Anda di halaman 1dari 8

Definisi dan Pengertian Geomorfologi

Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang roman muka bumi
beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal
bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk),
logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian
geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.
Secara garis besar proses pembentukan muka bumi menganut azas berkelanjutan dalam bentuk
daur geomorfik (geomorphic cycles), yang meliputi pembentukan daratan oleh gaya dari dalam
bumi (endogen), proses penghancuran/pelapukan karena pengaruh luar atau gaya eksogen, proses
pengendapan dari hasil pengahncuran muka bumi (agradasi), dan kembali terangkat karena
tenaga endogen, demikian seterusnya merupakan siklus geomorfologi yang ada dalam skala
waktu sangat lama.

DASAR-DASAR GEOMORFOLOGI 1. Proses-Proses Geomorfik


Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal (terbentuknya) topografi
sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta terbentuknya material-material
hasil erosi. Melalui geomorfologi dipelajari cara-cara terjadi, pemerian, dan pengklasifikasian
relief bumi. Relief bumi adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam
ukuran ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan-pergerakan pada
kerak bumi.
Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M. Davis. Davis
menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi (morphology of landforms) dikontrol
oleh tiga faktor utama, yaitu struktur, proses, dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti
sebagai struktur-struktur yang diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk
permukaan bumi (lihat Gambar 1). Proses-proses yang umum terjadi adalah proses erosional
yang dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat-sifat lainnya dari batuan. Bentukbentuk pada muka bumi umumnya melalui tahapan-tahapan mulai dari tahapan muda (youth),
dewasa (maturity), tahapan tua (old age), lihat Gambar 2.Pada tahapan muda umumnya belum
terganggu oleh gaya-gaya destruksional, pada tahap dewasa perkembangan selanjutnya

ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem drainasedengan jumlah panjang dan kedalamannya yang
dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak lagi. Proses selanjutnya membuat topografi
lebih mendatar oleh gaya destruktif yang mengikis, meratakan, dan merendahkan permukaan
bumi sehingga dekat dengan ketinggian muka air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian
pembentukan proses (tahapan-tahapan) geomorfologi tersebut menerus dan dapat berulang, dan
sering disebut sebagai Siklus Geomorfik.

Gambar 1. Sketsa yang memperlihatkan bentuk-bentuk permukaan bumi akibat struktur geologi
pada batuan dasarnya.

Gambar 2. Sketsa yang memperlihatkan perkembangan (tahapan) permukaan bumi (landform).


Dari (A s/d D) memperlihatkan tahapan geomorfik muda sampai dengan tua.
Selanjutnya dalam mempelajari geomorfologi perlu dipahami istilah-istilah katastrofisme,
uniformiaterianisme, dan evolusi.

Katastrofisme merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala-gejala morfologi


terjadi secara mendadak, contohnya letusan gunung api.

Uniformitarianisme sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukkan morfologi


cukup berjalan sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu membentuk bentuk-bentuk
yang sekarang, bahkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lalu juga
terjadi pada masa sekarang, dan seterusnya (James Hutton dan John Playfair, 1802).

Evolusi cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan perlahan-lahan
membentuk dan mengubah menjadi bentukan-bentukan baru.

1. Proses-Proses Geomorfik
Proses-proses geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat prosesproses perubahan muka bumi. Secara umum proses-proses geomorfik tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Proses-proses epigen (eksogenetik) :

Degradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk


transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier.

Aggradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk


transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier.

Akibat organisme (termasuk manusia)

b. Proses-proses hipogen (endogenetik)

Diastrophisme (tektonisme)

Vulkanisme

c. Proses-proses ekstraterrestrial, misalnya kawah akibat jatuhnya meteor.


1.1 Proses Gradasional
Istilah gradasi (gradation) awalnya digunakan oleh Chamberin dan Solisbury (1904) yaitu semua
proses dimana menjadikan permukaan litosfir menjadi level yang baru. Kemudian gradasi
tersebut dibagi menjadi dua proses yaitu degradasi (menghasilkan level yang lebih rendah) dan
agradasi (menghasilkan level yang lebih tinggi).
Tiga proses utama yang terjadi pada peristiwa gradasi yaitu :

Pelapukan, dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam suatu tempat, terjadi
di permukaan, dan dapat merombak batuan menjadi klastis. Dalam proses ini belum
termasuk transportasi.

Perpindahan massa (mass wasting), dapat berupa perpindahan (bulk transfer) suatu massa
batuan sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-kadang (biasanya)efek dari air
mempunyai peranan yang cukup besar, namun belum merupakan suatu media
transportasi.

Erosi, merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan masa batuan. Oleh
suatu agen (media) pemindah. Secara geologi (kebanyakan) memasukkan erosi sebagai
bagian dari proses transportasi.

Secara umum, series (bagian/tahapan) proses gradisional sebagai berikut landslides (dicirikan
oleh hadirnya sedikit air, dan perpindahan massa yang besar), earthflow (aliran batuan/tanah),
mudflows (aliran berupa lumpur), sheetfloods, slopewash, dan stream (dicirikan oleh jumlah air
yang banyak dan perpindahan massa pada ukuran halus denganslopeyang kecil).
a. Pelapukan batuan
Pelapukan merupakan suatu proses penghancuran batuan manjadi klastis dan akan tekikis oleh
gaya destruktif. Proses pelapukan terjadi oleh banyak proses destruktif, antara lain :

Proses fisik dan mekanik (desintegrasi) seperti pemanasan, pendinginan, pembekuan;


kerja tumbuh-tumbuhan dan binatang , serta proses-proses desintegrasi mekanik lainnya

Proses-proses kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti : oksidasi, hidrasi,


karbonan, serta pelarutan batuan dan tanah. Proses dekomposisi ini banyak didorong oleh
suhu dan kelembaban yang tinggi, serta peranan organisme (tumbuh-tumbuhan dan
binatang).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan antara lain :

jenis batuan, yaitu komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan

kondisi iklim dan cuaca, apakah kering atau lembab, dingin atau panas, konstan atau
berubah-ubah.

kehadiran dan kelebatan vegetasi

kemiringan medan, pengaruh pancaran matahari, dan curah hujan.

Proses pelapukan berlangsung secara differential weathering(proses pelapukan dengan


perbedaan intensitas yang disebabkan oleh perbedaan kekerasan, jenis, dan struktur batuan). Hal
tersebut menghasilkan bentuk-bentuk morfologi yang khas seperti:

bongkah-bongkah desintegrasi (terdapat pada batuan masif yang memperlihatkan


retakan-retakan atau kekar-kekar),

stone

lattice (perbedaan

kekerasan

lapisan

batuan

sedimen

yang

membentuknya), mushroom (berbentuk jamur),

demoiselles (tiang-tiang tanah dengan bongkah-bongkah penutup),

talus (akumulasi material hasil lapukan di kaki tebing terjal),

exfoliation domes (berbentuk bukit dari batuan masif yang homogen, dan mengelupas
dalam lapisan-lapisan atau serpihan-serpihan melengkung).

Pada Gambar 3 dapat dilihat kenampakan talus dan exfoliation domes.

Gambar 3. (a). Kenampakan bentuk talus, (b). Suatu exfolation domes


b. Perpindahan massa (mass wasting)

Gerakan tanah sering terjadi pada tanah hasil pelapukan, akumulasi debris (material hasil
pelapukan), tetapi dapat pula pada batuan dasarnya. Gerakan tanah dapat berjalan sangat lambat
hingga cepat. Menurut oleh Sharpe (1938) kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya
perpindahan masa adalah :

Faktor-faktor pasif

1. faktor litologi : tergantung pada kekompakan/rapuh material


2. faktor statigrafi : bentuk-bentuk pelapisan batuan dan kekuatan (kerapuhan), atau
permeabel-impermeabelnya lapisan
3. faktor struktural : kerapatan joint, sesar, bidang geser-foliasi
4. faktor topografi : slope dan dinding (tebing)
5. faktor iklim : temperatur, presipitasi, hujan
6. faktor organik : vegetasi

Faktor-faktor aktif

1. proses perombakan
2. pengikisan lereng oleh aliran air
3. tingkat pelarutan oleh air atau pengisian retakan
1.2 Proses Diastromisme dan Vulkanisme
Diastromisme dan vulkanisme diklasifikasikan sebagai proses hipogen atau endapan karena gaya
yang bekerja berasal dari dalam (bagian bawah) kerak bumi. Proses-proses diastropik dapat
dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
1. orogenik (pembentukkan pegunungan)
2. epirogenik (proses pengangkatan secara regional).

Vulkanisme termasuk pergerakan dari larutan batuan (magma) yang menerobos ke permukaan
bumi. Akibat dari pergerakan (atau penerobosan) magma tersebut akan memberikan kenampakan
yang muncul di permukaan berupa badan-badan intrusi, atau berupa deomal folds (lipatan
berbentuk dome) akibat terobosan massa batuan tersebut), sehingga perlapisan pada batuan di
atasnya menjadi tidak tampak lagi atau telah terubah.

Anda mungkin juga menyukai