Anda di halaman 1dari 51

STRUKTUR RANGKA BATANG

Windu Partono

DEFINISI RANGKA BATANG


Truss : Susunan elemen linier yg membentuk
segitiga atau kombinasi segitiga shg
membentuk suatu rangka yang stabil
Setiap elemen tergabung pada suatu titik
kumpul yang satu sama lain terhubung sebagai
sendi.

ASUMSI DALAM RANGKA BATANG


1. Batang batang yang saling terhubung
dengan titik buhul (joint) dengan dianggap
sebagai hubungan sendi.
2. Sumbu-sumbu batang bertemu di satu titik
joint.
3. Beban yg bekerja dianggap sebagai beban
terpusat pada join.
4. Elemen-elemen batang hanya menerima gaya
aksial yang bekerja searah sumbu batang.

ASUMSI DALAM RANGKA BATANG

ASUMSI DALAM RANGKA BATANG

Sambungan sendi pada


kuda-kuda (rangka) kayu

ASUMSI DALAM RANGKA BATANG

Sambungan sendi pada


jembatan rangka baja

ASUMSI DALAM RANGKA BATANG

Rangka Baja
Rangka Baja Ringan

Kuda-kuda (rangka) kayu

STABILITAS RANGKA BATANG


Untuk dapat melayani beban secara baik, maka struktur
rangka batang harus stabil.
Sebuah rangkaian segitiga yang membentuk rangka batang
akan tetap stabil jika menenuhi
persamaan:

m 2 j r
m = jumlah batang
j = jumlah joint = jumlah titik kumpul = jumlah titik
buhun
r = jumlah reaksi tumpuan

STABILITAS RANGKA BATANG


Untuk dapat melayani beban secara baik, maka
struktur rangka batang harus stabil.
Sebuah rangkaian segitiga yang membentuk
rangka batang akan tetap stabil jika menenuhi
persamaan:

m 2 j 3

m = jumlah batang
J = jumlah joint

STABILITAS RANGKA BATANG


1

1.5
m

7
2.5t

1.5
m

1.5
m

Contoh struktur di atas jumlah batang = 7 dan


jumlah jointnya = 5, maka m 2 j 3
7

Jadi struktur STABIL

2 5
7

STABILITAS RANGKA BATANG


1

1.5
m

6
2.5t

1.5
m

1.5
m

Contoh struktur di atas jumlah batang = 6 dan


jumlah jointnya = 5, maka m 2 j 3
6

Jadi struktur TIDAK STABIL

2 5
7

STABILITAS RANGKA BATANG


2.5t
1

1.5 m

1.5 m

Contoh struktur di atas jumlah batang = 4 dan


jumlah jointnya = 4, maka m 2 j 3
4

Jadi struktur TIDAK STABIL

2 4
5

STABILITAS RANGKA BATANG


P1

10

5
8

P2

3.5 m

9
3

3,0 m

4
3.0 m

Contoh struktur di atas jumlah batang = 10 dan jumlah jointnya = 6,


maka

m
10
10

2 j 3
2 6 3
9

Jadi struktur STABIL

STABILITAS RANGKA BATANG


P1

6
2
7
B

3
3,0 m

P2

3.5 m

4
3.0 m

Contoh struktur di atas jumlah batang = 10 dan jumlah jointnya = 6,


maka

m 2 j 4
7 2 5 4
7 6
Jadi struktur STABIL

RANGKA BATANG STATIS TERTENTU


Sebuah struktur statis tertentu adalah
struktur yang reaksi dan gayagaya dalam
pada elemen-elemennya dapat dicari
dengan persamaan keseimbangan gaya
H

RANGKA BATANG STATIS TERTENTU


Sebuah struktur rangka batang termasuk
struktur statis tertentu jika memenuhi
syarat:

m 2 j 3

struktur statis tertentu

m 2 j 3

struktur statis tak tertentu

RANGKA BATANG STATIS TERTENTU


1

struktur statis tertentu

1.5
m

7
2.5t

1.5
m

1.5
m

RANGKA BATANG STATIS TERTENTU


P1

10

5
8

P2

3.5 m

P2

3.5 m

struktur statis tak tertentu

9
3

3,0 m

3.0 m

P1
1

6
2
7
B

3
3,0 m

4
3.0 m

struktur statis tak tertentu

Konsep Dasar Perhitungan Gaya Pada


Rangka Batang (Konsep
keseimbangan gaya)
1.
2.

Uraian satu gaya menjadi dua gaya lain yang


bekerja secara seimbang.
Gaya-gaya yang bekerja secara konkuren dan
membentuk keseimbangan gaya artinya
resultante dari semua gaya-gaya konkuren
tersebut sama dengan nol.

Gaya-gaya konkurent adalah gaya-gaya yang


mempunyai garis kerja yang tidak berimpit (tidak
segaris) tetapi berpotongan pada satu titik yang sama.

Contoh Gaya-gaya yang bekerja secara konkuren (Statika)

Contoh mencari resultante gaya-gaya yang bekerja


secara konkuren dengan menggunakan poligon gaya

53.131o

P1 = 3 KN

KN

KN

X
P2 = 4 KN

P1 = 3 KN

P2 = 4 KN

P2 = 4 KN

P1 = 3 KN

Cara perhitungan secara grafis untuk mencari


resultante dua gaya P1 dan P2

Contoh mencari resultante gaya-gaya yang bekerja


secara konkuren dengan menggunakan poligon gaya
Y

KN

53.131o
=
R

P1 = 3 KN

P2 = 4 KN

KN

5
=

P1 = 3 KN

P2 = 4 KN

P2 = 4 KN

X
P1 = 3 KN

Dengan adanya resultante gaya P1 dan P2 maka kedua gaya tersebut berada
dalam kondisi tidak seimbang. Untuk menyeimbangkan kedua gaya P1 dan P2,
maka harus ada satu gaya lain (misal P3) yang melawan kedua gaya tersebut yang
besarnya sama dengan R dan arahnya berlawanan dengan gaya R.

Contoh mencari resultante gaya-gaya yang bekerja


secara konkuren dengan menggunakan poligon gaya

53.131o

P1 = 3 KN

P3

KN

P1 = 3 KN

5
=
P3

GA
RI
S
R
KE
=
5
RJ
KN
A

P2 = 4 KN

KN

5
=
P3

KN

P1 = 3 KN

P2 = 4 KN

RJ
KE
IS
GA
R

P2 = 4 KN

P3

Y
P3

Garis kerja P3 harus berimpit dengan garis kerja gaya R. Karena garis kerja R dan
P3 sama (berimpit) dan besar kedua gaya tersebut sama dan arahnya saling
berlawanan maka resultante dari P3 dan R sama dengan nol.

Contoh mencari resultante gaya-gaya yang bekerja


secara konkuren dengan menggunakan poligon gaya

53.131o

P1 = 3 KN

P3

KN

P1 = 3 KN

5
=
P3

GA
RI
S
R
KE
=
5
RJ
KN
A

P2 = 4 KN

KN

5
=
P3

KN

P1 = 3 KN

P2 = 4 KN

RJ
KE
IS
GA
R

P2 = 4 KN

P3

Y
P3

Jadi gaya P1, P2 dan P3 berada dalam


kondisi seimbang.

IS

JA

30o

GARIS KERJA P1
P3

.5
=4

GA
P4

.5
=4

30o

GARIS KERJA P1

KN

P3

.5
=4

P3

KN

P1 = 3.9 KN

K
RIS

A
RJ

KN
.5
4
3 == 3.9 KN
P1
P

P2 = 2.2 KN

R
GA

R
KE

P3

Y
P2 = 2.2 KN

GARIS KERJA P2

GARIS KERJA P2

Contoh menguraikan satu gaya menjadi dua gaya yang


arahnya sudah diketahui.

KN

Dari hasil analisa keseimbangan gaya P1, P2 dan P3 maka dapat


dilakukan pendekatan berlawanan yaitu mencari besarnya gaya P1
dan P2 jika arahnya sudah diketahui dan besar serta arah gaya P3
juga sudah diketahui.Sebagai contoh gaya P3 sebesar 4.5 kN bekerja
pada Garis Kerja P3. Dengan gaya P3 maka dapat dihitung gaya P1
dan P2 yang garis kerjanya sudah diketahui.

IS

JA

30o

GARIS KERJA P1
P3

.5
=4

GA
P4

.5
=4

30o

GARIS KERJA P1

KN

P3

.5
=4

P3

KN

P1 = 3.9 KN

K
RIS

A
RJ

KN
.5
4
3 == 3.9 KN
P1
P

P2 = 2.2 KN

R
GA

R
KE

P3

Y
P2 = 2.2 KN

GARIS KERJA P2

GARIS KERJA P2

Contoh menguraikan satu gaya menjadi dua gaya yang


arahnya sudah diketahui.

KN

Jadi gaya P3 = 4.5 kN jika diuraikan menjadi gaya-gaya P1 dan P2


dengan arah yang sudah diketahui akan menghasilkan gaya P1 = 3.9
kN dan gaya P2 = 2.2 kN.

IS

JA

30o

GARIS KERJA P1
P3

.5
=4

GA
P4

.5
=4

30o

GARIS KERJA P1

KN

P3

.5
=4

P3

KN

P1 = 3.9 KN

K
RIS

A
RJ

KN
.5
4
3 == 3.9 KN
P1
P

P2 = 2.2 KN

R
GA

R
KE

P3

Y
P2 = 2.2 KN

GARIS KERJA P2

GARIS KERJA P2

Contoh menguraikan satu gaya menjadi dua gaya yang


arahnya sudah diketahui.

KN

Gaya P3, P1 dan P2 harus membentuk poligon tertutup dan susunan


ketiga vektor gaya tersebut juga harus saling tertutup. Perhatikan
gambar segitiga gaya-gaya P3, P1 dan P3.

ERJA P1
GARIS K

=
P3

K
4.5

GA
P4
P1

N
P3

.5
=4

.5
=4

K
RIS

A
RJ

P3

KN

E
GARIS K
N
K
.7
=3

RJA P1

KN
KN

IS

JA

P3

K
4.5

P2 = 1.8

R
GA

R
KE

P2 = 1.8
NRIS K
GKA
ER J

GARIS KE
R

J A P2

A P2

Contoh menguraikan satu gaya menjadi dua gaya yang


arahnya sudah diketahui.

=
P3
KN
P1 = 3.7

Pada contoh di atas gaya P1 dan P2 bekerja saling tegak lurus atau
gari kerja kedua gaya tersebut saling tegak lurus.
Cara pendekatan yang sama juga dapat dilakukan jika garis kerja
gaya-gaya P1 dan P2 sebarang.

ERJA P1
GARIS K

=
P3

K
4.5

GA
P4
P1

N
P3

.5
=4

.5
=4

K
RIS

A
RJ

P3

KN

E
GARIS K
N
K
.7
=3

RJA P1

KN
KN

IS

JA

P3

K
4.5

P2 = 1.8

R
GA

R
KE

P2 = 1.8
NRIS K
GKA
ER J

GARIS KE
R

J A P2

A P2

Contoh menguraikan satu gaya menjadi dua gaya yang


arahnya sudah diketahui.

=
P3
KN
P1 = 3.7

Jadi jika diketahui satu gaya maka dapat dihitung dua gaya lain yang
garis kerjanya konkuren dan ketiga gaya tersebut berada dalam
kondisi seimbang.

GARIS KE
R

J A P2

Contoh menguraikan dua gaya menjadi dua gaya yang


arahnya sudah diketahui.

P4
=

6 KN

GA

K
RIS

A
RJ

P3

E
GARIS K

P3

.5
=4

RJA P1

KN

GA
RIS
K

ER J

AP

Cara yang sama juga dapat dilakukan jika diketahui dua gaya (misal
P3 dan P4) dan akan dicari dua gaya (misal P1 dan P2) yang garis
kerjanya diketahui.
Dihitung resultante gaya P3 dan P4 (misal R34). Kemudian dibuat
gaya P34 yang besarnya sama dan arahnya berlawanan dengan
R34. Gaya P34 kemudian diuraikan menjadi gaya-gaya P1 dan P2.

GARIS KE
R

J A P2

Contoh menguraikan dua gaya menjadi dua gaya yang


arahnya sudah diketahui.

P4
=

GA

K
RIS

ER

6 KN
P1 = 9.4

P
JA

E
GARIS K

KN

RJA P1

P34

P4
=

GA
RIS
K

KN
P1 = 9.4

KN

6 KN

P3

K
4.5

P2 = 1 K

P3

4 .5

P2 = 1 K

R34

ER J

AP

Kesimpulan : beberapa gaya yang bekerja secara


konkuren (gaya-gaya awal) dapat diuraikan menjadi
dua gaya lain yang garis kerjanya diketahui dan
bekerja secara konkuren dengan gaya-gaya awal.
Untuk menghitung besarnya dua gaya tersebut dapat
dilakukan secara grafis dengan pendekatan poligon
gaya yang membentuk poligon gaya tertutup.

Contoh mencari uraian 5 gaya (P1, P2, P3, P4 dan P5)


yang diketahui besar dan arahnya menjadi dua gaya
(P6 dan P7) yang diketahui garis kerjanya.
IS
GAR
K ER
7
JA P

Y
P2 = 6.2 KN

P3 = 4.8 KN

202.9

321.8

71.6
135.0

P1 = 6 KN

15.6

P5 = 2.2 KN
P4 = 4.25 KN

GARI
S

K ER J

A P6

Contoh mencari uraian 5 gaya (P1, P2, P3, P4 dan P5)


yang diketahui besar dan arahnya menjadi dua gaya
(P6 dan P7) yang diketahui garis kerjanya.
P3 = 4.8 KN
IS
GAR
K ER
7
JA P

P4 = 4.25 KN

P6 = 5
.2

KN

P5 = 2.2 KN

P2 = 6.2 KN

P2 = 6.2 KN
P7 =

P3 = 4.8 KN

9.1

321.8

P4 = 4.25 KN

KN

202.9

71.6
135.0

P1 = 6 KN

15.6

P1 = 6 KN

P5 = 2.2 KN
GARI
S

K ER J

A P6

IS
GAR
K ER
7
JA P

Y
P2 = 6.2 KN

P3 = 4.8 KN

202.9

321.8

71.6
135.0

P6 = 5
.2

P1 = 6 KN

15.6

KN

P5 = 2.2 KN
GARI
S

P4 = 4.25 KN

K ER J

A P6

P7 =
9.1
KN

Gaya-gaya P6 dan P7 dapat digambar dengan posisi


yang berbeda tetapi masih pada garis kerja yang sama.
IS
GAR
K ER

9.1
7=
7P
JA P

KN

P3 = 4.8 KN

P2 = 6.2 KN

202.9

321.8

71.6
135.0

P1 = 6 KN

15.6

P6 = 5
.2 KN
P5 = 2.2 KN

P4 = 4.25 KN

GARI
S

K ER J

A P6

Urutan penggambaran gaya P1 sampai P5 dapat


dilakukan dengan cara yang berbeda tetapi tetap akan
menghasilkan gaya-gaya P6 dan P7 yang sama.
IS
GAR
K ER

P1 = 6 KN

P4 = 4.25 KN

P2
=

GARI
S

KN

6 KN

6.2

P6 = 5
.2 KN
P5 = 2.2 KN

P1 =

KN

15.6

2.
2

9.1

135.0

71.6

321.8

KN

P7 =

202.9

P6 = 5
.2

8
4.

P5

KN

=
P4

5
4.2

P3

1 KN
= 9.

P3 = 4.8 KN

P2 = 6.2 KN

KN

7 P7
JA P

K ER J

A P6

Konsep dasar perhitungan gaya-gaya


pada rangka batang mengacu pada
pendekatan yang sama seperti
perhitungan dua gaya akibat satu
atau lebih gaya-gaya yang bekerja
secara konkuren.

Cara pendekatan yang telah


disampaikan di atas diilhami dari
cara perhitungan secara grafis.
Cara perhitungan ini dikenal sebagai
cara titik buhul dengan pendekatan
grafis.

Perhatikan gaya-gaya batang yang


akan dicari pada satu titik kumpul
adalah dua. Gaya luar yang bekerja
pada titik tersebut bisa satu atau
lebih dari satu. Reaksi perletakan
juga diambil sebagai gaya luar yang
bekerja pada satu titik.

Pada contoh pertama akan dihitung


gaya-gaya batang pada sebuah rangka
batang sederhana yang ditumpu pada
dua tumpuan. Gaya-gaya batang yang
dicari merupakan gaya normal (gaya
normal batang) yang berbentuk gaya
tekan atau gaya tarik. Gaya normal tekan
terjadi jika arah gaya menekan batang
sedangkan gaya normal tarik terjadi jika
gaya normal menarik batang.

Diketahui jembatan rangka batang ditumpu pada dua


tumpuan A (sendi) dan B (roll) dengan ukuran seperti terlihat
pada gambar di bawah. Rangka menderita beban-beban P1 =
2kN dan P2 = 2kN. Tentukan besar gaya-gaya batang 1,2
sampai 7 dengan pendekatan titik buhul.
P2= 4kN

P2= 4kN

C
6

4
2m

5
P1= 2 kN
2m

2m

B
2m

2m

Pertama harus dihitung reaksi perletakan pada tumpuan A


dan B dengan cara yang sama seperti pada kuliah statika.
Dengan menggunakan keseimbangan momen MA = 0 dan
MB = 0

MA = 0
MB = 0

VB = (2*4 + 4*6 + 4*2)/8 = 5 kN ( )


VA = (2*4 + 4*2 + 4*6)/8 = 5 kN ( )

Pertama harus dihitung reaksi perletakan pada tumpuan A


dan B dengan cara yang sama seperti pada kuliah statika.
Dengan menggunakan keseimbangan momen MA = 0 dan
MB = 0
P2= 4kN

P2= 4kN

C
6

1
4
2m

5
P1= 2 kN
2m

2m

B
2m

VB = 5kN

VA = 5kN

MA = 0
MB = 0

2m

VB = (2*4 + 4*6 + 4*2)/8 = 5 kN ( )


VA = (2*4 + 4*2 + 4*6)/8 = 5 kN ( )

yang tidak diketahui besar gayanya. Pada gambar terlihat titik


A bekerja gaya luar VA dan ada dua batang (1) dan (4) yang
belum dihitung gaya normalnya. Pada titik B bekerja gaya luar
VB dan dua batang (3) dan (5) yang belum diketahui besar
gayanya. Sedangkan pada titik C dan D bertemu tiga batang,
pada titik E bertemu 4 batang. Maka langkah pertama adalah
menghitung gaya-gaya batang (1) dan (4) akibat VA.
P2= 4kN

P2= 4kN

C
6

E
4
2m

5
P1= 2 kN
2m

2m

B
2m

VB = 5kN

VA = 5kN

2m

P2= 4kN

P2= 4kN

C
6

VA = 5kN

4
2m

2m

2m

B
2m

S4 = 5 kN (tarik) sedangkan
gaya S1 = 7.1 kN (tekan)

1
VA = 5kN

S1

S1

7.
1

7.
1

kN

kN

S4 = 5 kN

5
P1= 2 kN

VB = 5kN

VA = 5kN

2m

S4 = 5 kN

Karena gaya S1 sudah diketahui maka pada titik


kumpul C sekarang ada dua gaya S1 dan P2 dan dua
batang yang tidak diketahui gayanya (2) dan (6).
Maka langkah berikutnya adalah menghitung gayagaya batang (2) dan (6).

P2= 4kN

P2= 4kN

C
6

P2= 4kN

2m

2m

2m

B
2m

S2 = 5.9 kN (tekan) sedangkan gaya


S6 = 1.3 kN (tarik)
kN
7.
1
=
S1

P2= 4kN

1
kN

5
P1= 2 kN

VB = 5kN

VA = 5kN

2
C 6

S2 = 5.9 kN

7.
1

S6

S1

2m

=
3
1.
kN

Karena bentuk rangka batang simetri maka dengan


cara yang sama melalui titik tumpuan B dapat
dihitung gaya-gaya batang (3) dan (5). Gaya batang
S3 = S1 = 7.1 kN (tekan) dan gaya batang S5 = S4 = 5
kN (tarik).

P2= 4kN

P2= 4kN

C
6

E
4
2m

5
P1= 2 kN
2m

2m

B
2m

VB = 5kN

VA = 5kN

2m

Gaya-gaya batang S1, S2 dan S3 adalah gaya batang


tekan sedangkan gaya-gaya batang S4 dan S5 adalah
gaya batang tarik.

P2= 4kN

P2= 4kN

C
6

E
4
2m

5
P1= 2 kN
2m

2m

B
2m

VB = 5kN

VA = 5kN

2m

Kembali pada teori dasar statika pada konsep serat


tertekan dan tertarik pada perhitungan momen lentur,
maka hasil perhitungan gaya-gaya batang pada soal ini
menunjukkan batang-batang yang terletak di atas akan
menderita gaya tekan sedangkan batang-batang yang
di bawah akan menderitagaya tarik.

P2= 4kN

P2= 4kN

2m

kN

7.
1
=

1.
3

S7

kN

S4 = 5 kN

1
7.

kN

3
1.

S1

S6

S2 = 5.9 kN

S1

kN

S5 = 5 kN

P1= 2 kN
2m

2m

2m

2m

Gaya batang warna hijau (tekan) sedangkan warna


merah (tarik).

Latihan : selesaikan gaya-gaya batang pada rangka batang di


bawah dengan pendekatan titik buhul (kumpul) dengan
menggunakan cara grafis.
P2= 4kN

P3= 5kN

C
6

4
2m

5
P1= 3 kN
2m

2m

B
2m

2m

Anda mungkin juga menyukai