PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali masyarakat yang tidak peduli akan kesehatan dirinya. Sehingga
memunculkan masalah-masalah kesehatan terutama gangguan pada indra penglihatan, salah
satunya adalah bagian kelopak mata. Biasanya masyarakat menganggap remeh penyakit ini
karena mereka beranggapan bahwa penyakit ini akan segera hilang. Padahal bila tidak
ditangani dengan serius maka akan muncul berbagai komplikasi dari penyakit ini seperti
Blefaritis salah satunya. Selain itu, penyakit ini juga dapat mengganggu pencitraan dirinya.
Disinilah peran tenaga medis sangat dibutuhkan bagi masyarakat sebagai upaya memperbaiki
tingkat kesehatan masyarakat. Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang
sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak
atau tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis
ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata
yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit.
Blefaritis melibatkan kulit dan bulu mata sedangkan gangguan kelenjar meibom
diakibatkan seboroik, obstruktif atau campuran. Blefaritis terjadi interaksi yang kompleks
dari berbagai faktor, termasuk sekresi yang abnormal, organisme atau mikroba dan kelainan
film air mata. Blefaritis dengan berbagai gejala dan tanda, dan berhubungan dengan kondisi
dermatologis seperti dermatitis seboroik, dan rosasea (Jackson, 2008).
Blefaritis kronik merupakan paling umum pada pasien saat pemeriksaan klinis mata
seperti iritasi. Berdasarkan gejala klinis yang paling sering adalah blefaritis posterior 24%,
mata kering 21% dan blefaritis anterior 12%. Hasil survei Amerika Serikat prevalensi gejala
blefaritis selama 12 bulan terakhir adalah terasa gatal dan terbakar, iritasi setelah
menggunakan komputer selama lebih dari 3 jam, kelopak mata terasa berat dan bengkak,
serpihan bulu mata, mata kering atau iritasi, mata terasa berair terutama di pagi hari dan mata
merah. 79,3% melaporkan memiliki gejala paling sedikit satu gejala selama 12 bulan dan
63% melaporkan memiliki gejala lebih dari satu (Lindstrom, 2011).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak
dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan
folikel dan kelenjar rambut (Ilyas, 2010).
Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat
kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan
normal ditemukan di kulit.
Biasanya orang sering menganggap kelelahan pada mata, atau mata yang berpasir,
dan terasa silau dan tidak nyaman bila terkena sinar matahari atau pada saat berada pada
lingkungan yang berasap, memberikan gambaran berupa mata merah, dan seperti ada
benda asing di dalam mata.
2. Etiologi
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau menahun.
Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan
kosmetik. Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis
ulseratif, dan blefaritis angularis.
Blefaritis dapat disebabkan infeksi staphylococcus, dermatitis seboroik, gangguan
kelenjar meibom, atau gabungan dari ketiganya. Blefaritis anterior biasanya disebabkan
karena infeksi staphylococcus atau dermatitis seboroik yang menyerang bulu mata.
Blefaritis seboroik serupa dengan dermatitis seboroik, dan posterior blefaritis (meibomian
blefaritis) disebabkan gangguan kerja kelenjar meibom.
Kelenjar meibom yang ada sepanjang batas kelopak mata, dibelakang batas bulu
mata, kelenjar ini menghasilkan minyak ke kornea dan konjungtiva. Kelenjar ini
disekresikan dari lapisan luar air mata, yang bisa menghambat penguapan air mata, dan
membuat permukaan mata menjadi tetap halus, dan membantu menjaga struktur dan
keadaan mata. Sekresi protein pada pasien yang menderita kelainan kelenjar meibom
berbeda komposisi dan kuantitas dari orang dengan mata normal. Ini menjelaskan kenapa
pada pasien dengan kelainan kelenjar meibom jarang menderita sindrom mata kering.
Kelenjar meibom berasal dari glandula sebasea.
Demodex folliculorum selain dapat merupakan penyebab dapat pula merupakan
vektor untuk terjadinya infeksi Staphylococcus. Dikenal bentuk blefaritis skuamosa,
blefaritis ulseratif dan blefaritis angularis. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis
dan keratitis (Ilyas, 2010).
3. Klasifikasi
a. Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan
yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol.
Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi
blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk
mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya
menyertai.
5
b. Blefaritis Seboroik
Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan
keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar
dari kelenjar Meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi
papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum,
madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya.
Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak
dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat
selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi.
Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea,
vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.
c. Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada
pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit.
Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar
bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini
berjalan bersama dermatitik seboroik.
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada blefaritis
skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai
madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya mengakibatkan perdarahan.
Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan
shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki
metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah
keratitis, konjungtivitis.
d. Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunungkuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan
dfarah di sekitar bulu mata. Pada blewfaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat
6
kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit
bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak
folikel
rambut
sehingga
mengakibatkan
rontok
(madarosis).
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan
stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus
ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.
Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel
rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila
ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat
berakibat trikiasis.
e. Blefaritis Angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut
kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus
eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum
lakrimal. Blefariris angularis disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya kelainan
ini bersifat rekuren.
Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Seng sulfat. Penyulit pada
pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.
f. Meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda
peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu pengobatan
kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai
antibiotik lokal.
g. Blefaritis Virus
1) Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri
saraftrigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut.
Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala
herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas.
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang
terlihat pad mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa
demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata
terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan
gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.
2) Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat didertai dengan keadaan yang
sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk
blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan
terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata,yang mengakibatkan kedua
kelopak lengket.
h. Blefartis Jamur
1) Infeksi superficial
2) Infeksi jamur dalam
3) Blefaritis pedikulosis
i. Blefaritis pedikulosis
Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk akan dapat bersarang
tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra.
4. Patofisiologi
Blefaritis terjadi dimulai dari invasi jamur pitirusporum (b.seboreik) , stafilokokus
(b.ulseratif) di area kelopak mata dan adanya kelainan metabolic (b.seboreik) pada sekitar
kelopak mata yang merusak system imun dan menginfeksi kelopak mata. Akibatnya pada
blefaritis seboreik terjadi pelepasan lapisan tanduk di kulit dan daerah kelopak mata,
gangguan folikel rambut menyebabkan bulu mata cepat jatuh dan terjadi trikiasis
menggesek kornea menyebabkan gangguan kornea. Sedangkan pada blefaritis ulseratif
terjadi hyperemia, pelepasan krusta berwarna kuning kering terasa gatal, destruksi folikel
rambut yang menyebabkan bulu mata cepat jatuh dan tidak diganti dengan yang baru,
dapat pula menyebabkan gangguan pada kornea, serta terbentuk ulkus kecil-kecil yang
mudah berdarah (Istiqomah, 2004).
8
Gejala:
a) Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan
keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata.
b) Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya. Mata dan
kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah. Bisa terjadi pembengkakan
kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok.
c) Mata
menjadi
merah,
berair
dan
peka
terhadap
cahaya
terang.
Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika keropeng
dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering
sehingga ketika bangun kelopak mata sukar dibuka.
Tanda:
a) Skuama pada tepi kelopak
b) Jumlah bulu mata berkurang
c) Obstruksi dan sumbatan duktus meibom
d) Sekresi Meibom keruh
e) Injeksi pada tepi kelopak
f) Abnormalitas film air mata
Blefaritis Bakterial
Infeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai sangat berat. Diduga sebagian besar
infeksi kulit superficial kelopak diakibatkan Streptococcus. Bentuk infeksi kelopak
dikenal sebagai folikulitis, impetigo, dermatitis eskematoid. Pengobatan pada infeksi
ringan ialah dengan memberikan antibiotic lokal dan kompres basah dengan asam borat,
10
Pada blefaritis sering diperlukan pemakaian kompres hangat. Infeksi yang berat diberikan
antibiotic sistemik (Ilyas, 2010).
Blefaritis Superfisial
Bila infeksi kelopak superficial disebabkan oleh Staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotic seperti sulfasetamid dan
sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotic krusta diangkat dengan kapas basah. Bila
terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk
mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom yang biasa menyertainya (Ilyas, 2010).
Blefaritis Sebore
Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun) dengan
keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar
dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus lateral, hyperemia, hipertrofi
papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum,
madarosis, poliosis, dan jaringan keropeng.
Blefaritis sebore merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya.
Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak
dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Dapat dilakukan
pembersihan dengan nitras
keratolitiknya. Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan
dibersihkan dengan shampoo bayi. Pada blefaritis sebore antibiotik diberikan lokal
dan sistemik seperti tetrasiklin oral 4 kali 250 mg (Ilyas, 2010).
Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada
pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit.
Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kelenjar kulit di daerah
akar bulu mata dan sering terdapat pada orang dengan kulit berminyak. Blefaritis ini
berjalan bersama dengan dermatitis sebore (Ilyas, 2010).
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolic ataupun oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan merasa panas dan gatal. Pada blefaritis
11
skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai
dengan madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya tanpa mengakibatkan
perdarahan (Ilyas, 2010).
Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan
shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki
metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah
keratitis dan konjungtiva (Ilyas, 2010).
Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
Staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuningkuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah
disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering
dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit ini
bersifat infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel
rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis) (Ilyas, 2010).
Pengobatan dengan antibiotic dan hygiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan
stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus
ditambah antibiotic sistemik dan diberi roboransia. Penyulitnya adalah madarosis
akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis
superficial, keratitis pungtata, hordeolum, dan kalazion (Ilyas, 2010).
Blefaritis Angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi Staphylococcus pada tepi kelopak di sudut
kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus
eskternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi
pungtum lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan Staphylococcus aureus atau Morax
Axenfeld. Biasanya kelainan bersifat rekuren. Blefaritis angularis dapat diobati
dengan sulfa, tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal bagian
medial sudut balik mata yang akan menyumbat duktus lakrimal (Ilyas, 2010).
12
Blefaritis Virus
Herpes Zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf
trigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila
yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster
pada mata dan kelopak mata atas (Ilyas, 2010).
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang
terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan terasa
demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrate pada kornea bila mata
terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superficial merupakan
gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata (Ilyas, 2010).
Pengobatan herpes zoster tidak merupakan obat spesifik tapi hanya simtomatik.
Pengobatan steroid superficial tanpa masuk ke dalam mata akan mengurangkan gejala
radang. Terdapat berbagai pendapat mengenai pengobatan steroid sistemik.
Pengobatan stroid dosis tinggi akan mengurangkan gejala yang berat. Hati-hati
kemungkinan terjadinya viremia pada penderita penyakit yang menahun. Infeksi
herpes zoster diberi analgesic untuk mengurangkan rasa sakit, penyulit yang dapat
terjadi pada herpes zoster oftalmik adalah uveitis, parese otot penggerak mata,
glaucoma, dan neuritis optik (Ilyas, 2010).
Herpes Simpleks
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang sama
pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kronik. Dikenal bentuk blefaritis
simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta
kuning basah pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan kedua kelopak lengket (Ilyas,
2010).
Tidak terdapat pengobatan spesifik. Bila terdapat infeksi sekunder dapat diberi
antibiotic sistemik atau topikal. Pemberian kortikosteroid merupakan kontraindikasi
karena dapat mengakibatkan menularnya herpes simpleks pada kornea. Asiklovir dan
IDU dapat diberikan terutama pada infeksi dini (Ilyas, 2010).
13
Blefaritis Jamur
Infeksi Superfisial
Infeksi jamur pada kelopak superficial biasanya diobati dengan griseofulvin
terutama efektif untuk eipdermomikosis. Diberikan 0,5-1 gram sehari dengan dosis
tunggal atau dibagi rata. Pengobatan diteruskan 1-2 minggu setelah terlihat gejala
menurun. Untuk infeksi kandida diberi pengobatan nistatin topikal 100.000 unit per
gram (Ilyas, 2010).
Blefaritis Pedikulosis
Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk akan dapat bersarang
tuma atau kutu pada pangkal silia didaerah margo palpebra. Pengobatan pedikulosis
adalah dengan aplikasi salep merupakan ammoniated 3%. Salep fisotigmin dan tetes
mata DFP cukup efektif untuk tuma atau kutu ini (Ilyas, 2010).
Alergi
Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak penyebabnya adalah bahan yang berkontak pada kelopak, maka
dengan berjalannya waktu gejala akan berkurang. Pengobatan dengan melakukan
14
pembersihan kelopak dari bahan penyebab, cuci dengan larutan NaCl, beri salep
mengandung steroid sampai gejala berkurang (Ilyas, 2010).
Blefaritis Urtikaria
Urtikaria pada kelopak terjadi akibat masuknya obat atau makanan pada pasien
yang rentan. Untuk mengurangi keluhan umum diberikan steroid topikal ataupun
sistemik, dan dicegah pemakaian steroid lama. Obat antihistamin untuk mengurangi
gejala alergi (Ilyas, 2010)
6. Prognosis
Bisa menyebabkan komplikasi dan terjadi kekambuhan. Namun, blefaritis tidak
menyebabkan kerusakan pandangan dan penglihatan.
7. Tes Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya:
a. Uji Laboratorium
b. Radiografi
1) Fluorescein Angiografi
2) Computed Tomografi
3) Pemeriksaan dengan slit lamp
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak mata.
Banyak kasus blefaritis dapat di diagnose dengan menanyakan tentang tanda, dan
melakukan pemeriksaan mata serta memeriksa adakah penyakit yang bisa mendukung
seperti dermatitis seboroik dan rosea. Pemeriksaan pada blefaritis, tepi kelopak merah
inflamasi dan krusta, penemuan kondisi baru mengindikasikan tipe blefaritis dan
membantu pada pengobatan. Akan tetapi, blefaritis dapat ditemukan pada berbagai tipe,
dan pada keadaan klinis tidak berbeda jauh dengan tipe yang ada.
8. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan tergantung dari jenis blefaritisnya, namun kunci dari smua jenis blefaritis
adalah menjaga kebersihan kelopak mata dan menghindarkan dari kerak. Mengurangi dan
15
menghentikan pengunaan bedak atau kosmetik saat dalam proses penyembuhan blefaritis
sangat dianjurkan, karena jika kosmetik tetap digunakan maka akan sulit untuk menjaga
kelopak mata tetap bersih.
Kompres dengan air hangat untuk menguragi kerak. Disarankan mengunakan bahan
pembersi yang lembut dengan campuran air dan shampoo bayi atau dengan menggunakan
produk pembersih kelopak mata. Pada kasus yang disebabkan infeksi bakteri, antibiotic
juga dianjurkan untuk digunakan.untuk membantu membasmi bakteri terkadang
diberikan salep antibiotic (misalnya erythromicyn atau sulfacetamide) atau antibiotic peroral (misalnya tetracycline). Jika terdapat dermatitis seboroik, harus diobati terlebih dulu.
Jika terdapat kutu, bisa dihilangkan dengan mengoleskan jeli petroleum pada dasar bulu
mata.
Jika kelenjar kelopak mata tersumbat, maka perlu dilakukan pemijitan pada kelopak
mata untuk mengeluarkan sisa minyak yang mengumpul sehingga bisa menghambat
aliran kelenjar kelopak mata. Cairan air mata buatan atau minyak pelembut bisa
disarankan pada beberapa kasus. Menggunakan shampoo anti ketombe pada kulit kepala
bisa membantu. Jika pasien menggunakan lensa kontak, sebaiknya disarankan untuk
menghentikan
pemakaiannya
terlebih
dahulu
selama
proses
pengobatan.
Pada beberapa kasus blefaritis memerlukan pengobatan yang kompleks. Blefaritis tidak
dapat disembuhkan secara sempurna, meski pengobatan telah berhasil, kemungkinan
kembali terserang penyakit ini sangat mungkin terjadi.
Data subjektif ,keluhan klien nyeri, gatal, merasa kelilipan, mata terasa panas
a. Orang dengan radang mata dapat mengeluh gatal-gatal
b. Nyeri (ringan sampai berat) pada kelopak mata
c. Lakrimasi (mata selalu berair)
d. Sensitif terhadap cahaya (fotopobia)
e. Kejang kelopak mata (blepharospasme)
f. Gelisah akibat gatal-gatal/nyeri
g. Penderita merasa ada sesuatu di matanya
h. Malu dan kurang percaya diri akibat efek dari penyakitnya (bulu mata rotok dan
tidak terganti)
i. Pandangan mata kabur dan ketajaman penglihatan menurun
Data objektif
a. Kemerahan pada palpebra
b. Kelopak mata dapat menjadi rapat ketika tidur
c. Pada kelopak mata terdapat ulkus kecil-kecil di tepian palpebra
d. Bulu mata rontok
e. Iritasi pada tepi kelopak mata
f. Pada pangkal bulu mata terdapat sisik kering (krusta) berwarna kuning atau
terdapat skuama
g. Terjadi pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam atau kearah bola mata
(trikiasis) yang akan menyebabkan ulserasi kornea.
h. Lakrimasi
2. Diagnosa
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Nyeri akut berhubungan
dengan:
Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis), kerusakan
jaringan
-
DS:
Laporan secara verbal
DO:
Posisi untuk menahan nyeri
Tingkah laku berhati-hati
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
Pain Level,
pain
control,
comfort
level
Setelah dilakukan tinfakan
keperawatan selama .
Pasien tidak mengalami
nyeri, dengan kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Intervensi
NIC :
Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
Kontrol
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
18
Kecemasan berhubungan
dengan
Faktor keturunan, Krisis
situasional, Stress, perubahan
status kesehatan, ancaman
kematian, perubahan konsep
diri, kurang pengetahuan dan
hospitalisasi
DO/DS:
Insomnia
Kontak mata kurang
Kurang istirahat
Berfokus pada diri sendiri
Iritabilitas
Takut
Nyeri perut
Penurunan TD dan denyut nadi
Diare, mual, kelelahan
Gangguan tidur
Gemetar
Anoreksia, mulut kering
Peningkatan TD, denyut nadi,
RR
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi
-
NOC :
- Kontrol kecemasan
- Koping
Setelah dilakukan asuhan
selama
klien
kecemasan teratasi dgn
kriteria hasil:
Klien
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan gejala
cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan
dan
menunjukkan
tehnik
untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
NOC:
Body image
Self esteem
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .
gangguan body image
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
Body image positif
Mampu
mengidentifikasi
kekuatan personal
Mendiskripsikan secara
faktual perubahan fungsi
tubuh
Mempertahankan
interaksi sosial
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
Gunakan
pendekatan
yang
menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
Libatkan keluarga untuk mendampingi
klien
Instruksikan
pada
pasien
untuk
menggunakan tehnik relaksasi
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
Kelola pemberian obat anti cemas:........
NIC :
Body image enhancement
- Kaji secara verbal dan nonverbal respon
klien terhadap tubuhnya
- Monitor frekuensi mengkritik dirinya
- Jelaskan
tentang
pengobatan,
perawatan, kemajuan dan prognosis
penyakit
- Dorong
klien
mengungkapkan
perasaannya
- Identifikasi arti pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
- Fasilitasi kontak dengan individu lain
dalam kelompok kecil
19
berhubungan dengan :
Eksternal :
- Hipertermia atau
hipotermia
- Substansi kimia
- Kelembaban
- Faktor mekanik (misalnya :
alat yang dapat
menimbulkan luka,
tekanan, restraint)
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status metabolik
- Tonjolan tulang
- Defisit imunologi
- Berhubungan dengan
dengan perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status nutrisi
(obesitas, kekurusan)
- Perubahan status cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
DO:
- Gangguan pada bagian
tubuh
- Kerusakan lapisa kulit
(dermis)
- Gangguan permukaan kulit
(epidermis)
NOC :
Tissue Integrity : Skin and
Mucous Membranes
Wound Healing : primer dan
sekunder
temperatur,
hidrasi,
pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi
pada kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan
pemahaman
dalam
proses perbaikan kulit
dan
mencegah
terjadinya
sedera
berulang
Mampu
melindungi
kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Menunjukkan
terjadinya
proses
penyembuhan luka
Risiko Injury
Faktor-faktor risiko :
Eksternal
- Fisik (contoh : rancangan
struktur dan arahan
masyarakat, bangunan dan
atau perlengkapan; mode
transpor atau cara
perpindahan; Manusia atau
penyedia pelayanan)
NIC
:
Environment
Management
NOC :
(Manajemen
lingkungan)
Risk Kontrol
Sediakan lingkungan yang aman untuk
Immune status
pasien
Safety Behavior
Setelah dilakukan tindakan Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
keperawatan
selama.
sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
kognitif
pasien dan riwayat penyakit
Klien tidak mengalami
injury dengan kriterian
terdahulu pasien
20
Menghindarkan
lingkungan
yang
berbahaya
(misalnya
memindahkan
perabotan)
Memasang side rail tempat tidur
Menyediakan tempat tidur yang nyaman
dan bersih
Menempatkan saklar lampu ditempat yang
mudah dijangkau pasien.
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup
Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien.
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga
atau
pengunjung
adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit.
Risiko infeksi
Faktor-faktor risiko :
- Prosedur Infasif
- Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan
lingkungan
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan
lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection
control
Risk control
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama pasien tidak
mengalami infeksi dengan
kriteria hasil:
NIC :
Pertahankan teknik aseptif
Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
Ganti letak IV perifer dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
21
respon inflamasi)
Klien bebas dari tanda
- Penyakit kronik
dan gejala infeksi
- Imunosupresi
Menunjukkan
- Malnutrisi
kemampuan
untuk
Pertahan
primer
tidak
mencegah timbulnya
adekuat (kerusakan kulit,
infeksi
trauma jaringan, gangguan Jumlah leukosit dalam
peristaltik)
batas normal
Menunjukkan perilaku
hidup sehat
Status
imun,
gastrointestinal,
genitourinaria dalam
batas normal
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang kelopak dan
tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan
kelenjar rambut (Ilyas, 2010). Biasanya orang sering menganggap kelelahan pada mata, atau
mata yang berpasir, dan terasa silau dan tidak nyaman bila terkena sinar matahari atau pada
saat berada pada lingkungan yang berasap, memberikan gambaran berupa mata merah, dan
seperti ada benda asing di dalam mata.
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau menahun.
Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan kosmetik.
Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus,
dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis
angularis.
Pengobatan tergantung dari jenis blefaritisnya, namun kunci dari smua jenis blefaritis
adalah menjaga kebersihan kelopak mata dan menghindarkan dari kerak. Mengurangi dan
menghentikan pengunaan bedak atau kosmetik saat dalam proses penyembuhan blefaritis
sangat dianjurkan, karena jika kosmetik tetap digunakan maka akan sulit untuk menjaga
kelopak mata tetap bersih.
B. Saran
Perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik dengan memperhatikan
penyebab terjadinya blefaritis pada pasien.
23