Arswendo AkarAsapNeraka DewiKZ
Arswendo AkarAsapNeraka DewiKZ
com/
Daftar Isi
Sinopsis
Ito yang memperkenalkan Joko kepada kawankawannya. Memang dulunya Joko kakak kelas Ito
Sekarang Joko sudah keluar. Katanya bekerja di kapal.
Karena Itu selalu banyak duitnya sehingga mampu
mentraktir bakso semua temannya Sekenyang perut
mereka.
Sebenarnya Ito mencurigai Joko. Darimana ia
memperoleh uang sebanyak Itu? Kalau bekerja di kapal,
kenapa tiap hari ada di Kota Kita, di darat? Pak Jumingun
pun penjual bakso di kantin sekolah Itu, lama mencurigai
Joko. Tapi, filsafat tukang-tukang warung lainnya yang
sederhana, asal warungnya laku.
Lain dengan Ito, Ia mencurigai Joko pengedar obat
terlarang, narkotik. Ia pun khawatir sekolahnya menjadi
pusat perdagangan narkotik. Apalagi sahabat dekatnya,
Amir dan Cici, seperti akan masuk perangkap Joko.
Hanya karena ditraktir baso. Contohnya, Tono. Sebentar
saja dompetnya menjadi tebal, mampu membeli sepatu
mahal segala. Hanya sebulan bergaul dengan Joko.
Ito akhirnya merasa serba salah. Kalu dilaporkan takur
mengorbankan Amir dan Cici. Tetapi Amir dan Cici tidak
mau mendengar nasihatnya. Namun Ito mesti bertindak.
Keselamatan sekolahnya, generasinya, lebih penting dari
pada persahabatannya...
CV ROSDA
Kotak Pos 284
Bandung 40252
1.Joko si Pelaut
Joko mengawasi sekeliling.
Kantin sekolah masih seperti dulu. Bangku-bangku
panjang yang sederhana, serta di beberapa tempat
penuh dengan coretan. Dinding yang dibuat dari papan
tripleks, seperti biasanya, juga penuh dengan tempelan.
Tak bisa dibedakan mana yang baru dan mana yang
lama. Tak bisa dibedakan mana yang perlu dan yang bisa
dilewatkan begitu saja. Semua ada. Menjadi satu.
Pengumuman kemping, seorang yang kehilangan
catatan, harga bakso, poster yang menyelip, serta
komentar-komentar.
Tempat ini akan segera berubah.
Sudah. Seiring dengan bel istirahat yang dipukul
dengan irama musikal dari Pak Jamilun, kantin ini
mendadak saja berubah menjadi pasar.
Semua berebut masuk, semua berebut kursi. Dan
dengan koor pula mereka memesan sama. Bakso.
Minta diberi tambah tulang kalau bisa. Minta kuah
yang banyak. Dan botol-botol kecap, saus, sambal,
berpindah tempat dengan cepat. Hanya satu-dua saja
yang memesan es teler. Selebihnya teh gratis.
Joko memandang semuanya, menyapu seluruhnya.
Tak banyak yang dikenal. Kecuali Ito, si lembut kecil
yang selalu berusaha membetulkan gagang kaca
matanya. Perawakannya lembut, wajahnya sama sekali
tidak mengesankan darah Panjaitan. Cara masuk ke
dalam kantin juga biasa sekali sehingga selalu
diserobot oleh teman lain.
suara
Pak
Jumingun
di
tengah
terlalu
sibuk
dengan
Bibirnya
rapat,
tercatat
duit.
"Nah,
hitung
sendiri
gampang
mabuk
laut.
Mau
tambah
2. Razia di Kelas
Pertanyaan sama, akan tetapi reaksi bisa berbeda.
Bagi Pak Jumingun, pertanyaan siapa Joko tak
membuatnya berpikir jauh. Bagi Ito, lain jawabannya.
Justru karena ia tahu jawabannya yang pasti. Joko
memang bukan pelaut. Cita-citanya menjadi pelaut
kandas karena kesehatannya tidak memungkinkan. Joko
terlalu banyak keluyuran, sehingga paru-parunya tidak
cukup memenuhi syarat. Jauh sebelum pengujian yang
lain, Joko telah gagal.
Ito tahu presis karena Joko sendiri yang menceritakan.
Namun di depan teman-temannya, Itolah yang justru
berbohong dengan mengatakan Joko seorang pelaut. Ia
tak ingin pembicaraan menjadi panjang. Sebab dirinyalah
yang membawa Joko ke dalam lingkungan sekolah.
Sebenarnya tak menjadi masalah yang memberati
kalau persoalan sampai di situ. Ito merasa bersalah
dengan memperkenalkan Amir dan Cici serta
membiarkan Joko mentraktir mereka berdua. Ada
sesuatu yang membuat Ito mencurigai Joko. Sampai
sekarang belum ada bukti kuat, akan tetapi Ito
mempunyai perkiraan bahwa Joko memperdagangkan
sesuatu yang terlarang. Sesuatu yang terlarang itu
dimasukkan ke dalam amplop. Dan ia menjualkan kepada
orang lain. Joko adalah pengecer obat terlarang.
Atau bahan terlarang. Presisnya apa, Ito hanya bisa
memperkirakan. Bisa jadi daun ganja kering.
Semua ini mempunyai alasan. Secara tidak langsung
Joko pernah mengatakan bahwa sekarang ia terlibat
pekerjaan terkutuk. Joko sendiri menganggap itu
berapa
mangkuk,
Ton?"
kata
Cici
seperti apa.
ingin tahu.
mendengar
lega telah
"Trims,."
Ito kembali ke sepedanya.
"Katakan juga kepada Amir."
"Kalau ketemu."
Ito menoleh untuk terakhir kali. Masih dilihat
pandangan mata Cici yang polos. Ah, mata yang indah
itu! Sahabat yang begitu dekat. Kembali perasaan itu
mengganggunya. Tapi sekali ini Ito begitu mantap akan
keputusannya. Di Kantor Kepolisian, ia membelokkan
sepedanya. Menempatkannya di tempat parkir. Berjalan
tegap menuj u pos penjagaan.
'Boleh saya menghadap Bapak Komandan?"
Kalimat Itu meluncur dengan cepat sehingga membuat
polisi yang sedang bertugas melihat dengan wajah
heran.
"Saya ingin memberi informasi yang penting.
Di tempat lain, Tono juga sedang menceritakan
kejadian di sekolah. Joko dan Rico mendengarkan
dengan penuh perhatian.
"Jasa Amir dan Cici," kata Tono mengakui.
"Tanpa mereka berdua, rasanya jaringan kita di
sekolah sudah habis!"
Joko mengangguk. Puas.
di
menghadap
apa yang
Kami
hanya
Tono,
dan
sendirian,"
dibiarkan masuk,
kata
menemui
Joko
"Aman "
"Aman?"
"Amir dan Cici lebih hebat dari yang kita duga."
"Kenapa?"
Tono
di
Terlalu
menjunjung
tinggi