan
siswa
untuk
memahami,
11
digunakan adalah konteks yang dekat dan diketahui dalam kehidupan sehari-hari
siswa.
Adapun konteks matematika dalam PISA dapat dikategorikan menjadi empat
konteks (OECD, 2010; Hayat dan Yusuf, 2010) yaitu:
1. Konteks pribadi (Personal)
Konteks pribadi yang berhubungan langsung dengan kegiatan pribadi siswa
sehari-hari, baik kegiatan diri sendiri, kegiatan dengan keluarga, maupun kegiatan
dengan teman sebayanya. Jenis konteks pribadi tidak terbatas pada persiapan
makanan,
belanja,
bermain,
kesehatan
pribadi,
transportasi
pribadi,
berperan
dan
menginterpretasikan
permasalahan
dan
kemudian
memecahkannya.
2. Konteks pekerjaan (Occupational)
Konteks pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan siswa di sekolah dan atau
tempat lingkungan siswa bekerja. Konteks pekerjaan tidak terbatas pada hal-hal
seperti mengukur, biaya dan pemesanan bahan bangunan, menghitung gaji,
pengendalian mutu, penjadwalan, arsitektur, dan pekerjaan yang berhubungan
dengan pengambilan keputusan. Konteks pekerjaan berhubungan dengan setiap
tingkat tenaga kerja, dari tingkatan terendah sampai tingkatan yang tertinggi yang
dikenal oleh siswa. Matematika diharapkan dapat membantu untuk merumuskan,
melakukan klasifikasi masalah, dan memecahkan masalah tersebut.
3. Konteks umum (Societal)
Konteks umum berkaitan dengan penggunaan pengetahuan matematika dalam
kehidupan bermasyarakat baik lokal, nasional, maupun global dalam kehidupan
sehari-hari. Konteks umum dapat berupa masalah sistem voting, angkutan umum,
pemerintah, kebijakan publik, demografi, iklan, statistik nasional, masalah
ekonomi, dan lain sebagainya. Siswa diharapkan dapat menyumbangkan
12
KONTEN PISA
Konten matematika dalam PISA ditentukan berdasarkan hasil studi yang
siswa
itu
dapat
dibandingkan
secara
internasional
dengan
14
L
e
v
BAB III
e
l
1
(
3
5
7
,
8
)
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Internationale
for
Student
Assesment
agar
mampu
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Trends_in_International_Mathematics_and_Sc
ience_Study.18November2010 http://saorajaku.wordpress.com/2012/05/04
15
/peningkatan-minat-siswa-pada-ilmu-alam/ http://id.wikipedia.org/wiki/Pr
ogram_Penilaian_Pelajar_Internasional http://www.pergerakankebangsaan.
org/?p=736 http://karya1-ilmiah.blogspot.com/2012/07/pengembangan-