Anda di halaman 1dari 73

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

PENGARUH PAPARAN DEBU KAPAS TERHADAP KAPASITAS


FUNGSI PARU PEKERJA DI PERUSAHAAN KASUR KAPUK X
SUKOHARJO

SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Diploma IV
Untuk mencapai gelar Sarjana Saint Terapan

Oleh:
Wiwin Isma Indah
NIM. R0207059

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
commit
to user

2
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

commit to user

3
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.

Surakarta,

Juli 2011

Wiwin Isma Indah


NIM. R0207059

commit to user
iii

4
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

ABSTRAK
Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru
Pekerja Di Perusahaan Kasur Kapuk X
Sukoharjo
Wiwin Isma Indah1, Lusi Ismayenti 2, Agus Widiyatmo 3.
Tujuan : Untuk mengetahui Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas
Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling sehingga populasi yang menjadi subjek penelitian adalah berjumlah 30
orang. Pengambilan data kapasitas fungsi paru dengan menggunakan alat
Spirometer jenis Autospiro AS-300 untuk mengetahui karakteristik kapasitas
fungsi paru dari responden. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
uji statistik chi square dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0.
Hasil : Hasil analisis dengan uji chi square pada Uji Pengaruh Paparan Debu
Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja Di Perusahaan Kasur Kapuk X
Sukoharjo bahwa nilai p sebesar 0,031 atau kurang dari 0,05 (p < 0,05).
Simpulan : Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ada Pengaruh Paparan Debu
Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X
Sukoharjo .
Kata Kunci : Debu Kapas, Kapasitas Fungsi Paru
1. Fakultas Kedokteran Progam Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Pendidikan Kedokteran Keluarga Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro.

commit to user
iv

5
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

ABSTRACT
Effect of Exposure to Cotton Dust Capacity Against Lung Function Workers
In Caton Mattress Company X
Sukoharjo
Wiwin Isma Indah1, Lusi Ismayenti 2, Agus Widiyatmo 3.
Objectives: To determine the influence of Exposure to Cotton Dust Capacity
Against Workers Lung Function in Company X Sukoharjo Mattress Cotton.
Methods: This study used observational analytical method with cross sectional
approach. Sampling technique used was purposive sampling so that the population
from which research subjects are numbered 30 people. Data retrieval capacity of
lung function using a spirometer type Autospiro AS-300 to investigate the
characteristics of lung function capacity of respondents. Processing techniques
and data analysis performed by chi-square statistical test using the computer
program SPSS version 16.0.
Research : The results of the analysis with the chi square test on the Test Effects
Of Exposure to Cotton Dust Capacity Workers Lung Function In Kapok Mattress
Company X Sukoharjo that the p-value of 0.031 or less than 0.05 (p <0.05).
Conclusion: From these results indicate that there is influence of Exposure to
Cotton Dust Capacity Against Workers Lung Function in Company X Sukoharjo
Mattress Cotton.
Keywords: Cotton Dust, Pulmonary Function Capacity
1. Faculty of Medicine, Safety and Occupational Health Program, University of
Surakarta Eleven March.
2. Family Medicine Postgraduate Education, University of Surakarta Eleven
March.
3. Faculty of Public Health, Diponegoro University.

commit to user
v

6
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin penulis panjatkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan karunia dan nikmat-Nya yang tak terkira berupa kemudahan
kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
Shalawat dan salam penulis persembahkan bagi junjungan kita Rasulullah
Muhammad SAW beserta Ahlul Bait-nya, yang telah rela mengorbankan jiwa,
raga dan seluruh hidupnya demi menegakkan dinnullah sebagai ajaran yang
merupakan penerangan bagi kehidupan manusia di seluruh alam ini.
Skripsi ini berjudul Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas
Fungsi Paru Pekerja Di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo. Penyusunan
skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Saint Terapan di Program Studi D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini,
dengan rasa rendah hati disampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada:
1. Bapak Prof. H. A.A. Subiyanto, dr., MS, Dr selaku Dekan Fakultas Kedoteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok selaku Ketua Program D.IV
Kesehatan Kerja Fakultas Kedoteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta
(periode lama).
3. Ibu Dra. Ipop Sjarifah,M.si selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja
Fakultas Kedoteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta (periode baru).
4. Ibu Lusi Ismayenti,ST.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Agus Widiyatmo,SE,M.Kes selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
6.

Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku penguji yang telah memberikan


masukan dalam skripsi ini.
commit to user
vi

7
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

7. Bapak Sumadi selaku pemilik perusahaan yang telah memberikan izin dan
semua tenaga kerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo yang telah
membantu dalam penelitian ini.
8. Bapak dan Ibunda tercinta yang telah berkorban begitu banyak, baik materiil
maupun spiritual. Terimakasih atas dorongan dan doa restunya, maaf bila
anakmu ini belum bisa di banggakan.
9. Adik dan kakakku Nina, mas Hendrik (terimakasih doa kalian teruslah
berusaha menjadi yang terbaik), terimakasih buat mas Anton, semangatku
untuk selalu menjadi lebih baik dan yang selalu memberikan support serta
doa, yang membuat setiap hal menjadi lebih berharga (sukses dan selalu
menjadi yang terbaik ya thayank). Dan Anakku Gita yang cantik yang selama
ini telah memberikan spirit serta semangat dalam mengerjakan penelitian ini.
10. Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun material, yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu sehingga terselasaikannya Skripsi ini.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi civitas akademika Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu
di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

Surakarta, Juli 2011

Wiwin Isma Indah

commit to user
vii

8
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................

ii

PERNYATAAN ........................................................................................... iii


ABSTRAK ................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi


DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi


DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I.

BAB II.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................

B. Perumusan Masalah ...............................................................

C. Tujuan Penelitian ...................................................................

D. Manfaat Penelitian .................................................................

LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka....................................................................

B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 31


C. Hipotesis ................................................................................ 32
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian....................................................................... 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 33
C. Populasi ................................................................................ 33
D. Teknik Sampling .................................................................... 34
E. Sampel Penelitian ................................................................... 34
F. Identifikasi Variabel ............................................................... 35
G. Definisi Operasional Variabel ................................................ 36
commit to user
H. desain Penelitian ...................................................................
38

viii

9
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB IV. HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................ 47
B. Karakteristik Responden ....................................................... 49
C. Paparan Debu ........................................................................ 50
D. Kapasitas Fungsi Paru ............................................................ 51
E. Analisa Data Paparan Debu dan Kapasitas Fungsi Paru .......... 53
BAB V.

PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat .................................................................. 55
B. Analisis Bivariat .................................................................... 58

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................ 61
B. Saran ...................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 63
LAMPIRAN

commit to user

ix

10
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Umur Responden ......................................... 49

Tabel 5

Distribusi Masa Kerja Responden ................................................ 50

Tabel 6

Data Pengukuran Kadar Debu ....................................................... 51

Tabel 7

Data Pengukuran Kapasitas Fungsi Paru ...................................... 52

commit to user

11
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 31


Gambar 2 Desain Penelitian .......................................................................... 38
Gambar 3 Spirometri dan Personal Dust Sampler .......................................... 70

commit to user

xi

12
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan industri di indonesia telah berkembang sejak tahun
1970-an. Kemajuan dan perkembangan industri tekstil telah mempunyai
dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah untuk
pemenuhan kebutuhan sandang di indonesia serta membuka lapangan
pekerjaan.

Sedangkan

dampak

negatifnya

adalah

pengaruh dampak

lingkungan bagi pekerja itu sendiri ataupun penduduk disekitarnya (Windarto,


2004)
Pada era globalisasi ini, Indonesia ditantang untuk memasuki
perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor
industri akan bertambah sejalan dengan pertambahan industri. Dengan
pertambahan tersebut, maka konsekuensi permasalahan industri juga semakin
kompleks, termasuk masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pada
tiga dasawarsa yang lalu, penyakit paru masih didominasi oleh penyakit
infeksi, khususnya tuberkulosis, pneumoni, bronkiektasis, empiema, abses
paru dan lain-lain. Namun perkembangan yang sangat pesat disegala sektor
saat ini telah mengubah pola penyakit yang ada. Berbagai faktor yang
berperan

terhadap

pola

penyakit

pernafasan

tersebut

antara

lain:

perkembangan sektor industri yang bertanggung jawab terhadap terjadi polusi


commit to user

132
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

udara, meningkatnya produksi rokok, urbanisasi, dan krisis ekonomi. Keadaan


ini menyebabkan meningkatnya frekuensi penyakit pernafasan yang tidak ada
kaitannya dengan infeksi, antara lain : asma, bronkitis kronis, penyakit akibat
pencemaran lingkungan, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), kanker paru
dan lain-lain (Irwanashari, 2009).
Perubahan yang cepat dalam masyarakat indonesia sebagai
konsekuensi perkembangan ekonomi, menyebabkan perubahan orientasi
kesehatan dari infeksi ke golongan penyakit denegeratif. Salah satu penyakit
non-infeksi yang tergolong penyakit denegeratif yang merupakan masalah
masa kini dan diperkirakan terlebih lagi dimasa depan, adalah penyakit akibat
atau berhubungan dengan pernapasan. Penyakit paru akibat kerja adalah
semua kelainan/penyakit paru yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau
lingkungan kerja (Anies, 2005).
Penyakit paru dapat berupa peradangan, penimbunan debu,
fibrosis, tumor, dan lain sebagainya. Saluran pernapasan merupakan salah satu
bagian yang paling mudah terpapar oleh bahan-bahan yang merugikan yang
terdapat

di

lingkungan.

Bahan-bahan

tersebut

salah

satunya

yang

menimbulkan pneumokoniosis, yaitu segolongan penyakit yang disebabkan


oleh penimbunan debu-debu dalam paru-paru. Tergantung dari jenis debu
yang ditimbun (Sumamur, 2009).
Bila penyakit paru akibat kerja telah terjadi, umumnya tidak ada
pengobatan yang spesifik dan efektif untuk menyembuhkanya. Gejalanya
biasanya timbul apabila penyakit sudah lanjut. Pada penyakit paru akibat kerja
commit to user

14
digilib.uns.ac.id
3

perpustakaan.uns.ac.id

pada umumnya hanya bersifat simtomatis yaitu mengurangi gejala dan


keluhan penderita.
Debu kapas yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan
kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya
jaringan paru-paru yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas dan kualitas
kerja. Debu campuran mengakibatkan penyakit paru pada tenaga kerja yang
disebut dengan penyakit paru akibat kerja oleh karena disebabkan oleh
pekerjaan atau faktor lingkungan kerja. Penyakit demikian sering disebut juga
penyakit buatan manusia, oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya
pekerjaan (Irwanashari, 2009).
Debu yang sering terhirup oleh tenaga kerja salah satunya adalah
debu kapas. Debu kapas yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan
kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya
jaringan paru-paru yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas dan kualitas
kerja. Debu campuran mengakibatkan penyakit paru pada tenaga kerja yang
disebut dengan penyakit paru akibat kerja oleh karena disebabkan oleh
pekerjaan atau faktor lingkungan kerja. Penyakit demikian sering disebut juga
penyakit buatan manusia, oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya
pekerjaan (Irwanashari, 2009).
Berbagai faktor berpengaruh terhadaap timbulnya penyakit atau
gangguan pada saluran pernafasan akibat debu. Faktor itu antara lain adalah
faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

15
digilib.uns.ac.id
4

sifat kimiawi dan lama paparan. Faktor individual meliputi mekanisme


pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran pernafasan (Wardhana, 2001).
Kondisi kualitas udara lingkungan kerja itu merupakan faktor
lingkungan kerja yang dapat ikut berperan dalam hal kesehatan kerja. Pada
pemintalan kapas, paparan debu dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat
kerja yaitu gangguan fungsi paru dan kecacatan. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh (Mukono, 2000) bahwa tempat penyarapan utama bagi
toksikan adalah saluran pernafasan, paru ataupun iritasi mata dimana absorbsi
toksikan di paru biasanya berupa gas dan partikel .
Faktor pencemar lain pada industri yakni debu kapas akan
mempengaruhi derajat kesehatan tenaga kerja. Pada lingkungan industri kasur
kapuk sering dijumpai penyakit byssinosis. Penyakit ini adalah penyakit yang
disebabkan oleh penimbunan kapas pada paru. Gejala klinis penyakit
byssinosis ini berbeda-beda, tergantung dari jumlah timbunan debu pada kapas,
secara teoritis jika seseorang terpapar debu kapas dalam waktu yang lama akan
terganggu kesehatanya. Salah satu parameter untuk mengetahui keadaan
kesehatan para pekerja yang berhubungan dengan proses pernapasan adalah
kapasitas paru. Dalam melakukan proses produksi, kadar debu kapas total yang
dihasilkan tidak boleh lebih dari Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu 0,2 mg/m3
serat yang respirabel menurut SNI 19-0232-2005 tentang Nilai Ambang Batas
zat kimia di udara tempat kerja ( Novan, 2009).
Berdasarkan peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Sufya Akun
sari (2010) tentang Hubungan Paparan Debu Kapas Terhadap Penurunan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

16
digilib.uns.ac.id
5

Kapasitas Fungsi Paru Tenaga Kerja di Unit Spinning PT. Dan Liris Sukoharjo.
Berdasarkan analisis data, didapatkan besarnya probabilitas sebesar 0,768
mg/m3 yang telah melebihi Nilai Ambang Batas dan didapatkan hasil p hitung
sebesar 0,009 yang artinya ada Hubungan yang cukup kuat antara variabel.
Selain penelitian tersebut ada penelitian yang lain yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu yaitu oleh Sigit Fajar Suryanto (2009), tentang Hubungan Paparan
Debu Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja Di Perusahaan Jamu Sabdo
Palon Kecamatan Nguter Sukoharjo, didapatkan hasil p hitung sebesar 0,022
yang artinya p hitung signifikan karena <0,05, dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada Hubungan antara debu kapas terhadap kapasitas fungsi
paru. Selain itu berdasarkan penelitian dari arief susanto (1996), tentang
Hubungan Lama Terpapar Debu Padi Dengan Penurunan Fungsi Paru (Volume
Ekspirasi Paksa Dan Kapasitas Vital) Pada Pekerja Penggilingan Padi Di
Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo, berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan hasil dari uji statistik r = -0.4180 dimana terdapat korelasi negatif
(berbanding terbalik), yang mempunyai arti semakin lama pekerja terpapar
debu padi semakin menurun fungsi parunya (% FEV-1/FVC) dengan pengaruh
yang relatif kecil.
Dari survei awal yang dilakukan peneliti terhadap tenaga kerja,
terdapat beberapa pekerja yang mengalami

berat di dada pada hari-hari

tertentu misalnya hari senin atau hampir setiap hari akibat terpajan debu secara
terus menerus, Pekerja juga mengalami keluhan kaku leher dan punggung,
otot-otot kepala dan leher menjadi tegang yang menyebabkan sakit kepala,
commit to user

176
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

susah tidur, sehingga saat bekerja mengakibatkan penurunan konsentrasi,


ketidaknyamanan dalam bekerja, kesalahan saat melakukan pengisian kapuk,
pekerjaan yang berulang-ulang mengakibatkan pekerja terpajan debu kapas
setiap hari, hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan pernafasan, pekerja
juga mengalami rangsangan-rangsangan atau reaksi alergi dari pekerja terhadap
debu kapas di tempat kerja. Dilihat dari gejala yang muncul, hal tersebut
merupakan ciri-ciri dari debu kapas, yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap
gangguan paru pekerja.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan
penelitian mengenai Pengaruh

Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas

Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah
Adakah Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi
Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas
Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menilai kadar debu lingkungan unit Pengisian Kasur Kapuk
Perusahaan Kasur X Sukoharjo.
commit to user

18
digilib.uns.ac.id
7

perpustakaan.uns.ac.id

b. Untuk menilai keadaan fungsi paru dari tenaga kerja wanita

unit

Pengisian Kasur di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian.
a. Teoritis
Diharapkan sebagai pembuktian bahwa paparan debu kapas dapat
mempengaruhi kapasitas fungsi paru pekerja di Perusahaan Kasur
Kapuk X Sukoharjo.
b. Aplikatif
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah wacana kepustakaan keilmuan tentang teori-teori
pengaruh paparan debu kapas dan gangguan fungsi paru tenaga
kerja khususnya tentang Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap
Kapasitas Fungsi Paru Tenaga Kerja di Bagian Pengisian Kasur
Kapuk X Sukoharjo.
2. Bagi Peneliti
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang Pengaruh
Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Tenaga
Kerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
3. Bagi Program D.IV Kesehatan Kerja
Menambah referensi, data dan informasi di kepustakaan
Program D.IV Kesehatan Kerja khususnya Pengaruh
commit to user

Paparan

19
digilib.uns.ac.id
8

perpustakaan.uns.ac.id

Debu kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan


Kasur Kapuk X Sukoharjo.
4. Bagi Perusahaan kasur Kapuk X Sukoharjo,
a.

Menambah pengetahuan dan pengertian Pengaruh Paparan


Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi

Paru Pekerja di

Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.


b.

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan


bagi perusahaan itu sendiri untuk mengambil tindakan
pengendalian,

langkah

kebijakan

pelaksanaan

kesehatan dan

dalam

keselamatan

menunjang
kerja

dan

perusahaan dapat melakukan pencegahan untuk timbulnya


penyakit atau mengurangi perkembangan penyakit-penyakit
yang telah terjadi, sehingga dapat meningkatkan efisiensi
kerja, produktifitas kerja dan derajat kesehatan tenaga kerja
secara optimal.

commit to user

20
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Debu Kapas
a. Pengertian Debu
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut
sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate
Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron.
Dalam Kasus Pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung
(Indoor and Out Door Pollution) debu sering dijadikan salah satu
indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat
bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja (Pujiastuti, 2002).
b. Pengertian debu Kapas
Debu kapas termasuk debu organik yang mengandung unsur
karbon yang bersifat sebagai fibrosis pada paru, selain itu debu kapas
tergolong sebagai suspended particulate matter yaitu debu yang
berada di udara

dan tidak mudah mengendap. Debu kapas yang

mengakibatkan penyakit byssinosis adalah penyakit paru akibat kerja


yang penyebabnya penghirupan debu kapas, vias, henep, atau sisal.
Melihat luas dan besar kemungkinan penghirupan aneka debu
penyebab bissinosis tersebut debu kapas terutama menempati posisi
commit to user
9

21
digilib.uns.ac.id
10

perpustakaan.uns.ac.id

terpenting mengingat banyaknya pabrik yang beroperasi dengan


jumlah pekerja yang cukup banyak. Masa inkubasi rata-rata terpendek
adalah 5 tahun (Sumamur , 2009).
Beberapa ukuran debu kapas, antara lain :
1) Ukuran 5-10 mikron : ditahan di saluran nafas bagian atas
(gangguan pharyngitis).
2) Ukuran 3-5 mikron : ditahan di saluran nafas bagian tengah (asma
bronchitis).
3) Ukuran 1-3 mikron : mengendap pada alveoli (pneumokoniosis).
4) Ukuran 0,1-1 mikron : tidak mudah mengendap, hinggap di
permukaan alveoli.
5) Ukuran <0,1 mikron : tidak hinggap di permukaan alveoli dan
selaput lender karena adanya gerak brown (dapat keluar masuk
permukaan alveoli).
Menurut (Windarto, 2004) Beberapa reaksi diyakini sebagai
penyebab munculnya gejala gejala Byssinosis yang antara lain adalah
a. Efek mekanis debu kapas yang dihirup ke dalam paru paru
b. Akibat pengaruh edotoksin bakteri bakteri kepada alat pernapasan
c. Merupakan gambaran reaksi alergi dari pekerja pekerja kepada debu
kapas.
d. Akibat bekerjanya bahan bahan kimia dari debu pada paru paru
e. Reaksi psikis pada para pekerja
commit to user

22
digilib.uns.ac.id
11

perpustakaan.uns.ac.id

c. Dampak Debu Kapas Terhadap Kesehatan


Bahan yang dapat merusak struktur anatomis dan atau
mengubah fungsi organ tubuh dapat berasal dari bahan baku, hasil
produksi, produksi sampingan atau limbah. Hal tersebut dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu debu organik contohnya debu kapas,
debu inorganik contohnya debu di pertambangan dan di industri
logam, dan gas iritan contohnya farmasi (Soetedjo, 2008).
Salah satu penyakit khusus yang ditimbulkan akibat paparan
debu kapas dalam

industri kapuk

adalah Byssinosis.

Byssinosis

adalah penyakit yang tergolong kepada pneumoconiosis yang


disebabkan oleh debu kapas yang biasa diderita oleh pekerja-pekerja
yang bekerja pada industri kapuk. Masuknya debu kapas dalam udara
pernapasan terutama yang berukuran kecil akan mengakibatkan alveoli
tertutupi oleh timbunan debu kapas tersebut.
Menurut berat ringanya penyakit, Byssinosis digolongkan ke
dalam beberapa kelompok yaitu :

commit to user

23
digilib.uns.ac.id
12

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 1. Tabel Kategori Tingkat Byssinosis


No
1
2

Tingkatan
Tingkat 0
Tingkat

Tingkat 1

Tingkat 2

5
Tingkat 3
Sumber : Sumamur, 2009.

Indikasi
Tidak ada gejala
Kadang-kadang berat di dada (chest
tightness) dan pendek nafas
(shortness of breath) pada hari
Senin atau rangsangan pada alatalat pernafasan pada hari-hari Senin
(hari pertama bekerja sesudah tidak
bekerja sesudah tidak bekerja 2
hari).
Berat dada atau pendek nafas pada
hari-hari Senin hampir pada setiap
minggu.
Berat dada atau sesak napas pada
hari-hari senin atau hari-hari lainya
pada setiap minggu.
Byssinosis cacat paru.

Karakteristik penyakit Bissinosis adalah adanya rasa hari Senin


atau sindrom hari Senin (Monday feelings atau Monday syndrome)
pada Bissinosis tingkat dini (1/2 dan 1), yaitu keluhan berat di dada
dan pendek nafas pada hari-hari senin (hari pertama sesudah tidak
bekerja 2 hari Sabtu dan Minggu), tetapi keluhan tersebut tidak
dirasakan pada hari-hari lainnya sebagaimana telah dinyatakan,
sesungguhnya keluhan itu tidak semata-mata untuk hari Senin saja,
melainkan pada hari-hari yang pekerja baru masuk kembali sesudah
beberapa hari libur. Di negara yang liburnya jatuh pada hari Jumat, jadi
bukan hari Minggu, keluhan berat di dada dan pendek nafas demikian
dirasakan pada hari Sabtu (Sumamur, 2009).

commit to user

24
digilib.uns.ac.id
13

perpustakaan.uns.ac.id

2. Saluran pernapasan
a.

Anatomi saluran Pernapasan


Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan
oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya.
Pernapasan adalah proses ganda yaitu terjadinya pertukaran gas di
dalam jaringan atau pernapasan dalam dan yang terjadi di dalam paruparu bernama pernapasan luar. Organ-organ saluran pernapasan
manusia antara lain (Pearce, 2006).
1) Hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum
nasalis)Rongga hidung berlapis selaput lendir, didalamnya terdapat
kalenjar minyak (kalenjar sabasea) dan kalenjar keringat (kalenjar
sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang
masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu , terdapat juga rambut
pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang
masuk bersama udara, juga terdapat konka yang mempunyai
banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang
masuk.
2) Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan ke dasar
tengkorak sampai persambungan dengan oesophagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid. Faring dibagi ke dalam tiga
commit to user

25
digilib.uns.ac.id
14

perpustakaan.uns.ac.id

bagian, nasofaring yang terletak dibagian belakang mulut, dan


laring/faring yang terletak dibagian belakang laring.
3) Laring
Merupakan lanjutan bagian bawah orafaring dan bagian
atas trakea. Disebalah atas laring, terletak tulang hyoid dan akar
lidah. Laring dilapisi oleh jenis selaput lendir yang sama dengan
trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi
epithelium berlapis.
4) Trakea
Trakea atau batang tenggorok kira-kira 9 sentimeter
panjangnya. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas
ephitelium bersilia dan sel cangkir. Jurusan silia ini bergerak keatas
dan kearah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir
halus lainya yang turut masuk bersama dengan saluran napas dan
dapat dikeluarkan, silia berfungsi menyaring benda-benda asing
yang masuk ke saluran pernapasan.
5) Bronkus
Dua bronkus utama dimulai pada trakea yang bercabang
dua setiap cabang tersebut masuk ke dalam setiap paru. Bronkus
utama sebelah kiri lebih sempit, lebih panjang dan lebih horizontal
daripada bronkus sebelah kanan jantung terletak agak kiri dari garis
tengah, setiap bronkus dibagi kedalam cabang-cabang, satu cabang
commit to user

26
digilib.uns.ac.id
15

perpustakaan.uns.ac.id

untuk setiap segmen bronkopulmoner dan kemudian di bagi lagi


menjadi bronkus yang lebih kecil dalam paru-paru.
6) Paru-paru
Paru-paru ada dua merupakan alat pernapasan utama.
Paru-paru mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri
dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah.
Besarnya dan strukur lainya yang terletak di dalam mediastinum.

b. Fisiologi saluran Pernapasan


1) Mekanisme Pernapasan
Mekanisme pernapasan di bagi menjadi dua yaitu:
a)

Kerja Inspirasi
Kerja Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang
diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma
meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu
vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan
oleh kontraksi otot interkostalis, meluaskan rongga dada ke
kedua sisi dan dari belakang kedepan. Paru-paru yang bersifat
elastik mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu
dan udara ditarik masuk kedalam saluran udara. Otot
Interkostal externa diberi peran sebagai otot tambahan, hanya
bila Inspirasi menjadi gerak sadar (Pearce, 2006).
commit to user

27
digilib.uns.ac.id
16

perpustakaan.uns.ac.id

b) Kerja Ekspirasi
Pada Ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot
dan karena paru-paru kempes kembali, disebabkan sifat
elastik paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses pasif.
Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot
leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke
atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa
bergerak dan alae nasi (cuping atau sayap hidung) dapat
kembang-kempis (Pearce, 2006).
2) Volume dan Kapasitas Paru
a) Volume Paru
Volume paru yang mengembang pada manusia saat bernapas
normal dibagi menjadi empat yaitu:
(1)

Volume alun napas (tidal) adalah volume udara yang


diinspirasi/diekspirasi

setiap

kali

bernapas

normal

besarnya kira-kira 500 milimeter pada rata-rata orang


dewasa muda.
(2)

Volume cadangan inspirasi adalah volume udara yang


dapat diinspirasi setelah dan diatas volume alun napas
normal dan biasanya mencapai 3000 milimeter.

(3)

Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara ekstra


yang dapat diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir
commit to user

28
digilib.uns.ac.id
17

perpustakaan.uns.ac.id

ekspirasi alun napas normal, jmlah normalnya sekitar


1100 milimeter.
(4)

Volume residu adalah udara yang masih tetap berada


pada paru setelah ekspirasi paling kuat, volume ini
besarnya kira-kira 1200 milimeter.

b) Kapasitas Fungsi Paru


Kapasitas fungsi paru merupakan kombinasi atau penyatuan
dua atau lebih volume paru. Kapasitas fungsi paru dapat
diuraikan sebagai berikut :
(1)

Kapasitas inspirasi sama dengan volume alur napas


ditambah volume cadangan inspirasi, ini adalah jumlah
udara kira-kira 3500 milimeter yang dapat dihirup oleh
seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan
engembangan paru sampai jumlah maksimal.

(2) Kapasitas residu fungsional sama dengan volume


cadangan ekspirasi ditambah volume residu, ini adalah
jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir
ekspirasi normal kira-kira 2300 milimeter.
(3)

Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi


ditambah volume alun napas dan volume cadangan
ekspirasi, ini adalah jumlah udara maksimal yang dapat
dikeluarkan seseorang dari paru,setelah terlebih dahulu
mengisi

paru secara
commit to user

maksimal

dan

kemudian

29
digilib.uns.ac.id
18

perpustakaan.uns.ac.id

mengeluarkan

sebanyak-banyaknya

kira-kira

4600

milimeter.
(4)

Kapasitas paru total adalah volume maksimal dimana


paru dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan
inspirasi paksa kira-kira 5800 milimeter jumlah ini sama
dengan kapasitas vital ditambah volume residu.
(Guyton and Hall, 2008).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital

adalah Compliance paru-paru yaitu hubungan antara


perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran
(Saibullah, 2009).
Keadaan

seperti

tuberkolosis,emfisima,

kanker,paru

semuanya dapat menurunkan complaince paru-paru dan


dengan demikian menurunkan kapasitas vital. Oleh karena itu
ukuran kapasitas vital merupakan salah satu pengukuran
terpenting dari semua pengukuran pernapasan klinis untuk
menilai

kemajuan

berbagai

jenis

penyakit.

Penurunan

compliance akan mengakibatkan meningkatnya kerja napas


(Saibullah, 2009).
Uji praktis untuk mengukur paparan debu dan serat
organik seperti debu kapas, dan gangguan dini dapat dideteksi
dengan uji kapasitas ventilasi seperti kapasitas vital paru-paru
diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki-laki,
commit to user

30
digilib.uns.ac.id
19

perpustakaan.uns.ac.id

normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan, 3-4 liter.


Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru, pada
penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan
pada kelemahan otot pernapasan (Pearce, 2006)
1) Pengukuran Kapasitas Fungsi Paru
Tes fungsi paru telah berkembang dalam dekade
terakhir dari spirometer sederhana sampai tes fisiologi
yang canggih. Spirometer sederhana biasanya memberikan
informasi yang cukup, sejumlah spirometer komputer
mampu

mengukur

dengan tepat selama 1

menit.

Spirometer sendiri tidak mungkin membuat diagnostik


spesifik,alat ini dapat menentukan adanya gangguan
obstruktif dan restriktif dan dapat memberi perkiraan
dengan kelainan. Pada gangguan obstruktif, spirometer
memperlihatkan penurunan kecepatan aliran ekspirasi dan
kapasitas vital normal. Pada penyakit paru restiktif ,
spirometer biasanya memperlihatkan penurunan kapasitas
vital dan kecepatan aliran yang normal (Guyton dan Hall,
2008).

commit to user

31
digilib.uns.ac.id
20

perpustakaan.uns.ac.id

2) Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fungsi Paru


a) Umur
Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya
umur. Semakin tua usia seseorang maka semakin besar
kemungkinan terjadi kapasitas fungsi paru (Suyono, 2001).
a.

Masa dewasa dini

: 20-40 tahun

b.

Masa dewasa madya

: 40-60 tahun

b) Jenis Kelamin
Jenis kelamin akan mempengaruhi kapasitas parunya,
karena secara anatomi sudah berbeda. Volume dan kapasitas
seluruh paru pada wanita kira-kira 20-50 % lebih kecil daripada
pria. Pengukuran kapasitas fungsi paru pada tenaga kerja lakilaki dan wanita yang menunjukkan nilai FVC (Forced Volume
Capacity) rata-rata tenaga kerja laki-laki adalah 4,7 liter dan
wanita 3,5 liter.Pengukuran dengan parameter FEV1 (Forced
Expiratory Volume One) menunjukkan nilai FEV1 rata-rata
tenaga kerja laki-laki adalah 3,7 liter dan wanita 2,8 liter.
(Mustajbegovic, 2003).
c) Masa Kerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja (pada
suatu kantor, badan dan sebagainya),

Masa kerja adalah

lamanya seorang tenaga kerja bekerja dalam (tahun) dalam satu


commit to user

32
digilib.uns.ac.id
21

perpustakaan.uns.ac.id

lingkungan perusahaan, dihitung mulai saat bekerja sampai


penelitian berlangsung (Solech, 2001).
Gangguan kronis terjadi akibat pajanan debu ditempat kerja
yang cukup tinggi dan untuk jangka waktu yang lama yang
biasanya adalah tahunan. Tidak jarang gejala gangguan fungsi
paru nampak setelah lebih dari 10 tahun terpajan (Depkes RI,
2003).
Masa kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu :
a.

Masa kerja baru

: 5 tahun

b.

Masa kerja lama

: > 5 tahun

d) Riwayat Pekerjaan
Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan
dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan salah satu faktor
di tempat kerja, pada pekerjaan atau lingkungan kerja menjadi
penyebab penyakit paru akibat kerja. Riwayat pekerjaan harus
dinyatakan kepada penderita dengan seteliti-telitinya dari
permulaan sekali sampai dengan waktu terakhir bekerja untuk
mendapat informasi mengenai kemungkinan faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja menjadi penyebab penyakit paru akibat
kerja. (Sumamur, 2009).
Hubungan antara penyakit dengan pekerjaan dapat diduga
dengan adanya riwayat perbaikan keluhan pada akhir minggu
atau hari libur diikuti peningkatan keluhan untuk kembali
commit to user

22
33
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

bekerja, setelah bekerja di tempat yang baru atau setelah


digunakan bahan baru di tempat kerja. Riwayat pekerjaan dapat
menggambarkan apakah pekerja pernah terpapar dengan
pekerjaan berdebu, hobi, pekerjaan pertama, pekerjaan pada
musim-musim tertentu dan lain-lain (Ikhsan, 2002).
e) Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok adalah kegiatan dalam menghisap
rokok lebih dari dua batang perhari, akan mempercepat
penurunan faal paru. Merokok dapat menyebabkan perubahan
struktur dan fungsi saluran pernafasan dan jaringan paru.
Pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada pengaruh debu
hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok (Depkes RI,
2003).
f) Riwayat Penyakit Paru
Riwayat penyakit meliputi antara lain awal-mula timbul
gejala atau tanda sakit, gejala atau tanda sakit dini penyakit,
perkembangan penyakit, dan terutama penting hubungan antara
gejala serta tanda sakit paru dengan pekerjaan atau lingkungan
kerja (Sumamur, 2009).
g) Status Gizi
Status gizi dapat mempengaruhi kapasitas paru, orang
kurus panjang biasanya kapasitas vital paksanya lebih besar dari
orang gemuk pendek. Salah satu akibat kekurangan zat gizi
commit to user

34
digilib.uns.ac.id
23

perpustakaan.uns.ac.id

dapat menurunkan sistem imunitas dan antibodi sehingga orang


mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, diare, dan juga
berkurangnya kemampuan tubuh untuk melakukan detoksikasi
terhadap benda asing seperti debu organik yang masuk dalam
tubuh (Almatsier, 2002). Di indonesia Indeks Masa Tubuh
(IMT) merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan.
Rumus IMT sebagai berikut :
IMT = BB
(TB)2
Keterangan : BB = Berat Badan (Kg)
TB = Tinggi Badan (m)

Tabel 2.Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia


Kategori

Keterangan

IMT

Kurus

Kekurangan BB tkt Berat

<17,0

Kekurangan BB tkt Ringan

17,0-18,5

Normal

>18,5-25,0

Gemuk

Kelebihan BB tkt Ringan

>25,0-27,0

Kelebihan BB tkt Berat

>27,0

Sumber : Widya Karya,2004

commit to user

35
digilib.uns.ac.id
24

perpustakaan.uns.ac.id

h) Kebiasaan Olahraga
Kapasitas
seseorang

paru

dapat

menjalankan

dipengaruhi

olahraga.

oleh

kebiasaan

Berolahraga

dapat

meningkatkan aliran darah melalui paru sehingga banyak


menyebabkan

semua

kapiler

paru

mendapatkan

perfusi

maksimum. Hal ini menyebabkan oksigen dapat berdifusi


kedalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau
maksimum.

Olahraga

mempunyai

sepuluh

unsur

pokok

kesegaran jasmani salah satu unsur tersebut adalah fungsi


pernapasan. Olahraga sebaiknya dilakukan minimal tiga kali
seminggu (Guyton dan Hall, 2008).
i) Penggunaan APD (Masker)
APD adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan
oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya
dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan
kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka,
2008).
Alat pelindung pernafasan (Respiratory Protection), APD
jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko
paparan gas, uap, debu atau yang bersifat rangsangan, secara
umum

jenis APD yang banyak digunakan di perusahaan-

perusahaan antara lain adalah masker (Tarwaka, 2008).


commit to user

36
digilib.uns.ac.id
25

perpustakaan.uns.ac.id

3) Gangguan Fungsi Paru


Adalah gangguan atau penyakit yang dialami oleh paruparu yang disebabkan oleh berbagai sebab misalnya virus, bakteri,
debu maupun partikel yang lainya. Penyakit pernapasan yang
diklasifikasikan karena uji spirometri ada dua macam yaitu
penyakit yang mnyebabkan gangguan ventilasi obstruktif dan
penyakit yang menyebabkan ventilasi restriktif (Guyton dan
Hall,1997) adapun gangguan fungsi paru ada tiga yaitu:
a)

Penyakit paru-paru Obstruktif


Penurunan kapasitas paru yang diakibatkan oleh penimbunan
debu sehingga menyebabkan penurunan dan penyumbatan
saluran napas.

b) Penyakit pernapasan Restriktif


Penyempitan saluran paru yang diakibatkan oleh bahan yang
bersifat alergi seperti debu, spora, jamur, yang mengganggu
saluran pernapasan dan kerusakan jaringan paru-paru.
c)

Penyakit Pernapasan Mixed


Kombinasi dari penyakit pernapasan obstruktif dan restriktif.

Tabel 3 : Kriteria volume paru dengan jenis kelainan :


% FEV1
R

70 %

80 %

commit to user
(Sumber: Ikhsan, 2002)

% FVC

37
digilib.uns.ac.id
26

perpustakaan.uns.ac.id

Dari hasil perhitungan % FVC dan % FEV1, maka kriteria


volume paru dengan jenis kelainan adalah sebagai berikut :
1) N : Normal, tidak ada kelainan dalam paru-paru. Jika % FVC 80
% dan % FEV1 70 %.
2) R : Restriktif, kerusakan jaringan paru-paru misalnya : pada
penderita pneumoni, pneumokoniosis. Jika % FVC < 80 % dan %
FEV1 70 %.
3) O : Obstruktif, penyumbatan saluran nafas misalnya : pada
penderita asma, bronchitis khronis. Jika % FVC 80 % dan %
FEV1 < 70 %.
4) M : Mixed, kombinasi dari restriktif dan obstruktif. Jika % FVC <
80 % dan %FEV1 < 70 %

c.

Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru


a. Mekanisme Penimbunan Debu Dalam Paru
Debu aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan reflek batuk
atau spasme laring (penghentian bernafas). Kalau zat-zat ini
menembus kedalam paru, dapat terjadi bronkitis toksit, edema paru
atau pneumonitis. Para pekerja menjadi toleran terhadap paparan
iritan berkadar rendah dengan meningkatkan sekresi mukus, suatu
mekanisme yang khas pada bronkitis dan juga terlibat pada
perokok tembakau (World Health Organization, 1993).
commit to user

38
digilib.uns.ac.id
27

perpustakaan.uns.ac.id

Beberapa mekanisme dapat dikemukakan sebagai sebab


hinggap dan tertimbunnya debu dalam paru. Salah satu mekanisme
itu adalah inertia atau kelembanan dari partikel-partikel debu yang
bergerak yaitu pada waktu udara membelok ketika melalui jalan
pernafasan yang tak lurus, maka partikel debu yang bermasa cukup
besar tak dapat membelok mengikuti aliran udara melainkan terus
lurus dan akhirnya menumbuk selaput lendir dan hinggap di sana
(Sumamur, 2009).
Mekanisme lain adalah sedimentasi yang terutama besar untuk
bronchi sangat kecil dan bronchioli, sebab ditempat itu kecepatan
udara pernafasan sangat kurang kira-kira 1 cm / detik sehingga
gaya tarik bumi dapat bekerja terhadap partikel-partikel debu dan
mengendapkannya (Sumamur, 2009).
Mekanisme yang terakhir adalah gerakan brown terutama
untuk partikel yang berukuran kurang dari 1 mikron. Partikel ini
oleh gerakan brown tadi ada kemungkinan membentur permukaan
alveoli dan tertimbun di sana (Sumamur, 2009).
Keadaan debu dialveoli tergantung dari tempatnya berada
dalam paru dan sifat debu itu sendiri. Debu yang mengendap di
bronchi dan bronchioli akan dikembalikan ke atas dan akhirnya
keluar oleh cilia-cilia yang bergetar. Kalau ada bahan kimia
penyusun debu mudah larut dalam air maka akan larut dan
langsung masuk pembuluh darah kapiler alveoli. Bila bahan tidak
commit to user

39
digilib.uns.ac.id
28

perpustakaan.uns.ac.id

mudah larut dan berukuran kecil maka partikel akan memasuki


dinding alveoli, lalu ke saluran limfa atau masuk ruang
peribronchial. Kemungkinan lain adalah ditelan sel phagocyt yang
mungkin masuk saluran limfa dan keluar dari tempat itu ke
bronchioli oleh cilia dikeluarkan ke atas (Sumamur, 2009).
b. Gangguan fungsi paru.
Menurut Guyton dan Hall (2008) menyatakan bahwa penyakit atau
gangguan yang dapat mempengaruhi kapasitas paru meliputi :
1) Ganggun Paru-Paru Obstruktif.
Penurunan kapasitas paru yang diakibatkan oleh penimbunan
debu sehingga menyebabakan penurunan dan penyumbatan
saluran nafas.
2) Gangguan paru Restriktif.
Penyempitan saluran paru yang diakibatkan oleh bahan yang
bersifat alergi seperti debu, spora, jamur yang mengganggu
saluran pernafasan dan kerusakan jaringan paru-paru.
3) Gangguan paru Mixed.
Kombinasi dari penyakit pernafasan obstruktif dan restriktif.
c. Penyakit Paru Akibat Kerja
Penyakit paru akibat kerja adalah penyakit kelainan paru yang
timbul sehubungan dengan pekerjaan. Terdapat berbagai macam
penyakit paru akibat kerja akibat lingkungan kerja seperti berikut
ini:

commit to user

40
digilib.uns.ac.id
29

perpustakaan.uns.ac.id

1) Emfisema paru kronik


Merupakan kelainan paru dengan patofisiologi berupa infeksi
kronik, kelebihan mucus dan edema pada epitel bronchiolus
yang mengakibatkan terjadinya obstruktif dan dekstruktif paru
yang kompleks sebagai akibat mengkonsumsi rokok.
2) Pneumonia
Pneumonia ini mengakibatkan dua kelainan utama paru, (kedua
efek ini mengakibatkan menurunnya kapasitas paru) yaitu :
a). Penurunan luas permukaan membran napas,
b). Menurunnya rasio ventilasi perfusi.
3) Atelektasi
Atelaktasi berarti avleoli paru mengempis atau kolaps.
Akibatnya terjadi penyumbatan pada alveoli sehingga aliran
darah meningkat dan terjadi penekanan dan pelipatan pembuluh
darah sehingga volume paru berkurang.
4) Asma
Pada penderita asma akan terjadi penurunan kecepatan ekspirasi
dan volume inspirasi.
5) Tuberkulosis
Pada penderita tuberkulosis stadium lanjut banyak timbul daerah
fibrosis di seluruh paru, dan mengurangi jumlah paru fungsional
sehingga mengurangi kapasitas paru.
commit to user

41
digilib.uns.ac.id
30

perpustakaan.uns.ac.id

6) Alvelitis yang disebabkan oleh faktor luar sebagai akibat dari


penghirupan debu organik menurut Ikhsan (2002). Beberapa
penyakit pada jalan pernapasan antara lain adalah : asma,
bronkitis akut, bronkitis kronik, karsinoma bronkogenik dan
bisinosis (Ikhsan, 2002).

commit to user

42
digilib.uns.ac.id
31

perpustakaan.uns.ac.id

E. Kerangka Pemikiran

Paparan debu

Debu masuk ke
dalam sistem
pernafasan

Partikel mengendap
dengan mekanisme
inertia

Partikel mengendap
dengan mekanisme
sedimentasi

Partikel mengendap
dengan gerakan
Brown

Faktor internal :
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Kondisi
Kesehatan
4. Kebiasaan
Merokok
5. Riwayat Penyakit
Paru
6. Status Gizi
7. Kebiasaan
Olahraga

Penurunan Kapasitas

Faktor external :
1. Penggunaan Alat
Pelindung Diri.
2. Masa Kerja
3. Riwayat Pekerjaan

Fungsi Paru

commit to user

43
digilib.uns.ac.id
32

perpustakaan.uns.ac.id

B. Hipotesis
Ada Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja
di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.

commit to user

44
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah observasional
analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabelvariabel, melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya
( Suryabrata, 1989).
Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan
pendekatan Cross Sectional. Karena variabel sebab dan akibat yang terjadi
pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan
dan dilakukan pada situasi yang sama.(Notoatmojo, 2005).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo,
pada bulan Januari- Juni 2011 di bagian Pengisian Kasur dan di bagian
Pengepakan Kasur.

C. Populasi
Subjek penelitian adalah tenaga kerja di Perusahaan Kasur Kapuk
X Sukoharjo, dengan klasifikasi subjek sebagai berikut:
commit to user
33

45
digilib.uns.ac.id
34

perpustakaan.uns.ac.id

a.

Subjek Inklusi adalah alasan mengapa peneliti memilih subjek tersebut.


Subjek inklusi pada penelitian ini antara lain; semua tenaga kerja di
bagian pengisian kasur (wanita), usia 20-40 tahun, masa kerja lebih dari 5
tahun, bersedia menjadi sampel penelitian.

b.

Subjek Eksklusi adalah alasan mengapa peneliti tidak memilih subjek.


Subjek eksklusi dalam penelitian ini antara lain; tenaga kerja sakit, lama
kerja lebih dari 8 jam sehari, tenaga kerja tidak bersedia menjadi subjek
penelitian.

D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan menggunakan purposive sampling.
Purposive sampling berarti pemilihan sekelompok subjek dengan jumlah yang
telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifatsifat populasi.( Notoatmojo, 2005).
E. Sampel Penelitian
Populasi adalah kumpulan lengkap dari seluruh subyek, individu
atau elemen lainya yang secara implisit akan dipelajari dalam sebuah
penelitian (Murti, 2010). Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi
atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan
harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama, baik kodrat maupun
pengkhususan (Hadi, 2004).
Berdasarkan hasil survey penelitian ini jumlah populasi
sebanyak 45 pekerja dari bagian pengisian kasur, pengepakan dan gudang.
commit to user

46
digilib.uns.ac.id
35

perpustakaan.uns.ac.id

Dengan purposive sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 30 pekerja ,


yang terdiri dari 15 orang yang bekerja dengan debu yang berada diatas NAB
dan 15 pekerja dengan dibawah NAB. Karena menurut rule of thumb tiap
variabel menggunakan 15-20 orang ( Murti, 2010).
F. Identifikasi Variabel
a. Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
perubahan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
paparan debu kapas.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
gangguan paru.
c. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu yaitu variabel yang mempengaruhi hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian
ini ada dua yaitu:
a) Variabel pengganggu terkendali : umur, jenis kelamin, masa kerja,
kebiasaan merokok.
b) Variabel pengganggu tidak terkendali : kondisi kesehatan, status gizi,
kebiasaan olahraga, penggunaan alat pelindung diri, riwayat
pekerjaan, riwayat penyakit paru.
commit to user

47
digilib.uns.ac.id
36

perpustakaan.uns.ac.id

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Untuk lebih memudahkan pengertian dalam penelitian, maka
penulis memberikan batasan sebagai berikut :
a. Variabel Bebas
Definisi

: Paparan Debu Kapas


: Konsentrasi partikel debu yang dihirup pekerja
saat bekerja di bagian pengisian kasur kapuk.

Alat Ukur

: Personal Dust Sampler (PDS)

Satuan

: mg/m3

Hasil

: > NAB (0,2 mg/m3) tempat di Pengisian Kasur


NAB (0,2 mg/m3) tempat di Pengepakan Kasur

Skala Pengukuran
b. Variabel terikat
Definisi

: Nominal
: Kapasitas Fungsi Paru
: Kemampuan fungsi paru untuk menampung udara
pernapasan.

Alat Ukur

: Spirometer jenis Autospiro AS :300

Hasil

: tidak ada kelainan (Normal).


ada kelainan (Obstruktif, restriktif, mixed).

Skala Pengukuran

: Nominal

c. Umur
Umur adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran, hingga
saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun yang dapat diperoleh
dari data tenaga kerja yang bekerja pada sentral industri Pembuatan Kasur
Kapuk X Sukoharjo.

commit to user

48
digilib.uns.ac.id
37

perpustakaan.uns.ac.id

Skala pengukurannya adalah rasio.


d. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah identitas seseorang, lakilaki atau perempuan.
Pengendaliannya dengan mencari dua kelompok yang jenis kelaminnya
sama, yaitu perempuan. Skala pengukurannya adalah nominal.
e. Lama dan Masa Kerja
Masa kerja adalah waktu tenaga kerja tersebut mulai bekerja pada
perusahaan itu sampai sekarang. Lama kerja adalah waktu kerja dari
tenaga kerja selama satu hari yang keduanya dapat diperoleh dari data
tenaga kerja yang bekerja pada sentral industri pembuatan kasur kapuk X
Sukoharjo.

commit to user

49
digilib.uns.ac.id
38

perpustakaan.uns.ac.id

H. Desain Penelitian.

Populasi
Purposive Sampling
Subjek

Terpapar debu kapas


melebihi NAB
Paru normal
(X1)

Mengalami
gangguan paru
(X2)

Terpapar debu kapas


di bawah NAB

Paru normal
(X3)

Mengalami
gangguan paru
(X4)

Chi Square

Keterangan:
X1

: Subyek yang parunya normal atau tidak terganggu (terpapar debu


di atas NAB).

X2

: Subyek yang tidak mengalami gangguan paru atau terganggu


(terpapar debu di atas NAB).

X3

: Subyek yang parunya normal atau tidak terganggu (terpapar debu


di bawah NAB).

X4

: Subyek yang tidak mengalami gangguan paru atau terganggu


(terpapar paru di bawah NAB).
commit to user

50
digilib.uns.ac.id
39

perpustakaan.uns.ac.id

I.

Tahap Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data penelitian meliputi tahap-tahap :
1. Tahap Persiapan
a. Observasi atau survei awal lapangan untuk melihat kondisi lingkungan
kerja, proses produksi,dan pekerja secara langsung.
b. Mempersiapkan data responden.
c. Mempersiapkan peralatan
d. Melakukan pengukuran kadar debu organikdi lingkungan tempat kerja
dengan menggunakan Personal Dust Sampler (PDS) dan lamanya
pengukuran adalah 1 jam.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memeriksa sampel penelitian dengan wawancara langsung dipandu
dengan data responden meliputi : nama, umur, jenis kelamin, masa
kerja, lama kerja perhari, riwayat pekerjaan dan kesehatan, keluhan
yang berhubungan dengan sistem pernapasan, dan pola hidup.
b. Melakukan pengukuran kapasitas paru pekerja dengan Spirometer jenis
Autospiro AS-300.
3. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian data meliputi pengolahan data dengan menganalisa
hasil dan menyusun laporan penelitian.

commit to user

51
digilib.uns.ac.id
40

perpustakaan.uns.ac.id

J.

Instrumen Penelitian.
Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan
data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang
digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :
a.

Personal Dust Sampler (PDS)


Personal Dust Sampler adalah alat untuk mengukur banyaknya
partikel debu secara personal yang berada di tempat kerja.
Merk : Sibata Constan Flow Mini Pump MP-2CFN Code 8086-20.
Filter : PVC dengan pori filter 0,8 m.

b.

Spirometer,
Yaitu alat untuk mengukur kapasitas fungsi paru.

c.

Timbangan Analitik
Timabangan analitik adalah alat yang digunakan untuk menimbang
filter kosong dan filter terisi yang akan dan telah dipasang di HVS.

d.

Exicator
Exicator adalah alat yang digunakan untuk menyimpan filter kosong
selama 24 jam sebelum digunakan dalam pengukuran kadar debu
dengan menggunakan HVS agar filter benar-benar kering.

e.

Timbangan Injak
Digunakan untuk mengukur berat badan pekerja.

f.

Microtoise
Digunakan untuk mengukur tinggi badan pekerja.

g.

Data Responden

commit to user

41
52
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Berisi daftar pertanyaan tentang karakteristik sampel yang akan


diambil.
K. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran Kadar Debu Personal
a.

Alat

: Personal Dust Sampler (PDS).

b.

Bahan

: Kertas vilter, pinset,exicator timbangan analitik

c.

Cara Kerja PDS :


1) Pasang filter pada PDS, alat di ON kan, dan atur flow meter
2) Pasang holder pada krah baju, tunggu 30-60 menit
3) Filter diambil, kemudian ditimbang (berat filter terisi)
4) Jika sudah selesai matikan alat dengan menekan OFF.

d.

Cara kerja timbangan analitik


1) Sambungkan pada alat dengan arus listrik.
2) Tekan ON/OFF, kemudian muncul angka 8888, tunggu sampai
berubah 0.
3) Pasang kertas filter ke timbangan.
4) Catat berat filter dalam gram.
5) Filter diambil, matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF.

e.

Cara kerja exicator


1) Bagian bawah di beri silika gel agar menyerap kandungan air
dalam filter.
2) Bibir exicator diberi vaselin agar rapat.
commit to user

42
53
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3) Exicator dibuka, tempatkan filter pada posisinya, simpan selama 24


jam.
4) Filter diambil kemudian ditimbang dengan timbangan analitik
sebagai filter kosong.
5) Masukkan filter pada holder.
2. Pengukuran Kapasitas Fungsi Paru
Sebelum pengukuran, responden terlebih dahulu diberi pengarahan
maksud dan tujuan pengukuran dengan jelas, responden mencoba bernapas
dan menghembuskan udara ke dalam spirometer.
a.

Alat

: Spirometer jenis Autospiro AS-300

b.

Bahan

: Mouthpiece

c.

Cara Kerja

1) Sampel dalam posisi berdiri dan pengukuran longgar.


2) Tahap persiapan,
(a) Menghidupkan alat dan biarkan alat beradaptasi 10 menit.
(b) Menekan tombol ID
(c) Memasukkan data responden: ID, umur, tinggi badan, jenis
kelamin.
3) Pengukuran VC
(a) Pasang mothpiece kemulut dengan posisi bibir rapat pada
mouthpiece.
(b) Melakukan pernapasan melalui alat (pernapasan melalui
mulut).

commit to user

43
54
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

(c) Tekan tombol VC, tekan strat.


(d) Responden mengambil napas sedalam-dalamnya dan kemudian
membuang napas sampai habis secara perlahan, kemudian
bernapas biasa kembali.
(e) Tekan tombol stop untuk mengakhiri pemeriksaan.
(f) Tekan tombol display dan catat data EVC, VC, %VC.
4) Pengukuran FVC
(a) Pasang mothpiece kemulut dengan posisi bibir rapat dengan
mouthpiece.
(b) Melakukan pernapasan melalui alat (pernapasan melalui
mulut).
(c) Tekan tombol FVC, tekan start.
(d) Responden mengambil napas sedalam-dalamnya dan kemudian
membuang napas sampai habis secara cepat dan dihentakkan,
kemudian bernapas biasa kembali.
(e) Tekan tombol stop untuk mengakhiri pemeriksaan.
(f) Tekan tombol display dan catat FVC, FEV1, %FVC.

commit to user

44
55
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3. Pengukuran Status Gizi


Pengukuran gizi terhadap pekerja industri melalui IMT, yang dilihat dari
berat badan dan tinggi badan.
a.

Pengukuran berat badan dengan timbangan injak dalam satuan kg dan


ketelitian penimbangan 0,01 kg. Responden berdiri tegak, tenang,
tidak bergerak-gerak, barang bawaan disimpan sementara dan tidak
boleh memakai alas kaki.

b.

Pengukuran tinggi badan dengan mikrotoa atau microtoise dalam


satuan centimeter dengan ketelitian 0,1 cm.

4. Wawancara dengan menggunakan data responden


Pengisian data responden dilaksanakan dengan metode wawancara secara
langsung oleh peneliti kepada responden, lembaran data responden diisi
oleh peneliti.

L. Teknik Pengolahan dan Analisa Data.


Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka
analisis merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Data yang sudah
terkumpul tidak berarti apa-apa bila tidak diolah, oleh karena itu perlu analisis
data. Yang dimaksud metode analisis data adalah cara mengolah data yang
telah terkumpul untuk dapat disimpulkan. Setelah semua data terkumpul
kemudian dilakukan pengolahan data.
Pengolahan data dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

45
56
digilib.uns.ac.id

a. Editing
Dilakukan setelah mendapatkan data yang dikumpulkan dengan tujuan
untuk mengoreksi data bila terjadi kesalahan atau kekurangan data dapat
diteliti.
b. Koding
Pemberian kode pada data sehingga memudahkan pengelompokan.
c. Entry
Memasukkan data yang telah dilakukan koding kedalam program SPSS
versi 16.0.
d. Tabulasi
Mengelompokkan data sesuai dengan variabel. Data diolah dan dianalisis
dengan teknik analisis kuantitatif. Untuk pengolahan data kuantitatif dapat
dilakukan dengan manual atau melalui proses komputerisasi.
Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tenik
sebagai berikut :
1. Uji Univariat
Dilakukan pada masing-masing variabel yaitu mendiskripsikan tentang
hasil pengukuran tekanan panas dan kelelahan kerja yang disajikan dalam
bentuk data. Analisis yang digunakan meliputi analisis prosentase.
2. Uji Bivariat
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat dapat dilakukan dengan Teknik pengolahan dan analisis
data dilakukan dengan uji statistik Chi Square dengan menggunakan
commit to user

46
57
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

program komputer SPSS versi 16.0. dalam penelitian ini ditetapkan tingkat
signifikan 95% yaitu :
a. Jika p value 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.
b. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan
(Riwidikdo, 2008).
Teknik pengolahan data untuk mengetahui pengaruh Paparan Debu Kapas
Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja Di Perusahaan Kasur Kapuk X
Sukoharjo menggunakan uji statistik Chi Square dengan menggunakan
program komputer SPSS versi 16.0. dalam penelitian ini ditetapkan tingkat
signifikan 95% yaitu :
a. Jika p value 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.
b. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan
(Riwidikdo, 2008).

commit to user

58
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan


Perusahaan Kasur Kapuk X

Sukoharjo adalah

salah satu

Perusahaan Kasur Kapuk yang terbesar di wilayah Sukoharjo yang


mempunyai andil yang besar dalam menyerap tenaga kerja baik wanita
maupun laki-laki di wilayah Sukoharjo. Di Perusahaan Kasur Kapuk X
Sukoharjo terdapat banyak tenaga kerja wanita maupun laki-laki umumnya
wanita bekerja pada bagian pengisian atau bagian penjahitan kasur kapuk,
tenaga kerja laki-laki umumnya bekerja pada bagian pembuatan kapuk atau
bagian mesin. Perusahaan kasur kapuk X memproduksi kasur kapuk dalam
bentuk kasur lipatan atau sering disebut di mayarakat dengan sebutan kasur
palembangan, tetapi di perusahaan kasur kapuk X tidak hanya memproduksi
kasur jenis lipatan saja (kasur palembangan) tetapi perusahaan ini juga
memproduksi bantal, guling dan jenis kasur lainya yang terbuat dari kapas
atau kapuk.
Proses produksi di perusahaan ini menggunakan dua cara yaitu
pembuatan kasur kapuk menggunakan bantuan mesin, dan pembuatan kasur
kapuk

secara manual tanpa bantuan mesin. Jumlah tenaga kerja di

perusahaan ini adalah 45 orang, yang terdiri dari 30 wanita yang bekerja di
bagian pengisian, di bagian mesin 12 laki-laki , di bagian administrasi
commit to user
47

perpustakaan.uns.ac.id

59
digilib.uns.ac.id
48

terdapat 1 laki-laki dan 2 wanita, dan yang lain adalah pegawai tidak tetap
yang berjumlah 2 orang. Yang bekerja selama 6 hari yaitu senin sampai sabtu.
Dengan lama bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00, tetapi
ada juga kerja lembur sampai pukul 21.00, umumnya yang dapat waktu kerja
lembur adalah tenaga kerja yang bekerja di bagian mesin dengan waktu
istirahat setengah jam bagi yang tidak lembur dan 1 jam bagi yang lembur.
Waktu kerja di perusahaan kasur kapuk Dian Sri yaitu dari pukul 08.00 pagi
sampai pukul 16.00 sore tetapi ada juga yang lembur, lembur biasa dilakukan
apabila ada pesanan kasur kapuk yang banyak. Waktu kerja tergantung
pemesanan kasur kapuk dari pemesan. Pekerja tersebut bertugas melakukan
pengisian kasur kapuk dengan menggunakan peralatan yang sudah disediakan
oleh perusahaan sesuai dengan target yang sudah ditentukan, yaitu minimal 5
kasur per hari yang harus dihasilkan oleh setiap tenaga kerja. Jadi perhari di
bagian pengisian memproduksi sekitar 90 kasur kapuk atau sesuai dengan
pemesanan. Debu kapas disini berasal dari proses pengisian kasur menjadi
kasur yang siap jual.
Proses pertama kali dilakukan dengan cara memilih kapuk yang akan
diisikan kemudian dari hasil pemilihan tersebut bahan kapu yang sudah layak
akan dimasukkan ke kain kasur yang sudah dissiapkan sehingga pada waktu
proses pengisian tersebut tenaga kerja yang bekerja di unit ini terpapar akan
debu. Dari paparan debu yang berlangsung cukup lama akan berakibat
masuknya debu dalam pernafasan pekerja sehingga hal tersebut dapat
mengakibatkan adanya penurunan kapasitas fungsi paru pekerja.
commit to user

49
60
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

B. Karakteristik Responden.
1. Umur
Distribusi responden berdasarkan umur pada perusahaan Kasur
Kapuk X Sukoharjo tahun 2011 dapat digambarkan pada tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Umur Responden
Umur (tahun)
Frekuensi
Persentase (%)
23-25
5
16,6
26-30

3,3

31-35

13,3

36-40

20

41-55

14

46,6

Total

30

100.00

Data primer(hasil pengukuran 12-14 April 2011)


Umur responden yang terendah adalah 23 tahun dan yang tertinggi
adalah 54 tahun.
2. Jenis Kelamin
Distribusi jenis kelamin responden pada perusahaan Kasur Kapuk
X Sukoharjo yaitu berjenis kelamin seluruhnya wanita.

commit to user

50
61
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3. Masa kerja
Distribusi masa kerja responden pada perusahaan Kasur Kapuk X
Sukoharjo, dapat dilihat pada tabel 5 berikut :
Tabel 5. Distribusi Masa Kerja
Kriteria
Masa kerja baru (1-5 tahun)

Frekuensi
10

Prosentase %
33,3

20

66,6

30

100

Masa kerja lama (5-7


tahun)
Total

Berdasarkan tabel 5 diperoleh masa kerja baru sebanyak 33,3 %


dan masa kerja lama sebanyak 66,6 %.
4. Kebiasaan merokok
Distribusi kebiasaan merokok responden pada perusahaanKasur
Kapuk X Sukoharjo tahun 2011 adalah semua pekerja tidak merokok.
C. Paparan Debu
Pengukuran kadar debu pada responden menggunakan Personal Dust
Sampler (PDS) dimulai pukul 07.30 11.30 WIB, pada tanggal 12 - 14 April
2011. Untuk hasil pengukuran dibedakan menjadi kadar debu diatas NAB dan
di bawah NAB sedang hasil pengukuran kadar debu dapat dilihat dalam tabel
6 berikut ini.

commit to user

digilib.uns.ac.id
51 62

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 6. Hasil pengukuran kadar debu NAB dan >NAB


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
RATA-RATA

> NAB
3,7
3,7
3,3
4,3
3,3
3,5
4,2
3,2
5,2
5,0
5,3
3,8
4,7
4,5
3,7
4,09

Kadar Debu Kapas (mg/m3)


NAB
0,1
0,14
0,13
0,12
0,1
0,1
0,12
0,1
0,1
0,13
0,12
0,1
0,1
0,12
0,1
0,105

Data primer(hasil pengukuran 12-14 April 2011).


Berdasarkan tabel 6 dapat diperoleh bahwa 15 responden terpapar
debu di atas NAB dan 15 responden terpapar debu dibawah NAB dengan
kadar debu tertinggi yaitu 5,3 mg/m3, debu terendah adalah 3,3 mg/m3
dengan rata-rata 4,09 mg/m3 (diatas NAB). Dan untuk yang di bawah NAB
dengan kadar debu tertinggi yaitu 0,14 mg/m3, debu terendah adalah 0,1
mg/m3 dengan rata-rata 0,105 mg/m3.
D. Kapasitas Fungsi Paru

Pengukuran kapasitas fungsi paru pada responden menggunakan


Spirometer berdasarkan % FVC dan % FEV1. Hasil pengukuran kapasitas
fungsi paru adalah normal dan tidak normal, dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini.

commit to user

52
63
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 7. Hasil pengukuran kapasitas fungsi paru


No kode
Kapasitas Fungsi Paru
NAB
Hasil pengukuran Keterangan

>NAB
Hasil pengukuran

%FEV1
99,3

%FVC
56,3

%FEV1
100,0

1.

%FVC
38,3

2.

30,0

100,0

Tidak normal
(R)

52,2

100,0

3.

84,8

97,1

Normal

30,6

100,0

4.

83,0

100,0

Normal

53,7

100,0

5.

42,9

100,0

Tidak normal
(R)

57,9

100,0

6.

14,3

100,0

85,95

86,7

7.

14,3

100,0

Tidak normal
(R)
Tidak normal
(R)

22,7

100,0

8.

91,55

75,6

Normal

28,2

100,0

9.

86,05

91,45

Normal

34,9

100

10

83,0

100,0

Normal

55,7

100,0

11

59,1

94,7

Tidak normal
(R)

50,8

100,0

12

42,8

98,3

Tidak normal
(R)

50,2

100,0

13

88,1

65,7

Tidak normal
(O)

45,3

100,0

14

41,3

97,8

Tidak normal
(R)

50,2

100,0

15

82,9

89,85

Tidak Normal
(R)

Normal

40,1

100,0

Keterangan N: Normal, O: Obstruktif, R: Restriktif, M: mixed


commit to user

keterang
an
Tidak
normal
(R)
Tidak
normal
(R)
Tidak
normal
(R)
Tidak
normal
(R)
Tidak
normal
(R)
Normal
Tidak
normal
(R)
Tidak
normal
Tidak
normal
(R)
Tidak
normal
(R)
Tidak
normal
(R)
Tidak
normal
(R)
Tidak
normal
(R)
Tidak
normal
(R)
Tidak
normal
(R)

53
64
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dari data diatas diketahui bahwa pada pengukuran responden


dibawah NAB yang mengalami fungsi paru normal sebanyak 6 pekerja
(20%), yang mengalami penurunan fungsi paru sebanyak 9 pekerja (30%).
Pada pengukuran responden diatas NAB diperoleh sebanyak 1 pekerja
(3,3%) mengalami fungsi paru normal sedangkan 14 pekerja (46,7%)
mengalami penurunan fungsi paru.
E. Analisa Data Paparan Debu dan Kapasitas Fungsi Paru
Analisa data paparan debu dan kapasitas fungsi paru dapat dilihat
dalam hasil crosstab uji chi square yang menunjukkan hasil yang signifikan
yaitu p= 0,031 (p >0,01 tetapi 0,05). Maka uji dinyatakan ada pengaruh
yang signifikan berarti hipotesis yang diajukan (Ha) diterima. Hal ini dapat
terlihat dari uji statistik chi square dibawah ini :
Tabel 8. Hasil Tabulasi Antara Paparan Debu Terhadap Kapasitas Fungsi
Paru
No
Kadar
Kapasitas Fungsi Paru
debu

Normal

Frekuensi

Tidak normal

(%)

Frekuensi
(%)

1.

NAB

20

30

2.

>NAB

3,3

14

46,7

commit to user

65
digilib.uns.ac.id
54

perpustakaan.uns.ac.id

Dari hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16.0 dengan


menggunakan uji Chi Square, dengan kategori nominal untuk debu dan
nominal untuk kapasitas fungsi paru maka didapatkan nilai p value = 0,031
yang berarti p > 0,01 tetapi 0,05 sehingga hasil uji menunjukkan nilai yang
signifikan menurut Iqbal Hasan, (2004). Berarti terdapat pengaruh yang
diakibatkan oleh paparan debu terhadap kapasitas fungsi paru di perusahaan
Kasur Kapuk X Sukoharjo.

Symmetric Measures
Value
Nominal by

Contingency Coefficient

Nominal
N of Valid Cases

Approx. Sig.

.367
30

commit to user

.031

66
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat
Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan sebaran dan
hasil penelitian yang diperoleh secara kuantitatif dengan menggunakan daftar
distribusi.
1. Umur
Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa usia produktif adalah
antara 15 55 tahun. Dalam penelitian ini umur yang diambil adalah umur
antara 23-53 tahun, sehingga usia tersebut masih termasuk usia kerja yang
produktif.
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa umur responden di Perusahaan
Kasur Kapuk

Sukoharjo paling banyak adalah umur 41-55 tahun

dengan jumlah 14 orang (46,6%). Menurut Suyono (2001), usia


berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur. Semakin
tua seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi kapasitas fungsi
paru.
Berdasarkan referensi tersebut dapat diketahui bahwa umur subjek
penelitian masih dalam keadaan normal untuk peningkatan dan penurunan
kapasitas fungsi paru.
commit to user
55

67
digilib.uns.ac.id
56

perpustakaan.uns.ac.id

2. Jenis Kelamin
Dalam penelitian ini semua tenaga kerja yang menjadi subyek
penelitian adalah wanita. Terdapat perbedaan kecil dalam kapasitas fungsi
parunya antara laki-laki dan perempuan, perbedaan ini terletak di antara
FVC dan FEV1nya, umumnya laki-laki mempunyai nilai FVC dan
FEV1nya

lebih

besar

dibandingkan

dengan

wanita.

Menurut

Mustajbegovic (2003) Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita


kira-kira 20-50 % lebih kecil daripada pria. Pengukuran kapasitas fungsi
paru pada tenaga kerja laki-laki dan wanita yang menunjukkan nilai FVC
(Forced Volume Capacity) rata-rata tenaga kerja laki-laki adalah 4,7 liter
dan wanita 3,5 liter. Pengukuran dengan parameter FEV1 (Forced
Expiratory Volume One) menunjukkan nilai FEV1 rata-rata tenaga kerja
laki-laki adalah 3,7 liter dan wanita 2,8 liter.
Berdasarkan teori tersebut semua responden berjenis kelamin
wanita untuk homogenisasi sampel penelitian.
3. Masa Kerja
Dalam penelitian ini masa kerja responden berkisar antara 5 7
tahun. Masa kerja dapat mempengaruhi tubuh dalam menerima paparan
debu karena semakin lama tenaga kerja terpapar debu kapas di lingkungan
tempat kerja maka kapasitas fungsi parunya akan mengalami gangguan.
Masa kerja juga dapat mempengaruhi gangguan kronis akibat pajanan
debu yang berada dilingkungan kerja karena semakin lama masa kerja,
tenaga kerja semakin mengalami gangguan yang diakibatkan oleh pajanan
commit to user

57
68
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

debu ditempat kerja. Tidak jarang gejala gangguan fungsi paru nampak
setelah bekerja lebih dari 5 tahun terpajan (Depkes RI, 2003).
Berdasarkan referensi tersebut dapat diketahui bahwa masa kerja
subjek penelitian tidak mempengaruhi secara langsung terhadap kapasitas
fungsi paru pekerja karena tenaga kerja sudah beradaptasi terhadap debu
(aklimatisasi).
4. Paparan Debu
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Perusahaan Kasur Kapuk
X Sukoharjo maka diperoleh hasil berupa dari 15 reponden yang terpapar
debu diatas NAB dan 15 responden yang terpapar debu dibawah NAB
dengan kadar debu tertinggi yaitu 5,3 mg/m3 , debu terendah adalah 3,3
mg/m3 dengan rata-rata 4,09 mg/m3 (diatas NAB), dan untuk yang dibawah
NAB diperoleh kadar debu tertinggi yaitu 0,14 mg/m3, debu terendah
adalah 0,1 mg/m3 dengan rata-rata 0,105 mg/m3. Menurut Sumamur
(2009) ukuran debu <0,1 mikron maka debu tersebut tidak hinggap di
permukaan alveoli dan selaput lender karena adanya gerak brown (dapat
keluar masuk alveoli), sedangkan yang ukuran 5-10 mikron ditahan
disaluran nafas bagian atas dan dapat menimbulkan gangguan pharyngitis.
Berdasarkan teori tersebut, maka kadar debu yang diatas NAB
dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru sedangkan yang dibawah
NAB debu tersebut tidak hinggap di permukaan alveoli dan selaput lendir
karena adanya gerak brown.
commit to user

5869
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5. Kapasitas Fungsi Paru


Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden
didapatkan hasil dari 15 responden terdapat 1 pekerja yang mengalami
fungsi paru normal dan 14 pekerja yang mengalami penurunan fungsi paru
yang terdiri dari restriktif semua (>NAB), sedangkan untuk yang dibawah
NAB (NAB), dari 15 responden didapatkan 6 pekerja yang mengalami
fungsi paru normal dan 9 pekerja mengalami penurunan fungsi paru yang
terdiri dari restriktif dan obstruktif.
Menurut Guyton dan Hall (2008) pada gangguan Obstruktif,
spirometer memperlihatkan penurunan kecepatan aliran ekspirasi dan
kapasitas vital normal, pada penyakit paru restriktif spirometer biasanya
menunjukkan penurunan kapasitas vital dan kecepatan aliran yang normal.
Berdasarkan teori diatas dapat diperoleh bahwa paparan debu
yang diatas NAB dapat menimbulkan gangguan fungsi paru pekerja,
sedangkan untuk paparan debu dibawah NAB kemungkinan juga dapat
mengalami gangguan fungsi paru, karena kemungkinan adanya kesalahan
dalam menggunakan alat atau pemakaian alat.
B. Analisis Bivariat
Pengukuran kadar debu terhadap fungsi paru pekerja di perusahaan
kasur kapuk X sukoharjo dilakukan dengan uji statistik chi square. Hasil
pengolahan data dengan SPSS versi 16.0 dengan menggunakan uji Chi
Square, dengan kategori nominal untuk debu dan nominal untuk kapasitas
fungsi paru maka didapatkan nilai p value = 0,031 yang berarti p > 0,01 tetapi
commit to user

70
59
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

0,05 sehingga hasil uji menunjukkan nilai yang signifikan menurut Iqbal
Hasan, (2004). Berarti terdapat pengaruh yang diakibatkan oleh paparan debu
terhadap kapasitas fungsi paru di perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
Kadar debu yang tinggi mengakibatkan adanya pengaruh terhadap
kapasitas fungsi paru, Keadaan debu dialveoli tergantung dari tempatnya
berada dalam paru dan sifat debu itu sendiri. Debu yang mengendap di
bronchi dan bronchioli akan dikembalikan ke atas dan akhirnya keluar oleh
cilia-cilia yang bergetar. Kalau ada bahan kimia penyusun debu mudah larut
dalam air maka akan larut dan langsung masuk pembuluh darah kapiler
alveoli. Bila bahan tidak mudah larut dan berukuran kecil maka partikel akan
memasuki dinding alveoli, lalu ke saluran limfa atau masuk ruang
peribronchial. Kemungkinan lain adalah ditelan sel phagocyt yang mungkin
masuk saluran limfa dan keluar dari tempat itu ke bronchioli oleh cilia
dikeluarkan ke atas (Sumamur, 2009).
Berdasarkan

uji statistik, menunjukkan bahwa ada Pengaruh

Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan


Kasur Kapuk X Sukoharjo yang disebabkan karena Paparan Debu Di
Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo melebihi NAB.
Hasil yang signifikan dalam penelitian ini sesuai dengan penelitianpenelitian sebelumnya seperti :
1. Sufya Akunsari (2010) mengatakan bahwa ada Hubungan Antara Paparan
Debu Kapas Terhadap Penurunan Paru Tenaga Kerja di Unit Spinning PT.
Dan Liris Sukoharjo, metode yang digunakan yaitu dengan uji chi square.
commit to user

6071
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Sigit Fajar Suryanto (2009) mengatakan bahwa paparan debu yang tinggi
(bagian produksi) terjadi gangguan fungsi paru, metode yang digunakan
adalah chi square.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Pada penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
cross sectional dimana data yang diambil pada waktu yang sesaat dan
bersamaan

sehingga

hanya

menggambarkan

keadaan

waktu

dilaksanakannya penelitian.
2. Penelitian ini perlu penelitian yang lebih lanjut mengenai pengaruh dari
faktor-faktor selain pengaruh paparan debu dikarenakan keterbatasan
waktu.

commit to user

72
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengukuran kadar debu pada 30 responden :terdapat pekerja
yang terpapar debu diatas NAB (>0,2mg/m3), dan pekerja yang terpapar
debu di bawah NAB (<0,2mg/m3).
2. Dari hasil pengukuran kapasitas fungsi paru dari 30 responden : terdapat 7
(23,3%) responden yang kapasitas fungsi parunya normal dan 23 (76,7 %)
responden yang kapasitas fungsi parunya tidak normal , terdiri dari :
responden restriktif, dan responden obstruktif .
3. Dari hasil uji statistik dengan uji Chi Square didapat nilai p value 0,031,
maka p value < 0,05 (0,031 < 0,05). Sehingga Ha diterima artinya
signifikan, yaitu ada pengaruh paparan debu dengan kapasitas fungsi paru
pekerja Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.

B. Saran
1. Peningkatan kesadaran pekerja dengan pemakaian alat pelindung diri
berupa masker, karena pentingnya masker dalam melakukan pekerjaan
dapat memberi pengertian akan bahaya paparan debu terhadap kesehatan.
commit to user
61

6273
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Hal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan dalam


bekerja.
2. Perbaikan ventilasi umum, yaitu dengan mengalirkan udara ke ruang kerja
agar kadar debu yang ada dalam ruang kerja menjadi lebih rendah dari
kadar NAB.
3. Pemasangan ventilasi keluar setempat (local exhauster) yang diletakkan
dibawah yaitu sedekat mungkin dengan sumber emisi yang bertujuan
menghisap udara berdebu disuatu tempat kerja agar bahan-bahan yang
membahayakan dapat dialirkan keluar tempat kerja.
4. Memakai metode basah yaitu lantai disiram air supaya debu tidak
berterbangan di udara.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai