Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan perkembangan dunia maritim yang semakin maju dan


bertambahnya jumlah kapal maka akan sangat mempengaruhi tingkat
pencemaran laut, akibat limbah-limbah yang dibuang dari kapal,
terutama limbah yang mengandung minyak. Tidak dapat dihindari
bahwa setiap kapal pasti menghasilkan air got terutama di kamar
mesin. Air got pada akhirnya akan di buang ke laut namun harus
diperhatikan

agar

tidak

terjadi

pencemaran

laut

akibat

dari

pembuangan limbah tersebut.


Menurut konvensi MARPOL 73/78 Annex 1 untuk kapal tanker
berukuran >150 GRT (selain dari kapal tanker berukuran > 400 GRT)
dan Marpol Consolidate 2006 Annex 1 Regulation 32 Oil/Water interface
Detector dan Regulation 34 Control Of Dischare Of Oil kamar mesin
harus dilengkapi dengan sarana Oily water separator sebagai media
pemisah antara air dan minyak. Persyaratan air got yang yang boleh di
buang ke laut tidak melebihi dari 15 ppm dengan ketentuan kapal
sedang dalam pelayaran, 12 mil dari daratan dan melihat arah angin dan
arah arus yang tidak mengarah ke daratan. Untuk kelancaran
pengoperasian Oil water separator hendaknya di lakukan perawatan
serta perbaikan secara berkala agar tidak mengganggu dalam
pengoperasian kapal. Salah satu penyebab terjadinya kinerja Oily water
separator kurang optimal adalah kurangnya perawatan.
Salah satu organisasi di dunia yaitu IMO telah menetapkan
peraturan-peraturan yang berkenaan dengan prosedur dan tatacara
pembuangan limbah kapal berikut sanksi bagi kapal yang melanggar
sehingga untuk mendukung dan melaksanakan peraturan yang telah

ditetapkan tersebut dan mencegah sanksi yang dapat diberikan pada


kapal yang melanggar dimana akan membawa kerugian bagi kapal
dan perusahaan pelayaran, maka sekarang ini pada setiap kapal telah
dilengkapi dengan peralatan atau pesawat yang dapat membersihkan
air got dari kandungan minyak Oily Water Separator (OWS) sehingga
pada saat di buang ke laut tidak menimbulkan pencemaran.
Demikian pentingnya pesawat Oil Water separator sebagai
sarana penunjang dalam pengoperasian kapal, maka sesuai dengan
uraian tersebut di atas penulis memilih judul Perawatan Oily Water
Separator Dalam Mencegah Pencemaran Laut Pada Kapal MT.
Ocean Premier
B. Maksud Dan Tujuan
1. Maksud Penulisan

a. Diharapkan penulisan makalah ini dapat menambah wawasan


pengetahuan tentang perawatan Oily water separator bagi
penulis secara ilmiah, serta dapat berbagi pengalaman
kepada rekan satu profesi. Mengenai pentingnya perawatan
Oil water Separator sehubungan dengan upaya pencegahan
pencemaran yang di timbulkan karena limbah dari kapal.
b. Diharapkan penulisan makalah ini dapat bermanfaat sebagai
petunjuk kerja praktis di lapangan bagi para masinis di kapal,
khususnya

dalam

pengoperasian

pesawat

Oily

water

separator dan memberikan motivasi untuk peningkatan kinerja


dalam program perawatan terencana. Pemahaman perawatan
yang sistematis dan terencana akan sangat mendukung
kinerja pesawat tetap dalam kondisi yang selalu siap dalam
setiap pengoperasiannya.

2. Tujuan penulisan
a. Untuk

mengetahui

permasalahan

sehubungan

dengan

kendala pengoperasian Oily Water Separator


b. Agar dapat mengetahui masalah utama dan penyebab yang
terjadi pada perawatan pesawat Oily water separator di atas
kapal.
c. Untuk

mencari

pemecahan

masalah

dalam

upaya

menanggulangi berbagai penyebab permasalahan pesawat


Oily Water Separator yang mengacu kepada ketentuan
MARPOL 73/78 Annex 1
C. Ruang lingkup
Dilihat secara umum terjadinya pencemaran lingkungan laut
disebabkan oleh limbah kapal. Kurangnya kesadaran dan kedisiplinan
dari awak kapal ikut berperan serta dalam membatasi dan menjaga
lingkungan hidup dari pencemaran laut yang ditimbulkan oleh
tumpahan minyak dari kapal tempat di mana mereka bekerja.
Berhubung karena luas dan begitu banyaknya permasalahan
pencemaran yang dapat terjadi dan waktu penulisan yang disediakan
terbatas maka penulis hanya membahas masalah pencemaran laut di
kapal MT. OCEAN PREMIER sewaktu penulis menjadi Second
Engineer selama periode 20 November

2013 sampai dengan 21

Agustus 2014.

D. Metode Penyajian

1. Metode Pengumpulan Data


a. Studi lapangan
Data diperoleh dari pengalaman kerja penulis serta
observasi langsung di Kapal MT. OCEAN PREMIER.
b. Studi kepustakaan
1) Membaca referensi dari buku buku panduan khusus Oily
water separator
2) Instruction Manual Book Oily Water Separator Model
RWO Marine Water Technology.
2. Metode Analisis Data
Metode

yang

dilakukan

penulis

melalui

pengamatan

langsung selama di atas kapal sehingga di dapati permasalahan


yang timbul selama pengamatan berlangsung dan di bandingkan
dengan penyebab-penyebab dari permasalahan itu berdasarkan
buku / literatur yang ada di atas kapal.

BAB II
FAKTA DAN PERMASALAHAN

A. Fakta
1. Data Kapal
Kapal MT. OCEAN PREMIER adalah merupakan kapal jenis
oil / chemical tanker dan dibuat di galangan kapal Liaoning
Hongguan Shipbuilding Co.Ltd. China pada tahun 2008.
GRT/NRT

: 11999 / 5154

Cargo Capacity

: 19561.250 M

Mesin Induk

: MAK 7M43C x 1 Set

Model

: AEM x 1 Set ( SE 50084 )

Daya

: MCR 6300kw x 500 RPM


Peralatan yang menjadi obyek penelitian di kapal MT.

OCEAN PREMIER adalah sebuah pesawat: Oily Water Separator


sebagai alat pemisah air got/ limbah minyak.
Type

: RWO GmbH Oily Water Separator

Capacity

: 2.5 m3/h

Type Approval Number

: Germany

Maximum Water Pressure : 0,2 Kg/Cm


Oil Bilge Bore

: 32 mm

Clean Water Delivery Bore : 32 mm


Oil Outlet Bore

: 32 mm

Maker

: RWO Marine Water Technology Co.


Ltd.

Dalam pengoperasian pesawat Oily water separator perlu


perawatan secara berkala dan terencana agar tidak terjadi
kerusakan yang berarti, sehingga mengakibatkan pesawat Oily
water separator bekerja tidak maksimal.
2. Fakta Kondisi
Fakta kondisi saat ini yang terjadi pada pengoperasian
pesawat Oily water separator adalah sebagai berikut :
a. Saringan di dalam tiap - tiap column sering kotor.
Pada tangggal 10 Desember 2013, kapal MT. OCEAN
PREMIER dalam pelayaran dari Singapore ke New Caledonia
ketika mengoperasikan pesawat Oily water separator, dimana
pompa air got telah dijalankan maka tekanan berangsur naik
sampai pada tekanan normal 0,4 Mpa akan tetapi di dalam
tangki First Separating Column terbaca pada pressure gauge
tekanan menunjukkan 0,2 Mpa dengan tekanan yang
demikian maka diperkirakan di dalam Column banyak lumpur,
akan tetapi masih pada batas-batas normal. Pesawat distop,
katup isap First Separating Column dan katup tekan dari
Fourth Stage Column ditutup dan dicerat dengan maksud agar
lumpur-lumpur yang berada di bagian bawah keluar dari
column, agar tekanan menjadi normal.
Setelah air di dalam column kondisi kosong selanjutnya
dijalankan pompa got, dengan terlebih dahulu membuka katup
pancingan air laut dan katup cerat pada posisi terbuka.
Setelah bersih katup cerat ditutup, maka terlihat tekanan
dalam columns berangsur naik dan berhenti pada batas
normal. dan kemudian katup isap tangki bilge dibuka dan
pemompaan dilakukan, serta keadaan berjalan normal terlihat

ppm menunjukkan kenaikan tetapi masih di bawah batas


normal yakni kurang dari 15 ppm.
Kira-kira tiga puluh menit kemudian tekanan mulai
menurun pada tekanan 0,2 Mpa lagi dan kedua kalinya pompa
distop dan katup isap column Oil water separator ditutup
kembali dan air dalam column di cerat. langkah-langkah
selanjutnya sama seperti yang telah diuraikan di atas. Akan
tetapi dengan melihat kondisi dari tekanan dalam column yang
tidak menunjukkan perubahan maka di ambil tindakan untuk
mengecek saringan saringan ya ada di dalam column-column
tersebut.
Dari kondisi yang sudah di dapat di ketahui First Column
(Multi Paralel Plate), Second Column (Emulsion Breaker),
Third

Column

(Coalescer)

dan

Fourth

Column

(Fine

Coalescer) kotor di sebabkan karena banyaknya deposit


lumpur pada tiap tiap column tersebut. Jika Fine coalesscer
kotor atau rusak, maka sistem penyaringan limbah minyak
tersebut tidak berfungsi dengan baik sehingga kandungan
minyak dalam air mencapai di atas ambang batas (melebihi 15
ppm) dari hasil tersebut dapat menimbulkan pencemaran.
b. Kerja katup tiga arah (three way valve) tidak sempurna
Di dalam pesawat Oily water separator katup tiga arahsebagai simpang pertigaan aliran dimana untuk menentukan
arah aliran yang mempunyai arah tujuan berlainan. demikian
juga seperti yang telah dilaksanakan pada pemompaan air got
akan mengalir ke tangki limbah (bilge tank).
Cara kerja katup tiga arah ada hubungannya dengan alat
pengukuran ppm seperti yang sedang dilakukan sekarang.
Pada saat proses melaksanakan pemompaan limbah/air got
dan angka 15 ppm telah menunjukkan di layar monitor Panel

listrik akan mengalirkan arus ke katup solenoid. Dengan


terbukanya katup tiga arah akan mendorong piston ke bawah
dan air got akan mengalir ke tangki lumpur. Tetapi setelah di
adakan pengamatan pada katup selenoid tidak ada perubahan
namun mengalami ke buntuhan dari salah satu sisi, Sehingga
kerja dari Oily Water Separator tidak maksimal dan akibatnya
dapat menimbulkan pencemaran ke laut.
Apabila limbah/air got yang ada di atas kapal sudah
memenuhi kapasitas maksimal tangki lumpur yang tersedia
barulah di adakan pemompaan limbah/air got ke tangki
penampungan yang ada di darat pada saat kapal berada di
dermaga atau di transfer ke slop barge dan di catat dalam oil
rekor book.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
a. Perawatan terencana Oily water separator

(OWS) tidak

berjalan
Dalam setiap perawatan memerlukan sistem perawatan
terencana pada Oily water separator, biasanya diatur antara
lain yaitu: jadwal perawatan harian, perawatan mingguan,
perawatan bulanan, dan perawatan tahunan. Tanpa diadakan
pengecekan dan pelaksanaan berjadwal yang baik akan timbul
kendala dan akan mengakibatkan terganggunya operasi kapal.
Perawatan terencana agar mencapai hasil yang baik harus
selalu dievaluasi dan diperbaiki dengan menganalisa adanya
permasalahan yang pernah timbul.
Sebagaimana di ketahui di atas kapal MT. OCEAN
PREMIER,

perawatan

pada

Oily

water

separator

tidak

dilaksanakan

secara

maksimal

sesuai

dengan

Planned

Maintenance System (PMS). Hal tersebut mengakibatkan Oil


water

separator

Gangguan

mengalami

kerusakan

yang

gangguan
terjadi

dan

pada

kerusakan.

pesawat

akan

mengakibatkan pengoperasian pesawat tersebut tidak normal


sesuai dengan kerja pesawat yang diinginkan. Keberhasilan
suatu perawatan terencana perlu kedisiplinan semua pihak
namun yang dialami di atas kapal, tidak semua operator / Anak
Buah Kapal mengerti dan memahami akan pentingnya
perawatan terencana.
b. Kurangnya suku cadang di atas kapal
Di atas kapal suku cadang dibagi dalam tiga kategori yaitu:
1) Suku cadang standard (inventory class item) yaitu suku
cadang yang harganya sudah termasuk dalam harga kapal,
atau dapat dikatakan suku cadang yang dibawa pada
waktu membeli kapal baru, baik yang berada di kamar
mesin maupun di luar kamar mesin (store)
2) Persediaan Suku Cadang program action plan yang
dilaksanakan secara konsisten (shore base program)
dimana shore base melaksanakan programnya dari mulai
rencana anggaran hingga terealisasi berbentuk suku
cadang siap pakai di atas kapal.
3) Suku cadang moving part program jangka pendek
diberikan oleh shore base ke ship board sesuai dengan
plan maintenance system (PMS) setiap semester.
Dalam pelaksanaan perawatan Oil water separator harus
didukung dengan ketersediaan suku cadang di atas kapal.

Namun pernah penulis alami ketika bekerja di atas kapal MT.


OCEAN PREMIER, pada saat melakukan perawatan pada
pesawat Oily water separator, suku cadang untuk saringan
(filter) tidak tersedia. Padahal filter sangat dibutuhkan demi
menunjang kinerja Oily water separator, akan tetapi karena
tidak tersedia, maka filter yang lama direkondisi dan kembali
dipasang. Hal tersebut mengakibatkan pemakaian filter tidak
optimal dan juga tidak akan bertahan lama yang dapat
mengganggu kinerja Oily water separator.
Operator tidak mengikuti Planned Maintenance System
(PMS) dalam pengadaan suku cadang khususnya filter,
sehingga

mengakibatkan

sering

terganggunya

proses

perawatan Oily water separator.


c. Katup solenoid tidak bekerja sebagaimana mestinya
Katup solenoid bekerja dalam dua cara yakni membuka
penuh atau menutup penuh. Jadi tidak semua operator / Anak
Buah Kapal mengerti dan memahami katup solenoid membuka
sebagian atau menutup sebagian. bekerjanya katup solenoid
menggunakan sistem magnet dimana jika kumparan dialiri arus
listrik, maka akan membuka tetapi sebaliknya apabila arus
listrik dimatikan akan menutup. Perawatan khusus katup
solenoid hampir tidak ada, hanya yang perlu diperhatikan
adalah kumparan (coil) tidak boleh terkena air dan cara
membersihkan tabung, arus listrik harus dimatikan pada katup
solenoid. Apabila arus listrik tidak dimatikan solenoid bekerja
tanpa beban dapat menyebabkan kumparan retak dan pecah.

10

d. Tidak berfungsinya Oil Discharge Monitoring (ODM) yang


mengakibatkan pencemaran laut
Oil Discharge Monitor adalah alat pendeteksi minyak yang
terdapat dalam sistem pembuangan limbah kamar mesin. Oil
Discharge Monitor berguna mendeteksi kandungan minyak
yang melewati sensor didalamnya. Nilai ambang batas kadar
minyak dapat diatur dengan pengaturan secara manual pada
sensor.
Sesuai

peraturan

internasional

sebagai

usaha

pencegahan pencemaran minyak di laut, nilai ambang batas


minyak yang dapat di buang yaitu sebesar 15 ppm, dimana
dalam satu juta bagian air terdapat 15 bagian minyak di
dalamnya. Sensor yang ada akan mengirim signal ke lampu
jika kadar minyak yang melewati sensor lebih dari 15 ppm,
maka pada situasi ini lampu indikator akan menyala dan Oil
Discharge Monitor akan memerintahkan Electric Three-Way
Valve untuk membuka sehingga air dengan kandungan minyak
tinggi langsung di buang ke got kamar mesin (sirkulasi), dan
jika kandungan minyak sudah sesuai standard yang di tetapkan
maka sensor akan memberi signal pada Pneumatic Valve
untuk membuka sehingga air dapat langsung di buang ke laut.
Terkadang dalam pengoperasian Oily water separator, Oil
Discharge Monitor sering sekali mengalami masalah dimana
sensor selalu membaca kadar kandungan minyak tinggi
dimana sensor tertutup kotoran dan tidak bisa membaca kadar
air yang di tentukan sehingga air proses pemisahan di dalam
ruang pemisah secara terus menerus terbuang ke got kamar
mesin melalui three way valve. Jika demikian maka air got yang
hendaknya terbuang ke laut secara otomatis aka kembali ke
tangki got di karenakan sensor tidak bisa mendeteksi ppm yang

11

di kehendaki atau hasil dari kerja sensor tidak maksimal di


karenakan air got yang sudah melalui proses penyaringan di
dalam Oily Water Separator akan mengalir dengan melewati
sensor yang tidak dapat membaca hasil yang sebenarnya
sekalipun kadar ppm sudah sesuai aturan untuk bisa di buang
ke laut.
e. Shaft bilge separator pump

rusak karena jalan dalam

kondisi kering
Dalam sistem instalasi Oily Water Separator, pompa got
berguna untuk menghisap air got kamar mesin untuk
selanjutnya menuju ke ruang pemisah atau separating
chamber.

Pompa juga berperan dalam merubah kecepatan

naiknya tetesan minyak ke permukaan dan juga menaikkan


tekanan di dalam ruang pemisah, karena jika tekanan di dalam
ruang pemisah tidak mencukupi maka proses pemisahan akan
terganggu karena di dalam ruang pemisahan terdapat
coalescer filter yang sangat halus. Dalam pengoperasian oil
water separator terkadang masinis tidak disiplin, terkadang
pompa di biarkan tetap jalan padahal tidak ada isapan air atau
selama Oily Water Separator jalan tidak di perhatikan kalau
pompa sudah tidak menghisap air lagi, yang mengakibatkan
pompa dan shaft menjadi panas, hal ini dapat mengakibatkan
shaft jadi aus ataupun rusak.
f.

Tidak berfungsi secara maksimalnya katup searah (non


return valve)
Air got yang sudah menjalani proses pemisahan dan
masih mengandung kadar minyak rendah dan memenuhui
syarat peraturan internasional yang bisa dibuang ke laut yaitu

12

dengan ketentuan maksimal 15 ppm.

Sebelum keluar dari

lambung kapal air dari proses pemisahan akan melalui sebuah


katub yang jenisnya katub tidak dapat balik pada posisi
pemasangannya (non -

return valve)

yang harus dapat

terbuka seluruhnya jika mendapat tekanan dari pompa atau


tekanan dari ruang pemisah dan harus dapat tertutup penuh
jika pompa di stop atau tekanan dalam ruang pemisah
berkurang.

Tetapi

apabila

ada

kotoran-kotoran

yang

mengendap pada katup maka sering terjadi katup ini sulit


membuka karena lengket. Untuk itu katup harus sering di cek
dan dibersihkan.
Cara kerja katup non return valve yaitu kondisi katup
dalam keadaan tertutup, air tidak bisa masuk ke dalam column
pesawat Oily Water Separator meski pompa tidak bekerja,
namun jika pompa dijalankan maka air got dapat keluar ke laut
melalui katup lambung jika tekanan pompa lebih besar dari
tekanan katub (non return valve).
2. Permasalahan Utama
Dari 6 (enam) identifikasi masalah yang penulis uraikan di
atas, penulis memilih 2 (dua) permasalahan utama yang dianggap
paling sering terjadi di kapal, yaitu :
a. Perawatan terencana Oil water separator tidak berjalan
b. Tidak

berfungsinya

Oil

Discharge

Monitoring

yang

mengakibatkan pencemaran laut

13

BAB III
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
Untuk meminimalisasi kandungan minyak dalam air limbah,
dalam hal ini yang berasal dari kamar mesin, MARPOL mengeluarkan
peraturan yang di tuangkan dalam ANNEX 1 yang berisi tentang batas
ambang normal kandungan minyak yang bisa di buang ke laut.
Ketentuan ini mewajibkan semua kapal kapal yang beroperasi harus
di lengkapi dengan alat yang di sebut Oil Discharge Monitori ( ODM ),
dan suatu sistem pengendalian penyaringan/pemisahan minyak dan
air dimana alat ini di kenal dengan nama Oily Water Separator (OWS).
Menurut konvensi MARPOL 73/78 Annex I untuk kapal tanker
berukuran >150 GRT (selain dari kapal tanker berukuran >400 GRT)
kamar mesin harus dilengkapi dengan sarana Oil Water Separator
sebagai media pemisah antara air dan minyak. Dalam menunjang
kelancaran operasi kapal serta menjaga dan mencegah timbulnya
suatu masalah pencemaran laut peran serta pesawat Oily Water
Separator sangat dominan.
Sesuai dengan namanya, oil water separator berfungsi untuk
memisahkan jumlah partikel yang terkandung dalam air hal ini minyak
sebelum air tersebut di buang kelaut. Sesuai dengan peraturan yang
telah di tetapkan, jumlah kandungan minyak dari proses pemisahan
pada Oily Water Separator haruslah kurang dari 15 ppm ( Part per
million ), yang artinya dalam satu juta bagian dari air terdapat 15
bagian minyak yang terkandung di dalamnya.
Para operator dalam pengoperasian dan perawatan Oily water
separator kurang memahami arti pentingnya perawatan berdasarkan

14

instruction manual book / buku petunjuk dari pabrik pembuat (maker)


pesawat Oily Water Separator.
Limbah minyak bercampur air dari tangki air got (bilge tank) di
pompa dengan pompa got / bilge pump terlebih dahulu melewati
saringan isap sebelum pompa dan saringan tekan sesudah pompa
mengalir melalui pipa Oil water inlet masuk ke dalam ruang pemisah
pertama (First separating column) kemudian mengalir ke ruang
pemisah kedua (Emulsion breaker) maka di sini kotoran limbah
minyak dan air telah disaring. Dalam proses ini minyak akan
mengapung pada dinding bagian atas First column, minyak dan air
sudah terpisah. Cara pemisahan seperti di atas disebut

gravitasi,

menggunakan sistem perbedaan S.G minyak dan air, dimana ;


Berat Jenis Air : 1 dan
Berat Jenis Oil : 0,8
Tetapi dengan cara ini sukar untuk menghilangkan minyak baik
atau menunda pemadatan yang S.G-nya serupa dengan air sebagai
pemisahan gaya berat (gravity separation) sangat efisien tetapi masih
ada minyak atau benda padat di dalam aliran.
Sesudah pemisahan ini, air melewati lubang-lubang kecil pada
supporting plate dan mengalir ke ruang pemisah kedua (secondary
separating column). Pada bagian ini minyak yang masih lolos
melewati Emulsion breaker filter. Dari hasil penyaringan kotoran
kotoran di

ruang pemisah pertama dimana di column kedua

melanjutkan penyaringan air got yang masih kotor. Selanjunya column


kedua melakukan penyaringan dengan menggunakan emulsion
breaker. Dan hasil penyaringan di column kedua selanjunya air di
lanjutkan ke saringan berikutnya dimana air dari hasil penyaringan di
column

kedua

menuju

ke

Third

Column

(Coalescer).

Hasil

penyaringan dari column ketiga akan di lanjutkan ke column keempat

15

dimana saringan di dalam column tersebut menggunakan Fine


coalescer. Selanjutnya air hasil penyaringan di column keempat
langsung menuju ke laut. Dari hasil hasil penyaringan tersebut diatas
air yang terbuang ke laut sudah melalui monitor yang mendeteksi dan
menunjukkan dimana air got yang sudah di proses di dalam column
separator layak untuk dibuang ke laut yaitu kurang dari 15 ppm.
Dan sangat perlu diperhatikan perawatan filter-filter pada tiap
tiap column serta komponen bagian-bagian lainnya sehingga betapa
pentingnya perawatan Oil water separator agar dapat bekerja
maksimal sebagai sarana penunjang pada pengoperasian kapal
dalam mencegah pencemaran laut. Peran penting Anak Buah Kapal
dalam hal ini sangatlah penting, dengan tetap mengikuti standar
perawatan dan pengoperasian yang nantinya di dapatkan hasil kerja
Oily Water Separator yang maksimal.
Sebagai komponen pelengkap pada Oily Water Separator, maka
oil discharge monitoring mempunyai peran yang sangat penting dalam
memonitor kondisi air yang akan di buang kelaut. Jika tingkat kadar
kandungan minyak masih tinggi maka sudah tentu akan terjadi
pencemaran di laut akibat pembuangan limbah dari kamar mesin.
Untuk itu seorang masinis haruslah ahli dan paham betul tentang
pengoperasian Oil Water Separator dan bagaimana cara mengatasi
masalah yang di sebabkan oleh tidak berfungsinya Oil Discharge
Monitor di kapal.
Kendala kendala yang sering terjadi pada saat pengoperasian
Oily Water Separator adalah tidak dibilasnya Oil Discharge Monitori
yang di dalamnya terdapat sensor sehingga terjadi banyaknya minyak
yang lengket pada sensor. Hal ini menyebabkan kerja Oil Water
Separator terganggu karena pada panel display dari Oil Discharge
Monitori akan terus menunjukkan kadar minyak tinggi sehingga unit
pengontrol dari Oil Discharge Monitor akan secara terus menerus
memberikan input data yang salah sehingga outlet dari three way

16

valve yang menuju ke overboard akan tertutup dan sebaliknya bagian


outlet yang lain akan membuka sehingga air terbuang kembali ke got
kama mesin. Jika hal ini terjadi maka hanya akan terjadi sirkulasi air
limbah kamar mesin dari got kamar mesin, Oily Water Separator dan
kembali lagi ke got kamar mesin.
Masalah lain yang juga terjadi adalah ketidaktahuan masinis
dalam mengoperasikan Oily Water Separator dan mengatur menu
pilihan pada display Oil Discharge Monitor.
B. Analisis Penyebab Masalah
1. Perawatan terencana Oily water separator

(OWS) tidak

berjalan
Penyebabnya adalah :
a. Kurangnya Pemahaman Cara Merawat Pesawat Oily water
separator (OWS)
Sering di temukan para Anak Buah Kapal kurang mengikuti
system perawatan yang semestinya di jalankan sesuai dengan
petunjuk. perawatan yang sedianya dilakukan secara rutin yang
akan membantu kinerja Oily Water Separator bisa bekerja secara
maksimal, hal ini perlu sekiranya para Anak Buah Kapal bisa
menjalankan perawatan secara berkala, beberapa hal penting
misalnya :
1) Melakukan

pengetesan

Oil

Discharge

Monitor

alarm

seminggu sekali.
2)

Dilakukan pengoperasian Oily Water Separator setidaknya


seminggu sekali dengan cara menggunakan media air laut
atau di kenal dengan sea to sea, yang mana cara tersebut

17

dimaksudkan guna membilas kotoran kotoran atau endapan


lumpur yang menggenang atau menempel pada bagian
bagian column atau filter.
3) Perawatan berkala sekurang kurangnya 6 bulan sekali
dengan membuka column serta membersihkan saringan
saringan di dalam column - column tersebut.
4)

Saringan saringan yang berhubungan dengan bilge system


hendaknya di bersihkan secara terencana atau di bersihkan
dengan melihat keadaan sebenarnya.

b. Anak Buah Kapal (ABK) Mesin Belum Melaksanakan


Perawatan Standard Operating Procedure (SOP) Dengan
Benar
Timbulnya kendala yang terjadi pada suatu pesawat
dikarenakan operator tidak melaksanakan Standard Operating
Procedure. Untuk menunjang program kerja yang sesuai
dengan aturan, maka dalam hal ini perlu standarisasi secara
mendasar dan menyeluruh perihal penerapan Standard
Operating Procedure dan berpedoman manual instruction
book atau PMS dari perusahaan. Hal ini sering kali para Anak
Buah Kapal kurang memperhatikan pada saat menjalankan oil
water separator dengan membuka valve tidak sesuai dengan
urutannya

seperti

membuka

valve

over

boat

yang

mengakibatkan limbah minyak langsung terbuang ke laut


padahal kandungan minyak masih tinggi terbaca di atas 15
ppm. Dalam hal ini peran Chief Engineer / Senior Engineer
pada saat memberikan instruksi atau latihan pengoperasian
sangat diperlukan, Dan di tekankan kepada para Anak Buah
Kapal tentang pemahaman pencemaran air laut yang di

18

sebabkan karena tidak maksimalnya kerja dari Oily water


Separator
2. Tidak Berfungsinya Oil Discharge Monitoring (ODM) yang
mengakibatkan pencemaran laut
Penyebabnya adalah :
a. Kurangnya perawatan pada sensor Oil Content Meter
Dalam pengoperasian Oily Water Separator hendaknya
selalu mengaktifkan Oil Discharge Monitoring. Sampel air
limbah yang telah menjalani proses pemisahan pada primary
dan secondary separating chamber akan masuk ke Oil
Discharge Monitoring dan selanjutnya akan di deteksi kadar
minyaknya oleh sensor Oil Content Meter yang terdapat pada
Oil Discharge Monitoring. Dan jika pada saat menghentikan
Oily Water Separator tentunya mesti diadakan pembilasan
terlebih dahulu terhadap sensor agar tidak ada partikel minyak
yang melekat.
b. Pengaturan pada Oil Content Meter tidak sesuai dengan
peraturan dari IMO yaitu 15 ppm
Peraturan pencegahan pencemaran minyak di laut telah
menetapkan

bahwa

nilai

ambang

batas

minyak

yang

terkandung dalam air yang boleh di buang kelaut adalah 15


ppm. Untuk itu para masinis sebagai operator sebelum
menjalankan Oily Water Separator mestinya lebih teliti intuk
memeriksa apakah pengaturan pada Oil Content Meter sudah
tepat atau tidak, karena hal ini justru akan mengakibatkan
pencemaran laut jika kandungan minyak dalam air yang di

19

buang masih cukup tinggi. Proses pemisahan sudah berjalan


sebagaimana mestinya akan tetapi air tetap akan di buang
kelaut meski masih dalam kadar minyak tinggi.
C. Analisis Pemecahan Masalah
1. Perawatan terencana Oily water separator

(OWS) tidak

berjalan
Pemecahannya adalah :
a. Dilakukan Familiarisasi Cara Perawatan pada Pesawat
Oily Water Separator (OWS)
Untuk meyakinkan dan lebih percaya diri pada saat
melaksanakan tugasnya bagi Anak Buah Kapal mesin baru perlu
diberikan simulasi cara perawatan pesawat. Adapun sebelum
dilaksanakan simulasi perlu diketahui fungsi dan cara kerja

Oil

Water Separator yang telah tergantung, selanjutnya Anak Buah


Kapal mesin mengimplementasikan dari pesawat Oil water
separator dengan penerapan standard operating procedure dan
sesuai buku petunjuk untuk pengoperasian Oily Water Separator
antara lain:
1) Mengawali Pekerjaan / Start Up Oil Water Separator
a) Pengoperasian

Oily

Water

Separator

harus

di

operasikan dengan ijin Chief engineer.


b) Sebelum menjalankan Oily Water Separator harus
diflushing dengan air Tawar terlebih dahulu.
c) On Saklar pada panel box Oil Discharge Monitor.

20

d) Buka katup overboard dengan membuka terlebih


dahulu kunci katup yang di segel, yang mana kunci
penyegel terdiri dari 2 kunci dan tersimpan terpisah
yaitu Nakhoda dan Kepala Kamar Mesin.
e) Buka katup katup yang berhubungan dengan Oil
Water Separator dan katup isap air laut untuk
mengawali pemompaan sebelum air got.
f)

Cerat atau drain udara dalam system (Oily Water


Separator)

g) Buka katup, got mana yang perlu di buang perhatikan


tekanan sampai mencapai tekanan normal dan
pastikan Oily Water Separator berfungsi dengn baik.
h) Buka katup sample untuk oil monitor discharging.
i)

Melakukan

pencatatan

jumlah

volume

atau

saundingan oil Colection untuk di catat di oil record


book ( ini sangat penting untuk dokumen pada saat di
survey ).
2) Memberhentikan Pengoperasian / Shut Down Oily Water
Separator
a) Sesudah pekerjaan membuang air got telah selesai,
lakukan pembilasan, dengan membuka katup air laut
dan tutup katup air got.
b) Stop pompa got
c) Putar saklar Off pada panel control box Oily water
separator
d) Setelah selesai menjalankan Oily Water Separator
harus dibilas dengan air tawar untuk mencegah filterfilter cepat berkarat, serta menghindari melekatnya
minyak pada sensor Oil Discharge Monitoring, serta

21

tutup kembali katup-katup yang dibuka pada awal


pengoperasianTutup semua katup.
e) Tutup semua katup dan gembok overboard valve.
Dalam mengemban tugas jabatan baru di atas kapal,
pada saat timbang terima agar dilaksanakan familiarisasi.
Sangat berarti dan teramat penting pada pelaksanaan
tersebut di atas untuk dilakukan, karena dengan familiarisasi
operator akan mengerti dan percaya diri saat mengemban
tugas barunya
Progres familiarisasi yang dilakukan sebagai berikut :
1) Perkenalan sesama crew
2) Tatanan letak pesawat-pesawat dengan kondisi terakhir
3) Memberi petunjuk cara pengoperasian
4) Inventaris material / dokumentasi serta arsip
5) Dan lainnya yang berkepentingan dengan pengoperasian
kapal
b. Operator

Harus

Melaksanakan

Standard

Operating

Procedure (SOP) Dengan Benar


Timbulnya kendala yang terjadi pada suatu pesawat
dikarenakan operator tidak melaksanakan Standar Operating
Procedure. Untuk menunjang program kerja yang sesuai
dengan aturan, maka dalam hal ini perlu standarisasi secara
mendasar dan

menyeluruh

perihal

penerapan

Standar

Operating Procedure.
Di dalam

Standar Operating Procedure. Operator

dituntun / dipandu di saat melaksanakan program yang


mengacu kepada buku petunjuk (instruction manual book).
Beberapa hal yang harus dicermati dalam melaksanakan
Standar Operating Procedure, cermati dan mengerti fungsi

22

dan cara kerja dari suatu pesawat, laksanakan schedule


dengan konsisten dan berkesinambungan. Setelah penerapan
standarisasi / Standar Operating Procedure dimengerti dan
dipahami oleh para operator maka dapat dilaksanakan dengan
hasil baik.
2. Tidak berfungsinya Oil Discharge Monitoring (ODM) yang
mengakibatkan pencemaran laut
Pemecahannya adalah :
a. Adanya Perawatan pada sensor Oil Content Meter
Sebelum

dan

sesudah

menjalankan

Oily

Water

Separator tentunya harus selalu dilakukan pembilasan dengan


air tawar terhadap ruang pemisah pertama dan kedua serta
sensor yang terdapat pada Oil Content Meter. Hal ini selain
untuk mencegah terjadinya karat juga dapat mencegah
melekatnya partikel minyak pada sensor, yang jika terjadi
secara terus menerus akan mengakibatkan sensor selalu
membaca kadar minyak dalam jumlah yang tinggi. Jika hal ini
terjadi maka kinerja dari Oily Water Separator tidak tercapai
karena Oil Water Separator tidak akan melakukan proses
pemisahan secara maksimal karena hanya akan terjadi
sirkulasi air got di kamar mesin.
Beberapa cara perawatan pada oil content meter antara
lain:
1) Secara rutin minimal seminggu diadakan pembersihan
dan pengetesan pada alat sensor tersebut.
2)

Melakukan pengetesan alarm ppm setiap seminggu


sekali baik dengan cara manual seperti tersebut diatas

23

ataupun dengan cara menyeting pada alat Oil Content


Meter tersebut sesuai dengan petunjuk.
b. Adanya pengecekan pada Oil Content Meter agar sesuai
dengan peraturan dari IMO yaitu 15 ppm
Oil Discharge Monitor sangat memiliki peranan penting
dalam membantu pengoperasian Oily Water Separator untuk
mendapatkan hasil yang memenuhi standard pembuangan air
dari hasil olahan Oily Water Separator tersebut. Maka dari itu
dengan perawatan dan pengecekan yang terjadwal maka
kerja dari Oil Discharge Monitor akan berjalan dengan baik.
Pengecekan Oil sensor Meter secara periodikal dengan
mengikuti buku petunjuk atau manual book di perlukan. Setiap
seminggu sekali di tekankan kepada Masinis II untuk selalu
mengecek

kerja

dari

sensor

tersebut

sesuai

dengan

standarnya yaitu 15 ppm secara benar.

24

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurang maksimalnya proses kinerja pesawat Oily Water
Sparator disebabkan oleh:
1. Kurangnya familiarisasi tentang cara pengoperasian pesawat Oil
Water Separator pada saat serah terima jabatan.
2. Pada saat pengoperasian Oily Water Separator Anak Buah Kapal
sebagai

operator

belum

melaksanakan

Standar

Operating

Procedure dengan baik dan benar


3. Tidak berfungsinya Oil Discharge Monitoring pada sensor Oil
Content Meter yang kurang perawatannya.
4. Pengaturan oil content Meter yang tidak sesuai dengan peraturan
dari MARPOL Annex 1 yaitu 15 ppm
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan familiarisasi mengenai cara perawatan dan
pengoperasian pada Oily Water Separator pada saat serah terima
.
2. Setiap

Anak Buah Kapal harus sepenuhnya menyadari akan

peraturan peraturan tentang pencemaran lingkungan di laut.


3. Sebaiknya perawatan pada peralatan yang berkaitan dengan
produksi limbah di laksanakan untuk dapat meminimalkan
pencemaran di laut.

25

4. Melakukan test pada oil content monitor secara berkala guna


menetapkan agar sesuai dengan ketentuan dari MARPOL ANNEX
1 yaitu kurang dari 15ppm.

26

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Perhubungan Laut (1983) Konvensi Internasional Tentang


Keselamatan

Kapal-Kapal

Tanki

dan

Pencegahan

Pencemaran1978. Jakarta
________, Instruction Manual Oil Water Separator Model : 1 x 2,5 m3/hr x
RWO GmbH Marine Water Technology x S-DEB 2.5
________, Instruction Manual Oil Discharge Monitoring System Model:
GmbH ODM
Warokka JH Captain, (2001). Hukum Maritim. Edisi ke tiga. Jakarta :BP3IP
__________, (1983), Konvensi International tentang Keselamatan KapalKapal tanki dan Pencegahan Pencemaran 1978, Departemen
Perhubungan Laut, Jakarta

27

Anda mungkin juga menyukai